POTENSI SPASIAL FISIK KAMPUNG KAUMAN SURAKARTA

Download There is a building to live in, langgar to pray also a batik home industry to help economically. ... Kawasan kampung Kauman yang posisinya ...

0 downloads 340 Views 302KB Size
POTENSI SPASIAL FISIK KAMPUNG KAUMAN SURAKARTA SEBAGAI KAW ASAN BUDAYA DAN RELIGI Wiwik Setyaningsih1 Abstract: The potential of physical spatial the environment of Kauman is included ulama house is the artefact building, which is very dominant in Kauman Surakarta with the high history of Surakarta Palace. A Ulama is n ulama abdi dalem choosing by the King receiving a kebangsawanan title with the main duty is religi. The ulama house is a characteristic, which is different to other houses. The aim of this research is to find the description of physical spatial the environment of Kauman. Ulama house, which was built in 1800-1900 M and has double functions. There is a building to live in, langgar to pray also a batik home industry to help economically. Mama houses visual character shows a Javanese traditiona l building with the background of Islam ta cking poin t an Javanese Palace cultures. Keywords : traditional build ing character, socio -cultural and religi -ritual moslem background PENDAHULUAN Surakarta sebagai bekas kota kerajaan Islam di Jawa merupakan wilayah strategis dengan kekayaan budaya yang beraneka ragam berupa artefak dan bangunan peninggalan warisan sejarah yang bersifat spasial fisik serta nilai sosial masyarakat. Kawasan kampung Kauman yang posisinya di sebelah utara dan menyatu dengan Masjid Agung, Alun-alun utara serta Karaton Surakarta, merupakan kawasan bersejarah yang unik dan tradisional, mempunyai kaitan yang erat dengan sejarah berdirinya Karaton Surakarta. Kampung Kauman merupakan perka mpungan santri tradisional kuno yang terletak di tengah kota dengan kekayaan budayanya yang tinggi dan sakral, mempunyai banyak potensi bersejarah yang masih asli baik berupa spasial fisik lingkungan berikut bangunan kuno yang masih asli dan megah, maupun nilai spasial tata cara hidup, serta tradisi masyarakat dengan kekhasan religiuscultural, yang masih ada dan hidup sampai sekarang (Wiwik, S, 2002). Sejak ditetapkannya Bandara Adi Sumarmo sebagai Bandara lnternasionai kota Surakarta sedang dalam proses pertumbuhan. Salah satu kebijaksanaannya adalah melindungi warisan leluhur yang bernilai sejarah tinggi sebagai ja tidiri kota, sehingga sejalan dengan tinjauan 1

Prodi Arsitektur, Jurusan Arsitektur, FT UNS

studi intervensi bangunan dan kawasan yang harus dilestarikan, salah satunya adalah kawasan bersejarah di kampung Kauman (RUT. Kodya.Surakarta Th. 1993-2013). Dengan demikian kawasan Kauman sebagai kawasan bersejarah perlu mendapatkan perhatian untuk direkomendasikan dan diungkap potensi warisan leluhur yang terkandung di dalamnya, meliputi identifika si bangunan bersejarah berikut nilai budayanya, yang perlu dijaga ke -khasan dan ke -unikannya (Wiwik, S, 1999 dan 2000). Sementara untuk mengungkap potensi warisan budaya yang ada, selanjutnya bisa dikembangkan bahkan diubah untuk kemudian dibangun menjadi kawasan budaya membutuhkan kepekaan kuat dan perlu dialog dengan berbagai pihak terkait. Di satu pihak, dinamika kehidupan dan perubahan terus berjalan, dipihak lain perlu menjaga karakteristik dan kesinambungan lokal yang merupakan tantangan dalam mengelo la kawasan bersejarah. Untuk itu diperlukan pihak pemerintah, swasta dan masyarakat yang mampu memahami nilai budaya secara berkesinambungan. Sehingga pemerintah, swasta dan masyarakat harus saling mendukung untuk dapat mewujudkan peran ganda, yaitu dapat memenuhi fungsinya sebagai pusat budaya dan sebagai tempat

