PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL SANTRIWATI ANTARA

Download perilaku prososial santriwati antara pesantren modern dan tradisional”. ..... Kemudian ditemukan pula dalam jurnal internasional tidak ada ...

0 downloads 547 Views 4MB Size
PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL SANTRIWATI ANTARA PESANTREN MODERN DAN TRADISIONAL

SKRIPSI

Oleh : Debrina Rosset NIM : 201210230311090

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016

i

ii

iii

iv

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta pertolongannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan perilaku prososial santriwati antara pesantren modern dan tradisional”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademis untuk menyelesaikan program srata satu (S-1) Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Selama proses pembuatan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, dukungan serta petunjuk yang membuat penulis bias bertahan untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasi kepada yang bersangkutan : 1. Ibu Dra. Tri Dayakisni, M.Si., selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang 2. Ibu Hudaniah, S.Psi., M.Si dan Ibu Diana Savitri Hidayati, S.Psi., M.Psi selaku Pembimbing 1 dan Pembimbing II yang telah banyak dan tidak bosan meluangkan waktu, fikiran serta masukan dalam penyampaian mengenai skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 3. Bapak Mohammad Shohib, S.Psi., M.si., selaku dosen wali penulis, yang telah menjadi dosen wali selama 4 tahun dan selalu tidak bosan-bosannya memberikan motivasi dan nasihat serta semangat mulai dari awal masuk kuliah sampai pada akhirnya melaksanakan skripsi ini. 4. Ibu Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si., selaku ketua program Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang 5. Dosen-dosen, staf pengajar, serta para karyawan di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang tidak bias penulis sebutkan satu persatu 6. Ibu dan Bapak yang selalu memberikan semangat, doa yang tiada henti, serta tidak bosan mendengarkan keluh kesah anaknya demi kesuksesan dalam menjalankan skripsi ini. 7. Kakak dan adikku, Monick roseta, S.Kh dan Annisa Zelitha yang setia menunggu dan selalu mendoakan kelancaran skripsi adik dan kakak mu ini. 8. Teman-teman kontrakan ngelo Chaera, Jebronk, Resyonk, Pink, Hilda dan Nuri yang telah menjadi teman-teman bercerita, teman berbagi rasa, yang terkadang mengesalkan namun mengasyikkan dan terkenang dihati. 9. Tim solid sekaligus sahabat dan teman seperjuangan Rahmah Maulida dan Dinda Oktariani yang selalu setia menemani saya dalam mengerjakan skripsi serta menemani saya dalam melakukan survey lokasi 10. Bayu agung Nugroho selaku kakak ipar serta Pak Kusnasir selaku pakde saya yang diakhir juga telah membantu mencari lokasi untuk melakukan penelitian ini. 11. Mochammad gede pratama dan Hendra Nurrokhmad, teman seangkatan namun berbeda jurusan, karena mereka telah membantu memperbaiki laptop saya ketika rusak selama pengerjaan skripsi ini tanpa mau dibayar. 12. Ponpes Ar-rohmah dan Ponpes Nurul huda yang telah mengizinkan saya untuk menyebarkan skala penelitian skripsi saya.

iii

Semoga Allah memberikan balasan dan pahala yang berlimpah atas semua kebaikan, doa serta motivasi yang telah diberikan. Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi ini masih banyak kekurangan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri maupun pembaca.

Malang, 24 Mei 2016 Penulis

Debrina Rosset

iv

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ........................................................................................................ Surat Pernyataan ............................................................................................................. Kata Pengantar ................................................................................................................ Daftar Isi ......................................................................................................................... Daftar Tabel ................................................................................................................... Daftar Lampiran ............................................................................................................. ABSTRAK ...................................................................................................................... PENDAHULUAN .......................................................................................................... LANDASAN TEORI ...................................................................................................... Pondok Pesantren .................................................................................................. Syarat-Syarat Pesantren ......................................................................................... Ciri-Ciri Pendidikan Pesantren ............................................................................. Tujuan Pendidikan Pesantren ................................................................................ Macam-Macam Pesantren .................................................................................... Ciri Khas Pesantren Tradisional ........................................................................... Ciri Khas Pesantren Modern ................................................................................ Perilaku Prososial .................................................................................................. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Prososial ......................................... Aspek-Aspek Perilaku Prososial ........................................................................... Alasan-Alasan Orang Tidak Mau Menolong ....................................................... Hipotesa 1 .............................................................................................................. Hipotesa 2 .............................................................................................................. METODE PENELITIAN................................................................................................ Rancangan Penelitian ............................................................................................ Subjek Penelitian ................................................................................................... Variabel dan Instrumen Penelitian ........................................................................ Prosedur dan Analisa Data Penelitian .................................................................. HASIL PENELITIAN .................................................................................................... DISKUSI ........................................................................................................................ SIMPULAN DAN IMPLIKASI .................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................

v

i ii iii v vi vii 1 2 5 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 11 11 11 11 11 11 12 13 15 18 19

DAFTAR TABEL Tabel 1. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian Tabel 2. Indikator Item Skala Perilaku Prososial Tabel 3. Skor penelitian untuk pernyataan positif dan negatif Tabel 4. Deskripsi Subjek Penelitian Tabel 5. Jumlah Kategorisasi Responden Pada Masing-Masing Pesantren Tabel 6. Test Of Normality Tabel 7. Group Statistic Tabel 8. Independent samples t test

vi

12 13 13 13 14 14 14 15

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14.

Skala Perilaku Prososial Blue Print Skala Perilaku Prososial Hasil Try Out Nama Responden dan hasil Try Out Tabel Item valid dan gugur Hasil Penelitian Uji Kenormalan Data Uji Homogenitas Uji Independent Sample t test Uji Kategorisasi Identitas Responden Pesantren Modern Identitas Responden Pesantren Tradisional Surat Pemberian Ijin Dari Pesantren Modern Surat Pemberian Ijin Dari Pesantren Tradisional

vii

23 26 28 32 33 33 33 33 34 34 35 37 39 40

PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL SANTRIWATI ANTARA PESANTREN MODERN DAN TRADISIONAL Debrina Rosset Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang [email protected] Telah dijumpai didalam pesantren santriwati adanya masalah pada perilaku prososialnya seperti suka mengambil barang temannya tanpa ijin, menyontek serta tidak peduli terhadap keadaan temannya yang sedang sakit dan sebagainya. Definisi dari perilaku prososial itu sendiri merupakan suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan mungkin bahkan melibatkan suatu risiko bagi orang yang menolong. Pesantren sendiri terdapat 2 jenisnya, yaitu pesantren modern dan pesantren tradisional. Kurikulum serta aktifitas yang membedakan kedua jenis pesantren tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui perbedaan perilaku prososial santriwati pesantren modern dan tradisional. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif kausal komparatif. Teknik pengambilan sample yang digunakan menggunakan purposive sampling. Subjek penelitian ini merupakan santriwati dari pesantren modern yang berjumlah 50 subjek dan santriwati pesantren tradisional yang berjumlah 50 subjek. Data penelitian ini menggunakan skala perilaku prososial. Analisa data menggunakan uji-t (t-test). Berdasarkan penelitian ini telah diketahui bahwa perilaku prososial pesantren modern mendapatkan nilai lebih tinggi dibandingkan dengan pesantren modern, dengan jumlah mean pada pesantren modern sebesar 73.22 dan jumlah mean pada pesantren tradisional sebesar 68.84 dengan taraf signifikansi 5%. Kata Kunci: Perilaku Prososial, Pesantren Modern, Pesantren Tradisional Has been found in the islamic boarding school for girls problem with the behavior of such prososialnya likes to take his stuff without permission, cheat and do not care about the state of his friend who was sick, and so on. Definition of prosocial behavior is it self a beneficial action to help other people without having to provide a direct benefit to the person who performed the action, and may even involve some risk for those who helped. There are two kinds of islamic boarding school, namely are the modern islamic boarding School and traditional islamic boarding school. Curriculum and activities that differentiate the two types of that islamic boarding School. So the purpose of this study was to determine differences in prosocial behavior the children of modern islamic boarding school and traditional boarding school. This research is a quantitative causal comparative. Techniques to take the samples using purposive sampling. This research subject is the female students of modern islamic boarding school totaling 50 subjects and female students of traditional boarding schools totaling 50 subjects. This research data using a scale of prosocial behavior. The analyzed for this data using t-test (t-test). Based on this study has been known that the prosocial behavior of modern islamic Boarding School scored higher than traditional islamic boarding school, with a scores mean in modern islamic boarding School at 73.22 and scores mean on a Traditional Islamic Boarding School at 68.84 with a significance level of 5%. Keywords: prosocial behavior, modern islamic Boarding School, Traditional Islamic Boarding School

1

Di zaman modern ini pondok pesantren sudah mulai banyak didirikan di Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa pendidikan agama Islam telah berkembang dan menyebarluas hampir di seluruh Indonesia. Namun untuk mencetak karakter santri atau santriwati berbudi pekerti dan bermoral, tergantung bagaimana santri atau santriwati itu sendiri dalam menanamkan perilaku atau moral yang baik di dalam dirinya yang telah ia dapatkan dari kyainya, serta bagaimana pendidiknya atau pengasuh santri itu tersebut dalam mengayomi santri-santri tersebut. Pesantren itu sendiri memiliki definisi sebagai lembaga tradisional Islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari (Mastuhu, 1994). Sehingga dari definisi pesantren itu sendiri terlihat tujuannya yang mengharapkan agar alumni pesantren mampu menjadi seorang yang berperilaku baik atau memiliki moral yang baik yang tidak hanya memahaminya saja, namun juga di praktekkan di kehidupan sehari-harinya, yang nantinya akan bermanfaat untuk orang lain maupun dirinya sendiri. Karena berbuat baik itu sendiri walaupun kita tidak mendapatkan apa-apa secara langsung, atau bahkan mendapatkan kerugian namun hal tersebut akan berbuah manis pada diri kita sendiri walaupun tidak di dunia, tapi di akhirat kita akan mendapatkan balasan dari perbuatan kita. Pondok pesantren ini pun sudah hampir meluas di Indonesia. Pesantren kini memiliki dua macam sebutan, ada di namakan pesantren modern dan ada pesantren tradisional, walaupun macamnya berbeda namun tujuan dari kedua model pesantren ini sama, hanya aktivitas dan kegiatannya saja yang agak berbeda. Tujuan diadakannya pendidikan pesantren ini pun berbagai macam seperti halnya untuk menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, seperti tolong menolong kepada sesama, tidak menghina orang lain saling menghargai orang lain, bermanfaat bagi masyarakat, sebagai pelayan masyarakat, mandiri, bebas dan teguh dalam kepribadiannya, menyebarkan atau menegakkan agama Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat, dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia (M.Sulthon, 2005). Jika para santri yang ada di pesantren modern maupun tradisional dapat mengaplikasikan perilaku prososial dalam kegiatan sehari-harinya maka hal ini akan berguna untuk kehidupan bangsa Indonesia yang lebih religi dan bermoral serta berjalannya tujuan pendidikan pesantren seperti yang diharapkan, seperti salah satunya pengembangan kepribadian muslim yang suka tolong menolong kepada sesama (M.Sulthon, 2005). Definisi perilaku prososial itu sendiri merupakan perilaku yang mempunyai akibat yang positif bagi yang di tolong begitu juga terkadang si penolong mendapatkan konsekuensi yang positif, yang berupa pemberian bantuan pada orang lain baik secara fisik maupun psikologis, seperti senang membantu, keterlibatan dengan orang lain, kerjasama, persahabatan, menolong, memperhatikan orang lain dan kedermawanan (Wrightman dan Deaux,1981). Seperti contoh perilaku sederhana sederhana memperhatikan orang lain pun dapat dikatakan perilaku prososial, seperti halnya dalam dunia pendidikan salah satunya pesantren, kerjasama dalam membantu teman yang tidak memahami pelajaran dapat dikatakan perilaku prososial. Sehingga perilaku prososial ini sendiri dapat memberikan keuntungan untuk orang lain, meskipun bagi si penolong terkadang tidak mendapatkan keuntungan sama sekali, yang mana disebutkan juga bahwa perilaku prososial merupakan perilaku yang menguntungkan orang lain yang di lakukan secara sukarela dan tanpa menguntungkan yang nyata bagi orang yang memberikan pertolongan tersebut. ( Baron dan Byrne, 1994). Terdapat beberapa macam hal yang mempengaruhi perilaku prososial yang ditemukan di dalam beberapa jurnal internasional seperti perbedaan budaya mempengaruhi perilaku prososial dan dikatakan bahwa orang-orang yang berada didesa lebih tinggi perilaku prososial dibandingkan dengan mereka yang berada di kota 2

