PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TOMAT (LYCOPERSICUM

Download tanam terhadap produksi tanaman tomat, telah dilaksanakan di Desa Pentiro ... Fluktuasi produksi tomat dipengaruhi ..... Jurnal Hortikultur...

1 downloads 426 Views 307KB Size
Berkala PENELITIAN AGRONOMI Oktober 2012 Vol. 1 No. 2 Hal. 102-106 ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) PADA BERBAGAI DOSIS BOKASHI KOTORAN SAPI DAN JARAK TANAM Growth and production of tomatoes (Lycopersicum esculentum Mill) on several dosage of cow’s manure and planting space Oleh : Wa Ode Sahera ¹ , Laode Sabaruddin²), La Ode Safuan²*). )

1)

2)

Alumni Program Studi Agronomi Program Pascasarjana Unhalu Dosen program Studi Agronomi program Pascasarjana Unhalu *) Alamat surat-menyurat: [email protected]

ABSTRACT. An experiment aimed to study the interaction effects between dosages of cow’s manure and planting space on growth and production of tomatoes was done in Pentiro Village, Napabalano Subdistrict, Muna Regency Southeast Sulawesi at 70 m above sea level. A randomized block design in factorial treatments consisted of two factors was applied i.e. bokashi cow’s manure (B) as first factor covered in three levels namely: without bokashi cow’s manure (B0), 5 t ha-1 or 160 g plant-1 (B1), and 10 t ha-1 or 320 g plant-1 (B2), and planting space (J) as second factor consisted also of three levels, namely: 70 x 30 cm (J1), 70 x 40 cm (J2), and 70 x 50 cm (J3). From nineth treatments, each was repeated in three times so there were 27 experimental units. The variables observed were: leaf width, number of flowers per plant, number of fruits per plant, fruit fresh weight (g), and total production (t ha-1). Data observed were anlyzed by anova and the LSD Fishers was used to judge the differencies between treatments combination at 95% significance level. Result of the research showed that the interaction between bokashi cow’s manure and plant space affecting in leaf width, fruit fresh weight per plant, and production. Bokashi cow’s manure and spaced plant in partially affecting in leaf width, number of flower per plant, number of fruits per plant, fruit fresh weight per plant, and production (t ha-1). A 70 x 50 cm space and bokashi cow’s manure at dose 10 t ha-1 was producing the higher fresh weight in average by 2212.83 g per plant or 49.11 t ha-1, and 2196.11 g per plant or 39.53 t ha-1, respectively. Key words: Bokashi cow’s manure, growth and production, plant space, tomatoes.

ABSTRAK. Penelitian yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh interaksi antara bokashi kotoran sapi dan jarak tanam terhadap produksi tanaman tomat, telah dilaksanakan di Desa Pentiro Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara pada ketinggian 70 m dpl. Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dalam pola faktorial yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama adalah bokashi kotoran sapi (B) yang terdiri atas tiga taraf, yaitu: tanpa bokashi kototan sapi (B0), bokashi kotoran sapi dengan dosis 5 t ha-1 atau 160 g tanaman-1 (B1), dan bokashi kotoran sapi dengan dosis 10 t ha-1 atau 320 g tanaman-1 (B2). Faktor ke dua adalah jarak tanam (J) yang terdiri atas tiga taraf, yaitu jarak tanam: 70 x 30 cm (J1), 70 x 40 cm (J2), dan 70 x 50 cm (J3). Kesembilan kombinasi perlakuan tersebut masing-masing diulang tiga kali sehingga terdapat 27 unit percobaan. Variabel penelitian adalah: luas daun, jumlah bunga per tanaman (tandan), jumlah buah per tanaman (buah), berat rata-rata buah (g) dan produksi total (t ha -1). Data hasil pengamatan dianalisis berdasarkan sidik ragam pada taraf kepercayaan 95%. Perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan denga uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara bokashi kotoran sapi dan jarak tanam terhadap luas daun, berat buah per tanaman dan produksi. Bokashi kotoran sapi dan jarak tanam secara mandiri berpengaruh baik terhadap: luas daun, jumlah bunga per tanaman, jumlah buah per tanaman, berat tanaman segar dan produksi (t ha-1). Jarak tanam 70 x 50 cm dan bokashi kotoran sapi dengan dosis 10 t ha-1 memberikan produksi rata-rata berat segar masing-masing sebesar 2212,83 g tanaman-1 atau 49,11 t ha-1 dan 2196,11 g tanaman-1 atau 39,53 t ha-1. Kata kunci: Jarak tanam, pertumbuhan dan produksi, pupuk bokashi, tanaman tomat.

