PERANAN AUDIT OPERASIONAL UNTUK MENINGKATKAN

Download dan efektif diperlukan adanya pengendalian dan pengawasan yang memadai oleh pihak manajemen. Pengawasan dan pengendalian yang umumnya dil...

0 downloads 481 Views 980KB Size
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)

PERANAN AUDIT OPERASIONAL UNTUK MENINGKATKAN KINERJA FUNGSI PEMASARAN PT MNC FINANCE, Tbk. David Faizal Anam [email protected]

Akhmad Riduwan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT The purpose of this research is to find out how the implementation of operational audit is in order to improve the marketing functions performance at PT MNC Finance, Tbk. This research is using descriptive qualitative to describe how the implementation of operational audit is in order to improve the performance of marketing functions, at PT MNC Finance Tbk. The data is using both primary and secondary data which is obtained from Marketing department and Internal audit of PT MNC Finance, Tbk., Tulungagung, East Java branch. The result of research shows that the operational audit has been implemented appropriately in accordance with the regulations which have been set by the Internal Audit Division of PT MNC Finance, Tbk. and operational audit has the role in increasing the marketing functions of PT MNC Finance, Tbk. It can be seen from the data of marketing performance has been increasing in the year of 2012 as much as 8.5% or equal to Rp 1,543,000,000. Keywords:

Operational Audit, Performance, Marketing Function

ABSTRAK Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan audit operasional dan peranan audit operasional untuk meningkatkan kinerja fungsi pemasaran PT MNC Finance, Tbk. Penelitian ini menggunakan metoda penelitian deskriptif kualitatif yang menggambarkan bagaimana pelaksanaan audit operasional dan peranan audit operasional untuk meningkatkan kinerja fungsi pemasaran PT MNC Finance, Tbk. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh dari bagian Pemasaran dan Internal Audit PT MNC Finance, Tbk Cabang Tulungagung-Jawa Timur. Hasil studi menunjukkan bahwa audit operasional telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Divisi Internal Audit PT MNC Finance, Tbk dan audit oprasional juga cukup berperan meningkatkan fungsi pemasaran PT MNC Finance, Tbk. Hal ini dapat dilihat dari data kinerja pemasaran yang mengalami peningkatan pada tahun 2012 yakni sebesar 8,5% atau setara dengan Rp 1.543.000.000,00. Kata kunci :

Audit Operasional, kinerja, fungsi pemasaran

PENDAHULUAN Semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia secara langsung membawa dampak pada perkembangan industri dibidang keuangan baik perbankan maupun nonperbankan khususnya lembaga pembiayaan (leassing). Hal ini tidak dapat dipungkiri lagi karena lembaga pembiayaan (leassing) merupakan lembaga yang berhubungan erat dengan kehidupan dan kegiatan ekonomi masyarakat disuatu negara termasuk Indonesia. Semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi nasional ini terbukti dari semakin banyak dan berkembangnya lembaga pembiayaan (leassing) yang ada di Indonesia.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)

2

Perkembangan yang pesat ini pada akhirnya juga menimbulkan persaingan yang semakin ketat diantara perusahaan-perusahaan leassing di Indonesia. Hal ini tentunya menjadi sinyal positif dalam hal peningkatan kualitas pelayanan yang dimiliki oleh tiap-tiap leassing tersebut. Kebijakan pemerintah dalam memberikan perhatian besar di sektor ekonomi, membuka peluang bagi Perusahaan leassing di Indonesia untuk lebih berinovasi untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. Inovasi yang dilakukan oleh setiap perusahaan leasssing adalah langkah yang harus ditempuh agar setiap perusahaan untuk dapat tetap bersaing dalam industri leassing nasional. Inovasi-inovasi yang umumnya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan meliputi inovasi berupa peningkatan pelayanan kepada nasabah (customer) perusahaan. Namun untuk tetap dapat bertahan dalam industri leassing nasional dibutuhkan lebih dari sekedar inovasi berupa peningkatan pelayanan saja, tetapi setiap perusahaan juga harus meningkatkan kinerja fungsi-fungsi lain yang ada didalam perusahaan misalnya fungsi pemasaran, fungsi penjualan, dan fungsi personalia untuk mencapai tujuan perusahaan. Dalam hal ini khususnya fungsi pemasaran, karena fungsi pemasaran merupakan fungsi yang sangat penting pada setiap perusahaan, baik perusahaan dagang, perusahaan jasa, maupun perusahaan manufaktur. Fungsi pemasaran dianggap sangat penting pada setiap perusahaan karena fungsi pemasaran merupakan media untuk memperkenalkan suatu produk, menjual suatu produk, serta mempengaruhi konsumen untuk tetap menggunakan atau mengkonsumsi suatu produk baik produk berupa barang maupun jasa. Secara umum fungsi pemasaran merupakan kegiatan utama yang khusus dilaksanakan untuk menyelesaikan proses pemasaran mulai dari fungsi pertukaran, fungsi pengadaan secara fisik, hingga fungsi pelancar. Disamping itu fungsi pemasaran juga meliputi perencanaan dan pengawasan atas jenis produk yang akan dipasarkan, jumlah persediaan yang harus dipertahankan, dan juga transakasi-transaksi yang berkaitan langsung dengan proses pemasaran tersebut. Pengendalian yang baik juga sangat diperlukan dalam upaya tercapainya ekonomian, efisiensi, dan efektifitas fungsi pemasaran. Namun dalam pelaksanaan fungsi pemasaran yang ekonomian, efisien, dan efektif sebuah perusahaan seringkali menghadapi berbagai keterbatasan baik keterbatasan dalam hal sumber daya, informasi, maupun teknologi. Kurangnya ekonomian, efisien, dan efektifitasnya fungsi pemasaran pada suatu perusahaan inilah yang pada akhirnya mempengaruhi perusahaan tersebut untuk memasuki pasar maupun bertahan dalam dunia industri itu sendiri. Oleh karena itu perusahaan hendaknya membuat langkah-langkah yang tepat dalam pemasaran sehingga dapat mendukung operasional perusahaan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Langkah-langkah pemasaran yang sistematis akan memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk mencapai pemasaran secara ekonomian, efisien, dan efektif guna mencapai tujuan perusahaan. Namun dalam mencapai pemasaran yang ekonomian, efisien, dan efektif diperlukan adanya pengendalian dan pengawasan yang memadai oleh pihak manajemen. Pengawasan dan pengendalian yang umumnya dilakukan untuk mencapai pemasaran yang ekonomian, efisien, dan efektif adalah dengan melakukan audit operasional.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)

