PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN NILA (Oreochromis sp.) YANG DIPELIHARA PADA MEDIA BERSALINITAS Aliyas1, Samliok Ndobe dan Zakirah Raihani Ya’la2 1
[email protected] (Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu-ilmu Pertanian Pascasarjana Universitas Tadulako) 2 (Dosen Program Studi Magister Ilmu-ilmu Pertanian Pascasarjana Universitas Tadulako)
Abstract Tilapia has a high tolerance to salinity waters. This study aims to assess the growth and survival of tilapia reared at salinity. Assessing the optimal salinity for the growth and survival of tilapia fish. This study will use a completely randomized design (CRD). Completely randomized design to be used consists of 4 levels of treatment with each of 4 replicates ie Treatment A: Maintenance of tilapia in medium salinity 0 ppt, Treatment B: Maintenance of tilapia in the media with a salinity of 10 ppt, Treatment C: Maintenance fish indigo in media with 20 ppt salinity, treatment D: Maintenance of tilapia in media with 30 ppt salinity The variables measured were daily growth rate and survival of tilapia reared at salinity media The results showed that the growth of tilapia is affected by salinity, The highest absolute growth value was obtained at a salinity of 20 ppt with an average of 2.68 grams, then followed at a salinity of 30 ppt with an average of 2.35 grams and a salinity of 10 ppt with an average of 2.31 grams and the best growth rate achieved at a salinity of 20 ppt is 26,48%. Tilapia fish survival was not significantly different in the four treatments. This suggests that the increase in salinity from 0 ppt - 30 ppt does not affect the survival of tilapia fish Keywords: Salinity, Growth, Survival Rate Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang populer di kalangan masyarakat. Oleh karena kepopulerannya itu membuat ikan nila memiliki prospek usaha yang cukup menjanjikan. Apabila ditinjau dari segi pertumbuhan, ikan nila merupakan jenis ikan yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat dan dapat mencapai bobot tubuh yang jauh lebih besar dengan tingkat produktivitas yang cukup tinggi. Faktor lain yang memegang peranan penting atas prospek ikan nila adalah rasa dagingnya yang khas, warna dagingnya yang putih bersih dan tidak berduri dengan kandungan gizi yang cukup tinggi, sehingga sering dijadikan sebagai sumber protein yang murah dan mudah didapat, serta memiliki harga jual yang terjangkau oleh masyarakat. Ditinjau dari aspek produktivitas ikan nila sangat potensial dan produktif apabila dibudidaya di berbagai lahan, bukan hanya di kolam tetapi juga dipelihara di tambak-
tambak air payau, Karamba Jaring Apung (KJA), serta di lahan sawah baik sebagai penyelang, palawija maupun minapadi. Hal ini karena ikan nila memiliki batasan toleransi yang cukup tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan perairan. Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi proses biologi suatu organisme dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme antara lain mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi (konversi makanan) dan kelangsungan hidup. Salinitas sebagai salah satu parameter kualitas air yang mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh ikan nila, maka tekanan osmotik media akan menjadi beban bagi ikan nila sehingga dibutuhkan energi yang relatif besar untuk mempertahankan osmotik tubuhnya melalui proses osmoregulasi agar berada tetap pada keadaan yang ideal
19
20 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 19-27
