PERMINTAAN KEDELAI PADA INDUSTRI RUMAH

Download mengetahui: 1) faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai pada industri tahu di ... Kata kunci: keuntungan, nilai tambah, permintaa...

0 downloads 459 Views 312KB Size
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016

215

PERMINTAAN KEDELAI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU DI KABUPATEN SLEMAN Demand for Soybean on Tofu Industry in Sleman Regency 1

Farid Styawan, 2Dwidjono Hadi Darwanto, 2Lestari Rahayu Waluyati 1 Bank BRI 2 Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Jl. Flora, Bulaksumur, Yogyakarta 55281 [email protected] Diterima tanggal : 12 September 2016 ; Disetujui tanggal : 15 Oktober 2016 ABSTRACT The needs of domestic consumption of soybean tends increasing every year, one of them for tofu industry inputs. This study aims to determine: 1) the factors that affect the demand for soybean on tofu industry in Sleman Regency, 2) the value-added generated from tofu industry in Sleman Regency, 3) the factors that affect tofu industry profits in Sleman Regency. The method used in this research is descriptive analysis method. This research was conducted in Seyegan districts and Gamping districts in 2016, and taken proportionally 65 people tofu industry as respondents. Factors that affect demand for soybean on tofu industry and the factors that affect tofu profitability were calculated using linear regression analysis, while the value-added on tofu industry calculated using the value-added method of Hayami. The results showed that demand for soybean is affected by soybean prices, labor costs, the price of firewood, and the ownership status of the milling machine. Then, the value-added of fried tofu is Rp 5.602,4/kg of soybean, the value-added of white tofu is Rp 5.175,2/kg of soybean, and the value-added of yellow tofu is Rp 3.999,6/kg of soybean. The results also showed that the profits of tofu industry in Sleman affected by labor costs, the price of soybeans, production capacity, business experience, and the price of coagulant. Keywords: demand for soybean, profit, tofu, value-added. INTISARI Kebutuhan konsumsi masyarakat terhadap kedelai cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya, salah satunya untuk kebutuhan industri tahu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai pada industri tahu di Kabupaten Sleman, 2) besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari industri tahu di Kabupaten Sleman, 3) faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan pengrajin tahu di Kabupaten Sleman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Penelitian ini dilaksanakan di kecamatan Seyegan dan kecamatan Gamping pada tahun 2016, dan sebanyak 65 orang pengrajin tahu diambil secara proporsional sebagai responden. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai pada industri tahu dan faktor yang mempengaruhi keuntungan pengrajin tahu dihitung dengan menggunakan analisis regresi linear berganda, sedangkan nilai tambah pada industri tahu dihitung dengan menggunakan rumus nilai tambah metode Hayami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan kedelai dipengaruhi oleh harga kedelai, upah tenaga kerja, harga kayu bakar, dan status kepemilikan mesin giling. Kemudian, nilai tambah tahu goreng sebesar Rp 5.602,4/kg kedelai, nilai

216

Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016

tambah tahu putih sebesar Rp 5.175,2/kg kedelai, dan nilai tambah tahu kuning sebesar Rp 3.999,6/kg kedelai. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa keuntungan industri tahu di Kabupaten Sleman dipengaruhi oleh upah tenaga kerja, harga kedelai, kapasitas produksi, pengalaman usaha, dan harga koagulan. Kata kunci: keuntungan, nilai tambah, permintaan kedelai, tahu

PENDAHULUAN

Industri Kecil dan Menengah (IKM) olahan

K edelai merupakan komoditas

kedelai ini berjumlah + 92.400 unit usaha

pokok yang banyak mengandung protein

yang didominasi untuk IKM Tempe dan

dan menyehatkan bagi tubuh, selain itu

IKM tahu sebanyak 85.360 unit usaha,

tanaman ini juga termasuk murah dan

sedangkan untuk IKM kecap dan tauco

dapat terjangkau oleh masyarakat. Seiring

3.600 unit usaha, serta olahan lainnya

dengan meningkatnya jumlah dan kesadaran

sebanyak 3.440 unit usaha yang tersebar

penduduk tentang pentingnya mengkonsumsi

di hampir seluruh wilayah Indonesia.

makanan bergizi, mengakibatkan tingkat

Berdasarkan data tersebut, permintaan

konsumsi dan permintaan terhadap makanan

kedelai pada industri tahu dan tempe lebih

olahan kedelai mengalami peningkatan.

tinggi jika dibandingkan untuk industri

Peningkatan ini disebabkan karena kebutuhan

kecap dan tauco, hal ini dikarenakan

konsumsi masyarakat yang cenderung

permintaan kedelai untuk industri kecap dan

meningkat, baik di konsumsi langsung

tauco tidak terlalu tinggi jika dibandingkan

dalam bentuk susu kedelai maupun dalam

dengan permintaan kedelai pada industri

bentuk minyak kedelai (McFarlane and

tahu dan tempe (Mahabirama et al., 2013).

O’Connor, 2014). Di masa mendatang,

Salah satu sentra industri olahan

permintaan terhadap kedelai ini diprediksi

kedelai yang ada di Kabupaten Sleman

akan terus mengalami peningkatan yang

yaitu terletak di kecamatan Seyegan

cukup signifikan dan berbanding lurus

dan kecamatan Gamping. Di daerah

dengan pertambahan jumlah penduduk

tersebut, banyak industri rumah tangga

di Indonesia (Damardjati et al., 2005). Di

maupun industri kecil yang memanfaatkan

sisi lain, peningkatan kebutuhan konsumsi

komoditas kedelai untuk diolah menjadi

kedelai oleh masyarakat Indonesia ini tidak

produk olahan tahu. Berdasarkan data

dapat diimbangi peningkatan jumlah produksi

yang diperoleh dari Dinas Perdagangan,

kedelai dalam negeri (Tanoyo, 2014).

