PENINGKATAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI PERMAINAN

Download tindakan baik dalam siklus I maupun siklus II. Perilaku sosial anak dapat meningkat setelah dilakukan tindakan melalui kegiatan bermain per...

0 downloads 527 Views 82KB Size
Peningkatan Perilaku Sosial Anak Esti Kurniawati Mahardika

PENINGKATAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI PERMAINAN TARDISIONAL JAWA ESTI KURNIAWATI MAHARDIKA PAUD PPs Universitas Negeri Jakarta, Jl. Rawamangun Muka, E-mail: [email protected]

Abstract: The aim of the research was to improve social behavior in Group A TK DWP Putra Harapan Bojonegoro. The research used in this study is action research (Action Research). This study uses a model of Kemmis and Taggart were conducted over 12 meetings. The steps of the action research method Kemmis & Taggart models that include (1) planning (planning), (2) action (action), (3) observation (observation), and (4) reflection (reflection). Before conducting the research, pre-action research conducted to determine the percentage of the initial results of the social behavior of children. So that it can be seen how the increase that occurred between before action is taken by either the action after the first cycle and second cycle. Social behavior may increase after the action of traditional game play activities through Java. It can be seen from the results of research that says that the average grade in the pre-action amounted to 41.3%. After the action in the first cycle increased the average grade of 83.01% and became the second cycle increased to 99.7%. Keywords: Social Behavior, Javanese Traditional Games, Action Research.

Abstrak: Tujuan penelitian untuk meningkatkan perilaku sosial anak Kelompok A TK DWP Putra Harapan Bojonegoro. Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan (Action Research). Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Taggart yang dilakukan selama 12 kali pertemuan. Adapun langkah-langkah metode penelitian tindakan dengan model Kemmis dan Taggart yaitu meliputi (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (action), (3) pengamatan (observation), dan (4) refleksi (reflection). Sebelum melakukan penelitian, diadakan penelitian pra tindakan untuk mengetahui hasil prosentase awal perilaku sosial anak. Sehingga dapat diketahui seberapa peningkatan yang terjadi antara sebelum dilakukan tindakan dengan setelah dilakukan tindakan baik dalam siklus I maupun siklus II. Perilaku sosial anak dapat meningkat setelah dilakukan tindakan melalui kegiatan bermain permainan tradisional jawa. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menyebutkan bahwa rerata kelas pada pra tindakan sebesar 41,3%. Setelah dilakukan tindakan dalam siklus I meningkat rerata kelas menjadi sebesar 83,01% dan pada siklus II meningkat menjadi 99,7%. Kata kunci: Perilaku Sosial, Permainan Tradisional Jawa, Penelitian Tindakan.

Syamsu menjelaskan bahwa

dengan orang lain. Anak memerlu-

anak dilahirkan belum bersifat sosial

kan kesempatan untuk belajar, berla-

(Syamsu, 2006: 122). Anak belum

tih agar anak mampu bergaul dengan

memiliki kemampuan untuk bergaul

orang lain. Selain itu masa kanak-

257

JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014

kanak merupakan masa yang sangat

membantah kepada guru atau orang

tepat untuk mempelajari kemampuan

tua, (2) tidak mentaati peraturan

tertentu,

(makan

khususnya

kemampuan

sebelum

waktunya),

(3)

sosial, sehingga pada masa anak-

mengganggu teman (usil), (4) masih

anak merupakan masa yang sesuai

minta di tunggui ibu, nenek, penga-

untuk membelajarkan anak kemam-

suh di dalam kelas, (5) tidak mau

puan sosial sesuai tahapan usianya.

berbagi mainan atau alat tulis dengan

Kemampuan sosial anak dikatakan

teman, (6) ada beberapa anak yang

mencapai kematangan jika terlihat

cenderung bermain sendiri, tidak

melalui pola perilaku sosial yang

mau

ditunjukkan anak-anak dalam kehi-

temannya.

bermain

bersama

Penelitian

dupan sehari-hari seperti menunggu

dengan

relevan

yang

giliran, kerja sama, saling membantu,

sesuai dengan topik penelitian ini

dan berbagi. Pada dasarnya setiap

antara lain Abdul Muis Amin dengan

anak memiliki potensi yang dapat

judul

dikembangkan oleh orang dewasa di

Kemampuan Sosial Anak Usia 5-6

sekitar

stimulasi-

Tahun Melalui Permainan Sosial

stimulasi yang tepat yaitu belajar

(Penelitian Tindakan pada TK B

melalui bermain, khususnya kegiatan

Pertiwi

bermain permainan tradisional.

