INFORMED CONCENT DALAM PENURUNAN TINGKAT

Download penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan informed concent dengan tingkat kecemasan pada pasien bedah orthopedi di ruang rawat ... pa...

0 downloads 514 Views 198KB Size
INFORMED CONCENT DALAM PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI ORTHOPEDI RSUD dr.ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH INFORMED CONCENT IN LOWERING ANXIETY LEVELS PRE ORTHOPEDIC SURGERY PATIENTS IN RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH Putri Nuzira1, Ardia Putra2 1

2

Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Bagian Keilmuan Keperawatan Dasar-Dasar Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala 1 email: [email protected]; [email protected]

ABSTRAK Informed concent merupakan persetujuan yang diberikan oleh pasien dan keluarga atas dasar penjelasan tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Informasi pada informed concent dapat membantu pasien dalam mengantisipasi tahap-tahap prosedur pada pembedahan. Pembedahan dapat menimbulkan stres fisiologis dan stress psikologis pada pasien, salah satunya adalah kecemasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan informed concent dengan tingkat kecemasan pada pasien bedah orthopedi di ruang rawat inap jeumpa rumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan desain cross sectional study. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling pada 54 responden. Teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan teknik wawancara terpimpin dengan menggunakan kuisioner yang terdiri dari 19 pertanyaan dalam bentuk dichotomous choice dan 14 pertanyaan menggunakan kuisioner baku HARS. Analisa data menggunakan uji Chi square. Hasil analisa data didapatkan bahwa ada hubungan antara pemberian informed concent dengan tingkat kecemasan (p-value:0,001). Saran peneliti pada manajemen keperawatan rumah sakit untuk membuat suatu SOP yang jelas mengenai pemberian informed concent, agar pelaksanaan informed concent dapat berjalan sesuai dengan prinsip etik keperawatan yaitu Respek dan otonomi dengan menghormati hak-hak pasien dan kecemasan pada pasien sebelum operasi dapat sedikit ditekan. Kata kunci: Bedah Orthopedi, Informed Concent, Kecemasan ABTRACT Informed concent is an approval given by patients and his familiy based on the explanation of the medical action to be performed on the patients. Information in informed concent can help patient to anticipate stages of procedure in surgery. Surgery an cause physiological and psychological stress in patient, one of which is anxiety. The purpose of this research was to find out the relationship between informed concent and the level of anxiety of orthopedic preoperative patients in Jeumpa inpatient rooms of dr. Zainoel Abidin General Hospital of Banda Aceh. This research used descriptvie correlative research with cross sectional study design. Samples were collected by using purposive sampling technique with total samples of 54 respondents. Data were collected through guided interview with questionnnaire consisting of 19 question in the form of dichotomous choice and 14 questions form standard of HARS. Data were analyzed by using Chi Square Statistical Test. The results of the analysis showed that there was a relationship between the provision of informed concent and the level of anxiety (p-value: 0.001). it is suggested that nursing management of the hospital provide a clear standard operating procedure about the provision of informed concent, so that the implementation of informed concent can run in accordance with the principles of nursing ethics that is respect and autonomous by respecting the rights of the patients so that the anxiety of the patients can be reduced a little. Keywords

: Anxiety, Informed Concent, Orthopedic Surgery

1

PENDAHULUAN Pelayanan perawatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan rumah sakit secara menyeluruh, yang sekaligus merupakan tolak ukur keberhasilan pencapaian tujuan rumah sakit. Bahkan sering menjadi faktor penentu citra rumah sakit di mata masyarakat (Anjaryani, 2009). Di Indonesia lahirnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen pasal 8 nomor 8 tahun 1999 dan meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap kebutuhan, hak dan kewajiban terhadap petugas kesehatan termasuk pelayanan keperawatan sehingga hal ini menuntut perawat dalam melaksanakan kewajiban dan tugas profesinya harus dengan lebih hati-hati dan penuh dengan tanggung jawab (Ake, 2002, p.7). Perawat dalam pemberian pelayanan keperawatan juga harus menjunjung tinggi hak yang dimiliki oleh pasien, dalam beberapa referensi hukum kesehatan menyebutkan beberapa hak yang dimiliki oleh pasien diantaranya adalah pasien memiliki hak atas informasi dan persetujuan yang dalam hal ini dikenal dengan istilah informed concent (Ta’adi, 2012, p.23). Informed concent adalah suatu persetujuan yang diberikan oleh pasien atas dasar informasi yang dia terima terhadap tindakan yang dilakukan kepadanya berupa diagnostik maupun terapeutik. Informed concent pada hakikatnya merupakan suatu perjanjian hukum yang dapat melindungi pasien dari segala tindakan yang tidak disetujui oleh pasien sendiri dan sekaligus juga sebagai perlindungan hukum bagi tenaga medis terhadap tuntutan pasien yang bersifat tidak wajar (Achadiat, 2006, p.37). Concent seringkali disalah artikan dan disamakan dengan tanda tangan pasien pada formulir tersebut. Suatu tanda tangan diatas formulir itu memang merupakan bukti (proof) bahwa pasien sudah memberikan konsennya, tetapi belum merupakan bukti dari suatu konsen yang sah (valid concent).

