PERSEPSI IBU HAMIL DENGAN FAKTOR RESIKO USIA > 35 TAHUN

Download ibu hamil terhadap resiko tinggi kehamilan dan peran bidan dalam penanganan resiko tinggi kehamilan. .... dengan pengertian bahwa data yang...

0 downloads 362 Views 394KB Size
1 PERSEPSI IBU HAMIL DENGAN FAKTOR RESIKO USIA > 35 TAHUN TERHADAP RESIKO TINGGI KEHAMILAN DI PUSKESMAS TLOGOSARI KULON PEDURUNGAN SEMARANG Oleh: Joan Christiyanti, Rose Nurhudhariani, Dewi Mayangsari Email: [email protected] Program Studi DIV Bidan Pendidik STIKES Karya Husada Semarang ABSTRAK Latar Belakang : Resiko Tinggi Kehamilan di Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang mencapai 421 ibu dari 1521 ibu pada tahun 2014. Sedangkan pada tahun 2015 bulan Januari hingga Juni mencapai 316 ibu. Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengetahuan ibu hamil terhadap resiko tinggi kehamilan, sikap ibu hamil terhadap resiko tinggi kehamilan, upaya ibu hamil terhadap resiko tinggi kehamilan dan peran bidan dalam penanganan resiko tinggi kehamilan. Metode : Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomologi. Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam. Jumlah partisipan 3 ibu hamil yang berusia > 35 tahun di Puskesmas Tlogosari Kulon Pedurungan Semarang. Hasil : Hasil wawancara mendalam pada partisipan didapatkan informasi tentang pengetahuan ibu akan resiko tinggi kehamilan yaitu masalah atau bahaya akan ibu dan janin, informasi yang didapatkan dari bidan dan ibu-ibu setempat. Ibu hamil mendapatkan dukungan atau perhatian dari suami maupun keluarga. Upaya ibu hamil dalam mencegah resiko tinggi kehamilan dengan memeriksakan kehamilan rutin. Bidan berperan dengan baik kepada ibu hamil dalam mencegah kehamilan resiko tinggi. Saran : Penelitian ini diharapkan petugas Puskesmas Tlogosari Kulon Pedurungan Semarang lebih menggali masyarakat akan usia wanita yang berisiko tinggi akan kehamilan. Mencegah adanya kasus resiko tinggi kehamilan yang berdampak pada kematian sehingga penanganan awal sebagainya lebih diterapkan. Kata kunci : persepsi ibu hamil, faktor resiko usia > 35 tahun, resiko tinggi kehamilan Daftar Pustaka : 21 (2007-2014) ABSTRACT Background : High risk pregnancy in Tlogosari Kulon Health Center Pedurungan Semarang of 1521 mother reached 421 mother in 2014. While in January to June reache 316 mother. Purpose : Explore the knowledge, attitude and efforts of pregnant about high risk pregnancy, and the role of midwife is role in the handing. Method : This study used qualitative methods to approach fenomologi . Data collection techniques with in-depth interviews. Number of participants 3 pregnant women aged > 35 years in the health center Kulon Tlogosari Pedurungan Semarang. Result : The results of in-depth interviews in participants obtained information about the mother's knowledge would be a high risk of pregnancy is a problem or danger of the mother and fetus, the information obtained from the midwives and local women. Pregnant mothers get support or attention from her husband and family. Pregnant mothers efforts in preventing high-risk pregnancies with antenatal routine. Midwives act well to prevent pregnancy in high risk pregnancy. Suggestion : This study is expected Tlogosai Kulon health worker digging Pedurungan Semarang more people will be aged women who are at high risk of pregnancy. Preventing any cases of high risk pregnancies that impact on death so much so that early treatment is applied.

