PERSAMAAN LAJU PERTUMBUHAN DOMBA LOKAL JANTAN

Download Kata Kunci: Domba lokal, pertambahan bobot badan, pertambahan panjang badan, pertambahan tinggi pundak. ... tersebar di beberapa wilayah, a...

0 downloads 404 Views 278KB Size
Laju Pertumbuhan Domba Lokal

|1

PERSAMAAN LAJU PERTUMBUHAN DOMBA LOKAL JANTAN DAN BETINA UMUR 1-12 BULAN YANG DITINJAU DARI PANJANG BADAN DAN TINGGI PUNDAK (Kasus Peternakan Domba Di Kampung Nenggeng, Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat) GROWTH RATE EQUATION VIEWED FROM BODY LENGTH AND SHOULDER HEIGHT OF MALE AND FEMALE LOCAL SHEEP AGES 1-12 MONTHS (Case at Sheep Farm in Nenggeng Village, Darangdan Sub-district, Purwakarta District, West Java Province) Handi Subhandiawan*, Sri Bandiati Komar**, dan Nono Suwarno** Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

e-mail : [email protected] Abstrak Penelitian mengenai, “Persamaan Laju Pertumbuhan Domba Lokal Jantan dan Betina Umur 1-12 Bulan yang Ditinjau dari Panjang Badan dan Tinggi Pundak (Kasus Peternakan Domba di Kampung Nenggeng, Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat)” telah dilakukan pada tanggal 10-24 Juni 2016. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui persamaan dan hubungan dari pertambahan bobot badan jantan dan betina umur 1-12 bulan terhadap pertambahan panjang badan dan tinggi pundak domba lokal jantan dan betina . Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan analisis korelasi dan regresi linier berganda. Ternak yang digunakan sebanyak 15 ekor domba lokal jantan dan 15 ekor domba lokal betina. Hasil penelitian diperoleh bahwa korelasi antara pertambahan bobot badan dengan pertambahan tinggi pundak dan pertambahan panjang badan pada domba lokal jantan dan betina secara berturut-turut adalah 0,004; 0,029 (P>0,05) dan 0,010; 0,071 (P>0,05). Hasil analisis regresi berganda diperoleh persamaan regresi antara pertambahan bobot badan terhadap pertambahaan panjang badan dan pertambahan tinggi pundak pada domba lokal jantan Ŷ = 2,142 + 0,060X1 – 0,045X2 dengan koefisien determinasi sebesar 0,002; domba lokal betina Ŷ = 1,862 + 0,127X1 – 0,076X2 dengan koefisien determinasi sebesar 0,010. Disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang lemah antara pertambahan panjang badan dan pertambahan tinggi pundak terhadap pertambahan bobot badan. Kata Kunci: Domba lokal, pertambahan bobot badan, pertambahan panjang badan, pertambahan tinggi pundak. Abstract A research on “Growth Rate Equation Viewed from Body Length and Shoulder Height of Male and Female Local Sheep Ages 1-12 Months” had been carried out on June, 2016. The purpose of this research were to determine the equation and the correlation between increase of body length and increase of shoulder height on growth weight. The research method was descriptive and the data was analized using correlation and

Laju Pertumbuhan Domba Lokal

|2

regression of 30 local sheep, consist of 15 heads of male and 15 heads of female from 112 months. The result showed the correlation between increase of shoulder height and increase of body length on growth weight of male and female local sheep repeatedly are : 0.004; 0.029 (α >0.05) and 0.010; 0.071 (α >0.05). The equation for regression analysis between increase of body length and increase of shoulder height on growth weight of male local sheep: (1) Ŷ = 2.142 + 0.060X1 – 0.045X2 R2= 0.002; female local sheep Ŷ = 1.862 + 0.127X1 – 0.076X2, R2= 0.010. Conclusion, the quality of correlation between increase of body length and increase of shoulder height on growth weight was very low. Key Words: Local Sheep, growth weight, increase of body length , increase of shoulder height 1.

