PENURUNAN TINGKAT DISMENORE PADA MAHASISWI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNPAD DENGAN MENGGUNAKAN YOGA Kartika Siahaan1, Ermiati1, Ida Maryati1 1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat
ABSTRAK Dismenore adalah nyeri pada perut bagian bawah yang dirasakan pada saat menstruasi. Ada beberapa manajemen nyeri untuk mengatasi dismenore, salah satunya adalah dengan yoga. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui apakah ada pengaruh yoga terhadap tingkat dismenore pada mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan only one grouppretest dan posttest design, menggunakan instrumen Visual Analog Scale (VAS) skala 1-10. Responden adalah mahasiswi yang berjumlah 20 orang diambil secara purposive sampling. Penelitian dilakukan di Fakultas Ilmu Keperawatan dan yoga dilakukan selama 30 menit. Pengolahan data menggunakan uji statistik nonparametric t-test of related dengan two tail test atau paired-sampel t test dengan nilai α 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa saat sebelum yoga, 50% responden mengalami dismenore pada kategori nyeri sedang dan 10% mengalami nyeri berat terkontrol sedangkan sesudah yoga, 70% responden mengalami dismenore pada kategori nyeri ringan, 15% tidak mengalami nyeri dan 0% yang mengalami nyeri berat terkontrol sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yoga terhadap dismenore dengan p-value = 0.000. Berdasarkan hasil penelitian, maka yoga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif intervensi untuk dismenore. Kata kunci : Dismenore, Intervensi, Yoga
ABSTRACT Dysmenorrhea is pain in the lower abdomen felt during menstruation. There are some pain management to cope dysmenorrhea, one of them is yoga. The purpose of this research was to identification whether there is effect of yoga on the level of dysmenorrhea in Faculty of Nursing students Universitas Padjadjaran. The research was quasi experimental with only one group pretest and posttest design, using Visual Analog Scale (VAS) scale 1-10. Respondents are students, numbered 20 people taken by purposive sampling. This Research was done at the Faculty of Nursing and yoga done for 30 minutes. Data were processed using non-parametric statistical tests of related t-test with two tail test or a pairedsample t test with value of α 0.05. The results of this research indicate that before yoga, 50% of respondents had moderate pain and 10% had severe pain while after yoga, 70% of respondents had mild pain, 15% had no pain and 0% had moderate pain so that it can be concluded there is effect of yoga on dysmenorrhea
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor) Email:
[email protected] (085275459966)
with p value = 0.000. Based on the results of research, yoga can be used as one alternative interventions to reduce dysmenorrhea. Keywords: Dysmenorrhea, Intervention, Yoga
PENDAHULUAN Masa remaja adalah periode yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dari fisik, emosi, kognitif dan sosial. Perubahanperubahan fisik yang terjadi pada laki - laki seperti pertumbuhan rambut di ketiak dan kemaluan, tumbuh kumis dan jakun, suara membesar, dada bertambah bidang, mimpi basah (ejakulasi pertama), pertambahan ukuran penis dan testis. Sedangkan pada perempuan terjadi perubahan seperti payudara dan pinggul membesar, tubuh bertambah tinggi, tumbuh rambut di ketiak dan kemaluan, serta menstruasi (Santrock, 2003). Dismenore merupakan nyeri pada abdomen yang dirasakan sesaat sebelum atau pada saat menstruasi dan mengganggu aktivitas perempuan, bahkan sering kali mengharuskan penderita beristirahat dan meninggalkan pekerjaannya selama berjam-jam akibat dismenore. Dismenore dimulai saat perempuan berumur 2-3 tahun setelah menarche. Ada beberapa gangguan yang dialami oleh perempuan berhubungan
dengan
menstruasi
diantaranya
hipermenore,
hipomenore,
polimenore, oligomenore, amenore dan dismenore (Bobak, 2004). Dismenore dibagi menjadi dua, yaitu dismenore primer jika tidak ditemukan penyebab pasti yang mendasarinya biasanya terjadi sebelum mencapai usia 20 tahun, dan dismenore sekunder jika penyebabnya kelainan kandungan atau patologis, biasanya terjadi setelah 20 tahun (Bobby & Hotma, 2004).
