PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS SISWA

seperti bakti social, pengumpulan dana spontanitas, dan infak. ... skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan baik moril maupun materiil dari ...

12 downloads 698 Views 542KB Size
PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS SISWA (Studi Kasus di SMP Negeri 2 Ciputat) Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi tugas akhir dalam menyelesaikan skripsi untuk meraih gelar sarjana

Oleh : IMAS MAESAROH 104011000017

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/ 2008 M

1

2

PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS SISWA Studi Kasus di SMP Negeri 2 Ciputat

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh : Imas Maesaroh NIM : 104011000017

Dibawah Bimbingan :

Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA NIP : 150222550

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008

3

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “Peran sekolah dalam membentuk solidaritas siswa (studi kasus di SMP Negeri 2 Ciputat)” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarih Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 18 Desember 2008 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). Jakarta, 18 Desember 2008 Panitia Ujian Munaqasah Tanggal

Tanda Tangan

..............

........................

..............

........................

..............

........................

..............

........................

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Dr. H. A. Fattah Wibisono, MA. NIP. 150.236.009 Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi) Drs. Sapiuddin Shidiq, M.Ag NIP. 150.299.477 Penguji I Dr. H. A. Fattah Wibisono, MA. NIP. 150.236.009 Penguji II Dra. Djunaedatul Munawaroh, MAg NIP. 150.228.871 Mengetahui Dekan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 150.231.356

4

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “Kesiapan guru agama menerapkan KTSP pada pembelajaran PAI SMP di gugus 2 wilayah Ciputat, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarih Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 18 Desember 2008 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). Jakarta, 18 Desember 2008 Panitia Ujian Munaqasah Tanggal

Tanda Tangan

..............

........................

..............

........................

..............

........................

..............

........................

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Dr. H. A. Fattah Wibisono, MA. NIP. 150.236.009 Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi) Drs. Sapiuddin Shidiq, M.Ag NIP. 150.299.477 Penguji I Prof.Dr. H. Abuddin Nata, MA NIP. 150.222.550 Penguji II Drs. Muarif SAM, M.Pd NIP. 150.268.586 Mengetahui Dekan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 150.231.356

5

SURAT PERNYATAAN Bismillahirrahmanirrahim Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama

: Imas Maesaroh

NIM

: 104011000017

Jurusan / Prodi

: Pendidikan Agama Islam

Fakultas

: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu ( SI ) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan undang-undang yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 04 Desember 2008

Imas Maesaroh

6

ABSTRAK Imas Maesaroh, Skripsi, Peran Sekolah Dalam Membentuk Solidaritas Siswa (Studi Kasus di SMP Negeri 2 Ciputat). Sekolah adalah tempat dimana anak tidak hanya mendapatkan pelajaran tetapi sekolah juga sekolah juga sebagai fungsi sosial, transmisi sikap, nilai-nilai, norma-norma, dan transformasi kebudayaan. Salah satunya adalah solidaritas. Sikap solidaritas ini perlu diajarkan dan ditanamkan di sekolah agar para siswa mempunyai kepedulian sosial yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa penting solidaritas itu ditanamkan kepada siswa? upaya-upaya apa saja yang dilakukan sekolah untuk membentuk solidaritas siswa? Bagaimanakah pendidikan solidaritas yang epektif di sekolah? Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ciputat dan berlangsung pada bulan Maret- September 2008. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif teknik pengumpulan datanya adalah wawancara dan observasi. Penanaman sikap solidaritas amat sangat penting diberikan terhadap siswa agar para siswa mempunyai kecerdasan IQ dan social yang seimbang (balance). Upaya-upaya sekolah dalam membentuk solidaritas siswa dengan membuat program-program kegiatan yang meliputi: (1) Bidang keagamaan; Seperti tausiyah mingguan, peringatan maulid Nabi, dan shalat jum’at bersama. (2) Bidang Sosial; seperti bakti social, pengumpulan dana spontanitas, dan infak. (3) Pembinaan ekstra kurikuler. Upaya-upaya tersebut merupakan sebagian kecil pendidikan solidaritas yang diberikan sekolah terhadap siswa namun pendidikan solidaritas yang paling efektif adalah keteladanan yang istiqamah dari para pendidik. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sekolah sangat berperan sekali dalam membentuk solidaritas siswa di sekolah dan di luar sekolah. Karena penulis melihat sebelumnya siswa itu selalu bersikap cuek, membuat onar, terlibat tauran masal, kini hal itu sedikit demi sedikit telah berkurang. Justru berbalik positif, kepedulian sosial siswa semakin meningkat, hubungan antara guru dan siswa semakin harmonis.

7

KATA PENGANTAR

‫ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ‬ Dengan rasa haru Penulis panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, sumber suara-suara hati, sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, sumber segala kesuksesan, Sang Kekasih tercinta yang tak terbatas pencahayaan cinta-Nya. Berkat hidayah, taufiq dan inayah-Nya, akhirnya skripsi ini dapat Penulis rampungkan meskipun tertunda sekian bulan dari jadual yang direncanakan. Semoga dengan kondisi ini Penulis dapat lebih meningkatkan pengabdian sebagai wujud syukur atas segala nikmat-Nya. Pekerjaan akhir akademik yang relatif sulit dan melelahkan ini hampir mustahil dirampungkan tanpa dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa selama penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan disertai doa keselamatan dan pahala yang berlipat ganda kepada mereka semua, terutama kepada : 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua Jurusan dan Sekretaris beserta Staf Jurusan Pendidikan Agama Islam yang tiada kenal lelah dan senantiasa pelayanan, bimbingan dan dan motivasi kepada penulis dan Mahasiswa/mahasiswi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8

3. Para dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang tiada kenal lelah dan senantiasa memotivasi, membimbing, dan mendidik kami (anak-anaknya) Mahasiswa/mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Penghargaan penulis sampaikan kepada Drs. Ahmad Ghalib M.Ag. selaku penasehat Akademik yang memberikan ilmu, nasehat, dan pengalamannya kepada Penulis 5. Penghargaan juga Penulis sampaikan kepada Prof. Dr. H. Abudin Nata, MA selaku pembimbing penulisan skripsi ini. Di tengah kesibukan tugas-tugasnya, beliau tetap bersedia berdiskusi, memeriksa, membaca, dan memberikan komentar terhadap topik karya ini. 6. Kemudian Penulis mengucapkan terima kasih kepada pengelola Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan atas segala fasilitas yang selama ini telah diberikan kepada Penulis. 7. Dukungan dan motivasi terbesar tentulah dari keluarga Penulis.Ayahanda Tercinta Darman dan Ibunda tercinta Maria adalah “telaga besar” yang tak pernah kering. Do’a, puasa, tirakat, dan shalat-shalat nawafil yang selalu mereka lakukan sepanjang Penulis menempuh studi dari SD sampai S1adalah modal yang tak terkira dan bekal amat berharga. Allảhummaghfirlỉ wa liwảlidayya warhamhumả kamả robbayảnỉ shaghỉran. Dan

adik-adiku

tercinta Ade Nurdin Fauzi, Abdul Falah, dan Dimas Adam kalian adalah adikadiku yang baik yang memotivasi penulis untuk lebih giat lagi dalam

9

menuntuk ilmu. Agar penulis dapat menjadi panutan ditengah-tengah keluarga. 8. Dan untuk keluarga Besar SMP Negeri 2 Ciputat, kepala sekolah, guru beserta stap, penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu

yang telah

membantu secara moril dalam penulisan Skripsi ini. 9. Shahabat-shahabat di Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2004 ;Barkah, Lutvi, Indah, Ayu, Hasna, Ahmad Fatoni,Zulkarnaen Fadly. Tementemen PPKT Irwan, Yusuf, Iik, Erna, Joya, Januar, Anggri, Faisal dan Zamzam. Rekan-rekan RIMASI (Riungan Mahasiswa Sukabumi) Abdullah Alawi, Yosep, Rifqi dan Lusi, Rachmat Sofian, Muhammad Muhtar Djawinegara, Amir Syarifudin Tanjung, Indro Wijaya Mukti, dan Oji. Temen-temen kosan Devi, Apri, Aini, yang telah memberikan penulis motivasi, dorongan dan canda tawanya yang selama ini menemani Perjalanan dan mengisi hari-hari Penulis selama menimba ilmu di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 10. Akhirnya, semoga Allah SWT selalu membimbing kita bersama dalam menyelami ilmu-ilmunya yang dinyatakan dengan: “Jika lautan menjadi tinta dan pepohonan menjadi kalam untuk mencatat ilmuNya, maka tidaklah cukup meskipun ditambah dengan tujuh kali banyaknya.” Penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua orang, Amin. Jakarta, 30 November 2008 Penulis

10

DAFTAR ISI ABSTRAK .........................................................................................................

i

KATA PENGANTAR.......................................................................................

ii

DAFTAR ISI......................................................................................................

v

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................

1

B. Identifikasi Masalah Pembatasan Masalah, dan Perumusan

BAB II

Masalah ......................................................................................

4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...............................................

4

D. Metodologi Penelitian .................................................................

5

E. Objek Penelitian .........................................................................

6

F. Sumber Data ...............................................................................

6

G. Teknik Pengumpulan Data .........................................................

7

H. Teknik Pengolahan Data ............................................................

7

SEKOLAH DAN SOLIDARITAS SISWA A. Sekolah .......................................................................................

8

B. Solidaritas ................................................................................... 18 BAB III

PROFIL SMP NEGERI 2 CIPUTAT A. Sejarah Singkat SMP Negeri 2 Ciputat ...................................... 29 B. Visi dan Misi SMP negeri 2 Ciputat .......................................... 29 C. Keadaan Siswa dan Guru ........................................................... 30 D. Prestasi Siswa Dalam Mengikuti Lomba ................................... 31 E. Kegiatan Ekstra Kurikuler .......................................................... 32

11

BAB IV

PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS SISWA A. Upaya-Upaya Sekolah dalam Membentuk Solidaritas Siswa .... 33 B. Efektifitas Pendidikan Solidaritas di Sekolah ............................. 39 C. Manfaat Penanaman Solidaritas di Sekolah................................ 41 D. Peran Sekolah Membentuk Solidaritas Siswa............................. 45

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................ 47 B. Saran ........................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 49 LAMPIRAN

12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah berfungsi sebagai transmisi sikap, nilai-nilai, norma-norma dan transformasi kebudayaan. Seperti yang dikutip oleh Saleh Sugianto, W. Waller mengatakan bahwa sekolah ibaratnya sebagai musium kebajikan. Sedang menurut Emile Durkheim sekolah disebutkan sebagai penjaga karakter nasional. Guru disekolah melatih anak-anak agar mereka menjadi orang menjadi dambaan masyarakat dan bangsa.1 Usia anak sekolah, TK, SD, SMP, dan SMA adalah masa dimana seorang anak sedang mencari jati dirinya. Dia sedang meraba bagaimana wajah dunia. Bagaimana ia harus memperlakukan sekelilingnya. Bagaimana ia bersikap dan berbuat kepada yang lain.2 Pada saat inilah dasar-dasar solidaritas, toleransi, kasih sayang, tenggang rasa, dan penghargaan terhadap perbedaan seharusnya ditanamkan dan ditumbuhkembangkan. Ini merupakan pondasi nilai Islam bagi sistem sosial, hal ini ditegaskan oleh Allah Swt dalam Qs. Al-Maidah: 2, yang berbunyi sebagai berikut:

⌧ 1

Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, Jakarta: lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), h.27. 2 Majemuk, Melupakan Bangku Sekolah, Jakarta: Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), h. 5

13

Artinya:

“Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al-Maidah: 2).

Solidaritas juga tercermin dalam hadits: “Saya (Rasulullah Saw) dan pengayom, pelindung anak yatim di surga seperti dua ini, lalu Rasulullah Saw bemberikan isarat dengan jari telunjuk dan tengah” (HR. At-Tirmidzi) Maksud dari hadist ini bahwa orang yang suka memberikan pertolongan kepada anak yatim, nanti di surga akan berdekatan dengan Rasulullah Saw, seperti jari telunjuk dan tengah. Namun kenyataannya sekolah belum mampu menjalankan tugasnya dengan baik secara menyeluruh terhadap anak didiknya, hal ini dapat terlihat jelas dari banyaknya masalah sosial yang selalu muncul di tengah-tengah masyarakat. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Banyak terjadi adu domba dan saling fitnah, menjilat dan mengambil hak orang lain sesuka hati, dan perbuatan-perbuatan maksiat lainnya. Belakangan ini kita banyak mendengar keluhan orang tua, ahli didik dan orang-orang yang berkecimpung agama dan sosial, berkenaan dengan perilaku remaja yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, suka berbuat keonaran, maksiat, tauran, mabuk-mabukan, pesta obat-obatan terlarang, bergaya hidup hippes seperti di Eropa dan Amerika, melalukan pembajakan, pemerkosaan, pembunuhan, dan tingkah laku penyimpangan lainnya.3 Salah satunya adalah Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Ciputat (SMPN 2 Ciputat). Sekolah ini mengemban misinya lebih dari tiga puluh tahun,

namun

dalam

perjalanannnya

masih

terdapat

gejala

yang

memprihatinkan. Siswa sekolah ini sering sekali terlibat dalam tauran masal, berbuat keonaran yang dapat meresahkan masyarakat. Perbuatan ini tidak 3

Abuddin Nata, Pendidikan Agama dan Moral dalam Perspektif Global, IAIN syarif Hidayatullah Jakarta, MIMBAR (Agama dan Budaya), Vol. XVIII, No. 3, 2001, h.239-240.

14

dilakukan dilingkungan sekolah melainkan di luar lingkungan sekolah, namun perbuatan ini sangat disayangkan karena dapat memberikan citra yang tidak baik, tidak hanya terhadap sekolah tersebut, melainkan terhadap seluruh lembaga sekolah yang ada di negeri ini. Selain itu salah satu sumber dari media masa mengatakan bahwa kasus penyalah gunaan narkoba di Indonesia meningkat tajam. Data terbaru Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan, dalam lima tahun terakhir jumlah kasus tindak pidana narkoba di Indonesia rata-rata naik 51,3 persen atau bertambah sekitar 3.100 kasus per tahun. Ketua BNP DKI Jakarta, Fauzi Bowo juga mengatakan sekitar 1,5 persen penduduk Jakarta menjadi pengguna dan penyalah guna narkoba, sebagian besar terjadi pada anak usia sekolah, SMP dan SMU.4 Keadaan ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, melainkan harus dilakukan tindak penanggulangan secara intensif dan sungguh-sungguh. Kalau tingkah laku penyimpangan ini tidak ditanggulangi, maka akan merusak ketentraman umum dan masa depan remaja itu sendiri. Dalam upaya penanggulangan tingkah laku penyimpangan tersebut (deviasi Tingkah laku) tidak hanya tanggung jawab sekolah sebagai lembaga pendidikan tetapi harus tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Namun keluarga dan masyarakat bukanlah sebuah lembaga formal yang mempunyai aturan-aturan tertentu yang dijalankan di sekolah. Oleh karena itu, sekolah lebih berperan dan bertanggung jawab atas segala sesuatu.