PENDAHULUAN Domba merupakan ternak yang keberadaannya cukup penting dalam dunia

peternakan, karena kemampuannya untuk menghasilkan daging sebagai protein hewani bagi masyarakat. Populasi dan konsumsi daging domba yang semakin meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik (2009) yang menyatakan bahwa populasi domba di Indonesia berkisar 9.514.000 ekor pada tahun 2007, sebesar 10.199.000 ekor pada tahun 2009 dan meningkat menjadi 10.392.000 ekor domba pada tahun 2010. Indonesia merupakan negara yang cukup banyak memiliki jenis domba yang tersebar di beberapa wilayah, antara lain domba ekor tipis, domba garut, domba donggala, domba ekor gemuk. Cukup banyaknya jenis domba yang ada di Indonesia menandakan tingginya potensi untuk peningkatan produksi daging dengan tujuan peningkatan konsumsi protein hewani di masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya usaha peningkatan yang lebih maksimal dalam hal budidaya dan mutu genetik dari domba. Salah satu bangsa ternak domba yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah domba lokal yang berada di Kampung Nenggeng, Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Pertumbuhan adalah ciri dari suatu makhluk hidup. Pada ternak domba lokal yang dimanfaatkan sebagai domba pedaging, pertambahan panjang badan dan tinggi pundak menjadi perhatian utama untuk kuantitas dan kualitas daging. Panjang badan dan tinggi pundak dapat dijadikan penilaian dalam menentukan performa dari suatu ternak.

Laju Pertumbuhan Domba Lokal

|3

Semakin panjang tubuh ternak maka akan semakin banyak bagian dari tubuh ternak tersebut yang dapat diisi oleh bagian perototan atau perdagingan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, salah satunya adalah jenis kelamin. Berdasarkan pada temuan dilapangan didapatkan bahwa domba yang berjenis kelamin jantan cenderung akan lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan domba berjenis kelamin betina. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan sistem hormonal. Laju pertumbuhan dapat memperlihatkan periode pertumbuhan cepat dan periode pertumbuhan lambat dilihat dari selisih pertambahan bobot badan dari tiap waktu pengukuran. Oleh karena itu, dengan mengetahui laju pertumbuhan akan membantu manajemen pemeliharaan dan menentukan waktu panen yang tepat. Berdasarkan pada latar belakang tersebut, identifikasi terhadap laju pertumbuhan domba lokal perlu dilakukan guna menambah informasi mengenai pertumbuhan panjang badan dan tinggi pundak pada domba tersebut. 2. METODE PENELITIAN Metode Penelitian ini menggunakan metode survey yaitu metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil yang ditentukan berdasarkan umur domba jantan dan betina yang berumur sampai dengan 12 bulan dengan recording data yang lengkap. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan metode Deskriptif Analitik. Metode Deskriptif Analitik adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia atau ternak, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nasir, 1988). Tujuan dari metode penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang diselidiki. Pengukuran Ukuran-ukuran Tubuh Pengukuran Panjang Badan Panjang badan diukur menggunakan pita ukur (cm) mulai dari tepi tulang processus spinosus bagian vetebra thoracalis tertinggi sampai benjolan tulang tapis

Laju Pertumbuhan Domba Lokal

|4

(tulang duduk /os ischium). Pengukuran Tinggi Pundak Tinggi pundak diukur menggunakan tongkat ukur (cm) mulai dari titik tertinggi pundak sampai tanah. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah: 1.

Bobot Badan (BB) dengan satuan kilogram (kg)

2.

Tinggi pundak (TP) dengan satuan centimeter (cm)

3.

Panjang badan (PB) dengan satuan centimeter (cm)

Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis data yang digunakan adalah analisis statistika deskriptif. Semua data yang diperoleh kemudian diolah untuk mendapatkan nilai rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi, nilai minimum, dan nilai maksimum. Analisis Korelasi Koefisien korelasi antara variabel dapat dihitung dengan metode korelasi dengan rumus (Sudjana, 2006): r= t hit Keterangan: r = Koefisien Korelasi n = Jumlah data xi = Variabel 1 yi = Variabel 2 Analisis Regresi Data hasil penelitian yang diperoleh dianalisis menggunakan prosedur analisis regresi. Persamaan regresi yang dipakai berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2) terbesar dengan standar error terkecil.