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor) Email:
[email protected] (085275459966)
Cara mengurangi dismenore dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu farmakologi dan non farmakologi. secara non farmakologi dapat dilakukan kompres hangat atau mandi air hangat, massase, latihan fisik, tidur yang cukup, hipnoterapi, distraksi seperti mendengarkan musik serta relaksasi seperti yoga dan nafas dalam (Lusa, 2010). Yoga merupakan teknik relaksasi yang mengajarkan seperangkat teknik seperti pernafasan, meditasi, dan posisi tubuh untuk meningkatkan kekuatan dan keseimbangan (Fountaine & Kaszubski, 2004). Teknik relaksasi dalam yoga dapat merangsang tubuh untuk melepaskan opioid endogen yaitu endorphin dan enkefalin (senyawa yang berfungsi untuk menghambat nyeri). Sesi yoga biasanya berlangsung 20 menit sampai 1 jam. Dalam penelitian ini sesi yoga akan berlangsung selama 30 menit (Fountaine & Kaszubski, 2004). Yoga menjadi pilihan peneliti karena yoga mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat. Yoga hanya melibatkan sistem otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah dilakukan kapan saja atau sewaktu-waktu. Peneliti memilih mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan A 2011 sebagai responden penelitian. Mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan A 2011 menjadi pilihan peneliti karena usia mahasiswi A 2011 berada pada rentang usia dimana yang biasanya terjadi dismenore primer. Mahasiswi juga bisa mengaplikasikan yoga pada diri sendiri dan juga merupakan calon-calon perawat sehingga memiliki peran dan fungsi yang antara lain sebagai pemberi asuhan keperawatan dan juga sebagai pendidik sehingga ketika mahasiswi keperawatan bertemu dengan masyarakat yang sedang
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor) Email:
[email protected] (085275459966)
dismenore dapat memberikan asuhan keperawatan dan meminimalkan pemberian terapi farmakologi. Selain itu, studi pendahuluan yang penulis lakukan di angkatan 2011 bahwa 94 dari 103 mahasiswi mengalami dismenore dan 25 % antara mahasiswi tersebut mengatasi dismenore dengan minum obat-obatan / farmakologi seperti antalgin, mefinal dan feminax sedangkan 75% lagi mengatasi dismenore dengan cara kompres hangat, massase, tidur, nafas dalam dan memakai minyak kayu putih. Sehubungan dengan adanya permasalahan tentang dismenore diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pengaruh yoga terhadap tingkat dismenore pada mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad. Adapun tujuan dari penelitian adalah: mengidentifikasi tingkat dismenore sebelum dilakukan yoga pada mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad; mengidentifikasi tingkat dismenore setelah dilakukan yoga pada mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad; mengetahui perbedaan pengaruh sebelum dan sesudah dilakukan yoga terhadap tingkat dismenore pada mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad.
METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan desain quasi eksperimen dengan rancangan pretest and posttest tanpa kelompok kontrol. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah mahasiswi yang mengalami dismenore. Adapun kriteria sampel yaitu: berusia <
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor) Email:
[email protected] (085275459966)
20 tahun, nulipara, tidak sedang mengkonsumsi obat anti nyeri dan mengalami nyeri selama menstruasi dan biasanya selama 1-2 hari. Jumlah sampel adalah 20 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Visual Analog Scale (VAS). Jenis pengukuran ini dengan cara menggunakan suatu garis paling awal (paling ringan) sampai garis paling akhir (paling berat) (Nursalam, 2008). Garis lurus secara horizontal berukuran 10 cm dari mulai titik nol berupa tidak ada nyeri sampai nyeri hebat pada titik 10. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik responden seperti usia dan usia menarche, sedangkan analisis bivariat digunakan untuk uji beda.
HASIL PENELITIAN Hasil analisis didapatkan karakteristik responden sebagai berikut: usia responden terbanyak adalah 19 tahun. Usia menarche terbanyak adalah pada rentang 12-13 tahun. Grafik 1 Distribusi Frekuensi Tingkat Dismenore Sebelum dan Sesudah Yoga pada Mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad pada Bulan 5 Mei-15 Juni 2012 (N=20) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Responden 7 Responden 8 Responden 9 Responden 10 Responden 11 Responden 12 Responden 13 Responden 14 Responden 15 Responden 16 Responden 17 Responden 18 Responden 19 Responden 20
Sebelum Yoga Sesudah Yoga
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor) Email:
[email protected] (085275459966)
Grafik 1 menunjukkan pada saat sebelum yoga jumlah mahasiswi paling banyak mengalami nyeri sedang berjumlah 10 responden dan sesudah diberikan yoga jumlah mahasiswi paling banyak yang mengalami nyeri ringan yaitu 14 responden dan responden yang mengalami nyeri berat tertahankan menjadi tidak ada (0%).
Tabel 1 Pengaruh Sebelum dan Sesudah Yoga Terhadap Tingkat Dismenore pada Mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad pada 5 Mei-15 Juni 2012 (N=20)
Pre test Post test
Mean 4.48 1.91
SD 1.80 1.77
Min 1.1 0
Max 8.1 6.1
P Value 0.000
Tabel 1 memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara sesudah dilakukan tindakan yoga dengan tingkat dismenore pada α 0.05.