Atas dasar pemikiran diatas, maka penulis bermaksud meneliti nilainilai solidaritas yang ditanamkan di sekolah menengah tingkat pertama, karena itu

penulis

memberikan

judul

“PERAN

SEKOLAH

DALAM

MEMBENTUK SOLIDARITAS SISWA (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 CIPUTAT)” 4

http://www.depkominfo.go.id/?action=view&pid

15

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dan dalam rangka agar penulisan ini sistematis, terarah dan jelas maka penulis akan memberikan identifikasi sebagai berikut: 1. Adanya pengaruh hidup individualistik yang sudah merambah ke sekolah 2. Adanya pengaruh budaya Barat 3. Nilai-nilai solidaritas yang diajarkan dalam Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Kewarga Negaraan belum kontekstual. Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis membatasi masalah hanya pada nilai-nilai solidaritas yang diintegrasikan dalam Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Kewarga Negaraan. Berdasarkan batasan masalah ini, maka rumusan masalahnya adalah: 1. Upaya apa yang saja yang dilakukan sekolah dalam membentuk solidaritas siswa? 2. Bagaimanakah pendidikan solidaritas yang epektif di sekolah? 3. Seberapa jauh sekolah berperan dalam membentuk solidaritas siswa?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini yaitu: 1. Untuk memaparkan upaya-upaya apa saja yang dilakukan sekolah dalam membentuk solidaritas siswa? 2. Untuk menggambarkan pendidikan solidaritas yang efektif di sekolah. 3. Untuk memaparkan sebarapa jauh sekolah berperan dalam membentuk solidaritas siswa. Adapun kegunaan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memberikan masukan atau informasi bagi kalangan akademis untuk lebih meningkatkan pembinaan terhadap para siswa. 2. Untuk menambah literatur penelitian pendidikan di sekolah.

16

3. Untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam pada jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

D. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisisis, yaitu sebuah teori yang bermaksud meneliti dan menemukan informasi seluasluasnya tentang sebuah permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini adalah peran sekolah dalam membentuk solidaritas siswa.. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field Research), yaitu terjun langsung ke objek penelitian untuk memperoleh data primer. Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian lapangan ini adalah: 1. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakuakan oleh peneliti sebagai pewawancara dengan mengajukan pertanyaan kepada masyarakat sebagai objek yang diwawancarai, yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.5 Penulis memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka dengan responden dengan menggunakan panduan wawancara (interview guide). Untuk memperoleh data yang diperlukan penulis melakukan wawancara dengan beberapa pihak yang dianggap berwenang atau mengetahui masalah yang diteliti.6

2. Observasi Observasi adalah sebuah metode ilmiah berupa pengamatan dan pencatatan secara sistematik mengenai penomena-penomena yang

5 6

Lexy Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1997), h. 3 M. Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), h. 182

17

diselidiki.7 Observasi juga dipahami sebagai pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan langsungterhadap gejala dan obyek yang diteliti. Untuk memperkaya data dan interpretasi penelitian ini juga menggunakan data skunder sebagai penunjang.

E. Objek Penelitian Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa objek adalah hal, perkara atau orang yang menjadi pokok pembicaraan.8 Adapun objek satuan masalah yang di analisis adalah interaksi guru dan siswa pada proses pembelajaran kelas dan di luar kelas.

F. Sumber Data Adapun sumber data yang akan diambil dalam penelitian ini yaitu sumber primer. Yang dimaksud sumber primer disisni yaitu guru dan siswa SMP Negeri 2 Ciputat. Penulis akan mewawancarai dengan bertatap muka langsung untuk mencari dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, agar penulisan ini valid dan jelas.

G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara. Wawancara dilakukakn untuk mendapatkan informasi yang lengkap. Penulis akan melakukan wawancara mendalam yang bersifat terbuka dan terstruktur. Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara kepada pihak terkait yakni kepala sekolah SMP Negeri 2 Ciputat dan guru-guru SMP Negeri 2 Ciputat. Selain itu penulis juga menggunakan teknik penelitian kepustakaan, yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data kepustakaan, membaca, mempelajari, mengkaji dan mencatat serta mengolah 7

Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), h. 83 8 DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h.622.

18

bahan penelitian. Dengan demikian penulis menggunakan metode ini untuk memperoleh data-data dengan melakukan penelusuran literatur yang berkaitan dengan objek penelitian.

H. Teknik Pengolahan Data Prosedur yang ditempuh dalam pengolahan data yang telah didapatkan adalah sebagai berikut: setelah data-data terkumpul kemudian diklasifikasikan, disusun, dianalisa lalu di ambil kesimpulan.

I. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat atau lokasi penelitian yang penulis jadikan sebagai objek penelitian adalah SMP Negeri 2 Ciputat. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret hingga bulan September 2008.

BAB II SEKOLAH DAN SOLIDARITAS SISWA A. Sekolah 1. Pengertian Sekolah Sekolah sebagai suatu konsep mempunyai dua pengertian, yaitu: pertama,

sekolah

dalam

arti

suatu

bangunan

dengan

segala

perlengkapannya sebagai lembaga pendidikan; kedua sekolah sebagai proses atau kegiatan belajar mengajar. Sebagai lembaga pendidikan sekolah mempunyai pengertian yang hakiki, yaitu: a. Sekolah merupakan lembaga sosial formal yang berdasarkan undangundang negara sebagai lingkungan pendidikan. b. Sekolah adalah lembaga pendidikan yang mempunyai organisasi yang tersusun rapi. c. Sekolah merupakan suatu sistem dengan komponen-komponen dan memiliki keterkaitan dengan sistem-sistem lain. Pola hubungan dengan sistem lain diwarnai dengan informasi timbal-balik, mekanisme umpan balik berpengaruh terhadap kehidupan sekolah. d. Sekolah sebagai pusat pendidikan formal merupakan perangkat masyarakat yang diserahi kewajiban pemberian pendidikan. e. Sekolah sebagai perangkat /institusi masyarakat didata dan dikelola secara formal, mengikuti haluan yang pasti yang tercermin di dalam

19

20

falsafat dan tujuan, penjenjangan, kurikulum, pengadministrasian dan pengelolaannya.9 Dalam Ensiklopedia Indonesia sekolah adalah tempat anak didik mendapatkan pelajaran yang diberikan oleh guru jika mungkin guru yang berijazah hendaknya diberikan secara pedagogik dan didaktik, tujuannya untuk mempersiapkan anak-anak didik menurut bakat dan kecakapannya masing-masing agar mampu berdiri sendiri di dalam masyarakat.10 Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat penting setelah keluarga. Sekolah sebagai lingkungan pendidikan bukan mengambil peranan dan fungsi orang tua dalam mendidik anaknya dalam lingkungan keluarga, tetapi sekolah bersama-sama dengan orang tua membantu mendidik anak-anaknya.11 2. Kedudukan Sekolah Lembaga pendidikan adalah suatu bentuk organisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola tingkah laku, peranan-peranan dan relasi-relasi yang terarah dalam mengikat individu yang mempunyai otoritas formal dan sangsi hukum, guna tercapainya kebutuhan-kebutuhan sosial dasar.12 Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kedudukan seperti sekeping uang logam yang mempunyai 2 sisi; satu sisi (di satu pihak) mewakili pemerintah, dan satu sisi lainnya (di pihak lain) mewakili orang tua/masyarakat setempat; sehingga program pendidikan sekolah juga di satu pihak berisi muatan/pesan pemerintah/ negara dan juga dipihak lain harus berisi muatan/pesan dari masyarakat. Selain itu, pendidikan di sekolah itu sebenarnya adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga. Dan kehidupan di sekolah adalah merupakan jembatan bagi anak yang akan menghubungkan kehidupan dalam keluarga 9

18

H.M Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. 1, h.

10

Hasan Syadili, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: PT. Ikhtar Baru-Van Haeve,tt). Jilid

V, h. 3060

11 12

Mari Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), h. 25. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), h.217

21

dengan kehidupan dalam masyarakat kelak. Melalui sekolah inilah seorang anak kelak diharapkan menjadi orang dewasa sebagai seorang warga negara dan warga masyarakat yang baik dan produktif. 3. Macam-Macam Sekolah Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai banyak ragam, hal ini tergantung dari segi mana melihatnya. Ditinjau dari segi yang mengusahakan; 1. Sekolah negeri, yaitu sekolah yang diusahakan oleh pemerintah, baik dari segi pengadaan fasilitas, keuangan, maupun pengadaan tenaga pengajar. 2. Sekolah swasta, yaitu sekolah yang diusahakan oleh selain pemerintah, yaitu badan-badan swasta. Ditinjau dari sudut tingkatan; Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989, bahwa jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari: 1. Pendidikan Dasar a) Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah b) SMP/MTs 2. Pendidikan Menengah a) SMU dan Kejuruan b) Madrasah Aliyah 3. Pendidikan Tinggi a) Akademi b) Institusi c) Sekolah Tinggi d) Universitas Selain diselenggarakan

jenjang

pendidikan

pendidikan

Pra

tersebut, Sekolah,

ada yaitu

juga suatu

penyelenggaraan pendidikan yang diperuntukan bagi anak sebelum memasuki Pendidikan Dasar.

22

Ditinjau dari sifatnya; a) Sekolah Umum Yaitu sekolah yang belum mempersiapkan anak dalam spesialisasi

pada

bidang

pekerjaan

tertentu.

Sekolah

ini

penekanannya adalah sebagai persiapan mengikuti pendidikan yang lebih tinggi tingkatannya. Yang termasuk dalam hal ini adalah SD/ MI, SMP/ MTs, SMU/ MAU. b) Sekolah Kejuruan Yaitu lembaga pendidikan sekolah yang mempersiapkan anak untuk mengusai keahlian-keahlian tertentu, seperti: SMEA, MAPK (MAK), SMKK, STM dan sebagainya.13 4. Fungsi dan Peranan Sekolah Pada masyarakat modern seperti sekarang ini, sekolah sangat berperan

untuk

mempersiapkan

tenaga

kerja

yang

memiliki

pengetahuandan keahlian khususagar mampu menjawab tantangan spesialisasi yang semakin luas dan semakin tajam. Sekarang ini sekolah bersama keluarga berupaya menyiapkan generasi muda agar dapat memangku jabatan dan mengisi lapangan kerja yang semakin bervariasi. Selain itu, fungsi atau peran sekolah pada umumnya adalah: a. Mempertajam dan mencerdaskan intelek anak. b. Penyempurnaan (dalam batas-batas tertentu) pendidikan dalam keluarga maupun keagamaan. c. Sekolah juga berfungsi sebagai pewaris dan pemelihara kebudayaan; dan sebagai agen pembaharu kebudayaan. d. Sekolah

sebagai

pembantu

lingkungan

keluarga

bertugas

mengembangkan pribadi anak didik dengan mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawanya dari keluarganya.

13

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, h. 52-53.

23

e. Sekolah juga berfungsi melayani kepentingan bangsa/negara seperti yang ditetapkan oleh pemerintah, karena pemerintah mengatur segala sesuatu yang menyangkut kepentingan seluruh rakyat bangsa.14 Dalam konsepsi Islam, fungsi utama sekolah adalah sebagai media realisasi pendidikan berdasarkan tujuan pemikiran, aqidah, dan syariat demi terwujudnya penghambaan diri kepada allah serta sikap mengesakan Allah dan mengembangkan segala bakat atau potensi manusia sesuai fitrahnya sehingga manusia terhindar dari berbagai penyimpangan.15 Dalam bukunya Muri Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan dijelaskan bahwa peranan dan fungsi sekolah yang pertama-tama ialah membantu keluarga dalam mendidik anak-anaknya di sekolah. Sekolah, guru dan tenaga pendidik lainnya melalui wewenang hukum yang dimilikinya berusaha melaksanakan tugas yang kedua yaitu memberikan pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap secara lengkap sesuai pula dengan apa yang dibutuhkan oleh anak-anak dari keluarga yang berbeda. 16 Di samping itu telah diakui oleh berbagai pihak peran sekolah bagi pembentukan kepribadian anak sangat besar. Sekolah telah membina anak tentang kecerdasan, sikap, minat dan sebagainya dengan gaya dan caranya sendiri sehingga anak menaatinya. Karena itu dapatlah dikatakan sekolah berpengaruh besar bagi jiwa dan keberagamaan anak.17 Adapun fungsi sekolah itu sendiri, telah diperinci oleh “Suwarno” dalam bukunya Pengantar Umum Pendidikan, adalah sebagai berikut: b. Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan; c. Spesialisasi; sekolah mempunyai fungsi sebagai lembaga sosial yang spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan pengajaran.

14

H.M Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, h.19-20 Addurrahman an-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah Dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 152 16 Mari Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, h. 33 17 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), h. 214. 15

24

d. Efisiensi;

terdapatnya

sekolah

sebagai

lembaga

sosial

yang

berspesialisasi di bidang pendidikan dan pengajaran, maka pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat menjadi lebih efisien; e. Sosialisasi; sekolah mempunyai peranan penting di dalam proses sosialisasi, yaitu proses membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial, makhluk yang dapat beradaptasi dengan baik di masyarakat. Sebab bagaimanapun akhirnya dia berada di masyarakat; f. Konservasi dan transmisi kultural; fungsi lain dari sekolah adalah memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan tadi (transmisi kultural) kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya adalah anak didik. g. Transmisi dari rumah ke masyarakat; ketika berada di keluarga, kehidupan anak serba menggantungkan diri pada orang tua, maka memasuki sekolah dimana ia mendapatkan kesempatanuntuk melatih berdiri sendiri dan tanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke masyarakat.18 5. Tanggung Jawab Sekolah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menerima fungsi pendidikan berdasarkan asas-asas tanggungjawab yang meliputi: a. Tanggungjawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku (undangundang pendidikan) b. Tanggungjawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan, dan tingkat pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan negara. c. Tanggungjawab fungsional ialah tanggungjawab profesional pengelola dan pelaksana pendidikan (para guru, pendidik) yang menerima ketetapan

18

ini

berdasarkan

ketentuan-ketentuan

jabatannya.

