Jurnal Agrisistem, Juni 2014, Vol. 10 No.1
ISSN 1858-4330
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK KANDANG AYAM PLANT GROWTH AND PRODUCTION MUSTARD (Brassica juncea L) WITH GRANT OF MICROORGANISMS LOCAL (MOL) AND FERTILIZER CHICKEN MANURE Abd. Rahman Arinong1, Vandalisna2, dan Asni3 1,2 Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa 3 BP4K Kab. Buton Sulawesi Tenggara 1 E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian mikroorganisme lokal (MOL) dan pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi. Penelitian dilaksanakan di lahan STPP Gowa Romanglompoa, Kabupaten Gowa, bulan Maret - April 2014. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan: P0= kontrol, P1= pupuk kandang ayam 5 t ha-1, P2= pupuk kandang ayam 10 t ha-1, P3= 100 cc L-1 air MOL nasi bonggol pisang dan P4= 200 cc L-1 air MOL nasi bonggol pisang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi MOL secara umum berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi. Umur 3 minggu setelah tanam menunjukan perlakuan aplikasi Mol 100 cc L-1 air (P3) memberikan respon yang lebih baik terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dibanding perlakuan pupuk kandang ayam (P1 dan P2)). Kata kunci : Mikroorganisme lokal, pupuk, tanaman sawi
ABSTRACT This research aimed to determine the effect of local microorganisms (Mol) and chicken manure on growth and yield of mustard. Research conducted the land STPP Romanglompoa Gowa, Gowa in March until April 2014. Methods study prepared by randomized block design consisting of 5 treatments and 3 replications. P0 = control, P1 = chicken manure 5 t ha-1, P2 = chicken manure 10 t ha-1, P3 = 100 cc L-1 MOL rice water weevil bananas and P4 = 200 cc L-1 MOL rice water weevil bananas. The results showed that treatment of general application MOL significant effect on the growth and production of mustard. Age 3 weeks after planting showed treatment Mol application 100 cc L-1 water (P3) provide a better response to the growth of plant height compared to the treatment of chicken manure (P1 and P2). Keywords: Local microorganism, fertilizer, mustard plants
40
Jurnal Agrisistem, Juni 2014, Vol. 10 No.1
PENDAHULUAN Salah satu komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional serta pemenuhan gizi masyarakat adalah hortikultura khususnya sayuran. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral yang bernilai ekonomi tinggi. Produksi sayuran di Indonesia meningkat setiap tahun dan konsumsinya tercatat 40,35 kg tahun-1 kapita-1 pada tahun 2011 (Hendriadi, 2013). Peningkatan produksi selain terkait dengan peningkatan luas areal tanam juga dalam hal peningkatan kesuburan tanah melalui pemupukan. Pemupukan yang ditujukan untuk meningkatkan produksi sesuai kebijakan pemerintah untuk menerapkan pertanian modern melalui program supra insus beberapa tahun yang lalu, sudah terlihat dampak negatifnya. Target yang akan dicapai dalam program supra insus adalah tanaman berproduksi tinggi dalam waktu yang relatif singkat sehingga diperlukan masukan teknologi tinggi seperti pemupukan berat dengan menggunakan pupuk kimia. Hal tersebut menyebabkan ketergantungan petani pada masukan pupuk kimia yang terus menerus diberikan pada lahan pertaniannya sehingga berakibat menurunnya kesuburan tanah, kerusakan lingkungan, dan akibat lebih lanjut produktifitas tanah menurun (Nurhani, 2012). Hal lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi sayuran adalah menambah bahan organik yang diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, karena kemampuan bahan organik berfungsi sebagai pengikat butiran primer tanah menjadi butiran sekunder sehingga membentuk agregat yang mantap. Keadaan ini akan berpengaruh pada kemampuan tanah menahan air, ketersediaan hara akan lebih baik, serta mikroba- mikroba yang berperan aktif dalam tanah akan bertambah baik jenis
ISSN 1858-4330
maupun jumlahnya. Bahan organik memilki peran penting sebagai sumber karbon, dalam pengertian luas sebagai sumber pakan dan sumber energi untuk mendukung kehidupan dan perkembang biakannya berbagai jenis mikroba tanah (Sisworo, 2006). Usaha meningkatkan kuantitas dan kualitas tanaman sayuran dengan suatu sistim pertanian dengan melakukan budidaya tanaman dengan menambahkan penggunaan Mikroorganisme Lokal (MOL) dan pupuk kandang ayam pada tanaman sayuran yang merupakan teknologi yang mudah, ramah lingkungan serta berkelanjutan dan menguntungkan. Bagi petani yang menuntut pemakaian pupuk yang murah dan praktis bisa diarahkan untuk menggunakan MOL yang merupakan pupuk organik yang dapat dibuat dalam beberapa hari dan siap pakai dalam waktu singkat, selain itu pembuatan MOL biayanya murah, tidak susah cara pembuatannya, begitupun dengan pupuk kandang ayam mudah didapat dan murah harganya sehingga sangat efektif dan efisien bagi para petani dalam meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian MOL dan pupuk kandang ayam yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman sawi.