Apabila dilihat kasus-kasus dugaan malpraktek yang mencuat kepermukaan, hampir sebagian besar disebabkan karena kurangnya komunikasi antara pasien dan juga tenaga medis. Minimnya informasi yang diterima oleh pasien dapat mengakibatkan hal yang negatif sehingga para tenaga medis dapat diperhadapkan pada tuntutan hukum (Kustiawan & Lesharini, 2014). Informed concent diperlukan untuk berbagai tindakan kedokteran, diantaranya tindakan pembedahan atau operatif. Sekalipun pembedahan tersebut dianggap minor oleh tenaga kesehatan profesional, namun perlu diingat bahwa pembedahan apapun selalu dianggap sebagai sesuatu yang besar oleh pasien dan juga keluarganya. Maka tidak heran jika pasien dan keluarganya menunjukan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami (Baradero, 2008, p.3). Kecemasan dalam pembedahan dapat memberikan pengaruh negatif dan menyebabkan ketakutan yang berlebihan terhadap tindakan pembedahan yang akan dilakukan. Stres dan perasaan tertekan yang timbul dapat mengakibatkan perubahan fisik dan peningkatan substansi dari beberapa hormon sehingga dapat menimbulkan resiko terjadinya hipertensi sebelum pembedahan (Kiyohara & Kayano, 2000). Perawat dalam fase pre operatif ini dituntut untuk dapat memberikan dukungan dan informasi yang merupakan bagian dari informed concent secara akurat serta mengoreksi semua kesalahan persepsi pasien. Di Indonesia hasil kajian tim Manajemen Patient Safety untuk pelayanan rumah sakit diperoleh data bahwa pemberian informed concent di berbagai institusi pelayanan kesehatan belum dilakukan dengan optimal, sebagian besar petugas kesehatan hanya meminta pasien dan keluarga untuk menandatangani lembar informed concent tampa memberikan penjelasan secara rinci, kondisi ini tentunya sangat berpengaruh terhadap pengetahuan pasien dan juga

2

keluarganya. Pengetahuan yang kurang baik yang dimiliki oleh pasien dan juga keluarga tentunya dapat berpotensi menimbulkan permasalahan jika seandainya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (Depkes, RI, 2008). Menurut hasil penelitian yang di lakukan di Rumah sakit umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada pasien fraktur tulang panjang ekstremitas inferior di dapatkan hasil bahwa salah faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien prabedah adalah pengetahuan pasien mengenai informasi prabedah, dalam penelitiannya ini 95% terdapat hubungan antara pengetahuan penderita prabedah fraktur dengan tingkat kecemasan yang dialaminya. Dari 40 responden yang diteliti sebanyak 25 responden memiliki pengetahuan kurang dengan masing-masing tingkat kecemasan 5 responden dengan cemas ringan, 10 responden cemas sedang dan 10 responden cemas berat dan 15 responden yang memiliki pengetahuan baik masing-masing memiliki 6 responden dengan cemas ringan, 3 responden cemas sedang, dan 1 responden cemas berat (Nuriyanto, Lubis, & Husni, 2013). Hasil wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti kepada 5 pasien yang akan menjalani bedah orthopedi di ruang rawat inap Jeumpa 1, 2 di antaranya mengatakan tidak merasakan cemas dan 3 lainnya mengatakan merasakan cemas karena akan menjalani operasi. Berdasarkan latar belakang tersebut bahwa informasi pra operasi yang merupakan bagian dari informed concent menjadi faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien sebelum operasi dan kecemasan yang dialami oleh pasien sebelum operasi dapat menimbulkan hal yang negatif sehingga informed concent yang merupakan suatu perjanjian hukum yang dapat melindungi pasien dan juga tenaga medis dari tuntutan hukum menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan pada pasien sebelum operasi.