PEMBAHASAN Faktor resiko terjadinya dismenore salah satunya adalah pada orang yang mengalami menarche lebih awal (Smeltzer dan Bare, 2002). Menurut Manuaba (2007), usia menarche normal adalah pada rentang 12-13 tahun. Berdasarkan data yang didapatkan 12 dari 20 responden mengalami menarche pada rentang usia normal yaitu 12-13 tahun. Responden tetap mengalami disme-nore walaupun mengalami menarche pada rentang usia yang normal. Hasil penelitian tingkat disme- nore sebelum dilakukan yoga menunjukkan bahwa 50 % (10 dari 20 responden) mengalami dismenore dengan kategori nyeri sedang dan 10% (2 dari 20 responden) berada pada kategori nyeri berat tertahankan. Hal ini berhubungan dengan prostaglandin endometrial dan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor) Email:
[email protected] (085275459966)
leukotrien. Setelah terjadi proses ovulasi sebagai respons peningkatan produksi progesteron, asam lemak akan meningkat dalam fosfolipid membran sel. Kemudian asam arakidonat dan asam lemak omega-7 lainnya dilepaskan dan memulai suatu aliran mekanisme prostaglandin dan leukotrien dalam uterus. Kemudian berakibat pada termediasinya respons inflamasi dan tegang saat menstruasi (Guyton dan Hall, 2007). Dismenore dapat mengganggu
aktivitas perempuan, bahkan sering kali
mengharuskan penderita beristi- rahat dan meninggalkan pekerjaannya selama berjam-jam akibat dis- menore. (Bobak, 2004). Nyeri merupakan sesuatu yang kompleks dan banyak faktor yang mempengaruhi tingkat nyeri sese-orang. Smeltzer & Bare (2002), menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri individu diantaranya adalah perhatian, ansietas, pengalaman masa lalu, keletihan, pola koping, support keluarga dan sosial, budaya dan makna nyeri. Hasil wawancara peneliti dengan responden didapatkan bahwa derajat dan kualitas nyeri yang dirasakan setiap responden sangat subjektif dan berbeda, hal ini dipengaruhi oleh responden yang berasal dari berbagai latar belakang budaya yaitu 8 orang suku sunda, 8 orang suku batak, 3 orang suku jawa dan 1 orang suku minang. Seseorang belajar dari budayanya bagaimana seha-rusnya berespon terhadap nyeri. Hampir seluruh responden jauh dari lingkungan keluarga sehingga kurang mendapatkan dukungan dari keluarga ketika responden mengalami dismenore. Individu yang me-ngalami nyeri seringkali bergantung pada anggota keluarga
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor) Email:
[email protected] (085275459966)
untuk memperoleh dukungan, perlindungan dan bantuan. Hampir seluruh responden juga menceritakan kesibukan mereka dalam perkuliahan sehingga responden mengalami keletihan dan ada 4 responden mengalami dismenore pada saat akan ujian. Hal ini akan menambahkan kecemasan pada responden. Kecemasan dapat meningkatkan persepsi seseorang terhadap nyeri. Sehingga faktor-faktor tersebut berperan penting dalam menentukan tingkat dismenore responden. Hasil penelitian sesudah dilakukan yoga menunjukkan bahwa tingkat dismenore mengalami penurunan sesudah dilakukan yoga. Pada saat sebelum yoga responden mengalami dismenore dengan kategori nyeri ringan - nyeri berat tertahankan sedangkan sesudah yoga responden mengalami dismenore dengan kategori tidak ada nyeri-nyeri sedang, bahkan tidak ada responden (0%) yang mengalami dismenore dengan kategori nyeri berat terkontrol. Hal ini sesuai dengan teori Gate Control yang dikemukan oleh Wall, bahwa bahwa implus nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar terapi untuk menghi-langkan nyeri. Pemblokan ini dapat dilakukan melalui mengalihkan perhatian ataupun dengan tindakan relaksasi. Yoga yang merupakan salah satu bentuk dari teknik relaksasi yang dapat menurunkan nyeri dengan cara merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemik (Smeltzer & Bare, 2002).
