PERANAN ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH DALAM

9. Struktur Organisasi OSIS. Pada umumnya struktur keorganisasian dalam OSIS menurut OSIS SMK Tamtama. Prembun tahun 2009 adalah sebagai berikut: a. K...

6 downloads 675 Views 1MB Size
PERANAN ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA SMP NEGERI DI KABUPATEN MAGELANG

RINGKASAN SKRIPSI

Oleh: Dyah Nursanti NIM. 09401241013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013

1

PERANAN ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA SMP NEGERI DI KABUPATEN MAGELANG Oleh : Dyah Nursanti dan Dr. Marzuki, M.Ag.

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dalam membentuk karakter siswa SMP Negeri di Kabupaten Magelang. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui hambatan OSIS dalam membentuk karakter siswa SMP Negeri di Kabupaten Magelang. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri di Kabupaten Magelang yaitu SMP N 1 Mungkid, SMP N 2 Mertoyudan dan SMP N 1 Dukun pada akhir bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2013. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.Subjek penelitian ini adalah pembina OSIS, siswa pengurus OSIS dan siswa bukan pengurus OSIS yang ditentukan dengan teknik purposive. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data induktif, dengan langkah-langkah meliputi pengumpulan data, reduksi data, display data dan pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan peranan OSIS dalam membentuk karakter siswa SMP Negeri di Kabupaten Magelang. Peranan OSIS dalam membentuk karakter siswa: (1) sebagai wadah yaitu tempat bagi siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan, (2) sebagai penggerak yaitu untuk membantu sekolah menjalankan kegiatan tertentu dan (3) sebagai sarana menghindarkan siswa untuk berbuat menyimpang dengan mengikuti kegiatan OSIS. Selain itu peranan OSIS juga terletak pada peranan pembina OSIS dalam menjalankan kegiatan OSIS sebagai pembimbing, motivator, pengontrol dan melakukan evaluasi kegiatan. Kegiatan OSIS tersebut telah dilaksanakan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan potensi, minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa, walaupun kegiatan OSIS ini belum sepenuhnya mampu menarik minat seluruh siswa SMP Negeri di Kabupaten Magelang. Karakter yang dapat terbentuk melalui OSIS adalah percaya diri, kreatif dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab, menepati janji, berinisiatif, disiplin, visioner, pengabdian/dedikatif, bersemangat dan demokratis. Hambatan OSIS dalam membentuk karakter siswa adalah: (1) munculnya pelanggaran yang dilakukan oleh pengurus OSIS sendiri dan (2) sebagian pengurus OSIS mengeluh karena sering tertinggal pelajaran di kelas. Upaya dalam mengatasi hambatan adalah (1) memberikan sanksi secara tegas kepada pengurus OSIS yang melanggar peraturan dan (2) pengurus OSIS harus pandai membagi waktu dan memanajemen waktu antara kegiatan di kelas dengan kegiatan organisasi. Kata Kunci: Peranan, Karakter, OSIS, SMP Negeri I. Pendahuluan Pendidikan merupakan faktor penting yang sangat menentukan kehidupan manusia untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keberhasilan sebuah pendidikan tidak hanya diukur melalui materi dan kecanggihan teknologi yang digunakan, akan tetapi juga ditentukan 2

oleh keluhuran karakter dan budi pekerti yang luhur. Hal ini dikarenakan dalam dunia pendidikan tidak hanya semata-mata ditentukan oleh kecerdasan intelektual saja akan tetapi diperlukan juga kecerdasan emosi dan sosial. Gejala-gejala kemerosotan karakter dan moral pada remaja yang sangat mengganggu dan harus di waspadai. Tanda-tanda kemerosotan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.

Kekerasan dan vandalisme, yaitu meningkatnya kekerasan di kalangan remaja. Mencuri, yaitu mengambil barang milik orang lain yang dilakukan oleh remaja. Curang, yaitu budaya ketidakjujuran. Tidak menghormati figur otoritas, yaitu semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru. 5. Kekejaman teman sebaya, yaitu pengaruh peer-group yang kuat dalam tindak kekerasan. 6. Kefanatikan, yaitu menimbulkan rasa curiga dan kebencian diantara sesama. 7. Bahasa yang kasar, yaitu menggunakan bahasa yang kasar dan kata-kata yang buruk. 8. Pelecehan dan perkembangan seksual yang terlalu cepat. 9. Meningkatnya sifat mementingkan diri sendiri dan menurunnya tanggung jawab sebagai warga negara. 10. Perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas ((Lickona, 2013: 18). Jika dicermati secara seksama, ternyata kesepuluh tanda-tanda tersebut sudah mulai muncul di Indonesia. Nilai-nilai Pancasila yang digunakan dalam pembangunan karakter bangsa mulai terabaikan tergerus oleh arus globalisasi dan modernisasi yang pada akhirnya menimbulkan degradasi moral bangsa. Hal ini bisa kita lihat dalam berbagai kasus yang terjadi, seperti kasus narkoba yang menjerat kalangan remaja hingga orang tua, korupsi yang merajalela terutama yang dilakukan oleh para elit politik dalam pemerintahan, gerakan terorisme, banyaknya pertikaian antar kelompok, kasus mafia peradilan, mafia hukum dan mafia pajak, serta banyaknya kasus-kasus asusila yang menjerat kalangan muda hingga elit politik. Pembangunan karakter bangsa dihadapkan pada berbagai macam masalah yang sangat kompleks karena pada era globalisasi seperti sekarang ini perubahan masyarakat sangat dinamis yang didukung oleh pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Akan tetapi dengan menempatkan strategi pendidikan sebagai modal utama untuk mencegah tumbuh berkembangnya virus-virus penghancur bangsa seperti dikemukakan di atas, maka bangsa ini pun akan terselamatkan. Tujuan pendidikan telah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dalam Pasal 3 yaitu sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, 3

