PERANCANGAN FILM FEATURE “DINOYO

Download film feature yang membahas tentang Dinoyo sebagai kampoeng wisata keramik ... Di dalam pembuatan suatu film khususnya film feature, biasany...

0 downloads 512 Views 134KB Size
PERANCANGAN FILM FEATURE “DINOYO HERITAGE”

ARTIKEL

Oleh : Wendy Goerid Ernanta NIM. 309253423054

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL JANUARI 2013

Lembar persetujuan

Artikel oleh Wendy Goerid Ernanta ini Telah diperiksa dan disetujui. Malang, 15 Januari 2013 Pembimbing I

Drs. Iriaji, M.Pd NIP. 19630817 198802 1 001

Malang, 15 Januari 2013 Pembimbing II

Gunawan Susilo, S.Sn, M.Sn NIP. 19750925 200312 1 001

PERANCANGAN FILM FEATURE “DINOYO HERITAGE”

Wendy Goerid Ernanta, Iriaji, Gunawan Susilo Universitas Negeri Malang E-mail : [email protected]

ABSTRAK : Dinoyo adalah sebuah wilayah yang terkenal akan hasil kerajinannya yakni seni kerajinan keramik. Daerah Dinoyo terkenal akan sebutan “ kampoeng wisata keramik ”. Tujuan dari perancangan ini adalah menghasilkan perancangan film feature yang membahas tentang Dinoyo sebagai kampoeng wisata keramik dalam upaya untuk mempromosikan kampoeng wisata keramik Dinoyo. Model perancangan yang digunakan dalam perancangan film feature ini adalah model perancangan konseptual, sesuai dengan model perancangan oleh Fred Wibowo yang meliputi standart prosedural perancangan. Kajian dari standart prosedural perancangan meliputi : proses pra produksi, produksi dan, pasca produksi. Hasil perancangan berupa film berjenis semi-dokumenter atau bisa disebut juga dengan feature yang alur ceritanya menceritakan tentang kampoeng wisata keramik Dinoyo dari sejarah hingga apa saja yang bisa ditemui disini. Teknik pengambilan gambar sesuai dengan bidang sinematografi dan videografi oleh Bambang Semedhi. Menggunakan Kamera Digital SLR sebagai media perekam gambar dan selanjutnya proses editing menggunakan software dari Adobe Premiere dan Audition Pro CS 6. ABSTRACT : Dinoyo is a region who known for the ceramic craft. The area is renowned for its designation Dinoyo "kampoeng wisata keramik". The purpose of this design are to produce a design which that discusses the feature film as “kampoeng wisata keramik Dinoyo” in an effort to promote Dinoyo. That model used feature film is a model of conceptual design, according to the model of the design by Fred Wibowo which include standard procedural design. An assessment of the procedural standard design includes: the process of pre-production, production, and a post-production. The results of the design in the form of semidocumentary type movie or can be called with a feature that tells about plot the history of the “kampoeng wisata keramik Dinoyo” then to tells anything about ceramics craft can be found here. Shooting technique in accordance with its cinematography and videography by Bambang Semedhi. Using a Digital SLR camera as a recording medium and a further image editing process using software of Adobe Premiere Pro and Audition CS 6.

Kata Kunci : Film Feature, Kampoeng Wisata, Keramik Dinoyo. Dinoyo terkenal akan sebutan “kampoeng wisata keramik”. Ikon utama dari Dinoyo adalah pabrik keramik Dinoyo yang dibangun tahun 1955 dan beroperasi pada tahun 1977. Namun pabrik sudah berhenti beroperasi karena permasalahan. Dalam riset Dinoyo terdapat kekurangan dalam hal promosi, Dinoyo sebagai kampoeng wisata keramik masih kurang dikenal oleh masyarakat, sehingga perlu dibuatkan sebuah perancangan film semi-dokumenter atau bisa disebut dengan film feature. Dalam satu feature, satu pokok bahasan boleh disajikan dengan merangkai beberapa format program sekaligus. Misalnya, wawancara (interview), show, voxpop, puisi, musik, nyanyian, sandiwara pendek, atau fragment. Keunggulan dari film

