PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN

Download JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. ... belajar siswa; efektivitas pembelajaran matematika materi pembelajaran perbandingan ... ...

0 downloads 429 Views 590KB Size
52

JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS V SEMESTER II SDN 3 NOTOREJO KECAMATAN GONDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh: Supraptini SDN 3 Notorejo, Gondang, Tulungagung

Abstrak. Tujuan diadakannya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, peningkatan prestasi belajar siswa; efektivitas pembelajaran matematika materi pembelajaran perbandingan dan skala pada siswa melalui pendekatan konstruktivisme dan sikap siswa terhadap pembelajaran matematika materi pembelajaran perbandingan dan skala melalui pendekatan konstruktivisme. Lokasi penelitian tindakan ini adalah SDN 3 Notorejo Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung. Sedangkan Obyek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V Semester II SDN 3 Notorejo Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 20 siswa. Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan setelah pembelajaran diterapkan melalui pendekatan Konstruktivisme pada bidang studi matematika di Kelas V Semester II SDN 3 Notorejo tahun pelajaran 2012/2013. Kata Kunci: pendekatan konstruktivisme, matematika, perbandingan dan skala

Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivisme, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyongkonyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Nurhadi, 2003).

Menurut Wuryadi (2000) dalam proses pembelajaran, Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan yang memberikan pengakuan terhadap keragaman siswa. Dalam pandangan pembelajaran konstruktivisme ini diakui bahwa siswa, pada awal proses pembelajaran, telah memiliki konsep kognitif, afektif dan psikomotor tertentu sebagai akibat pembelajaran dan pengalaman sebelumnya. Bertolak dari pengetahuan awal dan pengalaman ini, siswa membangun sendiri pandangan mereka terhadap pengetahuan baru yang sedang diperolehnya. Prinsip konstruktivisme merupakan belajar bermakna dapat dicapai melalui pengalaman dan refleksi terhadap pengalaman. Pengalaman dalam hal ini bukanlah pengalaman orang lain yang diabstraksikan dan dikumpulkan dalam sebuah buku, tetap pengalaman langsung yang dilakukan sendiri. Pengalaman itu selanjutnya harus diikuti dengan analisis dan refleksi. Jonassen yang dikutip oleh Kusaeri (2001) menyatakan bahwa dalam pandangan

Supraptini, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pendekatan Konstruktivisme...

konstruktivisme sebuah realitas ada dalam pikiran mereka yang mengetahui, sehingga merekalah yang membentuk atau sekurangkurangnya menafsirkan realitas berdasarkan persepsi mereka sendiri. Sebagai implikasinya Pendekatan konstruktivisme lebih menekankan bagaimana pengetahuan dibangun dengan bantuan pengalaman, pengetahuan awal dan keyakinan yang dimiliki untuk menafsirkan obyek-obyek dan peristiwa penting. Sesungguhnya pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme memiliki beberapa kelebihan, namun pada kenyataan implementasinya pada kelas-kelas pendidikan di Indonesia masih mempunyai banyak kendala. Bagi guru kendala-kendala yang ditemui diantaranya: (1) Guru-guru Indonesia adalah tenaga pendidik yang telah dilatih di LPTK dengan pendekatan tradisional dan telah melakukan proses pembelajaran bertahun-tahun dengan pendekatan tradisional. Guru akan kesulitan untuk mengubah pendekatan pembelajarannya dengan pembelajaran yang baru. (2) Pembelajaran konstruktivisme memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikan sebuah konsep, sedangkan sistem pendidikan menuntut terselesainya target kurikulum. (3) Guru konstruktivisme dituntut untuk lebih kreatif dan berwawasan luas, namun kondisi perekonomian guru

53

membatasi akses guru, utamanya untuk memanfaatkan perkembangan teknologi informasi. (4) Pendekatan konstruktivisme menuntut adanya perubahan sistem evaluasi, sedangkan sistem pendidikan Indonesia masih mempergunakan sistem evaluasi yang tradisional. (5) Guru telah terbiasa dengan kurikulum terkontrol sedangkan pendekatan konstruktivisme memerlukan kurikulum yang fleksibel. Dari beberapa kendala pelaksanaan strategi pembelajaran tersebut, diharapkan mampu diatasi oleh beberapa kelebihan yang dimiliki oleh pendekatan konstruktivisme tersebut. Kusaeri (2000) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran konstruktivisme. Diantaranya: (1) Murid harus selalu aktif selama proses pembelajaran, (2) Proses aktif adalah proses membuat segala sesuatu masuk akal, (3) Interpretasi selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya, (4) Kegiatan belajar mengajar tidak hanya proses pengalihan pengetahuan, tetapi juga pengalihan keterampilan dan kemampuan. Berikut ini bagan tahapan belajar mengajar konstruktivisme, yang meliputi: (1) pemanasan apersepsi, (2) eksplorasi, (3) konsolidasi pembelajaran, (4) pembentukan sikap dan perilaku, dan (5) penilaian formatif.