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional pada dasarnya tidak hanya didapatkan melalui proses pembelajaran formal di dalam kelas, akan tetapi juga dapat terwujud melalui kegiatan di luar kelas atau

kegiatan ekstrakurikuler misalnya dengan keterlibatan siswa dalam kegiatan

organisasi, kepramukaan, karya ilmiah remaja dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang diadakan di luar jam pelajaran di dalam kelas. Kegiatan ini dimaksudkan untuk membantu pengembangan siswa sesuai dengan potensi, minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan melalui kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah, terutama untuk kegiatan pengembangan karakter siswa. Pelaksanaan pendidikan karakter dalam konteks makro kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan tugas dan komitmen seluruh aspek kehidupan, bukan hanya sektor pendidikan nasional. Keterlibatan aktif dari sektor-sektor pemerintahan lainnya, khususnya sektor keagamaan, kesejahteraan, pemerintahan, komunikasi dan informasi, kesehatan, hukum dan hak asasi manusia serta pemuda dan olahraga juga sangat dimungkinkan (E. Mulyasa, 2011: 265). Sedangkan dalam konteks mikro, pelaksanaan pendidikan karakter berpusat pada satuan pendidikan secara holistik. Satuan pendidikan merupakan sektor utama yang yang paling optimal memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk menginisiasi, memperbaiki, menguatkan dan menyempurnakan secara terus-menerus proses pendidikan karakter di satuan pendidikan. Pengambangan karakter dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan belajar mengajar di kelas, keinginan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan pendidikan, kegaiatan ko-kurikuler dan/atau ekstrakurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat (E. Mulyasa, 2011: 265). Pendidikan karakter dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dilakukan secara terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Khusus untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan sesuai dengan misinya untuk mengembangkan nilai dan sikap, pengembangan karakter harus menjadi fokus utama. Sedangkan untuk mata pelajaran yang lain wajib mengambangkan rancangan pembelajaran berbasis pendidikan karakter yang diintegrasikan ke dalam substansi mata pelajaran sehingga memiliki dampak pengiring bagi berkembangnya karakter dalam diri peserta didik. Namun demikian karena minimnya jam pelajaran khususnya untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan 4

Agama menyebabkan siswa menganggap remeh mengenai pendidikan karakter yang merupakan fokus utama dari mata pelajaran tersebut sehingga kegiatan dalam rangka menanamkan nilai-nilai karakter bisa dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan melalui kegiatan olahraga dan seni dalam bentuk pembelajaran, pelatihan, kompetisi atau festival. Berbagai kegiatan olahraga dan seni tersebut diorientasikan terutama untuk penanaman dan pembentukan sikap, perilaku dan kepribadian para pelaku olahraga atau seni agar menjadi manusia Indonesia berkarakter (E. Mulyasa, 2011: 267). Kegiatan ekstrakurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik (Masnur Muslich, 2011: 86). Seperti diketahui bersama, pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah salah satunya diberikan melalui Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). PKn mengemban tiga fungsi pokok, yaitu civic education, civic skill dan civic responsibility. Akan tetapi pada saat sekarang ini PKn lebih banyak berorientasi pada penguasaan materi atau buku teks saja. Pendidikan karakter sekarang ini masih terbatas pada tahap penanaman nilai-nilai karakter saja, sehingga sebagian besar sekolah dalam melaksanakan pembelajaran PKn masih terfokus pada hafalan atau teks book dan belum mencapai taraf penanaman yang dilakukan melalui pembiasaan dalam kegiatan-kegiatan siswa, sehingga yang terjadi sekarang ini pelaksanaan pembelajaran PKn sebagai pendidikan karakter belum mengarah pada pembentukan karakter. Karakter yang diiperoleh melalui tahap education atau pengetahuan kemudian menuju pada tahap acting atau perilaku yang pada akhirnya akan menuju pada tahap kebiasaan (habit). Hal ini berarti, karakter tidak hanya sebatas pada pengetahuan oleh karena itu pendidikan karakter harus berkelanjutan pada tahap perasaan moral dan perbuatan moral agar siswa mampu memahami, merasakan dan mengerjakan tentang nilai-nilai kebaikan yang ada. Saat pendidikan mengenai karakter diperoleh melalu pelajaran di dalam kelas maka selanjutnya menjadi kewajiban sekolah untuk memfasilitasi pengembangan pengetahuan karakter melalui kegiatan di luar kelas. 5

Salah satu bentuk perhatian pemerintah dalam usaha kegiatan pengembangan pendidikan karakter ialah melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah adalah dengan dikeluarkannya Permendiknas Nomor 39 Tahun 2009 tentang pembinaan kesiswaan yang menyatakan bahwa organisasi kesiswaan di sekolah berbentuk organisasi siswa intra sekolah (OSIS) dan merupakan organisasi resmi di sekolah. OSIS merupakan sebuah organisasi yang bisa menjadi tempat bagi siswa untuk belajar kepemimpinan dan demokrasi. Tujuan pembinaan kesiswaan ini tercantum dalam Pasal 1 Permendiknas RI Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan yaitu: Tujuan pembinaan kesiswaan yaitu: a) mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat dan kreatifitas; b) memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatifdan bertentangan dengan tujuan pendidikan; c) mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian presentasi unggulan sesuai bakat dan minat; d) menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani (civil society). Dari uraian di atas maka sekolah perlu dan wajib menyelenggarakan pembinaan kesiswaan dengan memberi bekal dan kemampuan kepada siswa untuk mengembangkan potensi siswa melalui organisasi ekstrakurikuler di sekolah selain melalui pembelajaran di dalam kelas, yaitu melalui OSIS yang diharapkan melalui organisasi tersebut dapat membawa perubahan pada diri siswa sebagai upaya untuk pengembangan karakter siswa. Di dalam suatu organisasi siswa akan belajar berdemokrasi secara langsung walaupun dalam lingkup yang masih terbatas namun untuk ukuran siswa sekolah menengah pertama yang masih berusia remaja sudah cukup baik. Pembina OSIS biasanya telah ditunjuk oleh sekolah untuk mendampingi pengurus OSIS dalam menjalankan tugasnya dan kepala sekolah bertugas sebagai penanggung jawab utama dalam kegiatan OSIS. Dalam hal yang berkaitan dengan pendanaan, semua kegiatan OSIS dana diambilkan dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS). Terkadang di lapangan kegiatan OSIS ini seringkali mengalami hambatan, misalnya munculnya pelanggaran yang dilakukan oleh pengurus OSIS yang idak tertib saat mengikuti pembinaan rutin. Sesuai dengan kegiatan pra observasi yang dilakukan pada beberapa SMP Negeri di Kabupaten Magelang, timbul juga masalah pada saat siswa yang ikut OSIS hanya sekedar ikut-ikutan atau hanya ingin sekedar “numpang tenar” agar lebih dikenal oleh juniorjuniornya maupun oleh siswa-siswa lainnya. Selain itu juga terkadang ada sebagian siswa 6