GEMA TEKNIK - NOMOR 2/TAHUN X JULI 2007

kehidupan masyarakat setempat (Wiwik, S, 2004). Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap potensi budaya dan religi yang berupa spasial fisik lingkungan dan bangunan yang ada di kampung Kauman Surakarta kaitannya dengan keberadaan Karaton Surakarta METODE PE NELITIAN Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan deskriptif-analitik. Pengumpulan data dengan pengamatan empirik di lapangan (s ite observation), pengambilan foto atau sketsa gambar, serta wawancara mendalam (in-depth interview) dengan menitikberatkan pada penggalian informasi terhadap key persons. Data primer berupa informasi mengenai pelaku/informan, tempat dan peristiwa (melalui site inspection). Informan terdiri dari representatives (pemerintah, swasta) dan masyarakat pengguna. Tempat dan peristiwa terdiri dari spasial fisik bangunan dan artefak di kampung Kauman Surakarta, serta nilai spasial adat istiadat dan aktivitas lainnya. Data sekunder dari berbagai referensi pustaka dan dokumen yang relevan. Lokasi penelitian adalah kampung Kauman Surakarta, berkaitan sebagai kawasan yang tinggi potensinya dengan kekentalan sejarah yang dimiliki. Teknik analisis data menggunakan metode interaktif. Hasil observasi lapangan berupa pengamatan empirik berikut hasil wawancara diidentifikasi sambil direduksi dan dipertimbangkan berdasarkan unsur-unsur yang telah ditetapkan. Analisis dilakukan melihat kaitannya dengan konteks permasalahan. Hasil akhir merupakan teori substantif, untuk disimpulkan da n direkomendasikan. HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

Tinjauan Umum Kampung Kauman Surakarta Keberadaan kampung Kauman Surakarta sebagai kelengkapan dari pembangunan Masjid Agung sebagai pusat syiar agama Islam, bersamaan dengan didirikankannya Karaton Surakarta oleh PB II, pada 17 Pebruari 1745 H, akibat dari Geger Pecinan di Kartosuro. Wilayah Kauman bermula dari adanya Kawedanan Yogiswara/Kapengulon,

120

yang tugasnya mengurusi keagamaan dan kemakmuran Masjid Agung, dimana pengelolanya para ulama yang berte mpat tinggal mendekati Masjid Agung. Gugusan te mpat tinggal pa ra ulama kemesjidan tersebut mempe roleh nama dari Raja sebagai tanah Pekauman, yang artinya tempat tinggal para kaum/ulama, yang disebut kampung Kauman (Anonim, Sanapustaka, 376 Ha). Kata Kauman berasal dari bahasa Arab: Qaum yaitu pejabat keagamaan setara lu rah, selanjutnya menjadi Qoum Muddin yang berarti penegak agama Islam (Darban, 1984). Penduduk asli Kauman adalah ulama abdi dalem dari berbagai pesantren terpilih penempata n da ri Raja. Mereka kemudian beranak pinak de nga n pertalian kekerabatan yang berciri indogamis dalam ja linan hubungan tali keluarga antara satu keluarga dengan warga yang lain (Yo gaswara,1940 ). Selanjutnya budaya santri dari para ulama di Kauman ikut mewarnai perilaku dan norma kehidupan masyarakatnya , sehingga banyak pesantren dan pengajia n. pola pendidikan pesantren yang berasal dari belajar me ngaji di rumah para u lama kemud ian meningkat ke langgar/po ndhokan dalam asuhan para Kyai, untuk kemud ian diteruskan ke pesantren besar sehingga oto ritas kehidupan keagamaan ada di tangan pa ra ulama (Zamkhsyari,1982). Setela h qatam /selesai nyantri para kader ulama ke mbali ke Kauman u ntuk me njadikan dirinya sebagai Kyai, karena pe lestarian para ulama penerus berkaitan dengan jabatan ula ma abdi dalem (Anonim, Editor, 1990 ). Luas wilayah Kauman mencapai 20.10 Ha, terd iri dari 6 RW; 26 RT dan 20 toponim. Mempunyai banyak banguna n kuno dengan peninggalan sejarah yang tinggi nilainya, diantaranya bangunan Masjid Agu ng; Kawedanan Yagiswara/Pengulon ; Sekolah Madrasah Mambaul ‘Ulum yang didirikan oleh PB X (1893 -1939); sekolah putri Madrasah Bowo Leksono; langga r Sememen; serta beberapa ru mah ulama yang mempu nyai nilai sejarah tinggi kaitannya dengan keberadaan kerato n Kasunanan. Permukiman di Kauman Su rakarta terbentuk secara organik dengan masjid Agung sebagai pusat orientasi dan penyebaran aktivitas