PEMANASAN – APERSEPSI Tanya jawab tentang pengetahuan dan pengalaman

ALOKASI WAKTU  5 – 10%

EKSPLORASI Tanya jawab tentang pengetahuan dan pengalaman

 25 – 30%

KONSOLIDASI PEMBELAJARAN Negoisasi dalam rangka mencapai pengetahuan baru

 35 – 40%

PEMBENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU Pengetahuan diproses menjadi nilai, sikap dan perilaku

 10%

PENILAIAN FORMATIF

 10%

Gambar 1 Tahapan Belajar Mengajar Konstruktivisme

54

JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015

Berdasarkan Gambar 1, dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut: 1. Pemanasan Apersepsi, meliputi: (a) Pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami siswa, (b) Motivasi siswa dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi siswa, dan (c) Siswa didorong agar tertarik untuk mengetahui halhal yang baru. 2. Eksplorasi, meliputi: (a) Materi/ ketrampilan baru diperkenalkan, (b) Kaitkan materi dengan pengetahuan yang sudah ada pada siswa, dan (c) Mencari metodologi yang paling tepat dalam meningkatkan penerimaan siswa akan materi baru. 3. Konsolidasi Pembelajaran, meliputi: (a) Libatkan siswa secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi ajaran baru, (b) Libatkan siswa secara aktif dalam problem solving, (c) Letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi ajar yang baru dengan berbagai aspek kegiatan/kehidupan di dalam lingkungan, dan (d) Cari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan siswa. 4. Pembentukan Sikap dan Perilaku, meliputi: (a) Siswa didorong untuk menerapkan konsep/pengertian yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari, (b) Siswa membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari, dan (c) Cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan pada sikap dan perilaku siswa. 5. Penilaian Formatif, meliputi: (a) Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran siswa, (b) Gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau kekurangan siswa dan masalah-masalah yang dihadapi oleh guru, dan (c) Cari metodologi yang paling tepat dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas ialah

Aritmatika, Aljabar, geometri dan analisis (analysiss) dimana arti dari aritmatika mencakup antara lain teori bilangan dan statistik, selain itu Matematika adalah ratunya ilmu (matematice is the queen science) maksudnya antara lain ialah bahwa Matematika itu tidak tergantung pada bidang studi lain, misalnya bahasa, dan agar dapat dipahami orang dengan tepat kita harus menggunakan simbul dan istilah yang cermat yang disepakati secara bersama. Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan dan rumusan unsur-unsur lainnya yang kita definisikan itu di buat suatu asumsiasumsi dasar atau aksioma-aksioma atau postulat-postulat dalam hal ini aksioma dan postulat penulis samakan yaitu pernyataan dasar dalam Matematika tidak disangsikan kebenarannya karena kebenarannya tidak di sangsikan lagi. Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, unsur-unsur yang didefinisikan aksioma atau postulat disusunlah teori-teori atau dalil-dalil yang benar (dapat di buktikan) yang berlaku umum. Dalil-dalil yang dirumuskan itu banyak sekali, jadi Matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tak didefinisikan keunsur-unsur yang didefinisikan, aksioma-aksioma dan dalil-dalil dimana dalil-dalil itu setelah dibuktikan kebenarannya, berlaku secara umum. Karena itu Matematika sering disebut ilmu deduktif. Obyek langsung dalam Matematika ialah fakta, keterampilan proses dan aturan (principal) untuk mempelajari obyek-obyek langsung ataupun untuk mempelajari topiktopik dalam Matematika tidak dapat sembarangan. Topik-topik dalam Matematika itu tersusun secara hirarki mulai dari yang mendasar atau sudah sampai kepada yang paling sukar. Setiap orang yang ingin belajar Matematika dengan baik harus melalui jalur-jalur pasti telah tersusun secara logis. Disamping itu setelah anak memahami fakta., keterampilan konsep dan aturan obyek-obyek langsung itu harus dilatih dan difahamkannya juga. Ia harus hafal simbul, notasi,

Supraptini, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pendekatan Konstruktivisme...