PENDAHULUAN Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) adalah salah satu komoditas sayuran penting di Indonesia yang mempunyai prospek cerah dalam

upaya meningkatkan taraf hidup petani. Buah tomat dapat dikonsumsi dalam bentuk sayuran segar, juga dapat digunakan untuk selai, sambal, saus dan buah kaleng.

102

Berkala PENELITIAN AGRONOMI Oktober 2012

Vol. 1 No. 2 Hal. 102-106

Sulawesi Tenggara khususnya Kabupaten Muna merupakan salah satu daerah di jazirah Sulawesi yang memiliki prospek untuk pengembangan tomat karena memiliki lahan kering yang cukup luas dengan curah hujan yang sedang. Produktifitas yang dicapai dari tahun ke tahun menurun. Fluktuasi produksi tomat dipengaruhi berbagai faktor antara lain teknik budidaya, terutama dalam hal pemupukan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menjamin ketersediaan dan produktifitas tomat dalam jumlah dan kualitas gizi yang baik secara kontinyu dan efisien dapat ditempuh melalui pemupukan dan budidaya tanaman yang tepat. Pemberian bahan organik melalui bokashi, selain dapat meningkatkan produktifitas tanah dan tanaman, penggunaan bahan organik merupakan salah satu komponen budidaya tanaman yang ramah lingkungan. Menurut Novizan (2004), pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran– kotoran hewan yang bercampur dengan sisa makanan dan urine yang didalamnya mengandung unsure hara N,P,K yang dapat digunkan untuk kesuburan tanah. Hal lain yang perlu diperhatikan agar dapat mendukung produksi tanaman tomat secara optimal adalah pengturan jarak tanam. Jarak tanam merupakan salah satu factor yang sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman. Pada jarak tanam yang rapat persaingan yang hebat antara tanaman yang satu dengan tanaman yang lain untuk mendapatkan sinar matahari, ruang tumbuh, air dan unsur hara di dalam tanah, akibatnya penampilan dari masing-masing tanaman secara individu akan menurun sehingga produksinya juga rendah. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh interaksi antara bokashi kotoran sapi dan jarak tanam terhadap produksi tanaman tomat.

ISSN: 2089-9858

® PS AGRONOMI PPs UNHALU

BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pentiro Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara, yang berada pada ketinggian 70 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini berlangsung selama empat bulan dalam periode musim kemarau yaitu bulan Pebruari sampai dengan Mei 2011. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tomat local, kotoran sapi, pupuk urea, SP-36, KCl, larutan M-4, dedak, sekam, gula dan pestisida. Alat yang digunakan parang, pacul, tembilang, timbangan analitik, soil moisture meter, meteran, gembor, ember, hand sprayer, thermometer, kamera digital dan alat tulis. Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dalam pola faktorial yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama adalah bokashi kotoran sapi (B) yang terdiri atas tiga taraf perlakuan yaitu tanpa bokashi kototan sapi (B0), -1 bokashi kotoran sapi dengan dosis 5 t ha atau 160 -1 g tanaman (B1) dan bokashi kotoran sapi dengan -1 -1 dosis 10 t ha atau 320 g tanaman (B2). Faktor ke dua adalah jarak tanam (J) yang terdiri atas tiga taraf perlakuan yaitu: jarak tanam 70 x 30 cm (J1), jarak tanam 70 x 40 cm (J2), dan jarak tanam 70 x 50 cm (J3). Dari kedua faktor tersebut diperoleh sembilan kombinasi perlakuan sebagai berikut: B0J1, B0J2, B0J3, B1K1, B1J2, B1J3, B2J1, B2J2 dan B2J3. Kesembilan kombinasi perlakuan ter-sebut masingmasing diulang tiga kali dalam kelompok sehingga secara keseluruhan terdapat 27 unit percobaan. Penempatan perlakuan dilakukan secara acak pada masing-masing kelompok. Model linier dari percobaan ini dapat dituliskan sebagai berikut:

Yijk : µ + ρk + αi + βj + αβ(ij) + εijk dengan :

i J k Yijk

= = = :

µ ρk αi βj αβ(ij) εijk

: : : : : :

1, 2, 3 taraf 1, 2, 3 taraf 1, 2, 3 taraf Nilai pengamatan dari satuan percobaan ke- k yang memperoleh perlakuan ke-i dari bokashi kotoran sapi dan faktor ke-j dari faktor jarak tanam. Nilai tengah umum Pengaruh aditif dari kelompok dan diasumsikan tidak berinteraksi dengan perlakuan Pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor bokashi kotoran sapi Pengaruh aditif taraf ke-j dari faktor jarak tanam. Komponen interaksi antara faktor bokashi kotoran sapi dan jarak tanam Pengaruh acak acak dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh taraf ke-i dari fakor bokashi kotoran sapi dan taraf ke-j dari faktor takaran.

Wa Ode Sahera, et al., 2012. Pertumbuhan dan Produksi Tomat …………………………………

103

Berkala PENELITIAN AGRONOMI Oktober 2012

Vol. 1 No. 2 Hal. 102-106

Lokasi yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan parang dan sabit lalu diukur. Sebelum diolah terlebih dahulu diambil sampel tanah untuk dianalisis. Pengolahan tanah dilakukan sebanyak dua kali dengan kedalaman 25 –30 cm. Selanjutnya dibuat bedengan atau petakpetak percobaan sebanyak 27 petak dengan ukuran 2,8 x 2 m. Jarak petak antar perlakuan 75 cm sedang jarak petak antar kelompok 150 cm. Bahan yang digunakan adalah kotoran sapi, dedak, sekam, gula pasir (5 sendok makan), larutan EM-4 (10-20 cc), air (20 liter). Perbandingan antara kotoran sapi, sekam dan dedak (20 : 20 : 1). Pesemaian terlebih dahulu dilakukan bak pesemaian berukuran 0,5 x 1,0 m. Adapun media kecambah yang digunakan adalah tanah yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Bibit dipindahkan pada umur 4 minggu dan telah memiliki empat helai daun. Jarak tanam sesuai perlakuan masing-masing. Pupuk yang digunakan adalah bokashi kotoran sapi, urea, SP-36, dan KCl -1 dengan dosis 100 kg urea hektar , 150 kg SP-36 -1 -1 hektar dan 50 kg KCl hektar . Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Komponen pertumbuhan tanaman tomat meliputi: luas daun pada umur 28 hari setelah tanam dengan menggunakan rumus: LD = Panjang x Lebar x konstanta, sedangkan rumus konstanta (Sitompul dan Guritno, 1995) adalah: C x. A K B P.x.L dengan: k = konstanta; C = bobot guntingan kertas daun; B = bobot kertas yang digunakan; A = luas kertas yang digunakan; P = panjang maksimum daun tanaman sampel, dan L = lebar maksimum daun tanaman sampel.

Komponen produksi yang meliputi jumlah bunga pertanaman (tandan) dihitung semua tandan bunga yang terdapat pada tanaman sampel, jumlah buah pertanaman (buah), berat rata-rata buah (g) -1 dan produksi total (t ha ). Data hasil pengamatan dianalisis berdasarkan sidik ragam pada taraf kepercayaan 95%. Perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan denga uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. HASIL Hasil pengamatan dan sidik ragam luas daun tanaman tomat pada umur 4 minggu setelah tanam menurut bokashi kotoran sapi dan jarak tanam (Tabel 1) menunjukkan bahwa bokashi

ISSN: 2089-9858

® PS AGRONOMI PPs UNHALU

kotoran sapi dan jarak tanam mandiri serta interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun tanaman tomat pada umur 4 minggu setelah tanam. Tabel 1. Pengaruh bokashi kotoran sapi dan jarak tanam terhadap luas daun tanaman tomat (cm) pada saat tanaman berumur 4 MST Jarak Tanam (cm) J1 (70 x 30 cm) J2 (70 x 40 cm) J3 (70 x 50 cm)