Tengah)”. Hasil dalam penelitian

anak

melalui

Fakta yang sekarang ber-

penelitian

Palu

tersebut

“Meningkatkan

Propinsi

menunjukkan

Sulawesi

bahwa

kembang di masyarakat kita yaitu

kemampuan

sosial anak TK B

sangat mudahnya permainan modern

Pertiwi Palu Sulawesi Tengah dapat

ini diakses oleh anak-anak sehingga

meningkat mencapai tingkat penca-

mengakibatkan generasi muda lebih

paian peningkatan kemampuan sosial

mengenal permainan modern dari

sebesar 85% setelah anak melakukan

pada permainan tradisional. Berda-

permainan sosial sebanyak 10 kali

sarkan hasil observasi yang dilaku-

permainan pada siklus I dan siklus II.

kan diperoleh data yaitu: (1) anak

Kemudian penelitian yang

sering berbicara keras (berteriak),

dilakukan oleh Putri Admi P dengan

258

Peningkatan Perilaku Sosial Anak Esti Kurniawati Mahardika

judul

“Peningkatan

Sosial

Anak

Bermain

Keterampilan

Melalui

Permainan

Perilaku Sosial Menurut Skinner sebagai

Metode

Tradisional

Bapak

Perilaku

Sosial

(Penelitian Tindakan di TK Nurul’

(Behaviorisme) menyatakan bahwa

Ain Pada Anak TK Kelompok B,

perilaku

Desa Gue Gajah Kabupaten Aceh

determinan

Besar)”. Hasil penelitian tersebut

(Santrock, 2002: 45). Sementara itu,

menyatakan

keterampilan

Santrock menjelaskan bahwa bagi

sosial anak di kelas B3 TK Nurul’

para behavioris, perilaku malu dapat

Ain mengalami peningkatan setelah

diubah

diberikan stimulus dengan menggu-

perilaku agresif dapat dibentuk men-

nakan metode bermain permainan

jadi

tradisional. Hal ini dapat dilihat

perilaku lesu atau malas-malasan dan

dengan membandingkan data hasil

bosan dapat dibelokkan menjadi

pra-intervensi dengan data post-

perilaku bersemangat dan berminat.

intervensi. Hasil data pra-intervensi

Hal ini senada dengan pendapat John

menunjukkan

sosial

Locke menyatakan bahwa jiwa anak-

yang dimiliki anak sebesar 851

anak merupakan sebuah tabula rasa,

dengan rerata sebesar 42,5, sedang-

seperti kertas kosong, sehingga apa-

kan hasil data post-intervensi setelah

pun pikiran yang muncul darinya

dilakukan refleksi pada siklus I dan

hampir-hampir sepenuhnya muncul

siklus II menunjukkan keterampilan

dari pembelajaran dan pengalaman-

sosial

yang dimiliki anak sebesar

pengalaman mereka (Crain, 2007: 4).