Olukayode (2014). Kemudian ditemukan pula dalam jurnal internasional tidak ada perbedaan antara perilaku prososial antara perempuan dan laki-laki, karena hal yang mempengaruhi perilaku prososial berbeda dari situasi kesituasi Farha (2013). Adapun ciri-ciri pondok pesantren membedakan dengan lembaga pendidikan yang lainnya. Seperti, adanya hubungan yang akrab antara santri dan kyai, mematuhi kyai, karena menurut para santri itu sendiri menentang kyai selain dianggap tidak sopan, hal tersebut bertentangan dengan ajaran islam, hidup hemat dan sederhana pun ditanamkan di pesantren, semangat menolong diri sendiri juga sangat terasa di antara kalangan santri di pesantren, kemudian perilaku prososial ditanamkan di pesantren juga seperti tolong menolong dan jiwa persaudaraan yang erat, karena pesantren ini sudah terbiasa hidup bersama-sama dengan temannya, susah senang bersama teman-temannya sehingga memungkinkan para santrinya memiliki rasa kasih sayang kepada teman-temannya seperti saudara sendiri, kedisiplinan juga sangat ditekankan di pesantren, berani menderita untuk mendapatkan suatu tujuan serta mendapatkan kehidupan agama yang baik ( Mukti,1987). Dilihat dari beberapa pola umum pendidikan pondok pesantren , maka pondok pesantren tersebut memiliki perilaku yang seharusnya sudah terbentuk dalam tolong menolong dalam suasana persaudaraan seperti dalam pengertian perilaku prososial itu sendiri yang merupakan tindakan sukarela yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun atau perasaan telah melakukan kebaikan ( David O.Sears. dkk 1991). Dalam hal ini yang dikatakan menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan juga masuk dalam keikhlasan yang ditanamkan didalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga berkaitan dengan tujuan khusus dari pesantren itu sendiri yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang yang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kiai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat. Namun dalam hal ini ditemukan permasalahan pada perilaku prososial santriwati seperti adanya santriwati yang suka berbuat curang seperti menyontek saat ujian, memakai sandal temannya tanpa ijin sehingga membuat temannya harus membeli sandal baru dan juga memakai seragam temannya yang di ambil jemuran saat ada acara kumpul tiba-tiba, adanya rasa tidak ingin bekerjasama saat bersihbersih lingkungan dan juga rasa tidak peduli terhadap temannya yang sedang sakit dan tidak mau berbagi makanan saat temannya sedang lapar. Pesantren sendiri terdapat dua jenisnya yaitu pesantren modern dan tradisional (Wardi dkk,1990). Adapun hal-hal yang membedakan antara pesantren modern dan tradisional. Pada pesantren modern Ilmu umum dan agama sama-sama dipelajari, lebih disiplin dan lebih agresif, pendaftaran dengan sistem seleksi sehingga tidak semua calon santri diterima, biaya masuk umumnya lebih tinggi dari pesantren tradisional, ada daftar ulang setiap tahun layaknya sistem administrasi di sekolah, kemampuan pelajaran umum karena memiliki sekolah formal di bawah kurikulum Diknas dan/atau Kemenag, memiliki berbagai keterampilan karena banyaknya kegiatan ektrakulikuler metode pembelajaran yang seperti sekolah formal. Sedangkan pada pesantren tradisional metode belajar mengajar terbagi menjadi dua yaitu metode sorogan wetonan dan metode klasikal, menguasai kitab kuning, Biaya masuk pesantren salaf umumnya jauh lebih murah dan tidak ada daftar ulang setiap tahunnya (Mastuhu 1994) Adapun fenomena yang yang terjadi dalam hasil wawancara kepada alumni pesantren modern dan tradisional dan pengalaman dari kehidupan yang ada di pesantren yang memunculkan perilaku prososial dilihat dari kegiatan atau aktifitas sehari-hari mereka. Terlihat pada 3

pesantren tradisional dikatakan bahwa aktivitas sehari-hari yang dilakukan adalah seperti mengaji, hapalan dan tidak ada kegiatan ekstra kuliker didalamnya, mereka lebih berfokus pada pelajaran kitab kuning yang diberikan. Jadi ketika sedang menghapal, para santri itu saling membantu mendengarkan atau memberikan cara termudah dalam menghapal setiap surat dalam al qur’an atau pelajaran. Cara santri pesantren tradisional belajar adalah dengan metode sorogan atau wetonan, yang mana metode sorogan ini adalah cara belajar yang mana setiap santri akan belajar berhadapan dengan kyainya satu persatu dengan membawa kitab kuning agar santri lebih memahami pelajaran tersebut dan juga tujuannya adalah agar kyai tersebut memahami bagaimana cara belajar santri tersebut. Sedangkan wetonan ini sendiri cara belajar santri dengan cara menjelaskan apa yang mereka ketahui dalam pelajaran tersebut kepada kyai dengan menjelaskan secara individu. Kegiatan gotong royong seperti bersihbersih lingkungan juga dilakukan oleh pesantren tradisional ini yang menimbulkan perilaku prososial. Pada pesantren modern, aktivitas yang dilakukan oleh mereka sehari-harinya tidak hanya belajar mengaji, hapalan ataupun kitab kuning. Mereka juga sering belajar secara berkelompok. Para santri ini ini juga mendapatkan kegiatan ektrakulikuler, yang mana kegiatan tersebut mengharuskan para santri mengikutinya, seperti kegiatan pramuka, perkemahan kamis jumat dan juga adanya pentas seni serta kegiatan cerdas cermat. Sehingga dalam hal ini para santri mau tidak mau mengeluarkan pertolongan atau bantuan serta saling bekerja sama dalam hal membuat background panggung pentas seni, karena background panggung untuk acara pentas seni tersebut sangat besar dan tersusun dari beberapa papan untuk di lukis menjadi sebuah panggung, kemudian ketika membuat pioneering untuk pramuka, sehingga dalam kegiatan semacam itu sangat dibutuhkan kerja sama dalam membuat hal hal tersebut seperti yang sudah disebutkan yaitu background, pioneering, hal ini seperti yang ditemukan didalam jurnal internasional yang mengatakan bahwa membentuk sebuah kelompok dan bagaimana interaksi dengan kelompok dapat mempengaruhi perilaku prososial seseorang (Bruno and Stephan, 2003). Kegiatan gotong royong juga sering dilakukan dipesantren modern. Dilihat dari model pembelajarannya, pesantren modern hampir mirip dengan sekolah umum pada biasanya yang memiliki kegiatan ektrakulikuler, namun disini jelas berbeda karena peraturan yang ketat dan disiplin, Karena di dalam pesantren segala kegiatan harus di ikutsertakan oleh setiap santriwati, jika tidak maka santriwati tersebut akan mendapatkan hukuman. Oleh sebab itu maka di pesantren modern semua santriwati mau tidak mau sering melakukan perilaku prososial, yang mana pada akhirnya kewajiban tersebut menjadi sebuah kebiasaan dalam sehari-hari. Jika dilihat dari aktivitas atau kegiatan sehari-harinya maka, terlihat bahwa pesantren modern lebih banyak menunjukkan perilaku prososial mereka dibandingkan dengan pesantren tradisional. ditemukan bahwa terdapat perilaku prososial pada siswa pondok pesantren modern X dalam membantu teman-temannya saat salah satu temannya tidak memahami pelajaran yang di jelaskan oleh guru mereka, salah satunya saat menolong teman terutama saat sedang mengalami kesulitan saat pembelajaran sosiologi berlangsung, hampir semua siswa berupaya untuk saling membantu saat mengalami kesulitan tersebut, para santri pun tidak pernah mengganggu teman-teman yang lainnya saat pelajaran sedang berlangsung. Beberapa fenomena yang ditemukan dalam tahun 2015 ini memperlihatkan terdapat beberapa kepedulian yang lebih banyak ditunjukkan oleh pesantren modern dalam membantu di setiap kejadian atau peristiwa yang mebutuhkan kepedulian atau pertolongan manusia. Seperti pada 4

tanggal 25 Oktober pondok pesantren modern Hidayatul Mubtadi’in ini menggelar pengajian umum dan santunan anak yatim piatu dalam rangka 10 Muharram 1437 H (www.radarpekalongan.com). Kemudian juga pada 12 Maret Pesantren Terpadu Ruhul Islam Anak Bangsa (RIAB) Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar, yang mana dikatakan bahwa pesantren ini termasuk pesantren modern yang ada di Provinsi Aceh menggelar doa bersama mengenang empat tahun bencana tsunami yang terjadi di Jepang. Sebagai tanda balas budi yang telah banyak bantuan yang diberikan oleh jepang saat tragedi tsunami di Aceh terjadi tahun 2004 silam (Antara News). Pada tanggal 15 September, Salat gaib dilakukan oleh para santri pondok pesantren modern Hidayatul Mubtadiin untuk mendoakan jemaah korban tragedi ambruknya crane (Liputan6.com). Pada tanggal 22 oktober, Dalam rangka peringatan Hari Santri Nasional (HSN), puluhan santri Pondok Pesantren modern Al-Hidayah menggelar doa bersama untuk pasien yang sedang dirawat di Rumah Sakit Islam (RSI) Purwokerto (Suaramerdeka.com). Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan bahwa yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan perilaku prososial antara santriwati pesantren modern dan tradisional, apakah perilaku prososial santriwati pesantren modern lebih tinggi dibanding pesantren tradisional? Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui perbedaan perilaku prososial santriwati antara pesantren modern dan tradisional. Manfaat penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai perbedaan perilaku prososial di pesantren modern dan tradisional sehingga dapat mengembangkan teori di bidang psikologi seperti psikologi sosial, psikologi belajar dan psikologi perkembangan.

Pondok Pesantren Menurut Mastuhu (1994) pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku seharihari, karena di harapkan alumni pesantren tidak hanya memahami sebagai teorinya saja namun dapat di praktekkan di dalam kehidupan sehari-harinya, karena hal tersebut akan bermanfaat untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Syarat-Syarat Pesantren Menurut Ahmad (2012) disebut pesantren bila memenuhi 5 syarat meliputi: 1. Kyai pesantren, seperti halnya mencangkup seorang yang dipantaskan untuk menjadi kyai di pesantren tersebut untuk zaman sekarang dan nantinya 2. Ada pondok, sebuah tempat pendidikan tidak dapat disebut sebuah pesantren jika tidak ada pondoknya, hal tersebut mencangkup syarat-syarat fisik dan non fisik, pembiayaan, tempat dan lain-lain 3. Ada masjid, di dalam pesantren tujuan utamnya adalah untuk mendidik para santrinya agar lebih religi. Sehingga masjid jelas ada di dalamnya, masjid sendiri sama cakupannya dengan pondok, 4. Ada santri, untuk menjadi santri pun tidak hanya membawa nama santri namun perlakuannya juga di lihat, hal tersebut melingkupi masalah syarat, fisik, dan tugas santri. 5. Ada pengajaran membaca kitab kuning, bila di luaskan akan mencangkup kurikulum pesantren dalam arti luas.

5

Ciri-ciri Pendidikan Pesantren Ciri utama pendidikan pesantren (Mastuhu 1994), yaitu : 1. Memiliki kebijaksanaan menurut ajaran islam. Anak didik dibantu agar mampu memahami makna hidup, keberadaan, peranan, serta tanggung jawabnya dalam kehidupan di masyarakat. Tidak hanya semaunya saja dalam melakukan peranan dalam kehidupannya namun harus memahami tata aturan dalammenjalankan segala sesuatunya menurut ajaran agama islam. 2. Memiliki kebebasan yang terpimpin. Setiap manusia memiliki kebebasan, tapi kebebasan itu harus dibatasi karena kebebasan memiliki makna yang berarti dan terstruktur bukan kebebasan yang tidak terkendali dan melebihi aturan dan semaunya. Jika kebebasan itu sendiri melebihi batas sewajarnya maka akan berdampak pada kerusakan yang ada. 3. Berkemampuan mengatur diri sendiri. Di pesantren, santri mengatur sendiri kehidupannya menuruti batasan yang diajarkan agama. Karena tidak adanya orang tua yang menemani, maka mau tidak mau santri akan belajar dan terbiasa mengatur dirinya sendiri, mulai dari mengatur emosi, waktu dan keuangan yang ada. 4. Memiliki rasa kebersamaan yang tinggi. Dalam pesantren berlaku prinsip jika dalam hal kewajiban, individu harus menunaikan kewajiban lebih dahulu, sedangkan dalam hal hak, individu harus mendahulukan kepentingan orang lain sebelum kepentingan diri sendiri. Karena ketika santri tersebut lebih mementingkan hak lebih dulu dari pada kepentingan temannya maka santri tersebut kurang memiliki banyak teman yang menyukainya dan akan merasa tidak betah berada di dalam pesantren tersebut. Maka kebersamaan di dalam kehidupan akan berjalan secara damai. 5. Menghormati orang tua dan guru. Menghormati orang tua memang sudah jelas kewajiban dalam agama islam, karena ada hadist pun yang mengatakan bahwa ridho Allah tergantung pada ridho orang tua, sedangkan guru pun juga sama, guru adalah orang yang kita patuhi setelah orang tua kita, karena dalam islam guru merupakan orangtua kita yang ada dii sekolah. 6. Cinta kepada ilmu. Banyak hadits yang mengajarkan pentingnya menuntut ilmu dan menjaganya. Karena itu orang- orang pesantren cenderung memandang ilmu sebagai sesuatu yang suci dan tinggi, dan Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu, ada mahfudzot yang mengatakan tuntutlah ilmu walau ke negeri china. Sehingga sangat dianjurkan untuk para santri rajin dalam tidak boleh bermalas-malasan dalam menuntut ilmu, karena mala situ sendiri merupakan temannya setan, dan setan itu sangat nyata. 7. Mandiri. Sejak awal santri telah dilatih untuk mandiri. Karena hidup mereka telah jauh dari orang tua, maka mau tidak mau mereka akan belajar hidup mandiri dalam mengurus aktifitas mereka. Mereka kebanyakan memasak sendiri, mengatur uang belanja sendiri, mencuci pakaiannya sendiri, membersihkan kamar pondoknya sendiri dan lain- lain. 8. Kesederhanaan. Kesederhanaan itu sesungguhnya merupakan realisasi ajaran islam yang pada umumnya diajarkan oleh para shufi. Hidup dengan sederhana akan mengajarkan kita selalu bersyukur, karena apapun yang berlebih-lebihan tidak di perbolehkan dalam islam. Hidup cara shufi memang merupakan suatu yang khas pesantren umumnya. Tujuan Pendidikan Pesantren Tujuan diadakannya pendidikan pesantren; a)untuk menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, b)berakhlak mulia, seperti tolong menolong kepada sesama, tidak menghina orang lain saling 6

menghargai orang lain, c) bermanfaat bagi masyarakat,c) sebagai pelayan masyarakat, d) mandiri, e) bebas dan teguh dalam kepribadiannya, f) menyebarkan atau menegakkan agama islam dan kejayaan umat islam di tengah-tengah masyarakat, g) dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia (M.Sulthon, 2005). Macam-Macam Pesantren Dilihat dari sudut pengetahuan yang diajarkan, pesantren dapat digolongkan menjadi dua macam (Wardi dkk,1990) : 1. Pesantren Tradisional (salafi) yaitu pesantren yang mengajarkan kitab-kitab klasik, seperti kita nahwu, sorf, balaghoh dan lain sebagainya.Sistem madrasah diterapkan untuk mempermudah tehnik pengajaran sebagai pengganti sorogan. Pada pesantren ini tidak diajarkan pengetahuan umum. 2. Pesantren Modern (khalafi) yang selain memberikan pengajaran kitab islam klasik juga membuka sistem sekolah umum di lingkungan dan di bawah tanggung jawab pesantren, sehingga kegiatan pesantren modern tidak hanya berfokus pada pelajaran agama saja. Ciri Khas Pesantren Tradisional Adapun berbagai ciri khas yang ada di pesantren tradisional (Mastuhu 1994) 1. Metode Belajar Mengajar Metode belajar mengajar di pesantren tradisional terbagi menjadi dua yaitu metode sorogan wetonan dan metode klasikal. Metode sorogan adalah sistem belajar mengajar di mana santri membaca kitab yang dikaji di depan ustadz atau kyai. Sedangkan sistem weton adalah kyai membaca kitab yang dikaji sedang santri menyimak, mendengarkan dan memberi makna pada kitab tersebut. Metode sorogan dan wethonan merupakan metode klasik dan paling tradisional yang ada sejak pertama kali lembaga pesantren didirikan dan masih tetap eksis dan dipakai sampai saat ini. Adapun metode klasikal adalah metode sistem kelas yang tidak berbeda dengan sistem modern. Hanya saja bidang studi yang diajarkan adalah keilmuan agama. 2. Ciri Khas Kultural dan Administratif Ciri khas kultural yang terdapat dalam pesantren tradisional yang tidak terdapat dalam pondok modern antara lain; a) Santri lebih hormat dan santun kepada kyai, guru dan seniornya, b) Santri senior tidak melakukan tindak kekerasan pada yuniornya. Hukuman atau sanksi yang dilakukan biasanya bersifat non-fisikal seperti dihukum mengaji atau menyapu atau mengepel, dll, c) Berafiliasi kultural ke Nahdlatul Ulama (NU) dengan ciri khas seperti fikih bermadzhab Syafi’i, akidah tauhid Asy’ariyah Maturidiyah, tarawih 20 rakaat plus 3 rokaat witir pada bulan Ramadan, baca qunut pada shalat Subuh, membaca tahlil pada tiap malam Jum’at, peringatan Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, d) Sistem penerimaan tanpa seleksi. Setiap santriwati yang masuk langsung diterima. Sedangkan penempatan kelas sesuai dengan kemampuan dasar ilmu agama yang dimiliki sebelumnya, e) Biaya masuk pesantren salaf umumnya jauh lebih murah dan tidak ada daftar ulang setiap tahunnya, f) Infrastruktur lebih sederhana. 3. Ciri Khas Kualitas Keilmuan Santriwati pesantren tradisional memiliki kualitas keilmuan yang berbeda dengan santriwati pondok modern antara lain sebagai berikut; a) Menguasai kitab kuning atau 7

literatur klasik Islam dalam bahasa Arab dalam berbagai disiplin ilmu agama, b) Menguasai ilmu gramatika bahasa Arab atau Nahwu, Sharaf, balaghah (maany, bayan, badi’), dan mantiq secara mendalam karena ilmu-ilmu tersebut dipelajari serius dan menempati porsi cukup besar dalam kurikulum pesantren salaf di samping fikih madzhab Syafi’i, c) Dalam memahami kitab bahasa Arab santriwati salaf memakai sistem makna gandul dan makna terjemahan bebas sekaligus. Ciri Khas Pesantren Modern Adapun berbagai ciri khas yang ada di pesantren modern (Mastuhu 1994) 1. Metode Belajar Mengajar Metode belajar pesantren modern yakni; a) Umumnya memakai sitem klasikal, b) Ilmu umum dan agama sama-sama dipelajari, c) Penekanan pada bahasa asing Arab dan Inggris percakapan, d) Pembelajaran kitab kuning tanpa penekanan, e) Sebagian memakai kurikulum sendiri seperti Gontor. Sedangkan sebagian yang lain memakai kurikulum pemerintah. 2. Ciri Khas Kultural dan Administratif Santriwati pesantren modern memiliki kualitas keilmuan yang berbeda dengan santriwati pondok tradisional antara lain sebagai berikut; a) Lebih disiplin dan lebih agresif, b) Mirip dengan sistem militer, santriwati senior mendominasi. Kekerasan menjadi budaya dalam memberi sanksi pada santri yunior, c) Sopan santun juga sangat terlihat, d) Pendaftaran dengan sistem seleksi sehingga tidak semua calon santriwati diterima, e) Biaya masuk umumnya lebih tinggi dari pesantren trdisional, f) Ada daftar ulang setiap tahun layaknya sistem administrasi di sekolah, g) Secara finansial lebih tercukupi karena biaya relatif tinggi dibanding salaf. 3. Kualitas Keilmuan Santriwati pesantren modern memiliki kualitas keilmuan yang berbeda dengan santriwati pondok modern antara lain sebagai berikut, a) Pintar berbahasa Arab dan inggris dalam percakapan (b) Kemampuan pelajaran umum karena Memiliki sekolah formal di bawah kurikulum Diknas dan/atau Kemenag, c) Memiliki berbagai keterampilan karena banyaknya kegiatan ektrakulikuler.

Perilaku Prososial Tingkah laku prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan mungkin bahkan melibatkan suatu risiko bagi orang yang menolong. Baron&Byrne (1994). perilaku prososial adalah suatu tingkah laku yang mempunyai suatu akibat atau konsekuensi positif bagi patner interaksi, selain itu tingkah laku yang bisa di klasifikasikan sebagai tingkah laku sosial sangat beragam di mulai dari bentuk yang paling sederhana hingga yang paling luar biasa, dari hal yang sederhana misalnya seperti memberi perhatian kepada orang lain, dan yang paling berat seperti mengorbankan diri sendiri. (Pidada 1988)

8

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Prososial Menurut Sears dkk (1994) hal-hal yang mempengaruhi perilaku prososial adalah : 1. Karakteristik situasi meliputi a) kehadiran orang lain, terkadang kehadiran orang lain menghambat usaha untuk menolong, alasan yang pertama adalah penyebaran tanggung jawab yang timbul karena kehadiran orang lain. bila hanya satu orang yang menyaksikan korban yang mengalami kesulitan, maka orang itu mempunyai tanggung jawab penuh untuk memberikan reaksi terhadap situasi tersebut dan akan menanggung rasa salah dan rasa sesal bila tidak bertindak. Terkadang orang lain tidak mau menolong jika mereka di lihat oleh orang lain, b) Sifat lingkungan ,dari beberapa penelitian salah satu sifat lingkungan seperti cuaca benar-benar menimbulkan perbedaan pemberian bantuan, meskipun para pakar psikologi masih memperdebatkan alasan yang tepat untuk efek ini. Misalnya seperti seeorang teman yang meminta tolong kepada temannya untuk menjemputnya di kantor, namun jika pada saat itu cuaca sedang panas, membuat orang tersebut keberatan untuk membantunya, c) Tekanan keterbatasan waktu, dari beberapa hasil penelitian memperlihatkan bahwa tekanan waktu menimbulkan dampak yang kuat terhadap pemberian bantuan, seperti ketika seseorang sedang kesakitan karena tersandung, maka orang-orang yang ada disekitar yang sedang lewat akan lebih banyak menolong ketika mereka sedang tidak terburu-buru. 2. Karakteristik penolong meliputi, a) Faktor kepribadian, antara kepribadian dan pemberian bantuan tergantung pada sifat tertentu yang dibahas pada jenis bantuan tertentu yang dibutuhkan, b) Suasana hati, Bila suasana hati yang buruk menyebabkan kita memusatkan perhatian pada diri kita sendiri, maka keadaan itu akan mengurangi kemungkinan untuk membantu orang lain, c) Rasa bersalah, Keadaan psikologis yang mempunyai relevansi khusus dengan perilaku prososial adalah rasa bersalah, perasaann gelisah yang timbul bila kita melakukan sesuatu yang kita anggap salah, d) Distress dan rasa empatik, yang dimaksud distress diri (personal distress) adalah reaksi pribadi kita terhadap penderitaan orang lain-perasaan terkejut, takut, cemas, perihatin, tidak berdaya, atau perasaan apa pun, yang kita alami. Sebaliknya yang dimaksud rasa atau sikap empatik (emphatic concern) adalah perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain, khususnya untuk berbagai pengalaman atau secara tidak langsung merasakan penderitaan orang lain. 3. Karakteristik orang yang membutuhkan pertolongan meliputi, a) Menolong orang yang kita sukai. Dalam beberapa situasi, mereka yang memiliki daya tarik fisik mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk menerima bantuan, karena seseorang yang menolong orang yang ia sukai biasanya disatu sisi ingin menerima pujian ataupun mendapatkan perilaku yang sama, atau di sukai juga, Perilaku prososial dipengaruhi oleh jenis hubungan antara orang , seperti yang terlihat jelas dalam pengalaman sehari-hari. Tidak peduli apakah karena rasa suka, kewajiban social , kepentingan diri atau empati, kita lebih suka meolong teman dekat dari pada orang asing, karena menolong orang yang lebih dekat kita tidak akan malu-malu atau canggung saat menolongnya, b) Menolong orang yang pantas ditolong, beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor sebab-akibat yang utama adalah pengendalian diri, kita lebih cenderung menolong seseorang bila kita yakin bahwa penyebab timbulnya masalah berada di luar kendali orang tersebut. Aspek-Aspek Perilaku Prososial Aspek-aspek perilaku prososial menurut Mussen dkk (1989) 1. Berbagi (Sharing) Berbagi yaitu kesediaan untuk berbagi perasaan dengan orang lain 9

2. Menolong (Helping) Menolong yaitu kesediaan untuk memberikan pertolongan atau bantuan kepada orang lain yang sedang membutuhkan baik berupa bantuan materiil ataupun moril. Menolong meliputi membantu orang lain atau menawarkan sesuatu yang menunjang keberlangsungan kegiatan orang lain 3. Kerjasama (Cooperating) Kerjasama adalah kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain demi tercapainya suatu tujuan. Kerjasama pada umumnya saling menguntungkan, saling memberi, saling menolong, dan menenangkan 4. Bertindak jujur (honesty) Bertindak jujur yaitu kesediaan untuk melakukan sesuatu seperti apa adanya, tidak berbuat curang terhadap orang lain. 5. Berderma (donating) Berderma yaitu kesediaan untuk memberikan secara sukarela sebagian barang miliknya kepada orang yang lebih membutuhkan. Alasan-Alasan Orang Tidak Mau Menolong Alasan-alasan orang tidak memberikan pertolongan kepada orang lain yang diungkapkan oleh Baron & Byrne (1994) mencangkup hal-hal berikut ini, a) pertolongan tidak diberikan karena kegagalan untuk memberi perhatian, b) pertolongan tidak diberikan karena menginterpretasi sebagai keadaan darurat, yang membuat niat si penolong terhambat, karena menurutnya tidak mampu jika ia sendiri yang menolongnya, c) pertolongan tidak diberikan karena adanya asumsi bahwa orang lain seharusnya melakukan sesuatu, d) pertolongan tidak diberikan karena tidak dimilikinya pengetahuan, keterampilan, dan atau pelatihan, tentu saja ketika seseorang ingin membantu orang yang sedang kesusahan misalnya seperti orang yang kerusakan air yang ada di rumahnya, namun orang si penolong ingin membantunya namun tidak memahami cara membenarkan saluran air, tentu saja hal tersebut membuatnya kebingungan dalam membantunya, e)pertolongan tidak diberikan karena ketakutan akan konsekuensi negative atau tidak cukup kuatnya motivasi positif yang ada seperti halnya berpikiran jika ia menolong orang tersebut justru ia yang akan mendapat musibah. Pada pengertian serta kurikulum yang diajarkan didalam pendidikan pesantren itu sendiri memiliki keterkaitan dengan perilaku prososial yang mana pesantren itu sendiri, mengajarkan kepada santri pentingnya moral dalam berprilaku sehari-hari Mastuhu (1994) dan juga salah satu tujuan pondok pesantren itu sendiri yaitu memiliki rasa kebersamaan yang tinggi Mastuhu (1994), sehingga dari hal tersebut berhubungan dengan perilaku prososial yang sangat penting untuk di praktekkan dalam kehidupan sehari-hari, yang nantinya akan berdampak positif atau menguntungkan untuk orang banyak, meskipun pada saat itu si penolong tidak mendapatkan keuntungan apa-apa tetapi dapat bermanfaat di kehidupan selanjutnya karena manusia itu sendiri merupakan makhluk social yang membutuhkan orang lain, sehingga perilaku prososial sangatlah penting di dalam kehidupan manusia itu sendiri maupun lainnya. Dilihat dari karakteristik serta hal-hal yang membedakan antara pesantren modern dan tradisional, maka dapat dilihat perilaku prososial yang dimunculkan pada pesantren modern adalah ketika adanya kegiatan belajar seperti kerja kelompok serta saat melakukan kegiatan gotong royong sedangkan pada perilaku prososial yang dimunculkan pada pesantren tradisional adalah dalam hal berbagi cerita kepada temannya serta saat mereka melakukan kegiatan bersih-bersih (Wardi dkk,1990) .

10

Hipotesa 1 Ada perbedaan perilaku prososial santri ditinjau dari pesantren tradisional dan modern. Hipotesa 2 Perilaku prososial santri pesantren modern lebih tinggi dibandingkan santri pesantren tradisional.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif kausal komparatif karena penelitian ini ingin membandingkan dan mencari hubungan sebab akibat, dengan menggunakan metode perhitungan statistik tertentu sehingga akan diketahui ada atau tidaknya perbandingan antara dua variabel yang diteliti Sugiyono (2010). Teknik analisis yang digunakan untuk uji hipotesis adalah independent sample t test dengan bantuan komputer sehingga akan diketahui ada atau tidaknya perbedaan antara dua variabel yang diteliti. Independen sample t test adalah uji komparatif atau uji beda untuk mengetahui adakah perbedaan mean atau rerata yang bermakna antara 2 kelompok bebas yang berskala data interval/rasio. Dua kelompok bebas yang dimaksud di sini adalah dua kelompok yang tidak berpasangan, artinya sumber data berasal dari subjek yang berbeda. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap dependen yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak. Subjek Penelitian Penelitian ini akan menyelidiki tentang perbedaan perilaku prososial antara pesantren modern dan tradisional. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling atau judgmental sampling yaitu cara penarikan sample yang dilakukan dengan memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik seperti jenis kelamin dan usia subjek yang dietapkan peneliti. Karena dalam penelitian ini peneliti mengambil subjek penelitian ini seorang santriwati yang berada di pesantren modern dan pesantren tradisional, yang mana untuk santriwati dari pesantren modern sebanyak 50 subjek dan santriwati pesantren tradisional 50 subjek sehingga keseluruhan berjumlah 100 subjek. Adapun karakteristik subjek penelitian adalah santriwati yang berusia 12-16 tahun. Varibel dan Instrumen Penelitian Penelitian ini terdapat dua variable yaitu variable bebas (X) dan variable terikat (Y). Variabel bebas (X) dalam penelitian yaitu santri pesantren modern dan tradisional dan variable terikatnya (Y) adalah perilaku prososial. Perilaku prososial adalah Segala perilaku yang memberikan dampak positif bagi si penerima baik dalam bentuk fisik, materi maupun psikologis, namun tidak menjamin dapat memberikan

11

dampak positif bagi si pemberi (pelaku) untuk mengukur seberapa besar perilaku prososial yang di berikan dapat dilihat dengan menggunakan skala prososial. Pesantren modern adalah pendidikan pesantren yang pendidikannnya tidak hanya berupa kitab kuning, seperti menghapal Al-quran atau mengaji saja, namun pelajaran umum juga di berikan. Aktivitas yang dilakukan pesantren ini berbagai macam, seperti kegiatan pentas seni, pramuka dan lain sebagainya. Sedangkan pesantren tradisional merupakan pesantren dengan pengajaran pendidikan yang berupa metode sorogan dan wetonan dan hanya mempelajari kitab kuning saja tanpa di campur aduk oleh pelajaran umum dan kegiatan lainnya. Pesantren modern dan tradisional yang akan di gunakan dalam penelitian ini yang berada di kota malang. Dengan mencari pesantren yang berisikan santriwati atau santri perempuan saja. Data yang diperoleh dari instrument penelitian ini menggunakan model pengukuran skala likert. Pengukuran ini dilakukan dengan mengumpulkan skor hasil skala yang diberikan kepada ke dua subjek penelitian dan yang nantinya akan di bandingkan diantara keduanya. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur perbedaan perilaku prososial dengan menggunakan skala prososial yang disesuaikan oleh aspek-aspek perilaku prososial yang di ungkapkan oleh mussen dkk tahun 1989, yang mana aspek-aspek tersebut terdiri dari 5 indikator yaitu, berbagi, menolong, kerjasama, berderma, jujur. Prosedur dan Analisa Data penelitian Prosedur penelitian diawali dengan menyusun instrumen penelitian berupa skala likert. Skala likert menurut Sugiyono (2010) digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial Skala yang dibuat merupakan skala perilaku prososial dengan menggunakan lima bentuk aspek perilaku prososial yang dikemukakan oleh Mussen dkk 1989. Setelah pembuatan skala ini selesai, maka selanjutnya peneliti melakukan uji try out yang dilaksanakan pada Februari 2016 - Maret 2016. Skala try out yang diberikan berjumlah 26 item ,dengan indikator berbagi berjumlah 5 item, indikator menolong berjumlah 4 item, indikator kerjasama berjumlah 5 item. indikator jujur 5 item dan indikator berderma 6 item. Jumlah subjek dalam melakukan try out ini berjumlah 60 subjek, 30 subjek santriwati pesantrem modern dan 30 subjek lainnya santriwati pesantren radisional. Dari hasil try out ini ditemukan 22 item dikatakan valid. Tabel 1. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian Alat ukur Skala Perilaku Prososial

Jumlah Item Jumlah Item Jumlah Item Diujikan Valid Gugur 26 22 4

Validitas

Reliabiitas

0,313-0,755

0,916

Item dikatakan valid karena nilai corrected item-total correlation > 0,30 dan instrumen dikatakan telah reliabel karena nilai cronbach alpha > 0,60 (Priyatno, 2012). Tahap selanjutnya peneliti melakukan penelitian pada 10-16 Maret 2016 dengan menyebarkan skala kepada 100 subjek kepada 50 santriwati pesantren modern dan 50 subjek santriwati pesantren tradisional. Setelah peneliti menyebarkan skala kepada 100 subjek, data yang diperoleh di input dan diolah dengan menggunakan program SPSS. Kemudian peneliti membandingkan hasil diantara keduanya. 12

Berikut merupakan indikator aspek perilaku prososial yang diungkapkan oleh Mussen dkk 1989 yang mana setiap item telah dinyatakan valid untuk dujikan dalam peneliitian Tabel 2. Indikator Item Skala Perilaku Prososial Indikator

Item Fav

Unfav

Jumlah

Berbagi (sharing)

2,3,5

1,4

5

Menolong (helping)

8,9

6,7

4

Kerjasama (cooperating)

11,13,14

10,12

5

Bertindak jujur (honesty)

16,17

15

3

Berderma (donating)

18,20,21

19,22

5

Tabel 3. Skor penelitian untuk pernyataan positif dan negative NO 1 2 3 4

Keterangan Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat setuju

Skor Positif 4 3 2 1

Skor Negatif 1 2 3 4

HASIL PENELITIAN Setelah penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu pesantren modern dan tradisional, diketahui hasil yang diperoleh dengan melihat beberapa table yang telah dibentuk seperti kriteria subjek yang telah mengisi angket prososial, tabel kenormalan data, tabel homogenitas serta tabel yang berisi hasil hipotesa yang telah di buat dengan menggunakan uji Independent sample t test. Tabel 4. Deskripsi Subjek Penelitian

Usia Jenis Kelamin Jumlah skor Rata rata skor

Kategori

Pesantren Modern

Pesantren Tradisional

Remaja Perempuan

13-15 tahun 50 orang 3661 73,22

13-16 tahun 50 orang 3442 68,84

Berdasarkan dalam Tabel 1 tersebut, terlihat bahwa kriteria subjek yang mengisi angket prososial ini sesuai dengan rancangan penelitian diawal, bahwa subjek merupakan usia 12-16. Seperti pada tabel 1 bahwa subjek yang mengisi angket prososial ini merupakan subjek dengan jenis kelamin perempuan dengan rentang usia antara 12-16 tahun. 13

Peneliti kemudian menganalisi skor dari hasil skala perilaku prososial yang diberikan kepada santri kedua jenis pesantren tersebut dengan menggunakan Microsoft excel. Hasil yang diperoleh pesantren modern berjumlah 3661 dengan rata-rata nilai 73,2 dan hasil yang diperoleh pesantren tradisional berjumlah 3442 dengan rata-rata nilai 68,84. Tabel 5. Jumlah Kategorisasi Responden Pada Masing-Masing Pesantren Jumlah nilai

Kategorisasi

Santriwati pesantren Modern

Santriwati Pesantren Tradisional

≥ 70

Tinggi

34 Responden

28 Responden

< 70

Rendah

16 Responden

22 Responden

Terlihat di tabel 2, diketahui dari santriwati pesantren modern yang mendapatkan kategori tinggi berjumlah 34 santriwati dan yang mendapatkan kategori rendah 16 santriwati. Sedangkan sebanyak 28 santriwati pesantren tradisional mendapatkan kategori tinggi dan berjumlah 22 lainnya dari santriwati pesantren tradisional mendapatkan kategori rendah. Peneliti kemudian meganalisi dari hasil kedua skor tersebut kedalam uji independent sample t test untuk melihat apakah ada perbedaan perilaku prososial diantara kedua pesantren tersebut namun sebelumnya peneliti akan menguji untuk kenormalan data dan uji homogenitas karena keduanya adalah syarat untuk uji independent sample t test. Tabel 6. Test Of Normality

Nilai

Kelompok P.Modern P.Tradisional

Statistic .089 .108

Kolmogrof-Smirnov Df 50 50

Sig .200 .198

Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa hasil uji kenormalan data, nilai p value (sig) pada kelompok P.Modern 0,200 dan P.tradisional 0,198, sehingga pada kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa p value dikedua kelompok tersebut > 0,05 maka berdasarkan uji liliefors, data tiap kelompok berdistribusi normal. Selanjutnya peneliti akan menguji kesamaan data atau homogenitas Dari hasil tes variansi data terlihat bahwa sig. 0,443 yang mana > 0,05 maka dapat dikatakan jika kedua varians sama yaitu varians populasi pesantren modern dan tradisional adalah sama. Setelah melihat hasil uji kenormalan data dan uji homogenitas, terlihat bahwa data dikatakan normal dan varians diantara kedua pesantren sama maka dapat dilakukan kelanjutan untuk menguji perbedaan diantara keduanya yaitu dengan uji Independent Sample t test. Tabel 7. Group Statistic Perilaku Prososial

Kelompok Modern Tradisional

N 50 50

14

Mean 73.22 68.84

Std. deviation 5.849 6.735

Tabel 8. Independent samples t test Levene’s test for equality of variances Fig Sig. Perilaku prososial equal variances assumed Equal variances not assumed

.594

.443

T test for equality of means t df tailed) 3.472 98 3.472

sig (2.001 .001

Berdasarkan hasil uji analisis Independent Sample t test pada tabel 3 diperoleh nilai t hitung > t tabel ( 3.472 > 1.984467) dan P value (0,001< 0,05) maka Ho ditolak, Maka hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima yang mana terdapat perbedaan perilaku prososial antara pesantren modern dan tradisional Pada tabel 2 Group statistic terlihat bahwa rata-rata (Mean) untuk pesantren modern adalah 73,22 dan untuk pesantren tradisional adalah 68,84. Dari hasil uji Independent sample t tst ini dapat dikatakan bahwa perilaku prososial santri pesantren modern lebih tinggi dibandingkan pesantren tradisional. Sehingga kedua hipotesis dalam penelitian ini deterima yaitu ada perbedaan perilaku prososial santri antara pesantren modern dan tradisional dan juga perilaku prososial santri pesantren modern lebih tinggi dibandingkan pesantren tradisional. Gambar 1. Diagram Perilaku Prososial 100 80 60 40

Pesantren modern

20

Pesantren Tradisional

0 Aspek Berbagi

Aspek menolong

Aspek kerjasama

Aspek Jujur

Aspek berderma

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat, pada santriwati pesantren modern mendapatkan aspek tertinggi pada aspek menolong (90%) dan aspek kerjasama (89,9%), sedangkan pada pesantren tradisional aspek tertinggi adalah aspek berbagi (82%) dan aspek terendah yang didapatkan dari pesantren modern adalah aspek berbagi rasa (70%) dan pada pesantren tradisional aspek terendah adalah aspek kerjasama (70%)

DISKUSI Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan perilaku prososial santri antara pesantren modern dan tradisional. Hal ini dibuktikan dengan adanya jumlah mean yang didapat di kedua pesantren tersebut, yang mana jumlah mean pesantren modern lebih tinggi dibanding pesantren tradisional. Hal ini juga diperkuat dengan hasil spss dengan uji independent sample t test yang menunjukkan adanya perbedaan perilaku prososial santri antara pesantren modern dan tradisional dengan melihat ttabel dan thitung. Sehingga dari perhitungan keseluruhan 15

dikatakan bahwa perilaku prososial santri pesantren modern lebih tinggi dibandingkan pesantren tradisional. Artinya dalam hal ini ketika seorang santri banyak melakukan kegiatan yang tidak hanya fokus pada pembelajaran individual namun juga melakukan kegiatan lainya yang mengeluarkan kegiatan menolong serta bekerja sama dengan yang lainnya, maka hal itu dapat mempengaruhi kebiasaan perilaku menolongnya yang terbentuk ketika berada didalam pesantren tersebut maupun ketika santriwati tersebut sudah keluar dari pesantren (Rodli Makmun, 2014). Sebaran skala perilaku prososial menunjukkan hasil pada santriwati pesantren modern yang mendapatkan kategori tinggi pada perilaku prososial sebanyak 34 responden (68%), dan santriwati modern yang mendapatkan kategori rendah sebanyak responden 16 (32%). Sedangkan perilaku prososial pada santriwati tradisional yang mendapatkan kategori tinggi berjumlah 27 responden (56%), dan santriwati tradisional yang mendapatkan skor kategori rendah berjumlah 22 (44%). Kurikulum serta kegiatan mempengaruhi perilaku prososial para santriwati , baik santriwati pesantren modern maupun pesantren tradisional (Rodli Makmun, 2014). Diketahui bahwa pesantren modern mendapatkan skor lebih tinggi pada perilaku prososialnya jika dibandingkan dengan pesantren tradisional. Hal ini dikarenakan faktor pembelajaran atau kurikulum yang didapatkan oleh pesantren modern ini. Pesantren modern ini memiliki beberapa kegiatan yang tidak hanya mempelajari kitab kuning saja namun kurikulumnya bercampur dengan pendidikan formal sehingga membuat para santriwatinya sering melakukan aktivitas secara bersama saat pembelajaran diluar ilmu khas pesantren seperti saat kegiatan diluar pembelajaran ilmu pesantren seperti saat kerja kelompok, kegiatan pramuka membuat pioneering dan lain sebagainya, sehingga hal-hal tersebut mempengaruhi perilaku prososial para santriwati pesantren modernnya dengan pesantren tradisional yang mana tidak mencampuri kurikulum seperti sekolah formal didalamnya, sehingga membuat para santriwati pesantren tradisional tersebut jarang melakukan kegiatan seperti yang dilakukan oleh para santriwati pesantren modern ini. kitab-kitab kuninglah yang membentuk pola pikir dan berperilaku para santri di Pondok Pesantren tradisional dan perilaku dan pola pikir santri di pesantren modern lebih banyak dibentuk dari aktivitas-aktivitas keseharian santri (Rodli Makmun, 2014). Pesantren modern ini mendapatkan skor tertinggi dalam aspek kerjasama (89,9%). Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nola sanda (2015) menunjukkan bahwa kemampuan kerja sama anak meningkat setelah adanya tindakan melalui kegiatan kerja kelompok, ditemukan juga dalam jurnal internasional yang mengatakan bahwa metode pembelajaran yang banyak megeluarkan tindakan bekerja sama dan berbaur oleh lingkungan dapat mempengaruhi perilaku prososial dibandingkan dengan metode pembelajaran yang kurang berbaur dengan lingkungannya (Nate and jim, 2013). Terlihat dari kegiatan santriwati pesantren modern mendapatkan kurikulum yang juga bercampur dengan sekolah formal, yang mana dalam hal ini sekolah formal menyediakan berbagai macam pembelajaran tugas kelompok, kegiatan ekstrakulikuler dan sebagainya. Pesantren modern ini juga mendapatkan kategori tinggi dalam aspek menolong (90%), dilihat dari kegiatan para santriwati yang lebih padat dibandingkan dengan pesantren tradisional yang hanya mengkaji pelajaran kitab kuning tanpa pembelajaran formal, membuat para santriwati pesantren modern ini lebih sering berjumpa dan berkumpul dengan temannya dan membuat kelekatan dengan teman-temannya dengan cepat seperti yang dikatakan oleh Mussen dkk (1979) salah satu hal yang mempengaruhi seseorang melakukan prososial adalah teman dekat, orang akan lebih mau menolong orang yang dekat dengannya daripada orang yang tidak terlalu dikenal atau orang 16

asing. Sedangkan pada pesantren tradisional mendapatkan kategori tinggi pada aspek berbagi rasa (82%), tidak berbeda jauh nilainya dengan pesantren modern, hanya saja pesantren tradisional mendapatkan skor tertinggi pada aspek ini dibandingkan aspek yang lain. Hal ini dikarenakan kurikulum pesantren modern yang lebih padat dibandingkan dengan pesantren tradisional (Dwi Priyanto, 2006) membuat waktu luang yang dimiliki pesantren tradisional lebih banyak dan membuat para santriwati pesantren tradisional ini lebih memiliki waktu untuk menerima, memahami dan terbuka kepada temannya yang sedang bercerita. Seseorang yang telah tinggal lama di suatu tempat akan lebih mempertahankan perilaku prososial yang membantu komunitas. Tinggal untuk waktu yang lama di suatu tempat mengarah pada kelekatan yang lebih besar terhadap komunitas, lebih saling bergantung antara tetangga satu dan yang lain, dan lebih peduli terhadap reputasi dalam komunitasnya (Aronson, 2007). Dilihat dari hasil penelitian ini, santriwati pesantren modern lebih banyak yang telah lama tinggal di pesantren dibandingkan dengan santriwati pesantren tradisional, walaupun sample yang diambil sama-sama merupakan santriwati yang duduk dibangku SMP dengan usia yang tidak jauh berbeda, namun santriwati pesantren tradisional ini sedikit yang telah tinggal lebih dari satu tahun, banyak dari mereka yang masih tinggal kurang dari satu tahun. Hal ini juga dikarenakan status pesantren modern yang statusnya sebagai lembaga pendidikan non formal yang hanya mempelajari kitab kuning Dwi Priyanto (2006) membuat para santriwati ini masuk ke pesantren tanpa harus mengikuti ajaran baru seperti halnya kurikulum sekolah formal, sehingga membuat para santriwati pesantren tradisional ini bisa masuk tanpa jadwal yang ditentukan dan bisa keluar ketika mereka sudah merasa memahami kitab yang diberikan. Sedangkan pada pesantren modern karena memiliki tambahan kurikulum formal seperti sekolah umum, yang membuat para santriwati masuk sesuai tahun ajaran dan keluarpun juga begitu, Sehingga banyak dari pesantren modern ini lebih banyak yang tinggal lebih lama dipesantren dan membuat kelekatan satu sama lain semakin erat yang menimbulkan kepedulian lebih untuk tolong-menolong satu sama lain di pesantren modern ini. Perilaku prososial sangat bermanfaat dalam interaksi sosial remaja, selain untuk mengantisipasi perilaku antisosial, perilaku prososial juga bermanfaat untuk meningkatkan hubungan dengan anggota masyarakat (Eisenberg, 2006) Jika para santri yang ada di pesantren modern maupun tradisional dapat mengaplikasikan perilaku prososial dalam kegiatan sehari-harinya maka hal ini akan berguna untuk kehidupan bangsa Indonesia yang lebih religi dan bermoral serta berjalannya tujuan pendidikan pesantren seperti yang diharapkan, seperti salah satunya pengembangan kepribadian muslim yang suka tolong menolong kepada sesama (M.Sulthon, 2005). Penelitian ini tidak hanya ada kelebihan saja yang diperoleh namun terdapat sedikit keterbatasan juga, seperti nama-nama untuk pengisian identitas ada yang sulit dipahami oleh para santriwati seperti inisial kemudian apa yang dimaksud dari posisi anak dari berapa bersaudara. Bahkan terkadang ada beberpa dari santriwati ini lupa atau salah dalam pengisian identitas, sehingga para santriwati yang tidak paham atau tidak mau bertanya mengenai kolom identitas yang tidak dimengerti langsung mengosongkannnya atau melewatinya saja, sehingga kolom identitas tidak sepenuhnya terisi. Sehingga peneliti harus lebih teliti dalam memeriksa skala yang sebelum benar-benar terkumpul dan meminta kembali kepada santriwati yang mengosongkan identitas untuk segera mengisikan identitas yang salah dalam pengisian ataupun dikosongkan, agar nantinya data benar-benar dapat diujikan.

17

SIMPULAN DAN IMPLIKASI Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan perilaku prososial santriwati pesantren modern dan tradisional, hal ini dilihat dari hasil uji independent sample t test yang mana dikatakan bahwa nilai t hitung > t tabel ( 3.472 > 1.984467) dan P value ((0,001< 0,05) maka Ho ditolak dan hipotesis 1 diterima, juga terlihat bahwa rata-rata (Mean) untuk pesantren modern adalah 73,22 dan untuk pesantren tradisional adalah 68,84, sehingga hipotesis 2 juga diterima, yaitu perilaku prososial santriwati pesantren modern lebih tinggi dibandingkan dengan santriwati pesantren tradisional. Implikasi dari penelitian ini, bagi santriwati pesantren modern diharapkan dapat menjaga dan lebih ditingkatkan perilaku prososialnya, tidak hanya kepada lingkungan pesantrennya saja, namun juga kepada masyarakat luar pesantren dan bagi santriwati pesantren tradisional bukan tidak memiliki perilaku prososial yang rendah hanya saja tidak begitu tinggi bila dibandingkan pesantren modern sehingga diharapkan lebih menambah kegiatan atau sesuatu yang dapat memunculkan perilaku prososial sehingga nantinya dapat menjadi kebiasaan saat sudah berada di luar pesantren. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan mengatasi kelemahan yang ada didalam penelitian ini dan untuk peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan penelitian ini dengan mengganti atau menambahkan variabelnya seperti persepsi, empati dan kematangan emosi.

18

DAFTAR PUSTAKA Ahmad, T. (2012).Ilmu Pendidikan Islami.Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Ainurrafiq, (2001) “Pesantren dan Pembaharuan: Arah dan Implikasi”, dalam Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Islam di Indonesia. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, hal. 155. Aronson, E., Wilson. T.D., & Akert, R.M. (2007). Social Psychology (6th edition). Singapore: Pearson Prentice Hall Bartlett, M.Y., & Desteno, D. (2006). Gratitude and prosocial Behavior: Helping when it costs you. Journal of Psychological science, 17, 319-325. Baron & Byrne. (1994). Social Psychology : Understanding Human Interaction ( 6th edition). USA: Needham Heights Allyn & Bacon Inc. Baron Robert A.(2005).Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga, Edisi Kesepuluh, Jilid 2. Bruno, F.S & Stephan,M. (2004). Prosocial Behavior In a Natural Setting. Journal Of Economic Behavior & Organization. 54, 65-58 Calon Haji Gelar Doa Bersama Untuk Korban Robohnya Crane. (2015, 15 September) Liputan6.com. Carlo, G., & Randall, B. A. (2002). The development of a measure of prosocial behaviors for late adolescents. Journal of Youth and Adolescence. 31(1), 31-44 Dhofier, Zamakhsyari. (1985). Tradisi Pesantren. Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES. Dwi, P. (2006). Inovasi kurikulum pesantren: Memproyeksikan model pendidikan alternative masa depan. Jurnal Studi Islam dan Budaya, 4, 20-37. Eisenberg, dkk. (2006). Handbook of Child Psychology Sixth Edition. New Jersey: John Willey & Sons, Inc Eisenberg, N. & Mussen, P.H. (1989), The Roots of Prosocial Behavior in Children, New York : Cambridge University Press Eisenberg. (1983), The Socialization and Development of Empathy and Prosocial Behavior, USA: Arizon State University. Farha, I. (2013). Prosocial Behavior In Different Situations Among Men and Women. IOSR Journal Of Humanisties And Social Science, 8, 31-40 Feisal Jusuf Amir(1995). Reorientasi Pendidikan Islam.Jakarta : Gema Insani Press. Hadiyan, M. Syiarkan Islam Melalui Kepedulian Terhadap Anak Yatim. (2015, 23 April). Radar Pekalongan. 19

Hanana, N.F. (2015). “Pengaruh Self-Esteem dan Kecerdasan Emosi Terhadap Perilaku Prososial pada Santri Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta”. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Haryati, T. (2013). Sikap dan Perilaku Siswa Berbasis Pondok Pesantren Sekolah Menengah Atas Hidayatul Muhsinin Kubu Raya. Artikel Penelitian, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tanjungpura, Pontianak. Hetherington, E.M & Parke, R.D. (1999). Child Psychology (5th edition). USA: McGraw-Hill Collage. Ifdahl, M. Santri Aceh Doakan Korban Tsunami di Jepang. ( 2015, 12 Maret). Antara News. Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS. M. Sulthon Masyhud. (2005). Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka Mukti, A. (1987). Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta : Rajawali Press. Mussen, P. H, Conger, J. J., Kagan, J., and Geiwit, J. (1979). Psychological Development : A Life Span Approach. New York : Happer and RobPublisher. Nate, F & Jim, S. (2013). The Development Of Prosocial Behavior In Adolescents: A Mixed Metods Study From Nols. Journal of Experiental Education. 1-16 Nola, S.R. (2015). Upaya Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Melalui Kegiatan Kerja Kelompok Di Kelompok A TK Negeri Trukan Siwates Kaligintung Temon Kulon Progo.Skripsi . Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Olukayode, A. (2014). Psychosocial predictors of prosocial behavior among a sample of Nigerian undergraduates. European Scientific Journal, 10, 241-266. Pidada, S.U. (1988). Peranan Lingkungan Kepramukaan Mengembangkan Motif Prososial Anggota Pramuka.Tesis: Bandung: Program Pasca Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran. Rodli, M. (2014). Pembentukan Karakter Berbasis Pendidkan Pesantren: Studi di Pondok Pesantren Tradisonal dan Modern di Kabupaten Ponorogo. Skripsi, Fakultas Agama islam, STAIN, Ponorogo Sears, O.D. Freedman J.L, Peplau L,.A. (1991).Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga,. Edisi Kelima, Jilid 2. Sears, O.D. Freedman, J.L., & Peplau, L.A. (1994). Social psychology. 5th. Michael Driyanto (terj). Jakarta : Erlangga Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung : Alfabeta Twenge, J.M., Ciarocco, N.J., & Bartels, J.M. (2007). Social exclusion decreases prososial behavior. Journal of Personality an Social Psychology, 92, 56-66.

20

Wardi, B, dkk. (1990). Perkembangan Pesantren di Jawa Barat. Bandung : Balai Penelitian IAIN Bandung. Wrightsman, dan Deaux (1981). Social Psychology in the 80’s. Monterey, California:Brools. Zain, F.M. Peringati HSN, Santri Gelar Doa Bersama Untuk Pasien. (2015, 22 Oktober) Suaramerdeka.com.

21

LAMPIRAN

22

Lampiran 1. Skala Perilaku Prososial

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Jl. Raya Tlogomas No. 246 GKB 1 lt. 5 Kampus III UMM Kepada Yth. Responden Di Tempat Dengan hormat, Saya Debrina Rosset (201210230311090) mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, yang saat ini sedang melakukan penelitian untuk penyusunan skripsi. Dalam penyusunan skripsi ini saya memerlukan data yang nantinya akan saya analisis untuk memperkuat hasil skripsi saya. Berkaitan dengan pemerolehan data penelitian, saya mengharapkan kesediaan saudara/i untuk membantu memberikan data penelitian dengan cara mengisi angket yang telah saya sediakan. Angket berisikan kesesuaian atau ketidaksesuaian saudara/i dengan pernyataan yang ada. Oleh sebab itu dimohon tidak ragu dalam menjawab setiap pernyataan yang tersedia. Pilih salah satu pilihan jawaban yang sesuai dengan kondisi saudara/i. Setiap pernyataan ini tidak ada jawaban benar atau salah. Semua data yang diberikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan dalam penelitian ini. Atas bantuan dan kerjasama saudara/i saya ucapkan terima kasih. Hormat Saya,

Debrina Rosset

23

RAHASIA Tulislah identitas Saudara/i Inisial

:

Usia /Kelas

:

Asal Provinsi

:

Lama tinggal di pesantren

: … bulan/tahun

Anak ke

: ……. dari ….. bersaudara

Pekerjaan Orang tua

: a. Ayah : b. Ibu

:

*) coret yang tidak perlu

PETUNJUK Berilah tanda checklist (√) pada salah satu jawaban yang terdapat pada pernyataan tersebut yang sesuai dengan diri Anda pada saat itu. Adapun keterangan dari pilihan jawaban tersebut adalah : SS

: Sangat Setuju

S

: Setuju

TS

: Tidak Setuju

STS

: Sangat tidak setuju

Contoh : No Pernyataan 1 Saya lebih suka menonton tv daripada bertamasya

STS TS

S √

SS

STS TS

S

SS

Selamat Mengerjakan

No 1 2

Pernyataan Saya tidak peduli jika ada teman yang sedang bersedih Saya memberikan masukan kepada teman yang sedang menceritakan masalah yang dihadapi 24

No 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

18 19 20 21 22

Pernyataan STS TS Saya merasa senang apabila bisa mendengarkan keluh kesah teman yang sedang menghadapi masalah Saya bosan mendengarkan orang lain berkeluh kesah terhadap masalah yang dihadapi Saya menghibur teman yang mendapat musibah ketika teman saya bertanya tentang pelajaran yang tidak dimengerti saya pura pura tidak mengetahuinya Saya tidak mau meminjamkan barang saya kepada orang yang tidak saya suka Saya memberitahukan guru saya jika teman saya sakit Saya meminjamkan buku pelajaran saya kepada teman yang kehilangan bukunya Saya tidak suka berdiskusi ketika ada tugas kelompok. Saya mengerjakan tugas piket saya bersama teman-teman saya Ketika ada kegiatan gotong royong di pondok saya malas ikut membantu Ketika ada tugas kelompok saya ikut mengerjakan Saya suka menjadi panitia di pondok, ketika ada kegiatan / acara di pondok Ketika saya menemukan uang yang bukan milik saya, saya akan menggunakan uang tersebut untuk membeli sesuatu. Saya berterus terang ketika merusakkan barang milik teman Saya mengembalikkan uang kembalian yang berlebih kepada kasir ketika saya membeli sesuatu di kantin atau di koperasi pondok. Saya suka menginfaqkan uang saya di masjid pondok. Saya tidak suka mengeluarkan uang untuk fakir miskin Ketika teman saya mendapatkan musibah, saya membantunya dengan memberikan sebagian uang yang saya miliki. Ketika teman saya kekurangan uang, saya meminjamkan uang yang saya miliki Saya lebih suka menyisihkan uang saya untuk ditabung daripada di masukkan ke kotak infaq.

25

S

SS

Lampiran 2. Blue Print Skala Perilaku Prososial Aspek Berbagi (sharing)

Definisi aspek Kesediaan untuk berbagi dengan orang lain dalam suasana suka maupun duka

Item favourable 2. Saya memberikan masukan kepada teman yang sedang menceritakan masalah yang dihadapi

Item unfavourable 1. Saya tidak peduli jika ada teman yang sedang bersedih

3. Saya merasa senang apabila bisa mendengarkan keluh kesah teman yang sedang menghadapi masalah

4. Saya bosan mendengarkan orang lain berkeluh kesah terhadap masalah yang dihadapi

5. Saya menghibur teman yang mendapat musibah Menolong (helping)

Kesediaan untuk memberikan pertolongan atau bantuan kepada orang lain yang sedang mengalami kesulitan atau yang sedang membutuhkan baik berupa bantuan materiil ataupun moril, meliputi membantu orang lain atau menawarkan sesuatu yang menunjang keberlangsungan kegiatan orang lain Kerjasama Kesediaan untuk (cooperating) bekerjasama dengan orang lain demi tercapainya suatu tujuan. Saling menolong, menguntungkan, memberi dan menenangkan

8. Saya memberitahukan guru saya jika teman saya sakit

6. ketika teman saya bertanya tentang pelajaran yang tidak di mengerti saya pura pura tidak mengetahuinya

9. Saya meminjamkan buku pelajaran saya kepada teman yang kehilangan bukunya

7. Saya tidak mau meminjamkan barang saya kepada orang yang tidak saya suka

11. Saya mengerjakan tugas piket saya bersama temanteman saya

10. Saya tidak suka berdiskusi ketika ada tugas kelompok.

13. Ketika ada tugas kelompok saya ikut mengerjakan

12. Ketika ada kegiatan gotong royong di pondok saya malas ikut membantu.

14. Saya suka menjadi panitia di pondok, ketika ada kegiatan / acara di pondok

26

Bertindak jujur (honesty)

Berderma (donating)

Kesediaan untuk melakukan sesuatu seperti apa adanya, tidak berbuat curang terhadap orang lain.

16. Saya berterus terang ketika merusakkan barang milik temanS

Kesediaan untuk memberikan secara sukarela sebagian barang miliknya kepada orang yang lebih membutuhkan

18. saya suka menginfaqkan 19. Saya tidak suka uang saya ke masjid di mengeluarkan uang pondok. untuk fakir miskin

17. Saya mengembalikan uang kembalian yang berlebih kepada kasir ketika saya membeli sesuatu di kantin atau koperasi pondok

20. ketika teman saya mendapatkan musibah, saya membantunya dengan memberikan sebagian uang yang saya miliki

15. Ketika saya menemukan uang yang bukan milik saya, saya akan menggunakan uang tersebut untuk membeli sesuatu

22. Saya lebih suka menyisihkan uang saya untuk ditabung dari pada di masukkan ke kotak infaq.

21. Ketika teman saya kekurangan uang, saya meminjamkan uang yang saya miliki

Kategori

Item

Total

Favourable

2,3,5,8,9,11,13,14,16,17,18,20,21

13

Unfavourable

1,4,6,7,10,12,15,19,22

9

Keterangan : Kategori

Skor

Tinggi

≥ 70

Rendah

< 70

27

Lampiran 3. Hasil Try Out (Uji Validasi) Validasi tahap 1

28

29

Validasi Tahap 2

30

31

Lampiran 4. Nama Responden dan Hasil Try Out

32

Lampiran 5. Tabel Item valid dan gugur NO

Indikator

Item

1

Berbagi (sharing)

2,3,5

Total Item Valid Unfavourable per indikartor 1,4 5

2

Menolong (helping)

6,9,10

7,8

4

3

Kerjasama (cooperating)

12,14,15

11,13

5

17,18 22,26

3 5

Favourable

4 Bertindakjujur (honesty) 16,19,20 5 Berderma (donating) 21,23,24,25 Total keseluruhan item yang dinyatakan valid = 22 item

Keterangan: Nomor item berwarna merah adalah nomor item yang dinyatakan gugur. Lampiran 6. Hasil Penelitian Lampiran 7. Uji Kenormalan Data

Lampiran 8. Uji Homogenitas

33

Lampiran 9. Uji Independent Sample T test

Lampiran 10. Uji Kategorisasi

Dilihat dari mediannya =70, maka ≥ 70 ( kategori tinggi) dan < 70 (kategori rendah)