METODE Metode penelitian yang dingunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Korelatif, dengan desain penelitian cross sectional study melalui angket dan wawancara terpimpin. Metode pengambilan sampel yang dingunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling dengan menetapkan jangka waktu dalam penelitian yaitu dua minggu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien bedah orthopedi di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada tahun 2016. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien bedah orthopedi di Ruang Rawat inap Jeumpa 1, 2, dan 3 RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2016 yaitu sebanyak 54 responden dengan mempertimbangkan beberapa kriteria responden yang sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh peneliti. HASIL Data Demografi Data demografi pada penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, dan lama masa rawatan. Tabel 1.Distribusi Data Demografi Responden yang Dirawat di RSUDZA Banda Aceh Tahun 2016 (N=54) Kategori Usia (menurut Depkes, 2009) Masa remaja akhir (17-25) Masa dewasa awal (26-35) Masa dewasa akhir (3645) Masa lansia awal (46-55) Masa lansia akhir (56- 65) Masa manula (65-sampai atas) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Tingkat pendidikan Tidak sekolah SD sederajat SMP sederajat SMA sederajat

Frekuensi

Persentase

13 16 11

24,0 % 29,6 % 20,4 %

3 8 3

5,9 % 14,8 % 5,6 %

35 19

64,8 % 35,2 %

11 9 12 13

20,4 % 16,7 % 22,2 % 24,0 %

3

Perguruan tinggi Pekerjaan PNS/POLRI Wiraswasta Petani Tidak bekerja Status perkawinan Menikah Belum menikah Masa Rawatan 2-5 hari 6-10 hari 11-14 hari 15-21 hari 22-30 hari

9

16,7 %

8 15 14 17

14,8 % 27,8 % 25,9 % 31,5 %

40 14

74,1 % 25,9 %

39 9 2 2 2

72,2 % 16,7 % 3,7 % 3,7 % 3,7 %

Informed concent Baik Buruk

Persentase

21 33

38,9 % 61,1 %

Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kecemasan di RSUDZA Banda Aceh tahun 2016 (n=54) Kecemasan Tidak cemas Cemas ringan Cemas sedang

Gambaran Pemberian Informed Concent Pada Pasien pre Orthopedi di Ruang Jeumpa RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh.

Frekuensi 10 19 25

Persentase 18,5 % 35,2 % 46,3 %

Hubungan informed concent melalui hubungan informasi dengan kecemasan pasien pre operasi orthopedi. Tabel 4. Hubungan Informed Concent Melalui Hubungan Informasi Dengan Kecemasan Pasien pre operasi Orthopedi Di Ruang Jeumpa RSUDZA Banda Aceh Tahun 2016 (N=54)

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemberian Informed Concent Pada Pasien pre operasi Orthopedi di RSUDZA Banda Aceh Tahun 2016 (N=54) informasi

Frekuensi

Kecemasan Tidak cemas % 30,4

Ringan % 43,5

F 10

Baik

F 7

Kurang

3

9,7

9

29,0

19

Total

10

18,5

19

35,2

25

Tabel 5. Hubungan Informed Concent Melalui Hubungan Persetujuan Dengan Tingkat Kecemasan Pasien pre operasi persetujuan

Total

Sedang % 26,1

F 6

F 23

% 100

61,3

31

100

46,3

54

100

Baik

0,025

Orthopedi di RSUDZA Banda Aceh 2016 (N=54) Kecemasan

Tidak cemas F % 9 31,0

p-value

total

Ringan

pvalue

Sedang

F 15

% 51,7

F 5

% 17,2

F 29

% 100

Buruk

1

4,0

4

16,0

20

80,0

25

100

Total

10

18,5

19

35,2

25

46,3

54

100

Tabel 6. Hubungan informed concent dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi orthopedi di ruang jeumpa rumah sakit umum Informed concent

daerah dr. Zainoel abidin banda aceh tahun 2016 (n=54)