1082,5 dengan rerata 54,1. Berdasar-

Berdasarkan pendapat para

kan data tersebut dapat disimpulkan

ahli di atas, dapat dimaknai bahwa

bahwa permainan tradisional cukup

pemberian stimulus kepada anak itu

efektif untuk dijadikan menu pembe-

sangat penting bagi pembentukan

lajaran dalam meningkatkan kete-

perilaku anak karena anak usia dini

rampilan sosial anak kelas B3 TK

diumpamakan seperti kertas putih

Nurul’Ain.

yang siap diisi dengan bermacam-

bahwa

keterampilan

itu

dapat dari

menjadi

perilaku

diamati

dan

lingkungannya

perilaku

patuh

atau

ramah;

jinak;

259

JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014

macam pengalaman dari lingkungan-

berbagi (Hurlock, 1980: 118). Pola

nya yang akan menjadi dasar dalam

perilaku sosial ini dapat terstimulus

pembentukan perilaku anak tersebut.

melalui lingkungan sosial dimana

Pavlov juga mengemukakan

anak tinggal. Oleh karena itu ling-

teori classical conditioning yang

kungan sangat memberikan peranan

sudah disarikan oleh peneliti terkait

yang sangat besar terhadap ber-

dengan

yang

kembangnya perilaku sosial anak.

menyatakan bahwa anjing dalam

Menurut Helms & Turner pola

laboratoriumnya mengantisipasi ke-

perilaku sosial anak dapat dilihat dari

datangan

anjing

empat dimensi, yaitu: (1) anak dapat

tersebut mendengar atau melihat para

bekerjasama (cooperating) dengan

peneliti

menyiapkan

makanannya

teman, (2) anak mampu menghargai

(Crain,

2007:264).

Berdasarkan

(altruism) teman, baik dalam hal

paparan pendapat di atas, dapat

menghargai milik, pendapat, hasil

dikatakan bahwa perilaku terbentuk

karya teman atau kondisi-kondisi

karena respon yang diberikan oleh

yang ada pada teman, (3) anak

lingkungan sehingga disebut dengan

mampu berbagi (sharing) kepada

teori perilaku classical conditioning.

teman, (4) anak mampu membantu

Respon seseorang terhadap perilaku

(helping others) orang lain (Helms &

yang ditunjukkan oleh orang lain

Turner, 1983: 225).

hasil

temuannya

makanan

saat

ditanggapi dengan cara yang berbeda

Berdasarkan uraian teori-

oleh masing-masing individu. Hal ini

teori yang dikemukakan oleh para

dapat dilihat dari interaksi diantara

ahli dapat diartikan bahwa perilaku

orang tersebut.

sosial merupakan suatu hubungan

Hurlock menambahkan bah-

timbal balik antara dua individu atau

wa pola perilaku sosial yang berkem-

lebih akibat adanya stimulus atau

bang pada masa kanak-kanak yaitu:

pengaruh

(1) meniru atau imitasi; (2) persaing-

bertingkah laku sesuai dengan harap-

an; (3) kerja sama; (4) simpati; (5)

an lingkungan dimana melibatkan

empati; (6) dukungan sosial; (7) mau

faktor kognisi untuk menentukan

dari

lingkungan

untuk

260

Peningkatan Perilaku Sosial Anak Esti Kurniawati Mahardika

individu tersebut menerima atau

takan bahwa: “In play, children

menolak pengaruh dari lingkungan-

develop problem solving skills by

nya. Perilaku sosial anak dapat

trying different ways of doing things

dilihat

and determining the best approach.

dalam

bentuk

kerjasama,

When playing, they learn about other

adaptasi, dan membagi.

people as they try out different roles and adjust to working together

Bermain Menurut Gordon & Browne

(Isbell, 1995:17). Dalam bermain,

menyatakan bahwa bermain memba-

anak-anak dapat mengembangkan

wa harapan dan antisipasi tentang

ketermpilan

dunia yang memberikan kegem-

melalui melakukan cara yang ber-

biraan, dan memungkinkan anak

beda dan merupakan pendekatan

berkhayal seperti sesuatu atau sese-

pembelajaran

orang, suatu dunia yang dipersiapkan

bermain, mereka belajar tentang

untuk berpetualang dan mengadakan

orang lain ketika mereka mencoba

telaah,

anak-anak

peran yang berbeda dan menyesu-

Berbeda

aikan diri dengan bekerja sama.