Jenis ikan nila termasuk euryhalin, sehingga memiliki konsentrasi cairan tubuh yang mampu bertindak sebagai osmoregulator, memiliki kemampuan untuk mempertahankan kemantapan osmotik millieu interieurnya, dengan cara mengatur osmolaritas (kandungan garam dan air), pada cairan internalnya. Sesuai dengan respon osmotiknya, ikan nila termasuk tipe osmoregulator (Pullin, et.al. 1992). Ikan nila yang masih kecil atau benih biasanya lebih cepat menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas dibandingkan ikan nila yang berukuran besar Ikan nila yang masih berukuran kecil pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan lingkungan, dibandingkan dengan ikan nila yang berukuran besar (Khairuman dan Amri, 2003). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Suyanto (2010), bahwa benih ikan nila akan lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dibandingkan dengan ikan nila dewasa. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan nila disamping suhu dan pH adalah salinitas atau kadar garam suatu lingkungan perairan. METODE Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu bulan April - Juni 2015. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode rancangan ekperimental (experimental design) menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan Acak Lengkap yang digunakan terdiri atas 4 taraf perlakuan dengan masing-masing 4 kali ulangan, sehingga jumlah satuan percobaan adalah 16 buah. Penelitian ini menggunakan media berupa air tawar dan air laut, dimana untuk mendapatkan salinitas 0 ppt menggunakan air tawar, sedangkan untuk mendapatkan media yang bersalinitas 10 ppt, 20 ppt dan 30 ppt dilakukan pengenceran air laut. Persiapan alat pengukuran dan wadah penelitian yang dilakukan adalah menyiapkan
ISSN: 2089-8630
sistem aerasi, aklimatisasi ikan uji terhadap salinitas dan pengambilan contoh terhadap bobot ikan dan pengukuran kualitas air pada awal penelitian. Ikan uji diaklimatisasi terlebih dahulu dengan tujuan agar ikan tidak stres terhadap perubahan salinitas yang ada. Aklimatisasi dilakukan secara bertahap hingga benih dapat beradaptasi dengan air di lingkungan barunya (sesuai dengan salinitas yang diinginkan 0 ppt, 10 ppt, 20 ppt dan 30 ppt). Adaptasi ikan nila pada air asin dilakukan dengan penambahan air laut setiap hari sebesar 3–4 ppt dalam 8–10 jam hingga air di dalam wadah mencapai salinitas 30 ppt. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan analisis ragam/Analisis Of Variance (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diterapkan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Model matematika Rancangan Acak Lengkap tersebut menurut Steel dan Torrie (1991). HASIL DAN PEMBAHASAN Laju Pertumbuhan Mudjiman (2004) menyatakan bahwa laju pertumbuhan adalah perbedaan pertumbuhan mutlak yang terukur berdasarkan urutan waktu. Pertumbuhan dapat dibagi dua, yaitu pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan relatif. Pertumbuhan mutlak adalah rata-rata ukuran total tiap umur. Sedangkan pertumbuhan harian adalah persentase pertambahan pertumbuhan tiap selang waktu. Pertumbuhan Mutlak Berdasarkan grafik pertumbuhan (Gambar 1) perbedaan pertumbuhan mutlak antara perlakuan mulai terlihat pada hari ke lima. Kecenderungan itu semakin tajam sampai hari ke- 60. Grafik pertumbuhan ikan nila selama pengamatan dapat dilihat pada gambar 1.
Berat ikan (gr)
Aliyas, dkk. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis sp.) yang dipelihara …………………21
5.50 5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00
Salinitas 0 ppt Salinitas 10 ppt Salinitas 20 ppt Salinitas 30 ppt
0
5
10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Hari Ke-
Gambar 1. Grafik pertumbuhan ikan nila Pada akhir ke-60, pertumbuhan mutlak ikan nila di salinitas yang berbeda adalah berbeda nyata (P<0,05). Nilai pertumbuhan mutlak tertinggi diperoleh pada salinitas 20 ppt dengan rata-rata 2,68 gram, kemudian diikuti pada salinitas 30 ppt dengan rata-rata 2,35 gram dan salinitas 10 ppt dengan ratarata 2,31 gram, dengan menggunakan uji BNJ (Beda Nyata Jujur) diperoleh hasil,
bahwa perbedaan nyata terjadi pada kondisi salinitas 0 ppt terhadap kondisi 10 ppt, 20 ppt dan 30 ppt dengan rata-rata pertumbuhan mutlak untuk salnitas 0 ppt adalah rata-rata 2,08 gram. Perbedaan pertumbuhan mutlak antar salinitas dapat dilihat pada gambar 2.
