PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (BRASSICA

Download Sawi banyak dibudidayakan oleh petani sebagai tanaman usaha pertanian ... produksi tanaman sawi dengan pemberian dosis pupuk organik kotora...

0 downloads 387 Views 62KB Size
1

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) DENGAN PEMBERIAN DOSIS PUPUK ORGANIK KOTORAN AYAM SULEMAN,D,CINDRA,NELSON POMALINGO,NURMI ABSTRAK SULEMAN,D,CINDRA NIM 613409052. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi dengan Pemberian Pupuk Kotoran Ayam Di Desa Ulapato Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Dibimbing oleh Bapak Nelson Pomalingo sebagai Pembimbing I dan Ibu Nurmi sebagai Pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk Organik Kotoran Ayam dan perlakuan pupuk Organik Kotoran Ayam yang terbaik pada pertumbuhan dan produksi tanaman sawi. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Desa Ulapato Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo, yang dimulai pada Bulan April 2013 sampai Bulan Juni 2013. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan lima perlakuan. Dosis pupuk Organik Kotoran Ayam yang digunakan terdiri atas 5 taraf yaitu: 0, 5, 10, 15, dan 20 ton/ha yang diulang sebanyak tiga kali. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis of varians (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji BNT jika terdapat pengaruh perlakuan pupuk Organik Kotoran Ayam terhadap pertumbuhan dan produksi sawi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk Organik Kotoran Ayam pada pertumbuhan dan produksi sawi berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat basah. Sedangkan pada presentase tajuk rusak tidak berbeda nyata. Perlakuan pupuk Organik Kotoran Ayam terbaik yang berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi sawi yaitu terdapat pada perlakuan C4 dengan dosis 20 ton/ha. Kata Kunci: Pertumbuhan dan Produksi Sawi, Pupuk Organik Kotoran Ayam.

2

PENDAHULUAN

Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran daun umumnya dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sawi hijau sangat berpotensi sebagai penyedia unsur unsur mineral penting dibutuhkan oleh tubuh karena nilai gizinya tinggi. Sawi terdiri dari dua macam, yaitu sawi putih dan sawi hijau. Sawi Hijau memiliki kegunaan untuk mencegah kanker, hipertensi, penyakit jantung, membantu kesehatan sistem pencernaan, mencegah dan mengobati penyakit pellagra, serta menghindarkan ibu hamil dari anemia. Sawi banyak dibudidayakan oleh petani sebagai tanaman usaha pertanian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Produksi sawi dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat pada data dari BPS Gorontalo (2012), bahwa produksi pada tahun 2007 sebesar 220 ton/ha, sedangkan pada tahun 2011 produksinya sebesar 83 ton/ha. Berdasarkan data tersebut, maka perlu dilakukan budidaya tanaman sawi secara baik dan benar untuk meningkatkan produksi sawi. Budidaya tanaman sawi meliputi benih yang bersertivikasi, penanaman/pembibitan, pemeliharaan dan pengolahan tanah yang baik. Tanah yang dapat digunakan untuk menanam sawi yaitu tanah yang mempunyai u nsur hara yang cukup untuk pertumbuhan tanaman sawi sehingga sawi dapat tumbuh dan berproduksi maksimal sesuai dengan harapan. Tanah yang kurang akan unsur hara dapat dilakukan pemupukan untuk menambahkan unsur hara pada tanah tersebut. Pemupukan dapat dilakukan dengan memperhatikan jenis-jenis pupuk yang digunakan. Jenis-jenis pupuk yaitu pupuk anorganik dan juga pupuk organik. Pupuk anorganik yaitu pupuk yang berasal dari pabrik yang dibuat dengan campuran bahan-bahan kimia yang berkadar hara tinggi, sedangkan pupuk organik yaitu pupuk yang berasal dari pelapukan bahan-bahan organik berupa sisa-sisa tanaman, fosil manusia dan hewan, kotoran hewan dan batu-batuan organik yang terbentuk dari tumpukan kotoran hewan selama ratusan tahun. Pupuk organik juga dapat berasal dari limbah industri, seperti limbah rumah potong hewan, limbah industri minyak asiri, atapun air limbah industri yang telah diolah sehingga tidak mengandung bahan beracun. Menurut Sutanto (2002), pupuk an-organik mampu meningkatkan produktivitas tanah dalam waktu singkat, tetapi akan mengakibatkan kerusakan pada struktur tanah(tanah menjadi keras) dan menurunkan produktivitas tanaman yang dihasilkan, sedangkan tanah yang dibenahi dengan pupuk organik mempunyai struktur yang baik dan tanah yang dicukupi bahan organik mempunyai kemampuan mengikat air yang lebih besar. Pupuk organik ini dapat berasal dari pupuk kandang ataupun dari limbah industri. Syekhfani (2000), menjelaskan bahwa pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah, menyediakan unsur hara makro dan mikro, selain itu pupuk kandang berfungsi untuk meningkatkan daya menahan air, aktivitas mikrobiologi tanah, nilai kapasitas tukar kation dan memperbaiki struktur tanah. Pupuk organik yang dapat digunakan pada tanaman sawi yaitu pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi, kotoran kuda, kotoran kambing, kotoran ayam, kompos, kascing dan lain-lain.