Perindustrian, dan Koperasi Kabupaten

Berdasarkan data dari Direktorat

Sleman pada tahun 2016, dapat diketahui

Jenderal Industri Kecil dan Menengah

bahwa jumlah industri olahan kedelai yang

Kementerian Perindustrian tahun 2011,

ada di kecamatan Seyegan dan kecamatan

Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016

217

Gamping mencapai 76 unit usaha dengan

faktual dan akurat mengenai fakta, sifat

total nilai produksi sebesar hampir 15

& hubungan antar fenomena yang diteliti

milyar rupiah pada tahun 2015. Data

(Nasir, 2011).

tersebut semakin menegaskan bahwa di

Penentuan lokasi penelitian dilakukan

dua kecamatan tersebut memang menjadi

dengan metode purposive sampling yang

daerah sentra industri tahu yang ada di

dilakukan di Kabupaten Sleman, Daerah

Kabupaten Sleman. Banyaknya jumlah

Istimewa Yogyakarta dengan pertimbangan

industri olahan kedelai ini, menjadikan

bahwa di Kabupaten Sleman terdapat

permintaan kedelai untuk kebutuhan

banyak industri tahu dan juga merupakan

industri juga meningkat dan semakin

salah satu daerah sentra industri pengolahan

besar. Oleh karena itu, penelitian ini

kedelai di Daerah Istimewa Yogyakarta.

bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor

Lokasi penelitian dilakukan di kecamatan

yang mempengaruhi permintaan kedelai

Gamping dan kecamatan Seyegan, sebagai

pada industri tahu, besarnya nilai tambah

daerah sentra industri olahan kedelai di

yang dihasilkan, serta faktor-faktor yang

Kabupaten Sleman.

mempengaruhi keuntungan pengrajin tahu di Kabupaten Sleman.

P en ent u a n sa mpe l pen el i t i a n dilakukan dengan metode proportional

Beberapa penelitian mengungkapkan

random sampling. Menurut Kasiram (2010),

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

metode proportional random sampling

permintaan yaitu variabel harga dan

yaitu metode pengambilan sampel dari tiap-

pendapatan keluarga (Hanafi, F.I., Daris, E.,

tiap sub populasi dengan memperhitungkan

dan Rochaeni, S., 2014), jumlah konsumsi

besar kecilnya sub populasi tersebut.

(Fatmawati, Rostin, dan Baso, J.N, 2016),

Dalam metode ini, jumlah sampel yang

harga kedelai dan pendapatan per kapita

diambil sebanding dengan jumlah anggota

(Rahmanta, 2015).

populasi dari tiap sub populasi tersebut sesuai dengan proporsinya masing-masing,

METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan

sehingga dapat diperoleh sampel data yang representatif.

d ala m p en elitia n ini ad ala h me t ode

Berdasarkan data IKM tahun 2015,

analisis deskriptif yang digunakan untuk

jumlah populasi industri yang ada di

meneliti status kelompok manusia, objek,

kecamatan Seyegan dan kecamatan

suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,

Gamping adalah sebesar 76 populasi,

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa

dengan 61 populasi diantaranya berada di

sekarang. Metode ini menggambarkan

kecamatan Seyegan dan 15 populasi sisanya

sebuah peristiwa secara sistematis,

berada di kecamatan Gamping. Dengan

218

Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016

jumlah populasi tersebut, berdasarkan tabel perhitungan sampel yang telah dirumuskan oleh Issac dan Michael pada taraf kesalahan 5%, maka jumlah sampel yang dapat

Keterangan:

diambil adalah sejumlah 65 sampel. Karena

D

populasinya tersebar di dua kecamatan

X1 = Harga kedelai (Rp/kg)

yang berbeda, maka sampel penelitian juga

X2 = Upah tenaga kerja (Rp/HKO)

diambil secara proporsional. Pengambilan

X3 = Harga tahu (Rp/kg)

sampel secara proporsional ini dapat

X4 = Harga kayu bakar (Rp/ikat)

dihitung dengan menggunakan rumus

X5 = Harga koagulan (Rp/kg)

alokasi proporsional yaitu sebagai berikut

D1 = Dummy Mesin Giling

= Permintaan kedelai (kg/hari)

(0 = tidak memiliki; 1 = memiliki)

(Kasiram, 2010):

D2 = Dummy Anggota KOPTI (0 = bukan anggota; 1 = anggota KOPTI)

Dimana: ni : jumlah sampel menurut lokasi

α

Ni : jumlah populasi menurut lokasi

β1-β7= koefisien regresi

N : jumlah total populasi

ε

n

= intercept = varian pengganggu

: jumlah total sampel Berdasarkan hasil perhitungan,

Met ode yang digunakan unt uk

diperoleh hasil bahwa jumlah sampel yang

mengukur nilai tambah pada industri rumah

dibutuhkan dari kecamatan Seyegan adalah

tangga tahu adalah analisis nilai tambah

52 sampel dan dari kecamatan Gamping

metode Hayami.

adalah 13 sampel. Selanjutnya, penentuan

Ada 3 indikator rasio nilai tambah

anggota sampel penelitian ini dilakukan

(Hubeis cit Ngamel, 2012) :

secara acak dengan cara mengundi nama

a. Apabila rasio nilai tambah < 15%,

dari setiap kecamatan sehingga diperoleh jumlah sampel yang diinginkan. Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai pada

maka tergolong rendah, b. Apabila rasio nilai tambah 15-40%, maka tergolong sedang, dan c. Apabila rasio nilai tambah > 40%, maka tergolong tinggi.

industri tahu di Kabupaten Sleman adalah analisis regresi linear berganda dengan

Untuk melihat hubungan antara

model persamaan logaritma natural (ln)

k e u n t u n g a n d a n f a k t o r- f a k t o r y a n g

yaitu:

m e m pe ngaruhi nya di guna ka n m ode l

Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016

219

fungsi keuntungan Cobb-Douglas dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

ditransformasi ke dalam model logaritma

Struktur Biaya Industri Tahu

natural (ln), yaitu:

Biaya Produksi Dalam menjalankan suatu usaha tidak terlepas dari penggunaan biaya, begitu pula dalam usaha tahu. Salah satu

Keterangan: π* = Besarnya keuntungan dinormalkan dengan harga tahu (Rp) = Upah tenaga kerja dinormalkan dengan harga tahu (Rp/HKO) = Harga kedelai dinormalkan dengan harga tahu (Rp/kg) X3 = Kapasitas produksi (kg) X4 = Pengalaman usaha (tahun) = Harga kayu bakar dinormalkan dengan harga tahu (Rp/ikat) = Harga kunyit dinormalkan dengan harga tahu (Rp/kg) = Harga koagulan dinormalkan dengan harga tahu (Rp/kg) α