Laju Pertumbuhan Domba Lokal

|5

Analisis regresi akan dilakukan apabila jumlah variabel bebasnya minimal dua (Sugiono, 2005). Persamaan regresi linier berganda (Sugiarto, 2006): Ŷ=

+

1X1

+

2X2

+..... +

nXn

+

i

Keterangan: X1, X2,...,Xn = Himpunan variabel kontrol (variabel independen) dan = Parameter yang nilainya tidak diketahui, sehingga diduga menggunakan statistik populasi. = Komponen sisaan yang tidak diketahui nilainya (acak) I Koefisien Determinasi R2 Keterangan: R2 = Koefisien Determinasi (%)

3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data Penelitian Jumlah domba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 ekor yang terdiri dari 15 ekor domba jantan dan 15 ekor domba betina. Domba tersebut merupakan domba yang lahir pada tahun 2014 dan 2015. Domba dengan kelahiran tunggal sebanyak 11 ekor, 19 ekor merupakan domba dengan tipe kelahiran kembar, dengan jumlah kelahiran kembar dua sebanyak 16 ekor, dan domba hasil kelahiran kembar tiga sebanyak 3 ekor. Hal ini merupakan bukti dari tingginya sifat profilik pada domba lokal. Laju Pertumbuhan Bobot Badan Hasil rataan pertambahan bobot badan domba lokal di desa Nenggeng dari bulan ke bulan dan jenis kelamin yang berbeda pada penelitian ini disajikan pada Rata-rata pertambahan bobot badan domba lokal jantan dan betina selama 12 bulan secara berturut-turut adalah 2,13 kg dan 1,90 kg. Hal ini sesuai dengan pernyataan Diwyanto (1982) dalam penelitiaanya mengenai domba priangan, yang menyatakan bahwa pertambahan bobot badan domba Priangan jantan lebih besar dibandingkan dengan domba betina. Pertambahan bobot badan pada bulan pertama (bulan ke 1) terlihat jauh berbeda antara domba jantan dan betina. Domba dengan jenis kelamin jantan bertambah

Laju Pertumbuhan Domba Lokal

|6

4,39 kg dari bobot lahir dan domba dengan jenis kelamin betina hanya bertambah 2,85 kg dari bobot lahir. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: hormon, dan kesehatan ternak domba. Pada bulan pertama merupakan titik maksimum pertambahan bobot badan pada domba lokal di desa Nenggeng. Pada bulan keempat terlihat adanya penurunan dari laju pertambahan bobot badan domba baik jantan ataupun betina. Pada bulan kelima dan keenam terjadi peningkatan kembali dan pada bulan ketujuh hingga bulan keduabelas terjadi pertambahan bobot badan yang bersifat fluktuatif untuk domba betina, sementara untuk domba jantan pada bulan ketujuh hingga bulan kesembilan terjadi pertambahan yang menurun, dan pada bulan ke kesembilan hingga bulan keduabelas terjadi peningkatan pertambahan bobot badan yang meningkat namun tidak terlalu signifikan. Domba muda mencapai 75% bobot dewasa pada umur satu tahun dan 25% lagi enam bulan kemudian yaitu pada umur 18 bulan, dengan pakan seseai dengan kebutuhannya. Pada bulan pertama, pertumbuhan sangat cepat terutama beberapa bulan setelah lahir, 50% dicapai pada tiga bulan pertama, 25% lagi pada tiga bulan kedua dan 25% berikutnya dicapai dalam 6 bulan terakhir (Herman, 2003 dalam Suryantoro, 2010). Gambar 1. Grafik Pertambahan Bobot Badan Domba Lokal