3

Audit operasional merupakan suatu reviu secara sistematis mengenai kegiatan organisasi atau bagian dari padanya dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Adapun tujuan utama dari audit operasioanal adalah (1) Mengevaluasi Kinerja, (2) Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan, (3) Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa audit operasional dilakukan untuk mengevaluasi tingkat ekonomian, efisiensi, dan efektifitas pelaksanaan aktivitas suatu organisasi. Audit operasional mengidentifikasi timbulnya penyelewengan dan penyimpangan yang terjadi dan kemudian membuat laporan yang berisi rekomendasi yang akan digunakan oleh perusahaan untuk mengambil tindakan lebih lanjut dalam berbagai bidang mulai produksi hingga pemasaran. Dalam hal ini khususnya dibidang pemasaran, audit operasional dimaksudkan untuk mencapai tingkat pemasaran yang ekonomian, efisien, dan efektif. Fungsi pemasaran bekerja melalui lembaga pemasaran atau stuktur pemasaran. Dengan perkataan lain fungsi tataniaga ini harus ditampung dan dipecahkan oleh produsen dan mata rantai saluran barang-barangnya, lembaga-lembaga lain yang terlibat dalam proses pemasaran misalnya usaha pengangkutan, bank, badan asuransi, dan konsumen. Terdapat tiga fungsi pendukung dalam pelaksanaan fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fungsi pengadaan secara fisik, dan fungsi pelancar. Jika dalam pelaksanaan fungsi pemasaran terjadi kendala pada salah satu dari ketiga fungsi pendukung tersebut, maka kendala tersebut merupakan indikasi kurang ekonomian, efisien, dan efektifnya fungsi pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan audit operasional pada fungsi pemasaran dan peranan audit operasional untuk meningkatkan kinerja fungsi pemasaran PT MNC Finance, Tbk. TINJAUAN TEORETIS Pengauditan Agoes (2008:3) auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Arens dan Loebbecke (2008:4) auditing sebagai suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten. Mulyadi (2009:9) auditing merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataanpernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Tiga tipe audit utama; audit atas laporan keuangan, audit operasional dan audit kepatuhan. Dua jenis jasa audit yang terakhir sering kali dinamakan sebagai audit aktivitas, walaupun kedua jenis audit tersebut sangat mirip dengan jasa assurance dan jasa atestasi.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)

4

Rahayu dan Ely (2010:4) jenis audit terdiri dari 3 macam, yaitu: (a) audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan wajar, sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu; (b) audit operasional perkembangan bisnis membuat pemegang saham sudah tidak dapat mengikuti semua kegiatan operasi perusahaannya sehari-hari, sehingga mereka membutuhkan auditor manajemen yang profesional untuk membantu mereka dalam mengendalikan operasional perusahaan;(c) audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah auditee (yang diperiksa) telah mengikuti kebijakan, prosedur, dan peraturan yang telah ditentukan pihak yang otoritasnya lebih tinggi. Mulyadi (2009:28) orang atau sekelompok orang yang melaksanakan audit dapat dikelompokan menjadi 3 golongan antara lain adalah sebagai berukut: (a) auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti : kreditur, investor, dan instansi pemerintahan (terutama instansi pajak);(b) auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggung jawaban keuangan yang disajikan oleh unitunit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggung jawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah; (c) auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menetukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi menetukan ekonomian, efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. Audit Operasional Banyak definisi audit operasional yang mencakup penyebutan efficiency (pengeluaran yang minimum dari sumber daya), effectiveness (pencapaian hasil yang diinginkan) dan economy (kinerja dari suatu entitas). Dalam artikulasi yang berbeda, audit operasional dikenal sebagai audit manajemen. Perbedaan antara kedua istilah tersebut tidak jelas dan sering digunakan secara bergantian. Arens et al (2008:13) audit operasional adalah mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Audit operasional lebih berorientasi ke masa depan, artinya hasil dari penilaian berbagai kegiatan operasional tersebut diharapkan dapat membantu manajemen dalam meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh badan usaha. Mulyadi (2008:37) audit operasional merupakan penelahaan secara sistematik aktivitas operasi organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Dalam audit operasional, auditor diharapkan melakukan pengamatan yang obyektif dan analisis yang komprehensif terhadap operasional-operasional tertentu. Agoes dan Hoesada (2009:146) manajemen audit adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomian. Tunggal (2008:37) karakteristik audit operasional: (a) Audit operasional adalah prosedur yang bersifat investigative; (b) Mencakup semua aspek perusahaan, unit atau fungsi; (c) Yang diaudit adalah seluruh perusahaan, atau salah satu unitnya, atau salah satu fungsi, atau salah satu sub-klasifikasinya; (d) Penelitian dipusatkan pada prestasi atau keefektifan dari perusahaan/unit/fungsi yang diaudit dalam menjalankan misi, tanggungjawab dan tugasnya; (e) Pengukuran terhadap keefektifan didasarkan pada bukti/data dan standar; (f) Tujuan utama audit operasional adalah memberikan informasi

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)

5

kepada pimpinan tentang efektif-tidaknya perusahaan. Tunggal (2008:40) tujuan audit operasional: (a) Objek dari audit operasional adalah mengungkapkan kekurangan dan dan ketidakberesan dalam setiap unsur yang diuji oleh auditor dan objek dari audit operasional adalah mengungkapkan kekurangan untuk menunjukkan perbaikan apa yang dimungkinkan terjadi untuk memperoleh hasil yang terbaik dari operasi yang bersangkutan; (b) Untuk membantu manajemen mencapai administrasi operasi yang paling efisien; (c) Mengusulkan pada manajemen cara-cara dan alat-alat untuk mencapai tujuan apabila manajemen organisasi sendiri kurang memiliki pengetahuan tentang pengelolaan yang efisien; (d) Tujuan audit operasional adalah untuk mencapai efisiensi dari pengelolaan; (e) Untuk membantu manajemen, audit atau operasi berhubungan dengan fase dari aktivitas usaha yang dapat merupakan dasar pelayanan pada manajemen; (f) Untuk membantu manajemen pada setiap tingkat dalam pelaksanaan yang efektif dan efisien dari tujuan dan tanggung jawab mereka. Ruang Lingkup dan Manfaat Audit Operasioanal Ruang lingkup pemeriksaan operasional meliputi semua aspek manajemen yang perlu mendapat perhatian untuk diperbaiki dan ditingkatkan suatu penanganannya oleh manajemen atas kegiatan oleh program yang diperiksa. Pemeriksaan operasional mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dari pada pemeriksaan laporan keuangan, karena pemeriksaan operasional mencakup tinjauan atas tujuan perusahaan, lingkungan perusahaan itu beroperasi, kebijakan operasinya, personalia dan kadangkala mencakup fasilitas fisik. Pemeriksaan operasional menggunakan berbagai alat untuk mendapatkan informasi yang diperlukan guna memenuhi tujuan pemeriksaan. Tunggal (2008:11) ruang lingkup suatu pemeriksaan operasional dapat ditentukan dengan menggunakan pedoman-pedoman sebagai berikut. Pedoman dalam penentuan ruang lingkup pemeriksaan operasional adalah sebagai berikut : (a) Luas lingkup suatu pemeriksaan operasional harus sesuai dengan objektif yang ingin dicapai; (b) Tujuan suatu pemeriksaan operasional harus jelas untuk memungkinkan dibuatnya rencana pemeriksaan yang memadai; (c) Pemeriksaan harus dibatasi pada bidang-bidang di mana hasil-hasil yang spesifik akan dapat disusun dan dilaporkan; (d) Pemeriksaan harus dibatasi pada usaha penilaian prestasi daripada penilaian kapasitas individual karena hanya hal-hal yang memiliki arti ekonomis saja yang akan diperiksa dan hal-hal tersebut sangat jarang timbul sebagai usaha dari seorang. Siagian (2004:13) manfaat audit operasional: (a) Memungkinkan manajemen mengidentifikasikan kegiatan operasional dalam perusahaan yang tidak memberikan kontribusi dalam perolehan keuntungan; (b) Membantu manajemen dalam peningkatan produktifitas kerja dari berbagai komponen organisasi; (c) Memungkinkan manajemen mengidentifikasikan hambatan dan kendala yang dihadapi dalam mengkoordinasikan berbagai kegiatan dan mengambil langkah stratejik untuk mengatasi dan menghilangkannya; (d) Memantapkan penerapan pendekatan kesisteman dalam menjalankan roda organisasi; (e) Memungkinkan manajemen pada berbagai tingkat menentukan strategi yang tepat; (f) Membantu manajemen merumuskan pedoman teknis operasional bagi para pelaksana berbagai kegiatan dalam perusahaan yang akan membantu para tenaga kerja operasional melakukan kegiatan masing-masing dengan tingkat efisiensi dan efektifitas yang lebih tinggi; (g) Mengidentifikasikan dengan tepat berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi dalam manajemen sumber daya manusia; (h) Membantu manajemen menilai perilaku bawahan dalam menyediakan informasi bagi pimpinan sesuai dengan kebutuhan pimpinan pada berbagai hierarki perusahaan.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)