yang mengikuti OSIS terpaksa karena ditunjuk oleh guru atau teman-temannya. Terkadang juga pada saat diadakan rapat kegiatan OSIS masih ditemui beberapa anggota OSIS yang tidak menghadiri rapat. Akan tetapi di sisi lain juga terdapat siswa yang secara sadar mengikuti kegiatan OSIS tanpa harus dipaksa oleh guru maupun teman. Siswa tersebut mengikuti kegiatan OSIS dikarenakan tertarik untuk mengikuti organisasi

untuk

mengambangkan bakat yang dimiliki dan berharap bisa menambah pengalaman dan teman lebih banyak lagi. Seharusnya siswa-siswa yang mengikuti OSIS tidak boleh hanya sekedar ikut-ikutan karena dalam kegiatan OSIS ini diperlukan keseriusan dan keaktifan dari siswa agar siswa benar-benar belajar berdemokrasi dalam organisasi. Dengan keterlibatan siswa dalam kegiatan OSIS ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar yaitu mencetak siswa yang memiliki karakter terpuji, misalnya berani menjadi pemimpin, berani mengungkapkan pendapat, mau menerima saran dan kritik dari orang lain, menghargai pendapat orang lain, memelihara dan menghargai kebersamaan, melatih tanggung jawab, bersikap amanah, bersikap adil, bersikap jujur, dan lain sebagainya. Selain itu dengan keterlibatan siswa dalam kegiatan OSIS ini diharapkan dapat meminimalisir terjadinya penyimpangan maupun tindakan negatif yang banyak dilakukan oleh pelajar, seperti minum minuman keras, merokok, narkoba bahkan sampai pergaulan bebas. Kegiatan penelitian ini akan dilakukan pada tiga SMP Negeri di Kabupaten Magelang. Sekolah yang dipilih adalah SMP N 1 Mungkid, SMP N 2 Mertoyudan dan SMP N 1 Dukun. Peneliti tertarik meneliti ketiga sekolahan tersebut karena secara kualitas ketiga sekolah tersebut memiliki standar mutu yang berbeda yang bisa diketahui dari peringkat prestasi sekolah yang bersangkutan. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka menarik bagi penulis untuk meneliti mengenai “PERANAN ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA

SMP NEGERI DI

KABUPATEN MAGELANG”.

II. Kajian Pustaka A. Tinjauan tentang Organisasi Siswa Intra Sekolah 1. Pengertian Organisasi Organisasi adalah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri. Organisasi merupakan suatu unit terkoordinasi yang terdiri setidaknya dua orang, berfungsi 7

mencapai satu sasaran tertentu atau serangkain sasaran. (Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi: 2003: 169). Pengertian yang lain diungkap oleh A. Aziz Wahab (2008: 16) menyatakan bahwa organisasi adalah merupakan “sebuah proses terstruktur dalam mana individu berinteraksi untuk berbagai tujuan”. Dari beberapa definisi yang diungkap oleh para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa organisasi adalah sekumpulan dari beberapa orang yang memiliki kesamaan dalam mencapai tujuan yang sama dan telah ditetapkan secara bersama-sama. Kemudian dalam sebuah organisasi untuk mencapai kelancaran terhadap jalannya suatu organisai maka diperlukan adanya pembagian kerja yang jelas dan juga didukung dengan suatu interaksi yang baik. 2. Pengertian Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) Dalam Pasal 4 Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaam juga dijelaskan sebagai beikut: a. b.

c. d.

Organisasi kesiswaan di sekolah berbentuk organisasi siswa intra sekolah. Organisasi kesiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan organisasi resmi di sekolah dan tidak ada hubungan organisatoris dengan organisasi kesiswaan di sekolah lain. Organisasi siswa intra sekolah pada SMP, SMPLB, SMA, SMALB dan SMK adalah OSIS. Organisasi siswa intra sekolah pada TK, TKLB, dan SDLB adalah organisasi kelas.

Dalam majalah MOS Media Pelajar edisi 371/Tahun XXXI/Juli/2013 dijelaskan bahwa: OSIS adalah suatu organisasi yang berada di tingkat Sekolah Menengah yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). OSIS diurus dan dikelola oleh murid-murid yang terpilih untuk menjadi pengurus OSIS biasanya organisasi ini memiliki seorang pembimbing dari guru yang dipilih oleh pihak sekolah. Anggota OSIS adalah seluruh siswa yang berada pada satu sekolah tempat OSIS itu berada. Seluruh anggota OSIS berhak untuk memilih calonnya untuk kemudian menjadi pengurus OSIS. Organisasi ini bersifat intra sekolah dan menjadi satu-satunya wadah yang menampung dan menyalurkan kurikulum, tidak menjadi bagian dari organisasi lain di luar sekolah. Dari beberapa definisi tentang OSIS di atas dapat disimpulkan bahwa OSIS merupakan sebuah organisasi yang berada di dalam lingkup sekolah menegah yang berfungsi sebagai wadah bagi siswa yang ingin belajar berorganisasi untuk mengambangkan potensi, minat dan bakatnya dengan didampingi oleh pembina OSIS. 3. Prinsip OSIS OSIS sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler memiliki prinsip sebagai berikut: a. Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing. 8

b. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan keinginan dan diikuti secara sukarela oleh peserta didik. c. Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yangt menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh. d. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana yang disukai dan menggembirakan peserta didik. e. Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil. f. Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat (Mamat Supriatna, 2010: 2). 4. Fungsi OSIS OSIS sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler memiliki fungsi sebagai berikut: (1) Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ektrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka. (2) Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik. (3) Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler

untuk

mengembangkan

suasana

rileks,

menggembirakan

dan

menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan. (4) Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik (Mamat Supriatna, 2010: 1). Dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa OSIS sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler memiliki fungsi yang sangat penting untuk mengembangkan peserta didik sesuai dengan potensi, minat dan bakat yang dimilikinya. OSIS juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi dengan penuh tanggung jawab. Selain itu OSIS juga berfungsi untuk menciptakan suasana yang menggembirakan untuk mendukung proses perkembangan dan persiapan karir di masa depan. 5. Tujuan OSIS OSIS merupakan salah satu sarana untuk melaksanakan pembinaan kesiswaan. Tujuan pembinaan kesiswaan ini tercantum dalam Pasal 1 Permendiknas RI Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan yaitu: Tujuan pembinaan kesiswaan yaitu: a) mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat dan kreatifitas; b) memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatifdan bertentangan dengan tujuan pendidikan; c) mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian 9

presentasi unggulan sesuai bakat dan minat; d) menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani (civil society). Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa tujuan dari kegiatan OSIS adalah untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal agar kepribadian siswa yang baik dapat terwujud sehingga terhindar dari pengaruh negatif sehingga siswa siap untuk menjadi warga negara yang baik.Selain itu OSIS juga bertujuan untuk meningkatkan ketahanan sekolah sehingga tidak mudah terkena pengaruh negatif yang bertentangan dengan tujuan pendidikan. 6. Peranan OSIS Sebagai salah satu upaya pembinaan kesiswaan, OSIS memiliki peranan sebagai berikut: a. Sebagai Wadah OSIS merupakan satu-satunya wadah kegiatan siswa di sekolah. Oleh sebab itu, OSIS dalam mewujudkan fungsinya sebagai wadah harus melakukan upayaupaya bersama-sama dengan jalur yang lain, misalnya latihan kepemimpinan siswa yang bersifat ekstrakurikuler. Tanpa saling bekerja sama dengan upayaupaya lain, peranan OSIS sebagai wadah kegiatan kegiatan siswa tidak akan berlangsung. b. Sebagai Penggerak Motivator adalah perangsang yang menyebabkan lahirnya keinginan, semangat partisipasi untuk berbuat, dan pendorong kegiatan bersama dalam mencapai tujuan. OSIS akan tampil sebagai penggerak apabila para pembina dan pengurus mampu membawa OSIS selalu memenuhi kebutuhan yang diharapkan, yaitu menghadapi perubahan, memiliki daya terhadap ancaman, memanfaatkan peluang dan perbuahan, dan yang terpenting adalah memberikan kepuasan kepad anggota. Dengan kata lain manajemen OSIS mampu memainkan fungsi inteleknya, yaitu kemampuan para pembina dan pengurus dalam mempertahankan dan meningkatkan keberadaan OSIS baik secara internal maupun eksternal. Apabila OSIS dapat berfungsi demikian, maka sekaligus OSIS berhasil menampilkan peranan sebagai motivator. c. Peranan yang bersifat preventif Apabila peran yang bersifat intelek dalam arti secara internal OSIS dapat menggerakkan sumber daya yang ada dan secara eksternal mampu beradaptasi dengan lingkungan seperti menyelesaikan persoalan perilaku menyimpang siswa dan sebagainya. Dengan demikian seacar preventif OSIS berhasil mengamankan sekolah dari segala ancaman yang datang dari dalam maupun dari luar. Peranan preventif OSIS akan terwujud apabila peranan OSIS sebagai pendorong lebih dahulu harus dapat diwujudkan (Mamat Supriatna, 2010: 18). Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa peranan OSIS sebagai sebuah organisasi yang berada di lingkungan sekolah menengah yaitu sebagai wadah bagi siswa untuk bekerja sama dalam organisasi. Selanjutnya sebagai penggerak atau motivator, 10

OSIS akan berperan sebagai penggerak apabila pembina dan pengurus OSIS mampu membawa OSIS untuk memenuhi kebutuhan sesuai yang diharapkan oleh warga sekolah. Peranan OSIS yang terakhir adalah peranan yang bersifat preventif yaitu apabila OSIS mampu meminimalisir terjadinya pelanggaran dan terjadinya ancaman baik yang datang dari dalam sekolah maupun dari luar sekolah. 7. Peranan Pembina OSIS OSIS merupakan bagian dari kegiatan pengembangan diri. Menurut Dra. Masitoh, M.Pd halaman 19 menyatakan bahwa “pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler”. Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pembina OSIS berperan sebagai pembimbing untuk memfasilitasi pengurus OSIS sesuai potensi, minat dan bakatnya serta membimbing dalam menjalankan kegiatan OSIS. 8. Karakter dalam Kegiatan OSIS Sesuai dengan lampiran Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 OSIS sebagai organisasi kesiswaan adalah untuk memantapkan dan mengembangkan peran siswa di dalam OSIS sesuai dengan tugasnya masing-masing. OSIS merupakan bagian dari kegiatan pembinaan kesiswaan yaitu pembinaan demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan dan toleransi sosial dalam konteks masyarakat plural. Nilai-nilai karakter yang terkandung dalam kegiatan OSIS adalah percaya diri, kreatif dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab, menepati janji, berinisiatif, disiplin, visioner, pengabdian/dedikatif, bersemangat dan demokratis (Mamat Supriatna, 2010: 10). 9. Struktur Organisasi OSIS Pada umumnya struktur keorganisasian dalam OSIS menurut OSIS SMK Tamtama Prembun tahun 2009 adalah sebagai berikut: a. Ketua Pembina (biasanya Kepala Sekolah) b. Wakil Ketua Pembina (biasanya Wakil Kepala Sekolah) c. Pembina (biasanya guru yang ditunjuk oleh sekolah) d. Ketua Umum 11