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2003), h. 50-51

25

Tanggungjawab ini merupakan pelimpahan tanggungjawab dan kepercayaan orang tua (masyarakat) kepada sekolah dari para guru.19 Syahminan Zaini dalam buku Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam mengatakan bahwa tanggung jawab sekolah ada dua macam, yaitu: a. Tanggung jawab yang disebabkan oleh karena pelimpahan sebagian tanggung jawab orang tua kepada sekolah. Kenyataan sudah menunjukkan, bahwa orang tua tidak cukup mampu dan tidak punya banyak waktu untuk mendidik anak-anak mereka secara baik dan sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan mereka dan kesibukkan mereka dalam memenuhi kebutuhan mereka dan anak-anak mereka setiap saat. Oleh karena itu mereka melimpahkan sebagian tanggung jawab mereka kepada sekolah dan sekolah menerimanya dengan cara menerima anak yang diserahkan orang tuanya kepada sekolah. b. Tanggung jawab yang disebabkan oleh karena tanggung jawab guru sebagai seorang muslim terhadap muslim lainnya. Sebagaimana dalam QS. At-Taubah: 122, yang berbunyi,

⌧ ⌧ ⌧

⌧ Artinya: “Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya

19

Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,1988), h.18

26

apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.20

6. Ciri-ciri Pertumbuhab Kejiwaan Anak Sekolah Menengah Sebetulnya ciri-ciri tersebut di bawah ini sudah mulai nampak pada kelas-kelas akhir sekolah dasar yang makin nampak jelas ketika anak menjalani pendidikan sekolah menengah. Ciri-ciri itu antara lain: a. Bertambahnya kemampuan membuat abstraksi, memahami hal-hal yang bersifat abstrak. b. Bertambahnya kemampuan berkomunikasi pikir dengan orang tua. c. Mampu mengadakan identifikasi kondisi dalam lingkungan hidup yang lebih luas. d. Bertumbuhnya minat untuk memahami diri sendiri, dan orang lain. e. Bertumbuhnya kemampuan untuk membuat keputusan sendiri. f. Bertumbuhnya pengertian tentang konsepsi moral dan nilai-nilai. g. Pertumbuhan kemampuan sosial meliputi: kemampuan saling memberi dan menerima, partisipasi dlam masyarakat kelompok sebaya menonjol, bersifat konformis, tindakan kompetitif untuk menguji kemampuan diri.21 7. Pergaulan dalam Sekolah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, terdiri dari guru (pendidik) dan murid-murid/ anak didik. Antara mereka sudah barang tentu terjadi adanya saling hubungan, baik antara guru/ pendidik dengan muridmuridnya maupun antara murid dengan murid.

20

Syahminan Zaini, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1986), h.137-138 21 Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, h. 115-116.

27

Para guru sebagai pendidik, dengan wibawanya dalam pergaulan membawa murid sebagai anak didik ke arah kedewasaan. Memanfaatkan/ menggunakan pergaulan sehari-hari dalam pendidikan adalah cara yang paling baik dan efektif dalam pembentukan pribadi dan dengan cara ini pula maka hilanglah jurang pemisah antara guru dengan murid. Kepramukaan yang diadakan di sekolah-sekolah adalah satu organisasi yang mengembangkan cara pergaulan untuk membentuk kepribadian/ membawa kepada kedewasaan anak. Suasana pergaulan dalam pramuka adalah suasana paedagogis. Semua perintah dan larangan diberikan dalam suasana edukatif. Setiap pelajaran yang diberikan dalam suasana paedagogis. Hubungan murid dengan murid juga menunjukkan suasana edukatif. Sesama murid saling berkawan, berolah raga bersama dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, saling mengajak dan diajak, saling bercerita, saling mendisiplin diri agar tidak menyinggung perasaan temannya. Hubungan murid dengan murid ada kalanya sederajat dan adakalanya lebih rendah atau lebih tinggi kedewasaannya. Dalam hal ini bisa terjadi adanya pergaulan sehari-hari yang berpengaruh negatif maupun berpengaruh positif. Pergaulan yang berpengaruh positif inilah yang mengandung adanya gejala-gejala pendidikan. Kegitan-kegiatan

disekolah

yang

mengandung

gejala-gejala

pendidikan antara lain organisasi intra pelajar, pelajaran berolah raga, kerja bakti, baris berbaris, senam, keterampilan dan sebagainya. Kesemuanya mengharuskan murid berdisiplin dan meningkatkan keahlian.22 8. Sekolah Sebagai Lingkungan Pendidikan Lingkungan adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi jiwa si anak. Dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. 22

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001),26-27.

28

Pengetahuan tentang lingkungan, bagi para pendidik merupakan alat untuk dapat mengerti, memberikan penjelasan dan mempengaruhi anak secara lebih baik. Misalnya, anak manja biasanya berasal dari lingkungan keluarga yang anaknya tunggal atau anak yang nakal di sekolah umumnya di rumah mendapat didikan yang keras atau kurang kasih sayang dan mungkin juga karena kurang mendapat perhatian gurunya. Disekolah anak berkumpul dengan anak-anak yang umurnya hampir sama, dengan taraf pengetahuan yang kurang lebih sederajat dan secara sekaligus menerima pelajaran yang sama, tidak ada perbedaan sedikitpun baik dari segi suasana, tanggung jawab maupun kebebasan dan pergaulan. a. Suasana Sekolah adalah tempat anak belajar. Ia berhadapan dengan guru yang tidak dikenalnya. Guru itu selalu berganti-ganti. Kasih guru kepada murid tidak mendalam seperti kasih orang tua kepada anaknya, sebab guru dan murid tidak terikat oleh tali kekeluargaan. Guru tak mungkin dapat menyelami jiwa anak itu sedalam-dalamnya. Ia tak mungkin dapat mencurahkan perhatiannya pada seorang anak saja. Baginya anak itu tak lain daripada seorang murid diantara sekian banyak murid yang lain, yang diserahkan kepadanya. Ia mengajarnya dalam satu atau beberapa tahun, dan muridnya itupun selalu berganti-ganti dari tahun ke tahun. b. Tanggung jawab Di sekolah guru merasa bertanggung jawab terutama terhadap pendidikan otak murid-muridnya. Ia merasa telah memenuhi kewajibannya dan mendapat nama baik, jika murid-muridnya sebagian besar naik kelas atau lulus dalam ujian. Akan tetapi ajaran Islam memerintahkan bahwa guru tidaknya hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Ia sendiri harus memberi contoh dan menjadi teladan bagi murid-muridnya

dan

dalam

segala

mata

pelajaran

ia

dapat

menanamkan rasa keimanan dan akhlak sesuai dengan ajaran Islam. Malahan ia di luar sekolahpun ia harus bertindak sebagai pendidik.

29

c. Kebebasan Di sekolah tidak mempunyai kebebasan seperti di rumah. Di sana ada aturan-aturan yang tertantu. Disekolah dimulai pada waktu yang ditentukan, dan ia harus duduk selama waktu itu pada tempat yang ditentukan pula. Ia tidak boleh meninggalkan atau menukar tempat, kecuali seizin gurunya. Pendeknya ia harus menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. d. Pergaulan Di sekolah pergaulan antara murid dengan murid acapkali lebih “lues” (jakelijk). Mereka harus menghormati hak dan kepentingan masingmasing.23

B. Solidaritas 1. Pengertian Solidaritas Secara etimologi arti solidaritas adalah kesetiakawanan atau kekompakkan. Dalam bahasa Arab berarti tadhamun atau takaful dan ukhuwah. Solidaritas dalam dua term ini mengandung pengertian, yaitu sikap saling membantu, menanggung dan memikul kesulitan dalam hidup bermasyarakat. Sikap anggota masyarakat Islam yang sering memikirkan, memperhatikan, dan membantu mengatasi kesulitan; anggota masyarakat Islam yang satu merasakan penderitaan yang lain sebagai penderitaaannya sendiri dan keberuntungannya adalah juga keberuntungan yang lain.24 Secara terminologis kata “solidaritas” berasal dari bahasa latin solidus “solid”. Kata ini dipakai dalam system sosial yang berhubungan dengan integritas kemasyarakatan melalui kerjasama dan keterlibatan yang satu dengan yang lainnya. Bentuk dari solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat berimplikasi pada kekompakkan dan keterikatan dari bagian-bagian yang ada. Dalam hukum romawi dikatakan bahwa solidaritas menunjuk pada idiom “semua untuk masing-masing untuk 23 24

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 71-73 http://kmmmesir.org/content/view/143/134/

30

semua”. Tidak jauh dari hukum romawi, bangsa Prancis mengaplikasikan terminology solidaritas pada keharmonisan sosial, persatuan nasional dan kelas dalam masyarakat. Begitupun di Inggris kata solidaritas bermakna keterpaduan suatu kelompok interest dan tanggung jawab. Istilah lain yang juga memiliki arti yang sama dengan solidaritas adalah “Asabiah” dalam karakteristik tertentu konsep asabiah sering diartikan juga sebagai keketatan hubungan seseorang dengan golongan atau grupnya dan berusaha sekuat tenaga untuk menolongnya serta berlaku ta’asub terhadap prinsip-prinsipnya. Sedangkan T. Kemiri menerangkan bahwa konsep asabiah itu merupakan konsep nasionalisme dalam arti yang luas, sementara itu konsep asabiah tersebut oleh Mukti Ali diterjamahkan sebagai solidaritas sosial.25 Solidaritas sosial merupakan suatu keadaan masyarakat dimana keteraturan dan keseimbangan hidup setiap individu masyarakat telah terjalin. Dilihat dari struktur masyarakatnya, dalam kajian solidaritas sosial, Durkheim menggunakan istilah solidaritas mekanik dan solidaritas organic. Solidaritas mekanik merupakan ciri yang menandai masyarakat yang masih sederhana, yang oleh Dhurkheim dinamakan segmental. Dalam masyarakat yang menganut solidaritas mekanik, yang diutamakan ialah persamaan perilaku dan sikap. Perbedaan tidak dibenarkan. Menurut Durkheim seluruh warga masyarakat diikat oleh apa yang dinamakan kesadaran kolektif, hati nurani kolektif (collective conscience) suatu kesadaran bersama yang mencakup keseluruhan kepercayaan dan perasaan kelompok, dan bersifat ekstern serta memaksa. Sanksi terhadap pelanggaran hokum disini bersifat represif; barang siapa melanggar solidaritas sosial akan dikenai hukuman pidana. Solidaritas organic merupakan bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks masyarakat yang telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh kesaling tergantungan antar bagian. 25

Ibnu Khakdun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, ter. Ahmadi Toha, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h. 50

31

Pada masyarakat dengan solidaritas organic ini, ikatan utama yang mempersatukan masyarakat bukan lagi kesadaran kolektif atau hati nurani kolektif (collective conscience) melainkan kesepakatan yang terjalin diantara berbagai kelompok profesi. Di sini pun hokum yang menonjol bukan lagi hokum pidana, melainkan ikatan hokum perdata. Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap kesepakatan bersama maka yang berlaku ialah sanksi restitutif: si pelanggar harus membayar ganti rugi kepada pihak yang menderita kerugian untuk mengembalikan keseimbangan yang telah dilanggarnya.26 Solidaritas bisa juga berarti belas kasihan (charity). Dimana setiap manusia mengesampingkan lebih dari warna kulit, agama, suku, atau golonganatas nama belas kasihan kepada sesama. Sehingga tidak ada perbedaan diantara manusia. Dalam arti yang paling murni belas kasihan bukan perbuatan yang baik, bukan murah hati, bukan rasa kemanusiaan, bukan altruisme, bukan kebaikan hati. Juga bukan rasa iba, sikap terbuka pada siapapun, atau sifat kasih yang sangat besar, Charity berarti lebih dari pada itu semua. Segala sifat-sifat yang baik yang tersebut di atas hanya mempunyai satu persamaan yaitu mempunyai sifat sebaliknya, yaitu egoisme. Cinta kepada tetangga yang secara spontan atau tidak dengan pikiran tidak sama dengan charity kecuali dari segi bahwa pelakunya memandang manusia dengan kacamata Tuhan untuk membenarkan pemberian Tuhan yang tak terbatas dan menegakkan Tuhan dalam manusia. Al-Qur’an melukiskan orang yang baik seperti mereka yang melakukan amal saleh, memberikan makanan, karena cintanya kepada Tuhan, untuk orang miskin, anak yatim dan orang tawanan. 27

☺ ☺ 26

Kamanto Sunarto, Pengantar sosiologi, (Jakarta: Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), h.132. 27 Marcel A. Boisard, Hmanisme Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 133.

32

Artinya; “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang di tawan”. (QS. 76: 8). 2. Nilai-Nilai Solidaritas dalam Islam Kehidupan dunia dengan seluruh apa yang ada di dalamnya, berupa shalat dan amal dunia, dengan segala bentuk larangan merupakan jalan satu-satunya menuju akhirat, baik yang akan berujung pada surga maupun neraka (siksa atau mardhatillah). Ia merupakan kesatuan yang diyakini oleh Islam dalam alam semesta dan kehidupan, antara hidup dan kehidupan, antara masyarakat dan individu, antara dorongan dan pelaksanaan dalam dirinya, dan pada tingkat paling tinggi antara agama dan keduniawian serta antara bumi dan langit. Ia tidak meyakininya berdasar kehendak individu maupun masyarakat, atau berdasar kepentingan golongan yang satu dari golongan yang lain, atau bagi generasi yang satu atas generasi yang lainnya. Masingmasing mereka mempunyai hak dan kewajiban sendiri-sendiri berdasar keadilan dan persamaan. Individu dan masyarakat, suku dan bangsa, generasi yang satu dengan generasi yang lainnya, semuanya diatur dengan hukum yang satu dan mempunyai tujuan yang satu pula., yaitu menggerakkan karya individu dan masyarakat tanpa adanya pertentangan dan agar masing-masing generasi bekerja untuk menumbuhkan dan membangun kehidupan serta mengarahkannya menuju pencipta segala kehidupan ini. Islam adalah agama kesatuan antara seluruh kekuatan alam, dan tidak diragukan lagi bahwa ia adalah agama tauhid, pengesaan Tuhan, pengesaan seluruh agama dalam agama Allah, dan pengesaan Rasul dalam menyebarkan agama yang satu pula semenjak munculnya fajar kehidupan.