6

Agoes (2008:9-12) audit operasional dibagi dalam 3 jenis, yaitu: (a) Audit fungsional (functional audit) adalah sarana untuk mengkategorikan aktivitas perusahaan seperti fungsi penjualan atau fungsi penagihan. Audit fungsional ini meliputi satu fungsi atau lebih dalam organisasi. Keunggulan dari audit fungsional adalah memungkinkan auditor melakukan spesialis. Kekurangan audit fungsional adalah tidak dievaluasinya fungsi yang saling berkaitan; (b) Audit organisasional (organizational audit) adalah audit operasional atas suatu organisasi menyangkut keseluruhan unit organisasi seperti departemen, cabang, atau anak perusahaan. Penekanan audit organisasional adalah seberapa efisien dan efektif fungsifungsi dalam organisasi berinteraksi, rencana organisasi dalam metode-metode untuk mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas merupakan hal yang penting dalam jenis pemeriksaan ini; (c) Penugasan khusus (special assignment) adalah audit operasional khusus timbul atas permintaan manajemen. Terdapat banyak variasi dalam pemeriksaan tersebut, misalnya penyelidikan kemungkinan kecurangan dalam satu divisi. Arens dan Loebbecke (2008:804) ada tiga tahap yang dilakukan dalam melakukan audit operasional yaitu: (a) Perencanaan adalah serupa dengan perencanaan untuk audit atas laporan keuangan historis. Seperti dalam audit laporan keuangan, auditor operasional harus menentukan lingkup penugasan dan menyampaikan hal itu kepada unit organisasional, juga perlu menentukan staff yang tepat dalam penugasan, mendapatkan informasi mengenai latar belakang unit organisasional, memakai struktur pengendalian intern, serta menentukan bahan bukti yang tepat yang harus dikumpulkan. Perbedaan utama antara perencanaan audit operasional dengan audit laporan keuangan adalah sangat banyaknya keragaman dalam audit operasional. Oleh karena keragamannya, seringkali sulit menentukan tujuan khusus pada suatu audit operasional, sehingga tujuannnya akan didasarkan pada kriteria yang dikembangkan untuk penugasan; (b) Pengumpulan dan evaluasi bahan bukti dengan cara yang sama seperti pada audit keuangan, auditor operasional harus mengumpulkan cukup bahan bukti yang kompeten agar dapat menjadi dasar yang layak guna menarik suatu kesimpulan mengenai tujuan yang sedang diuji; (c) Pelaporan dan tindak lanjut dua perbedaan utama dalam laporan audit operasional dan keuangan yang mempengaruhi laporan audit operasional. Pertama, dalam audit operasional, laporan biasanya dikirim hanya untuk pihak manajemen, dan satu salinan untuk unit yang diperiksa. Tidak adanya pemakaian pihak ketiga, mengurangi pembakuan kata-kata dalam laporan audit operasional. Kedua, keragaman audit operasional memerlukan penyusunan laporan secara khusus untuk menyajikan ruang lingkup audit, temuan-temuan dan rekomendasi-rekomendasi. Hubungan kedua faktor ini mengakibatkan banyak perbedaan dalam laporan audit operasional. Penulisan laporan seringkali memakan banyak waktu agar temuan-temuan dan rekomendasi disampaikan secara jelas. Tindak lanjut merupakan hal yang biasa dalam audit operasional di saat rekomendasi-rekomendasi disampaikan kepada manajemen, yang tujuannya adalah untuk memastikan apakah perubahan-perubahan yang direkomendasikan telah dilakukan dan jika tidak apakah alasannya. Audit Operasional Pada Fungsi Pemasaran Bayangkara (2008:115) audit pemasaran adalah pengujian yang komprehensif, sistematis, independen, dan dilakukan secara periodik terhadap lingkungan pemasaran, tujuan, strategi, dan aktivitas perusahaan atau unit bisnis, untuk menentukan peluang dan area permasalahan yang terjadi, serta merekomendasikan rencana tindakan untuk meningkatkan kinerja pemasaran perusahaan. Siagian (2004:179) audit pemasaran adalah suatu penelitian yang sifatnya sistematik dan menyeluruh serta dilakukan secara berkala mengenai keseluruhan segi pemasaran dengan maksud memperoleh gambaran yang akurat

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)

7

tentang berbagai permasalahan yang harus dipecahkan dan peluang yang dapat dimanfaatkan demi peningkatan kinerja di bidang pemasaran itu. Kotler dan Keller (2009:89) audit pemasaran adalah pemeriksaan lingkungan, sasaran, strategi, dan aktivitas perusahaan secara lengkap, sistematis, independen, dan periodik untuk menentukan bidang masalah dan peluang serta merekomendasikan rencana tindakan untuk memperbaiki kinerja pemasaran. Bayangkara (2008:116) tujuan utama dari audit pemasaran adalah untuk mengidentifikasi ancaman-ancaman pemasaran yang dihadapi perusahaan dan merencanakan perbaikan yang diperlukan untuk mengeliminasi ancaman tersebut. Bayangkara (2008:116) manfaat yang diperoleh dari audit pemasaran adalah hasil audit dapat memberikan gambaran yang objektif tentang kinerja pemasaran perusahaan dan berbagai kekurangan yang terjadi dalam pengelolaan upaya pemasaran yang masih memerlukan perbaikan. Rekomendasi dari auditor dapat menjadi alternatif solusi atas kekurangan yang terjadi sehingga perbaikan-perbaikan yang diperlukan segera dapat dilakukan. Bayangkara (2008:116) dua tipe audit pemasaran, yaitu: (a) Audit fungsional (vertikal), yaitu audit yang dilakukan terhadap beberapa aktivitas dari departemen pemasaran, seperti periklanan atau penjualan dan membuat analisis terhadap bagian-bagian yang diaudit tersebut; (b) Audit menyeluruh (horizontal), yaitu audit yang dilakukan terhadap keseluruhan dari fungsi pemasaran perusahaan. Bayangkara (2008:117) ruang lingkup audit pemasaran dapat mencakup enam wilayah utama dalam pemasaran sebagai berikut: (a) Audit lingkungan pemasaran adalah audit terhadap lingkungan pemasaran mencakup penilaian terhadap pelanggan, pesaing, dan berbagai faktor lain yang memiliki pengaruh terhadap perusahaan; (b) Audit strategi pemasaran adalah audit yang bertujuan untuk menentukan bahwa perusahaan telah menetapkan strategi yang selaras dengan tujuannya, sesuai dengan lingkungan yang dihadapi; (c) Audit organisasi pemasaran adalah audit yang memiliki kemampun organisasi pemasaran dalam mencapai tujuan perusahaan. Audit ini menentukan kemampuan tim pemasaran secara efektif berinteraksi dengan bagian-bagian lain seperti litbang, keuangan, pembelian, dan sebagainya; (d) Audit sistem pemasaran adalah audit yang menganalisis prosedur yang digunakan perusahaan untuk memperoleh informasi perencanaan dan pengendalian operasi pemasaran.; (e) Audit produktivitas pemasaran adalah audit yang menganalisis produktivitas dan profitabilitas produk, kelompok pelanggan, atau unit analisis yang lain di dalam pemasaran. Audit biaya pemasaran adalah salah satu metode untuk menganalisis profitabilitas dan produktivitas pemasaran. rutin di bidang pemasaran; (f) Audit fungsi pemasaran adalah merupakan audit vertikal atau analisis secara mendalam terhadap elemen bauran pemasaran seperti produk, harga, distribusi, tenaga penjual, periklanan, promosi, dan lain-lain. Perbedaan Audit Operasional dan Audit Keuangan Arens et al (2008:842) tiga perbedaan utama antara audit operasional dengan audit keuangan adalah, tujuan audit, distribusi laporan, dan keterlibatan bidang nonkeuangan pada audit operasional. Adapun perbedaaan audit operasional dengan audit keuangan tersebut seperti terdapat pada tabel berikut :