3

Menurut data dari Agromedia (2007) bahwa unsur hara yang terkandung pada pupuk kandang dari kotoran ayam nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang dari kotoran hewan lainnya. Kandungan Nitrogen, Posfor, dan Kalium yaitu 2,71 ; 6,31 ; 2,01. Dengan data tersebut diduga bahwa pupuk organik dari kotoran ayam mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sawi, sehingga perlu dilakukan suatu penelitian tentang pertumbuhan dan produksi tanaman sawi dengan pemberian dosis pupuk organik kotoran ayam.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ulapato, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo. Penelitian akan dilaksanakan dari bulan April sampai bulan Juni 2013. Alat dan Bahan Penelitian Alat yang di gunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat tulis menulis, polybag, kamera digital, cangkul, meteran, timbangan analitik, bambu, dan papan perlakuan. Bahan bahan yang di gunakan dalam penelitian ini terdiri dari benih sawi,dan pupuk organik kotoran ayam. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), dengan 5 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 15 petak percobaan. Menurut Haryanto (2003) bahwa tanaman sawi membutuhkan pupuk kandang ayam sebanyak 10 ton/ha. Dari uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi. Faktor perlakuannya adalah: P0 = tanpa pupuk, sebagai kontrol P1 = 5 ton/ha P2 = 10 ton/ha P3 = 15 ton/ha P4 = 20 ton/ha Prosedur Penelitian 1. Persiapan Lahan Luas lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 m x 50 m dan dibersihkan dari gulma. Selanjutnya dilakukan pembajakan yang bertujuan untuk menggemburkan tanah dan dibuat drainase dengan lebar 15 cm sedalam 10 cm. Kemudian dibuat petakan yang berukuran 2mx3m dan jarak antara petakan 20 cm, sedangkan jarak tanam 40 cm x 25 cm, sebanyak 5 petakan dan dibuat 3 ulangan, jarak antar ulangan 50 cm.

4

2. Pembenihan Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selains itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. 3. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. 4. Pembibitan Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman, karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya, sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 cm dan panjangnya 200 cm. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 – 30 cm. Dua minggu sebelum ditabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang. Cara melakukan pembibitan ialah: benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1 – 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan. 5. Pemupukan Pemupukan dilakukan satu minggu seblum tanam dengan tujuan agar pupuk organik kotoran ayam telah tercampur dengan tanah. Pemupukan pada bedengan sesuai dengan masing-masing perlakuan. Pemupukan pada tanaman sawi dilakukan satu kali. 6. Penanaman Penanaman tanaman sawi dilakukan pada sore hari. Penanaman sawi ini setiap perlakuan jarak tanamnya sama yaitu 25 cm x 20 cm. Setiap lubang tanam berisi 1 tanaman. 7. Pemeliharaan Pemeliharaan adalah hal yang penting sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim. Selanjutnya tahap yang