definisi, aturan, prosedur rumus, dalil yang lain-lainnya agar penerapannya pada situasi yang baru lancar mengenai pemahaman suatu konsep atau dalil yang merupakan prasarat itu dapat secara intensif dan dapat pula secara deduktif. Tujuan diadakannya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Peningkatan prestasi belajar siswa Kelas V SDN 3 Notorejo Tahun pelajaran 2012/2013 Semester II pada pembelajaran matematika materi pembelajaran Perbandingan dan skala. (2) Efektivitas pembelajaran matematika materi pembelajaran Perbandingan dan skala pada siswa Kelas V SDN 3 Notorejo Tahun pelajaran 2012/2013 Semester II setelah pembelajaran diterapkan melalui pendekatan konstruktivisme. (3) Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika materi pembelajaran Perbandingan dan skala melalui pendekatan konstruktivisme. METODE PENELITIAN Pendekatan dan jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian tindakan. Menurut Moelong (2000) penelitian tindakan merupakan proses daur ulang, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pemantauan, refleksi yang mungkin diikuti dengan perencanaan ulang. Penelitian tindakan bertujuan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan baru atau cara pendekatan baru untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia faktual (Zuriah, 2003). Kehadiran peneliti dalam kegiatan penelitian ini lebih tepat bila dimaksudkan dalam kegiatan peran serta. Sebab peneliti dalam penelitian ini tergolong pada penelitian tindakan partisipan. Zuriah (2003) mengatakan bahwa orang yang akan melakukan penelitian tindakan haruslah terlibat dalarn proses penelitian dari awal. Untuk itu peneliti harus melakukan pengamatan berperan serta dalam penelitian ini. Spradley (1980) membagi tiga tahap pengamatan berperan serta dalam penelitian kualitatif, diantaranya: (1) Dimulai dari

55

pengamatan-pengamatan yang bersifat memeriksa (descriptive observations) secara luas, dengan melukiskan situasi sosial secara umum yang ada di lokasi penelitian, (2) Kemudian dilanjutkan dengan pengamatanpengamatan yang lebih terfokus (focused observations) untuk menemukan kategorikategori utama tentang fokus penelitian, dan (3) Setelah itu diadakan pengamatanpengamatan yang bersifat selektif (selective observations) untuk menemukan kategorikategori yang lebih rinci tentang sub-sub fokus penelitian. Selanjutnya Spradley (1980) menjabarkan lima tipe keterlibatan peneliti dalam Partisipasi Observasi ini adalah sebagai berikut. (a) Non Participation. Pada tipe ini peneliti dalam melakukan penelitian tidak berpartisipasi. Artinya peneliti hanya melakukan pengamatan (melihat) secara pasif dan menjauhi agar tidak terlibat dalam aktivitas obyek penelitian, (b) Passive Participation. Tahap ini peneliti ikut atau berada dalam obyek penelitian, tetapi tidak berpartisipasi atau interaksi dengan obyek penelitian. Peneliti hanya mondar-mandir sebagai penonton saja, (c) Moderal Participation. Peneliti sudah pada konteks untuk menjaga keseimbangan antara seseorang yang berada di dalam (insider) dan menjadi seseorang yang berada di luar (outsider) ataupun terlibat dan mengamati, (d) Active Participation. Pada tahap ini peneliti secara aktif melakukan apa yang dilakukan oleh personal-personal sekolah, dan (e) Complete or Ordinary participation. Tipe ini merupakan tahap tertinggi dalam keterlibatan peneliti sebagai observer partisipant. Peneliti total melakukan seperti apa yang dikerjakan oleh personal-personal sekolah dalam memperoleh data penelitian. Lokasi penelitian tindakan ini adalah SDN 3 Notorejo Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung. Sedangkan Obyek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut adalah faktor perbedaan kemampuan belajar antara siswa, dan kon-

56

JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015

disi lingkungan lokasi penelitian. Objek penelitian ini adalah siswa Kelas V Semester II SDN 3 Notorejo Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 20 siswa. Sumber data yang dimaksudkan adalah manusia dan non manusia. Sumber data manusia dalam penelitian tindakan ini adalah mitra guru di SDN 3 Notorejo Kecamatan Gondang, peneliti dan siswa Kelas V Semester II SDN 3 Notorejo kecamatan Gondang. Sedangkan sumber data non manusia berupa dokumentasi hasil pengamatan dan catatan observasi peneliti, hasil evaluasi belajar, dan dokumen lain yang relevan dengan ruang lingkup penelitian. Penggunaan prosedur pengumpulan data yang tepat dapat diperoleh data yang objektif dalam kegiatan penelitian. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini diantaranya. Observasi, diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Zuriah, 2003). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa. Ada dua jenis observasi yang dilakukan, diantaranya: (a) Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan dimana observer berada bersama objek yang diselidiki, dan (b) Observasi tidak langsung, yaitu observasi atau pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diteliti. Dengan menggunakan teknik ini, melakukan catatan terhadap basil observasi dengan menggunakan daftar cek (chek list). Dalam penelitian ini metode observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah pengamatan berperan serta dalam serangkaian kegiatan penelitian. Wawancara merupakan salah satu prosedur terpenting untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, sebab banyak informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara. Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh data sesuai