Bokashi -1

B0 = 0 B1 = 5 t ha B2 = 10 t ha a

3,10

a

5,57

p

q

b

3,57 p

5,70

c

c

q

BNJ 0,05

b

6,67 r

5,93

p

6,47 r

ab

q

4,30

-1

a

c

8,80 r

0,25

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom dan baris yang sama berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 0,05

Tabel 1 menunjukkan bahwa luas daun tanaman tomat pada saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam, pemberian bokashi kotoran -1 sapi 10 t ha (B2) dan jarak tanam 70 x 50 cm (B2J3). Hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah bunga pada umur 45 dan 50 hst menurut pemberian bokashi kotoran sapi dan jarak tanam (Tabel 2) menunjukkan bahwa pemberian bokashi kotoran sapi dan jarak tanam mandiri berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah bunga. Tabel 2. ragam jumlah bunga pada umur 45 dan 50 hst menurut pemberian bokashi kotoran sapi dan jarak tanam Bahan organik -1

BO = 0 t ha -1 B1 = 5 t ha -1 B2 = 10 t ha BNJ 0,05

Jumlah bunga 45 (hst) 50 (hst) a b 21,35 a b 18,44 46,48 c 23,14 58,94 0,74

1,66

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama, berbeda nyata berdasarkan uji BNJ taraf 0,05

Pemberian bokashi kotoran sapi berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah buah, dimana jumlah buah terbanyak diperoleh pada perlakuan -1 10 t ha (B2). Hal ini mengindikasikan bahwa pemberian bahan organik telah terbukti meningkatkan kesuburan tanah dan ketesediaan unsur hara sehingga dapat merangsang pertumbuhan jaringan tanaman.

Wa Ode Sahera, et al., 2012. Pertumbuhan dan Produksi Tomat …………………………………

104

Berkala PENELITIAN AGRONOMI Oktober 2012

Vol. 1 No. 2 Hal. 102-106

Tabel 3. Pengaruh jarak tanam terhadap jumlah buah tanaman tomat (buah) pada saat tanaman berumur 55, 60 dan 65 HST Jarak Tanam

55 HST a 6.18 b 6.69 c 8.01 0,17

J1 = 70 x 30 cm J2 = 70 x 40 cm J3 = 70 x 50 cm BNJ 0.05

Jumlah Buah 60 HST 65 HST a a 13.5 17,17 b b 19.35 22,14 c c 22.42 28,53 0,47 0,25

ISSN: 2089-9858

Rata-rata produksi tanaman tomat menu-rut bokashi kotoran sapi dan jarak tanam serta hasil uji dapat disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh bokashi kotoran sapi dan jarak tanam -1 terhadap produksi tanaman tomat (t ha ) setelah panen Jarak Tanam (cm)

Keterangan: Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf nyata 0,05

J1 (70 x 30) J2 (70 x 40)

Tabel 3 menunjukkan bahwa tanaman tomat yang menghasilkan jumlah buah yang terbanyak diperoleh pada perlakuan jarak tanam 70 x 50 cm (J2) dan berbeda nyata dengan perlakuan J1 dan J2. Sementara itu jumlah buah yang sedikit diperoleh pada perlakuan 70 x 30 cm (J1) dan berbeda nyata dengan perlakuan J2 dan J3. Hasil pengamatan dan sidik ragam berat buah tanaman tomat setelah panen menurut bokashi kotoran sapi dan jarak tanam menunjukkan bahwa bokashi kotoran sapi dan jarak tanam secara mandiri serta interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah buah tanaman tomat (Tabel 4). Tabel 4. Pengaruh bokashi kotoran sapi dan jarak tanam terhadap berat buah tanaman tomat (g) setelah panen Jarak Tanam (cm) J1 (70 x 30) J2 (70 x 40) J3 (70 x 50) BNJ 0,05