5

dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyulaman bibit sawi diambil dari sisa tanaman yang terdapat pada persemaian. Penyiangan biasanya dilakukan 2 – 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan. Variabel yang Diamati Adapun pariabel yang diamati dalam kajian ini yaitu sebagai berikut : 1. Tinggi Tanaman Sawi (cm) Tinggi tanaman diamati dari pangkal batang hingga ujung daun yang terpanjang dengan menggunakan meteran. 2. Jumlah Daun Jumlah daun dihitung pada setiap kali. Pengamatan ini dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang ada pada tanaman tersebut. 3. Persentase Tajuk Rusak Persentase tajuk rusak diperoleh setelah panen 4HST. Atau tanaman berumur 28 hari. Dihitung dengan menggunakan rumus : Jumlah tajuk rusak Persentase tajuk rusak =

X 100 % Jumlah populasi per petak

4. Bobot Basah Tanaman Bobot basah tanaman bagian atas diukur dengan menimbang bagian atas tanaman setelah dilakukan pemanenan. Analisis Data Data hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis of varians (anova). Apabila terdapat perlakuan yang menunjukan perbedaan yang nyata dilakukan uji lanjut dengan uji BNT pada taraf 5 % dan menggunakan tabel notasi untuk menentukan perbedaan terhadap setiap perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Hasil pengamatan tinggi tanaman dan analisis sidik ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik kontoran ayam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 7 HST, umur 14 HST, 21 HST dan 28 HST. Rataans pertumbuhan tinggi tanaman sawi dapat dilihat pada tabel 1.

6

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman sawi melalui pemberian pupuk organik kotoran ayam Tinggi Tanaman (Cm) Perlakuan 7 HST 14 HST 21 HST 28 HST Tanpa kontrol

6.63 a

11.20 a

17.67 a

28.40 a

5 ton/ha 10 ton/ha 15 ton/ha 20 ton/ha BNT5 %

7.57 a 11.30 a 7.67 a 14.90 b 5.58

13.63 a 16.30 a 15.83 b 19.40 b 3.78

22.77 b 23.57 b 23.83 b 26.20 b 3.53

39.87 b 43.67 b 39.97 b 47.70 b 10.02

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf α = 5%.

2. Jumlah daun Hasil pengamatan jumlah daun dan analisis sidik ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik kontoran ayam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur umur 14 HST dan 28 HST, namun pada umur 7 HST dan 21 HST tidak berpengaruh nyata Rataan pertumbuhan tinggi tanaman sawi dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Rataan jumlah daun tanaman sawi melalui pemberian pupuk organik kotoran ayam Perlakuan Tanpa control 5 ton/ha 10 ton/ha 15 ton/ha 20 ton/ha BNT5 % KK (%)

7 HST 2.67 3.80 4.37 4.23 4.33 28.41

Jumlah daun (Cm) 14 HST 21 HST 2.97 a 5.17 3.93 a 5.20 4.80 b 6.87 3.60 b 6.60 6.23 b 7.90 1.44 17.70 25.20

28 HST 8.37 a 11.00 b 11.33 b 11.10 b 12.80 b 2.35 11.43

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata terhadap jumlah daun tanaman sawi

Hasil uji BNT 5% pada tabel 1 menunjukkan bahwa pengaruh pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.), rataan pertumbuhan jumlah daun tanaman sawi tertinggi pada umur 7 HST diperoleh pada perlakuan pupuk organik kotoran ayam 10 ton/ha yaitu 4.37 cm dan terendah terdapat pada perlakuan tanpa pupuk yaitu 2.67 cm. Perlakuan pupuk organik kontoran ayam 5 ton/ha, 10 ton/ha, 15 ton/ha, dan 20 ton/ha. Pada umur 14 HST rataan tertinggi tanaman sawi terdapat pada perlakuan 20 ton/ha yaitu 6.23 cm dan terendah terdapat pada tanpa perlakuan pupuk yaitu 2.97 cm. Tabel 1 pada umur 21 HST menunjukkan rataan tertinggi tanaman sawi terdapat pada perlakuan pupuk organik 20 ton/ha yaitu 7.90 cm dan terendah terdapat pada tanpa perlakuan pupuk organik yaitu 5.17 cm. Umur 28