dengan kenyataan pada saat peneliti melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa Kelas V Semester II SDN 3 Notorejo kecamatan Gondang tahun pelajaran 2012/2013 dan guru kelas di sekolah tersebut dan sekolah lainnya. Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara mendalam yang tidak terstruktur. Sebab dalam wawancara tidak terstruktur akan diperoleh informasi sebanyak-banyaknya yang rahasia, dan sensitif sifatnya sekalipun serta memungkinkan sekali dicatat semua respons afektif informan yang tampak selama wawancara berlangsung (Bafadal, 1994). Namun dalam pelaksanaan wawancara tersebut tetap mengacu pada Guba dan Lincoln (Bafadal, 1994) bahwa sebelum melakukan wawancara terlebih dahulu disusun garis-garis besar pertanyaan yang disampaikan kepada informan berdasarkan pada fokus dan sub fokus penelitian. Menurut Zuriah (2003) teknik ini adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsiparsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Guba & Lincoln (1981) mengatakan bahwa dokumen dan record dapat digunakan untuk keperluan penelitian karena: (a) Merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong, (b) Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, (c) Sifatnya alamiah sesuai dengan konteks, (d) Hasil pengkajian akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan yang diselidiki. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I 1. Refleksi Awal Peneliti (kepala sekolah) bersama kolaborator (guru kelas V) mendiskusikan tentang rendahnya prestasi hasil belajar matematika pada siswa Kelas V semester II SDN 3 Notorejo Kecamatan Gondang tahun pelajaran 2012/2013. Hasil diskusi tersebut

Supraptini, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pendekatan Konstruktivisme...

selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk mengadakan kegiatan penelitian. Materi pembelajaran pada kegiatan penelitian ini adalah Perbandingan dan skala. 2. Planning (perencanaan) Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan ini adalah: (1) Menentukan topik yang akan diterapkan dalam pembelajaran. (2) Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK). (3) Merumuskan butir-butir pengarahan, petunjuk dan tindakan-tindakan lain untuk kelancaran jalannya penelitian tindakan. 3. Action (pelaksanaan) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I sesuai dengan yang terdapat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, yaitu: A. Kegiatan Awal: (1) Tanya jawab tentang pecahan sebagai perbandingan. (2) Guru memotivasi siswa tentang pentingnya mempelajari materi ini B. Kegiatan Inti: (1) Guru mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan kehidupan nyata siswa. (2) Menjelaskan tentang pengertian perbandingan dan skala. (3) Guru meminta siswa untuk mengerjakan lembar kerja yang tersedia. (4) Siswa menyelesaikan lembar kerja secara berkelompok. (5) Tiap kelompok melaporkan hasil kerjanya dalam diskusi kelas. (6) Menyimpulkan hasil diskusi kelas. (7) Pemajangan hasil kerja kelompok. (8) Selama kegiatan diadakan penilaian dalam proses. C. Kegiatan Akhir: (1) Mencatat rangkuman hasil diskusi. (2) Penilaian akhir. 4. Observing (pengamatan) Berdasarkan paparan data kegiatan siklus I, maka diperoleh hasil pengamatan dan observasi peneliti berkaitan dengan upaya peningkatan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran konstruktivisme. Secara umum, hasil dari observasi dan catatan peneliti selama kegiatan penelitian berlangsung, menunjukkan bahwa pendekatan konstruktivisme berdampak positif terhadap minat belajar siswa Kelas V

57

Semester II SDN 3 Notorejo Tahun pelajaran 2012/2013 Semester II bidang studi Matematika materi pembelajaran Perbandingan dan skala. Dalam penelitian tindakan ini, prestasi belajar siswa dapat didiskripsikan melalui keaktifan kegiatan siswa selama melakukan kegiatan pembelajaran. Asumsi peneliti bila siswa aktif dalam kegiatan belajar, dipastikan bahwa minat dan prestasi belajar siswa terhadap materi pembelajaran itu lebih besar. Demikian juga sebaliknya. Sedangkan hasil belajar siswa ditunjukkan oleh nilai hasil evaluasi setiap akhir kegiatan. Tabel 1 Nilai Hasil Evaluasi Siswa Pada Siklus I No.