33

Artinya: “Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku”. (QS. 21: 92). Islam adalah agama kesatuan antara ibadah dan muamalah, antara aqidah dan perbuatan, material dan spiritual, nilai-nilai ekonomi dan nilainilai moral, dunia dan akhirat, bumi dan langit. Dari kesatuan besar ini muncullah ketentuan dan ketetapannya, pengaturan harta kekayaan, pembagian harta rampasan dan utang piutang, dan dalam hak dan kewajiban. Dalam prinsip inilah terkandung seluruh bagian-bagian dan rincian-rinciannya. Selanjutnya, kehidupan dalam pandangan Islam, merupakan kasih sayang, persaudaraan, tolong menolong dan tenggang menenggang, dalam asas yang jelas batasnya dan system yang jelas ketentuannya, baik antara seluruh umat Islam khususnya dan antara individu-individu manusia pada umumnya.28 Dalam Islam, solidaritas terdiri dari: (1) Solidaritas Sosial (2) Solidaritas Keadilan, (3) Solidaritas Ilmu dan (4) Solidaritas dalam Perlawanan.29 a. Solidaritas sosial merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sosial, guna menjaga hakekat kemanusiaan dalam hubungan antar individu atau antar kelompok, adapun yang termasuk ke dalam solidaritas sosial adalah sebagai berikut: 1) Tasamuh Tasamuh adalah perilaku hidup yang didorong karena keinginan memberikan kemudahan dan mempermudah urusan terhadap orang lain. Apabila kita berurusan dengan orang lain dia tidak akan mempersulit. Jika orang yang berurusan dengannya berada dalam kesempitan maka dia akan memberikan kelonggaran.

28 29

Sayyid Quthb, Keadilan Sosial Dalam Islam, (Bandung: Pustaka, 1984), h. 32-35. http://sayyidulayyaam.blogspot.com/2006/11/islam-dan-solidaritas-sosial.htm

34

Dalam sebuah hadist Rasulullah saw. Disebutkan bahwa inti

dari

beragama

adalah

memberikan

kemudahan

dan

kelonggaran apabila ada orang yang berkesempitan atau kesusahan.

‫ﻼ ﺗَﻌَﺴﱠ ُﺮوْا‬ َ ‫ﻦ َﻳﺴﱠ ُﺮ َﻓ‬ َ ‫َاﱠﻟ ِﺬ ْﻳ‬ Artinya: “Agama itu sesungguhnya kemudahan, maka janganlah kamu suka sekali mempersulit urusan.” (H.R Bukhari dan Muslim).

2) Toleransi Toleransi adalah sikap atau perbuatan yang dapat membiarkan menghargai pendirian, pendapat dan perbuatan orang lain, kendatipun pendirian, pendapat/ perbuatan orang lain tersebut berbeda atau tidak sama dengan pedirian pendapatnya. Rumusan ini menyangkut toleransi sosial. Mengenai toleransi agama, rumusannya harus di rubah sebab, toleransi agama menyangkut keyakinan yang berhubungan dengan aqidah. Allah tidak melarang umat Islam hidup bermasyarakat dengan dengan pemeluk agama lain, asal mereka tidak memusuhi Islam, QS. 60:8. dengan demikian Islam menganjurkan penganut-penganutnya mengadakan toleransi sosial kepada sesama umat beragama.

35

☺ Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu Karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (Al-Mumtahanah : 8) Al-Qur’an memerintahkan kita agar selalu berbuat baik, bekerja sama dan toleransi kepada semua orang termasuk orang non muslim, selama mereka tidak menunjukkan permusuhan. Perbedaan agama tidak dapat memutuskan persahabatan antara oeang Islam dan non Islam dalam sosial kemasyarakatan.

3) Ta’awun Ta’awun adalah perilaku yang lahir dari niat dan dorongan ingin saling membantu dan bekerjasama dengan sesama. Perilaku ta’awun lahir dari niat dan dorongan untuk mancapai sebuah tujuan mulia, yakni menciptakan kebaikan atau kemakmuran. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan uluran tangan dan pertolongan dari sesama. Baik yang kaya atau miskin, yang pintar maupun yang kurang pandai, yang kuat atau yang lemah. Semuanya selalu membutuhkan uluran tangan dan pertolongan dari sesamanya. 4) Persamaan Konsep persamaan yang menjadi ciri utama masyarakat Islam adalah lebih menekankan pada konsep hukum. Sendi ini tersimpul dalam QS. Alhujurot: 13



36

Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. Dari ayat di atas memberi petunjuk kepada manusia di muka bumi ini bahwa manusia mempunyai derajat yang sama. Adapun Allah Swt menjadikan manusi bersuku-suku, berbangsabangsa, berlainan bahasa dan kulit adalah merupakan bukti kekuasaan Allah Swt dan juga untuk saling kenal. Dalam ayat di atas dinyatakan bahwa yang membedakan tingkatan manusia dengan yang lainnya adalah takwa kepada Allah Swt. Seorang budak (Bilal bin Rabbah) tukang azan Rasulullah Saw lebih mulia dan tinggi derajatnya di sisin Allah Swt dan orang yang beriman, daripada seorang Fir’aun yang bangsawan lagi hartawan tapi sombong, congkak, takabur bahkan mengaku sebagai Tuhan. Walaupun demikian dalam masyarakat dewasa ini, ada agama atau masyarakat yang membedakan klasifikasi atau diskriminasi ras seperti dalam agama Hindu, yang tercantum dalam Kitab Weda, membagi manusia kepada tiga golongan atau tingkatan, yaitu Brahmana, Kshattrya dan Vaisya. Dalam al-qur’an

37

tidak akan kita dapatkan konsep dan cara hidup bermasyarakat yang demikian.30 5) Menyebarkan kasih sayang Kasih sayang dan baik hati adalah kaidah yang harus dijunjung tinggi, tetapi hal-hal tersebut bukan ide yang abstrak dan ideal. Peraturan sama artinyadengan keseimbangan dan kebenaran, kesatuan dan keadilan. Kita harus menempatkan ide-ide tersebut dalam konteks ini, oleh karena agama memberikan ajaran moral perorangan dan dasar-dasar lembaga sosial. Perintah kepada perorangan untuk adil, ditambah dengan kasih sayang dan murah hati, dalam rangka kolektif dan menjelma menjadi altruisme yang timbul dari konsep solidaritas yang sangat perlu bagi masyarakat manusia bagi doktrin Islam. Ini adalah gerakan keluar yang menentang egoisme, tanpa menghilangkan individualisme atau utilitarisme.31

b. Solidaritas keadilan Adil menurut Imam Al-Ghazali adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya. Menempatkan sesuatu secara wajar dan proporsional. Solidaritas Keadilan seperti halnya seorang hakim menegakkan keadilan terhadap rakyat dan negerinya, karena Allah SWT memerintahkannya. (QS. An-Nahl:90).

⌧ h. 60.

30

Syahid Mu’ammar Pulungan, Manusia dalam al-Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu, 1984),

31

Marcel A. Boisard, Hmanisme Dalam Islam, h. 142

38



☺ ⌧

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” Ayat ini menjelaskan bahwa kita harus berbuat adil pada siapapun. Sebagai manusia kita harus berusaha menegakkan keadilan pada siapa saja tanpa melihat status sosial seseorang. c. Solidaritas Ilmu Solidaritas Ilmu, yaitu keharusan seorang Alim atau kiyai mengajar orang yang tidak tahu dan kewajiban orang yang tidak tahu belajar kepada Alim.

⌧ ☺ ⌧ ⌧ ⌧

⌧ Artinya : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah:122 ).

39

Maksud dari ayat ini adalah melarang supaya jangan sampai semua kaum muslimin pergi berperang, melainkan hendaklah ada sebagian yang tinggal menyelenggarakan unrusan-urusan lain.32 Adapun kaitannya dengan solidaritas ilmu, penulis berpendapat bahwa harus adanya pembagian tugas yang baik sesuai dengan keahliannya, misal seorang alim ulama, tugasnya adalah mengajar orang-orang yang tidak tahu menjadi tahu, sedangkan perang adalah tugas para tentara, karena yang dimaksud jihad bukanlah perang saja, namun semua perbuatan yang diridhai Allah Swt adalah termasuk jihad. d. Solidaritas Dalam Perlawanan Solidaritas dalam Perlawanan, yaitu kewajiban kaum Muslimin membela agama dan negaranya.



☺ Artinya: “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.” (QS.At-Taubah:41).33 Ayat ini memerintahkan supaya segenap orang mesti berangkat pergi berperang, baik dengan langkah yang ringan maupun yang berat, dengan senjata maupun tidak, sendiri maupun bersama-sama dalam barisan.34

32

Abdul Halim Hasan Binjai, Tafsir al-Ahkam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 504. 33 http://sayyidulayyaam.blogspot.com/2006/11/islam-dan-solidaritas-sosial 34 Abdul Halim Hasan Binjai, Tafsir al-Ahkam, h. 489.

40

Kaitannya dengan solidaritas dalam perlawanan, bahwa semua kaum muslimin baik yang tua maupun yang muda, kaya ataupun miskin, harus mbersatu dan bekerja sama dalam membela agama dan negara tanpa melihat status sosial seseorang. Apabila seseorang itu tidak mampu berjihad dengan tenaga dan kekuatannya, maka dianjurkan berjihad dengan harta.

BAB III PROFIL SMP NEGERI 2 CIPUTAT A. Sejarah Singkat SMP Negeri 2 Ciputat 1. Januari 1977 : Mulai berdiri dengan nama SMPN. Kelas jauh dari SMPN. 2 Tangerang 2. April 1979

: Oleh kanwil Jabar di kukuhkan menjadi SMPN. 2 Filial

3. Februari 1983 : SMP berdiri sendiri dengan nama SMPN. 1 Ciputat 4. Januari 1999

: Berdasarkan nomen klatur untuk kecamatan ciputat di bakukan berubah menjadi SMPN. 2 Ciputat

5. Juli 2004

: SMPN. 2 Ciputat membuka program Akselerasi / percepatan waktu yaitu 2 tahun selesai

6. Juli 2007

: SMPN. 2 Ciputat menuju Sekolah Standar

Nasional

(SSN)

B. Visi dan Misi SMPN 2 Ciputat Visi :

1. Unggul dalam prestasi 2. Teladan dalam perbuatan 3. Tekun dalam beribadah

Misi :

1. Mewujudkan peningkatan kualitas mutu lulusan 2. Mewujudkan

peningkatan

SMU/SMK Negeri

41

jumlah

lulusan

yang

masuk

42

3. Membina sikap percaya diri, semanggat gotong royong dan cintatanah air 4. Meningkatkan

prestasi

kerja

yang

diimbangi

dengan

penghargaan yang layak serta dilandasi dengan semangat ketauladanan dan keikhlasan. 5. Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan.35

C. Keadaan Siswa dan Guru 1. Keadaan Siswa TABEL DATA JUMLAH KELAS ROMBEL DAN SISWA No.

Data Kelas

Jumlah

Jumlah Siswa

Rombel Laki-laki

Perempuan

Jumlah

1

Kelas VII

10

195

199

394

2

Kelas VIII

9

155

186

341

3

Kelas IX

10

189

203

392

Total

29

539

588

1.127

2. Keadaan Guru TABEL MATA PELAJARAN DAN JUMLAH GURU NO

MATA PELAJARAN

JUMLAH GURU

1

Pendidikan Agama Islam

3

2

Pendidikan Kewarganegaraan

3

3

Bahasa Indonesia

8

4

Bahasa Inggris

7

5

Matematika

7

35

Tata Usaha SMP Negeri 2 Ciputat.

43

6

Ilmu Pendidikan Alam

7

7

Ilmu Pendidikan Sosial

5

8

Pendidikan Seni dan Budaya

3

9

Penjaskes

3

10

Tek. Informasi dan Komunikasi

3

11

Muatan Lokal

2

Jumlah

51

Jumlah guru SMP Negeri 2 Ciputat 51 orang dari 11 mata pelajaran yang ada di sekolah tersebut. Tingkat pendidikan akhir dari para guru sangat bervariasi, rata-rata dari mereka adalah Sarjana Pendidikan. Namun dalam pengambilan perannya sebagai tenaga pengajar masih ada beberapa guru yang mengajar tidak sesuai dengan keahliannya (mis match), seperti guru yang seharusnya mengajar bidang studi Ilmu Pendidikan Sosial tetapi dia mengajar Pendidikan Agama Islam. Dari fenomena ini kita dapat melihat, apakah mungkin seorang guru dapat mendidik dan mengajar secara maksimal tanpa pengetahuan yang cukup di bidang yang dia ajarkan? Rasanya tak mungkin, karena segala sesuatu itu harus diserahkan terhadap ahlinya, apabila tidak maka tunggulah kehancurannya.

D. Prestasi Siswa Dalam Mengikuri Lomba Banyak prestasi yang telah di raih oleh siswa dan siswi SMP Negeri 2 Ciputat ditingkat Propinsi maupun Nasional lima tahun terakhir, baik dari segi akademik maupun non akademik, diantaranya sebagai berikut:36 1. Akademik Olimpiade IPA - Fisika

se Kabupaten Tangerang

Olimpiade Matematika

Tingkat Nasional

di Balikpapan Olimpiade Matematika

36

Tata Usaha SMP Negeri 2 Ciputat.

se Propinsi Banten

44

Olimpiade Teknologi

se Propinsi Banten

Informasi & Telekomunikasi 2. Non Akademik Komandan Pleton (Danton )

se Kabupaten Tangerang

PBB Harapan

se Kabupaten

Turnamen Basket Ball

se Kabupaten Tangerang

Kejuaraan Bulu Tangkis

se Kabupaten Tangerang

Lomba Terampil Penggalang

se Kota Tangerang Selatan

E. Kegiatan Ekskul 1

Pramuka

8. Bidang Olah Raga

2

Paskibra

- Basket Ball

3

PMR

- Volly Ball

4

KIR

- Futsal / Sepak Bola Mini

5

Engglis Corner

- Sepak Bola

6

Rohis

- Bulutangkis

7

Bidang Seni :

- Tenis Meja

- Seni Drama

- Taekwondo

- Seni Tari

9. Mading

- Seni Musik / Band

10. Ke Putrian37

- Seni Marawis

37 37

Tata Usaha SMP Negeri 2 Ciputat.