Kecemasan Tidak cemas % 33,3

F 11

Ringan % 52,4

0,000

Total F 3

sedang % 14,3

F 21

% 100

Baik

F 7

Buruk

3

9,1

8

24,2

22

66,7

33

100

Total

10

18,5

19

35,2

25

46,3

54

100

p-value

0,001

4

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna informed concent dengan tingkat kecemasan pasien bedah orthopedi. Dari hasil uji statistik (Uji-Chi Square), di peroleh nilai p-0,001 yang berarti (p < 0,05). Dengan kata lain pemberian informed concent pada pasien pre operasi orthopedi berpengaruh terhadap kecemasan yang dirasakan pasien. Hasil ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arisandi, dkk (2014) yaitu mengenai pengaruh pemberian informed concent terhadap tingkat kecemasan pada pasien preoperasi di RSUD tugurejo semarang, yang menyebutkan bahwa ada pengaruh antara pemberian informed concent dengan tingkat kecemasan. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Rohmawati (2012) menyatakan ada hubungan pemberian informed concent dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi yang berarti semakin adekuat pemberian informed concent makan semakin berkurang tingkat kecemasan pasien. Menurut Triwibowo & Yulia (2012, p.33) informed concent merupakan suatu persetujuan yang diberikan oleh pasien dan keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Dalam Smeltzer & Bare (2001, p.434) izin tertulis yang dibuat secara sadar dan sukarela dari pasien diperlukan sebelum suatu pembedahan dilakukan. Izin tertulis seperti itu dapat melindungi ahli bedah terhadap tuntutan dari suatu lembaga hukum. Menurut potter & Perry (2005, p.1803) Secara hukum pembedahan tidak boleh dilakukan sebelum pasien memahami perlunya prosedur tersebut, tahap-tahap yang harus dilalui, resiko, hasil yang diharapkan, dan terapi altelnatifnya. Sama halnya seperti yang disampaikan oleh hanafiah &Amir (2008, p.75) bahwa dalam pemberian informed concent sekurang-kurangnya harus mencakup informasi mengenai diagnosis,

tujuan tindakan, alternatif tindakan , resiko dan komplikasi, dan prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan. Potter & perry (2005, p.1790) menyebutkan pembedahan dapat menimbulkan stress psikologis yang tinggi. Pasien merasa cemas tentang pembedahan dan implikasinya. Informasi yang merupakan bagian dari informed concent merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kecemasan yang timbul pada pasien. Adapun dalam penelitian ini didapatkan bahwa pemberian informasi pada pasien bedah orthopedi belum dilakukan secara optimal yang hanya mencapai 42,6% saja berada dalam kategori baik. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuriyanto, dkk (2013), yang menyatakan pengetahuan pasien mengenai informasi pre operasi merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan kecemasan. Menurut peneliti dapat disimpulkan bahwa kecemasan yang dialami oleh pasien pre operasi orthopedi salah satu penyebabnya adalah pemberian informed concent yang kurang baik, yang dalam hal ini pasien tidak menerima informasi dengan lengkap mengenai tindakan yang akan dilakukan kepadanya. Hal ini tentunya bertentangan dengan prinsip-prinsip etik dalam keperawatan yaitu mengenai prinsik respek, seperti yang dijelaskan oleh sumijatun (2012, p. 32) dimana seharusnya perawat harus menghargai hak-hak yang dimiliki oleh pasien, yaitu hak untuk mendapatkan penjelasan dengan benar dan juga hak untuk mendapatkan informed concent dengan sebaik-baiknya. Hasil uji statistik yang dilakukan pada variabel informasi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara informasi dengan tingkat kecemasan pasien bedah orthopedi. Dari hasil uji statistik (UjiChi Square), di peroleh nilai p-0,025 yang berarti (p < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan Informasi berpengaruh terhadap kecemasan yang dirasakan oleh pasien. Hasil