dengan pendapat Sigmun Frued yang

Bermain merupakan sarana bersosi-

mengartikan bermain sebagai salah

alisasi anak. Hal ini didukung oleh

satu cara yang digunakan seseorang

pendapat Hartley yang menerangkan

anak untuk mengatasi masalah yang

bahwa

dihadapi (Mayke, 1994: 8). Pandang-

ingredient, the vehicle by which

an Freud tentang bermain akhirnya

children

memberikan ilham atau inspirasi

learn about the world around them,

pada para ahli ilmu jiwa untuk

understand themselves and others,

menggunakan bermain sebagai alat

deal with their problem, and practice

diagnosa ataupun ‘mengobati’ anak

some of the skills they will use in the

yang bermasalah.

future (Driscoll, 2005: 72). Bermain

suatu

(Soemiarti,

dunia

2003:

32).

play

mengatasi

yang

is

masalah

baik.

the

communicate,

Ketika

essential

socialize,

Hal tersebut juga didukung

adalah unsur penting sebagai sarana

dengan pendapat Isbell yang menya-

untuk berkomunikasi, bersosialisasi,

261

JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014

belajar tentang dunia sekitar anak,

sikan emosi yang bersifat hiburan

memahami diri sendiri dan orang

dengan konseptual tertentu dan tetap

lain, mengatasi permasalahan anak,

berpegang teguh pada norma serta

dan melatih keterampilan mereka

adat kebiasaan yang telah ada secara

yang akan digunakan di masa yang

turun-temurun. Sementara Bishop &

akan datang.

Curtis

mendefinisikan

permainan

Berdasarkan paparan di atas

tradisional sebagai permainan yang

dapat disimpulkan bahwa bermain

telah diturunkan dari satu generasi ke

merupakan suatu kebutuhan anak,

generasi

terjadi secara spontan dimana ber-

nilai “baik”, “positif”, “bernilai”, dan

main juga dapat digunakan sebagai

“diinginkan” (Theresia, 2011: 6).

alat terapi, memecahkan masalah

berikutnya,

mengandung

Pendapat di atas senada

yang dihadapi dan melepaskan kete-

dengan

gangan dalam diri anak sehingga

menyebutkan bahwa permainan anak

setelah melakukan bermain anak

tradisional

memperoleh kesenangan, kegembi-

nilai tertentu yang dapat ditanamkan

raan, dan kepuasaan. Melalui ber-

dalam diri anak (Christiyati, 1997:

main anak dapat menyesuaikan diri

2). Nilai-nilai tersebut antara lain

dengan peraturan, melatih kerjasama

rasa senang, adanya rasa bebas, rasa

dalam kelompok.

berteman, rasa demokrasi, penuh

pendapat

Dharmamulya

mengandung

beberapa

tanggung jawab, rasa patuh, rasa saling membantu dan sebagainya

Permainan Tradisional Jawa pertama

yang kesemuanya merupakan nilai-

kali dijumpai oleh anak adalah

nilai yang sangat baik dan berguna

permainan tradisional yang diperoleh

dalam

secara turun temurun. Pada hakikat-

Menurut Eva dkk permainan rakyat

nya

sama

merupakan kepanjangan mekanisme

permainan

kebudayaan dalam mengatur tata

rakyat. Permainan tradisional adalah

kelakuan, tata hubungan serta sarana

kegiatan manusia yang mengekspre-

untuk mengakomodasikan segala ide

Permainan

permainan

dengan

yang

yang

tradisional disebut

kehidupan

bermasyarakat.

262

Peningkatan Perilaku Sosial Anak Esti Kurniawati Mahardika

terwujudnya

alam sekitar sebagai sumber bermain

kearifan melalui nilai-nilai yang

dan sebagai sumber alat permainan;

dijadikan patokan bagi tindakan dan

(2)

perbuatan pendukung suatu kebuda-

sering dimainkan dengan jumlah

yaan (Eva dkk, 1997: 1).