7

HST menunjukkan rataan tertinggi tanaman sawi terdapat pada perlakuan pupuk organik 20 ton/ha yaitu 12.80 cm dan terendah terdapat pada tanpa perlakuan pupuk organik yaitu 8.37cm. 3. Persentase Tajuk Rusak Berdasarkan tabel 3 dibawah ini hasil pengamatan presentase tajuk rusak (%).diperoleh bahwa perlakuan tanpa pupuk organik kotoran ayam dengan perlakuan pupuk organik kotoran ayam pada tanaman sawi memberikan pengaruh tidak berbedanyata. Tabel 3 : presentase tajuk rusak (%) berdasarkan perlakuan pupuk organik kotoran ayam. Perlakuan Tanpa control 5 ton/ha 10 ton/ha 15 ton/ha 20 ton/ha

Presentase Tajuk Rusak (%) 63.68 60.26 47.01 37.18 35.04

a a a b b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf α = 5%.

Berdasarkan tabel 3 diatas, maka dijelaskan bahwa presntse tajuk rusak dipengaruhi oleh perlakuan pupuk organik kotoran ayam terutama pada dosis pupuk 20 ton/ha. Hal ini dijelaskan pada Gambar 3. 4. Berat Basah Hasil pengamatan Berat Basah dan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pupuk organik kotoran ayam tidak berbeda nyata terhadap berat basah tanaman sawi pada setiap perlakuan. Rataan berat basah yang tertinggi terdapat pada perlakuan dosis pupuk organik kotoran ayam10 ton/ha (237.83) dan yang terendah pada perlakuan pupuk 5 ton/ha (195.77), dapat dijelaskan pada tabel 4. Tabel 4. Rataan Berat Basah Caisim (gr) Selama Pengamatan Rataan Perlakuan Tanpa control 5 ton/ha 10 ton/ha 15 ton/ha 20 ton/ha

237.50 195.77 237.83 234.50 215.00

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman sawi.

4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil analis tanah, terlihat bahwa ketersediaan nitrogen, posfor dan kalium termasuk dalam kategori rendah, sehingga perlu dilakukan