= intercept

β1-β7 = koefisien regresi ε

= varian pengganggu

biaya yang sangat berperan penting dalam menjalankan usaha tahu merupakan biaya produksi. Biaya produksi dapat dikatakan efisien apabila pengeluaran biaya tersebut tidak terjadi suatu pemborosan serta mampu enghasilkan output produk dengan kuantitas dan kualitas yang baik (Hidayat dan Salim, 2013). Biaya produksi dalam

industri tempe ini meliputi biaya pembelian bahan baku (kedelai), kayu bakar, solar, koagulan, kunyit, dan juga minyak goreng. Pada tabel 1 berikut ini dijelaskan mengenai biaya produksi dalam usaha pengolahan kedelai menjadi tahu. Berdasarkan tabel 1, dapat dijelaskan bahwa biaya tertinggi yang dikeluarkan oleh pengrajin tahu adalah biaya untuk pembelian kedelai yaitu Rp 196.799,28 per hari. Hal ini dikarenakan bahan

Tabel 1. Rerata Biaya Produksi Industri Tahu di Kabupaten Sleman No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Uraian Kedelai (kg) Kayu Bakar (ikat) Solar (liter) Koagulan (kg) Kunyit (kg) Minyak Goreng (liter) Jumlah

Sumber: Analisis Data Primer, 2016

Jumlah Fisik 26,71 1,14 0,48 0,93 0,62 0,51

Jumlah (Rp/hari) 196.799,28 27.162,78 2.472,00 3.493,08 2.194,80 4.675,17 236.797,11

220

Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016

Tabel 2. Rerata Biaya Tenaga Kerja Industri Tahu di Kab. Sleman No. 1. 2.

Tenaga Kerja Dalam Keluarga Luar Keluarga Jumlah

Jumlah HKO 2,00 1,67 3,67

Nilai Upah (Rp/hari) 0,00 20.875,00 20.875,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2016 baku kedelai ini merupakan bahan baku

Berdasarkan tabel 2, dapat dijelaskan

pokok yang digunakan dalam industri

bahwa pengrajin tahu di daerah penelitian

pengolahan kedelai menjadi tahu. Kedelai

lebih banyak menggunakan tenaga kerja

yang digunakan adalah jenis kedelai

dalam keluarga, karena proses pembuatan

impor dan kedelai lokal dengan harga

tahu yang mudah dan juga untuk menekan

yang variatif, mulai dari Rp 6.900,00/

biaya produksi. Rerata penggunaan tenaga

kg hingga mencapai Rp 8.300,00/kg

kerja dalam keluarga dalam satu hari sebesar

tergantung pada jenis dan kualitas kedelai

2 HKO, sedangkan tenaga kerja luar keluarga

yang digunakan. Biaya terbesar kedua

sebesar 1,67 HKO dengan nilai upah yang

adalah biaya pembelian kayu bakar sebesar

dikeluarkan rata-rata sebesar Rp 20.875,00

Rp 27.162,78 per hari. Seluruh pengrajin

per hari. Penentuan besarnya nilai upah

tahu menggunakan kayu bakar untuk

dalam industri tahu ini disesuaikan dengan

proses mengolah kedelai menjadi tahu

jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja,

karena biayanya lebih murah dan mudah

diantaranya adalah sebagai tenaga penggiling

didapatkan. Selain untuk pembelian bahan

kedelai, tenaga juru masak saripati kedelai,

baku kedelai dan kayu bakar, pengrajin

tenaga penyaring sari kedelai, tenaga

juga masih harus mengeluarkan biaya

penggoreng tahu (khusus untuk produk tahu

produksi lainnya untuk memproduksi

goreng), dan lain-lain. Di daerah penelitian,

tahu, seperti biaya pembelian solar, biaya

tenaga kerja luar keluarga ini digunakan oleh

koagulan, biaya pembelian kunyit, serta

pengrajin tahu goreng yang memproduksi

biaya pembelian minyak goreng.

tahu dalam skala yang cukup besar sebagai tenaga penggoreng tahu yang sudah jadi,

Biaya Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan oleh para pengrajin meliputi tenaga kerja dalam

sedangkan pengrajin tahu kuning dan tahu putih hanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga saja.

keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tabel 2 berikut menjelaskan rerata biaya tenaga kerja dalam industri rumah tangga tahu di daerah penelitian.

Biaya Penyusutan Alat Perhitungan biaya penyusutan ini dilakukan dengan menggunakan metode

Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016

221

Tabel 3. Rerata Biaya Penyusutan Alat pada Industri Tahu di Kabupaten Sleman No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Jenis Alat Panci masak Mesin Giling Saringan Ampas Saringan Cetak Blabak Ember Keranjang bambu Serok Jumlah

Jumlah (Rp/hari) 849,20 488,02 236,98 29,28 120,01 18,08 100,24 23,68 1.865,50

Jumlah (Rp/tahun) 254.760,00 146.407,00 71.095,00 8.783,00 36.004,00 5.423,00 30.073,00 7.105,00 559.650,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2016 garis lurus, sehingga diperlukan informasi

cukup murah yaitu sekitar Rp 15.000/biji

mengenai jenis alat yang digunakan, umur

dengan umur ekonomis yang cukup lama.

ekonomis alat tersebut, harga beli alat, serta nilai sisa dari alat tersebut saat ini. Peralatan

Biaya Lain-Lain

yang digunakan untuk memproduksi tahu

Biaya lain-lain meliputi biaya

ini tergolong masih cukup sederhana dan

transportasi, biaya listrik, biaya perbaikan

memiliki umur ekonomis yang cukup

alat, biaya pajak bumi dan bangunan, iuran

panjang. Rerata biaya penyusutan alat

pasar, dan jasa mesin giling. Tabel 4 berikut

dapat dilihat pada tabel 3.

adalah rerata biaya lain-lain pada industri

Berdasarka n tabel 3, dapat

tahu di Kabupaten Sleman.

dijelas kan bahw a rerata penyus utan

Berdasarkan tabel 4, biaya lain-lain

alat tertinggi adalah penyusutan panci

terbesar adalah biaya jasa giling yaitu Rp

masak yaitu Rp 849,20 per hari atau

4.943,08 per hari atau sekitar Rp 1.482.923,00

sekitar Rp 254.760,00 per tahun. Hal

per tahun. Hal ini karena tidak semua

ini dikarenakan pembuatan panci masak

pengrajin memiliki mesin diesel untuk

yang bersifat permanen ini memakan

menggiling kedelainya, sehingga beberapa

biaya cukup mahal, termasuk guna

pengrajin tahu harus menumpang dan

membeli dan merawat wajan untuk

membayar biaya jasa giling kepada pengrajin

memasak tahu. Selain itu, umur ekonomis

yang mempunyai mesin giling. Biaya lain-

da ri pa nc i m a sa k j uga t i da k t e rl a l u

lain terkecil adalah biaya pajak bumi dan

lama dikarenakan perawatannya kurang

bangunan untuk tempat produksi tahu, yaitu

memadai. Penyusutan alat terendah

sebesar Rp 113,60 per hari atau sekitar Rp

adalah penyusutan ember sebesar Rp

34.080,00 per tahun. Hal ini karena tempat

18,08 per hari atau Rp 5.423,00 per tahun.

produksi tahu yang belum terlalu besar dan

Hal ini dikarenakan harga ember yang

masih sederhana.