Pertambahan berat mutlak (gr)
3.00 2.68
2.50 2.00
2.35
2.31 2.08
1.50 1.00 0.50 0.00 0 ppt
10 ppt 20 ppt Salinitas (ppt)
30 ppt
Gambar 2. Rata-rata pertumbuhan mutlak Tabel 1. Pertumbuhan Mutlak Ikan Nila (gram) Ulangan Perlakuan Total 1 2 3 4 Salinitas 0 ppt 2,15 2,11 1,99 2,06 8,31 Salinitas 10 ppt 2,21 2,32 2,42 2,27 9,22 Salinitas 20 ppt 2,83 2,66 2,93 2,29 10,71 Salinitas 30 ppt 2,29 2,63 2,15 2,32 9,39
Rata-rata 2,08 2,31 2,68 2,35
22 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 20-27
Pertumbuhan Harian Pertumbuhan harian adalah persentase pertambahan pertumbuhan tiap selang waktu. Laju pertumbuhan harian ikan nila meningkat dengan peningkatan salinitas sampai 20 ppt. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan nila dipengaruhi oleh salinitas media, dan laju pertumbuhan harian terbaik dicapai pada perlakuan salinitas 20 ppt yaitu 26,48% (Gambar 3). Peningkatan Salinitas menyebabkan meningkatnya tekanan osmotik perairan (Boyd,1990). Pertumbuhan merupakan suatu perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat dan volume dalam periode tertentu secara individual. Pertumbuhan juga dapat diartikan sebagai pertambahan jumlah sel-sel secara mitosis yang pada akhirnya menyebabkan perubahan ukuran jaringan. Pertumbuhan bagi suatu populasi adalah pertambahan jumlah individu, dimana faktor yang mempengaruhinya dapat berupa faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi umur, keturunan dan jenis kelamin, sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, makanan, penyakit, media budidaya, dan sebagainya (Effendi, 1997). Menurut Khairuman dan Amri (2003), menyatakan bahwa laju pertumbuhan tubuh ikan Nila (Oreochromis niloticus), yang dibudidayakan tergantung dari pengaruh fisika dan kimia perairan serta interaksinya. Laju pertumbuhan ikan Nila (Oreochromis niloticus), lebih cepat jika dipelihara di kolam yang airnya dangkal dibandingkan di kolam yang airnya dalam. Penyebabnya adalah karena di perairan yang dangkal, pertumbuhan tanaman air sangat cepat sehingga ikan nila (Oreochromis niloticus) menjadikannya sebagai makanan Effendi (1997) menyatakan bahwa, secara sederhana, pertumbuhan merupakan proses pertambahan dimensi tertentu dalam kurun waktu tertentu. Akan tetapi, pertumbuhan dalam individu merupakan pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel yang terjadi akibat kelebihan input energi
ISSN: 2089-8630
dan asam amino (protein) yang berasal dari makanan. Pada penelitian ini, pertumbuhan ikan nila yang diukur menggunakan perhitungan pertumbuhan mutlak, dan laju pertumbuhan harian adalah berbeda nyata antar perlakuan. Dimana, pertumbuhan terbaik diperoleh pada perlakuan 20 ppt, sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada perlakuan 0 ppt. Dengan menggunakan uji lanjutan BNJ, diperoleh bahwa perlakuan 20 ppt adalah tidak berbeda nyata dengan perlakuan 10 ppt dan 30 ppt dan perlakuan 10 ppt, 20 ppt dan 30 ppt berbeda nyata dengan perlakuan 0 ppt. Benih ikan nila merah yang hidup pada perairan dengan salinitas 0 ppt bersifat hypertonik terhadap lingkungannya, yaitu tekanan osmotik dalam jeringan tubuhnya lebih besar dari pada tekanan lingkungannya Kenaikan salinitas air media percobaan benih ikan nila merah dapat berpengaruh terhadap konsumsi oksigen. Dengan semakin meningkatnya perbedaan salinitas juga menimbulkan perbedaan tekanan lingkungannya. Akibatnya larutan garam masuk ke dalam jaringan tubuh benih ikan nila merah