BULAN

Laju Pertumbuhan Domba Lokal

|7

Laju Pertumbuhan Panjang Badan Panjang badan merupakan bagian dari tubuh domba yang ukurannya cukup berpengaruh terhadap bobot badan. Hasil rataan pertambahan panjang badan domba lokal di desa Nenggeng dari bulan ke bulan dan jenis kelamin yang berbeda pada penelitian ini disajikan pada grafik pertambahan bobot badan disajikan dalam Gambar 2. Rata-rata pertambahan panjang badan domba lokal jantan dan betina selama 12 bulan secara berturut-turut adalah 2,52 cm dan 2,41 cm. Pertambahan panjang badan tertinggi terjadi pada bulan kedua yaitu sebesar 5,33 cm untuk jantan dan 4,45 cm untuk betina. Gambar 2. Grafik Pertambahan Panjang Badan Domba Lokal

Pertambahan panjang badan paling rendah pada domba jantan terjadi pada bulan kedelapan dengan nilai pertambahan sebesar 1,69 cm, sedangkan pada domba betina pertumbuhan paling rendah terjadi pada bulan kesembilan dengan nilai pertambahan sebesar 1,81 cm. Perbedaan waktu pertumbuhan panjang badan antara jenis kelamin ini diduga disebabkan oleh aktifitas hormon pada domba betina di umur kesembilan dan domba jantan pada umur bulan kedelapan.

Laju Pertumbuhan Domba Lokal

|8

Laju Pertumbuhan Tinggi Pundak Tinggi pundak merupakan perpaduan antara ukuran tulang kaki dan dalam dada. Hewan yang mempunyai dimensi tulang kaki yang besar cenderung tumbuh lebih cepat dan menghasilkan daging yang lebih banyak dibandingkan hewan yang berkaki kecil (Utami, 2008). Hasil rataan pertambahan tinggi pundak domba lokal di desa Nenggeng dari bulan ke bulan dan jenis kelamin yang berbeda pada penelitian ini disajikan pada grafik pertambahan bobot badan disajikan dalam Gambar 3. Rata-rata pertambahan tinggi pundak domba lokal jantan dan betina selama 12 bulan secara berturut-turut adalah 1,82 cm dan 1,64 cm. Pertambahan tinggi pundak tertinggi terjadi pada bulan kedua yaitu sebesar 4,27 cm untuk jantan dan 3,60 cm untuk betina. Hal tersebut terjadi karena pada umur tersebut domba masih dalam proses pertumbuhan. Selama pertumbuhan, tulang tumbuh secara kontinyu dengan kadar laju pertumbuhan yang relatif lambat, sehingga rasio otot dengan tulang meningkat selama pertumbuhan (Soeparno, 2005). Pertambahan tinggi pundak paling rendah pada domba jantan terjadi pada bulan kelima dengan nilai pertambahan sebesar 0,80 cm, sedangkan pada domba betina terjadi pada bulan kesembilan sebesar 0,93 cm. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan respon terhadap lingkungan. Perbedaan respon ini menyebabkan adanya perbedaan kadar laju pertumbuhan. Faktor jenis kelamin, hormon, dan kastrasi serta genotip juga mempengaruhi pertumbuhan (Suryantoro, 2010). Gambar 3. Grafik Pertambahan Tinggi Pundak Domba Lokal

Laju Pertumbuhan Domba Lokal

|9

Korelasi Antara Pertambahan Bobot Badan dengan Pertambahan Panjang Badan dan Pertambahan Tinggi Pundak Koefisien korelasi antara pertambahan panjang badan dan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan domba lokal jantan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Korelasi dan Signifikansi antara Pertambahan Bobot Badan dengan Pertambahan Panjang Badan dan Tinggi Pundak Domba Lokal Jantan