222

Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016

Tabel 4. Rerata Biaya Lain-Lain Industri Tahu di Kabupaten Sleman No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Jenis Biaya Transportasi Listrik Perbaikan Alat Pajak PBB Iuran Pasar Jasa Giling Jumlah

Jumlah (Rp/hari) 3.221,73 1.433,00 1.315,38 113,60 903,81 4.943,08 11.930,60

Jumlah (Rp/tahun) 966.518,00 429.900,00 394.615,00 34.080,00 271.143,00 1.482.923,00 3.579.179,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2016

Tabel 5. Rerata Total Biaya Eksplisit pada Industri Tahu di Kabupaten Sleman No. Uraian 1. Biaya Variabel a. Biaya Produksi b. Biaya Tenaga Kerja Jumlah Biaya Variabel (1) 2.

3.

Biaya Tetap a. Biaya Penyusutan Alat b. Biaya Lain-Lain Jumlah Biaya Tetap (2) Total Biaya Eksplisit (1 + 2)

Nilai (Rp/hari) 236.797,11 20.875,00 257.672,11

1.865,50 11.930,60 13.796,10 271.468,21

Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Total Biaya Eksplisit

biaya produksi dan biaya tenaga kerja

Biaya produksi dalam industri

dengan kontribusi terbesar terdapat pada

rumah tangga tahu dibedakan menjadi

biaya produksi yaitu Rp 236.797,11 per

dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

hari. Hal ini dikarenakan kebutuhan biaya

Bi a ya t e t a p da l a m i nd ust r i t a hu i n i

produksi untuk produksi tahu cukup besar,

meliputi biaya penyusutan alat dan biaya

salah satunya untuk pembelian kedelai

lain-lain. Biaya variabel dalam industri

yang merupakan bahan baku utama dan

tahu ini meliputi biaya produksi dan

satu-satunya dalam produksi tahu. Biaya

biaya tenaga kerja luar keluarga. Rerata

tetap terbesar yang dikeluarkan oleh

total biaya eksplisit pada industri tahu

pengrajin adalah biaya lain-lain, yaitu Rp

dapat dilihat pada tabel 5.

11.930,60 per hari. Hal ini dikarenakan

Berdasarkan tabel 5, biaya terbesar

adanya biaya jasa giling oleh pengrajin dan

dalam industri tahu adalah biaya variabel

juga biaya transportasi untuk membawa

Rp 257.672,11 per hari yang terdiri dari

produk tahu ke pasar yang jaraknya rata-

Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016

223

rata cukup jauh, sehingga total biaya

Rp 13.796,10 per hari. Dari perhitungan

eksplisit yang dikeluarkan pengrajin adalah

tersebut, diperoleh pendapatan rata-rata

Rp 271.468,21 per hari.

pengrajin tahu Rp 73.633,71 per hari.

Analisis Pendapatan

Analisis Keuntungan

Pendapatan dapat diketahui dengan

Rerata keuntungan industri rumah

cara menghitung selisih antara penerimaan

tangga tahu di Kabupaten Sleman dapat

dengan total biaya yang dikeluarkan

dilihat pada tabel 7 berikut.

dalam proses produksi. Rerata pendapatan pengrajin tahu dapat dilihat pada tabel 6. Berdasarkan tabel 6, penerimaan pengrajin tahu rata-rata Rp 345.101,92 per hari yang diperoleh dari hasil perkalian

Tabel 7. Rerata Keuntungan pada Industri Tahu di Kab. Sleman No. 1. 2.

antara rata-rata produksi tahu per hari dengan harga rata-rata tertimbang produk tahu yang diproduksi oleh pengrajin. Dari penerimaan tersebut, dikurangi dengan

3.

Uraian Pendapatan (1) Biaya Implisit a. Biaya TKDK b. Bunga modal sendiri Total B. Implisit (2) Keuntungan (1 – 2)

Nilai (Rp/ hari) 73.633,71 25.000,00 66,94 25.066,94 48.566,77

Sumber: Analisis Data Primer, 2016

biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel yang dimaksud adalah biaya

Berdasarkan tabel 7, rerata keuntungan

produksi dan biaya tenaga kerja dengan

yang diperoleh pengrajin tahu adalah Rp

total biaya Rp 257.672,11 per hari serta

48.566,77 per hari. Keuntungan ini diperoleh

biaya tetap yaitu biaya penyusutan alat

dari selisih antara pendapatan pengrajin

dan biaya lain-lain dengan total biaya

dengan biaya implisit. Pendapatan yang diperoleh pengrajin yaitu Rp 73.633,71 per

Tabel 6. Rerata Pendapatan pada Industri Tahu di Kab. Sleman

hari dan biaya implisit yang dikeluarkan

No. Uraian Nilai (Rp/hari) 1. Penerimaan a. Produksi Fisik (kg) 50,84 b. Harga Produk (Rp/kg) 6.788,00 Total Penerimaan (Rp) 345.101,92 (1) 2. Biaya Eksplisit a. Bibit Tetap (Rp) 13.796,10 b. Biaya Variabel (Rp) 257.672,11 Total Biaya Eksplisit 271.468,21 (Rp) (2) 3. Pendapatan (Rp) (1-2) 73.633,71

dari biaya tenaga kerja dalam keluarga Rp

Sumber: Analisis Data Primer, 2016

adalah Rp 25.066,94 per hari, yang terdiri 25.000 per hari dan bunga modal sendiri Rp 66,94 per hari. An a l i si s F a kt o r-F ak t o r y a n g Mempengaruhi Permintaan Kedelai pada Industri Tahu di Kab. Sleman Permintaan kedelai sebagai salah satu bahan baku yang dibutuhkan oleh