pemain yang ramai, walau beberapa

atau

gagasan

demi

permaianan tradisional lebih

Berdasarkan pendapat bebe-

dapat dimainkan hanya berdua atau

rapa ahli di atas maka dapat disim-

bertiga; (3) permainan tradisional

pulkan bahwa permainan tradisional

memiliki nilai-nilai luhur dan pesan-

merupakan suatu kegiatan manusia

pesan moral tertentu seperti nilai-

yang telah diturunkan dari generasi

nilai kebersamaan, kejujuran, tang-

ke

dimana

gung jawab, sikap lapang dada

kegiatan tersebut mengandung nilai-

(kalau mengalami kekalahan), do-

nilai kebudayaan dalam mengatur

rongan berpretasi, menghargai orang

tata kelakuan dan bersifat menghibur

lain,

(mengekspresikan emosi) bagi pema-

kreatif,

in maupun penontonnya. Permainan

terhadap lingkungan sekitar, solidari-

tradisional sebagai salah satu bentuk

tas, spotivitas, dan taat pada aturan;

kebudayaan di Indonesia yang sangat

(4) permainan tradisional memiliki

perlu

keberadaannya.

sifat fleksibel, yaitu dapat dimainkan

Selain itu dalam permainan tradisi-

di dalam ruangan maupun di luar

onal dapat digunakan sebagai sarana

ruangan (walau lebih banyak dimain-

yang sangat efektif pengembangan

kan di luar ruangan atau di lapangan

perkembangan anak. Oleh karena itu

terbuka) dan peraturan pun dapat

sangat

dapat

disesuaikan dengan kesepakatan para

permainan

pemain; (5) permainan tradisional

tradisional ini dalam proses pembe-

memberikan pengalaman yang bersi-

lajaran di sekolah. Adapun karak-

fat emosional yang lahir dari kontak

teristik dalam permainan tradisional

fisik dan kontak mata juga komuni-

adalah sebagai berikut: (1) permain-

kasi antar pemain (Putri, 2013).

an tradisional lebih menggunakan

Selain itu, nilai-nilai yang terkan-

generasi

berikutnya

dilestarikan

diharapkan

mengimplementasikan

untuk

keakraban,

toleransi,

kemandirian,

aktif,

kepedulian

263

JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014

dung dalam permainan tradi-sional

lapangan,

wawancara,

(Christiyati dkk, 1997: 163) yaitu

dengan cara pengisian instrument

meliputi: (1) nilai demokrasi; (2)

penelitian. Analisis data kualitatif

nilai pendidikan; (3) nilai kepri-

yang

badian; (4) nilai keberanian; (5) nilai

interaktif Milles dan Huberman,

kesehatan; (6) nilai persatuan; (7)

sedangkan analisis data kuantitatif

nilai moral.

yang diperoleh

berpedoman

dari

observasi

pada

model

perhitungan

statistik studi proporsi nilai rata-rata anak.

METODE PENELITIAN Metode penelitian menggunakan Penelitian Tindakan (Action

HASIL DAN PEMBAHASAN

Research) dengan model Kemmis

Langkah-langkah dalam pe-

dan Taggart dimana setiap siklusnya

nerapan permainan tradisional jawa

mengikuti tahapan-tahapan sebagai

dalam penelitian ini adalah peren-

berikut: (1) perencanaan (planning),

canaan yang meliputi pembuatan

(2) tindakan (action), (3) pengamatan

RKH, penyiapan instrument terkait

(observation),

perilaku sosial anak, dan menyiapkan

dan

(4)

refleksi 30).

alat dan bahan yang akan digunakan

untuk

dalam pelaksanaan permainan kemu-

mendeskripsikan bagaimana pene-

dian pelaksanaan permainan, dan

rapan permainan tradisional jawa

refleksi terhadap jalannya pelak-

untuk meningkatkan perilaku sosial

sanaan permainan

(reflection)

(Sa’dun,

Penelitian

ini

2009:

bertujuan

anak Kelompok A TK DWP Putra

Setelah dilakukan berbagai

untuk

tindakan dari kegiatan pra-tindakan,

mendeskripsikan apakah permainan

tindakan dalam siklus I dan II maka

tradisional jawa dapat meningkatkan

diperoleh data-data hasil observasi

perilaku sosial anak Kelompok A TK

yang dilakukan oleh peneliti dan

DWP Putra Harapan Bojonegoro.