BAB IV PERAN SEKOLAH DALAM MEMBENTUK SOLIDARITAS SISWA A. Upaya-Upaya Sekolah Membentuk Solidaritas Siswa Orang tua menyerahkan anaknya ke sekolah, supaya sekolah mendidik anaknya dengan sebaik-baiknya. Orang tua tidak dapat mendidik anaknya sendirian, oleh sebab itu sekolahlah yang diharapkan untuk menyempurnakan pendidikan tersebut. Kehidupan pada masa sekarang sangatlah sulit, persaingan semakin ketat, semua orang dituntut harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman untuk menempuk gelombang kehidupan yang serba ketat ini, baik dari segi keilmiyahannya, amal perbuatan, keagamaan, kesenian, kemasyarakatan dan solidaritas sosial. Untuk mencapai semua itu, pihak sekolah harus bekerja sama untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan membuat program kegiatan yang baik untuk mencapai pendidikan yang sempurna. Sekolah menengah pertama atau SMP Negeri 2 Ciputat, mempunyai banyak kegiatan yang harus diikuti para siswa, mulai dari kegiatan bidang keagamaan, bidang sosial dan ekstra kurikuler. 1. Bidang Keagamaan Masyarakat kaum muslimin merupakan suatu bangunan yang tepat dan logis yang di dalamnya semua orang muslim mempunyai tempat dan melakukan partisipasi yang nyata. Dalam integrasi dengan masyarakat inilah dan berbarengan dengan rasa hormat kepada hukum yang

45

46

diwahyukan, seorang mukmin menemukan identitasnya. Organisasi kolektif yang diperintahkan oleh doktrin Islam yang diimbangi dengan individualisme yang tertanam dalam perspektif eskatologis, oleh tindakantindakan tiap pribadi akan dipertanggung jawabkan pada hari kiamat. Rasa tentang adanya zat yang mutlak, afirmasi tentang keesaan Tuhan dan keyakinan mempuynai kebenaran yang tunggal telah menimbulkan adanya suatu masyarakat yang teoritis yang sangat solider. Kohesi (kekompakan) sosial adalah akibat ketidak mampuan manusia untuk hidup di luar kelompok. Oleh karena itu, ia mengadakan semacam kontrak sosial yang tidak merupakan hasil kemauannya yang bebas akan tetapi merupakan perintah Tuhan yang diterima oleh manusia. Tidak hanya terbatas dengan itu, solidaritas sesama muslim semakin tampak jelas. Di berbagai

tempat,

banyak

didirikan

bangunan

masjid

dari

hasil

pengumpulan dana dari masyarakat sekitar atau dengan penggalangan dana. Selain itu, jika ada perayaan hari besar Islam sering kali diisi dengan berbagai bentuk yang berkenaan dengan keislaman. Tablig akbar, berbagai lomba ke islaman pun di adakan. Begitu juga dengan kesenian yang bernuansa islami tidak jarang menarik minat masyarakat untuk ikut serta atau sekedar berpartisipasi. Begitu pun disekolah, berbagai macam kegiatan untuk menyambut hari besar Islam juga cukup mendapat respon yang baik dari para guru dan siswa. Karena sebagian besar keluarga besar sekolah ini (SMPN 2 Ciputat) beragama muslim, mereka bekerja di sela-sela kesibukan belajar mengajar. Selain perayaan hari besar Islam, sekolah pun selalu mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan, guna untuk menambah pengetahuan keagamaan para siswa dan guru. Adapun bentuk-bentuk kegiatan keagamaan tersebut adalah sebagai berikut:

47

a. Tausiah Mingguan Untuk menambah pengetahuan siswa siswi SMP Negeri 2 Ciputat mengenai agama, pihak sekolah mengadakan program tausiah mingguan. Tausiah ini bentuknya ceramah keagaman yang diadakan satu minggu sekali, setiap hari jum’at selama 90 menit. Adapun penceramahnya yaitu guru-guru yang di tugaskan secara bergiliran. Agar para siswa tidak jenuh dalam mengikuti tausiah atau untuk menambah pengalaman baru para siswa, terkadang pihak sekolah mengundang penceramah dari luar untuk mengisi tausiah mingguan. Materi yang disampaikan sekitar keimanan, akhlak, kisahkisah dan sebagainya yang diilustrasikan pada penomena yang terjadi disekitar siswa. Peserta tausiah tidak hanya diikuti oleh para siswa tetapi para guru pun ikut serta mengikuti tausiah. Alasannya, menurut informasi yang penulis dapat bahwa nilai-nilai solidaritas itu kental pada pendidikan agama terutama Islam. Hal inilah media yang paling pas untuk menginformasikan kepada siswa bahkan guru sekalipun.38 Selain itu, dalam mengikuti tausiah, para siswa siswi diharuskan memakai pakaian muslim, bila laki-laki menggunakan baju koko berwarna putih dan perempuan memakai baju panjang dan berjilbab. b. Peringatan Maulid Nabi Saw Dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad Saw, yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul awwal, para siswa-siswi SMP Negeri 2 Ciputat yang dibantu oleh para guru mengadakan tablig akbar dengan mengundang penceramah dari luar kota, acara ini adalah acara rutin yang menjadi agenda tahunan SMP Negeri 2 Ciputat. Beberapa bulan sebelum acara, dibentuk kepanitiaan bersama, dibawah tanggung jawab guru dan kepala sekolah.

38

Wawancara pribadi dengan H. Nurhadi, tanggal 11 September 2008

48

c. Shalat Jum’at Bersama Tujuan utama diadakan shalat jum’at bersama dilapangan sekolah, untuk menjalin kebersamaan antara guru dan siswa. Adanya persamaan antara guru dan siswa sebagai makhluk ciptaan Allah untuk selalu bersujud dan beribadah kepada-Nya. Selain itu untuk menanggulangi para siswa untuk tidak meninggalkan shalat jum’at. 2. Bidang Sosial a. Bakti Sosial Bakti sosial merupakan kegiatan sosial yang sudah menjadi program sekolah secara berkala. Kegiatan ini dilakukan oleh para siswa dibawah pengawasan guru dan kepala sekolah. Tujuannya agar siswa bisa berinter aksi langsung dengan warga sekitar, melihat keadaan saudaranya yang kurang beruntung dibanding dengan dirinya. Disini menanamkan rasa syukur siswa atas segala nikmat yang ia miliki dan menanamkan rasa kepedulian dan perhatian siswa terhadap saudaranya sebagai sesama makhluk Tuhan dan makhluk sosial. Kegiatan ini ditujukan kepada masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan dan para manula. Janda anak yatim piatu adalah bagian dari masyarakat yang harus diperhatikan, mengingat beban hidup yang semakin berat karena krisis ekonomi yang berkepanjangan, harga minyak dunia yang semakin melambung yang berdampak pada kenaikan harga bahan pokok sehingga kita perlu menyantuni janda, jompo dan yatim piatu untuk mengurangi beban hidup mereka dan sekaligus mambuka mata para siswa untuk selalu menumbuhkan rasa sosial dan kemanusiaan mereka. Ketika berita tanjung priuk dan poso seolah-olah hati ini menangis mengingat penderitaan saudara kita yang berada di tanjung priuk dan poso menggugah hati kami keluarga besar SMP Negeri 2

49

Ciputat untuk bergerak menggalang sumbangan baik berupa dana maupun barang untuk disumbangkan kepada para korban. b. Pengumpulan Dana Spontanitas SMP Negeri 2 Ciputat memiliki nilai tambah, walaupun sekolah ini sekolah umum, nuansa agamanya sangat kental sekali sehingga

kebiasaan-kebiasaan

akhlaqul

karimah,

persaudaraan,

kebersamaan, persatuan dan kesetiakawanan, sangat dianjurkan dengan pembiasaan. Misalnya jika ada musibah orang tua wali, siswa dianjurkan untuk mengumpulkan uang ta’ziyah, begitu pun apabila ada musibah-musibah lain seperti ada yang sakit dan sebagainya. c. Infaq Infaq merupakan perilaku baik sebagai perwujudan sistem solidaritas. Namun sistem solidaritas bukan semata memberikan bantuan finansial dalam bentuk apapun. Pemberian finansial hanyalah salah satu bentuk bantuan yang dimaksudkan dalam konsep solidaritas sosial Islam. Syahid al Islam, Ustaz Sayyid Quthb mengatakan: “ Sebenarnya sistem solidaritas sosial dalam Islam merupakan sistem paripurna. Unsur dari sistem ini mencakup perilaku baik (ihsan), sedekah, dan tindakan-tindakan baik lainnya”.

39

Infaq merupakan

bentuk refleksi penanaman sikap sosial terhadap para siswa siswi SMP Negeri 2 Ciputat. Infaq ini dikumpulkan setiap hari jum,at setelah para siswa 3. Pembinaan Ekstra kurikuler Kegiatan ekstra kurikuler merupakan suatu kegiatan pembelajaran tambahan, yang dilakukan di luar jam pelajaran. Banyak sekali kegiatan ekstra kurikuler yang ada di sekolah, para siswa di wajibkan untuk mengikuti salah satu kegiatan ekstra kurikuler yang ada di sekolah tersebut dan para siswa bebas memilih kegiatan ekstra kurikuler sesuai dengan 39

‘Abd Allah Nashih ‘Ulwan, Indahnya Hidup Bersama: Solidaritas sosial dalam Islam, terj. Asy’ari Khatib, h. 30.

50

minat dan bakatnya. Kebebasan memilih ini tujuannya agar siswa tidak merasa terpaksa dan enjoy dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang sudah menjadi program ekstra kurikuler yang ia pilih tersebut. Dengan demikian para siswa lebih mudah untuk dibina, dibentuk untuk menyalurkan bakat yang dimiliki oleh para siswa. Selain itu melalui pembinaan ekstra kulikuler ini, salah satu bentuk untuk menanamkan nilainilai solidaritas terhadap siswa, agar siswa bisa lebih saling mengenal, bekerja sama, disiplin, saling menghargai dan bertanggung jawab. Walaupun demikian keterlibatan siswa dalam mengikuti kegiatan ekskul ini mempunyai berbagai motif, ada yang sekedar untuk memenuhi kewajiban atau sekedar mengikuti aturan sekolah ada juga yang benarbenar ingin mendapatkan pengalaman berorganisasi. Suci misalnya, aktif di OSIS ingin menambah wawasan tentang organisasi seperti yang diungkapkannya: “Tujuan saya aktif di OSIS adalah untuk menambah wawasan keorganisasian, lebih dikenal teman dan guru, serta mengembangkan potensi yang saya muliki agar berkembang dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar”.40 Senada dengan Suci, Rangga Putra Nugraha yang aktif dalam kepramukaan untuk menambah pengalaman dan belajar sosialisasi, ungkapnya: “Motivasi saya ikut pramuka, selain untuk menambah pengalaman juga untuk belajar bersosialisasi dengan teman, guru, orang tua dan masyarakat sekitar tempat saya tinggal”.41 Aktifitas kegiatan dalam sebuah ekskul sangat bervariasi, manfaat yang didapat memang tidak bisa langsung dirasakan. Beberapa siswa yang aktif di OSIS, seperti Suci misalnya, menyatakan:

40 41

Wawancara pribadi dengan Suci , pada tanggal 13 September 2008. Wawancara pribadi dengan Rangga Putra Nugraha, pada tanggal 13 September 2008.

51

“Bagi saya aktif di OSIS dapat memberikan manfaat yaitu dapat menambah wawasan tentang keorganisasian, lebih dikenal teman dan guru dan dapat mengembangkan potensi yang saya miliki”.42 Begitu pula Rangga Putra Nugraha yang aktif dalam kepramukaan mengemukakan manfaat berorganisasi, ungkapnya: “Manfaat yang saya rasakan dalam mengikuti kegiatan ini memberikan pengalaman baru bagi saya mengenai berorganisasi, bsosialisasi saya dengan teman dan guru lebih baik, jujur pada awalnya saya adalah orang yang sedikit pemalu, setelah aktif dipramuka ini saya lebih berani dan luwes terhadap teman. Berbagai motif siswa dalam mengikuti kegiatan ekskul, semua ini tidak terlalu mejadi perhatian pihak sekolah, karena ini merupakan program sekolah yang harus di ikuti siswa sebagai upaya menanamkan nilai-nilai solidaritas sosial, dan hal ini sangat bermanfaat bagi para siswa dimasa yang akan datang, ini merupakan motif sekolah. Selain itu, melalui kegiatan ekstra kurikuler, sekolah dapat menunjukkan kredibilitas terhadap masyarakat. Dengan mengikuti turnamen-turnamen baik ditingkat nasional maupun internasional. Kegiatan ini, biasanya di sambut antusias oleh para siswa, guru dan orang tua murid. Melalui kegiatan ini pula dapat mempererat emosional antara anggota keluarga besar sekolah/ SMP Negeri 2 Ciputat. Adapun jenis ekstra kurikuler (ekskul) yang ada di SMP Negeri 2 Ciputat bisa dilihat pada bab III.

B. Efektifitas Pendidikan Solidaritas di Sekolah Kemerosotan nilai-nilai sosial yang melanda masyarakat kita saat ini tidak terlepas dari tingkat keefektifan penanaman nilai-nilai moral, baik dilingkungan

keluarga,

sekolah

dan

masyarakat

secara

keseluruhan.

Pendidikan solidaritas yang berlangsung disekolah masih bersifat global, belum sampai titik yang sangat krusial. Hanya sebatas pengetahuanpengetahuan yang harus dilakukan oleh seorang siswa terhadap teman, guru, 42

Wawancara pribadi dengan Suci, pada tanggal 13 September 2008.