PBBJ

Uraian Korelasi Pearson Sig. (2-tailed) N

PPBJ 0,004 0,496 11

PTPJ 0,029 0,467 11

Keterangan: PBBJ = Pertambahan Bobot Badan Jantan PPBJ = Pertambahan Panjang Badan Jantan PTPJ = Pertambahan Tinggi Pundak Jantan Tabel 8 menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara Pertambahan bobot badan dengan Pertambahan panjang badan dan Pertambahan tinggi pundak berturut-turut adalah 0,004 dan 0,029. Hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Doho (1994) tinggi pundak, lingkar dada dan panjang badan memiliki korelasi positif dengan bobot badan pada domba Ekor Gemuk, masing-masing sebesar 0,65; 0,78; 0,65. Hanibal, (2008) juga melaporkan bahwa lingkar dada dan panjang badan berkorelasi positif terhadap bobot badan domba silangan Lokal Garut jantan pada kelompok Cikadu dengan elastisitas sebesar 0,89 dan 0,70. Koefisien korelasi tersebut termasuk kategori lemah untuk pertambahan panjang badan terhadap pertambahan bobot badan, serta pertambahan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan. Hal ini dapat dilihat dengan tingkat keeratan hubungan antara dua variabel yang dikelompokan kedalam: lemah (0,1-<0,25); sedang (0,25-< 0,5); kuat (0,5-1) menurut Warwick, dkk. (1995).Koefisien korelasi antara pertambahan panjang badan dan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan domba lokal betina dapat dilihat pada Tabel 2.

Laju Pertumbuhan Domba Lokal

| 10

Tabel 2. Nilai Korelasi dan Signifikansi antara Pertambahan Bobot Badan dengan Pertambahan Panjang Badan dan Tinggi Pundak Domba Lokal Betina Uraian PPBB PTPB PBBB Korelasi Pearson 0,010 0,071 Sig. (2-tailed) 0,488 0,418 N 11 11 Keterangan: PBBB = Pertambahan Bobot Badan Betina PPBB = Pertambahan Panjang Badan Betina PTPB = Pertambahan Tinggi Pundak Betina Tabel 2 menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara Pertambahan bobot badan dengan Pertambahan panjang badan dan Pertambahan tinggi pundak berturut-turut adalah 0,010 dan 0,071. Koefisien korelasi tersebut termasuk kategori lemah untuk pertambahan panjang badan terhadap pertambahan bobot badan, serta pertambahan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan. Hal ini dapat dilihat dengan tingkat keeratan hubungan antara dua variabel yang dikelompokan kedalam: lemah (0,1-<0,25); sedang (0,25-< 0,5); kuat (0,5-1) menurut Warwick, dkk. (1995). Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai signifikansi koefisien korelasi antara pertambahan bobot badan dengan pertambahan panjang badan, serta pertambahan bobot badan dengan pertambahan tinggi pundak memiliki memiliki nilai probabilitas lebih dari 0,05 (p>0,05). Sehingga disimpulkan bahwa koefisien korelasi tersebut tidak signifikan. Hubungan Antara Panjang Badan dan Tinggi Pundak Terhadap Pertambahan Bobot Badan Domba Lokal Jantan Hasil analisis regresi linear berganda hubungan antara pertambahan panjang badan dan pertambahan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan diperoleh persamaan regresi dugaan sebagai berikut: Ŷ = 2,142 + 0,060X1 – 0,045X2, dengan X1 dan X2 secara berturut-turut adalah pertambahan tinggi pundak dan pertambahan panjang badan domba lokal jantan. Pada persamaan regresi menunjukan nilai yang negatif untuk panjang badan dan nilai positif untuk tinggi pundak. Hal tersebut dapat diartikan bahwa panjang badan memiliki hubungan yang negatif dengan pertambahan

Laju Pertumbuhan Domba Lokal

| 11

panjang badan, sedangkan pertambahan tinggi pundak adalah sebaliknya memiliki hubungan yang positif dengan pertambahan bobot badan pada domba lokal jantan. Koefisien determinasi berganda (R2/R square) digunakan untuk mengetahui sumbangan pengaruh variabel bebas terhadap variable terikat. Nilai koefisien determinasi dari pertambahan panjang badan dan tinggi pundak terhadap pertambahan bobot badan adalah