224

Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016

industri, khususnya industri tahu cenderung

Berdasarkan tabel 9, nilai Adjusted

dipengaruhi oleh permintaan masyarakat

R 2 adalah 0,315 yang menunjukkan

pada produk yang dihasilkan dari industri

bahwa sebesar 31,5% variasi variabel

tahu tersebut. Semakin tinggi permintaan

dependen, yaitu permintaan kedelai dapat

masyar akat t erhada p produ k yan g

dijelaskan oleh variabel independen

dihasilkan, akan berdampak pada tingkat

(harga kedelai, upah tenaga kerja, harga

permintaan industri terhadap bahan baku.

tahu, harga kayu bakar, harga koagulan,

Dalam penelitian ini, faktor yang

status kepemilikan mesin giling, dan

diduga mempengaruhi permintaan kedelai

status keanggotaan KOPTI). Sisanya

pada industri tahu yaitu harga kedelai, upah

sebesar 68,5% dijelaskan oleh variabel

tenaga kerja, harga tahu, harga kayu bakar,

lain di luar model.

harga koagulan, status kepemilikan mesin

Hasil analisis diperoleh nilai F sig.

giling, dan status keanggotaan KOPTI

sebesar 0,000 (<0,05), yang berarti variabel

(Koperasi Tahu Tempe Indonesia). Hasil

independen (harga kedelai, upah tenaga

analisis regresi mengenai faktor yang

kerja, harga tahu, harga kayu bakar, harga

mempengaruhi permintaan kedelai pada

koagulan, status kepemilikan mesin giling,

industri tahu dapat dilihat pada tabel 8

dan status keanggotaan KOPTI) secara

berikut.

bersama-sama berpengaruh signifikan

Tabel 8. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kedelai pada Industri Tahu di Kabupaten Sleman No.

Variabel Independen

1. Konstanta 2. Harga Kedelai (Ln X1) 3. Upah Tenaga Kerja (Ln X2) 4. Harga Tahu (Ln X3) 5. Harga Kayu Bakar (Ln X4) 6. Harga Koagulan (Ln X5) 7. Dummy Mesin Giling (D1) 8. Dummy Anggota KOPTI (D2) Adjusted R2 F hitung F signifikansi

Expected sign (+/-) + + + +

Koefisien Regresi 32,559 -1,774 0,026 -1,633 0,077 -0,010 0,344 -0,024

t-hitung

Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Keterangan: ** = signifikansi pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) * = signifikansi pada tingkat kepercayaan 90% (α = 0,10) ns = tidak signifikan

1,773 -1,683 2,060 -0,844 2,291 -0,989 2,251 -0,115

Signifikansi 0,082 0,098 0,044 0,402 0,026 0,327 0,028 0,909

* * ** Ns ** Ns ** Ns 0,315 5,197 0,000

Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016

225

terhadap variabel dependennya, yaitu

akan tetap membeli kedelai tersebut

permintaan kedelai pada industri rumah

untuk memenuhi kebutuhan bahan baku

tangga tahu.

pembuatan tahu ini, dengan mengurangi

Va r i a b e l i n d e p e n d e n y a n g berpengaruh signifikan adalah harga

volume pembeliannya untuk dapat menekan biaya produksi.

kedelai pada tingkat kepercayaan 90%, serta upah tenaga kerja, harga kayu bakar,

3) Upah Tenaga Kerja

dan dummy mesin giling pada tingkat

Koefisien regresi dari upah tenaga

kepercayaan 95%. Penjelasan untuk setiap

kerja adalah sebesar 0,026 dengan nilai

variabel yang berpengaruh signifikan

signifikansi 0,044 (< α=5%). Sehingga,

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

variabel upah tenaga kerja berpengaruh

1) Konstanta

signifikan terhadap permintaan kedelai

Koefisien regresi dari konstanta

pada industri tahu di Kabupaten Sleman.

adalah 32,559 dengan signifikansi 0,082

Dalam industri ini, tenaga kerjanya

(< α=10%), sehingga, nilai konstanta

sebagian besar merupakan tenaga kerja

b e r p e n g a r u h s i g n i f i ka n t e r h a d a p

dalam keluarga. Namun, untuk pengrajin

permintaan kedelai pada industri tahu di

tahu goreng hampir seluruhnya menambah

Kabupaten Sleman. Dari hasil tersebut,

tenaga kerja luar keluarga dengan jumlah

apabila semua variabel independen yang

yang variatif. Ketika terjadi kenaikan upah

terlibat dalam analisis regresi itu diabaikan,

tenaga kerja luar keluarga, pengrajin akan

maka permintaan kedelai pada industri tahu

tetap menggunakan tenaga kerja dari luar

sebesar ln 32,559.

keluarga tersebut untuk mengefisienkan produksi tahu. Hal ini dilakukan karena

2) Harga Kedelai

tenaga kerja luar keluarga ini sebagian

Koefisien regresi dari harga kedelai

besar sebagai tenaga penggoreng tahu

adalah -1,774 dengan signifikansi 0,098

untuk produk tahu goreng, oleh karena itu

(< α=10%), sehingga, variabel harga

dengan memanfaatkan tenaga kerja dari

kedelai berpengaruh signifikan terhadap

luar keluarga ini pengrajin tetap dapat

permintaan kedelai pada industri tahu di

memproduksi tahu dalam jumlah yang

Kabupaten Sleman. Kedelai ini merupakan

maksimal setiap harinya.

bahan baku utama yang mutlak diperlukan dalam memproduksi tahu. Tanpa adanya

4) Harga Kayu Bakar

kedelai ini, maka produk tahu juga tidak

Koefisien regresi dari harga kayu

akan bisa diproduksi. Ketika harga kedelai

bakar adalah 0,077 dengan signifikansi

ini mengalami fluktuasi harga, pengrajin

0,026 (< α=5%), sehingga, variabel

226

Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016

harga kayu bakar berpengaruh signifikan

mesin giling dengan membayar biaya jasa

terhadap permintaan kedelai pada industri

giling yang sudah disepakati sebelumnya,

tahu di Kabupaten Sleman. Kebutuhan

yaitu rata-rata Rp 5.000,00/hari. Dengan

kayu bakar bagi pengrajin tahu ini cukup

biaya produksi yang sama, pengrajin yang

penting, karena kayu bakar ini cukup

memiliki mesin giling akan cenderung

murah dan mudah didapatkan, sehingga

lebih banyak dalam menggiling kedelai

dapat menekan biaya produksi. Dalam

untuk pembuatan tahu dibandingkan

memenuhi kebutuhan penggunaan kayu

dengan pengrajin yang tidak memiliki

bakar ini sudah dises uaikan dengan

mesin giling tersebut.