feature itu sendiri adalah keakuratan data yang disajikan tidak perlu dipertanyakan lagi, karena di dalam film feature terdapat unsur dokumenter yang menyajikan bukti fakta yang aktual dan faktual. Karena di dalam film feature bisa dikatakan kandungan dari fiktif dan faktanya 40% - 60%. Di dalam perancangan film feature tentang Dinoyo sebagai kampoeng wisata keramik tersebut nantinya akan menunjukkan tentang teori lengkap mengenai bagaimana film feature ini dibuat. Dimana kajian teori nantinya berdasarkan atas standart prosedural dari sebuah perancangan yang mencakup proses dari awal pra-produksi yakni berupa riset dan observasi pengumpulan data agar memperoleh data yang akurat. Model Perancangan yang digunakan adalah model perancangan konseptual, yang menekankan pada metode pengumpulan data berupa survey atau observasi, wawancara dan dokumentasi. Riset dan observasi adalah kegiatan untuk melakukan pencarian data agar memperoleh data yang akurat, hingga tahap akhir berupa editing dan capturing. Wawancara adalah kegiatan pencarian data dengan cara mencari narasumber yang tentunya terpercaya demi memperoleh data yang lebih akurat. Sedangkan dokumentasi adalah kegiatan merekam semua aktifitas apapun yang telah dilakukan pada hari dan jam itu juga. Dibutuhkan untuk lampiran demi memperkuat bukti dan fakta yang ada dalam perancangan itu. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Perancangan Film Feature “DINOYO HERITAGE” Di dalam pembuatan suatu film khususnya film feature, biasanya kita wajib mengikuti prosedural yang sudah ada sejak dulu dan prosedur tersebut tak lepas dari unsur pendukungnya. Film feature dikatakan berhasil apabila konsep dari perancangan film ini mengikuti 3 unsur standart operasional prosedural. 3 hal tersebut yakni pra produksi, proses produksi dan pasca produksi. Menurut Fred Wibowo, sistematika perancangan yakni analisis masalah yang meliputi penentuan ide dasar, riset berupa pengumpulan data dan mencari narasumber yang sekiranya terpercaya untuk kebutuhan fakta film sebanyak mungkin pada saat survey lokasi dan melihat keadaan sekitar. Selain itu didalamnya berisi tinjauan, uraian, sorotan dan pandangan atas suatu pokok bahasan dilengkapi dengan musik atau lagu mengenai tema itu. Menyusun berbagai format perlu diperhatikan jangka waktunya dari setiap format. Jadi film feature enak untuk dilihat dan proporsional. Yang dimaksud dengan proporsional bukan berarti jangka waktu untuk setiap format sama, tetapi dicoba untuk memberi waktu yang memadai untuk format yang penting dan menarik. Sesuai dengan prosedur perancangan oleh Fred Wibowo yakni pra produksi, produksi dan pasca produksi. Pra produksi adalah penentuan ide, riset, hingga penentuan sinopsis dan threatment. Sinopsis adalah ringkasan isi cerita dari isi film, sedangkan threatment berisi skrip alur cerita yang isinya mirip dengan storyboard namun berbentuk teks (khusus untuk film dokumenter ataupun semi-dokumenter). Di dalam skrip perancangan film, akan dijelaskan visualisasi apa saja yang nantinya akan ada di dalam film lengkap dengan durasi dan background music sebagai pelengkap film. Produksi adalah prosesnya saat syuting itu berlangsung meliputi take pengambilan gambar, adegan wawancara dengan narasumber, dan ada pula adegan gambar yang fungsinya sebagai sisipan agar film feature yang ditonton tidak terkesan monotone. Sedangkan pasca produksi adalah hasil akhirnya dan tak lupa dalam hal ini ada tahap pengkoreksian.