Nama Siswa

1 2 3

Aldi Agus Priantoro Bima Putra Nugroho Candra Aries Setiawan Chi'ca Rahayu Dewi Ristiani Dimas Adi Saputra Eka Dewi Damayanti Elysia Septi Amanda Fabril Afkrinanta Fitria Auliana Isyfa Qurrata Aini Kharisma Putri Damayanti Moch. Khoirul Mualimin Muh. Alfaris Ikhwannurizky Nadila Nurhaliza Nurmansyah Bagas Abdillah Rico Anjaya Kusuma Siti Emilia Maysaroh Sugiono Tri Atmojo Yoga Dwi Darmawan Jumlah Total Rata – rata

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Hasil Nilai 80 80 70 70 70 70 60

Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas T T T T T T TT

60 80 70 70 90

T T T T

TT

70

T

60

TT

50 70

T

TT

70

T

60

TT

70 60

T

1380 69.00

14 70.00

TT 6 30.00

Berdasarkan data pada tabel di atas, diperoleh rata-rata prestasi belajar siswa adalah sebesar 69.00 dengan ketuntasan sebesar 70,00%. Dari data tersebut dapat dipaparkan distribusi hasil belajar kegiatan

58

JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015

pembelajaran siswa Kelas V SDN 3 Notorejo kecamatan Gondang tahun pelajaran 2012/2013 pada siklus I. Tabel 2 Distribusi Hasil Nilai Siswa Kelas V SDN 3 Notorejo Pada Siklus I Kategori Frekwensi No Nilai Frekwensi Prestasi % belajar 80,01 1. 1 5,00 Baik 100,00 2. 60,01 -80,00 13 65,00 Sedang 3. ≤ 60,00 6 30,00 Kurang Total: 20 100

Dari frekuensi data tersebut diketahui kategori kurang dalam prestasi belajar adalah ≤ 60,00 dengan frekuensi 6 dengan prosentase 30,00%, kategori nilai sedang adalah 60,01-80,00 dengan frekuensi 13 dan prosentase 65,00%, sedangkan kategori hasil belajar baik adalah 80,01-100,00 dengan frekuensi 12 prosentase 5,00%. Berikut penulis sajikan dalam diagram lingkaran distribusi hasil belajar siswa Kelas V SDN 3 Notorejo Kecamatan Gondang tahun pelajaran 2012/2013 semester II. 5,00

BAIK

30,00

SEDANG 65,00

KURANG

Gambar 1 Distribusi Hasil Nilai Pada Siklus I

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I, dapat dicatat keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (diskusi kelas) dengan pendekatan konstruktivisme. Aktifitas kegiatan siswa rata-rata sebesar 60.71%. Sedangkan aktifitas kegiatan guru dalam menerapkan pendekatan konstruktivisme pada kegiatan belajara adalah sebesar 62.50%.

5. Reflection (refleksi) Berdasarkan paparan data tentang aktivitas dan prestasi belajar siswa Kelas V SDN 3 Notorejo Tahun pelajaran 2012/2013, peneliti melakukan refleksi dari hasil temuan kegiatan penelitian sebagai berikut: (1) aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran mulai nampak terlihat ada peningkatan dibandingkan dengan kegiatan pembelajaran sebelumnya, (2) beberapa siswa cepat dalam mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, sehingga hasil evaluasi belajar yang dilakukan oleh guru beberapa siswa tidak mengalami kesulitan (3) beberapa siswa sudah ada keberanian dalam menyampaikan pendapat, dan (4) kegiatan diskusi sudah tekesan hidup dan berjalan, tetapi masih didominasi oleh siswa yang pandai. Selanjutnya hasil yang tercapai pada siklus I ini dirumuskan oleh peneliti dan guru kelas V untuk dijadikan acuan pada kegiatan siklus II agar dicapai nilai yang maksimum. Siklus II 1. Planning (perencanaan) Berdasarkan paparan data kegiatan siklus I, maka diperoleh hasil pengamatan dan observasi peneliti berkaitan dengan upaya peningkatan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran konstruktivisme. Secara umum, hasil dari observasi dan catatan peneliti selama kegiatan penelitian berlangsung, menunjukkan bahwa pendekatan konstruktivisme berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa Kelas V Semester II SDN 3 Notorejo Tahun pelajaran 2012/2013 dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran Matematika materi pembelajaran Perbandingan dan skala. Pada siklus II ini kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I lebih diperhatikan dan ditingkatkan agar tercapai hasil yang maksimal dalam kegiatan belajar mengajar.

Supraptini, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pendekatan Konstruktivisme...