Persepsi Ibu Hamil Dengan Faktor Resiko Usia > 35 Tahun Terhadap Resiko Tinggi Kehamilan Di Puskesmas Tlogosari Kulon Pedurungan Semarang (Joan Christiyanti)

PENDAHULUAN Kehamilan resiko tinggi merupakan suatu kehamilan yang memiliki resiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya) yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan. Deteksi awal pada kehamilan dapat dijadikan sebagai salah satu upaya untuk mencegah kehamilan resiko tinggi ibu hamil (Nurcahyo, 2007). Kebanyakan kematian maternal diakibatkan oleh kehamilan resiko tinggi tersebut sesungguhnya dapat dicegah jika mereka segera mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan. Sayangnya justru mereka terlambat memperoleh pertolongan karena tidak mengenali tanda-tanda komplikasi yang mengancam jiwa, lambat mengambil keputusan mencari pertolongan, sangat jauh untuk mendapatkan perawatan yang memadai atau sering disebut 3 terlambat (Depkes RI, 2010). Gerakan Sayang Ibu (GSI) yang diupayakan untuk mencegah terjadinya kejadian yang tidak diinginkan menurut Saifudin (2009) yaitu dengan mencegah tiga macam keterlambatan, yaitu (1) keterlambatan ditingkat keluarga dalam mengenali tanda bahaya dan membuat keputusan untuk segera mencari pertolongan; (2) keterlambatan dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan; (3) keterlambatan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapat pertolongan yang dibutuhkan. Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas Tlogosari Kulon, didapatkan informasi bahwa pada tahun 2014 terdapat ibu hamil dengan resiko tinggi 421 ibu dari 1521 ibu, pada bulan Januari 2015 terdapat ibu hamil faktor resiko usia > 35 tahun berjumlah 8 ibu. Pada ibu hamil dengan faktor resiko usia > 35 tahun pada bulan Februari terdapat 8 ibu, bulan Maret terdapat 20 ibu, bulan April terdapat 12 ibu, bulan Juni terdapat 21 ibu, bulan Mei terdapat 25 ibu dan bulan Juli terdapat 18 ibu. Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Persepsi Ibu Hamil Dengan Faktor Resiko Usia > 35 tahun Terhadap Resiko Tinggi Kehamilan Di Puskesmas Tlogosari Kulon Pedurungan Semarang”.

pendekatan fenomonologis yang mengembangkan konsep-konsep pemahaman lebih dalam atas fenomena sosial perilaku dalam seting alamiah.Metode penyelidikan untuk mencari jawaban atas pertanyaan, dilakukan secara sistematis menggunakan seperangkat prosedur untuk menjawab pertanyaan. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologis yaitu pandangan berfikir yang menekan pada fokus kepada pengalamanpengalaman subjektif dari perilaku orang.Fenomenologi menekankan aspek subjektif dari pelaku orang, berusaha memahami perilaku manusia dari segi kerangka berfikir maupun bertindak orang-orang itu sendiri.Pengalaman manusia melalalui deskripsi dari orang yang menjadi partisipan penelitian adalah yang diteliti. Pada penelitian ini lebih mempunyai persepsi dengan pengertian bahwa data yang dikumpulkan untuk dideskripsikan berdasarkan ungkapan, bahasa, cara berfikir dan pandangan subjek sehingga mengungkapan bentuk persepsi tentang resiko tinggi kehamilan oleh ibu hamil di Puskesmas Tlogosari Pedurungan Semarang. Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara mendalam (in-depth interview). Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terbuka yaitu wawancara dimana responden mengetahui tujuan dari wawancara atau penelitian yang dilakukan, sehingga didapatkan data dari responden yang bersifat terbuka. Alat yang perlu dipersiapkan guna membantu kelancaran pengambilan data yaitu pedoman wawancara, alat perekam dan alat tulis. Peneliti dipertimbangkan dan kriteria yang sesuai dengan kebutuhan peneliti dalam penelitian ini. Adapun kriteria pada partisipan yaitu ibu hamil usia > 35 tahun dan ibu hamil dengan paritas ≥ 2. Penelitian ini menggunakan

METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif dengan

Pemilihan partisipan secara purposive sample didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,

triangulasi sumbernya yaitu suami atau keluarga dan bidan di Puskesmas Tlogosari Kulon Pedurungan Semarang. Subyek dalam penelitian ini diambil dari sebagian populasi dengan menggunakan teknik pengambilan subyek secara homogen (partisipan yang memilki karakteristik/ kasus yang sama). Dalam pendekatan ini yang diambil adalah sejumlah kecil kasus homogen, agar peneliti dapat mendiskripsikan kelompok tertentu secara mendalam.

*) Mahasiswa DIV Pendidik Kebidanan STIKES Karya Husada Semarang **) Dosen STIKES Karya Husada Semarang

3 berdasarkan cirri/sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Purposive sample digunakan dengan tujuan untuk merinci kekhususan yang ada dalam sekelompok populasi dan juga menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul. HASIL DAN PEMBAHASAN Kehamilan resiko tinggi adalah keadaan yang mempengaruhi optomalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi. Faktor resiko kehamilan meliputi primipara tua umur diatas 35 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm, riwayat kehamilan yang buruk (Manuaba, 2008). Resiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang, yaitu kemungkinan terjadinya komplikasi obstetrik pada saat persalinan yang dapat menyebabkan kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan atau ketidak-puasan (5 K) pada ibu dan atau bayi (Rochjati, 2011). Kehamilan resiko tinggi merupakan suatu kehamilan yang memiliki resiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya) yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan. Deteksi awal pada kehamilan dapat dijadikan sebagai salah satu upaya untuk mencegah kehamilan resiko tinggi ibu hamil (Nurcahyo, 2007). Faktor resiko menurut Poedji Rochjati (2011) adalah primi muda, primi tua, primi tua sekunder, anak terkecil < 2 tahun, grande multi, umur ≥ 35 tahun, tinggi badan ≤ 145 cm. Menurut Manuaba (2010) ibu hamil dengan usia kurang dari 19 tahun atau lebih dari 35 tahun, perkawinan lebih dari usia 5 tahun, riwayat operasi yaitu operasi plastik pada vagina atau tumor vagina, operasi persalinan atau operasi persalinan atau operasi pada rahim, riwayat kehamilan yaitu keguguran berulang, kematian intrauteri, sering mengalami perdarahan saat kehamilan, terjadi infeksi saat kehamilan, anak terkecil berusia 5 tahun, riwayat molahidatidosa atau korio karsinoma, riwayat persalinan yaitu persalinan dengan induksi, persalinan dengan manual plasenta, persalinan dengan perdarahan post partum dan persalinan dengan tindakan, tinggi badan kurang dari 145 cm, kehamilan yang disertai dengan penyakit yaitu jantung, paru, hati, ginjal dan diabetes mellitus. Sejalan dengan pendapat Liliweri (2007) yang menyatakan fungsi utama dari informasi