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor) Email:
[email protected] (085275459966)
Hasil penelitian tentang perbedaan pengaruh sebelum dan sesudah dilakukan yoga terhadap tingkat dismenore menunjukkan bahwa adanya pengaruh yoga terhadap tingkat dismenore. Rata-rata (mean) intensitas nyeri pada saat sebelum dilakukan yoga adalah 4,48 dan rata-rata inten- sitas nyeri setelah dilakukan yoga adalah 1,91. Hal ini terjadi mengi-ngat nyeri merupakan hal yang bersifat subjektif dan hanya seseorang yang mengalami kondisi tersebut yang dapat mendeskripsikan besarnya nyeri yang dirasakan. Sehingga akan berpengaruh terhadap penurunan skor intensitas nyeri pada masing -masing responden. Spasme otot dapat menimbulkan rasa nyeri pada saat menstruasi. Rasa nyeri disebabkan oleh pengaruh spasme otot yang menekan pembuluh darah dan menyebabkan iskemik. Nyeri akibat iskemik jaringan terjadi bila aliran darah yang menuju jaringan terhambat. Hal ini terjadi karena terkumpulnya sejumlah besar asam laktat dalam jaringan yang terbentuk akibat metabolisme anaerobik, mungkin juga ada bahan kimia lain seperti bradikinin, prostaglandin dan enzim proteolitik yang terbentuk dalam jaringan akibat kerusakan sel. Bahan-bahan ini dan asam laktat akan merangsang ujung saraf nyeri (Guyton dan Hall, 2006). Smeltzer dan Bare (2002) juga menjelaskan bahwa pada saat terjadi pelepasan mediator kimia seperti bradikinin, prostaglandin dan substansi lain akan merangsang syaraf simpatis sehingga menyebabkan vasokonstriksi yang akhirnya meningkatkan tonus otot yang menimbulkan berbagai efek seperti spasme otot yang akhirnya menekan pembuluh darah, mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medula spinalis ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor) Email:
[email protected] (085275459966)
Potter dan Perry (2005) menyatakan bahwa ada beberapa metode non farmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi intensitas nyeri seperti pengaturan posisi, massase, distraksi, atau relaksasi nafas dalam. Snyder dan Lindquist (2002) juga menguraikan beberapa jenis intervensi non farmakologi yang digunakan untuk mengurangi nyeri, salah satunya adalah terapi relaksasi. Yoga merupakan salah satu jenis dari teknik relaksasi dapat menurunkan intensitas nyeri. Yoga bermanfaat untuk merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemik (Smeltzer dan Bare, 2002).
SIMPULAN Penelitian ini memperoleh kesimpulan sebagai berikut: sebelum dilakukan yoga, setengah dari jumlah responden mengalami dismenore pada kategori nyeri sedang dan dua responden mengalami nyeri berat tertahankan. Sesudah dilakukan yoga, sebagian besar responden mengalami dismenore pada kategori nyeri ringan, tiga responden tidak mengalami nyeri dan tidak ada lagi responden yang mengalami nyeri berat tertahankan. Penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat dismenore sebelum dan sesudah dilakukan yoga. Hal ini mengindikasikan ada- nya pengaruh yoga terhadap tingkat dismenore pada mahasiswi.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor) Email:
[email protected] (085275459966)
SARAN Saran bagi tenaga profesi keperawatan, diharapkan penelitian ini menambah pengetahuan dan wawasan perawat yang lebih luas tentang yoga guna menangani dismenore dan dapat menjadi salah satu alternatif tindakan manajemen nyeri secara non farmakologi yang dapat dijadikan sebagai metode untuk menurunkan intensitas nyeri yang dapat diterapkan pada klien dengan dismenore. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan menambah wawasan bagi masyarakat untuk membantu mengatasi dismenore yang dialami oleh remaja sehingga dapat mempraktekkan yoga secara mandiri dan tepat. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan dismenore dengan judul pengaruh kombinasi yoga dengan terapi musik instrumental terhadap tingkat dismenore.
UCAPAN TERIMA KASIH 1.
Ibu Ermiati, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat selaku dosen pembimbing utama.
2.
Ibu Ida Maryati, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat selaku dosen pembimbing pendamping.
3.
Teristimewa kepada Bapak dan Mamaku terkasih (E.Siahaan & E.Harianja) selaku orangtua penulis.
DAFTAR PUSTAKA Bobak, et al. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Bobby & Hotma. 2004. Dismenore. Available online at http:// medicastore.com/penyakit/101/Dismenore.html (diakses 5 Januari 2012). Fountaine & Kaszubski. 2004. Absolute Beginners Guide to Alternative Medicine. United States of America: Sams Publishing.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor) Email:
[email protected] (085275459966)
Guyton, A.C & Hall, J.E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Lusa. 2010. Dismenore (Dysmenor- rhea) Part 2. Available online at http://www. lusa.web.id/ (diakses 15 Oktober 2011). Manuaba, I.B.G. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. Potter & Perry. 2005. Fundamentals of Nursing: Concept, Process, and Practice. Jakarta: EGC. Santrock, J. 2003. Adolesence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Smeltzer & Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth vol. 1. Jakarta: EGC. Snyder, M & Lindquist, R. 2002. Complementary Alternative Therapies Nursing 4th ed. New York: Springer Pusblishing Company.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor) Email:
[email protected] (085275459966)