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)

8

Tabel 1 Perbedaan audit operasional dan audit keuangan Audit Keuangan Audit Operasional 1) Audit keuangan berorientasi pada masa lalu dan lebih menekankan pada apakah informasi historis dicatat dengan benar. 2) Dalam hal distribusi laporan, audit keuangan ditujukan kepada banyak pemakai laporan keuangan dan didistribusikan secara detil.

3) Audit keuangan dibatasi hanya pada hal-hal yang langsung mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan.

1) Audit operasional berorientasi menekankan pada efisiensi dan efektivitas.

2) Sedangkan laporan audit operasional sangat berbeda dari satu audit ke audit lainnya karena keterbatasan distribusi operasional dan beragamnya sifat audit untuk efisiensi dan efektivitas. 3) Pada keterlibatan bidang bukan keuangan, audit operasional mencakup banyak aspek efisiensi dan efektivitas dalam sebuah badan usaha.

Sumber: Arens et al (2008:842) Definisi Ekonomian, Efisiensi dan Efektifitas Agoes dan Hoesada (2009:154) kehematan (economy) berarti cara penggunaan sesuatu barang (hal) secara berhati-hati dan bijak (prudent) agar diperoleh hasil yang terbaik. Efisiensi berhubungan dengan bagaimana perusahaan melakukan operasinya, sehingga dicapai optimalisasi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Efisiensi berhubungan dengan metode kerja (operasi). Dalam hubungannya dengan konsep input-proses-output, efisiensi adalah rasio antar output dan input. Seberapa besar output yang dihasilkan dengan menggunakan sejumlah tertentu input yang dimiliki perusahaan. Metode kerja yang baik akan dapat memandu proses operasi berjalan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Jadi, efisiensi merupakan ukuran proses yang menghubungkan antara input dan output dalam operasional perusahaan. Jadi, efisiensi merupakan ukuran proses yang menghubungkan antara input dan output dalam operasional perusahaan (Bayangkara, 2008:13). Anthony dan Govindarajan (2005:174) efisiensi adalah rasio output terhadap input, atau jumlah output per unit input. Pusat Tanggung Jawab A lebih efisien daripada Pusat Tanggung Jawab B jika (1) menggunakan jumlah sumber daya yang lebih sedikit dari pada Pusat Tanggung Jawab B, namun memproduksi jumlah output yang sama, atau (2) menggunakan jumlah sumber daya yang sama namun memproduksi jumlah output yang lebih besar. Dibandingkan dengan efisiensi, yang ditentukan oleh hubungan antara input dan output, efektivitas ditentukan oleh hubungan antara output yang dihasilkan oleh suatu pusat tanggang jawab dengan tujuannya. Semakin besar output yang dikonstribusikan terhadap tujuan, maka semakin efektiflah unit tersebut. Efektivitas cenderung dinyatakan dalam istilah-istilah yang subjektif dan nonalitis, seperti kinerja kampus A adalah yang terbaik, tetapi kampus B telah agak menurun dalam

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)

9

tahun-tahun terakhir (Anthony dan Govindarajan, 2005:174). Anthony dan Govindarajan (2005:174-175) efisiensi dan efektivitas berkaitan satu sama lain, setiap pusat tanggung jawab harus efektif dan efisien dimana organisasi harus mencapai tujuannya dengan cara yang optimal. Suatu pusat tanggung jawab yang menjalankan tugasnya dengan konsumsi terendah atas sumber daya, mungkin akan efisien, tetapi jika output yang dihasilkannya gagal dalam memberikan kontribusi yang memadai padapencapaian cita-cita organisasi, maka pusat tanggung jawab tersebut tidaklah efektif. Pemasaran Kotler dan Keller (2009:5) pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Hasan (2010:1) pemasaran (marketing) merupakan sebuah konsep ilmu dalam strategi bisnis yang bertujuan untuk mencapai kepuasan yang berkelanjutan bagi stakeholder (pelanggan, karyawan, pemegang saham). Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat / American Marketing Association pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat prosedur untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menterjemahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan dengan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya (Kotler dan Keller, 2009:6). Bayangkara (2008:155) beberapa tujuan pemasaran yang berpengaruh terhadap kebijakan penetapan harga diantaranya: (a) Kelangsungan hidup produk yaitu pemasaran ini mengutamakan kemampuan perusahaan bertahan dalam persaingan. Biasanya perusahaan ini memiliki masalah bagaimana memanfaatkan kelebihan kapasitas (idle capacity) yang dihadapinya. Untuk mempertahankan diri, perusahaan ini menetapkan harga yang rendah untuk mendongkrak volume penjualan, sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan kapasitas yang dimiliki; (b) Maksimalisasi laba saat ini yaitu pemasaran ini menekankan pada pencapaian laba yang tinggi. Biasanya perusahaan menganalisis permintaan dan biaya apa yang menimbulkan perbedaan harga, kemudian perusahaan memilih harga yang memaksimalkan labanya; (c) Kepemimpinan pasar yaitu pemasaran ini untuk mengutamakan keunggulan di pasar, baik melalui kualitas, produk, pelayanan, dan penekanan pada maksimisasi kepuasan pelanggan. Oleh karena semua upaya ini membutuhkan biaya, maka biasanya pada tujuan pemasaran ini, perusahaan menetapkan harga produk yang relatif tinggi (sesuai dengan kualitas yang diberikan); (d) Tujuan lain yaitu harga bisa juga ditetapkan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran lainnya, seperti; penetapan harga yang rendah untuk mencegah masuknya pesaing ke dalam pasar, menetapkan harga relatif sama dengan pesaing untuk menstabilkan pasar, harga ditetapkan untuk menjaga loyalitas reseller dan mencegah intervensi pemerintah, atau harga sewaktu-waktu diturunkan untuk menarik lebih banyak konsumen mencari produk tersebut di ritel-ritel yang tersedia. Di samping itu, penerapan harga produk juga bisa ditujukan untuk membantu menjual produk lain di dalam lini perusahaan. Kasmir (2004:89-90) fungsi pemasaran meliputi: (a) Pemasaran sebagai fungsi yang sama yaitu pemasaran sama besarnya dengan fungsi keuangan, Produksi, Kepegawaian, sumber daya manusia dengan kata lain masing-masing fungsi memiliki kesamaan satu dengan yang lainnya; (b) Pemasaran sebagai fungsi yang lebih penting yaitu bahwa fungsi pemasaran memiliki peran yang paling besar dari fungsi keuangan, produksi, kepegawaian dan sumberdaya manusia; (c) Pemasaran sebagai fungsi utama yaitu pemasaran dipusatkan sebagai sentral dari kegiatan fungsi lainya atau dengan kata lain fungsi pemasaran sebagai inti dari kegiatan perusahaan; (d) Pelanggan sebagai