e. Wakil Ketua I f. Wakil Ketua II g. Sekretaris Umum h. Sekretaris I i. Sekretaris II j. Bendahara k. Wakil Bendahara l. Koordinator Bidang (Korbid) dan Seksi Bidang (Sekbid) sebagai pembantu dalam mengurus setiap kegiatan siswa yang berhubungan dengan tanggung jawab bidangnya. 10. Manfaat OSIS Manfaat mengikuti kegiatan OSIS menurut Mamat Supriatna (2010: 16): a. Meningkatkan nilai-nilai ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa b. Meningkatkan kesadaran berbangsa, bernegara dan cinta tanah air c. Meningkatkan kepribadian dan budi pekerti luhur d. Meningkatkan kemampuan berorganisasi, pendidikan politik dan kepemimpinan. e. Meningkatkan keterampilan, kemadirian dan percaya diri. f. Meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani g. Menghargai dan menjiwai nilai-nilai seni, meningkatkan dan mengembangkan kreasi seni. Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa OSIS memiliki manfaat yang sangat penting bagi para peserta didik untuk meningkatan karakter terpuji diantaranya meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan keterampilan, meningkatkan pendidikan politik peserta didik, meingkatkan kemandirian, meningkatkan rasa percaya diri, dan lainnya. Peningkatan nilai-nilai karakter tersebut akan sangat bermanfaat bagi para peserta didik untuk menempuh masa depan mereka agar menjadi warga negara yang baik dan demokratis. 11. Hambatan dalam Kegiatan OSIS Hambatan dalam sebuah kegiatan sudah tentu akan terjadi sebagai proses pendewasaan dalam berbagai aspek dan akan semakin menambah pengalaman bagi yang menjalankannya. Dalam kegiatan OSIS pun hambatan pasti terjadi dalam berbagai macam hal. Menurut OSIS SMK Tamtama Prembun tahun 2009 menyebutkan bahwa hambatan dalam kegiatan OSIS adalah sebagai berikut: a. Kehadiran OSIS sebagai organisasi di sekolah 12

Kedudukan organisasi ini harus murni dari siswa untuk siswa. Sebagai bagian dari kehidupan sekolah yang intinya adalah proses belajar mengajar, berhasil tidaknya organisasi tersebut dapat diukur dengan seberapa jauh OSIS ini dapat menunjang proses belajar mengajar dalam pencapaian tujuan pendidikan. b. Pengolahan OSIS Pengelolaan ini menyangkut segi kualitas pengelola/siswa seperti: 1) Kepemimpinan, seperti kemampuan dan kewibawaan menggerakkan segala sumber daya secara optimal. 2) Manajemen, seperti kemampuan menyususn, mengatur, melaksanakan, mengevaluasi dan mengembangkan dengan program kesiswaan. 3) Pengetahuan dan pengalaman dalam organisasi. 4) Kemampuan memahami makna OSIS sebagai organisasi yang memiliki tujuan sebagai kehidupan kelompok memiliki sejumlah program terkoordinasi serta berkelanjutan dalam waktu tertentu. 5) Hubungan kerja sama, baik antara siswa maupun siswa dengan pembinanya. c. Pendanaan Pendanaan OSIS berasal dari APBS (rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah) namun terkadang dana tersebut dirasa kurang untuk menunjang pelaksanaan program OSIS. Sehingga diperlukan pemecahan secara bersamasama agar dapat dilaksanakan suatu mekanisme pendanan yang lebih rasional. d. Pembinaan Perlu diadakan pembinaan secara terus menerus, berjenjang dan dilengkapi dengan perangkat informasi agar ada persepsi yang sama antara pembina dengan siswa yang dibina. Setiap laporan OSIS harus dievaluasi untuk pembinaan selanjutnya. Dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa hambatan dalam sebuah kegiatan pasti akan muncul untuk menjadi sebuah peringatan dan pengalaman bagi yang menjalankan kegiatan tersebut. OSIS sebagai sebuah organisasi pun tak lepas dari berbagai macam hambatan. Hambatan yang sering muncul dalam kegiatan OSIS adalah dalam hal pendanaan, manajemen komunikasi antara pembina dan pengurus maupun antar pengurus yang kurang baik, dan lain sebagainya.

B. Tinjauan tentang Pendidikan Karakter 1. Pengertian Karakter Pengertian karakter diungkapkan oleh Wynne bahwa karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Oleh sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur, curang, kejam dan rakus dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter jelek, sedangkan yang berperilaku baik, jujur dan suka menolong dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter baik/mulia (E. Mulyasa, 13

2011:4). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011: 623), karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak. Dari berbagai pengertian karakter yang telah diungkapkan di atas maka secara sederhana penulis menyimpulkan pengertian karakter merupakan ciri-ciri pribadi yang melekat pada diri seorang indvidu secara alami yang dapat digunakan untuk membedakan antara satu individu dengan individu yang lainnya yang diwujudkan dalam tindakan nyata seperti berperilaku baik, jujur, hormat, bertanggung jawab dan lain sebagainya. 2. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter merupakan proses yang berkelanjutan dan tidak pernah berakhir (never ending process), sehingga menghasilkan perbaikan kualitas yang berkesinambungan (continous quality improvement), yang ditujukan pada terwujudnya sosok manusia masa depan, dan berakar pada nilai-nilai budaya bangsa (E. Mulyasa: 2011: 2). Pendidikan karakter di Indonesia harus menumbuhkembangkan nilai-nilai filosofis dan mengamalkan seluruh karakter bangsa secara utuh dan menyeluruh. Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pendidikan karakter harus mengandung perekat bangsa yang memiliki beragam budaya dalam wujud kesadaran, pemahaman dan kecerdasan kultural masyarakat karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Pendidikan karakter memiliki makna yang lebih tinggi daripada pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anak/peserta didik memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari (E. Mulyasa, 2011: 3). Secara sederhana penulis menyimpulkan pendidikan karakter merupakan suatu upaya sadar dan terencana untuk membantu mengembangkan jiwa manusia baik perkembangan lahir maupun batin menuju ke arah yang lebih baik. Sebagai contohnya adalah anjuran kepada anak untuk bertutur kata yang baik dan sopan, menghormati orang yang lebih tua serta menyayangi orang yang lebih muda, berpakaian rapi dan sopan, suka menolong, mematuhi tata tertib yang berlaku dimanapun ia berada, tidak suka berbohong, tidak suka mencuri, dan lain sebagainya yang merupakan proses dari pendidikan karakter. 3. Prinsip Pendidikan Karakter 14

Menurut

Panduan

Pendidikan

Karakter

di

Sekolah

Menengah

Pertama

Kemendiknas, (2010: 23), terdapat sebelas prinsip yang dapat mempengaruhi efektivitas pelaksanaan pendidikan karakter. Prinsip tersebut antara lain: a. b. c. d. e. f.

g. h.

i. j. k.

Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada peserta didik. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jaab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staff sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.

Dari pemaparan tersebut diharapkan sebelas prinsip pendidikan karakter dapat diimplementasikan di lingkungan sekolah sehingga pendidikan karakter tidak hanya sebatas sebagai pengetahuan nilai-nilai karakter saja tetapi dapat di tanamkan pada siswa sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi suatu kebiasaan yang baik. 4. Tujuan Pendidikan Karakter Pendidikan karakter pada dasarnya bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdarkan pada Pancasila dan UUD 1945 (Pusat Kajian Kurikulum, 2011: 2). Tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan

pengetahuannya,

mengkaji

dan

menginternalisasikan

serta 15

mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam kehidupan sehari-hari (E. Mulyasa, 2011: 9).Secara sederhana tujuan pendidikan karakter adalah membentuk karakter peserta didik yang berakhlak dan berkepribadian baik, serta mampu menginternalisasikan pengetahuan yang ia miliki dalam kehidupan sehari-harinya. 5. Grand Design Pendidikan Karakter Dalam Kerangka Acuan Pendidikan Karakter, Kemendiknas (2010) telah menyusun grand design pendidikan karakter dengan menggunakan beberapa pendekatan pendidikan karakter yang antara lain keteladanan, pembelajaran, pemberdayaan dan pembudayaan, penguatan dan penilaian. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Kemendiknas telah meyusun sebuah grand design pendidikan karakter dengan memasukkan lima pendekatan di dalamnya yaitu keteladanan, pembelajaran, pemberdayaan dan pembudayaan, penguatan serta penilaian. Masing-masing pendekatan tersebut memiliki peran yang sangat penting demi terlaksana dan tercapainya pendidikan karakter yang dikehendaki yaitu untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 6. Pembentukan Karakter Peserta Didik Pengetahuan siswa mengenai karakter diperoleh melalui proses pembelajaran di dalam kelas. Untuk pengembangan pendidikan karakter di persekolahan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan mata pelajaran Pendidikan Agama menjadi salah satu ujung tombaknya walaupun sebenarnya semua mata pelajaran memiliki andil yang sama dalam membentuk karakter siswa. Dalam Pasal 6 ayat (1) PP nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan juga disebutkan ketentuan bahwa: Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi dan nepotisme. Setelah siswa memperoleh pengetahuan mengenai moral dan karakter di dalam kelas khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama maka selanjutnya siswa akan mencoba belajar mengimplementasikannya dalam kehidupan budaya sekolah dalam kegiatan atau kehidupan keseharian di sekolah. Selanjutnya akan 16

mulai diintegrasikan dalam kegiatan ektrakurikuler yang ada di sekolahan yang bersangkutan. Tahapan yang terkahir maka karakter tersebut akan mulai terintegrasi dalam kegiatan keseharian di rumah. Pembentukan karakter peserta didik dapat dilihat dalam konteks mikro pendidikan karakter yang menjelaskan bahwa pada tahap pertama adalah kegiatan KBM di kelas yaitu pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam kegiatan belajar mengajar pada setiap mata pelajaran. Tahap kedua adalah proses pembiasaan dalam kehidupan kehidupan keseharian di sekolah. Tahap ketiga adalah kegiatan ekstrakurikuler yaitu pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam kegiatan ekstralurikuler yang ada di sekolah, misalnya OSIS, pramuka, KIR, dan lain sebagainya. Tahap akhir adalah kegiatan keseharian di rumah yaitu penerapan pembiasaan kehidupan keseharian di rumah yang sama dengan di satuan pendidikan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter memang bertujuan mengajarkan dan menanamkan karakter pada siswa. Akan tetapi pembelajaran karakter yang hanya di dalam kelas hanya akan menjadi sebatas sebuah pengetahuan saja jika tidak diaktualisasikan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, perlu diimplematasikan dalam kegiatan secara riil. Salah satu usaha nyata untuk mengembangkan pembelajaran karakter adalah dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler misalnya OSIS. Dalam organisasi ini siswa akan belajar berorganisasi yang pada prosesnya akan membentuk karakter dari siswa yang terlibat aktif dalam kegiatan OSIS untuk mengembangkan minat dan bakat serta potensi yang dimiliki siswa.

III. Metode Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di tiga buah sekolah menengah pertama yang berada di Kabupaten Magelang yaitu SMP N 1 Mungkid, SMP N 2 Mertoyudan dan SMP N 1 Dukun pada akhir bulan Mei sampai Agustus 2013. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengungkap gambaran objektif mengenai keadaan yang terdapat pada diri objek yang diteliti. Sedangkan pendekatan kualitatif yang dimaksud dilakukan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2005: 6).

17

Subjek penelitian ini adalam pembina OSIS, siswa pengurus OSIS dan siswa bukan pengurus OSIS dengan teknik purposive. Teknik purposive yaitu pengambilan sampel atau subjek penelitian telah diperhitungkan dalam sebuah populasi dan sebelumnya telah diketahui dan diperhitungkan (Bohar Soeharto, 1989: 153). Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data tersebut antara lain observasi berupa kondisi kegiatan saat diadakan kegiatan OSIS dan perilaku dari pembina OSIS serta pengurus OSIS ketika mengikuti kegiatan OSIS. Sementara dokumen dalam penelitian ini berupa proposal kegiatan OSIS, lembar pertanggungjawaban kegiatan OSIS, struktur organisasi OSIS, fotofoto kegiatan, dll. Teknik keabsahan data menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data, untuk melakukan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2005:178). Secara khusus digunakan triangulasi sumber, yaitu dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh melalui wawancara antara informasi satu dengan yang lainnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui alasan mengenai terjadinya perbedaan-perbedaan pandangan pendapat atau pemikiran. Menurut Sugiyono (2010: 335), yang dimaksud dengan teknik analisis data adalah proses mencari data, menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Teknik analisis data dengan menggunakan teknik analisis induktif yang merupakan penarikan kesimpulan dari fakta-fakta yang khusus, untuk kemudian ditarik kesimpulan secara umum generalisasi. Beberpa langkah dalam analisi data tersebut antara lain: (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) display data dan (4) pengambilan kesimpulan.