Wiwik Setyaningsih, Potensi Spasial Fisik Kampung Kauman Surakarta ...

masyarakat, sedangkan kegiatan pada unit lingkungan berada pada langgar yang tersebar di Kauman. Selanjutnya orientasi ini membentuk pola perle takan bangunan, pada bagia n tepi otomatis berorientasi ke jalan utama. Pola ja lan yang terjadi karena bentukan permukiman adalah papan catur (grid-iron), dimana ga ng/jala n lingkungan merupakan sirkulasi u tama da ri perkampungan, sedangkan lo rong-lorong terbentuk secara spontan (Henry, 1993). Nama kampung di Kau man merupakan toponim pemberian dari Raja berdasarkan aktivitas masyarakatnya Ka mpung Pangulon yaitu tempat tinggal /dale m Penghulu keraton, kampu ng Sememe n sebagai tempat tinggal ru mah Ula ma Sememi dan langgar Sememen, kampung Modinan merupakan te mpat tinggal para Modin. Se lain itu terdapat kampung para teteko sebagai kawulo dalem yang bekerja u ntuk memenuhi kebutuhan kera ton. Kampung Baladan te mpat pa ra kawulo dalem membuat makanan sesaji untuk keperluan upac ara keraton (Adnan,1996 ). Sedangkan nama jala n diamb il dari simbol-simbol kebesaran keraton Kasunanan yang dianggap mempunyai kekuatan sakral/ma gis, diantaranya nama jala n Wijayakusuma , nama jalan Kalimosodo, semuanya mempunyai historis yang sakral (Wiwik S, 2003). (gambar 2 dan 4). Penduduk Kauman berjumlah 3.477 jiwa, dari 744 kepala keluarga dengan jumlah rumah tinggal 458 buah. Dengan perbandingan luas lahan dan jumlah penduduknya yaitu mencapai 284 jiwa/km2, merupakan permukiman yang padat (Data Kal. Kauman, 2001). Komunitas masyarakat Kauman mayoritas beragama Islam mencapai 3.141 orang/ 91,82 % dengan tradisi kekerabatan yang kuat sebagai kampung santri ialah banyaknya aktivitas bernafaskan Islam serta hidupnya norma-norma Islami di hampir setiap rumah tangga yang mencerminkan corak ke Islaman. Kerukunan terlihat dalam kehidupan mereka, baik dalam kegiatan sosial terlebih dalam bidang keagamaan yang masih taat menjalankan syari'at Islam yang dilakukan di masjid, langgar ataupun di rumah dengan kegiatan rutinitas pengajian. Spasial Fisik Kauman Surakarta Sebagai Kawasan Budaya Analisis potensi warisan budaya yang berupa spasial fisik lingkungan dan bangunan di Kauman