Tahap Rencana dari film ini akan berdurasi sekitar ± 10 – 15 menit yang isinya membahas tentang sejarah kampoeng wisata keramik Dinoyo mulai dari sejarah, prasasti Dinoyo, ikon Dinoyo dan ciri khas tentang kerajinan keramik di wilayah Dinoyo ini seperti apa, hingga apa saja yang bisa ditemui di tempat ini. Menggunakan Kamera Digital SLR sebagai media utama perekam dan dibantu dengan 8 orang team yang tugasnya sudah dibagi sedemikian rupa (kameramen, lighting, pengarah skrip dan sutradara). Proses berikutnya berupa mentahan film yang nanti penyelesaian dari film feature sepenuhnya akan di proses editing menggunakan software editing bernama Adobe Audition (untuk keperluan rekaman narasi dan mengatur vibra sound) dan Adobe Premiere Pro CS 6 (untuk menyambung dan mensingkronkan mentahan film). Yang terakhir, setelah film ini selesai proses editing akan dicapture di dalam CD DVD menggunakan software NERO Burning Room. Hasil visualisasi dari perancangan berupa film bergenre feature. Unsur take a shot yang terdapat dalam film tersebut berdasarkan atas ketentuan dari ilmu sinematografi dan videografi oleh Bambang Semedhi. Visualisasi dari film feature ini awalnya akan menampilkan suasana kampoeng wisata keramik Dinoyo yang berada di sekitar jalan M.T Haryono dari gang 9 – 11. Kemudian menampilkan kemegahan bangunan pabrik keramik Dinoyo yang sudah lama berhenti beroperasi. Dilihat dari sudut pandang luar halaman, tanda nama “Pabrik Keramik Dinoyo Malang” hingga suasana dalam pabrik serta cerobong asap yang menjadi ciri khas dari pabrik tersebut. Selanjutnya terdapat adegan wawancara dengan ketua paguyuban keramik Dinoyo bernama Bpk. Syamsul Arifin mengenai seluk beluk dan sejarah tentang Dinoyo hingga Dinoyo dikenal oleh masyarakat dengan sebutan “kampoeng wisata keramik”. Setelah itu terdapat adegan visualisasi dari film itu yang berbicara tentang proses pembuatan kerajinan keramik dari awal hingga akhir finishing. Untuk mendapatkan data yang akurat mengenai proses pembuatannya, di dalam film feature “DINOYO HERITAGE” juga menampilkan adegan saat wawancara dengan salah satu pengerajin keramik yang bernama Bpk.Kolidjin. PENUTUP Kesimpulan Dalam proses perancangan film bertemakan feature ini sangat menantang sekali dan tidak mudah, karena sumber data yang kita peroleh harus benar – benar didapat dari narasumbernya langsung dan sumber informasi yang didapat bukannya fiktif tetapi nyata apa adanya. Butuh waktu lama untuk melakukan riset dan pengumpulan data, butuh waktu lama juga untuk survey lokasi demi mendapat data. Pada saat proses produksi dibutuhkan kurang lebih waktu hingga 2 minggu untuk pengambilan shot mentahnya, dan perlu waktu berhari – hari untuk membuat janji dengan narasumber untuk kebutuhan wawancara. Karena di dalam film feature pasti ada adegan wawancara dengan nara sumber, hal ini berfungsi sebagai penambah data yang diambil di tema yang diangkat. Setelah semua proses shot mentahnya selesai, proses selanjutnya adalah menggabungkan semua video dan review gambar yang sekiranya tidak diperlukan untuk mendukung sebuah adegan di dalam film nantinya. Saat proses editing, perancang menggunakan software yang sudah terkenal di kalangan editor video. Proses editing juga membutuhkan waktu lama berjam – jam bahkan berhari – hari untuk menemukan kecocokan dari adegan satu ke adegan lain. Setelah proses editing selesai, proses selanjutnya adalah proses rekaman untuk

narasi. Film feature selain menunjukkan gambar, film tersebut juga membutuhkan narasi. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka saran atau rekomendasi yang diajukan dirumuskan sebagai berikut. Butuh waktu lama untuk melakukan riset dan pengumpulan data, butuh waktu lama juga untuk survey lokasi demi mendapat data. Pada saat proses produksi dibutuhkan kurang lebih waktu hingga 2 minggu untuk pengambilan shot mentahnya, dan perlu waktu berhari – hari untuk membuat janji dengan narasumber untuk kebutuhan wawancara. Jadi apabila ingin membuat perancangan film feature perlu pemikiran secara matang tentang waktu. DAFTAR RUJUKAN Semedhi, Bambang. 2011. Sinematografi dan Videografi Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia. Wibowo, Fred. 1997. Dasar Dasar Teknik Produksi Program Televisi (Cetakan Pertama). Jakarta: Grasindo. Wibowo, Fred. 2007. Teknik Produksi Program Televisi (Cetakan Kedua). Yogyakarta: Pinus Book Publisher.