8

pemupukan untuk menunjang ketersediaan unsur hara di dalam tanah, maka dalam penelitian ini menggunakan pupuk organik kotoran ayam. Pupuk organik kotoran ayam dapat menyediakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman, diantaranya nitrogen, posfor dan kalium. Penggunaan pupuk organik padat dari kotoran ayam memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif. 1.Tinggi Tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati, baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat (Hakim, 2009). Pemberian pupuk organik padat berpengaruh nyata pada tinggi tanaman sawi dengan perlakuan tanpa pupuk organik kotoran ayam . di bandingkan dengan perlakuan lainnya.Pengaruh pupuk tersebut mulai nampak pada waktu tanaman berumur 7 HST, 14 HST, 21HST, dan 28HST. Hal ini disebabkan peran pupuk organik kotoran ayam pada konsentrasi 30% sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi. Hanolo (1997)menyatakan bahwa, unsur hara nitrogen pada pupuk organik memacu pertumbuhan tanaman, karena nitrogen membentuk asam-asam amino menjadi protein. Protein yang terbentuk digunakan untuk membentuk hormon pertumbuhan. Menurut Soepardi (Aria Bara et al., 2009), pupuk kandang merupakan sumber nitrogen yang memberikan pengaruh paling cepat dan menyolok pada pertumbuhan tanaman dibandingkan unsur lainnya, dalam penelitian ini dosis pupuk organik padat 20 ton/ha memiliki nilai tertinggi (47,70 cm) karena nitrogen yang tersedia di dalam tanah dan mencukupi kebutuhan tanaman, dapat meningkatkan tinggi tanaman, sehingga jagung dapat tumbuh dengan baik. Sebaliknya tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik jika unsur hara nitorgen tidak tercukupi pada tanaman. Pernyataan ini diperkuat oleh Sutejo (Ari Purwanti et al, 2009), bahwa kekurangan unsur hara nitrogen menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan pertumbuhannya tersendat, serta daun berwarna hijau muda dan akhirnya kuning. 2.Jumlah Daun Hasil pengamatan jumlah daun tanaman sawi yang dilakukan sebanyak empat kali (7 HST, 14 HST, 21 HST, dan 28 HST) menunjukan bahwa tidak semuanya memberikan pengaruh yang nyata, tetapi hanya pada umur 14 HST dan 28 HST, yang berpengaruh nyata. Berdasarkan Hasil Uji BNJ (Beda Nyata Jujur) pada taraf α = 5% Daun merupakan organ tanaman tempat mensintesis makanan untuk kebutuhan tanaman maupun sebagai cadangan makanan. Daun memiliki klorofil yang berperan dalam melakukan fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun, maka tempat untuk melakukan proses fotosintesis lebih banyak dan dan hasilnya lebih banyak juga. Kedudukan batang caisim pada poros utamanya menyebar secara merata. Oleh karena itu jumlah daun yang optimum memungkinkan distribusi/pembagian

9

cahaya antar daun lebih merata. pemberian pupuk kotoran ayam melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik dibanding melalui tanah (Rizqiani, 2006). 3.Presentase Tajuk Rusak Bagian caisin yang bernilai ekonomi tinggi adalah tajuk. Karena dijual dalam bentuk segar, maka parameter berat segar menjadi parameter yang penting dalam penelitian ini. Oleh karena itu, perlakuan yang menyebabkan berat segar tajuk caisin tertinggi dianggap lebih baik. Berat kering total merupakan akibat efisiensi penyerapan dan pemanfaatan energi matahari yang tersedia sepanjang musim tanam (Gardner et al., 1991). Pemberian sungkup tidak berpengaruh terhadap berat kering tajuk caisin, baik pada umur 7HST maupun 4 minggu . Hasil penelitian Anita Maryam et al., 2008, menyatakan bahwa panjang daun maupun lebar daun caisin dan pakcoi serta lebar daun selada dengan perlakuan pupuk kandang ayam menunjukkan hasil tertinggi diantara perlakuan jenis pupuk organik lain. Hal ini diduga karena kandungan nitrogen pupuk kandang ayam lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang sapi dan kompos, nitrogen lebih optimum dalam menunjang pertumbuhan bagian vegetatif dibandingkan bagian generatif dan penting bagi tanaman sayuran yang dikonsumsi bagian tajuknya dan menuliskan pula bahwa pemberian nitrogen dalam jumlah yang cukup, dapat menghasilkan tanaman yang vigor dan ukuran daun yang besar. 4.Berat Bobot Basah (gr) Hasil pengaruh pemberian pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi caisim pengamatan rata-rata berat bobot basah dan pengolahan data dapat dilihat pada lampiran 4. Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik kotoran ayam memberikan pengaruh tidak berbeda nyata meningkatkan berat basah tanaman caisim. Tinggi tanaman dan jumlah daun berpengaruh pada berat basah tanaman. Semakin besar tinggi tanaman dan semakin banyak jumlah daun, maka berat basah tanaman caisim semakin meningkat. Kelembaban tanah yang baik akan meningkatkan metabolisme tanaman yang diikuti dengan meningkatnya pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan karena proses penyerapan zat hara dapat berlangsung baik. Pada kelembaban tanah yang baik akar akan lebih mudah menyerap zat nitrogen dan phospat. Kelembaban udara dan kelembaban tanah yang sesuai akan memberikan pertumbuhan tanaman yang baik dan produksi yang tinggi (Cahyono, 2003)