adalah menyampaikan pesan (informasi) dengan harapan penerima informasi akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang ingin dia ketahui sehingga akan menumbuhkan persepsi. Shintha (2008) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Dengan Kepatuhan Melakukan ANC di Puskesmas Ponjong II Gunungkidul Tahun 2008”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dengan kepatuhan melakukan ANC. Ibu hamil yang berpengetahuan sedang dan cukup dapat memeriksakan kehamilannya lebih jarang dari pada yang berpengetahuan baik. Pada partisipan 1 menjawab dengan meragukan, hal ini terlihat pada saat partisipan menjawab “Wah aku ya nggak tahu mbak…”, pada partisipan 2 juga menyatakan “biasane..” dan partisipan 3 juga mengatakan hal yang sama yaitu “biasane…katane…” hal ini bisa disebut dengan intruksi, belum kearah pemahaman. Informasi yang bersifat instruksi, menurut Notoadmojo (2003) tidak akan menimbulkan dorongan yang kuat bagi seseorang untuk berperilaku sehat, mereka akan cenderung melakukan perilaku sehat karena pengawasan. Sebaliknya informasi yang bersifat meningkatkan pemahaman dapat menjadi pendorong yang kuat bagi seseorang dalam berperilaku sehat. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingginya angka kematian ibu adalah sikap dan perilaku ibu itu sendiri selama hamil dan didukung oleh pengetahuan ibu terhadap kehamilannya. Beberapa faktor yang melatar belakangi resiko kematian ibu tersebut adalah kurangnya partisipasi masyarakat yang disebabkan tingkat pendidikan ibu rendah, kemampuan ekonomi keluarga rendah, kedudukan sosial budaya yang tidak mendukung. Jika ditarik lebih jauh beberapa perilaku tidak mendukung tersebut juga bisa membawa resiko (Elverawati, 2008). Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau obyek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut (Notoatmodjo, 2006). Ketidakpatuhan atau kepatuhan negatif merupakan suatu kondisi pada individu atau kelompok yang sebenarnya mau melakukan

Persepsi Ibu Hamil Dengan Faktor Resiko Usia > 35 Tahun Terhadap Resiko Tinggi Kehamilan Di Puskesmas Tlogosari Kulon Pedurungan Semarang (Joan Christiyanti)

4 tetapi dicegah dari melakukannya oleh faktorfaktor yang menghalangi ketaatan terhadap anjuran yang berhubungan dengan kesehatan yang diberikan oleh profesional kesehatan (Carpenito, 2007). Hasil kesimpulan tersebut ternyata mendukung hasil penelitian Ichda (2001) yang berjudul "Hubungan Pengetahuan, Sikap Ibu Hamil terhadap Kunjungan Pelayanan Antenatal di Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan pengetahuan dan sikap ibu terhadap kunjungan pelayanan antenatal di Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga. Pada penelitian ini dapat ditemukan bahwa hasil yang didapatkan bahwa ibu hamil akan memeriksakan kehamilannya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, hal ini dapat dilihat dari penelitian yang mendukung bahwa peneltian diatas ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu, namun pada penelitian sekarang ibu hamil memiliki kemampuan pengetahuan yang sedang karena ibu hamil hanya mengetahui bukan memahami tentang resiko tinggi kehamilan, namun ibu hamil akan memeriksakan kehamilannya sekarang sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan oleh tenaga kesehatan. Notoatmojo (2006) mengemukakan bahwa timbulnya perilaku mencegah penyakit didasari oleh pengetahuan dan kesadaran serta sikap yang positif dari individu. Faktor-faktor yang membentuk perilaku meliputi faktor intern yang mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar dan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya. Selanjutnya pada penelitian ini teridentifikasi bahwa ibu hamil risiko tinggi harus melakukan persiapan biaya persalinan dengan cara menabung. Pengetahuan ini sangat mendukung upaya pencegahan terjadinya komplikasi persalinan. Berdasarkan hasil penelitian Ariadi, Rahayu, dan Sudarso (2001) tentang identifikasi penyebab kematian ibu dan merumuskan upaya menurunkan angka kematian ibu (maternal mortality rate) pada masyarakat nelayan, disebutkan bahwa keterlambatan ibu hamil risiko tinggi menjangkau pelayanan kesehatan disebabkan karena ketersediaan biaya yang kurang. Dengan persiapan biaya persalinan yang adekuat, maka penyebab keterlambatan tersebut diharapkan dapat dieliminasi.