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bagian ini akan disampaikan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi: peranan organsisasi siswa intra sekolah dalam membentuk karakter siswa dan hambatan OSIS dalam membentuk karakter siswa yaitu sebagai berikut: a. Peranan OSIS di SMP N 1 Mungkid, SMP N 2 Mertoyudan dan SMP N 1 Dukun yaitu sebagai wadah bagi siswa untuk belajar berorganisasi. Melalui OSIS, siswa pengurus OSIS 18

belajar bekerja sama dan membantu sekolah untuk menjalankan dan menggerakkan berbagai macam kegiatan, misalnya kegiatan MOS, kegiatan ramadhan, kegiatan class meeting dan lainnya. Selain itu OSIS juga berperan sebagai tempat untuk belajar bekerja sama baik antar pengurus OSIS, antara pengurus OSIS dengan pembina OSIS sebagai pembimbing yang telah ditunjuk oleh sekolah. Antara pengurus OSIS dan pembina harus mampu saling berkeja sama untuk membawa OSIS mencapai tujuannya. Jika peranan OSIS sebagai penggerak telah berjalan maka selanjutnya peranan OSIS sebagai peranan yang bersifat preventif akan terlaksana yaitu mencegah siswa untuk berbuat menyimpang. b. Persiapan dan peranan pembina OSIS dalam menyelenggaran kegiatan OSIS di SMP N 1 Mungkid, SMP N 2 Mertoyudan dan SMP N 1 Dukun yaitu dalam menyelenggarakan kegiatan OSIS, pembina OSIS juga melakukan berbagai macam persiapan. Persiapan yang dilakukan oleh pembina OSIS antara lain dengan membuat pedoman kegiatan yang akan dilaksanakan oleh OSIS. Pembina OSIS merasa harus membuat pedoman kegiatan karena pengurus OSIS untuk sekolah menengah pertama masih harus memerlukan pendampingan mengingat usia mereka masih sangat remaja walaupun pedoman kegiatan tersebut tidak didokumentasikan secara formal. pembina OSIS memang memiliki peranan yang sangat penting, yaitu sebagai pembimbing, motivator, penggerak kegiatan, kontroling dan evaluasi kegiatan. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh pengurus OSIS tetap berada di bawah kendali pembina OSIS agar tidak menyimpang dari aturan yang berlaku. Namun demikian pembina OSIS juga tidak mengekang ruang kreativitas siswa, mereka tetap diberikan kesempatan untuk mengajukan aspirasi meskipun terkadang aspirasi mereka tidak diterima tapi disinilah pengurus OSIS belajar untuk mau menerima saran dan kritik dari orang lain agar karakter mereka lebih terasah. Penanaman nilai-nilai karakter dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. c. Pelaksanaan Kegiatan OSIS di SMP N 1 Mungkid, SMP N 2 Mertoyudan dan SMP N 1 Dukun yaitu pelaksanaan kegiatan OSIS yang dilakukan oleh pembina OSIS adalah dengan membimbing pengurus OSIS melakukan penanaman nilai-nilai terpuji melalui berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh OSIS. Melalui penanaman nilai-nilai tersebut diharapkan pengurus OSIS bisa mengembangkan karakter mereka melebihi siswa biasanya pada umumnya karena mereka merupakan siswa terpilih diantara siswa seluruh sekolah. Dengan penanaman nilai-nilai tersebut secara terus menerus siswa akan menjadi terbiasa melakukan nilai-nilai terpuji tersebut dalam kehidupan keseharian baik di sekolah maupun di rumah. Kegiatan OSIS tersebut telah dilaksanakan dengan memberikan 19

kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan potensi, minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa, walaupun kegiatan OSIS ini belum sepenuhnya mampu menarik minat seluruh siswa. d. Karakter yang terbentuk melalui kegiatan OSIS di SMP N 1 Mungkid, SMP N 2 Mertoyudan dan SMP N 1 Dukun adalah kepemimpinan, bertanggung jawab, berani mengeluarkan pendapat, disiplin, percaya diri, demokratis, aktif, kreatif, bekerja sama dan belajar bermusyawarah. e. Pandangan siswa terhadap OSIS di SMP N 1 Mungkid, SMP N 2 Mertoyudan dan SMP N 1 Dukun adalah siswa bukan pengurus OSIS tidak bergabung menjadi pengurus OSIS karena memang dari diri mereka sendiri tidak tertarik dan tidak berminat serta malas untuk berorganisasi karena mereka beranggapan berorganisasi cukup menyita waktu dan menjadi sebuah beban. Walaupun ditemui juga siswa yang sebenarnya berminat mejadi pengurus OSIS akan tetapi gugur saat seleksi penerimaan pengurus OSIS. Pada dasarnya memang untuk bergabung mengikuti sebuah keorganisasian memerlukan kesadaran dari dalam diri agar dalam menjalankan semua kegiatan penuh dengan keikhlasan dari dalam hati bukan menjadi sebuah beban yang memang harus dijalani.

Hambatan yang ditemui pembina OSISdi SMP N 1 Mungkid, SMP N 2 Mertoyudan dan SMP N 1 Dukun dalam membentuk karaktersiswaadalah sebagai berikut: a. Hambatan yang ditemui OSIS dalam membentuk karakter siswa adalah munculnya pelanggaran yang dilakukan oleh pengurus OSIS sendiri dan sebagian pengurus OSIS mengeluh karena sering tertinggal pelajaran di kelas. b. Upaya dalam mengatasi hambatan adalah memberikan sanksi secara tegas kepada pengurus OSIS yang melanggar peraturan dan pengurus OSIS harus pandai membagi waktu dan memanajemen waktu antara kegiatan di kelas dengan kegiatan organisasi.