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)

10

pengendalian yaitu masing-masing fungsi memiliki peran yang sama namun dikendalikan oleh Pelanggan; (e) Pelanggan sebagai fungsi pengendalian dan pemasaran sebagai fungsi integrative yaitu pemasaran sebagai pusat intergratif fungsi keuangan produk dan sumberdaya manusia sedangkan pelanggan karena pelanggan sangat berkaitan dengan keuangan, sumberdaya manusia, dan produksi dalam pengendalian pemasaran. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian Edy Wibowo (2011), menerangkan bahwa PT Pertamina (Persero) Surabaya memerlukan audit operasional untuk menilai tingkat ekonomis, efisiensi, dan efektifitas fungsi personalia. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya kinerja fiungsi personalia diperusahaan tersebut setelah adanya penerapan audit operasional pada fungsi personalia. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. Metode ini membahas dan menggambarkan suatu keadaan berdasarkan fakta yang ada sehinggga didapatkan gambaran yang jelas. Objek dari penelitian ini adalah PT MNC Finance, Tbk yang berlokasi dikota Tulungagung, Jawa timur. Teknik Pengumpulan Data Observasi adalah pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses peneliti dalam melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat relevan digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dan kelompoknya. Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat yang bisa digunakan dalam pengamatan adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan kejadian dan lainlain. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, perasan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Ada tiga jenis observasi yaitu sebagai berikut: (a) Observasi partisipatif yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden; (b) Observasi terus terang atau tersamar dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia akan melakukan penelitian, sehingga mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas si peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau si peneliti menyatakan terus terang maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan penenlitian; (c) Observasi tak berstruktur yaitu observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek. Manfaat dari observasi ini antara lain peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh, dengan observasi akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif ini membuka kemungkinan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)

11

penemuan atau discovery. Cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang informan atau autoritas atau seorang ahli yang berwenang dalam suatu masalah. Jenis interview meliputi interview bebas, interview terpimpin, dan interview bebas terpimpin. Interview bebas, yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang dikumpulan. Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci. Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin. Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif (Sugiyono, 2008:227). Kuesioner (angket) yaitu metode pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan topik pembahasan dalam penelitian ini kepada beberapa orang responden untuk diisi. Sehingga akan didapatkan pula pernyataan yang sesuai. Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya (Sutopo, 2006:82). Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya, dimana peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden. Karena angket dijawab atau diisi oleh responden dan peneliti tidak selalu bertemu langsung dengan responden, maka dalam menyusun angket perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama, sebelum butir-butir pertanyaan atau peryataan ada pengantar atau petunjuk pengisian. Kedua, butir-butir pertanyaan dirumuskan secara jelas menggunakan kata-kata yang lazim digunakan (popular), kalimat tidak terlalu panjang. Dan ketiga, untuk setiap pertanyaan atau pernyataan terbuka dan berstruktur disesuaikan kolom untuk menuliskan jawaban atau respon dari responden secukupnya (Sutopo, 2006:87). Jenis Data Dalam penelitian ini tidak menggunakan sampel, karena penelitian ini merupakan penelitian studi kasus, sedangkan data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari para responden, dan bukan berasal dari pengumpulan data yang pernah dilakukan sebelumnya. Teknik pengumpulan data primer ini terdiri dari beberapa cara, yaitu kuesioner, wawancara, Observasi, serta opinion pooling. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh seorang peneliti secara tidak langsung dari objeknya, tetapi melalui sumber lain, baik lisan maupun nonlisan.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)

12

Satuan Kajian Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu komponen organisasi yang mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengolah, menganalisa dan mengkomunikasikan informasi finansial dan pengambilan keputusan yang relevan bagi pihak luar perusahaan dan pihak ekstern. Sistem Informasi Pemasaran adalah kegiatan peseorangan dan organisasi yang memudahkan dan mempercepat hubungan pertukaran yang memuaskan dalam lingkungan yang dinamis melalui penciptaan pendistribusian promosi dan penentuan harga barang jasa dan gagasan. Sistem informasi pemasaran selalu digunakan oleh bagian pemasaran dalam sebuah perusahaan untuk memasarkan produk-produk perusahaan tersebut. Sistem informasi ini merupakan gabungan dari keputusan yang berkaitan dengan: (a) Produk; (b) Tempat; (c) Promosi; (d) Harga produk. Pengendalian Internal adalah rencana, metoda, prosedur, dan kebijakan yang didesain oleh manajemen untuk memberi jaminan yang memadai atas tercapainya efisiensi dan efektivitas operasional perusahaan, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan terhadap aset perusahaan dan ketaatan/kepatuhan terhadap undang-undang, kebijakan dan peraturan lain. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Teknik Deskriptif kualitatif merupakan metode yang digunakan untuk membedah suatu fenomena di lapangan. Penelitian deskriptif kualitatif adalah metode yang menggambarkan dan menjabarkan temuan di lapangan. Metode deskriftif kualitatif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian dengan metode ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Penelitian deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan informasi secara aktual dan terperinci, mengidentifikasikan masalah, membuat perbandingan atau evaluasi, dan menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tugas dan Tanggungjawab Internal Audit Internal Audit dibentuk dengan berlandaskan pada Piagam Audit Internal (Internal Audit Charter). Piagam itu telah disesuaikan dengan peraturan Bapepam-LK dan menetapkan bahwa Internal Audit bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan secara komprehensif kepada seluruh unit usaha di lingkungan perusahaan. Sesuai Piagam Internal Audit, lingkup tugas dan tanggung jawab Internal Audit Perseroan ditetapkan sebagai berikut: (a) Menyusun dan melaksanakan rencana Audit Internal Tahunan; (b) Menguji dan mengevaluasi pelaksanaan pengendalian interen dan sistem manajemen risiko sesuai dengan kebijakan perusahaan; (c) Melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efsiensi dan efektiftas di bidang keuangan dan akuntansi; (d) Memberikan saran perbaikan dan informasi yang obyektif tentang kegiatan yang diperiksa pada semua tingkat manajemen; (e) Membuat laporan hasil audit dan menyampaikan laporan tersebut kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris; (f) Memantau, menganalisis dan melaporkan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan yang telah disarankan; (g) Bekerjasama dengan Komite Audit dan Auditor Eksternal; (h) Menyusun program untuk mengevaluasi mutu kegiatan audit internal yang dilakukannya; (i) Melakukan pemeriksaan khusus apabila diperlukan. Internal Audit menyusun Rencana Kerja Audit berbasis risiko untuk tiap unit usaha secara sistematis dengan mempertimbangkan berbagai faktor fnansial maupun operasional, kinerja pengendalian di masa lalu dan aspek-aspek penting lainnya lalu menyampaikan Rencana Kerja ini kepada Direksi Perseroan untuk memperoleh persetujuan. Atas temuan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)