Surakarta dapat diklasifikasikan berdasar skala settingnya. Dengan pusat Masjid Agung, penyebaran setting di wilayah Kauman, berada di sebelah utara dan di sebelah barat Masjid Agung. Bangunan Masjid Agung terletak di sebelah tenggara kampung Kauman dibangun pada masa PB III tahun 1577, dan disempurnakan oleh PB IV, Ungkapan fisiknya merupakan bangunan tradisional Jawa, dengan bentuk atap bersusun tiga pada ruang utama dan atap limasan pada serambi. Bentuk denah segi empat, terdiri dari ruang ibadah utama untuk jamaah putra dan serambi di samping kiri untuk jamaah putri. Ruang wudhu dan paturasan untuk putra di sisi samping kanan dan putri di sisi samping kiri. Mempunyai menara adzan setinggi 25 m terletak di di bagian depan. Secara keseluruhan baik ornamen, bentuk serta warna terlihat pengaruh dari Karaton Surakarta. Selain Masjid Agung terdapat bangunan langgar Sememen yang merupakan langgar tertua di kota Surakarta, terletak di kampung Sememen merupakan wakaf dari Ketib Sememi yang dibangun pada tahun 1890 H. Mempunyai bentuk arsitektur Jawa kuno dengan menara adzan menyerupai panggung sangga buana yang ada di Karaton Surakarta. Hal ini menunjukkan bahwa bangunan ibadah Masjid Agung dan langgar Sememen yang menyatu dengan kampung Kauman berkaitan erat dengan sejarah berdirinya Karaton Surakarta. Disamping bangunan ibadah, di kampung Kauman Surakarta terdapat pula beberapa bangunan bersejarah yang masih berdiri dengan kemegahannya, keberadaannya masih difungsikan diantaranya adalah bangunan rumah para ulama abdi dalem. Bangunan rumah para ulama abdi dale m dibangun sekitar tahun 1800-1900 M. Memiliki keseragaman mencerminkan bangunan tradisional Jawa, berbentuk simetri-keseimbangan menyerupai bangunan dalem di Karaton Surakarta. Sistem orientasi berdasarkan hukum kosmos dikaitkan dengan faktor sosio-cultural secara normatif menghadap ke arah as-sumbu utaraselatan. Bangunan/ruang utama mempunyai arah pandang berdasarkan nilai-nilai budaya yang dianut, yaitu pada konsep mancapat. Bangunan ru mah ulama mempunyai fungsi ganda, selain sebagai hunian juga sebagai ibadah dan usaha, sehingga rumah ulama terdiri lebih dari satu massa banguna n yaitu bangunan hunian, langga r atau po ndhokan untuk santri belajar mengaji serta pabrik

121

GEMA TEKNIK - NOMOR 2/TAHUN X JULI 2007

batik sebagai home industry. Mempunyai batas teritori tata fisik luasan la han mulai dari jalan depan sebagai jalan utama yang di tanda i adanya pintu masuk regol ngarep, sampai menembus jalan lingkungan dengan dile ngkapi regol butulan sebagai pintu service. Sistem organisasi ruang menye rupai bangunan ru mah tradisional Jawa di Ka raton Surakarta. Merupakan manifestasi simbolik dari nilai kosmologi dan simbolis me center dengan pola closed ended plan, yaitu simetri keseimbangan yang berhenti pada suatu ruang senthong. Siste m hirarki mempe rlihatkan adanya gradasi berurut da ri depan ke belakang dengan derajat kepentingan pada peran fungsional, formal dan simbolisnya. Sistem peruangan senthong; dalem, peringgitan dan pendhopo berada pada satu as -garis lurus , ruang senthong pada hirark i tertinggi berada di bagia n dalam dan paling sakral. Secara fisik menggunakan kontruksi atap joglo dan limasan, dengan penutup atap sirap dan genting. T iang kayu sebagai struktur pendukungnya, dinding dengan pasangan satu batu, lantai menggunakan tegel warna. Secara keseluruhan karakte ristik visual ru ma h ulama merupakan citra spesifik sebagai identitas warisan budaya setempat, yang dapat me njadi indikator dala m menggali potensi sejarah masa lalu , serta kemungkinan dalam me ngantisipasi perkembangannya di masa mendatang. Dengan de mikian akan me mbentuk katagorisasi spasial dimana aspek karakteristik visual setiap ruang me mpunyai klasifikasi dan makna yang spesifik,

sehingga akan berbeda dengan bangunan ru mah lainnya (Wiwik, S, 2002 dan 2003). Nuansa Pakauman dan eksistensi kampung santri di tengah kota masih terlihat kental dan spesifik , di a ntara nya terdapat beberapa langgar dari wakaf pa ra ulama, yang setiap harinya mengadakan aktivitas keagamaan, serta keberadaan beberapa banguna n rumah ulama yang masih me gah, kokoh dan sakral dengan bangunan pond hokan santri untuk mengaji/syiar agama Islam. Kegiatan tersebut sampai sekarang masih be rlangsung, dan tetap dilanjutkan oleh pe nghuninya. Hal ini berdampak pada kontinuitas keajegan pada bentuk, susunan dan pena mpilannya masih bertaha n sebagai cermina n bangunan tradisional Jawa yang berkaitan dengan Karaton Surakarta yang memiliki nilai sejarah tinggi. Dari hasil penga matan bahwa, ru mah ulama lahir pada masa agama Islam masuk dalam sistem peme rintahan sebagai Raja Pandhita, pada komunitas masyarakat ulama abdi dalem dengan latar belakang nila i-nila i akidah Islam dan sejarah budaya Jawa Kara ton Su rakarta. Hal ini merupakan suatu simbol ma nivestasi dari aspek-aspek religi -ritual dan socio -cultural yang mempenga ruhi nilai-nilai sakral kehidupan di dala mnya, sehingga wujud rumah ulama dipengaruhi oleh situasi tatana n sosialbudaya masyarakatnya (the life within) seorang ulama termasuk di dala mnya tata cara hidup , pandangan hidup dan kebiasaan hidup tertentu (Wiwik, 2002 dan 2003). Dengan demikian maka, wilayah kampung Kauman yang masih memiliki warisan budaya yang berupa spasial fisik bangunan