2. Action (pelaksanaan) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II masih sama pada siklus I yaitu sesuai dengan yang terdapat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, langkah pembelajaran pada siklus II adalah: A. Kegiatan Awal: (1) Tanya jawab tentang pecahan sebagai perbandingan. (2) Guru memotivasi siswa tentang pentingnya mempelajari materi ini B. Kegiatan Inti: (1) Guru mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan kehidupan nyata siswa. (2)Menjelaskan tentang pengertian perbandingan dan skala. (3) Guru meminta siswa untuk mengerjakan lembar kerja yang tersedia. (4) Siswa menyelesaikan lembar kerja secara berkelompok. (5) Tiap kelompok melaporkan hasil kerjanya dalam diskusi kelas. (6) Menyimpulkan hasil diskusi kelas. (7) Pemajangan hasil kerja kelompok. (8) Selama kegiatan diadakan penilaian dalam proses. C. Kegiatan Akhir: (1) Mencatat rangkuman hasil diskusi. (2) Penilaian akhir. 3. Observing (pengamatan) Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II, dapat dicatat keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (diskusi kelas) dengan pendekatan konstruktivisme, rata-rata keaktifan belajar siswa adalah sebesar 79.46%. Sedangkan aktifitas guru dalam menerapkan pendekatan konstruktivisme adalah sebesar 80.00%. Berdasarkan data hasil evaluasi yang dilakukan, secara rinci akan dipaparkan dari hasil evaluasi belajar siswa Kelas V Semester II SDN 3 Notorejo Tahun pelajaran 2012/2013. Berikut hasil evaluasi kegiatan pembelajaran pada siklus II. Tabel 3 Nilai Hasil Evaluasi Siswa Pada Siklus II No.

Nama Siswa

1 2 3

Aldi Agus Priantoro Bima Putra Nugroho Candra Aries Setiawan Chi'ca Rahayu

4

Hasil Nilai 80 90 80 80

Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas T T T T

No.

Nama Siswa

5 6 7

Dewi Ristiani Dimas Adi Saputra Eka Dewi Damayanti Elysia Septi Amanda Fabril Afkrinanta Fitria Auliana Isyfa Qurrata Aini Kharisma Putri Damayanti Moch. Khoirul Mualimin Muh. Alfaris Ikhwannurizky Nadila Nurhaliza Nurmansyah Bagas Abdillah Rico Anjaya Kusuma Siti Emilia Maysaroh Sugiono Tri Atmojo Yoga Dwi Darmawan Jumlah Total Rata – rata

8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Hasil Nilai 100 90 70

59

Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas T T T

90 90 80 80 100

T T T T T

80

T

90

T

60 100

T

80

T

90

T

80 80

T T

1690 84.50

19 95.00

TT

1 5.00

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa rata-rata prestasi belajar siswa mencapai 84,50 dengan ketuntasan belajar mencapai 95,00%. Berikut penulis sajikan distribusi hasil nilai siswa Kelas V SDN 3 Notorejo tahun pelajaran 2012/2013 semester II pada siklus II. Tabel 4 Distribusi Hasil Nilai Siswa Kelas V SDN 3 Notorejo Pada Siklus II No

Nilai

Frekuensi Frekuensi %

1. 80,01 - 100,00 2. 60,01 -80,00 3. ≤ 60,00 Total:

9 10 1 20

45,00% 50,00% 5,00% 100%

Kategori Prestasi belajar Baik Sedang Kurang

Dari frekuensi data tersebut diketahui kategori kurang dalam hasil belajar adalah ≤ 60,00 dengan frekuensi 1 dengan prosentase sebesar 5,00%, kategori nilai sedang adalah 60,01-80,00 dengan frekuensi 10 dengan prosentase 50,00%, sedangkan kategori hasil belajar baik adalah 80,01-100,00 dengan frekuensi 9 dengan prosentase 45,00%. Berikut penulis sajikan dalam diagram

60

JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015

lingkaran distribusi hasil belajar siswa Kelas V SDN 3 Notorejo Kecamatan Gondang tahun pelajaran 2012/2013 semester II pada siklus II 5,00

45,00 50,00

BAIK SEDANG KURANG

Gambar 2 Distribusi Hasil Nilai Pada Siklus II

4. Reflection (refleksi) Berdasarkan paparan data tentang aktivitas dan prestasi belajar siswa Kelas V Semester II SDN 3 Notorejo, peneliti melakukan refleksi dari hasil temuan kegiatan penelitian sebagai berikut: (1) aktivitas siswa dalam kegiatan terlihat ada peningkatan yang cukup signifikan, (2) mayoritas siswa cepat dalam mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, sehingga hasil evaluasi belajar yang dilakukan oleh guru tidak mengalami kesulitan (3) siswa sudah ada keberanian dalam menyampaikan pendapat, dan (4) kegiatan diskusi sudah terkesan hidup dan berjalan, hampir seluruh siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran hanya ada 1 siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan uraian data yang telah dipaparkan di atas maka pembelajaran melalui pendekatan konstruktivisme pada siklus II ini dikatakan berhasil karena siswa telah tuntas belajar dan mencapai ketuntasan sebesar 95,00%. Siswa selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran melalui pendekatan konstruktivisme pada pembelajaran matematika materi Perbandingan dan skala. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan penelitian telah berhasil. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah

dilakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya, sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Dalam penelitian ini refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan guru mitra/ kolaborator adalah dengan cara mendiskusikan hasil kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini. Kegiatan tersebut meliputi: (1) analisis, (2) sintesis, (3) pemaknaan, (4) penjelasan, dan (5) penyimpulan data dan informasi yang dikumpulkan. Berdasarkan paparan data tersebut, maka dalam penelitian tindakan ini dapat direfleksikan sebagai berikut: (1) Pendekatan konstruktivisme memiliki dampak siswa aktif di dalam kegiatan pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa Kelas V Semester II SDN 3 Notorejo Tahun pelajaran 2012/2013, dalam kegiatan pembelajaran Matematika materi Perbandingan dan skala mengalami peningkatan yang berarti. (2) Dalam Pendekatan konstruktivisme, setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disesuaikan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Karena itulah dalam Pendekatan konstruktivisme, kegiatan pembelajaran harus dimulai dengan hal yang sudah dikenal dan dipahami siswa. Agar siswa aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa sehingga siswa mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. Demikian juga guru harus dapat menciptakan situasi yang kondusif, sehingga materi pelajaran selalu tampak menarik dan tidak membosankan. (3) Pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran lain selain mata pelajaran Matematika. Namun yang perlu dicatat, bahwa penggunaan strategi belajar, harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa, baik itu lingkungan belajar,

Supraptini, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pendekatan Konstruktivisme...

maupun kemampuan masing-masing individu. (4) Hal yang perlu diingat dalam penggunaan Pendekatan konstruktivisme dalam kegiatan pembelajaran adalah: (a) pusat kegiatan pembelajaran adalah siswa aktif, (b) pembelajaran dimulai dengan hal yang sudah diketahui dan dipahami siswa, (c) bangkitkan motivasi belajar dengan membuat matode pelajaran sebagai hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa, dan (d) guru harus selalu mengenali materi pelajaran dan metode pembelajaran yang membuat siswa bosan, dan hal ini harus segera ditanggulangi. Dari hasil refleksi tersebut, hasil penelitian tindakan ini telah mencapai sasaran yang diinginkan yaitu meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas V SDN 3 Notorejo Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung tahun pelajaran 2012/2013 semester II. Aktifitas dan minat siswa juga mengalami peningkatan. Berdasarkan pada pembahasan rumusan masalah dalam penelitian tindakan ini, menunjukkan bahwa Pendekatan konstruktivisme dalam kegiatan pembelajaran Matematika materi Perbandingan dan skala bagi siswa Kelas V Semester II SDN 3 Notorejo Tahun pelajaran 2012/2013 dimaksudkan untuk: 1. Meningkatkan Aktivitas Siswa Setiap siswa memiliki berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dorongan untuk berbuat. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan, termasuk perbuatan belajar dan bekerja, dimaksudkan untuk memuaskan kebutuhan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu pula. Setiap saat kebutuhan dapat berubah dan bertambah. Atas dasar pemyataan tersebut di atas, maka aktivitas siswa dalam belajar perlu ditingkatkan dengan suatu strategi pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa. Pendekatan konstruktivisme salah satu pendekatan yang

ditawarkan peneliti tindakan kelas ini.

dalam

61

penelitian

2. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Motivasi merupakan salah satu unsur pokok dalam proses pembelajaran. Keller (1993) membedakan motivasi belajar menjadi dua kelompok, (a) motivasi yang ada dalam diri siswa, dan (b) motivasi yang ada dalam pembelajaran. Motivasi adalah perubahan energi dalam dan seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Di dalam perumusan ini dapat dilihat, bahwa ada dua unsur yang saling berkaitan, yaitu sebagai berikut, (1) motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, dan (2) motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Dengan Pendekatan konstruktivisme diharapkan motivasi belajar siswa dalam mata Pelajaran Matematika dapat mengalami peningkatan yang berarti, sebab dalam proses belajar dengan pendekatan ini siswa lebih aktif dan selalu melakukan kegiatan belajar sesuai dengan kemampuan siswa selaku pebelajar. Pernyataan tersebut ditegaskan oleh Hamalik (2002), yang mengatakan bahwa siswa lebih senang belajar jika mengambil bagian yang aktif dalam latihan/praktek untuk mencapai tujuan pembelajaran. Praktek secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, beraktivitas, bukan mendengarkan ceramah dan mencatat. Pengajaran hendaknya disesuaikan dengan prinsip sebagai berikut: (1) usahakan agar siswa sebanyak mungkin menjawab pertanyaan-pertanyaan atau memberikan respon terhadap pertanyaan guru, sedangkan siswa lainnya menulis jawaban dan menanggapi secara lisan, (2) mintalah agar siswa menyusun dan menata kembali informasi yang diperolehnya dari bacaan, dan (3) sediakan laboratorium dan situasi praktek lapangan berdasarkan tujuan pengajaran yang dirumuskan sebelumnya.