13

pada hasil kegiatan audit, implementasi rekomendasi serta kegiatan lainnya yang berkaitan dengan upaya peningkatan pengendalian internal (internal control) di lingkungan Perseroan, Internal Audit harus melaporkannya kepada Direksi Perusahaan dan jajaran manajemen perusahaan lainnya. Standar Pelaksanaan Audit Operasional Perusahaan Persiapan audit, pelaksanaan audit harus dipersiapkan dengan baik agar tujuan audit dapat dicapai dengan cara efisien. Langkah yang perlu diperhatikan pada tahap persiapan audit adalah sebagai berikut: (a) Penetapan penugasan audit dimaksudkan untuk pemberitahuan kepada auditor sebagai dasar untuk melakukan audit sebagaimana ditetapkan dalam rencana audit tahunan. Penetapan penugasan disampaikan oleh kepala divisi audit internal kepada ketua dan tim audit dalam bentuk surat penugasan, yang antara lain menetapkan ketua dan anggota tim audit, waktu yang diperlukan serta tujuan audit; (b) Pelaksanaan Audit Operasional harus dilengkapi dengan surat pemberitahuan audit dari Auditor Internal, yang dapat disampaikan kepada auditee sebelum atau pada saat audit dilaksanakan; (c) Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mengenal dan memahami setiap kegiatan atau fungsi auditee secara umum supaya audit dapat difokuskan pada halhal yang strategis. Dalam tahap ini auditor harus mengenal dengan baik aspek-aspek dari auditee antara lain fungsi, struktur organisasi, wewenang dan tanggung jawab, kebijakan, sistem dan prosedur operasional, risiko kegiatan dan pengendaliannya, indikator keberhasilan, aspek legal dan ketentuan lainnya. Penyusunan program audit, berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, maka disusun program audit. Program audit harus: (a) Merupakan dokumentasi prosedur bagi Auditor Internal dalam mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasikan dan mendokumentasikan informasi selama pelaksanaan audit, termasuk catatan untuk pemeriksaan yang akan datang; (b) Menyatakan tujuan audit; (c) Menetapkan luas, tingkat dan metodologi pengujian yang diperlukan guna mencapai tujuan audit untuk tiap tahapan audit; (d) Menetapkan jangka waktu pemeriksaan; (e) Mengindentifikasi aspek-aspek teknis, risiko, proses dan transaksi yang harus diuji, termasuk pengolahan data elektronik. Adanya program audit secara tertulis akan memudahkan pengendalian audit selama tahap-tahap pelaksanaan. Program audit tersebut dapat diubah sesuai dengan kebutuhan selama audit berlangsung. Pelaksanaan Penugasan Audit, tahap pelaksanaan audit meliputi kegiatan mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasikan dan mendokumentasikan bukti-bukti audit serta informasi lain yang dibutuhkan, sesuai dengan prosedur yang digariskan dalam program audit untuk mendukung hasil audit. Proses audit meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (a) Mengumpulkan bukti dan informasi yang cukup, kompeten dan relevan; (b) Memeriksa dan mengevaluasi semua bukti dan informasi untuk mendapatkan temuan dan rekomendasi audit; (c) Menetapkan metode dan tehnik sampling yang dapat dipakai dan dikembangkan sesuai dengan keadaan; (d) Supervisi atas proses pengumpulan bukti dan informasi serta pengujian yang telah dilakukan; (e) Mendokumentasikan kertas kerja audit; (f) Membahas hasil audit dengan auditee. Pelaporan Hasil Audit, setelah selesai melakukan kegiatan audit, Auditor Internal berkewajiban untuk menuangkan hasil audit tersebut dalam bentuk laporan tertulis. Laporan tersebut harus memenuhi standar pelaporan, memuat kelengkapan materi dan melalui proses penyusunan yang baik. Proses penyusunan laporan perlu dilakukan dengan cermat agar dapat disajikan laporan yang akurat dan bermanfaat bagi auditee. Proses tersebut antara lain mencakup: (a) Kompilasi dan analisis temuan audit, temuan audit yang akan dituangkan dalam laporan harus dikompilasi dan dianalisis tingkat signifikasinya; (b)

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)

14

Konfirmasi dengan auditee, temuan audit harus dikonfirmasikan dengan auditee untuk diketahui dan dipahami; (c) Diskusi dengan kepala Auditor Internal, temuan audit yang sudah dikompilasi dan dianalisis harus dilaporkan serta didiskusikan dengan Kepala Auditor Internal atau pejabat yang ditunjuk; (d) Diskusi dengan auditee, diskusi ini dimaksudkan agar auditee memberikan komitmen dan bersedia melakukan perbaikan dalam batas waktu tertentu yang dijanjikan; (e) Reviu laporan, konsep laporan yang disusun oleh tim audit direviu oleh kepala Auditor Internal atau pejabat yang ditunjuk agar diperoleh keyakinan bahwa laporan tersebut telah lengkap dan benar. Tindak lanjut hasil audit, auditor Internal harus memantau dan menganalisis serta melaporkan perkembangan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan yang telah dilakukan auditee. Tindak lanjut tersebut meliputi pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut, analisis kecukupan tindak lanjut dan pelaporan tindak lanjut. Auditor Internal harus memantau dan menganalisis serta melaporkan perkembangan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan yang telah dilakukan auditee. Tindak lanjut tersebut meliputi: (a) Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut, pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut harus dilakukan, agar dapat diketahui perkembangannya dan dapat diingatkan kepada auditee apabila auditee belum dapat melaksanakan komitmen perbaikan menjelang atau sampai batas waktu yang dijanjikan; (b) Analisis kecukupan tindak lanjut, dari hasil pemantauan pelaksanaan tindak lanjut, dilakukan analisis kecukupan atas realisasi janji perbaikan yang telah dilaksanakan auditee. Selanjutnya pengecekan kembali tindak lanjut perlu dilakukan apabila terdapat kesulitan atau hambatan yang menyebabkan tindak lanjut tersebut tidak dapat dilakukan sebagaimana mestinya; (c) Pelaporan tindak lanjut, dalam hal pelaksanaan tindak lanjut tidak dilaksanakan oleh auditee, maka Auditor Internal memberikan laporan tertulis kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris untuk tindakan lebih lanjut. Audit Operasional Pada Fungsi Pemasaran Audit pemasaran, audit fungsi pemasaran merupakan pengujian yang sistematis dan terdokumentasi terhadap bagaimana perusahaan menentukan bauran pemasaran dan apakah bauran pemasaran tersebut secara efektif dan mencapai tujuan pemasaran dan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Fungsi pemasaran melibatkan kebijakan penting dalam bauran pemasaran untuk mencapai tujuan pemasaran. Kebijakan tersebut meliputi: (a) Kebijakan produk; (b) Kebijakan harga; (c) Kebijakan promosi; (d) Kebijakan saluran distribusi. Tahap-tahap audit pemasaran, auditor internal sebagai pelaksana audit operasional pada MNC Finance membantu pihak manajemen dalam usaha mencapai efisiensi dan efektifitas kegiatan pemasaran, selain itu kegiatan ini dilakukan untuk mendeteksi sedini mungkin berbagai kemungkinan penyimpangan atau kelemahan yang mungkin ditemukan. Auditor Internal MNC Finance melakukan audit terhadap kegiatan fungsi pemasaran dengan beberapa tahap yaitu : (a) Persiapan audit, kegiatan yang dilakukan Auditor Internal pada tahap persiapan audit adalah meliputi penetapan penugasan, pemberitahuan audit dan penelitian pendahuluan. Penetapan penugasan audit dimaksudkan untuk pemberitahuan kepada auditor sebagai dasar untuk melakukan audit sebagaimana ditetapkan dalam rencana audit tahunan MNC Finance. Penetapan penugasan disampaikan oleh Kepala Internal Audit kepada ketua dan tim audit dalam bentuk surat penugasan, yang antara lain menetapkan ketua dan anggota tim audit, waktu yang diperlukan serta tujuan audit; (b) Penyusunan program audit, auditor Internal MNC Finance membuat rencana langkah kerja yang harus dilakukan selama pemeriksaan pemasaran yang didasarkan atas tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)