melalui membran semipermiabel dalam jumlah yang berlebihan, sehingga cairan tubuh benih ikan nila merah menjadi lebih pekat. Setiawati & Suprayudi (2003), menyatakan bahwa sepsis ikan nila mampu beradaptasi pada media bersalinitas tinggi, karena kemampuan osmoregulasinya cukup baik. Nilai laju pertumbuhan harian rata-rata ikan nila merah semakin meningkat dengan meningginya kadar salinitas mulai dari 10 ppt. Dilaporkan pula bahwa laju pertumbuhan harian tertinggi yaitu pada salinitas 20 ppt, tetapi tidak berbeda dengan ikan yang dipelihara pada media bersalinitas 10 ppt dan 15 ppt. Adanya perbedaan laju pertumbuhan (p < 0,05) menunjukan bahwa ikan nila merah yang dipelihara pada media bersalinitas lebih baik dalam memanfaatkan sumber energi pakannya. Selanjutnya dinyatakan bahwa diduga pada media 10ppt–
Aliyas, dkk. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis sp.) yang dipelihara …………………23
20ppt, kondisi tekanan osmotik media mendekati tekanan osmotik tubuh ikan nila merah atau disebut isoosmotik. Menurut Stickney (1979) dalam Setiawati & Suprayudi (2003), bahwa kondisi isoosmotik dapat meningkatkan pertumbuhan karena energi untuk kebutuhan osmoregulasi lebih kecil atau tidak ada, akibatnya energi untuk pertumbuhan tersedia dalam jumlah yang lebih besar. Lebih lanjut dinyatakan bahwa peningkatan salinitas berperan terhadap pemanfaatan energi pakan, karena lebih banyak protein tersimpan (diretensi) dan hanya sedikit yang terurai atau dimanfaatkan untuk energi dalam mempertahankan keseimbangan garamgaram tubuh. Perbedaan pertumbuhan relatif pada media salinitas yang berbeda diduga terkait dengan takanan osmotik cairan tubuh dan lingkungan. Semakin jauh perbedaan tekanan osmotik tubuh dengan tekanan osmotik lingkungan, maka akan semakin banyak beban kerja energi metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi pada lingkungan yang bersalinitas (Fujaya, 2004) Perbedaan pertumbuhan antar perlakuan pada penelitian ini disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang berhubungan dengan proses pertumbuhan ikan adalah metabolisme, penggunaan energi metabolisme, hormon pertumbuhan dan mitosis. Boeuf dan Payan (2001) menyatakan bahwa beberapa faktor utama yang berhubungan dengan pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan ikan adalah energi metabolisme, tingkat pasokan pakan, tingkatan pencernaan rotein dan stimulasi hormon. Menurut Fujaya (2004), ikan akan mengkonsumsi pakan hingga memenuhi kebutuhan energinya, sebagian besar pakan digunakan untuk proses metabolisme dan sisanya digunakan untuk beraktifitas lain seperti pertumbuhan. Pertumbuhan terbaik diperoleh pada perlakuan 20 ppt diakibatkan banyaknya
faktor-faktor yang mendukung pertumbuhan seperti yang dipaparkan Boeuf and Payan (2001). Kondisi 20 ppt, merupakan kondisi yang paling dekat dengan kondisi isoosmotik pada ikan nila. Pada kondisi isoosmotik, ikan hanya sedikit menggunakan energi metabolisme untuk proses osmoregulasi. Dapat dikatakan bahwa, pada perlakuan 20 ppt hanya sedikit menggunakan energi metabolisme dan mengalokasikannya untuk meningkatkan bobot tubuh. Ikan air tawar menghadapi kondisi kehilangan garam internal dan masuknya cairan eksternal kedalam tubuh, sedangkan pada air laut ikan mengalami pemasokan garam eksternal ke dalam tubuh dan pengeluaran cairan internal tubuh. Boeuf dan Payan (2001) mengemukakan bahwa, ikan air laut memiliki laju metabolisme yang lebih tinggi dari