V. Penutup A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah dalam Membentuk Karakter Siswa SMP Negeri di Kabupaten Magelang, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1.

Peranan OSIS dalam membentuk karakter siswa SMP Negeri di Kabupaten Magelang dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: OSIS memiliki peranan sebagai wadah bagi 20

siswa untuk belajar berorganisasi. Sebagai penggerak yaitu OSIS menjalankan tugasnya untuk memenuhi kebutuhan seluruh warga sekolah melalui pembina dan pengurusnya. Peranan yang bersifat preventif dapat diketahui bahwa dengan mengikuti kegiatan OSIS siswa menjadi lebih terarah dalam berkegiatan sehingga ancaman-ancaman negatif dapat dihindari. Pembina OSIS juga memiliki peranan dalam pembentukan karakter siswa melalui kegiatan OSIS yaitu dengan melakukan pembiasaan penanaman nilai-nilai karakter melalui kegiatan yang dilakukan. Penanaman nilai karakter melalui kegiatan-kegiatan OSIS terbukti efektif mebentuk karakter siswa, misalnya karakter kepemimpinan terbentuk saat siswa dilatih untuk menjadi pemimpin rapat secara bergantian saat mengadakan rapat OSIS. Sikap bertanggung jawab juga terbentuk pada saat pengurus OSIS menjalankan peranannya sesuai dengan jabatan yang dipegangnya. Selain itu karakter yang bisa terbentuk melalui kegiatan OSIS ini adalah percaya diri, kreatif dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab, menepati janji, berinisiatif, disiplin, visioner, pengabdian/dedikatif, bersemangat dan demokratis. 2.

Hambatan dalam penanaman nilai-nilai karakter berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut adanya beberapa anggota pengurus OSIS yang membolos saat diadakan pembinaan dan rapat rutin sehingga perlu diberikan teguran dan sanksi agar memberikan efek jera. Munculnya pelanggaran yang dilakukan oleh pengurus OSIS sangat wajar terjadi mengingat karakter tiap siswa berbeda. Hambatan yang lain muncul saat ada beberapa siswa yang mengeluh karena tertinggal materi pelajaran di kelas karena mengikuti kegiatan OSIS, namun hal ini bisa diatasi dengan cara memanajemen waktu dengan baik dan benar untuk mengejar ketertinggalan materi pelajaran.

B. Saran 1.

Kepada Pihak Sekolah

a.

Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan formal diharapkan mampu menciptakan budaya positif agar mampu membantu mengintegrasikan pendidikan karakter melalui pembiasaan nilai-nilai karakter terpuji dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh sekolah.

b.

Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan formal diharapkan selalu mendukung penyelenggaraan kegiatan OSIS dalam upaya kegiatan pembinaan kesiswaan.

c.

Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan formal diharapkan dapat terus menanamkan nilai-nilai karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler setelah mendapatkan pendidikan karakter di dalam kelas. 21

2.

Kepada Pembina OSIS

a.

Pembina OSIS dalam menyelenggarakan kegiatan OSIS yang berdimensi pendidikan karakter diharapkan bisa menyajikan kegiatan yang ringan dan menarik untuk membentuk karakter siswa.

b.

Pembina OSIS dalam menyelenggarakan kegiatan OSIS diharapkan bisa menjadi teladan dan contoh yang baik bagi pengurus OSIS pada khususnya dan bagi seluruh siswa pada umumnya.

3.

Kepada Pengurus OSIS

a.

Pengurus OSIS sebagai siswa terpilih diharapkan mampu menjadi contoh bagi seluruh siswa lainnya.

b.

Pengurus OSIS sebagai wakil dari seluruh siswa diharapkan mampu menjadi penyalur aspirasi siswa kepada sekolah.

c.

Pengurus OSIS diharapkan mampu menjadi jembatan antara siswa dengan pihak sekolah.

d.

Pengurus OSIS diharapkan terus meningkatkan kekompakan agar semua kegiatan dapat terlaksana secara maksimal.

4.

Kepada Siswa Bukan Pengurus OSIS

a.

Siswa diharapkan terus mendukung semua kegiatan yang diadakan oleh OSIS.

b.

Siswa diharapkan mampu bekerja sama dengan pengurus OSIS dalam semua kegiatan yang diadakan.

Daftar Pustaka A.Aziz Wahab. 2008. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Bohar Soeharto. 1989. Menyiapkan Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi-Thesis). Bandung: Tarsito. Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. E.Mulyasa. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Kemendiknas. 2010. Kerangka Acuan Pendidikan Karakter Tahun Anggaran 2010. Jakarta. Lickona, Thomas. 2013. Pendidikan Karakter Penduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. (Alih Bahasa: Lita S.). Bandung: Nusa Media. Mamat Supriatna. 2010. Pendidikan Karakter Melalui Ekstrakurikuler. Bandung: file.upi.edu/.../25._PENDIDIKAN_KARAKTER_VIA_EKSTRA.pdf - Cached. Diakses pada hari Minggu, 02 Juni 2013 pukul 14.20 WIB. 22

Masitoh.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKAN/ 194806261980112MASITOH/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan_%28KTSP% 29_SMP-Dra._Masitoh,_M.Pd..pdf. Diakses pada hari Senin, 09 September 2013 pukul 13.45 WIB.

Masnur Muslich. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Moleong, Lexy J.. 2005. Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. OSIS SMK Tamtama Prembun. 2009. Sejarah Terbentuknya OSIS di Indonesia. http://m.facebook.com/note.php?note_id=126827178756&p=0. Diakses pada hari Senin, 09 September 2013 pukul 13.00 EIB. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Pusat Kajian dan Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Balitbang. Redaksi MOS. 2013. MOS Media Pelajaran Edisi 371/Tahun XXXI/Juli/2013. Yayasan Purnama: Semarang. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali Press.

23