j um l a h ke de l a i ya ng a ka n di m a sa k dan tingkat kebutuhannya sudah dapat diperkirakan sebelumnya. Walaupun

Analisis Nilai Tambah Berdas arkan tabel 9, untuk

harga kayu bakar mengalami fluktuasi

menghasilkan produk tahu kuning sebanyak

harga, pengrajin tetap menggunakan kayu

48,702 kg/hari dibutuhkan bahan baku

bakar tersebut dan akan diimbangi juga

kedelai sebanyak 23,269 kg/hari. Nilai faktor

dengan peningkatan permintaan kedelai

konversi 2,093 menunjukkan bahwa setiap 1

untuk industri tahu tersebut.

kg bahan baku kedelai dapat menghasilkan 2,093 kg produk tahu kuning. Nilai tambah

5) Dummy Mesin Giling Ko e f i si e n re gr e si d a ri d um m y

yang dihasilkan tahu kuning adalah Rp 3.999,6/kg kedelai dengan rasio nilai tambah

kepemilikan mesin giling kedelai adalah

28,15% dari nilai produk tahu. Keuntungan

0,344 dengan signifikansi 0,028 (< α=5%).

yang diperoleh dari industri tahu kuning ini

Status kepemilikan mesin giling pada

yaitu Rp 2.935,4/kg kedelai dengan tingkat

industri tahu ini terdapat perbedaan yang

keuntungan 73,39% dari nilai tambah.

berpengaruh pada tingkat permintaan

Margin pengolahan kedelai menjadi produk

kedelai pada industri tahu. Hal ini

tahu kuning yaitu Rp 6.852,3/kg dengan

dikarenakan pengrajin yang memiliki mesin

bagian pendapatan tenaga kerja 15,53%, nilai

giling cenderung akan lebih leluasa dalam

input lain 41,63%, dan keuntungan pemilik

menggiling kedelai yang akan di masak

modal 42,84%.

tanpa harus mengeluarkan biaya apapun

Untuk menghasilkan produk tahu

di luar biaya bahan bakar mesin tersebut.

putih 70,4 kg/hari dibutuhkan bahan

Pengrajin yang tidak memiliki mesin

baku kedelai sebanyak 34,2 kg/hari.

giling tidak bisa leluasa dalam menggiling

Nilai faktor konversi 2,058 menunjukkan

kedelai, karena pengrajin tersebut harus

bahwa setiap 1 kg bahan baku kedelai

datang ke pengrajin lain yang memiliki

dapat menghasilkan 2,058 kg produk

Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016

227

Tabel 9. Nilai Tambah Pengolahan Kedelai Menjadi Berbagai Jenis Produk Tahu No. I. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. II. 8. 9. 10. 11. 12. 13. III. 14.

Variabel Output, Input, Harga Hasil produksi (kg/hari) Bahan baku (kg/hari) Tenaga kerja (HKO) Faktor konversi Koefisien tenaga kerja (HKO/kg) Harga produk (Rp/kg) Upah tenaga kerja (Rp/HKO) Penerimaan dan Keuntungan Harga bahan baku (Rp/kg) Sumbangan input lain (Rp/kg) Nilai produk (Rp/kg) a. Nilai tambah (Rp/kg) b. Rasio nilai tambah (%) a. Imbalan tenaga kerja (Rp/kg) b. Pangsa tenaga kerja (%) a. Keuntungan usaha (Rp/kg) b. Tingkat keuntungan usaha (%) Imbalan Faktor Produksi Margin pengolahan (Rp/kg) a. Pendapatan tenaga kerja (%) b. Sumbangan input lain (%) c. Keuntungan usaha (%)

Tahu Kuning 48,702 23,269 1,981 2,093 0,0851 6.788 12.500

Jenis Tahu Tahu Putih 70,4 34,2 2 2,0585 0,0585 8.400 12.500

Tahu Goreng 48,6 35,5 1,87 1,369 0,0527 16.200 12.500

7.355 2.852,7 14.207 3.999,6 28,152 1.064,2 26,607 2.935,4 73,393

7.800 4.316 17.291 5.175,2 29,93 730,99 14,125 4.444,2 85,875

7.300 9.275,7 22.178 5.602,4 25,261 658,45 11,753 4.943,9 88,247

6.852,3 15,53 41,631 42,839

9.491,2 7,7018 45,474 46,825

14.878 4,4257 62,345 33,23

Sumber: Analisis Data Primer, 2016 tahu putih. Nilai tambah yang dihasilkan

Nilai faktor konversi 1,369 menunjukkan

dari tahu putih ini adalah Rp 5.175,2/kg

bahwa setiap 1 kg bahan baku kedelai

kedelai dengan rasio nilai tambah 29,93%

dapat menghasilkan 1,369 kg produk tahu

da ri ni l a i produk t a hu. Ke unt unga n

goreng. Nilai tambah yang dihasilkan dari

dari industri tahu putih ini Rp 4.444,2/

tahu goreng ini Rp 5.602,4/kg kedelai

kg kedelai dengan tingkat keuntungan

dengan rasio nilai tambah 25,26% dari

85 ,8 7% d a ri ni l a i t a m b a h. Ma r gi n

nilai produk tahu. Keuntungan dari industri

pengolahan kedelai menjadi produk

tahu goreng ini yaitu Rp 4.943,9/kg kedelai

tahu putih adalah Rp 9.491,2/kg dengan

dengan tingkat keuntungan 88,25% dari

bagian pendapatan tenaga kerja 7,70%,

nilai tambah tersebut. Margin pengolahan

nilai input lain 45,47%, dan keuntungan

kedelai menjadi produk tahu goreng

pemilik modal 46,82%.

ini adalah Rp 14.878/kg dengan bagian

Untuk menghasilkan produk tahu

pendapatan tenaga kerja 4,43%, nilai input

goreng sebanyak 48,6 kg/hari dibutuhkan

lain 62,34%, dan keuntungan pemilik

bahan baku kedelai sebanyak 35,5 kg/hari.

modal 33,23%.

228

Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016

Tabel 10.Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Industri Tahu di Kabupaten Sleman No.