pada di air tawar. Satu faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah stimulasi hormon. Fujaya (2004) mengatakan bahwa, hormon pertumbuhan meningkatkan transpor asam amino melalui membran atau mempercepat proses kimia sintesis protein sehingga protein jaringan bertambah. Selain itu, hormon pertumbuhan meningkatkan kecepatan pengeluaran lemak sehingga lemak tersedia sebagai sumber energi. Oleh karena itu, pada penelitian ini, tingginya nilai pertumbuhan mutlak pada kondisi 10 ppt dan 30 ppt diakibatkan oleh besarnya pengaruh hormon yang mengstimulasi pertumbuhan. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Aboumurad (2009) yang menelti tingkat Growth Hormone (GH) pada Oreochromis niloticus, Oreocromis aureus dan hibrid antara keduanya yang dikondisikan dari air tawar hinggga air payau. GH ikan nila pada kondisi air laut dan air payau lebih tinggi daripada kondisi air tawar dan pertumbuhan mutlak ikan nila di air payau lebih tinggi dan berbeda nyata daripada pertumbuhan ikan nila di air tawar.
24 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 20-27
cukup tinggi, masing-masing untuk perlakuan salinitas 0 ppt = 70%, 10 ppt = 75%, 20 ppt = 77,5% dan 30 ppt = 72,5%. Persentase kelangsungan hidup tersebut menunjukkan bahwa benih ikan nila mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan bersalinitas 30 ppt. Tingginya tingkat kelangsungan hidup ikan nila pada berbagai media salinitas tersebut, menunjukkan bahwa ikan nila bersifat euryhaline. Hepher dan Priguinin (1981) menyatakan bahwa spesies ikan nila mampu beradaptasi pada media bersalinitas tinggi, karena kemampuan osmoregulasinya cukup baik. Perbedaan tingkat kelangsungan hidup menunjukkan bahwa ikan nila yang dipelihara pada media bersalinitas lebih baik dalam memanfaatkan sumber energi pakannya dan diduga pada media salinitas 0 ppt – 30 ppt kondisi tekanan osmotik media mendekati tekanan osmotik ikan nila atau disebut isoosmotik.
Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup benih ikan nila pada setiap perlakuan merupakan rata-rata persentase dari jumlah ikan yang hidup dan jumlah ikan yang ditebar selama pemeliharaan. Selanjutnya dilakukan pengujian menggunakan sidik ragam. Hasil analisis ragam antar perlakuan menunjukkan tidak berbeda nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup benih ikan nila tidak berbeda nyata pada keempat perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan salinitas dari 0 ppt sampai 30 ppt tidak mempengaruhi kelangsungan hidup benih ikan nila. Kondisi ini disebabkan ikan nila bersifat euryhalin, sehingga mampu mentoleransi salinitas sampai 30 ppt. Sesuai pendapat Kordi (2013), bahwa ikan nila dapat hidup di perairan dengan salinitas 0 ppt sampai 35 ppt namun, salinitas yang sesuai bagi ikan nila untuk hidup optimal, 0 ppt sampai 30 ppt. Nilai rata-rata kelangsungan hidup yang 80
70
ISSN: 2089-8630
75
77.5
72.5
10 ppt
20 ppt
30 ppt
Kelangsungan Hidup (%)
70 60 50 40 30 20 10 0 0 ppt
Salinitas (ppt)
Gambar 3. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Pada Media Bersalinitas 0 ppt, 10 ppt, 20 ppt dan 30 ppt Setiap organisme mempunyai kemampuan garam secara selektif. Pada organisme yang berbeda-beda untuk menghadapi akuatik seperti ikan, terdapat beberapa organ masalah osmoregulasi sebagai respon atau yang berperan dalam pengaturan tekanan tanggapan terhadap perubahan osmotik osmotik atau osmoregulasinya agar proses lingkungan eksternalnya. Untuk menghadapi fisiologis di dalam tubuhnya dapat berjalan masalah ini hewan melakukan pengaturan dengan normal. tekanan osmotik dengan cara mengurangi Holliday (1969), menyatakan bahwa gradien osmotik antara cairan tubuh dengan kemampuan ikan untuk bertahan pada lingkungannya, melakukan pengambilan media bersalinitas tergantung pada