Gambar 1. Rumah Kertib cerminan Bangunan Budaya jawa sumber : pengamatan lapangan digambar ulang peneliti, 2004

122

Wiwik Setyaningsih, Potensi Spasial Fisik Kampung Kauman Surakarta ...

Gambar 2. Tata Ruang Kampung Kauman Surakarta Sumber : Analisis Peneliti, 2003

Gambar 3 . Sistem Spasial Kampung Kauman Surakarta Sumber : Analisis Peneliti, 2003 ru ma h ulama dengan keunikannya beserta lingkungannya yang senantiasa bernuansa isla mi tersebut, perlu segera me ndapatkan perhatian yang positip untuk direspon

dijadikan sebagai aset kawasan di dalam pengembangan kawasan budaya yang tinggi nilainya. (Gambar 1).

123

GEMA TEKNIK - NOMOR 2/TAHUN X JULI 2007

N ama Toponim Kampung D i Kauman Surakarta

Nama langgar/Pengajian di Kauman Surakarta

Nama Jalan Utama di Kauman Surakarta

1. Kamp. Gedang Selirang

11. Kamp. Sutomenggalan

K1. Langgar Sememen

a. Jl. Kalimosodo

2. Kamp. Pengulon

12. Kamp. Keplekan

K2. Langgar trayeman

b. Jl. KH Hasyim

3. Kamp. Modinan

13. Kamp. Berasan

K3. Langgar Winongan

4. Kamp. Ketibimanan

14. Kamp. Kertowikaran

K4. Langgar Hidayat

c. Jl. Wijayakusuma

5. Kamp. Sememen

15. Kamp. Kambyahan

K5. Langgar Gontooran

d. Jl. Trisula

6. Kamp. T rayeman

16. Kamp. Baladan

K6. Langgar Modinan

e. Jl. Cokro

7. Kamp. Winongan

17. Kamp. Blodiran

K7. Mushola Putri Yasinan

8. Kamp. Ketibanoman

18. Kamp. Kintiran

K8. Masjid Agung

9. Kamp. Cendanan

19. Kamp. Gerjen

K9. Pengajian Nurul Iman

10. Kamp. Gontoran

20. Kamp. Gebangsan

K10. Pengajian As Soelaim i

Ashari

Gambar 4. T oponim Nama Kampung, Langgar dan Jalan di Kauman Surakarta sumber : Data Kantor Kelurahan Kauman Surakarta, dianalisis Peneliti, 1999

KESIMPULAN DAN SARAN Spasial wilayah ka mpung Kauman merupakan sebaran dari pemukiman ulama abdi dalem dengan Masjid Agung sebagai pusat orientasi dan kegiatan masyarakat berskala besar, yang membentuk katagorisasi ruang dari toponim na ma ulama serta makna identitas sosial-budaya kegiatan yang ada. Jaringan jalan terbentuk secara organik,

124

dengan pola grid-iron, adapun nama-nama jalan utama berasal dari toponim nama pusaka Karaton Surakarta. Spasial fisik dari bangunan rumah Ketib merupakan toponim wilayah kekuasaannya dari na ma ula ma berikut rumah dan langgar. Memiliki lahan yang luas dengan efektifitas daya guna tinggi, karena berperan ganda sebagai human, tempat ibadah dan home-

Wiwik Setyaningsih, Potensi Spasial Fisik Kampung Kauman Surakarta ...

industry batik. Secara normatif orientasi menghadap ke arah as sumbu utara -selatan, sebagai cerminan dari konsep mancapat. Sistem organisasi ruang dan hirarki ru ang menekankan pada konsep dan kons istens i pola aktivitas dan tradisi, dengan pengatu ran de rajat kepentingan yaitu ruang pendhapo, dalem dan senthong terletak pada satu as -garis keseimbangan (closed-ended -plan), hirarki tertinggi pada kesakralan ruang senthong. Karakteristik visual bangunan memberikan makna sebagai bentuk ciri spesifik yang menyatu dengan budaya dan lingkungan Karaton Surakarta, mencer minkan citra bangunan tradisional Jawa. Perilaku dan tata cara hidup ulama merupakan suatu manivestasi dari fak tor religi -r itual dan socio -cultural yang me mpengaruhi nila inila i sakral kehidupan penghuninya, sehingga membentuk sistem konfigurasi da ri aktivitas ga nda. Merupakan cerminan dari keseimbangan hidup yang harmo nis di dunia dan akherat. Akhirnya guna lebih memaham i dan mempe rtajam secara rinci hasil temuan penelitia n ini, maka diharapkan adanya penelitia n lanjutan untuk dapat lebih terungkap fenome na-fe nome na yang lebih spesifik. Sehingga hasil temua n selanjutnya dapat melengkapi da n memperdala m sebagai salah satu perangka t di dalam mene mukan ru musan teori baru. DAFTAR PUSTAKA Adnan, B, 1996, Sejarah Masjid Agung Dan Gamelan Sekaten Di Surakarta, Yayasan Mardikintoko, Sala. Anonim, 1990, Muhammadiyah Daerah Kotamadya Surak arta, dalam Setengah Abad, Editor, Tiga Serangkai, Solo. Darban, A, A, 1984, Kampung Kauman: Sebuah Tipologi Kampung Santri di Perkotaan, Fak.Sastra UGM. Henry,

1993, dalam Robert Powel, Transforming The Vernacular, Select Books Pte Ltd.

Anonim, 1910, Dokumen: Almanak Narpowandono Biwadanata PB.X; Sanapustaka, Ka raton Solo, Solo.

Wiwik, S, 1999, Sistem Spasial Rumah Ke tib di Kauman Surakurta, Thesis S2 Ilmu Teknik Jurusan Arsitektu r, UGM Yogyakarta . Wiwik, S, 2000 , Setting Langgar di Kauman Surakarta, Gema T eknik UNS Vol. 2/Th. III Juli 2000, UNS Surakarta . Wiwik, S ,2002, Sistem Setting Rumah Ketib, Tinjauan Arsitektur Vernakular, Gema Teknik UNS Vo l. 1/Th.V Janua ri 2002, UNS Surakarta . Wiwik, S ,2003, Komunitas Keagamaan di Kampung Kauman Surakarta, Arsitektura UNS , Vol. 01 No. l April 2003, UNS Surakarta . Wiwik, S ,2003, Artefak Situs di Kawasan Bersejarah Trowulan sebagai Objek Wisata Se jarah, Cakra Wisata Vol. 4 Jilid 2 T h. 2003, PUSPARI, UNS Surakarta . Wiwik, S, 2003, Sistem Seting Rumah Ketib di Kauman Surakarta, ditin jau dari Pelestarian Bangunan. Media Teknik UGM, No. 3 Th. XXV Edisi Agustus, 2003. Wiwik, S, 2003 , Sistem Setting Rumah Ketib di Kauman Surakarta, ditin jau dari Pelestarian Bangunan, Jurnal Media Teknik UGM, Yogyakarta. Wiwik.

S, 2004, Tata Ruang Dalem Pangeran Di Baluwarti Surakarta, RUAS UNBRA Vo l. II No. 1 Juni 2004, UNBRA Mala ng.

Yogiswara, 376 Ha, Cacriyosan Kawontenanipun Pusakadalem Dandang Kanjeng Kyai Dhudha Saserepan Saking Kawadanan Y ogiswara, Sanapustaka Karaton Surakarta. Su rakarta . Zamakhsyari, D, 1982, Tradisi Pesantren, LP3ES, Jakarta . ------,

2001, RUT. Kodya.Surakarta Th.1993 -2013, Surakarta.

------,

2003, Data Ka lu rahan Surakarta, Su rakarta.

Kau man,

125