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanaan pada bulan Maret April 2014, di Kelurahan Romanglompoa Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 macam perlakuan dan 3 ulangan yaitu: P0: Kontrol, P1: Pupuk kandang ayam 5 t ha-1, P2: Pupuk kandang ayam 10 t ha-1, P3: 100 cc MOL nasi 41
Jurnal Agrisistem, Juni 2014, Vol. 10 No.1
ISSN 1858-4330
bonggol pisang per liter air, dan P4: 200 cc MOL nasi bonggol pisang per liter air. Metode yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah demonstrasi plot, yaitu penanaman dengan menggunakan polybag ukuran 25x30 cm. Aplikasi perlakuan P1 dan P2 untuk pupuk kandang ayam diberikan pada saat penanaman, sedangkan pemberian MOL pada tanaman sawi untuk perlakuan P3 dan P4 diberikan setiap 5, 10, 15, 20 dan 25 hari setelah tanam dengan cara disiramkan langsung pada tanaman. Parameter pengamatan yang diamati adalah tinggi tanaman (cm) yang diukur dari permukaan tanah sampai bagian tanaman yang tertinggi, jumlah daun (helai) yang diukur adalah semua daun yang sudah terbuka sempurna, sedangkan berat basah (g) tanaman diketahui pada saat panen dengan menimbang seluruh bagian tanaman setelah dibersihkan dari kotoran. Jumlah yang diukur dari masing-
masing perlakuan yaitu 9 tanaman karena dalam satu ulangan diambil 3 sampel. Pengukuran mulai dilaksanakan pada saat tanaman berumur 1, 2 dan 3 minggu setelah tanam (MST). Sedangkan untuk pengukuran ke-4 pada saat sebelum panen yaitu umur 4 MST.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tinggi tanaman Perkembangan tinggi tanaman umur 1-4 MST dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan hasil pengukuran tinggi tanaman sawi pada umur 1 sampai 4 MST menunjukan bahwa perlakuan aplikasi MOL dengan dosis 100 cc L-1 air yaitu pada perlakuan P3 terlihat berbeda nyata dengan P1 dan tidak berbeda nyata dengan P2 dan P4 pada umur 3 MST. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Tabel 1. Rata-rata pengukuran tinggi tanaman sawi (MST) Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 BNT KK %
1 9,153 a 10,483 a 12,453 b 12,597 b 14,540 c 1,6442 7,37
Umur Tanaman (MST) 2 3 16,767 a 19,167 a 24,311 b 25,556 b 27,444 b 3,2696 7,66
19,756 a 24,222 b 28,800 c 30,089 cd 31,867 d 2,9402 5,79
4 26,989 a 32,133 b 39,600 c 40,267 c 41,589 c 2,9882 4,39
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama, diikuti dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 0,005.
42
Jurnal Agrisistem, Juni 2014, Vol. 10 No.1 4330
ISSN 1858-
Gambar 1. Tinggi tanaman sawi pada umur 1 sampai dengan 4 minggu (MST).
Gambar 2. Jumlah daun sawi pada umur 1 sampai dengan 4 minggu (MST).
Tabel 2. Rata-rata perhitungan jumlah daun tanaman sawi (MST) Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 BNT KK
1 2,667 a 2,889 a 3,000 b 3,333 b 3,778 c 0,6328 10,72
Umur Tanaman (MST) 2 3 4,000 a 4,333 a 5,000 b 5,333 b 5,889 b 0,6632 7,17
5,222 a 5,667 b 6,333 c 7,000 cd 7,778 d 0,9956 8,26
4 6,556 a 8,000 b 9,556 c 10,111 c 11,111 c 2,1544 12,61
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 0,05.
43
Jurnal Agrisistem, Juni 2014, Vol. 10 No.1
Jumlah Daun Perkembangan jumlah daun umur 1 sampai 4 MST dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil perhitungan analisis sidik ragam jumlah daun sawi menunjukan bahwa perlakuan dengan menggunakan mikroorganisme lokal nasi bonggol pisang dengan dosis 100 cc L-1 air yaitu pada perlakuan P3 terlihat berbeda nyata dengan P1 dan tidak berberda nyata dengan P2 dan P4 pada umur 3 minggu setelah tanam (Gambar 2). Produksi Hasil perhitungan analisis sidik ragam produksi tanaman sawi menunjukan
ISSN 1858-4330
bahwa perlakuan dengan menggunakan Mol nasi bonggol pisang dan pupuk kandang ayam dengan berbagai dosis berbeda nyata pada hasil penimbangan tanaman sawi umur 4 MST. Perkembangan berat tanaman umur 4 MST dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan hasil penimbangan tanaman sawi pada umur 4 MST (saat panen) menunjukan bahwa perlakuan aplikasi mikroorganisme lokal nasi bonggol pisang yaitu pada perlakuan (P4) dengan dosis 200 cc L-1 air berbeda sangat nyata dibanding perlakuan P0, P1 dan P2 dan berbeda nyata dengan P3 dosis 100 cc L-1 air (Gambar 3).