Aliyas, dkk. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis sp.) yang dipelihara …………………25
kemampuan untuk mengatur cairan tubuh sehingga mampu mempertahankan tingkat tekanan osmotik yang mendekati normal. Kesempurnaan organ dari ikan uji merupakan salah satu faktor utama yang mendukung keberhasilan dari adaptasi ikan-ikan uji yang digunakan terhadap perlakuan yang diberikan. Ikan nila merupakan ikan yang dikenal sebagai ikan Euryhalin. Untuk ikanikan Euryhalin, memiliki kemampuan yang cepat menyeimbangkan tekanan osmotik dalam tubuhnya dengan media. Dari pernyataan diatas maka dapat dikatakan bahwa ikan akan memiliki tingkat kelangsungan hidup optimal jika dipelihara pada salinitas 0 ppt (air tawar) hingga air bersalinitas 30 ppt. Hal ini sesuai dengan penyataan Kordi (2013), bahwa ikan nila dapat hidup di perairan dengan salinitas 0 ppt - 35 ppt namun, salinitas yang sesuai bagi ikan nila untuk hidup optimal, 0 ppt - 30 ppt. Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi proses biologi suatu organisme dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme antara lain mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi (konversi makanan) dan daya kelangsungan hidup (Andrianto, 2005). Salinitas pada umumnya dinyatakan sebagai berat jenis (specific gravity), yaitu rasio antara berat larutan terhadap berat air murni dalam volume yang sama. Salinitas air adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat didalam perairan. Pengertian salinitas air yang sangat mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang terdapat pada suatu perairan. Hal ini dikarenakan salinitas air ini merupakan gambaran tentang padatan total didalam air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh chlorida dan semua bahan organik telah dioksidasi. Nila adalah salah satu ikan air tawar yang dapat dibudidayakan di air payau maupun laut. Pasalnya, ikan nila tergolong
ikan euryhaline atau toleran terhadap kisaran salinitas yang luas. Nila yang dibudidayakan di air payau mempunyai rasa yang lebih gurih daripada yang dipelihara di air tawar. Pasalnya, ikan secara aktif menyerap garam (Na+, K+, Cl-) melalui insangnya. Garamgaram tersebut juga terserap kedalam tubuhnya melalui kulit atau melalui osmoregulasi. Karena itu nila yang dipelihara di air payau mempunyai cita rasa, tekstur dan bau daging yang lebih baik dibandingkan dengan nila yang dipelihara di air tawar. Nila merah yang dipelihara di air asin mempunyai daging yang lebih tebal, bertekstur kompak, berbau segar dan rasanya gurih. (Kordi, 2013) Osmoregulasi bagi ikan adalah upaya ikan mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungan melalui mekanisme pengaturan tekanan osmotik (Marshall, et al, 2006). Selanjutnya menyatakan bahwa ginjal akan memompakan kelebihan air tersebut sebagai air seni. Ginjal mempunyai glomeruli dalam jumlah yang banyak dengan diameter yang besar. Hal ini bertujuan untuk menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanyak-banyaknya. Air seni yang keluar dari tubuh ikan sangat encer dan mengandung sejumlah kecil senyawa nitrogen. Proses