15

serta informasi yang ada tentang kegiatan pemasaran yang diperiksa; (c) Pelaksanaan penugasan audit, selanjutnya pada tahap ini, Auditor Internal Pemasaran melakukan evaluasi atas kecukupan bentuk organisasi pemasaran dan tim audit melakukan pengujian apakah manajemen SDM Pemasaran dan pelaksanaan kegiatan pemasaran telah sesuai dengan ketentuan berlaku. Uji terinci, pemeriksaan lebih terperinci atas organisasi pemasaran dan Manajemen SDM Pemasaran dilakukan pada tahapan ini. Dimana Auditor Internal Pemasaran melakukan pengujian dengan menganalisis fungsi/peranan diantara pihak-pihak yang terkait. Auditor Internal Pemasaran telah melakukan reviu yang memadai terhadap pengendalian pemasaran dimana sebelum melakukan pemeriksaan mendalam terhadap kegiatan pemasaran, Auditor Internal Pemasaran MNC Finance melakukan pemeriksaan pengendalian atas organisasi pemasaran dan manajemen SDM pemasaran untuk mengevaluasi keandalan pengendalian yang dibangun dan dijalankan oleh manajemen pemasaran. Reviu terhadap pengendalian pemasaran mencakup evaluasi terhadap kecukupan disain struktur organisasi untuk memastikan adanya pemisahan tugas pihak-pihak dalam organisasi pemasaran dan memastikan kecukupan pendistribusian tugas. Dengan adanya pemisahaan tugas dan pendistribusian tugas yang jelas maka kegiatan pemasaran akan berjalan dengan baik dan kecil kemungkinan untuk terjadinya penyimpangan. Selain itu, Auditor Internal Pemasaran juga mengevaluasi kecukupan kebijakan dan prosedur Manajemen SDM Pemasaran dan Kebijakan serta Prosedur Pelaksanaan Pemasaran apakah telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Artinya, Auditor Internal Pemasaran telah memastikan bahwa kebijakan dan prosedur pemasaran tidak bertentangan dengan Peraturan Perusahaan. Pelaporan hasil audit, sebelum Laporan Hasil Audit (LHA) dibuat, hasil atau temuan audit dikumpulkan dalam bentuk ikhtisar hasil audit. Kemudian temuan audit yang telah diperoleh, mendengarkan tanggapan/komentar auditee mengenai temuan audit dan juga menerima komitmen dari auditee mengenai waktu penyelesaian perbaikan atau tindak lanjut atas temuan tersebut. Setelah itu, salah seorang auditor internal ditunjuk untuk membuat konsep laporan yang kemudian direview oleh Kepala Internal Audit agar diperoleh keyakinan bahwa laporan tersebut telah lengkap dan benar dimana laporan tersebut telah memuat informasi mengenai temuan audit secara jelas mengenai fakta, keadaan yang seharusnya serta dampak dan penyebab terjadinya penyimpangan, tanggapan/komentar auditee atas temuan audit berupa pembenaran/persetujuan, atau keberatan/penolakan dan alasannya dan komitmen untuk melakukan perbaikan dengan batas waktu tertentu dan rekomendasi perbaikan dari auditor internal. Setelah reviu atas konsep laporan, kemudian auditor internal membuat Laporan Hasil Audit (LHA). LHA ditandatangani atau disetujui oleh Direktur Utama dan kemudian dikirim ke unit kerja yang diperiksa untuk dapat diketahui dan ditindaklanjuti dan ditembuskan ke Direktur Utama dan Dewan Komisaris. Tindak lanjut hasil audit, auditor Internal dalam melaksanakan audit pemasaran terhadap tidak hanya melakukan pemeriksaan dan melaporkan temuan yang telah diperolehnya, melainkan juga melakukan pengawasan tindak lanjut atas rekomendasi yang telah diberikan. Auditor Internal melakukan pengecekkan terhadap tindak lanjut dan melihat sejauh mana hasil audit tersebut telah ditindaklanjuti, apakah perbaikan telah dilakukan dengan tuntas oleh auditee, masih dalam proses, ataukah belum diselesaikan sama sekali.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)

16

Fungsi dan Tugas Bagian Pemasaran Fungsi bagian pemasaran adalah untuk memasarkan produk-produk yang dimiliki PT MNC Finance kepada para konsumen secara langsung maupun melalui promosi dan iklan, serta mempunyai tugas, yaitu: (a) Mengidentifikasi dan memahami keinginan pelanggan dalam segmen pasar; (b) Mengumpulkan keterangan mengenai kinerja produk; (c) Membuat inovasi-inovasi baru; (d) Mengukur citra perusahaan dan kepuasaan pelanggan secara berkelanjutan. Strategi yang diterapkan MNC Finance dalam meningkatkan pertumbuhannya adalah melalui peningkatan pelayanan kepada nasabah dan rekanan dealer/showroom yaitu keputusan kredit diberikan pada hari yang sama dan pembayaran kepada rekanan tidak lebih dari satu hari sejak penagihan lengkap diterima MNC Finance serta memberikan insentif yang kompetitif kepada rekanan dealer sesuai dengan ketentuan dan kesepakatan. Hingga tahun 2012, MNC Finance telah memiliki 71 jaringan layanan di seluruh Indonesia, terutama di pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Jaringan layanan tersebut akan terus ditingkatkan di lokasi-lokasi yang menjanjikan serta memiliki segmentasi pasar yang sesuai dengan MNC Finance. Disamping itu, kerjasama dengan perbankan merupakan hal penting yang senantiasa diperhatikan MNC Finance mengingat kerjasama yang baik dengan mitra perbankan akan turut memberikan kontribusi positif melalui dukungan fasilitas kredit modal kerja (Executing), kerjasama pembiayaan (joint financing) maupun melalui skema penyaluran pembiayaan (Channeling). Analisis Peningkatan Kinerja Pada Fungsi Pemasaran Penilain kinerja umumnya dilakukan dengan menilai ekonomian, efisiensi, dan efektifitas keseluruhan fungsi-fungsi yang ada diperusahaan tersebut. Pada fungsi pemasaran khususnya kinerja dapat diniai dari seberapa besar pencapaian kuantitas atau jumlah pemasaran yang telah dicapai oleh bagian pemasaran pada suatu perusahaan, apakah belum mencapai target, telah mencapai target, atau bahkan dapat melampaui target yang telah ditetapkan oleh perusahaan itu sendiri. Dengan demikian untuk menilai kinerja fungsi pemasaran, maka kita dapat menilai apakah pelaksanaan kegiatan pemasaran tersebut telah mencapai sasaran atau target tertentu. Oleh karena itu untuk mengetahui peningkatan kinerja fungsi pemasaran PT MNC Finance, Tbk maka kami sajikan data pemasaran PT MNC Finance, Tbk cabang Tulungagung dalam 2 tahun terakhir yang telah diaudit. Data tersebut terdapat pada tabel dibawah ini: Tabel 2 Data Pemasaran MNC Finance Cabang Tulungagung Tahun 2011 No. 1) 2) 3) 4)

Produk

Besaran Pembiayaan Dalami Rupiah Persentase (Rp) (%) 11.551.650.000 70,01 2.263.800.000 13,72 2.486.550.000 15,07