52

orang tua dan orang-orang yang lebih tua dari dia. Oleh karena itu sering menjadi perdebatan, bahwa sekolah bukanlah tempat transfer nilai-nilai solidaritas. Kunci utama agar anak mempunyai sikap solidaritas yang tinggi adalah keluarga dan masyarakat. Karena nilai-nilai solidaritas yang ditanamkan di sekolah baru menyentuh aspek-aspek kognitif (pengetahuan), belum pada aspek edukatif dan implementasi. Solidaritas merupakan sikap yang perlu dimiliki oleh setiap manusia, karena sebagai makhluk sosial dia tidak dapat hidup sendiri, oleh karena itu penanaman nilai-nilai solidaritas menghendaki adanya kebiasaan yang istiqamah dari setiap individu pendidik dan peserta didik. Hal ini tentu tidak bisa dilakukan di sekolah semaksimal mungkin, karena justru waktu peserta didik dan pendidik lebih banyak di rumah dan di masyarakat. Meskipun waktu peserta didik lebih banyak di rumah dan keluarga merupakan tempat yang paling tepat dan efektiv membangkitkan dan mengatur perasaan-perasaan mendasar yang sederhana dan lebih umum lagi perasaan-perasaan yang berkaitan dengan hubungan-hubungan pribadi yang paling sederhana, namun keluarga bukanlah lembaga yang didirikan untuk mendidik anak untuk dapat memenuhi tuntutan-tuntutan masyarakat. Oleh karena itu sekolah adalah tempat yang tepat untuk menanamkan sikap solidaritas. Usia anak masuk sekolah adalah tahap dimana anak mulai meninggalkan lingkungan keluarganya dan memasuki lingkungan yang lebih luas. Tahap inilah saat kritis dalam pembentukan sikap solidaritas. Karena sebelum anak memasuki usia sekolah usia anak tersebut masih sangat terlampau muda, perkembangan intelektualnya masih labil. Kehidupan emosionalnya masih terlalu sangat sederhana dan belum berkembang. Ia belum mempunyai dasar intelektual yang diperlukan untuk memahami gagasan-gagasan dan perasaan-perasaan yang cukup kompleks yang mendasari solidaritas. Oleh karena itu pada tahap inilah anak mulai ditanamkan nilai-nilai solidaritas, walaupun pendidikan yang diberikan masih bersipat umum.

53

Dalam implementasinya pendidikan atau penanaman nilai-nilai solidaritas sebagai pendidikan sikap atau perilaku yang menuntut keteladanan. Di sekolah akan lebih efektif jika terdapat contoh dan keistiqamahan dari para pendidik. Sikap dan perilaku sosial yang dilakukan oleh pendidik akan lebih mudah diikuti oleh siswa. Jika para pendidik telah melakukannya, maka pendidikan solidaritas atau penanaman nilai-nilai solidaritas sudah dimuali dan Insya Allah akan berhasil dengan baik.

C. Manfaat Penanaman Solidaritas di Sekolah Sekolah merupakan lembaga sosial formal yang terikat pada tata aturan formal, berprogram dan bertarget atau bersasaran yang jelas serta memiliki struktur kepemimpinan atau pengelolaan yang pasti dan resmi. Sekolah juga merupakan tempat dimana anak bisa berkumpul bersama teman sebayanya, bergaul, belajar bersama dan berbagi pengalaman. Disini anak bisa belajar berinteraksi, sosialisasi dan berkreasi. Pendidikan di sekolah ini bagian dari pendidikan dalam keluarga. Kehidupan di sekolah merupakan jembatan bagi anak yang akan menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak. Pendidikan di sekolah merupakan pendidikan yang tak dapat dilaksanakan di rumah. Pengalaman-pengalaman anak di rumah di jadikan dasar untuk pelajaran di sekolah. Kelakuan anak yang kurang baik diperbaiki, tabiat anak yang salah dibetulkan, karena kewajiban sekolah tidak hanya sekedar mengajar akan tetapi bertanggung jawab tentang perbaikan masyarakat, kemanusiaan dan sosial. Sekolah terdiri dari beberapa anggota, tiap-tiap anggota mempunyai tugas khusus yang harus dilaksanakan untuk kebaikan masyarakat sekolah. Sekolah satu tubuh yang mempunyai banyak anggota. Kepala sekolah merupakan anggota yang bertanggung jawab terhadap sekolah, guru sebagai pelaksana, pengajar atau pekerja dalam sekolah, orang tua murid pun sebagai anggota sekolah, para pelajar juga termasuk anggota sekolah. Bahkan pemimpin-pemimpin pendidikan dan pengajaran turut menjadi anggota untuk

54

memajukan sekolah. Apabila ada salah satu anggota sakit, niscaya terasa sakit seluruh anggotanya, ini merupakan cerminan dari sikap solidaritas. Apabila sekolah itu gagal dan tak dapat mencapai tujuannya karena sekolah itu tidak menjalankan nilai-nilai solidaritas, tolong menolong, kasih sayang, toleransi, bekerja sama dengan para anggotanya. Nilai-nilai solidaritas merupakan jiwa sekolah bahkan dasar yang pokok untuk kehidupan sekolah dan kemajuan dalam usahanya. Sekolah takkan maju dalam usahanya apabila tidak terdapat nilai-nilai solidaritas dalam sekolah tersebut. Dengan nilai-nilai solidaritas seperti kasih sayang, tolong menolong, toleransi dan bekerja sama, sekolah dapat membiasakan para siswa memelihara peraturan, selalu hadir di sekolah, rajin menunaikan kewajiban, dan tentunya terhindar dari sikap yang menyimpang. Dengan demikian sekolah dapat membentuk para siswa sukses dalam kehidupannya. Kemajuan seseorang dimasa yang akan datang tergantung atas adat kebiasaan yang dilakukan pada masa kanak-kanak dan atas pengetahuan yang diperolehnya di sekolah. Oleh karena itu, nilai-nilai solidaritas sangat perlu diajarkan terhadap para siswa, karena banyak sekali manfaat yang dapat diambil. Seperti yang diungkapkan oleh Dadang Yohana : Sikap solidaritas atau nilai solidaritas sangat amat perlu diajarkan kepada para peserta didik SMP Negeri 2 Ciputat karena pada hakikatnya manusia itu makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, manusia itu butuh pertolongan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu harus peduli sesama. Demikian juga dengan Nurhadi mengatakan: Sikap solidaritas itu sangat perlu diajarkan kepada para peserta didik. Karena sekolah sebagai lembaga yang memberikan ilmu pengetahuan maka sekolah pun perlu menanamkan pengamalannya. Penanaman kebiasaan sikap solidaritas sangat dianjurkan di SMP negeri 2 Ciputat ini karena banyak sekali manfaatnya, para siswa bisa lebih bijaksana dalam mengambil keputusan, lebih disiplin dan lebih bisa menghargai sesamanya. Sangat naif rasanya sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak atau bahkan mengenyampingkan sikap solidaritas. Fungsi

55

sekolah yang paling pokok adalah mengajar, mendidik, dan mengembangkan kemampuan para peserta didik, sehingga kelak dewasa, mereka bukan hanya terbentuk otak/kecerdasan saja namun juga terbentuk hatinya serta keahliannya menjadi insan terampil. Perlunya menanamkan nilai-nilai solidaritas merupakan sistem untuk mendidik ruh, hati nurani, kepribadian dan perilaku sosial dari setiap individu masyarakat. Oleh karena itu tugas guru bukan hanya mengajar untuk kecerdasan akal peserta didik saja, tetapi juga masuk ke arena sosial, sebagai bagian integral dalam menyusun sterategi moral berbasis sosial. Dalam konteks pendidikan sekolah, entitas pendidikan sosial berarti guru menyampaikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran serta mampu mendemontrasikannya melalui sikap dan perilaku tentang kebaikan dan kebenaran dari karakter dan tingkah laku manusia. Idealnya, guru harus mampu mempersonifikasikan nilai-nilai sosial pada sikap dan tingkah lakunya. disini berarti penanaman nilai-nilai solidaritas disekolah itu harus dimulai dari guru. Guru masuk ke dalam kelas mambawa seluruh unsur kepribadiannya, agamanya, akhlaknya, pemikirannya, sikapnya, dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya bahkan penampilan guru, pakaiannya, cara berbicara, bergaul, emosi kejiwaan, ideologi dan paham yang dianutnya terbawa tanpa sengaja ketika ia berhadapan dengan anak didiknya. Seluruhnya itu akan terserap oleh anak didiknya tanpa disadari oleh guru dan orang tua. Oleh karena itu, penanaman sikap solidaritas terhadap siswa di sekolah peran utamanya adalah guru. Berbagai suku, budaya, adat, yang berbaur dalam satu komunitas sekolah kondisi tersebut menyeret para guru untuk membangun kerukunan dalam bingkai keagamaan. Karena bagaimanapun setiap agama mengajarkan pemeluknya untuk selalu menebarkan kasih terhadap sesama. Bahkan salah satu fungsi agama bagi manusia adalah untuk membina dan memupuk rasa persaudaraan terhadap sesama manusia. 43

43

Mirhan AM, Religika, Jurnal Studi Agama-Agama, Vol. 1, No. 1, 2000, h. 9

56

Siswa siswi SMP Negeri 2 Ciputat berasal dari berbagai macam suku, mulai dari betawi sebagai penduduk aslinya, hingga Jawa, Sunda, dan dari daerah Sumatera bahkan Papua pun ada. Tetapi dengan menciptakan kultur sekolah yang agamis perbedaan itu dapat dielakkan, mereka dapat bergaul dan berteman dengan akrab. Kalau kita lihat dengan kaca mata teori sosial maka solidaritas yang dibangun oleh keluarga besar SMP Negeri 2 Ciputat adalah solidaritas murni. Dimana Von Wiese, sebagaimana yang dikutip oleh Doyle Pual Jhonson, berpendapat berpendapat bahwa solidaritas semacam ini adalah solidaritas yang menyatu antara motif dan penyelenggaran.44 Konsep solidaritas sosial dalam Islam merupakan sistem yang paripurna yang melingkupi seluruh aspek kehidupan. Unsur-unsur dari sistem ini merupakan tindakan-tindakan yang baik seperi perilaku sedekah misalnya. Namun perilaku itu tidak bisa begitu saja timbul dalam diri seseorang, melainkan harus melalui proses pendidikan dan pembiasaan seperti di sekolah (SMP Negeri 2 Ciputat) yang selalu menamkan nilai-nilai solidaritas, karena sekolah sangat berperan penting dalam pembentukan sikap dan nilai-nilai solidaritas sosial, seperti yang diungkapkan oleh Hermanto selaku pembina OSIS untuk saling memperhatikan, membantu dan bekerjasama, ungkapnya: “Sesama personal SMP Negeri 2 Ciputat, harus saling memperhatikan, saling membantu dan bekerjasama baik dalam suka dan duka. Siswa siswi yang ditanamkan dan diharapkan untuk saling bekerjasama dalam hal kebaikan serta ikut membantu teman yang lemah, begitu juga antara guru dan siswa, siswa dan guru harus saling memperhatikan. Dengan harapan ada keharmonisan diantara keluarga besar SMP Negeri 2 Ciputat”.45 Senada dengan itu Bingan Edi Saputra, silaturahmi, setia kawan dan bakti sosial, ungkapnya: “Ya, sekolah ini sangat menganjurkan untuk mengajarkan nilai solidaritas. Niali-nilai solidaritas itu meliputi silaturahmi, saling menyapa,/ memberi salam sesama teman dan guru. Rasa setia kawan, memberikan dana spontanitas kepada siswa yang mengalami musibah. Dan bakti sosial, 44

Doyle Pual Jhonson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terj. Robert M.Z Lawang, (Jakarta; PT. gramedia, 1998), h. 37. 45 Wawancara pribadi dengan Pak Hermanto pada tanggal 10 September 2008.

57

mengumpulkan pakaian bekas dan sembako untuk dikirim ke suatu tempat yang membutuhkan”.46 Penanaman nilai-nilai solidaritas ini bertujuan mendidik para siswa di sekolah agar bisa hidup rukun, damai sejahtera, dilingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Dan para siswa sukses menjalani kehidupannya di masa yang akan datang.

D. Peran Sekolah Membentuk Solidaritas Siswa Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya sangat besar sekali pada jiwa anak. Maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak. Sekolah juga sebagai lembaga pendidikan kedua merupakan lanjutan dari pendidikan keluarga untuk meneruskan dan mengembangkan pendidikan yang telah diletakkan dasardasarnya oleh lingkungan keluarga sebagai pendidikan informal. Disamping itu pendidikan di sekolah juga menyiapkan anak-anak agar dapat hidup bermasyarakat. Selain itu sekolah juga sebagai tranmisi sikap, nilai-nilai- norma-norma dan transformasi kebudayaan. Dan yang tidak kalah penting bahwa sekolah juga mengajarkan nilai-nilai solidaritas, toleransi, kasih sayang, tenggang rasa, tolong menolong dan penghargaan terhadap perbedaan di tanamkan terhadap para siswa agar para siswa dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan siswa yang lainnya. Banyak upaya yang dilakukan sekolah dalam rangka meningkatkan solidaritas siswa seperti yang telah di uraikan di atas, mulai dari bidang keagamaan, bidang sosial dan pembinaan ekstra kurikuler. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan nara sumber, bahwa dengan menjalankan upayaupaya tersebut dapat terjadi perubahan yang signifikan dalam diri siswa. Keadaan siswa sebelum sekolah menjalankan upaya-upaya di atas, banyak siswa yang selalu membuat onar baik dilingkungan sekolah maupun di luar 46

Wawancara pribadi dengan Bingan Edi saputra, tanggal 9 September 2008.

58

lingkungan sekolah, terlibat tauran masal dalam setahun bisa dua atau tiga kali tauran, banyak siswa yang tidak disiplin, bersikap cuek terhadap kewajibannya sebagai pelajar, sebagai makhluk Tuhan dan makhluk sosial. Namun semua hal di atas sedikit demi sedikit mulai teratasi setelah upaya-upaya tersebut berjalan dengan baik. Misalnya dengan adanya kegiatan bidang keagamaan, tingkat keberagaman siswa menjadi meningkat siswa mau menjalankan shalat lima waktu, siswa mau bershadaqah berbagi dengan orang yang tidak mampu dan lain-lain. Bidang sosial, dengan adanya bakti sosial sikap tenggang rasa dan kepedulian siswa semakin meningkat. Dulu siswa dan guru tidak begitu saling mengenal, mereka bertegur sapa dengan akrab hanya di kelas dengan kedudukan guru sebagai pengajar dan siswa sebagai orang yang di ajar. Siswa merasa takut terhadap gurunya. Tapi kini keadaan telah berubah, guru bisa memposisikan siswa sebagai partner belajar siswa pun menganggap guru sebagai pengajar, sahabat dan keluarga. Keharmonisan pun dapat terjalin dengan baik antara guru dan siswa. Dari gambaran diatas

penulis berpendapat bahwa sekolah sangat

berperan dalam membentuk solidaritas siswa, akan tetapi semua itu tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dari orang tua.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal tidak hanya berfungsi memberikan pelajaran tetapi sekolah juga berpungsi sebagai transmisi sikap, nilai-nilai, dan norma-norma. Penanaman sikap solidaritas amat sangat penting diberikan terhadap siswa agar para siswa mempunyai kecerdasan IQ dan social yang seimbang (balance). Upaya-upaya sekolah dalam membentuk solidaritas siswa dengan membuat program-program kegiatan yang meliputi: (1) Bidang keagamaan; (2) Bidang Sosial; (3) Pembinaan ekstra kurikuler. Upaya-upaya tersebut merupakan sebagian kecil pendidikan solidaritas yang diberikan sekolah terhadap siswa namun pendidikan solidaritas yang paling efektif adalah keteladanan yang istiqamah dari para pendidik. Dengan upaya-upaya tersebut ternyata dapat memberikan perubahan yang signifikan terhadap siswa. Siswa yang tadinya bersikap cuek dan selalu membuat onar yang dapat meresahkan masyarakat, kini siswa mempunyai kepedulian sosial yang tinggi.