osmeregulasi juga menghasilkan produk buangan seperti feses dan amoniak, sehingga media pemeliharaan akan berwarna keruh sebagai akibat banyak feses yang dikeluarkan ikan. Dampak dari ekskresi nitrogen tersebut akan mempengaruhi kehidupan ikan di dalamnya yaitu terhadap kondisi ambient, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap pertahanan tubuhnya. Setelah melewati batas toleransi, maka ikan tersebut mengalami kemtian. Mengingat tidak semua ikan mengalami kematian, maka dapat dipastikan bahwa daya toleransi pada populasi ikan dalam wadah berbeda-beda. Hal ini diduga karena perbedaan kondisi tubuh saat sebelum
26 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 20-27
ISSN: 2089-8630
dimasukkan dalam media termasuk intensitas konsentrasi ion dalam darah maka ikan parasit, tingkat stress dan lain-lain. Untuk air cenderung akan terganggu pertumbuhannya tawar, organ yang terlibat dalam bahkan mengalami kematian. Khairuman osmoregulasi antara lain insang, usus dan dan Amri (2003), menyatakan bahwa ikan ginjal. nila Gift lebih tahan terhadap lingkungan Perubahan kadar salinitas yang kurang baik dan memiliki toleransi mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh salinitas pada kisaran 0 ppt – 15 ppt, ikan, sehingga ikan melakukan penyesuaian sehingga bisa dipelihara di air payau. atau pengaturan kerja osmotik internalnya agar proses fisiologis di dalam tubuhnya Kualitas Air dapat bekerja secara normal kembali Air merupakan media atau habitat (Stickney, 1979). Selanjutnya dinyatakan, yang paling penting bagi kehidupan ikan. apabila salinitas semakin tinggi, ikan akan Suplai air yang memadai akan memecahkan berupaya terus agar kondisi homeostatis berbagai masalah dalam budidaya ikan. dalam tubuhnya tercapai hingga batas Selain itu, kualitas air yang baik merupakan toleransi yang dimilikinya. Kerja osmotik salah satu kunci keberhasilan dalam budidaya memerlukan energi yang tinggi pula. ikan. Suhu mempengaruhi aktifitas ikan Stickney (1979) dalam Asmawi (1983), seperti pernapasan dan reproduksi (Hueet, menyatakan bahwa ikan yang dipelihara pada 1972). Suhu air sangat berkaitan erat dengan kondisi salinitas yang sama dengan konsentrasi oksigen terlarut dan laju konsentrasi ion dalam darah akan lebih konsumsi oksigen hewan air. Suhu air media banyak menggunakan energi untuk selama penelitian masih berada dalam kisaran pertumbuhan sedangkan semakin tinggi yang optimum untuk kehidupan ikan Nila perbedaan antara kondisi salinitas dengan (Oreochromis niloticus). Tabel 2. Data Kualitas air selama penelitian Parameter Kualitas Air Hari KeSuhu (0C) pH 0 26,7 7,72 10 26,5 7,69 20 27,3 7,76 30 26,8 7,82 40 28,44 7,71 50 28,24 7,79 60 27,7 7,66 Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa suhu tersebut merupakan kondisi yang baik untuk air berkisar 26,5 0C – 28,44 0C. Kisaran suhu habitat dan pertumbuhan ikan nila. Menurut tersebut masih optimal untuk pertumbuhan Sherif (2009), kisaran pH untuk pertumbuhan ikan nila. Menurut Suyanto (1994) bahwa optimalnya terjadi pada pH 7-8, sedangkan suhu optimal untuk pertumbuhan ikan nila pH untuk habitat ikan nila antara 6-8,5. antara 25 0C –30 0C. Suhu air berpengaruh Pengaruh pH perairan dapat terjadi pada terhadap nafsu makan dan proses kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. metabolisme ikan. Pada suhu rendah proses Tinggi rendahnya pH di luar kisaran toleransi pencernaan makanan pada ikan berlangsung ikan menyebabkan rendahnya bobot akhir lambat, sedangkan pada suhu hangat proses dan pada nilai pH ekstrim bisa mengganggu pencernaan berlangsung lebih cepat ikan (Hepher dan Pruginin, 1981). Derajat keasaman pH dalam penelitian ini berkisar antara 7,66 – 7,82. Kisaran pH