sebesar 0,002 atau 0,2% artinya pengaruh X1 dan X2 secara

bersama-sama terhadap Y adalah sebesar 0,2% dengan sisa 99,8% ditentukan oleh faktor-faktor lainnya diluar X1 dan X2 terhadap Y. Model tersebut dapat dijadikan model untuk menunjukan hubungan antara pertambahan panjang badan dan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan domba lokal jantan, karena pengaruh pertambahan panjang badan (X1) dan pertambahan tinggi pundak (X2) terhadap pertambahan bobot badan (Y) bernilai cukup tinggi yaitu 0,2%. Faktor-faktor lain sebesar 99,8% menunjukan adanya pengaruh lain yang lebih menunjang terhadap pertambahan bobot badan. Faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh adalah pertambahan dari ukuran bagian-bagian lain dari tubuh domba, seperti lingkar dada, dalam dada, lebar dada, tinggi pinggul, lebar pinggul, dan panjang pinggul diperkirakan memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan meskipun kecil. Hubungan Antara Panjang Badan dan Tinggi Pundak Terhadap Pertambahan Bobot Badan Domba Lokal Betina Hasil analisis regresi linear berganda hubungan antara pertambahan panjang badan dan pertambahan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan diperoleh persamaan regresi dugaan sebagai berikut: Ŷ = 1,862 + 0,127X1 – 0,076X2, dengan X1 dan X2 secara berturut-turut adalah pertambahan tinggi pundak dan pertambahan panjang badan domba lokal betina. Pada persamaan regresi menunjukan nilai yang positif untuk tinggi pundak dan nilai negatif untuk panjang badan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa panjang badan memiliki hubungan yang negatif dengan pertambahan panjang badan, sedangkan tinggi pundak adalah sebaliknya pada domba lokal betina.

Laju Pertumbuhan Domba Lokal

| 12

Koefisien determinasi berganda (R2/R square) digunakan untuk mengetahui sumbangan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi dari pertambahan panjang badan dan tinggi pundak terhadap pertambahan bobot badan sebesar 0,010 atau 1% artinya pengaruh X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap Y adalah sebesar 1% dengan sisa 99% ditentukan oleh faktor-faktor lainnya diluar X1 dan X2 terhadap Y. Model tersebut dapat dijadikan model untuk menunjukan hubungan antara pertambahan panjang badan dan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan domba lokal betina. Pengaruh pertambahan tinggi pundak (X1) dan pertambahan panjang badan (X2) terhadap pertambahan bobot badan (Y) bernilai sedang yaitu 1%. Faktor-faktor lain sebesar 99% menunjukan adanya pengaruh lain yang lebih menunjang terhadap pertambahan bobot badan. Faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh adalah pertambahan dari ukuran bagian-bagian lain dari tubuh domba, seperti: lingkar dada, dalam dada, lebar dada, tinggi pinggul, lebar pinggul, dan panjang pinggul diperkirakan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pertambahan bobot badan. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan dengan hasil sebagai berikut: 1. Diperoleh persamaan laju pertumbuhan bobot badan domba lokal yang ditinjau dari panjang badan dan tinggi pundak pada domba lokal jantan adalah Ŷ = 2,142 + 0,060X1 – 0,045X2. 2. Diperoleh persamaan laju pertumbuhan bobot badan domba lokal yang ditinjau dari panjang badan dan tinggi pundak pada domba lokal betina adalah Ŷ = 1,862 + 0,127X1 – 0,076X2.

Laju Pertumbuhan Domba Lokal

| 13

5. DAFTAR PUSTAKA D. S. Sugiarto. 2006. Metode Statistika (Untuk Bisnis dan Ekonomi). Gramedia Pustaka Utama. Diwyanto, K. 1982. Pengamatan Fenotipik Beberapa Sifat Kualitatid dan Kuantitatif pada Domba Lokal di Indonesia. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Doho, S. R. 1994. Parameter Penotipik Beberapa Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Pada Domba Ekor Gemuk. Tesis. Program Pascasarjana. IPB. Bogor Herman, R. 1982. Ilmu Tilik Hewan (untuk Domba). Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nasir, M., 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung. Sugiyono. 2015. Statistik Nonparametris untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. Suryantoro, R. 2010. Kualitas Fisik Daging dari Domba Lokal Jantan Dengan Kecepatan Tumbuh Berbeda yang Dipelihara Secara Intensif. Skripsi. Program Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Utami, T. 2008. Pola Pertumbuhan Berdasarkan Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Domba Lokal di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J). Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Warwick, E.J., J. M. Astuti dan W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal. 99: 152: 164:293.