Pada penelitian ini ibu hamil juga mengetahui perlunya melakukan pembatasan diet. Pembatasan diet yang diketahui oleh informan meliputi makanan yang mengandung banyak garam (rendah garam) dan kopi (bebas kafein). Adapun tujuan pembatasan diet yang diketahui informan adalah untuk mengurangi oedem dan hipertensi. Pengetahuan ibu hamil risiko tinggi tentang pembatasan diet bebas kopi sangat penting bagi ibu hamil risiko tinggi, sebab kafein yang terkandung pada minuman kopi dapat menurunkan perfusi placenta. Dampaknya ibu hamil risiko tinggi beresiko mengalami gangguan pertumbuhan janin. Sedangkan mengenai diet rendah garam (khususnya pada ibu preeklampsi) tidak direkomendasikan, sebab ibu hamil dengan hipertensi (salah satu tanda preeklampsi) memiliki volume plasma yang lebih kecil. Bahkan garam diperlukan untuk mempertahankan volume darah dan perfusi placenta. Namun demikian konsentrasi natrium yang tinggi dapat menyebabkan retensi cairan (Bobak, et al, 2004). Sehingga ibu hamil tidak perlu melakukan pembatasan terhadap garam, dan tetap mengkonsumsi garam dalam jumlah yang tidak berlebih. Penelitian ini didukung oleh Suprihatin (2008) yang pada penelitiannya menjelaskan bahwa adapun yang menjadi pemicu pada kunjungan pertama tersebut adalah kesadaran diri sendiri dan keluarga. Menghadapi kondisi demikian, tenaga kesehatan melakukan pendekatan kepada kader dan memberikan insentif bagi orang yang dapat mengantarkan ibu hamil trimester pertama kontak dengan tenaga kesehatan. Frekuensi ANC yang dilakukan oleh ibu hamil risiko tinggi di desa Kenongo pada kunjungan selanjutnya (K2-K4) adalah rutin setiap bulan. Hal ini menunjukkan bahwa selama hamil, ibu melakukan kunjungan antara 6 sampai 9 kali. Adapun yang menjadi pemicu ibu hamil risiko tinggi melakukan kunjungan ANC selanjutnya adalah kesadaran sendiri, keluarga, tenaga kesehatan, dan kader. Kehamilan resiko tinggi menurut Manuaba (2010) dapat dicegah dengan pemeriksaan dan pengawasan kehamilan yaitu deteksi dini ibu hamil resiko tinggi atau komplikasi kebidanan yang lebih difokuskan pada keadaan yang menyebabkan kematian ibu dan bayi.Pengawasan antenatal menyertai langkahlangkah dan persiapan persalinan. Pengawasan antenatal sebaiknya dilakukan secara teratur selama hamil, oleh WHO dianjurkan pemeriksaan antenatal minimal 4 kali dengan 1 kali pada

Persepsi Ibu Hamil Dengan Faktor Resiko Usia > 35 Tahun Terhadap Resiko Tinggi Kehamilan Di Puskesmas Tlogosari Kulon Pedurungan Semarang (Joan Christiyanti)