Aliyas, dkk. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis sp.) yang dipelihara …………………27
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Peningkatan salinitas dari 0 ppt–30 ppt tidak mempengaruhi kelangsungan hidup benih ikan nila, tetapi berpengaruh terhadap laju pertumbuhan hariannya. Laju pertumbuhan harian benih ikan nila meningkat dengan peningkatan salinitas. Pertumbuhan harian terbaik (tertinggi) dalam penelitian ini adalah pada perlakuan salinitas 20 ppt. Berdasarkan nilai kualitas air masih dalam kisaran normal dan layak untuk media ikan nila. Rekomendasi Sehubungan dengan usaha ektensifikasi lahan budidaya sebagai salah satu alternatif adalah mentransfer lokasi budidaya ikan nila dari perairan tawar ke perairan payau. Pengaruh salinitas pada laju pertumbuhan ikan nila pada penelitian ini belum mencapai titik laju pertumbuhan maksimal. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan memperkecil selang (rentang) salinitas penerapan perlakuan UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Samliok Ndobe dan Ibu Zakirah Raihani Ya’la yang diantara kesibukannya masih dapat membimbing penulis sehingga artikel ini dapat diselesaikan. DAFTAR RUJUKAN Amri, K dan Khairuman 2003. Budidaya Ikan nila secara intensif. Jakarta: PT. Agro Media Andriato, T. T. 2005. Pedoman Praktis Budidaya Ikan. Absolut. Yogyakarta Asmawi. 1983. Pemeliharaan ikan dalam keramba. Jakarta: PT. Gramedia. Balarin, J.D., 1976. Tilapia aquide to their Biology and Culture in Africa. Univercity of Stirling. Scotland. 151
Boeuf, G and P. Payan 2001 . How salinity influence fish growth. Elsevier Comperative Biochemistry and Physiology. Part C 1302001, 411-423 Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Warm Fish Ponds for Aquaculture. Auburn University, Agriculture Experiment Nation, Alabama. Hal. 482 Effendie, M. I. 1997. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta El-Sayed, A. F. M., 2006. Tilapia culture. CABI Publishing, UK. Gupta, M. V. And B. O. Acosta, 2004. A review of global tilapia farming practices. Aquaculture Asia. IX (1) Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan (dasar pengembangan teknik perikanan). Rineka Cipta, Jakarta. Holliday, F.C.T. 1969. The Effect of Salinity on the Eggs and Larvae of Teleosts. In Hoar, W.S and D.J. Randall (Eds). Fish Physiology, Vol. I. Academic Press, New York. Kordi M.G.H. 2013. Budidaya Ikan nila Unggul. Jakarta: PT. Agro Media Pustaka. Marshall, W.S., dan M. Grosell. 2006. Ion transport, osmoregulation, and acidbase balance. In the Physiology of Fishes, Evans, D.H., and Claiborne, J.B. (eds.). taylor and Francis Group. Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Ed. Revisi. Seri Agriwawasan. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta Pullin,R.S.V, dan Jay Maclean. 1992. Analysis of Research for the Dvelopment of Tilapia FarmingAn Interdisciplinary is Lacking. Netherlands Journal Of Zoology Setiawati. M dan M.A Suprayudi. 2003. Pertumbuhan dan Efesiensi Pakan Ikan nila Merah (Oreochomis sp.) Yang Dipelihara pada Media Bersalinitas, 2(1), 27–30. Stickney, R.R. 1979. Principle of Warmwater Aquaculture. John Willey and Sons Inc., New York.