Variabel Independen

1. Konstanta 2. Upah Tenaga Kerja (Ln X 1) 3. Harga Kedelai (Ln X2) 4. Kapasitas Produksi (Ln X3) 5. Pengalaman Usaha (Ln X4) 6. Harga Kayu Bakar (Ln X5) 7. Harga Kunyit (Ln X6) 8. Harga Koagulan (Ln X7) Adjusted R2 F hitung F signifikansi

Expected sign (+/-) + + + -

Koefisien t-hitung Regresi 1,612 1,860 0,401 1,696 -1,892 -2,750 0,822 2,671 -0,314 -2,132 0,265 1,437 0,218 1,489 0,970 5,140

Signifikansi 0,068 0,095 0,008 0,010 0,037 0,156 0,142 0,000

* * *** *** ** ns ns *** 0,580 13,651 0,000

Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Keterangan: *** = signifikansi pada tingkat kepercayaan 99% (α = 0,01) ** = signifikansi pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) * = signifikansi pada tingkat kepercayaan 90% (α = 0,10) ns

= tidak signifikan

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Industri Tahu

Hasil analisis diperoleh nilai F sig. sebesar 0,000 (<0,05), yang berarti bahwa

Dalam penelitian ini, faktor yang

variabel independen, yaitu upah tenaga

diduga mempengaruhi keuntungan industri

kerja, harga kedelai, kapasitas produksi,

tahu antara lain upah tenaga kerja, harga

pengalaman usaha, harga kayu bakar, harga

kedelai, kapasitas produksi, pengalaman

kunyit, dan harga koagulan secara bersama

usaha, harga kayu bakar, harga kunyit, dan

berpengaruh signifikan terhadap variabel

harga koagulan.

dependennya, yaitu keuntungan industri

Berdasarkan tabel 10, nilai Adjusted

tahu per harinya.

R 2 adalah 0,580, yang berarti sebesar

Va r i a b e l i n d e p e n d e n y a n g

58% variasi variabel dependen, yaitu

berpengaruh signifikan secara individu

keuntungan industri tahu dapat dijelaskan

adalah upah tenaga kerja pada tingkat

oleh variabel independen yang terdiri dari

kepercayaan 90%, pengalaman usaha

upah tenaga kerja, harga kedelai, kapasitas

pada tingkat kepercayaan 95%, serta harga

produksi, pengalaman usaha, harga kayu

kedelai, kapasitas produksi, dan harga

bakar, harga kunyit, dan harga koagulan,

koagulan pada tingkat kepercayaan 99%.

sedangkan 42% sisanya dijelaskan oleh

Berikut ini adalah penjelasan untuk setiap

variabel lain di luar model regresi.

variabel independen yang berpengaruh

Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016

229

signifikan dalam penelitian ini:

tenaga kerja dalam keluarga, adanya

1) Konstanta

kenaikan upah ini tidak terlalu berpengaruh

Koefisien regresi dari konstanta adalah

ba gi pe ngra j i n. Ha l i ni di ka re na ka n

1,612 dengan signifikansi 0,068 (< α=10%),

pengrajin tidak perlu mengeluarkan upah

sehingga, nilai konstanta ini berpengaruh

tenaga kerja. Kondisi ini tetap berdampak

signifikan terhadap keuntungan industri tahu

positif pada keuntungan industri tahu

di Kabupaten Sleman. Dari hasil tersebut,

tersebut, karena peningkatan produktivitas

apabila semua variabel independen, yaitu

kerja tetap dapat diupayakan maksimal dan

upah tenaga kerja, harga kedelai, kapasitas

lebih mudah dilakukan.

produksi, pengalaman usaha, harga kayu bakar, harga kunyit, dan harga koagulan diabaikan, maka besarnya keuntungan industri tahu adalah ln 1,612.

3) Harga Kedelai Koefisien regresi dari harga kedelai adalah -1,892 dengan signifikansi 0,008 ( < α = 1 % ) , se h i n g g a , v a r i a b e l h a rg a

2) Upah Tenaga Kerja

kedelai berpengaruh signifikan terhadap

Koefisien regresi dari upah tenaga

keuntungan industri tahu di Kabupaten

kerja adalah 0,401 dengan signifikansi

Sleman. Nilai koefisien regresi tersebut

0,095 (< α=10%). Variabel upah tenaga

menunjukkan bahwa peningkatan harga

kerja berpengaruh signifikan terhadap

kedelai 1 persen dapat menyebabkan

keuntungan industri tahu di Kabupaten

penurunan tingkat keuntungan dari industri

Sleman. Nilai koefisien regresi tersebut

tahu di Kabupaten Sleman 1,892 persen.

menunjukkan bahwa peningkatan upah

Hal ini dikarenakan dengan adanya

tenaga kerja 1 persen akan menyebabkan

kenaikan harga kedelai ini, para pengrajin

peningkatan keuntungan industri tahu

harus menambah modal produksi untuk

di Kabupaten Sleman 0,401 persen.

dapat memperoleh kedelai tersebut. Selain

Hal ini karena adanya kenaikan upah

itu, beberapa pengrajin juga menyiasati

bagi para tenaga kerja luar keluarga,

kenaikan har ga kedelai ini dengan

diharapkan produktivitas kerja dari tenaga

mengurangi penggunaan kedelai. Hal ini

kerja tersebut dapat meningkatkan hasil

dimaksudkan agar biaya produksi yang

produksi tahu dan dapat berdampak pada

dikeluarkan oleh para pengrajin tidak terlalu

tingkat keuntungan usaha yang diperoleh

membengkak. Dampaknya, produksi tahu

pengrajin. Di daerah penelitian, upah tenaga

yang dihasilkan pun mengalami penurunan,

kerja ini dikeluarkan oleh pengrajin yang

sehingga tingkat keuntungan yang diterima

menggunakan tenaga kerja luar keluarga.

oleh pengrajin juga berkurang.