34

Lampiran 11. Identitas Responden Pesantren Modern No

Insial

Usia/K elas

Asal Provinsi

Lama tinggal di pesantren

Urutan anak

Pekerjaan Ayah/Ibu

Kategori

1

Safura

14/IX

Jatim

3 tahun

Tengah

Dr/dr

Rendah

2

NPS

14/IX

Jatim

3tahun

Sulung

Petani/Irt

Tinggi

3

Fn

15/IX

Jatim

3 tahun

Tunggal

Wirausaha/ wirausaha

Rendah

4

Ar

15/IX

Jatim

3 tahun

Sulung

Wiraswasta/ Irt

Tinggi

5

X

15/IX

Jatim

3 tahun

Sulung

Wiraswasta/ Irt

Tinggi

6

Bddrsrg

15/IX

Jatim

3 tahun

Sulung

Wiraswasta/ Irt

Tinggi

7

Latuconsina

14/VII

Jatim

2tahun

Bungsu

Wiraswasta/wir aswasta

Rendah

8

Sanyster

15/IX

Jatim

3 tahun

Tunggal

Wiraswasta/ Irt

Rendah

9

Turqoise

15/IX

Jatim

3tahun

Sulung

Wiraswasta/ guru

Tinggi

10

Baun

15/IX

NTB

3 tahun

Tengah

Pns/Pns

Tinggi

11

Sekai

15/IX

Jatim

3 tahun

Tunggal

Pns/Pns

Rendah

12

Kakek

15/IX

Jatim

3 tahun

Sulung

Pns/Irt

Tinggi

13

Abb

15/IX

Jatim

3tahun

Tunggal

Perawat/Pns

Rendah

14

Aa

15/IX

Jatim

3tahun

Sulung

Swasta/Irt

Tinggi

15

Awwp

15/IX

Jatim

3tahun

Sulung

Teknisi/Irt

Tinggi

16

2408

14/ IX

Jatim

3 tahun

Sulung

Karyawan/Irt

Tinggi

17

Lsi

14/IX

Jatim

3 tahun

Tengah

Co/Irt

Tinggi

18

Happy

14/IX

Jatim

3tahun

Tengah

Pns/Irt

Tinggi

19

Pamela

15/IX

Jabar

3 tahun

Tunggal

Wiraswasta/ Irt

Rendah

20

Jw

14/ IX

Jatim

3 tahun

Tunggal

Cobutik/Co butik

Rendah

21

Yf

15/IX

Jatim

3 tahun

Sulung

Wiraswasta/ Irt

Tinggi

22

Atn

14t/IX

Jatim

3 tahun

Bungsu

Wiraswasta/wir aswasta

Rendah

23

Af

14/IX

Jatim

3 tahun

Bungsu

Wiraswasta/ Irt

Rendah

24

Ala

15/IX

Jatim

3 tahun

Sulung

Dosen/Irt

Tinggi

25

Fsj

15/1x

Jatim

3 tahun

Sulung

Pns/Irt

Tinggi

35

No

Insial

Usia/Kelas

Asal Provinsi

Lama tinggal di pesantren

Urutan anak

Pekerjaan Ayah/Ibu

Kategori

26

Nm

14/IX

Jatim

3 tahun

Sulung

Kplskolah/Irt

Tinggi

27

Na

14/IX

Jatim

3tahun

Sulung

Wiraswasta/ Irt

Tinggi

28

Vio

Jatim

3tahun

Sulung

Wiraswasta/ Irt

Tinggi

29

Ar

13/IX

Jatim

3tahun

Bungsu

Wiraswasta/ Guru

Rendah

30

Nevs

14/1x

Jatim

3tahun

Sulung

Wiraswasta/ Irt

Tinggi

31

Shinta

15/IX

Jatim

3 tahun

Sulung

Manajer/Irt

Tinggi

32

Nh

15/IX

Jatim

3 tahun

Sulung

Wiraswasta/ Irt

Tinggi

33

Rani

14/IX

Jatim

3 tahun

Sulung

Pns/Irt

Tinggi

34

Hn

15/IX

Jatim

3 tahun

Sulung

Wiraswasta/ Irt

Tinggi

35

Fd

16/IX

Jatim

3 tahun

Bungsu

Polisi/Pns

Rendah

36

Ra

14/IX

Jatim

3 tahun

Bungsu

Wirausaha/ Wirausaha

Rendah

37

Ah

15/IX

Jateng

3 tahun

Sulung

Pns/Irt

Tinggi

38

Af

14/IX

Jabar

3 tahun

Bungsu

Bumn/Irt

Rendah

39

Ty

15/IX

Jatim

3 tahun

Bungsu

Pns/Irt

Rendah

40

Sf

14/IX

Jatim

3tahun

Sulung

Bumn/Irt

Tinggi

41

Ebc

15/IX

Jatim

3 tahun

Sulung

Pns/ Wirasusaha

Tinggi

42

Iya

15/IX

NTT

3 tahun

Sulung

Wiraswasta/ Irt

Tinggi

43

Af

14/IX

Jatim

2 tahun

Sulung

Karyawan/Irt

Tinggi

44

Aq

15/IX

Jatim

3 tahun

Tengah

Karyawan/Irt

Tinggi

45

Fra

14/IX

Jatim

3 tahun

Bungsu

Pns/Irt

Rendah

46

Anp

14/Ix

NTT

3 tahun

Sulung

Wiraswasta/ Irt

Tinggi

47

A

15/IX

Jatim

3 tahun

Sulung

Wiraswasta/ Irt

Tinggi

48

Fnad

15/IX

Jatim

3 tahun

Sulung

Pns/Irt

Tinggi

49

Zzz

14/IX

Yogyakart a

3 tahun

Sulung

Dosen/Irt

Tinggi

50

Tsbaq

14/IX

Jatim

3 tahun

Sulung

BUMN/Irt

Tinggi

15/IX

36

Lampiran 12. Identitas Responden Pesantren Tradisional Asal Provinsi

Lama tinggal di pesantren

Urutan anak

No

Inisial

Usia/Kelas

1

Ywr

16/IX

jatim

1 tahun

Tengah

Swasta/Irt

Rendah

2

Aapa

16/IX

Jatim

1 tahun

Sulung

Tukanglas/ Irt

Rendah

3

Rf

16/IX

Jatim

3 tahun

Bungsu

Swasta/Irt

Rendah

4

N

14/VII

Jatim

5 bulan

Tengah

Petani/Irt

Tinggi

5

I

15/IX

Riau

1 tahun

Tengah

Polisi/Irt

Tinggi

6

Finka

15/IX

Jatim

2 tahun

Sulung

Petani/ Petani

Tinggi

7

R

14/IX

Jatim

1 tahun

Bungsu

Petani/Irt

Tinggi

8

Hra

13/IX

Jatim

3 tahun

Bungsu

Petani/Irt

Rendah

9

Arofa

14/VIII

Jatim

4 tahun

Bungsu

Wiraswasta/Irt

Tinggi

10

Rosyi

16/IX

Jatim

3 tahun

Tengah

Wiraswasta/Irt

Tinggi

11

Ksr

14/VII

Jatim

1 tahun

Bungsu

Pns/Irt

Tinggi

12

Aulia

15/IX

Jatim

5 bulan

Sulung

Swasta/Irt

Tinggi

13

Srm

16/IX

Jatim

3 tahun

Sulung

Swasta/Irt

Tinggi

14

Ns

15/IX

Jatim

6 bulan

Bungsu

Swasta

Rendah

15

Ds

15/IX

Jatim

1 tahun

Tengah

Swasta/Irt

Tinggi

16

Wni

13/VIII

Kaltim

2 tahun

Tunggal

Guru/guru

Rendah

17

Fida

14/IX

Jatim

1 tahun

Tengah

Swasta/Irt

Tinggi

18

Fitri

14/IX

Jatim

2 tahun

Sulung

Petani/Irt

Rendah

19

Snam

14/IX

Jatim

3 tahun

Sulung

Petani/Irt

Tinggi

20

Pm

15/IX

Jateng

2 bulan

Tengah

Swasta/Irt

Rendah

21

Sak

13/VIII

Jatim

1 tahun

Sulung

Pedagang/ Pedagang

Tinggi

22

Bmlfu

14/IX

Papua

1 bulan

Bungsu

Pedagang/ Pedagang

Rendah

23

Lbj

14/IX

Jatim

1 tahun

Tengah

Guru/guru

Rendah

24

Eos

14/IX

Jatim

5 bulan

Tengah

Swasta/Irt

Rendah

25

Rhnm

15/VIII

Jatim

2 bulan

Tengah

Petani/ swasta

Rendah

26

Gmbl

Jatim

2 tahun

Tengah

Swasta/Irt

Tinggi

27

Fr

Jateng

3 tahun

Tengah

Swasta/ Dosen

Tinggi

13/VII 15/IX

37

Pekerjaan Ayah/Ibu

Kategori

28

Nmr

15/IX

Jatim

3 bulan

Tengah

Petani/Irt

Tinggi

29

Ma

16/IX

Jateng

1 tahun

Tengah

Swasta/Irt

Tinggi

30

Rfh

14/VII

Kaltim

3 tahun

Tengah

Pengusaha/Swasta

Rendah

31

Ls

15/IX

Jatim

7 bulan

Tengah

Swasta/ Swasta

Rendah

32

In2h

13/VII

Jatim

7 bulan

Tunggal

Petani/Irt

Rendah

33

Wk

16/IX

Jatim

2 tahun

Tengah

Peternak/Irt

Tinggi

34

Ni

15/IX

Jatim

3 tahun

Tengah

Guru/Irt

Tinggi

35

Mj

13/IX

Jatim

7 bulan

Tengah

Swasta/ Penjahit

Rendah

36

Nm

14/VIII

Kalsel

1 tahun

Tengah

Mubaligh/ Irt

Tinggi

37

Fu

15/IX

Jatim

3 bulan

Tengah

Pedagang/ Pedagang

Rendah

38

Kns

15/VIII

Jatim

2 tahun

Sulung

Swasta/ Bidan

Tinggi

39

Fi

15/IX

Jatim

3 tahun

Sulung

Swasta/Irt

Tinggi

40

Lu

14/VIII

Kalsel

2 bulan

Sulung

Pns/Irt

Tinggi

41

Mu

13/VII

Jatim

10 bulan

Bungsu

Dokter/ Guru

Tinggi

42

Fu

Jatim

3 tahun

Sulung

Swasta/Irt

Tinggi

43

Rc

Jatim

1 bulan

Bungsu

Swasta/Irt

Rendah

44

Es

Jatim

1 tahun

Bungsu

Petani/ Pedagang

Rendah

45

Lmi

16/IX

Jatim

3 tahun

Sulung

Swasta/Irt

Tinggi

46

Mau

15/IX

Jateng

7 bulan

Bungsu

Saudagar/ Irt

Rendah

47

Nnt

14/IX

Jatim

1 tahun

Sulung

Dokter/Irt

Tinggi

48

Ga

15/IX

Jatim

4 bulan

Bungsu

Pedagang/ Irt

Rendah

49

Iar

15/IX

NTT

3 tahun

Sulung

Swasta/Irt

Tinggi

50

S

Jatim

9 bulan

Bungsu

Swasta/ Swasta

Rendah

15/IX 14/IX

15/IX

15/IX

38

Lampiran 13. Surat Pemberian Ijin Dari Pesantren Modern

39

Lampiran 14. Surat Pemberian ijin dari Pesantren Tradisional

40