-1

Bokashi (t ha ) B0 = 0 a 363,33 p

b

810,83 p

q

b

1908,00 q

c

1319,17 p

B1 = 5 t ha a 1090,83

-1

B2 = 10 t ha a 1440,17

-1

p

b

2345,83 r

c

2416,67 r

® PS AGRONOMI PPs UNHALU

c

2852,50 r

J3 (70 x 50) BNJ 0,05

Tabel menunjukkan bahwa rata-rata berat buah tanaman tomat yang tidak diberikan bokashi kotoran sapi (B0) menghasilkan tanaman dengan berat buah yang lebih ringan dan berbeda nyata dengan berat buah tanaman tomat yang diberikan -1 -1 bokashi kotoran sapi 5 t ha dan 10 t ha (B1 dan B2). Hasil pengamatan dan sidik ragam produksi tanaman tomat setelah panen menurut bokashi kotoran sapi dan jarak tanam menunjukkan bahwa bokashi kotoran sapi dan jarak tanam secara mandiri serta interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap produksi tanaman tomat.

B0 = 0 a 11,03 p

b

18,23 p

q

c

-1

r

b

42,93 q

23,73 p

-1

B1 = 5 t ha B2 = 10 t ha a a 32,87 43,20 b

52,80 r

c

43,50 q

c

51,33 r

0,23

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom (a,b,c) dan baris yang sama (p,q,r) , berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 0,05

Penggunaan bokashi pada pengamatan setelah dirata-rata menunjukkan peningkatan yang signifikan. Bokashi kotoran sapi memberikan pengaruh terbaik dari seluruh variabel yang diamati -1 dan diperoleh pada perlakuan B2 (10 t ha ). Fenomena ini menunjukkan bahwa pemberian bokashi berperan positif terhadap penyediaan unsure hara dalam tanah. Hasil pengamatan kadar air pada perlakuan bokashi kotoran sapi dan jarak tanam menunjukkan bahwa dengan pemberian bokashi dan pengaturan jarak tanam dapat mempertahan ketersediaan air dalam tanah dimana kadar air tanah yang tinggi diperoleh pada pemberian bokashi 10 t -1 ha dan jarak tanam 70 x 50 cm (B2J3). Pemberian bokashi yang tinggi pada perlakuan B2J3 maka diduga kandungan bahan organik dalam tanah akan lebih tinggi sehingga meningkat pula kadar air tanah.

54,28

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom (a,b,c) ,dan baris yang sama (p,q,r), berbeda nyata berdasarkan uji BNJ taraf 0,05.

-1

Bokashi(t ha )

PEMBAHASAN Fahmuddin (1999) dalam Marni Husma, (2010) melaporkan bahwa pemberian bahan organik (pupuk kandang) berpengaruh terhadap tanaman seperti peningkatan kegiatan respirasi, bertambah lebarnya daun yang berpengaruh terhadap kegiatan fotosintesis yang bermuara pada produksi dan kandungan bahan kering. Pemberian bokashi kotoran sapi sebagai suplai bahan organik dalam tanah juga berpengaruh besar terhadap sifat-sifat tanah khususnya dalam pengikatan unsur hara sehingga tidak terjadi pencucian unsur hara dalam tanah. Hanafiah (2005) bahwa selain memperbaiki bahan organik juga berperan sebagai penyumbang unsur hara serta meningkatkan efisiensi