Bagi pengrajin yang hanya menggunakan

230

Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016

4) Kapasitas Produksi

keuntungan ini berkaitan erat dengan usia

Koefisien regresi dari kapasitas

pengrajin tahu. Di daerah penelitian,

produksi adalah 0,822 dengan signifikansi

pengrajin yang mempunyai pengalaman

0 , 0 1 0 ( < α = 1 % ) . Va r i a b e l k a p a si t a s

usaha sudah cukup lama cenderung akan

produksi berpengaruh signifikan terhadap

mengurangi jumlah produksi tahu karena

keuntungan industri tahu di Kabupaten

usianya yang sudah tidak produktif lagi

Sleman. Nilai koefisien regresi tersebut

untuk memproduksi tahu dalam jumlah

menunjukkan bahwa peningkatan kapasitas

yang banyak. Dengan berkurangnya

produksi 1 persen dapat menyebabkan

volume produksi tahu oleh pengrajin yang

peningkatan keuntungan industri tahu di

sudah lebih berpengalaman ini, juga akan

Kabupaten Sleman 0,822 persen. Hal ini

mengurangi keuntungan yang diperoleh

karena dengan terjadinya peningkatan

pengrajin tahu tersebut.

kapasitas produksi ini, jumlah bahan baku kedelai yang dimasak pun juga akan

6) Harga Koagulan

mengalami peningkatan. Peningkatan

K o e f i s i e n r e gr e s i d a r i h a r ga

kapasitas produksi ini berbanding

koagulan adalah 0,970 dengan signifikansi

lurus dengan jumlah produk tahu yang

0,000 (< α=1%). Variabel harga koagulan

dihasilkan oleh pengrajin. Peningkatan

berpengaruh signifikan terhadap

kapasitas produksi ini akan menyebabkan

keuntungan industri tahu di Kabupaten

peningkatan penerimaan yang diterima oleh

Sleman. Nilai koefisien regresi ini

pengrajin dan diikuti dengan peningkatan

menunjukkan bahwa peningkatan harga

keuntungan yang diperoleh.

koagulan 1 persen akan menyebabkan peningkatan keuntungan industri tahu

5) Pengalaman Usaha

di Kabupaten Sleman 0,970 persen. Hal

Koefisien regresi pengalaman

ini karena koagulan ini termasuk bahan

usaha adalah -0,314 dengan signifikansi

penolong yang penting peranannya untuk

0,037 (< α=5%), sehingga, variabel

memproduksi tahu yang berkualitas baik.

pengalaman usaha berpengaruh signifikan

Ketika terjadi fluktuasi harga koagulan,

terhadap keuntungan industri tahu di

pengrajin akan tetap menggunakan

Ka bupa t e n Sl e m a n. Ni l a i k oe fi si e n

koagulan ini sebagai bahan penggumpal

regresi tersebut menunjukkan bahwa

sari kedelai menjadi tahu. Selain itu,

peningkatan pengalaman usaha 1 persen

beberapa pengrajin juga menyiasatinya

dapat menyebabkan penurunan tingkat

dengan mengurangi volume penggunaan

keuntungan industri tahu di Kabupaten

koagulan chioko serta mensubstitusinya

Sleman 0,314 persen. Terjadinya penurunan

dengan ai r bian g t ahu dari pr oses

Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016 produksi sebelumnya. Dengan begitu,

Saran

b i a y a p r o du k s i ya n g d i ke l u a r ka n

1.

231

Sebagai upaya untuk menstabilkan

pengrajin pun dapat ditekan. Terjadinya

harga dan ketersediaan bahan baku

fluktuasi harga koagulan ini sudah dapat

kedelai, perlu pengaktifan kembali serta

diantisipasi sebelumnya dan tetap dapat

optimalisasi fungsi koperasi pengrajin

meningkatkan keuntungan industri tahu

tahu dan tempe (KOPTI) di daerah

yang diperoleh pengrajin.

penelitian sebagai distributor bahan baku kedelai, sehingga biaya produksi

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

dapat ditekan dan keuntungan yang diperoleh pengrajin dapat ditingkatkan.

1. Harga kedelai berpengaruh negatif

2. Sebaiknya pengrajin tahu berusaha

terhadap permintaan kedelai pada

untuk mengembangkan industri ini

industri tahu di Kabupaten Sleman,

dengan cara mengolah kedelai tersebut

sedangkan upah tenaga kerja dan

menjadi produk-produk lainnya selain

harga kayu bakar berpengaruh positif

produk tahu, sehingga nilai tambah dari

terhadap permintaan kedelai pada

kedelai dapat ditingkatkan.

industri tahu di Kabupaten Sleman. Permintaan kedelai oleh pengrajin

DAFTAR PUSTAKA

yang memiliki mesin giling juga lebih

Damardjati, D. S., Marwoto, D.K.S. Swastika, D.M.Arsyad, Y. Hilman. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai. Jakarta: Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian.

banyak dibandingkan pengrajin yang tidak memiliki mesin giling. 2. Nilai tambah dari produk tahu goreng sebesar Rp 5.602,4/kg kedelai, tahu putih sebesar Rp 5.175,2/kg kedelai, dan tahu kuning sebesar Rp 3.999,6/ kg kedelai. 3. Upah tenaga kerja, kapasitas produksi, dan harga koagulan berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan industri tahu di Kabupaten Sleman, sedangkan harga kedelai & pengalaman usaha berpengaruh negatif terhadap tingkat keuntungan industri tahu di Kabupaten Sleman.

Fatmawati, Rostin, dan Baso, J.N., 2016, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi di Indonesia, Jurnal Ekonomi 1 (1) : 128-134. Hanafi, F.I., Daris, E., dan Rochaeni, S., 2014, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Kelurahan Jurangmangu Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan. Jurnal Agribisnis 8 (1): 45-58.

232

Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016

Hidayat, L. dan Salim, S., 2013, Analisis Biaya Produksi dalam Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan. Jurnal Ilmiah Manajemen Kesatuan 1 (2) : 159-168 Mahabirama, A.K., Kuswanti, H., Daryanto, S., dan Winandi, R. 2013. Analisis Efisiensi dan Pendapatan Usahatani Kedelai di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Jurnal Apl. Manajemen 11 : 197-206. McFarlane, I. and O’Connor, E.A. 2014. World Soybean Trade: Growth and Sustainability. Modern Economy 5: 580-588. Ngamel, A.K. 2012. Analisis finansial usaha budidaya rumput laut dan

nilai tambah tepung karaginan di Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara. Jurnal Sains Terapan Edisi II Vol. 2: 68 - 83. Rahmanta, 2015, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kedelai di Provinsi Sumatera Utara. Jurnal QE 4 (1): 1-12. Tanoyo, S. Brilliantoro. 2014. Analisis dampak kenaikan harga kedelai terhadap pendapatan usaha pengrajin tempe skala kecil dan rumah tangga ( ka s u s K e l ur a h a n K r o b o ka n , Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang) [skripsi]. Semarang : Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro.