1 Pola Asuh Keluarga Pada Perkembangan Motorik Anak Usia Prasekolah Di Area Tunawisma Wilayah Semarang Selatan Ainnur Rahmanti Email :
[email protected] ABSTRACT Background: Parenting pattern has an important role for children growth. Parents have to know that all their attitude and statement can influence their children’s behaviour. Children will record and imitate whatever their parents say and do. The uncorrect parenting pattern, can cause child growth delayed because the less stimuli that the parents give for their children’s motoric exercises . Objective: The purpose of this research was to know the description of parenting pattern of homeless family about motoric growth on pre-school aged children in South Semarang. Methods: This research used a qualitative design with indept interview and phenomenological approach. The samples were taken by purposive sampling technique with 4 homeless informants who lived in South Semarang. The result of this research showed that parenting patterns which were applied in homeless family were very various, there were authoritative, permisive and neglected parenting. The child motoric growth was influenced by parents's roles in educating their children. Authoritative and neglected parenting would cause children motoric growth disturbed since the less stimuli given by their parents. The authoritative parenting could make the children not confident, frightened, unwell relationship between children and their social environment. Results: Permisive parenting made the children spoiled, naughty and always dependent on their parents. Further, neglected parenting made delayed children’s social and motoric growth disturbed due to cause the less stimuli and parenting given by their parents. To decrease the effect of unappropiate parenting pattern, parents are expected to apply the suitable parenting for their children, so that children can grow and develop well. Keywords : Parenting Pattern, Motoric Growth, Pre-school Aged Children ABSTRAK Latar Belakang: Pola asuh memegang peranan yang cukup penting terhadap perkembangan anak. Orang tua harus mengetahui bahwa setiap gerak-gerik dan ucapan orang tua sangat mempengaruhi perilaku anak nantinya. Anak akan merekam dan mencontoh apa saja yang dilakukan atau diucapkan orang tua padanya. Pola asuh yang tidak tepat akan mengakibatkan keterlambatan perkembangan motorik karena kurangnya stimulus yang diberikan orang tua untuk melatih motorik pada anaknya. Tujuan Penelitian: Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran pola asuh keluarga tunawisma pada perkembangan motorik anak usia prasekolah di wilayah Semarang Selatan. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan indept interview dan pendekatan fenomenologis. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 4 tunawisma yang bertempat tinggal di Semarang Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh yang diterapkan pada keluarga tunawisma beragam, yaitu otoriter, permisif dan penelantar. Perkembangan motorik pada anak dipengaruhi oleh peran orang tua dalam mendidik anaknya, dengan pola asuh yang otoriter maupun penelantar akan mengakibatkan anak mengalami gangguan perkembangan motorik karena kurangnya stimulus yang diberikan orang tua pada anaknya. Hasil Penelitian: Dampak pola asuh otoriter pada anak dapat mengakibatkan anak menjadi kurang percaya diri, penakut,
2 hubungan sosialisasi anak dengan lingkungan kurang terbina dengan baik, pada pola asuh permisif, mengakibatkan anak menjadi manja, susah diatur dan selalu tergantung orang tua, sedangkan pada pola asuh penelantar, mengakibatkan anak mengalami gangguan motorik maupun social karena kurangnya stimulus dan pengasuhan dari kedua orang tua. Untuk mengurangi dampak dari pola asuh yang kurang tepat ini, diharapkan orang tua dapat menerapkan pola asuh yang tepat bagi anaknya, agar anaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kata Kunci : Pola asuh, Perkembangan motorik, Anak usia prasekolah
PENDAHULUAN Keluarga merupakan salah satu kelompok sosial yang pertama dimana anak berinteraksi. Banyak faktor dalam keluarga yang mempengaruhi proses perkembangan kepribadian pada anak. Salah satu faktor keluarga yang berperan penting dalam pembentukan kepribadian pada anak adalah pola asuh orang tua (Brown, 1953). Pola asuh orang tua merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya (Tarsis, 2001). Faktor lingkungan sosial yang memiliki dampak terhadap perkembangan tingkah laku individu (anak). Di lingkungan keluarga khususnya orang tua akan mewarnai kehidupan perkembangan anak terutama pada masa awal kanak-kanak sampai masa remaja. Dalam mengasuh anaknya orang tua cenderung menggunakan pola asuh tertentu. Penggunaan pola asuh tertentu ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap bentuk-bentuk perilaku tertentu pada anaknya Pola asuh memegang peranan yang cukup penting terhadap perkembangan anak. Perlu orang tua sadari, bahwa setiap gerakgerik dan ucapan orangtua sangat mempengaruhi perilaku anak nantinya. Anak akan merekam dan mencontoh apa saja yang dilakukan atau diucapkan orangtua padanya. Jika pola asuh orang tua terlalu overprotektif akan mengakibatkan anak mengalami keterlambatan pada perkembangannya, baik perkembangan motorik halus maupun pada motorik kasarnya. Apabila orang tua menerapkan pola asuh permisif maka tidak menutup kemungkinan anak juga dapat mengalami keterlambatan perkembangan motoriknya, hal ini disebabkan karena kurangnya stimulasi
yang diberikan orang tua untuk melatih motorik pada anaknya (Santrock, 2002). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan secara fenomenologi. Alat pengumpul data adalah peneliti sendiri dengan melakukan wawancara mendalam. Penelitian ini penetuan sampel menggunakan metode purposive sampling. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Tabel 1. Kategori Data KATA KUNCI KATEGORISASI 1. Belum bisa Gangguan berjalan perkembangan 2. Ngomong nggak motorik lancar 3. Belum bisa pakai sendok 4. Tidak bisa makan sendiri 5. Belum bisa pakai baju sendiri 6. Ndak bisa menggambar 1. Makan mandiri Perkembangan 2. Minum di cangkir motorik anak 3. pakai baju mandiri yang dapat 4. Berjalan dikuasai 5. Berlari 6. Main bola 7. Nggambar orang 8. Bicara ndak jelas 1. Pengekang Jenis pola asuh 2. Memanjakan 3. Ben tumbuh 4. Disiplin 1. Tamat SD Pendidikan 2. Tamat SMP terakhir orangtua 3. Tidak tamat SMEA
3 1. 2. 3. 4.
8. 9. 1. 2. 3.
Dinasehati Diberi contoh Diperintah Dibebaskan anak berbuat Mendisiplinkan Dimarahi Penurut Membangkang Rewel Pendiam Nakal Susah diatur Aleman Selama 12 jam Selama 10 jam Selama 8 jam Biasa saja Ndak ada masalah Bingung Ndak paham Diperiksakke Dianggap normal Biasa saja Sholeh Lebih baik dari orangtuanya Sukses Terserah anak Hidup mandiri Punya rumah sendiri Punya pekerjaan Dadi orang kaya Bingung Penting Tidak paham
1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Biasa aja Ndak ada Dikasih uang Diberi jajanan Di sayang-sayang Marah biarkan Nasehati Mukul Dicubit Dijewer Dipukul Dimarahi Ditinggal dewe an Ndak dikasih uang Nggak diberi jajan Nggak boleh main
5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Bentuk pola asuh orang tua
Dampak pola asuh pada anak
Jam kerja orangtua dalam sehari Respon orang tua terhadap perkembangan anak
Harapan orang tua pada anak
Tanggapan orang tua terhadap pemberian imunisasi Pujian (penghargaan) dari orang tua
Sikap orangtua terhadap kenakalan anak
Hukuman yang diberikan kepada anak
1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3.
Harmonis Kurang harmonis Tidak harmonis Sering Jarang Ndak pernah Mandiri Ndak mandiri Isinan Anteng Wani Nurut Mutungan Baik Biasa saja Jelek
Tabel 2. Tema KATEGORI 1. Perkembangan motorik anak 2. Respon orang tua terhadap perkembangan anak 3. Tanggapan orang tua tentang imunisasi 1. Jenis pola asuh 2. Bentuk pola asuh 3. Harapan orang tua terhadap masa depan anak. 4. Hukuman yang diberikan orang tua untuk anaknya 5. Sikap orang tua terhadap kenakalan anak 6. Pujian/ penghargaan yang diberikan orang tua 7. Intensitas komunikasi dalam keluarga 1. Dampak pola asuh 2. Konsep diri anak 3. Kemandirian anak 4. Hubungan sosialisai anak 5. Gangguan perkembangan motorik
Hubungan antar kedua orang tua Intensitas komunikasi dalam keluarga Kemandirian anak Kepribadian / konsep diri anak
Hubungan sosialisasi anak dengan teman sebaya
TEMA Peran dan respon orang tua terhadap perkembangan motorik anak
Bentuk pola asuh, hukuman, penghargaan, komunikasi dan harapan yang diberikan orang tua kepada anaknya
Dampak pola asuh orang tua terhadap konsep diri, kemandirian, hubungan sosialisasi dan perkembangan motorik anak
4 b. Pembahasan Tema 1 : Peran Dan Respon Orang Tua Terhadap Perkembangan Motorik Anak Peran orang tua terhadap perkembangan anaknya juga merupakan suatu bentuk pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak. Pada hasil penelitian dua orang informan mengatakan bahwa perkembangan anak mereka mengalami keterlambatan perkembangan motorik dan dua informan lagi mengatakan bahwa menurut mereka anak mereka tidak mengalami gangguan perkembangan motorik. Peran orang tua dalam pemberian imunisasi pada anak juga penting untuk menunjang pemenuhan kesehatan bagi anak mereka. Dari hasil penelitian di peroleh tiga orang informan menyatakan bahwa imunisasi yang diberikan untuk anak penting untuk dilaksanakan sedangkan satu informan mengatakan bahwa mereka tidak tahu imunisasi yang seharusnya didapat untuk anaknya. Minimnya wawasan orang tua terhadap pola asuh yang baik mengakibatkan ketidaksiapan orang tua dalam mengasuh anak. Orang tua menganggap anak sebagai miniatur orang dewasa aturan yang dibuatpun sama seperti untuk orang dewasa sehingga tak jarang orang tua memberlakukan sanksi fisik yang keras bagi anaknya (Santrock, 2002). Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk menunjang perkembangan anak baik fisik maupun perkembangan psikologis. Tema 2 : Bentuk pola asuh, hukuman, penghargaan, komunikasi dan harapan yang diberikan orang tua lepada anaknya Masing-masing orang tua tentu saja menerapkan pola asuh tersendiri bagi anak mereka. Hal ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan orang tua, mata pencaharian hidup, keadaan sosial ekonomi, adat istiadat dan sebagainya. Hasil penelitian diperoleh dua orang informan merupakan lulusan SMP, satu orang informan merupakan lulusan SD, dan satu informan merupakan lulusan SMEA. Mata pencaharian para informan adalah sebagai pemulung dan pengamen, tentu saja tingkat social ekonomi para informan sangat rendah untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa seorang tuna wisma menerapkan pola asuh otoriter, dua orang tuna wisma menerapkan pola asuh permisif dan seorang tuna wisma menerapkan pola asuh penelantar Pola asuh otoriter, komunikasi yang dilakukan antara orang tua dan anak jarang dilakukan, anak tidak pernah diberi kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya, karena orang tua selalu menganggap anaknya tidak mampu dan tidak tahu apa-apa. Orang tua dengan tipe otoriter tidak segan untuk memberi hukuman pada anaknya apabila mereka mengerjakan sesuatu diluar kehendak orang tuanya. Anak jarang diberi reward atau penghargaan atas hasil yang mereka capai, sehingga dapat dikatakan orang tua kurang menghargai anak. Orang tua mempunyai harapan yang tinggi yang harus dicapai oleh anak (Endah, 2006). Pada hasil penelitian didapatkan seorang tuna wisma yang menerapkan pola asuh otoriter pada anaknya. Hal ini dapat dilihat dari sikap orang tua yang selalu memerintah anak, tidak memberi kesempatan anak berbicara bahkan dari sikap menghukum anak. Komunikasi jarang dilakukan karena kesibukan masing-masing anggota keluarga. Jam kerja yang lama yaitu sehari 10 jam. Kurangnya pengetahuan dan keterbatasan informasi yang diperoleh orang tua mengakibatkan sikap kedua orangtua menjadi keras, terlalu mengekang anak dan kurang harmonisnya hubungan antara kedua orangtua membuat anak menjadi anak yang pendiam dan penakut. Harapan orang tua sangat tinggi untuk anaknya, ia selalu menganggap anaknya adalah anak yang kurang pintar dan tidak tahu apa-apa sehingga itu menjadi beban bagi si anak. Anak menjadi pemalu dan takut untuk berbuat sesuatu. Apabila ada hal baru atau lingkungan baru anak takut untuk memulai dan beradaptasi. Metode permisif ini anak tidak pernah diajak berkomunikasi mengenai kesalahan yang telah diperbuatnya, bagi orang tua yang terpenting hanyalah memberi kesenangan bagi anak. Orang tua tidak menetapkan batasanbatasan kapan anak harus mengikuti nasehat orang tua, orang tua tidak tahu apa yang baik untuk anaknya (Santrock, 2002). Hasil penelitian yang diperoleh pada dua orang informan menyebutkan bahwa orang tua dengan gaya pengasuhan permisif, terlalu memanjakan anaknya, mereka memberikan
5 penghargaan atas perilaku anaknya, apabila anak melakukan kesalahan atas perilaku mereka, mereka tetap memberikan hukuman tapi jarang sekali intensitasnya. Orang tua mempunyai pengharapan-pangharapan atas masa depan anaknya, tapi tanpa memberikan bimbingan atau pengasuhan yang cukup berarti. Pola asuh tipe penelantar adalah pola asuh dimana orangtua pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim kepeda anaknya. Waktu mereka banyak mereka pergunakan untuk keperluan pribadi mereka seperti bekerja, dan juga kadang biayapun dihemat untuk anak mereka, biasanya orang tua tidak mampu memberikan perhatian secara fisik dan psikis terhadap anaknya. Hasil penelitian diperoleh seorang informan menerapkan tipe pengasuhan pada anaknya. Informan kurang peduli terhadap perkembangan anaknya, anaknya diasuh oleh nenek. Orang tua tidak pernah memberikan pujian dan hukuman bagi anaknya, sehingga terkesan ditelantarkan. Komunikasi dalam keluarga juga jarang dilaksanakan. Orang tua tidak mempunyai harapan untuk masa depan anaknya. Tema 3 : Dampak Pola Asuh Orang Tua Terhadap Konsep Diri, Kemandirian, Hubungan Sosialisasi Anak Dan Perkembangan Motorik Anak Pengasuhan otoriter dapat meliputi adanya peraturan yang ketat, memberi perintah, dan menggunakan banyak tuntutan atau ancaman, memberikan hukuman fisik dan membuat keputusan dengan mengabaikan keinginan atau pendapat anak. Anak yang dibesarkan dengan cara ini akan belajar mengunakan kekerasan fisik atau metode menyakitkan lain untuk memecahkan masalah, menarik diri, ketakutan, dan tertekan atau kemungkinan lain bersikap marah, bermusuhan dan memberontak. Orang tua yang otoriter, akan selalu membatasi kebebasan terhadap anak mereka, hal ini mengakibatkan anak dapat mengalami keterlambatan pada perkembangannya baik perkembangan motorik maupun perkembangan psikologis dari anak. Orang tua akan selalu mendikte gerakgerik anaknya, anak tidak diberi kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya. Dari hasil penelitian didapatkan orang tua yang otoriter, anak mereka mengalami keterlambatan bicara pada anak usia prasekolah, anak sudah seharusnya mampu berbicara dengan lancar walau terkadang masih susah untuk dipahami.
Pola asuh orang tua didalam keluarga tuna wisma turut berpengaruh terhadap perkembangan psikologis dan perkembangan sosial pada anak. Melalui pola asuh orang tua dapat membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri pada anak terhadap lingkungannnya. Pada pola asuh permisif, biasanya orang tua memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan anaknya untuk melakukan sesuatu tan-pa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, dan disukai oleh anak (Santrock, 2009). Anak yang dibesarkan dengan cara pengasuhan permisif akan tumbuh dengan keyakinan bahwa kepentingan mereka lebih penting daripada kepentingan orang lain, anak dapat berbuat sesuka hati, memaksakan diri untuk mendapatkan sesuatu yang tidak mereka miliki dan kemungkinan besar menggunakan ego untuk mendapatkan keinginan mereka (Scohib, 1998). Pada pola asuh permisif anak terlalu dimanjakan dan selalu mendapatkan apa yang diinginkan. Hasil penelitian didapatkan bahwa dua orang informan menerapkan pola asuh permisif pada anaknya, hal ini membuat anak bersikap manja, selalu tergantung oleh orang tuanya (kurang mandiri), dan apabila keinginan anak tidak terpenuhi oleh orang tuanya akan membuat anak menjadi rewel. Hubungan sosialisasi anak dengan lingkungan terbina dengan baik, karena anak diberi kesempatan untuk bermain sepuasnya. Perkembangan motorik anak pada tipe ini tidak mengalami gangguan yang berarti atau dapat dikatakan anak tumbuh kembang dengan baik. Hasil penelitian berikutnya pada orang tua yang menerapkan pola asuh penelantar, anak mengalami gangguan perkembangan motorik, psikologis maupun sosial. Pola asuh ini orang tua tidak peduli terhadap kehidupan maupun masa depan anaknya. Anak dianggap sebagai beban bagi orang tua yang dapat menghambat kehidupan orang tuanya. Orang tua tidak pernah mendidik maupun mengasuh anaknya. Hubungan anak dengan lingkungan tidak terbina dengan baik. Orang tua tuna wisma sibuk mencari nafkah, sehingga kurang memperhatikan perkembangan anaknya.
6 SIMPULAN DAN SARAN a. Simpulan Pola asuh pada orang tua tuna wisma beragam mulai dari otoriter, permisif hingga penelantar. Pola asuh ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal diantaranya beragam adat istiadat karena sebagian besar tuna wisma di Semarang adalah orang perantauan, lalu beragam tingkat pendidikan, beragam suku, agama hingga mata pencaharian. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh peran orang tua dalam mendidik dan mengasuh anaknya. Pola asuh yang terlalu keras dan mengekang maupun yang menelantarkan maka akan menghambat perkembangan dari anak. Kurangnya stimulus dari orang tua penelantar mengakibatkan anak mengalami gangguan perkembangan motorik. Dampak dari pola asuh otoriter pada anak dapat mengakibatkan anak menjadi kurang percaya diri, penakut, hubungan sosialisasi anak dengan lingkungan juga kurang terbina dengan baik, pada pola asuh permisif mengakibatkan anak selalu manja dan tergantung terhadap orang tua, anak susah diatur, sedangkan pada pola asuh penelantar mengakibatkan anak mengalami gangguan perkembangan motorik, maupun sosial karena kurang pengasuhan dari orang tua. b. Saran Sebaiknya orang tua menjadikan anak sebagai sesosok teman dan mengakui sebagai seorang individu yang, menghargai perbedaan pendapat dan mengajak berdiskusi secara terbuka. Orang tua diharapkan juga dapat menerapkan pola asuh yang tepat bagi putra-putri mereka sehingga anak dapat merasa nyaman, aman dan penuh dengan limpahan kasih sayang dari orang-orang terdekatnya. Perawat hendaknya dapat menambah pengetahuan dibidang keperawatan anak terutama mengenai pola asuh keluarga yang baik, sehingga dapat menerapkan pada kehidupannya maupun dapat memberikan informasi pada masyarakat sekitar akan pentingnya penerapan pola asuh keluarga yang tepat sehingga tidak mengganggu perkembangan anak baik perkembangan motorik, psikologis maupun sosialnya.
DAFTAR PUSTAKA Santrock, John W. Life Span Development. Edisi 5. Alih bahasa : Achmad Chusairi, S.Psi dan Drs. Juda Damanik, M.S.W. Jakarta : Erlangga, 2002 Endah, P. Komunikasi Efektif antara Orang Tua dengan Anak.Jakarta. Kawan Pustaka, 2006 Hanati, Nyoman. Mendukung Perkembangan Anak dengan Pola Asuh yang Benar. www.yahoo.com.2005. ( diakses tanggal 23 Desember 2008 ) Scohib M. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta : Rineka Cipta, 1998 Hurlock Elizabeth E. Psikologi Perkembangan Ed.5. Jakarta : Erlangga, 1995 Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005 Yusuf S.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002 Maleong, L.J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan 17. Bandung: PT Renja Rosdakarya, 2004 Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta, 2005 Nursalam. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta. Sabung Seto, 2001 Morse MJ, Peggy AF. Nursing Research: The Application of Qualitative Research 2nd. Edition London. Caphman & Hall, 1996 Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian. Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2001 Burhan Bungin. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi 3. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002