5 trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III (rumus 1-1, 2-1, 3-2). Penatalaksanaan yang dapat diberikan menurut Rochjati (2011) yaitu pada primi muda yaitu dengan memberikan KIE agar memeriksakan kehamilan secara teratur, pengenalan dini adanya tanda dan perdarahan sebelum bayi lahir, merujuk segera ke bidan/Puskesmas bila ada perdarahan, membuat perencanaan persalinan bersama ibu hamil, suami dan keluarga dengan tenaga kesehatan. Umur 35 tahun atau lebih dengan memberikan KIE untuk memeriksakan kehamilan teratur, membantu menemukan sedini mungkin adanya penyakit dari ibu maupun penyakit/faktor resiko dari kehamilan, membantu perencanaan melahirkan pada bidan Puskesmas, merujuk tepat waktu ke Rumah Sakit bila ada persalinan macet. Tinggi badan 145 cm atau kurang dengan memberi KIE agar memeriksakan secara teratur, membuat perencanaan persalinan dengan ibu hamil, suami dan keluarga untuk melahirkan di Puskesmas rawat inap atau di Rumah Sakit. Menurut Sudirman (2008) kehamilan resiko tinggi dapat dicegah bila gejala ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan selanjutnya, salah satunya dengan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Pemeriksaan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke posyandu, puskesmas, RS paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan dan apabila ditemukan resiko pemeriksaan kehamilan harus lebih sering dan lebih intensif. Disamping itu juga perlu untuk mengkonsumsi makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna. Berdasarkan hsil penelitian tersebut diatas mendukung akan penelitian Nopitawati (2013) dengan judul “Kinerja bidan dalam deteksi dini ibu hamil resiko tinggi melalui pemanfaatan buku KIA di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Katingan propinsi Kalteng tahun 2013”. Serta sesuai dengan penelitian Mulastin (2009) dengan judul “Kinerja bidan dalam deteksi resiko tinggi ibu hamil di kabupaten Jepara” dengan hasil yang didapat yaitu ada hubungan yang signifikan insentif, kesempatan promosi, kepemimpinan dan motivasi dengan kinerja bidan di desa dalam deteksi resiko tinggi ibu hamil di kabupaten Jepara dan yang berpengaruh terhadap kinerja bidan desa dalam deteksi resiko tinggi ibu hamil di kabupaten Jepara adalah motivasi. Pada penelitian ini didukung dengan penelitian dari Kurniawati (2013) tentang profil ibu hamil risiko tinggi berdasarkan umur dan paritas. Sebagai tenaga kesehatan, upaya yang dilakukan

untuk mencegah terjadinya kehamilan risiko tinggi dengan segala dampak yang mungkin terjadi adalah dengan memberikan KIE pada ibu bahwa umur yang paling aman untuk reproduksi yaitu umur 20-34 tahun, dimana organ-organ reproduksi sudah matang dan siap menerima kehamilan dan persalinan serta memberikan KIE pada ibu mengenai keluarga berencana sehingga ibu dapat mengatur jarak kehamilan. Hal ini untuk menambah pengetahuan ibu dan untuk mendeteksi secara dini apabila terjadi komplikasi dan apabila terdapat faktor-faktor yang dapat menyebabkan risiko tinggi pada ibu hamil ataupun mempunyai riwayat obstertik jelek maka bisa diantisipasi atau dilakukan rujukan ke fasilitas yang memadai. SIMPULAN 1. Pengetahuan dari semua ibu hamil dapat memberikan jawaban bahwa resiko tinggi tersebut berbahaya bagi ibu maupun janin. Ibu hamil memperoleh pengetahuan tersebut tidak hanya dari bidan namun dari ibu-ibu sekitarnya. Ibu hamil mengetahui bahwa usia juga bisa menyebabkan resiko tinggi kehamilan, tidak hanya itu saja ibu hamil tahu bahwa ibu dengan tinggi badan yang pendek juga bisa menyebabkan terjadinya resiko tinggi kehamilan, penyakit gula dan asma juga bisa menyebabkan terjadinya resiko tinggi kehamilan. 2. Sikap ibu hamil terhadap kehamilan sekarang ada kekhawatiran akan kehamilan saat ini. Kehamilan dengan faktor resiko ini ada yang terencana maka ada ibu yang sangat menerima kehamilannya walaupun juga ada kekhawatiran juga akan dirinya maupun janin. Ibu menambah pengetahuan tentang resiko tinggi dari Puskesmas dengan memeriksakan dirinya dan bidan memberitahu tentang resiko tinggi kehamilan. Ibu hamil juga memberitahukan kepada suami dan keluarga akan kehamilan sekarang bahwa kehamilan sekarang bisa mengarah ke resiko tinggi kehamilan. 3. Upaya ibu hamil dalam mencegah diri dari resiko tinggi kehamilan dengan memeriksakan dirinya ke Puskesmas lebih rutin sesuai saran dari bidan. Salah seorang ibu hamil akan mengurangi konsumsi gorengan dan santan sebagai upaya pencegahannya. Bahkan ada yang menabung untuk upaya kedepan apabila ternyata harus dioprasi tidak melahirkan secara spontan atau normal. Pada persiapan ini tidak ditemukan adanya kendala dari ibu hamil dalam persiapan terhadap resiko tinggi

Persepsi Ibu Hamil Dengan Faktor Resiko Usia > 35 Tahun Terhadap Resiko Tinggi Kehamilan Di Puskesmas Tlogosari Kulon Pedurungan Semarang (Joan Christiyanti)

6 kehamilan. Suami dari ibu hamil berperan dalam kehamilan ini, ikut serta mengantar untuk priksa, memperhatikan pola makan juga, dalam hal ini suami dan keluarga memperhatikan kehamilan ibu. 4. Bidan sangat berperan juga dalam kehamilan ibu hamil dengan faktor resiko yang mengarah ke resiko tinggi, disini bidan diungkapkan oleh ibu hamil bahwa bidan juga memperhatikan akan kehamilan ibu dan baik terhadap ibu hamil. Bidan memberikan informasi kepada ibu hamil apa yang harus dilakukan dan perlu berguna untuk mencegah terjadinya resiko tinggi kehamilan. Pada setiap pemeriksaan bidan selalu menanyakan ada keluhan atau tidak pada ibu maupun kehamilan. Memberikan nasehat untuk tetap menjaga kesehatan dan pola makan untuk tidak

menaikan berat badan berlebihan. Pemeriksaan rutin sesuai jadwal yang diberikan, pemeriksaan dari berat badan, tekanan darah, TBJ dan DJJ, odem atau tidak dan memberikan obat sesuai kebutuhan ibu hamil. SARAN Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan edukasi ke masyarakat tentang deteksi awal adanya kelainan pada kehamilan. Segerakan lapor kepada kader maupun tenaga kesehatan apabila terdapat masalah atau kelainan pada ibu maupun kehamilannya. Jangan menunda akan pemeriksaan. Penelitian ini juga dapat sebagai lahan praktik mahasiswa sebagai bentuk pengabdian masyarakat pada saat praktik lapangan.

Persepsi Ibu Hamil Dengan Faktor Resiko Usia > 35 Tahun Terhadap Resiko Tinggi Kehamilan Di Puskesmas Tlogosari Kulon Pedurungan Semarang (Joan Christiyanti)

7 DAFTAR PUSTAKA

12. Manuaba,

dkk.

2008.

Buku

Ajar

Psikologi Obstetri Untuk Mahasiswa 1. Zuyina. 2010. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitia Psikologis. Jakarta: LPSP3. Universitas Indonesia 2. Moleong, J. Dr Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 3. Nursalam. 2008. Pendekatan Praktek Metodologi

Riset

Kebidanan. Jakarta: EGC 13. Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan.

Cetakan

ke-4.

Yogyakarta: Mitra Cendekia Press 14. Sarwono,

Prawirohardjo.

2006.

Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP

Keperawatan.

Jakarta: Sagung Seto 4. Ariunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan

Praktek.

Edisi

Revisi Cetakan Kedua Belas. Jakarta: PT. Rineka Cipta 5. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta 6. Sugiyono. 2008. Metodologi Peneltian Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta 7. Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta: C. V Andi 8. Rakhmat, Jalaludin. 2007. Persepsi Dalam

Proses

Belajar

Mengajar.

Jakarta: Rajawali Pers Jogiyanto 9. Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu 10. Thoha,

Miftah.

Organisasi

2010.

Konsep

Perilaku

Dasar

dan

Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers 11. Sugihartono, dkk. 2007.

Psikologi

Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press

Persepsi Ibu Hamil Dengan Faktor Resiko Usia > 35 Tahun Terhadap Resiko Tinggi Kehamilan Di Puskesmas Tlogosari Kulon Pedurungan Semarang (Joan Christiyanti)