59

60

B. Saran Kita semua tahu bahwa sekolah merupakan pendidikan formal, banyak keluarga

menyandarkan

harapan

masa

depan

anak-anaknya

melalui

pendidikan di sekolah, namun para orang tua juga harus sadar bahwa tugas mendidik anak tidak hanya sekolah tetapi justru para orang tua atau keluargalah yang paling utama. Oleh karena itu, mengingat bahwa anak atau peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang akan datang, agar mereka menjadi manusia yang berbudi pekerti mulia yang sesuai dengan nilainilai agama, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Hendaknya

segenap

memperhatikan

keluarga,

pendidikan

anak,

sekolah

dan

pendidikan

masyarakat yang

tidak

lebih hanya

mencerdaskan IQ saja tetapi juga pendidikan etika dan estetika agar para siswa mempunyai budi pekerti yang baik dan mempunyai sikap solidaritas yang tinggi. 2. Hendaknya orang tua, sekolah dan masyarakat atau pemerintah saling bekerja sama dalam membantu dan mendukung segala kegiatan yang positif bagi para peserta didik (siswa). 3. Untuk para peserta didik, jangan pernah berhenti belajar dari kehidupan, karena kehidupan adalah sekolah terbesar.

61

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2001. Binjai, Abdul Halim Hasan, Tafsir al-Ahkam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006. Boisard, A. Marcel, Hmanisme Dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1980. Daradjat, Zakiah , Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. Daradjat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004. DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988. Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 2003. http://kmmmesir.org/content/view/143/134/ http://sayyidulayyaam.blogspot.com/2006/11/islam-dan-solidaritas-sosial.htm. Khakdun, Ibnu, Muqaddimah Ibnu Khaldun, ter. Ahmadi Toha, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000. Majemuk, Melupakan Bangku Sekolah, Jakarta: Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), 2004 Maleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1997. Nahlawi, Addurrahman, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah Dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani, 2004. Nasir. M, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985. Nata, Abudin, Pendidikan Agama dan Moral Dalam Perspektif Global, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, MIMBAR (Agama dan Budaya), Volume XVIII, No. 3, 2001. Pulungan, Syahid Mu’ammar, Manusia dalam al-Qur’an, Surabaya: Bina Ilmu, 1984. Quthb, Sayyid, Keadilan Sosial Dalam Islam, (Bandung: Pustaka, 1984). Rahmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja rosda Karya, 1999.

62

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2004. Sabri, Alisuf, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999. Sunarto, Kamanto, Pengantar sosiologi, Jakarta: Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004. Syadili, Hasan , Ensiklopedia Indonesia, Jakarta: PT. Ikhtar Baru-Van Haeve,tt. Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional,1988. Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998. ‘Ulwan, Nashih Abd Allah, Indahnya Hidup Bersama: Solidaritas Sosial Dalam Islam, ter. Asy’ari Khatib, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2006 Yusuf, Mari, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986 Zaini, Syahminan, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1986.

63

Bismillahirrahmanirrahiim Assalamu’alikum Warah Matullahi Wabaraakatuh Saya Imas Maesaroh dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang melakukan penelitan untuk menyelesaikan tugas akhir (skripsi) dengan judul “Peran Sekolah Dalam Membentuk Solidaritas Siswa”. Untuk itu Saya memohon bantuan dari Ibu/Bapak guru maupun staf SMP Negeri 2 Ciputat untuk mengisi pertanyaan wawancara ini, terakhir peneliti mengucapkan terima kasih atas bantuan dari bapa/ ibu. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuh

PERTANYAAN WAWANCARA Hari, tanggal

: Selasa, 9 September 2008

Yang diwawancarai

: Drs. Nurhadi, M.M

Jabatan

: Kepala Sekolah

Pertanyaan

:

1. Nilai-nilai solidaritas apa saja yang selalu diajarkan di sekolah yang Bapak/ Ibu pimpin? Jawab: Nilai-nilai solidaritas yang selalu bapak ajarkan atau sampaikan kepada para siswa adalah persatuan dan kesatuan, persaudaraan, kesetia kawanan, kebersamaan, dan kepedulian terhadap sesama. 2. Menurut Bapak/Ibu, apakah nilai-nilai solidaritas itu perlu diajarkan kepada siswa-siswi SMPN2 Ciputat? Mengapa perlu? Mengapa tidak? Jawab: Sangat perlu diajarkan kepada para siswa, karena sekolah sebagai lembaga yang memberikan ilmu pengetahuan dan mengamalkan pengetahuan tersebut kepada para siswa. Penanaman kebiasaan pada nilai-nilai tersebut sangat dianjurkan. Sangat naïf rasanya sebagai

64

lembaga

pendidikan

tidak

mengamalkan

atau

bahkan

mengenyampingkan nilai-nilai solidaritas di atas. Fungsi sekolah yang paling pokok adalah mengajar, mendidik, dan mengembangkan kemampuan para siswa, sehingga kelak dewasa mereka bukan hanya terbentuk otak atau kecerdasannya saja namun juga terbentuk hatinya serta keahliannya sehingga menjadi manusia terampil. 3. Kendala apa yang bapak/Ibu temukan dalam menerapkan nilai-nilai solidaritas kepada siswa-siswi di sekolah yang bapak pimpin? Jawab: Kendala yang dihadapi adalah proses perkembangan siswa itu sendiri, sebagai siswa yang dalam proses perkembangan dari masa anak-anak yang telah terlewati dan beranjak ke masa remaja atau dewasa yang belum terlewati, membuat gejolak jiwanya sangat labil, untuk itu pendidik perlu kesabaran, bijaksana, dan tidak memperlakukan mereka dengan kasar. Disekolah ini masih ada guru-guru muda yang bertindak tidak pedagogic, sehingga anak diperlakukan sebagai anak kecil, dipermalukan di depan siswa lain sehingga siswa merasa tersinggung. Adakalanya terjadi pertengkaran antar teman sekelas atau antar teman di luar kelas, yang pang tidak bias ditolelir adalah tauran antar sekolah, karena masih kerap terjadi. 4. Upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam mewujudkan hal di atas? Jawab: Upaya yang dilakukan pihak sekolah dengan menciptakan kultur yang agamis. Disekolah ini mempunyai nilai tambah, walau sekolah umum namun nuansa agamanya sangat kental sekali, sehingga kebiasaankebiasaan akhlaqul karimah, persaudaraan, kebersamaan, persatuan, kesetia kawanan sangat dianjurkan dengan pembiasaan. Jika ada musibah orang tua wali, siswa dianjurkan mengumpulkan uang ta’jiah, mendatangi keluarga yang terkena musibah, menjenguk yang

65

sakit, bakti social dengan mengumpulkan sembako pada peristiwa tanah longsor, menyantuni anak-anak yatim piatu dan sebagainya. Dalam rangka hari besar Islam, mengumpulkan beras, mengumpulkan pakaian bekas yang masih layak pakai, alat tulis, minyak sayur, gula, dan sebagainya untuk disumbangkan untuk disumbangkan ke panti asuhan atau yayasan-yayasan. Tidak hanya dilakukan disekitar lingkungan sekolah tapi sudah pernah hingga ke tanjung kait Poso, Jawa Barat, Bogor, dan kegiatan ini menjadi rutinitas sampai sekarang. Dilakukan

arahan

setiap

pagi

sebelum

masuk

kelas

yang

dilangsungkan dengan do’a bersama dilapangan sekolah, setiap hari jum’at diadakan Tausiyah selama dua jam pelajaran kurang lebih 90 menit. Dihalaman sekolah digelar hambal, pemberi materi dari guruguru, mahasiswa UIN, atau ustad-ustad di sekitar Ciputat. Adapun materinya sekitar keimanan, akhlaq, kisah-kisah, ‘ubudiyah, syariah dan sebagainya yang dikaitkan dengan fenomena yang terjadi disekitar siswa. Peserta tausiyah adalah guru dan siswa agar ikatan antara guru dan siswa lebih dekat, ikatan kebersamaannya lebih terasa. Dan melalui media inilah nilai-nilai solidaritas bisa ditanamkan. Karena menurut saya nilai-nilai solidaritas seperti yang telah saya sebutkan di atas sangat kental pada pendidikan agama terutama Islam. Shalat dhuha, shalat tahyatul masjid dan shalat Jum’at bersama dilapangan sekolah.

66

Interviewee Interviewer

Imas Maesaroh

Drs.

Nurhadi, M.M

Bismillahirrahmanirrahiim Assalamu’alikum Warah Matullahi Wabaraakatuh Saya Imas Maesaroh dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang melakukan penelitan untuk menyelesaikan tugas akhir (skripsi) dengan judul “Peran Sekolah Dalam Membentuk Solidaritas Siswa”. Untuk itu Saya memohon bantuan dari Ibu/Bapak guru maupun staf SMP Negeri 2 Ciputat untuk mengisi pertanyaan wawancara ini, terakhir peneliti mengucapkan terima kasih atas bantuan dari bapa/ ibu. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraakatu PERTANYAAN WAWANCARA Hari, tanggal

: Senin, 8 September 2008

Yang diwawancarai

: Drs. Anwarudin

Jabatan

: Guru Bidang Studi PAI

67

Pertanyaan

:

1. Nilai-nilai solidaritas apa saja yang pernah Bapak/ Ibu ajarkan kepada para siswa? Jawab: a. Memerintahkan kepada peserta didik untuk selalu melaksanakan shalat lima waktu. b. Kunci dalam kehidupan di dunia ini adalah shalat. c. Menanamkan Akhlaqul karimah terhadap diri sendiri, terhadap orang tua, dan terhadap sesama manusia. d. Bekali hidup ini dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. 2. Menurut Bapak/Ibu, apakah nilai-nilai solidaritas itu perlu diajarkan kepada siswa-siswi SMPN2 Ciputat? Mengapa perlu? Mengapa tidak? Jawab: Perlu dan penting. Karena tugas guru bukan hanya kecerdasan akalnya saja tetapi harus disisipi mengajarkan etika dan estetika. 3. Bagaimana kepedulian siswa dalam merealisasikan nilai-nilai solidaritas yang diajarkan disekolah? Jawab:

Merealisasikan

nilai-nilai

solidaritas

yang

di

ajarkan

disekolahtergantung kecerdasan dan kedewasaan siswa itu sendiri. Bismillahirrahmanirrahiim Assalamu’alikum Warah Matullahi Wabaraakatuh Saya Imas Maesaroh dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang melakukan penelitan untuk menyelesaikan tugas akhir (skripsi) dengan judul “Peran Sekolah Dalam Membentuk Solidaritas Siswa”. Untuk itu Saya memohon bantuan dari Ibu/Bapak guru maupun staf SMP Negeri 2 Ciputat untuk mengisi pertanyaan wawancara ini, terakhir peneliti mengucapkan terima kasih atas bantuan dari bapa/ ibu. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuh

68

PERTANYAAN WAWANCARA Hari, tanggal

: Selasa, 9 September 2008

Yang diwawancarai

: Dadang Yohana

Jabatan

: Guru Bidang Studi PKn

Pertanyaan

:

1. Nilai-nilai solidaritas apa saja yang pernah Bapak/ Ibu ajarkan kepada para siswa? Jawab: Nilai solidaritas yang selalu saya tanamkan kepada para siswa yaitu saling menghargai, menghormati, kasih sayang, tolong menolong dan toleransi beragama. Karena keluarga besar SMP Negeri 2 Ciputat ini walaupun di dominasi oleh agama muslim tetapi ada siswa yang beragama non muslim. 2. Menurut Bapak/Ibu, apakah nilai-nilai solidaritas itu perlu diajarkan kepada siswa-siswi SMPN2 Ciputat? Mengapa perlu? Mengapa tidak? Jawab: Sangat perlu,

karena pada hakikatnya manusia tidak bisa hidup

sendiri, manusia butuh pertolongan orang lain, oleh karena itu kita harus peduli sesama.

3. Bagaimana kepedulian siswa dalam merealisasikan nilai-nilai solidaritas yang diajarkan disekolah? Jawab: Kepedulian siswa sekolah ini sudah cukup baik, itu terlihat dari kegiatan yang kami adakan di sekolah ini seperti uang amal jum’at, setiap hari jum’at siswa tanpa diminta lagi sudah dengan sendirinya mengumpulkan uang amal tersebut. Begitupun jika ada keluarga besar

69

SMP Negeri 2 Ciputat ini yang terkena musibah, para siswa spontan menggalang dana untuk keluarga yang terkena musibah.

Interviewee Interviewer

Imas Maesaroh Dadang Yohana

Bismillahirrahmanirrahiim Assalamu’alikum Warah Matullahi Wabaraakatuh

70

Saya Imas Maesaroh dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang melakukan penelitan untuk menyelesaikan tugas akhir (skripsi) dengan judul “Peran Sekolah Dalam Membentuk Solidaritas Siswa”. Untuk itu Saya memohon bantuan dari Ibu/Bapak guru maupun staf SMP Negeri 2 Ciputat untuk mengisi pertanyaan wawancara ini, terakhir peneliti mengucapkan terima kasih atas bantuan dari bapa/ ibu. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuh

PERTANYAAN WAWANCARA Hari, tanggal

: Rabu, 10 September 2008

Yang diwawancarai

: Drs. Sholeh Fathani

Jabatan

: Guru. Bidang Studi IPS

Pertanyaan

:

1. Nilai-nilai solidaritas apa saja yang pernah Bapak/ Ibu ajarkan kepada para siswa? Jawab: a. Silaturahmi b. Selalu sampaikan salam, tegur sapa dan jabat tangan. c. Kesetiakawanan sosial dan saling menolong antar teman d. Menjenguk teman bila sakit 2. Menurut Bapak/Ibu, apakah nilai-nilai solidaritas itu perlu diajarkan kepada siswa-siswi SMPN2 Ciputat? Mengapa perlu? Mengapa tidak? Jawab: Nilai-nilai di atas sangat perlu bagi siswa, sebagai latihan dalam hidupnya kelak dimasyarakat. Manusia mempunyai kodrat sebagai makhluk individual sekaligus makhluk sosial. Dalam hal ini makhluk sosial adalah makhluk yang berkelompok, untuk menjaga agar hubungan dengan anggota yang lain

71

berlangsung baik, maka diajarkankan sikap yang baik seperti yang di atas. 3. Bagaimana kepedulian siswa dalam merealisasikan nilai-nilai solidaritas yang diajarkan disekolah? Jawab: Sejauh ini menurut pengamatan saya, nilai, aturan, sikap yang diajarkan banyak dijalankan oleh siswa sehingga situasi dilingkungan sekolah terasa damai dan kondusif.

Interviewee Interviewer

Imas Maesaroh Sholeh Fathani

Drs.

72

Bismillahirrahmanirrahiim Assalamu’alikum Warah Matullahi Wabaraakatuh Saya Imas Maesaroh dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang melakukan penelitan untuk menyelesaikan tugas akhir (skripsi) dengan judul “Peran Sekolah Dalam Membentuk Solidaritas Siswa”. Untuk itu Saya memohon bantuan dari Ibu/Bapak guru maupun staf SMP Negeri 2 Ciputat untuk mengisi pertanyaan wawancara ini, terakhir peneliti mengucapkan terima kasih atas bantuan dari bapa/ ibu. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuh

PERTANYAAN WAWANCARA Hari, tanggal

: Selasa, 9 September 2008

Yang diwawancarai

: H. Bingan Edi Saputra, BA

Jabatan

: Bid. Kesiswaan dan BK

Pertanyaan

:

1. Nilai-nilai solidaritas apa saja yang terdapat di sekolah ? Jawab: Nilai-nilai solidaritas yang terdapat di sekolah yaitu: a. Silaturahmi, saling menyapa/ memberi salam sesama teman dan guru b. Rasa setia kawan, memberikan dana spontanitas kepada siswa yang terkena musibah (orang tuanya meninggal dunia), berkunjung ke rumahnya yang diwakili oleh wali kelas dan beberapa temannya (ta’jiah). c. Bakti sosial; mengumpulkan pakaian bekas dan sembako untuk dikirim ke suatu tempat yang membutuhkan.

73

2. Menurut Bapak/Ibu, apakah nilai-nilai solidaritas itu perlu diajarkan kepada siswa-siswi SMPN2 Ciputat? Mengapa perlu? Mengapa tidak? Jawab: Perlu, untuk menanamkan kepekaan kepedulian terhadap sesama atau kepedulian sosial.

3. Kendala apa yang bapak/Ibu temukan dalam menerapkan nilai-nilai solidaritas kepada siswa-siswi SMPN2 ciputat? Jawab: Kendalanya tidak ada jam khusus untuk mengajarkan hal tersebut. 4. Upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam mewujudkan hal di atas? Jawab: Upayanya melalui pembinaan ekstra kurikuler, yaitu: a. Tiap hari senin upacara bendera, pembina upacara dalam amanatnya menyisipkan pesan moral tentang kepedulian sosial. b. Tiap hari selasa, rabu, dan kamis 10 menit sebelum masuk kelas, pembina OSIS, PKS dan petugas piket secara bergantian memberikan nasihat dan pesan-pesan moral tentang kepedulian sosial. c. Tiap hari jum’at tausiah/ ceramah agama yang di dalamnya ada pesan-pesan moral. 5. Apakah ada kegiatan-kegiatan sosial yang mengandung nilai-nilai solidaritas siswa yang menjadi program sekolah? Jawab: Ada, seperti infaq setiap hari Jumat, pungutan dana spontanitas ketika ada orang tua siswa yang meninggal dunia, bakti sosial, kerja bakti membersihkan halaman, taman dan sebagainya.

Interviewee

Interviewer

74

Imas Maesaroh

H. Bingan Edi

Saputra, BA

Bismillahirrahmanirrahiim Assalamu’alikum Warah Matullahi Wabaraakatuh Saya Imas Maesaroh dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang melakukan penelitan untuk menyelesaikan tugas akhir (skripsi) dengan judul “Peran Sekolah Dalam Membentuk Solidaritas Siswa”. Untuk itu Saya memohon bantuan dari Ibu/Bapak guru maupun staf SMP Negeri 2 Ciputat untuk mengisi pertanyaan wawancara ini, terakhir peneliti mengucapkan terima kasih atas bantuan dari bapa/ ibu. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuh

PERTANYAAN WAWANCARA Hari, tanggal

: Kamis, 11 September 2008

Yang diwawancarai

: Hermanto, S.Pd

Jabatan

: Pembina OSIS

Pertanyaan

:

1. Nilai-nilai solidaritas apa saja yang terdapat di sekolah? Jawab: Sesama personal SMP Negeri 2 Ciputat saling memperhatikan, saling membantu dan bekerja sama baik dalam suka maupun duka. Siswa siswi diharapkan untuk saling bekerja sama dalam hal kebaikan serta

75

ikut membantu teman yang lemah, begitu juga antara guru dan siswa, siswa dan guru harus saling memperhatikan. 2. Menurut Bapak/Ibu, apakah nilai-nilai solidaritas itu perlu diajarkan kepada siswa-siswi SMPN2 Ciputat? Mengapa perlu? Mengapa tidak? Jawab: Sangat perlu sekali. Bukan hanya diajarkan tapi ditanamkan ke dalam jiwa anak, karena pada dasarnya, kita semua makhluk sosial dan insan berketuhanan TME. 3. Kendala apa yang bapak/Ibu temukan dalam menerapkan nilai-nilai solidaritas kepada siswa-siswi SMPN2 ciputat? Jawab: Siswa siswi belum sepenuhnya menyadari bahwa dirinya sebagai makhluk sosial yang selalu akan membutuhkan pertolonan orang lain. 4. Upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam mewujudkan hal di atas? Jawab: Upaya yang dilakukan semua siswa harus dilibatkan dan mengikuti semua kegiatan yang ada disekolah ini termasuk salah satunya kegiatan ekstra kulikuler. 5. Apakah ada kegiatan-kegiatan sosial yang mengandung nilai-nilai solidaritas siswa yang menjadi program sekolah? Jawab: Ada, seperti ; a. Bulan Ramadhan, siswa yang mampu diharapkan membayar zakat fitrah, zakat mal, infaq dan sodaqoh dan hasilnya dibagikan untuk anak yatim serta siswa siswi yang kurang mampu. b. Pihak sekolah mengadakan kunjungan ke rumah orang tua murid, apabila

kondisi

ekonominya

kurang

memungkinkan

atau

menghawatirkan, maka siswa dibebaskan dengan dua kategori yaitu DSP dan Komite.

Interviewee

Interviewer

76

Imas Maesaroh

Hermanto,

S.Pd

LAMPIRAN DAFTAR NAMA GURU DAN PEMBAGIAN JAM MENGAJAR TAHUN 2007/2008

MATA NO PELAJARAN

KELAS / JAM

GURU PENGAJAR

2.

Pendidikan Agama Islam

Pend. Kewarganegaraan

JML JAM

VII

20

VII VIII IX 1.

1.

KLS

H. Moh. Nasir Rinun,BA

20 20 16 2.

Chairunnisa, SPd

VIII

20

3.

Drs. Anwarudin

IX

16

1. Edining Sudiyati, SPd

VII

20

20 20 16 2. Hj. Neni Supriati, SPd

VIII

20

KET.

56

77

3.

Dadang Yohana, AMdPd

1. Dra. Yuliani 2.

Takhriyah Agustina, SPd

3. Dedeh Kurniasih, SPd 3.

4.

Bahasa Indonesia 40 40 32 4. Elly Fajriah, SPd

Bahasa Inggris

IX

16

VII

16

VII

16

VII & VIII

16

VIII

16

5. Hj. Eti Rahmawati, SPd VIII

16

6. Drs. Alwanih

IX

16

7. Drs. Syaifullah

IX

16

2. Hj. Saonah, AMdPd

VII

16

VII

8

4. LA Muhaenim, AMdPd VIII

24

40 40 32 3. Herlina Yulianti, SPd

5. Hj. Eni Subekti, SPd

VIII & IX

56

112

GTT

24

6. Endar Suhendar, SPd

IX

24

1. Wiwit Turtinowati

VII

20

2. Sumarsih, SPd

VII

20

3. Rd Lendra, SPd

VIII

8

GTT

5. M a t e m a t i k a 40 40 32 4. Ujang Suryana, SPd

VIII

12

GTT

5. Anita Ekawati, SPd

VIII

20

6. Netty Lutfiah

IX

16

7. Hj. Siti Budaya, SPd

IX

16

1. Evi Syarfiarti, SPd

VII

20

2. Drs. Raharjo

VII

20

3. Verdra Yoliska, SPd

VIII

20

40 40 32 4. Arie Fardianawati, SPd VIII

10

6.

Ilmu Pengetahuan

112

112

GTT

78

Alam 5. Laila Lubis, SPd

VIII

10

6. Indah Puji Rahayu

IX

16

7. Dra. Lilis Susilawati

IX

16

1. Iis Chotimah

VII

20

112

PNS

2. Musfrida Hanum, SPd 3. Nining Wahyuni, SPd

GTT

SMP 5 VII

20

VIII

20

VIII

20

6. Zuraidah, SPd

IX

16

7. Drs. Sholeh Fathoni

IX

16

1. Drs. Nofiardi

VII

20

VIII

20

3. Harmanto, SPd

IX

16

1. Supaman

VII

20

VIII

20

3. Drs. Junaidi

IX

16

1. Endang Hamidin

VII

20

20 20 16 2. Bayoangin Suhut

VIII

12

GTT

Ilmu 7.

Pengetahuan

40 40 32 4. Nina Diana, SPd

Sosial 5. Hj. Eny Sulistiowati

8.

9.

10.

Pendidikan Seni Budaya

Penjaskes

Tek. Informasi dan Kumnikasi

20 20 16 2. Hazali, SPd

20 20 16 2. Kamaluddin

3

Nandang Sabanudin (GTT)

1. Nurzaidah, AMdPd 11. Muatan Lokal

20 20 16 2. Inda Yulia Parida, SPd 3. Hj. N. Ery Sueri,

VIII & IX

24

VII

20

VIII

20

IX

16

112

56

56

56

56

79

AMdPd Jumlah

320 320 256

STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH TAHUN 2007 / 2008

896

896

80

KOMITE H. Uci Sanusi, BA

KEPALA SEKOAH Drs. H. Nurhadi, MM WAKASEK H. Moh Nasir R.

KURIKULUM Endang H. S.Pd

KESISWAAN Harmanto, S.Pd

HUMAS Drs. Alwanih

Ka. Tata Usaha Suherman, S.Pd

STAF TU

SARANA & PRA LA. Muhaenim

DEWAN GURU PENJAB ESKUL SISWA SMPM 2 CPT

PRESTASI SISWA DALAM MENGIKURI LOMBA

81

Banyak prestasi yang telah di raih oleh siswa dan siswi SMP Negeri 2 Ciputat, baik dari segi akademik maupun non akademik, diantaranya sebagai berikut: Posisi I6

Olimpiade Matematika Tingkat Nasional

th 2004

di Balikpapan Juara

Lomba Peraturan Baris se Kabupaten Tangerangth

Harapan

Berbaris (PBB)

Juara III

Invitasi Bola Basket 3 on 3

Juara III

Lomba PBB Murni

Juara III

LombaTerampil

se Jabotabek

se Kabupaten Tangerang

Penggalang

seKota

th 2004 th 2003 th 2004

TangerangSelatan

th2005 Juara III

Turnamen Mini Soccer se Kabupaten Tangerang

th 2005

Juara 1

PBB Harapan

se Kabupaten

th 2006

Juara 1

Footsal

se Jabotabek

th 2006

Juara I

Turnamen Volley Ball Putri

Juara I

Lomba Cerdas Cermat se Jabotabek

seKabupatenTangeran th2003 th 2003

Bahasa & Sastra Indonesia Juara I

Lomba Membaca Puisi se Kecamatan Ciputat th

th 2003

HUT RI ke-46 Juara I

Olimpiade Teknologi

se Kabupaten Tangerang

th 2004

Informasi & Telekomunikasi Juara I

Lomba Peraturan Baris se Kota Tangerang Selatan

th 2004

Berbaris (PBB) Juara I

Lomba Sekolah Sehat se Kabupaten Tangerang

th 2004

Juara I

Lomba Sekolah Sehat se Propinsi Banten

th 2004

Juara I

Lomba Footsal

se Jabodetabek

th 2006

Juara 1

Harapan PBB

se Kabupaten

th 2006

Juara II

Turnamen Basket Ball

se Kabupaten Tangerang

th 2003

Juara II

Kejuaraan Bulu Tangkis se Kabupaten Tangerang

th 2003

Juara II

English Quiz Contest

se DKI Jakarta

th 2003

se Kabupaten Tangerang

th 2003

Juara II Olimpiade Matematika

82

Juara II Olimpiade IPA - Fisika

se Kabupaten Tangerang

th 2003

Juara II Olimpiade Matematika

se Propinsi Banten

th 2004

Juara II Olimpiade Teknologi

se Propinsi Banten

th 2004

Informasi & Telekomunikasi Juara II English Quiz Contest se Kabupaten tangerang

th 2004

Juara II Lomba Cerita Berbahasa

se Kabupaten Tangerang

th 2004

Juara II Lomba Baris Berbaris (PBB) se Kabupaten Tangerang

th 2004

Juara II Komandan Pleton (Danton ) se Kabupaten Tangerang

th 2004

Juara II Turnamen Futsal

se Kota Depok

th 2005

Juara II Footsal

se Kabupaten

th 2006

Juara II Hasta Karya SMP

se SKKS

th 2006

Juara II Story Telling

se Kabupaten

th 2006

Juara II Nyanyi Bank

se Kabupaten

th 2006