Tabel 3. Rata-rata produksi tanaman sawi pada saat panen (4 MST) Umur (MST)
P0
P1
4
28,333
62,444
Perlakuan P2 134,778
P3
P4
BNT 0,05
159,444
171,111
41,1935
Gambar 3. Produksi berat basah tanaman sawi pada saat panen umur 4 (MST).
44
KK 19,67
Jurnal Agrisistem, Juni 2014, Vol. 10 No.1
Pembahasan Perlakuan dengan menggunakan MOL dan pupuk kandang ayam dengan dosis yang berbeda-beda menyebabkan perbedaan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi yang diamati. Tanaman sawi merupakan tanaman umur pendek sehingga dengan pemberian MOL, merupakan salah satu perlakuan yang memberikan respon positif terhadap tanaman sawi. Hasil pengukuran tinggi tanaman ratarata, tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu 30,089 cm terhadap kontrol (P0). Hal disebabkan, MOL memperbaiki kondisi tanah dalam hal tersedianya unsur hara yang diperlukan dalam pertumbuhan, sehingga mendukung pertumbuhan tanaman. Mikroba dalam tanah merangsang proses dekomposisi media sehingga membantu penyediaan hara dari bahan organik yang tersedia ditanah yang akhirnya dapat meningkatkan penyerapan hara oleh tanaman, sehingga tanaman tumbuh lebih sehat dan lebih baik. Pemberian pupuk kandang ayam pada saat penanaman (P1 dan P2) tidak memberikan pengaruh yang lebih baik karena unsur hara yang dikandung oleh pupuk kandang belum terdekomposisi secara sempurna, sehingga belum mampu dimanfaatkan tanaman secara optimal untuk pertumbuhannya. Hal ini disebabkan karena rata-rata pupuk organik kadar mineralnya rendah dan masih memerlukan pelapukan sebelum dapat diserap tanaman (Rismunandar, 2006). Pertumbuhan tinggi tanaman selalu diikuti oleh perkembangan jumlah daun. Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi
ISSN 1858-4330
MOL berbeda nyata terhadap parameter jumlah daun. Tingkat respon rata-rata jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (100 cc L-1 air) yaitu 7,000 helai dan terendah pada P0 (tanpa perlakuan) yaitu 5,222 helai. Perlakuan aplikasi MOL menghasilkan jumlah daun yang berpengaruh nyata pada umur 3 MST, sedangkan tingkat respon rata-rata produksi tanaman sawi tertinggi terdapat pada perlakuan P4 yaitu 171,111 g. Hal ini disebabkan karena P4 mendapatkan konstribusi hara yang lebih besar dibandingkan perlakuan lainnya dan berperan menambah ketersediaan unsur hara tanaman. Oleh karena itu suplay unsur hara yang cukup dapat merangsang dan mempercepat pertumbuhan organ tanaman sehingga tanaman memberikan hasil akhir yang lebih besar terhadap produksi tanaman sawi. Menurut Buckman (1969) bahwa suatu tanaman akan tumbuh dan mencapai tingkat produksi tinggi bila unsur hara yang di butuhkan tanaman berada dalam keadaan cukup tersedia dan berimbang didalam tanah dan unsur N, P, K merupakan tiga (3) dari 6 unsur hara makro yang mutlak diperlukan tanaman. Bila salah satu unsur tersebut kurang atau tidak tersedia dalam tanah, akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.
KESIMPULAN Aplikasi MOL nasi bonggol pisang dengan dosis 100 cc L-1 air (P3) memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun, sedangkan penggunaan MOL dengan dosis 200 cc L-1 air (P4), berpengaruh nyata pada berat basah produksi tanaman sawi.
45
Jurnal Agrisistem, Juni 2014, Vol. 10 No.1
DAFTAR PUSTAKA Buckman H.O and N.C Brady, 1969. Ilmu Tanah Bhratara Karya Aksara, Jakarta. Hendriadi, A. 2013. Optimalisasi Kegiatan Lit Kajibang Diklatluh dan Corporate Management Untuk Peningkatan Kinerja Litbang Hortikultura. Rapat Kerja Pusat penelitian Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
46
ISSN 1858-4330
Nurhani Y, Ratih Rahmi, Yudia Adrian, 2012. Pengaruh Beberapa Macam Air Sebagai Pelarut Kotoran Domba Untuk Mempercepat Fermentasi Menjadi Pupuk Organik Cair. Jurnal Teknologi 2. Rismunandar, 2006. Tanah dan seluk beluknya bagi pertanian, Penerbit Sinar Baru Algensindo, Bandung. Sisworo, 2006. Tina, S., Estu, R., Eko, H. Bertanam Sawi dan Selada. Penebar Swadaya, Jakarta.