10

PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan judul pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.) maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan tanaman sawi berpengaruh nyata pada perlakuan dan tidak berpengaruh nyata pada kelompok. Masingmasing variabel yang diamati berpengaruh nyata yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, prsentase tajuk rusak dan berat bobot basah. 2. Pupuk organik kotoran ayam yang paling berpengaruh pada tanaman sawi yaitu pupuk organik kotoran ayam 20 ton/ha. Saran Berdasakan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, maka pada penelitian ini dapat di sarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Perlu adanya rekomendasi pupuk organik ktran ayam yang tepat sesuai dengan kesuburan tanah yang dapat dijadikan dasar oleh petani dalam membudidayakan tanaman sawi (Brassica juncea L.). 2. Perlu adanya pemupukan yang baik dan benar dari mahasiswa dalam mengembangkan pupuk organik kotoran ayam bagi pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea L.). 3. Perlu dilakukan penelitian lanjut penggunaan pupuk organik kotoran ayam pada tanaman sawi dan musim yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA Agromedia. 2007. Petunjuk Pemupukan. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Bara A., M. A. Chozin. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Dan Frekuensi Pemberian Pupuk Urea Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea Mays L) Di Lahan Kering. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut PertanianBogor. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/35459/aria%20bara. pdf.[08 Oktober 2012]. Badan Pusat Statistik [BPS]. 2012. Gorontalo Dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo. Gorontalo. Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Sawi Hijau (Pat-Tsai). Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell. 1991.Fisiologi Tanaman Budidaya (terjemahan). UI

11

Hakim M. A. 2009. Asupan Nitrogen Dan Pupuk Organik Cair Terhadap Hasil Dan Kadar Vitamin C Kelopak Bunga Rosela (Hisbiscus sabdariffa L.). http://eprints.uns.ac.id/279/1/160392508201009481.pdf. [01 November 2012]. Hanolo, W. 1997. Tanggapan Tanaman Selada dan Sawi Terhadap Dosis dan Cara Pemberian Pupuk Cair Stimulan. Jurnal Agrotropika Mahajoeno. 2010. Tanggap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Varietas Tosakan Terhadap Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Urea Dan TSP. Maryam, A., Anas D. S., Juang G. K. 2008. Pengaruh Jenis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Panen Tanaman Sayuran Di Dalam Nethouse. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 2008. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/35830/MAKALAH %20ANITA%20M.pdf?sequence=1. [31 oktober 2012]. Purwanti, A., Anas D. S. 2009. Pengaruh Jenis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sayuran Dalam Nethouse. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/ 123456789/35910/makalah%20seminar%20Ari%20Purwanti%20draft%205 .pdf?sequence=1. [31 oktober 2012] Rizqiani, N. F; Ambarwati E; Yuwono Widya N. 2007. Pengaruh Dosis dan Frekuensi Pemberian Pupuk cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Rukmana, R. 2007. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius. Yogyakarta. Santiko, W.S. 2010. Laporan Kuliah Kerja Lapangan Kajian Jenis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Sawi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. http://repository.usu.ac.id/bitstream /123456789/27354/7/Cover.pdf. Sutanto. 2002. Perbedaan Antara Pupuk Anorganik Dan Pupuk Organik. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/12345689/52826/BAB%20I%20 Pendahuluan.pdf?sequence=3. [1 Maret 2013]. Syekhfani. 2000. Sifat dan Fungsi Pupuk Kandang. http://etd.eprints.ums.ac.id/ 14422/2/BAB_I.pdf. [1 Maret 2013]. Wahim. 2012. Klasifikasi Dan Struktur Anatomi Fisiologis Tanaman Sawi. http://infoterbaruterlengkap.blogspot.com/2012/10/klasifikasi-dan-strukturana tomi.html. [1 Maret 2013].

12