Pembiayaan Mobil Pembiayaan Sepeda Motor Sewa Guna Usaha Pembiayaan Rumah Tinggal (KPR) 183.150.000 5) Pembiayaan lain-lain 14.850.000 Total 16.500.000.000 Sumber: PT MNC Finance Cabang Tulungagung

1,11 0,09 100,00

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)

17

Tabel 3 Data Pemasaran MNC Finance Cabang Tulungagung Tahun 2012 No. 1) 2) 3) 4)

Produk

Besaran Pembiayaan Dalami Rupiah Persentase (Rp) (%) 13.025.241.700 72,19 167.799.900 9,93 3.027.615.400 16,78

Pembiayaan Mobil Pembiayaan Sepeda Motor Sewa Guna Usaha Pembiayaan Rumah Tinggal (KPR) 191.255.800 5) Pembiayaan lain-lain 7.217.200 Total 18.043.000.000 Sumber: PT MNC Finance Cabang Tulungagung

1,06 0,04 100,00

Berdasarkan data yang tertera pada kedua tabel diatas, dapat kita ketahui bersama bahwa kinerja fungsi pemasaran telah mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari hasil peningkatan pemasaran dana kelolaan dari tahun 2011 sebesar Rp 16.500.000.000,00 meningkat menjadi Rp 18.043.000.000,00 pada tahun 2012 atau mengalami peningkatan sebesar 8,5% atau setara Rp 1.543.000.000,00. Kinerja fungsi pemasaran PT MNC Finance, Tbk dapat dikatakan mengalami peningkatan karena bukan hanya mencapai target pemasaran, namun juga melampaui target pemasaran perusahaan tahun 2012 yakni sebesar 5%. Dalam hal ini, auditor internal pemasaran selalu berupaya untuk meningkatkan kinerja fungsi pemasaran agar kualitas pemasaran di tahun-tahun selanjutnya semakin baik. Ini terlihat dari pemeriksaan pemasaran yang dilakukan dengan memperhatikan aspek perencanan, pelaksanaan, serta pengendalian pemasaran. Hal ini dilakukan untuk lebih meningkatkan kinerja pemasaran dan diharapkan audit terhadap fungsi pemasaran yang berkelanjutan akan makin meningkatkan kinerja pemasaran dimana target pemasaran akan dapat terus tercapai setiap tahun. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Adapun simpulan dan saran yang diambil oleh penulis adalah sebagai berikut: (1)Audit operasional terhadap fungsi pemasaran PT MNC Finance, Tbk Cabang Tulungagung telah dilakukan dengan proses yang sistematis yang mengacu pada Standar Pelaksanaan Audit Internal, dengan beberapa tahap yaitu: (a) Persiapan audit, pada persiapan audit, kegiatan auditor adalah meliputi penetapan penugasan, pemberitahuan audit dan penelitian pendahuluan; (b) Penyusunan program audit, program audit memuat tujuan audit, periode pemeriksaan, lingkup audit, data dan informasi dan prosedur audit; (c) Pelaksanaan penugasan audit, auditor internal pemasaran melakukan pemeriksaan pengendalian dan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan kegiatan pemasaran yang telah dijalankan; (d) Tahap pelaporan hasil audit, auditor internal menganalisis temuan audit, mendiskusikan temuan dengan kepala bagian dan kepala cabang untuk mendengarkan tanggapan auditee mengenai temuan audit dan memperoleh komitmen perbaikan atas temuan dan membuat Laporan Hasil Audit (LHA); (e) Tahap pengawasan tindak lanjut, auditor internal memantau komitmen dalam memperbaiki kekurangan yang

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)

18

ditemukan dalam pemeriksaan, menganalisis kecukupan tindak lanjut, dan melaporkan kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris atas tindak lanjut. (2) Audit operasional terhadap fungsi pemasaran cukup berperan dalam meningkatkan kinerja fungsi pemasaran PT MNC Finance, Tbk Cabang Tulungagung dimana telah terjadi peningkatan pemasaran pada tahun 2012. Saran Bagi perusahaan: (a) Penulis menyarankan agar audit operasional terhadap fungsi pemasaran dilakukan dengan baik dan sesuai prosedur setiap tahunnya, supaya permasalahan yang berkaitan dengan kinerja pemasaran dapat dipecahkan, sehingga kinerja pemasaran dapat ditingkatkan dan target pemasaran perusahaan setiap tahun dapat terus tercapai; (b) Agar auditor internal tetap melakukan pengawasan terhadap tindak lanjut untuk memastikan apakah tindakan perbaikan yang dilakukan auditee terhadap kekurangan yang ditemukan dalam proses audit telah dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi auditor. Bagi peneliti selanjutnya, penulis menyarankan agar peneliti berikutnya tidak hanya melakukan penelitian mengenai peranan audit operasional terhadap fungsi pemasaran pada perusahaan jasa saja, namun juga pada perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur, supaya peranan audit operasional terhadap fungsi pemasaran pada kedua jenis perusahaan tersebut dapat diketahui. DAFTAR PUSTAKA Agoes, S. 2008. Auditing Pemeriksaan oleh Kantor Akuntan Publik. Jilid 1. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta . dan J. Hoesada. 2009. Bunga Rampai Auditing. Salemba Empat. Jakarta Anthony, R. and Govindarajan. Eleventh Edition. 2005. Management Control Systems. McGraw-Hill, Inc. New York. Terjemahan F. X. K. Tjakrawala dan Krista. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen. Salemba Empat. Buku 2. Jakarta Arens, A. A., dan J. K. Loebbecke. 2003. Auditing: An Integrated Approach. Fifth Edition. Prentice Hall. New Jersey. Terjemahan A. A. Jusuf. 2008. Auditing: Pendekatan Terpadu. Buku 1 dan 2. Salemba Empat. Jakarta , R. J. Elder and M. S. Beasly. 2003. Auditing and Assurance Service : An Intergrated Approach. Ninth Edition. Prentice Hall. New Jersey. Terjemahan Gina Gania. 2008. Auditing Dan Jasa Assurance: Pendekatan Terintegrasi. Jilid 1. Edisi 12. Erlangga. Jakarta Bayangkara, IBK. 2008. Audit Manajemen: Prosedur dan Implementasi. Salemba Empat. Jakarta Hasan, A. 2010. Marketing Dari Mulut Ke Mulut. Media Pressindo. Yogyakarta Kasmir. 2004. Pemasaran Bank. Kencana. Jakarta Kotler, P. And K. L. Keller. 2009. Marketing Management. Thirdteenth Edition. Pearson Prentice-Hall Inc. New Jersey. Terjemahan B. Sabran. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi KeTiga Belas. Jilid 2. PT. Indeks. Jakarta Mulyadi. 2009. Auditing. Edisi 6 Buku 1. Salemba Empat. Jakarta Rahayu, S. K. dan S. Ely. 2010. Auditing Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik. Graha Ilmu. Yogyakarta Sawyer, B. L., D. A. Mortimer, and S. H. James. 2006. Sawyer’s Internal Auditing. Fifth Edition. The Institute of Internal Auditors. Florida. Terjemahan Desi Adhariani. 2006. Internal Audit Sawyer. Buku 1. Edisi Kelima. Salemba Empat. Jakarta Sondang, P. S. 2004. Audit Manajemen. Cetakan Ke Empat. Bumi Aksara. Jakarta Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatife, Kualitatife, dan R & D. ALFABETA. Bandung

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)

19

Sutopo, H. B. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. UNS Press. Surakarta Tunggal, A. W. 2008. Dasar-Dasar Audit Operasional. Edisi Revisi. Harvarindo. Jakarta •••