5

penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sawitri & Sudaryanto (2005) mengenai perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan pemberian informasi pre operasi dimana terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah di berikan informasi, perbedaan hasil tersebut ditandai dengan adanya penurunan tingkat kecemasan setelah pemberian informasi pada pasien pra operasi. Pengetahuan mengenai informasi memberikan kontribusi dalam terbentuknya persepsi, sikap opini atau pendapat. Seseorang dapat menentukan persepsinya terhadap suatu ide atau gagasan yang berdasarkan pada pengetahuan yang dimilikinya tentang hal-hal yang berhubungan dengan ide atau gagasan tersebut. Persepsi seseorang mencakup suatu pandangan terhadap suatu objek, gejala atau peristiwa tersebut dengan pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan, pengalaman, sistem kepercayaan, adat istiadat yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2007). Menurut baradero, (2008) pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh pendidikannya. Pendidikan pada umumnya berguna dalam mengubah pola pikir, pola tingkah laku dan pola pengambilan keputusan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan membuat semakin peka dan semakin kritis pengetahuanya tentang tindakan medis. Menurut Notoatmodjo (2007) pendidikan merupakan suatu proses memperbarui dan memajukan pertumbuhan serta perkembangan seorang individu dengan aspek jasmani, akal, emosional, seni dan moral. Tingkat pendidikan mempengaruhi daya tangkap terhadap pengetahuan individu terhadap suatu kejadian atau ketakutan akan suatu ancaman. Tingkat pendidikan juga menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide, pengetahuan dan teknologi baru. Makin tinggi pendidikan seseorang makin tinggi pula pengetahuannya

terhadap cara mengatasi kecemasan. Hal ini relevan dengan hasil analisa data demografi yang didapatkan, bahwa dari 54 responden di dominasi oleh tingkat pendidikan rendah yaitu SMA sederajat sebanyak 13 responden. Dari hasil analisa data dan teori di atas maka dapat peneliti simpulkan bahwa salah satu penyebab kecemasan dari pasien bedah orthopedi sebelum operasi adalah kurangnya informasi yang diterima oleh pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan kepadanya.dimana pemberian informasi pre operasi tidak dijelaskan dengan lengkap kepada pasien, sehingga pasien tidak memahami tentang keadaannya saat itu dan mempersepsikannya secara berlebihan sesuai pengetahuan yang dimiliki dan juga pandangannya terhadap objek ataupun peristiwa saat itu. Hasil uji statistik yang dilakukan pada variabel persetujuann dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara persetujuan dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi orthopedi. Dari hasil uji statistik (Uji-Chi Square), di peroleh nilai p-0,000 yang berarti (p < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan persetujuan berpengaruh terhadap kecemasan yang dirasakan oleh pasien. Dari hasil penelitian ini di dapatkan bahwa persetujuan yang diberikan oleh pasien berada pada kategori buruk. Menurut Triwibowo & Yulia (2012) Concent (persetujuan) seringkali disalah artikan dan disamakan dengan tanda tangan pasien pada formulir tersebut. Suatu tanda tangan diatas formulir memang merupakan bukti (proof) bahwa pasien sudah memberikan konsennya, tetapi belum merupakan bukti dari suatu konsen yang sah (valid concent). Apabila seorang pasien disodorkan suatu formulir secara tergesa-gesa (dengan informasi yang sangat sedikit), concent itu menjadi tidak sah, walaupun sudah ada tanda tangan pasiennya. Dari hasil analisa univariat didapatkan hasil bahwa pemberian persetujuan oleh pasien berada pada kategori buruk dengan

6

persentase 46,3 %. Hasil wawancara yang penulis dapatkan pada saat pengumpulan data di dapatkan hasil bahwa kebanyakan dari pasien yang akan menjalani bedah orthopedi memberikan persetujuan hanya dalam bentuk formalitas saja, tampa ada informasi ataupun pasien bertanya mengenai tindakan yang akan dilakukan kepadanya. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki pasien mengenai hak dan kewajiban yang dimilikinya. Fakta ini relevan dengan hasil data demografi yang didapatkan tingkat pendidikan pasien paling tinggi berada pada kategori SMA sederajat. Oleh sebab itulah, perawat dalam pemberian informasi ini harus menggunakan komunikasi dan bahasa yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan dapat dipahami oleh pasien. Menurut peneliti, selain meningkatkan pengetahuan pasien mengenai hak dan juga kewajibannya atas informasi pre operasi, pengetahuan perawat mengenai informed concent juga harus diperhatikan, karena dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa pemberian informed concent (informasi,dan persetujuan) masih dalam kategori buruk, sehingga dalam hal ini memerlukan penelitian lanjutan mengenai pengetahuan perawat terhadap informed concent pasien. Sehingga apabila pengetahuan perawat berada pada kategori buruk, maka perlu adanya suatu pelatihan mengenai informed concent pasien. Tetapi apabila pengetahuan perawat berada pada kategori baik, tetapi tidak menerapkannya, maka perlu adanya sistem punishment dan reward bagi perawat yang mengerjakan tugasnya sesuai dengan baik.