kolaborator

Harapan

Bojonegoro

dan

menyatakan

bahwa

Teknik pengumpulan data

pelaksanaan tindakan yang dilakukan

yang digunakan, antara lain: catatan

dalam meningkatkan perilaku sosial

264

Peningkatan Perilaku Sosial Anak Esti Kurniawati Mahardika

anak Kelompok A TK DWP Putra

dalam permainan tradisional jawa

Harapan Bojonegoro berjalan dengan

yang meliputi kerjasama, adaptasi

lancar. Walaupun pada pelaksana-

dan membagi. Dimensi

annya masih terdapat hambatan-

yang

hambatan yang ditemui oleh peneliti

yaitu

dan kolaborator. Berdasarkan hasil

dikatakan mengalami peningkatan

deskripsi pelaksanaan tindakan dan

yang baik. Hal ini dapat dilihat dari

analisis

dapat

perilaku yang muncul pada anak

disimpulkan bahwa melalui permain-

ketika memainkan permainan tradisi-

an tradisional jawa dapat mening-

onal jawa ini maupun setelah mela-

katkan perilaku sosial anak di TK

kukan permainan yaitu anak dapat

DWP Putra Harapan Bojonegoro.

memberikan bantuan pada teman

Peningkatan yang terjadi pada setiap

ketika ada teman yang belum menye-

anak dapat dilihat dari hasil skor

lesaikan tugasnya, anak dapat ber-

observasi total yang terdapat pada

peran aktif dalam kegiatan permain-

instrumen perilaku sosial anak dalam

an tradisional jawa dan anak dapat

siklus I dan siklus II.

bermain dengan teman. Hal ini

pertemuan

maka

kerjasama

pertama

sudah

dapat

data

didukung dengan pendapat Hurlock

kualitatif menunjukkan bahwa mela-

yang membagi pola perilaku sosial

lui permainan tradisional jawa dapat

anak

meningkatkan perilaku sosial anak

kerjasama.

Selanjutnya

temuan

diantaranya

adalah

aspek

sesuai dengan pendapat yang dike-

Dimensi yang kedua dalam

mukakan oleh Dharmamulya yang

perilaku sosial anak yaitu adaptasi.

menyatakan bahwa permainan anak

Dalam

tradisional sangat mengandung bebe-

Kelompok

rapa

dapat

Harapan Bojonegoro sudah dapat

ditanamkan dalam diri anak. Dalam

dinyatakan baik setelah dilakukan

hal ini nilai-nilai yang akan ditanam-

tindakan melalui kegiatan permainan

kan pada anak terdapat pada tiga

tradisional jawa. Anak dapat menun-

dimensi yang akan dikembangkan

jukkan perilaku simpati, empati, dan

nilai

tertentu

yang

dimensi A

TK

adaptasi

anak

DWP

Putra

265

JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014

dapat mengkomunikasikan dengan

yang berkembang pada usia anak pra

guru dan teman. Anak dapat meng-

sekolah adalah membagi. Berdasar-

hargai hasil karya teman, mende-

kan paparan diatas dapat disimpul-

ngarkan teman dan guru ketika

kan bahwa melalui kegiatan bermain

berbicara, mampu mengontrol rasa

permainan tradisional jawa, perilaku

marah dan sedih, dapat mengucapkan

sosial anak Kelompok A TK DWP

terimakasih ketika menerima sesu-

Putra Harapan dapat meningkat.

atu, menjawab salam yang diberikan oleh guru atau teman, dapat bercerita

SIMPULAN

atau berdiskusi dengan teman atau

Berdasarkan hasil analisis

kelompoknya dalam bermain dengan

data dan pembahasan pada Penelitian

teman. Hal ini didukung dengan

yang berjudul Peningkatan Perilaku

pendapat Robinson Ambron yang

Sosial Melalui Permainan Tradisi-

menyatakan bahwa dalam proses

onal Jawa dapat diambil kesimpulan

adaptasi anak memerlukan suatu

sebagai berikut:

proses sosialisasi dimana hakikat

1. Penerapan permainan tradisional

sosialisasi adalah proses belajar anak

jawa dalam meningkatkan peri-

agar

laku sosial anak di kelompok A

anak

dapat

diterima

oleh

TK

lingkungannya.