62

JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015

3. Meningkatkan Prestasi Siswa Motivasi belajar merupakan segala pekerjaan yang berhasil dan prestasi menunjukkan kecakapan manusia yang telah di capai. Menurut Gagne yang dikutip oleh Badawi (1987) mengatakan bahwa hasil belajar dapat diukur dengan menggunakan tes karena hasil belajar berupa ketrampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan, dan nilai dan sikap. Berkaitan dengan usaha meningkatkan motivasi belajar, belajar akan lebih mudah dan dapat dirasakan bila belajar tersebut mengetahui hasil yang diperoleh. Kalau belajar berarti perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, maka perubahan-perubahan itu harus dapat diamati dan dinilai. Hasil dari pengamatan dan penilaian inilah umumnya diwujudkan dalam bentuk motivasi belajar.

95,00 84,50

100,00

80,00 60,00

Prestasi yang diperoleh oleh siswa Kelas V Semester II SDN 3 Notorejo Tahun pelajaran 2012/2013 Semester II menunjukkan peningkatan lebih baik. Hal ini ditunjukkan dari hasil observasi peneliti dalam serangkaian kegiatan penelitian tindakan, khususnya kegiatan pembelajaran di kelas. Hasil kegiatan yang diperoleh meliputi, peningkatan aktivitas, motivasi dan prestasi belajar. Untuk prestasi belajar ditunjukkan pada hasil evaluasi pada sebelum siklus sebesar 60.00 dengan ketuntasan hanya mencapai 45,00%, pada siklus I sebesar 69.00 dengan ketuntasan sebesar 70,00% dan pada siklus II mencapai 84,50 dengan ketuntasan 95,00%. Berikut disajikan perbandingan rata-rata prestasi hasil belajar dan ketuntasan siswa setiap siklus.

60,00

70,00 69,00 PRESTASI BELAJAR

45,00

KETUNTASAN BELAJAR

40,00 20,00 0,00 SEB. SIKLUS

SIKLUS I

SIKLUS II

Gambar 3 Prestasi Belajar dan Ketuntasan Siswa Setiap Siklus

PENUTUP Kesimpulan Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan setelah pembelajaran diterapkan melalui pendekatan Konstruktivisme pada bidang studi matematika di Kelas V SDN 3 Notorejo tahun pelajaran 2012/2013 Semester II. Pembelajaran matematika materi Perbandingan dan skala melalui pedekatan konstruktivisme sangat efektif diterapkan pada siswa Kelas V SDN 3 Notorejo Tahun pelajaran 2012/2013 Semester II. Sikap siswa mengalami peningkatan ke arah po-

sitif dan membaik setelah pembelajaran diterapkan melalui pendekatan konstruktivisme pada siswa Kelas V SDN 3 Notorejo Tahun pelajaran 2012/2013 Semester II. Saran Guru hendaknya mempertimbangkan pemberian materi pembelajaran dengan mengenalkan kepada siswa dengan menggunakan berbagai macam strategi. Salah satu strategi pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan pembelajaran konstruktivisme. Penerapan pendekatan konstruktivisme dalam kegiatan pembelajaran di kelas

Supraptini, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pendekatan Konstruktivisme...

63

perlu ditingkatkan, dengan harapan siswa dapat terpacu minat dalam belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Pendekatan ini perlu diulang-ulang dengan memberikan materi yang sederhana menuju ke materi yang lebih variatif. Minat belajar siswa dapat dimunculkan dengan berbagai

macam teknik dan metode yang disampaikan oleh guru. Pendekatan konstruktivisme merupakan salah satu cara yang dapat ditawarkan oleh peneliti. Dengan harapan bila motivasi belajar siswa meningkat maka prestasi belajar yang diperoleh siswa juga akan meningkat pula.

DAFTAR RUJUKAN Bafadal, I. 1994. Proses Perubahan di sekolah. Desetasi tidak Dipublikasikan. Program Pascasarjana IKIP Malang.

Nasution, S. 1988. Metode Penelilian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Penerbit Tarsito.

Guba, E. G., & Lincoln, Y. S. 1981. Effective Evaluation. San Fransisco: Jossey Bass Publishers. Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara. Kusaeri, S. 200 f. Pendekatan Konstruktivis dan Kendalanya dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jurnal Pendidikan Dasar dan Menengah. Vol.3 No. 9, 10 Tahun 2001. Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nurhadi, & Senduk, G., A., 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual. Malang: Universitas Negeri Malang. Spradley, J., P. 1980. Participant Observation. New York: Holt, Rinehart and Winston. Winkel, 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia. Zuriah, N. 2003. Penelitian Tidakuri dalam Bidang Pendidikan dan Sosial. Edisi Pertama. Malang: Bayu Media Publishing.