keperawatan rumah sakit untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatannya kepada pasien khususnya dalam pemberian informed concent kepada pasien sebelum menjalani operasi, dan memastikan pasien dan keluarga mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya mengenai operasi dan persetujuan yang akan diberikan oleh pasien. Dan Diharapkan untuk lebih dapat meningkatkan lagi pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam penerapan pemberian informed concent terhadap pasien yang akan menjalani operasi. Peneliti menyarankan agar dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai informed concent yaitu dengan melihat bagaimana persepsi perawat mengenai pemberian informed concent kepada pasien sebelum operasi.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian secara umum dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara informed concent dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi orthopedi di ruang rawat inap jeumpa rumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2016. Diharapkan kepada manajemen

Baradero, M. ( 2008). keperawatan Perioperatif: Prinsip dan praktik. jakarta :EGC.

REFERENSI Ake, J (2002). Malpraktik dalam Keperawatan. Jakarta: EGC Anjaryani, W.D (2009). Kepuasan Pasien rawat inap terhadap pelayanan perawat di RSUD Tugurejo Semarang. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro semarang Arisandi A.D, Sukesi N, & Solechan A (2014). Pengaruh pemberian informed concent terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di RSUD tugurejo semarang. Jurnal ilmu keperawatan dan kebidanan.

Depkes,

RI. (2008), Undang-Undang Kesehatan. Jakarta. Dir.Jen Pelayanan Medik.

7

Hanafiah.J, & Amri.A, (2008). Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan ( Ed.4). Jakarta : EGC Hendrik.(2011). Etika & Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC Ismani, N. (2001). Etika Keperawatan. Jakarta: Widya medika Julianus,

A (2002). Malpraktik dalam Keperawatan. Jakarta: EGC

Noor,

H. Zairin. (2013). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:Salemba Medika Nuriyanto, A.R, Lubis R.H, & Husni T.R (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan penderita prabedah fraktur tulang panjang ekstremitas inferior di ruang rawat inap bedah BLUD RSUDZA. Skripsi Pendidikan Dokter Universitas Syiah Kuala. Potter

Kiyohara, L.Y; Kayano, L.M; Oliveira, L.M; Yamamoto, M.U; Inagaki, M.M; Ogawa, N.Y; Gonzales, P.E; Mandelbaum, R; Okubo, S.T; Watanuki, T. & Vieira, J.E. (2004). Surgery Information Reduces Anxiety in The Preoperative Period. Rev. Hosp. Clin. Fac. Med. S. Paulo. 59(2):51-56. Kneale.

J.D, & Davis.P.S (2011). Keperawatan Ortopedik & Trauma. Jakarta : EGC

Kustiawan R & Lesharini E (2014). Pengalaman pemberian informed concent tindakan pembedahan pada pasien pre operatif elektif di Ruang IIIA RSU Kota Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. Volume 11 no.1 Mitchell, M. J. (2010). Day surgery and general anaesthesia: What makes patients anxious?.Day Surgery Australia. ISSN. 1446-8999. vol.19 no.2 pp.8-16. http://usir.salford.ac.uk/id/eprint/97 35 Nevid J.S, Rathus S.A, & Greene B (2005) Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga

& Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.jakarta: EGC

Priharjo R (2008). Konsep & perspektif praktik keperawatan profesional. Jakarta: EGC Rohmawati A, Hartiti T & Machmudah (2012). Hubungan pemberian informed concent dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di instalasi rawat inap RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan. Jurnal Keperawatan vol.5 No. 2 Sawitri, E. & Sudaryanto. (2008). Pengaruh Pemberian Informasi Prabedah terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Prabedah Mayor di Bangsal Orthopedi RSUI Kustati Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 19792697. 1(1):13-18. Smeltzer C. Suzanne, & Brenda G.Bare.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner& Suddarth. Jakarta : EGC. Sumijatun. (2012). Membudayakan etika dalam praktik keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Ta’adi .(2013). Hukum kesehatan : sanksi & motivasi bagi perawat. Jakarta: EGC

8

Triwibowo.C, & Yulia.F.(2012) Malpraktik Etika Perawat. yogyakarta : Salemba Medika

9