Wa Ode Sahera, et al., 2012. Pertumbuhan dan Produksi Tomat …………………………………

105

Berkala PENELITIAN AGRONOMI Oktober 2012

Vol. 1 No. 2 Hal. 102-106

pemupukan dan serapan hara untuk produksi tanaman. Ketersediaan unsur hara dalam tanah secara seimbang memungkinkan produksi tanaman berlangsung lebih baik. Kasno et al. (2000) menyatakan produksi tanaman ditentukan oleh laju fotosintesis yang dikendalikan oleh ketersediaan unsur hara dan air. Heddy, (1987) dalam Harsina, (2008) ketersediaan unsur hara sangat penting dalam dalam proses metabolism tanaman. Pengaruh penambahan bahan organic dalam tanah akan meningkatkan porositas tanah yang berkaitan dengan aerasi tanah dan kadar air dalam tanah. Tejasuwarno (1999) penambahan bahan organic pada tanah akan meningkatkan kadar air tanah akibat dari maningkatnya pori yang berukuran menengah dan menurunnya pori mikro sehinngga daya mengikat air meningkat. Hasil pengamatan suhu tanam selama penelitian menunjukkan bahwa suhu tanah yang terendah diperoleh pada perlakuan bokashi kotor-1 an sapi 10 t ha dan jarak tanam 70 x 50 cm (B2J3) sedangkan suhu tanaman yang tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa bokashi kotoran sapi dan jarak tanam70 x 39 cm (B0J1) baik pada kedalaman 5 cm maupun kedalaman 10 cm. Suhu berperanan penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kisaran suhu untuk pertumbuhº an tanaman tomat adalah 25–30 C (Wiryanta, 2004). Kisaran suhu selama penelitian berkisar º antara 25,3–30,3 C. Hal ini sesuai dengan kisaran suhu untuk pertumbuhan dan produksi tomat. Koesmaryono, (2001) menyatakan bahwa laju fotosintesis meningkat dengan meningkatnya suhu lingkungan (pada tingkat dan jenis tanaman tertentu) karena peningkatan aktivitas enzim yang mempertinggi kapasitas pemanfaatan CO2. Selain itu suhu juga dapat mempercepat proses dekomposisi bahan organik, dimana semakin tinggi suhu akan mempercepat perombakan bahan organik. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Interaksi antara bokashi kotoran sapi dan jarak tanam berpengaruh baik terhadap luas daun, berat buah tanaman dan produksi. Bokashi kotoran sapi dan jarak tanam secara mandiri berpengaruh baik terhadap luas daun, jumlah bunga per tanaman, jumlah buah per -1 tanaman, dan produksi (t ha ). Jarak tanam 70 x 50 -1 cm dan bokashi kotoran sapi dengan dosis 10 t ha memberikan produksi rata-rata berat segar -1 masing-masing sebesar 2212,83 g tanaman atau -1 -1 49,11 t ha dan 2196,11 g tanaman atau 39,53 t -1 ha .

ISSN: 2089-9858

® PS AGRONOMI PPs UNHALU

DAFTAR PUSTAKA Sagala, A., 2009. Respon pertumbuhan dan produksi tomat (Solanum lycopersicum Mill) dengan pemeberian unsur hara makro-mikro dan blontong. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Harsina, 2008. Pertumbuhan dan produksi serta kualitas rumput bede (Brachiaria dekumbens) melalui penggunaan bokashi pupuk kandang dengan krinyuh (Chromolaena odorata L.) pada jarak tanam berbeda. Tesis Program Pascasarjan Unhalu. Kendari. Karama, A.S., A.R. Marzuki, dan Marwan, 1996. Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Pangan. Prossiding Lokakarya Nasional. Cisarua. Bogor. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan hortikultura, 2002. Pengaruh Macam dan Dosis Pupuk Organik terhadap Hasil kentang. Jurnal Hortikultura No.3 Vol XII. Pusat Penelitian dan Pengembangan hortikultura. Jakarta. Koesmaryono, Y., 2001. Hubungan Cuaca dan Iklim dengan Penyakit Tanaman. Kumpulan Makalah Pelatihan Dosen-dosen Perguruan Tinggi Indonesia Bagian Timur dalam Bidang Agroklimatologi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMIPA IPB. Bogor. Nursyamsi, D., Sopandi, O., Sholeh, dan Widjaja, I.P.G., 1995. Penggunaan Bahan Organik, Pupuk P dan K untuk meningkatkan Produktifitas Tanah Podzolik. Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat 2: 47–52. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Husma, M., 2010. Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk Kalium terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon (Curcumis melo L.). Tesis Program Studi Agronomi Universitas Haluoleo. Rosmiyani, 2010. Pengaruh Bahan Organi dan Pupuk Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon (Curcumis melo L.). Tesis Program Studi Agronomi Universitas Haluoleo. Salisbury, F.B. dan C.W. Ross, 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bogor. Sitompul dan Guritno, 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Supriono, 2000. Pengaruh Dosis Urea Tablet dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai. Jurnal Agrosains Vol. 2 2000.

Wa Ode Sahera, et al., 2012. Pertumbuhan dan Produksi Tomat …………………………………

106