DWP

Putra

Harapan

Putra

Bojonegoro terdiri dari beberapa

Harapan Bojonegoro sudah dapat

permainan yaitu cublak-cublak

dikatakan baik. Anak sudah dapat

suweng, ular naga, balon jepit,

membagi miliknya dengan orang

jamuran, boi-boian, pasaran dan

lain; anak-anak dapat berbagi makan,

balap bakiak. Pada siklus I

minuman,

dan

terdapat tujuh permainan yang

temannya.

Anak-anak

Anak

TK

DWP

mainan

dengan mau

dilakukan dan terdiri dari empat

menggunakan mainan secara bergi-

permainan yang dilakukan di

liran. Hal ini sesuai dengan pendapat

dalam kelas dan tiga permainan

Helms & Turner yang menyatakan

yang dilakukan diluar kelas.

bahwa salah satu pola perilaku sosial

Sedangkan

juga

dalam

siklus

II

266

Peningkatan Perilaku Sosial Anak Esti Kurniawati Mahardika

terdapat lima permainan yang

DAFTAR PUSTAKA

dilakukan dan semua permainan

Akbar, Sa’dun. Penelitian Tindakan Kelas: Filosofi, Metodologi, Implementasi. Yogyakarta:Cipta Media, 2009. Ariani, Christriyati dkk. Pembinaan Nilai Budaya Melalui Permainan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997. D.B, Helm & Turner , J.S. Exploring Child Behavior. New York: Rinehartand, 1983. Driscoll, Amy. Early Childhood Education, birth 8 The World of Children, Families, and Educators. Boston: Pearson, 2005. Larasati, Theresiana Ani. Kekehan: Permainan Gasing Daerah Lamongan. Jakarta: Direktorat Tradisi, Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni, dan Film, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2011. Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan. Erlangga: Jakarta, edisi 5, 1980. Patmonodewo, Soemiarti. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Perdani, Putri Admi. Peningkatan Keterampilan Sosial Anak Melalui Metode Bermain Permainan Tradisional, PPs UNJ. 2013 (Tesis). Rebecca Isbell, The Complete Learning Center Book (Maryland: Gryphon House, 1995), h. 17

tersebut dilakukan diluar kelas. 2. Permainan dapat

tradisional

meningkatkan

jawa perilaku

sosial anak Kelompok A TK DWP

Putra

Harapan

Bojonegoro. Peningkatan dapat dilihat

dari

hasil

sebelum

dilakukan tindakan atau pra intervensi, siklus I dan siklus II. Hal ini dapat dilihat dari hasil pra intervensi dimana sebelum dilakukan sosial

tindakan

yang

perilaku

dimiliki

anak

kelompok A adalah sebesar 139 dengan rerata 41,3%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 279 dengan rerata kelas 83,01% dan pada siklus II sebesar 335 dengan rerata sebesar 99,7%. Berdasarkan data tersebut menjelaskan bahwa permainan tradisional jawa dapat meningkatkan perilaku sosial anak Kelompok A TK DWP Putra Harapan Bojonegoro.

267

JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014

Santrock, John W. Life Span Development. Jakarta: Erlangga, 2002. T, Mayke Sugianto. Bermain, Mainan Dan Permainan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. William Crain, Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007.

Zonaku, “Permainan Tradisional Bugis”, Zonaku Online; http://ihreworte.wordpress.com /2012/03/13/permainantradisional-bugis/, (di akses pada tanggal 12 November 2013). Zulfita, Eva dkk. Pembinaan Nilainilai Budaya Melalui Permainan Rakyat Di Daerah Jambi. Jambi: Lazuardi Indah Jambi, 1997.

268