POWER POINT 5 [Compatibility Mode] - Direktori File UPI

ATR, yaitu dalam kemampuan berbahasa dan berkomunikasi, fungsi sosial, emosi, kognitif, dan proses belajarnya. • hilangnya kemampuan mendengar ( tunar...

53 downloads 555 Views 3MB Size
KUMPULAN POWER POINT MATA KULIAH PENDIDIKAN TUNARUNGU 1

Pengertian tunarungu Gearhart (1980) yang dikutip Neely (1982:95-96) dalam The Conference of Executives of American Schools for The Deaf, mendefinisikan tunarungu sebagai berikut: “A deaf person is one whose hearing disability is so great that he or she cannot understand speech through the use of the ear alone, with or without a hearing aid. A hard of hearing person is one whose hearing disability makes it difficult to hear but who can, with or without the use of hearing aid, understand speech”.

lanjutan

Hallahan & Kauffman (1991:266) bahwa : “Tunarungu merupakan istilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai yang berat, yang digolongkan ke dalam tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing). Orang tuli adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu dengar. Orang yang kurang dengar adalah seseorang yang biasanya dengan menggunakan alat bantu dengar, sisa pendengarannya cukup memungkinkan keberhasilan proses informasi bahasa melalui pendengaran”.

lanjutan

• Moores (1982:6) mendefinisikan tunarungu sebagai berikut: “ A deaf person in a one whose hearing is disable to an extent (usually 70 dB ISO or greater) that precludes the understanding of speech through the ear alone, with or without the use of a hearing aid. A hard of hearing is one whose hearing disabled to an extent (usually 35 to 69 dB ISO) that make dificult, but does not preclude, the understanding of speech through the ear alone, without or with a hearing aid”.

• seorang tunarungu adalah mereka yang kurang mampu untuk mendengar atau tidak mendengar sama sekali bunyi atau suara pada intensitas tertentu sebagai akibat dari tidak berfungsinya indera pendengaran sebagaimana mestinya, baik tanpa maupun menggunakan alat bantu dengar.

Penggolongan ketunarunguan & Batasan Peristilahan didasarkan pada tiga faktor • Kemampuan seseorang guna menyimak suara cakapan (conversational speech) • Kemampuan untuk membedakan berbagai sumber dan sifat bunyi (daya diskriminasi/pembeda) • Batas pengerasan/penguatan bunyi yang dihasilkan ABD (alat bantu dengar)

A. Boothroyd, 1982) B o

Penggolongan ketunarunguan & Batasan Peristilahan Ketunarunguan (Hearing Impairtment)

Kehilangan pendengaran (hearing Loss) Gangguan dlm kemampuan Mendeteksi bunyi

Gangguan Proses Pendengaran (Auditory Process Disorder) Gangguan dalam kemampuan menafsirkan pola-pola bunyi/sound pattern

Sangat Sedang Ringan Berat berat Moderate Mild Severe (tingkat kehilangan pendengaran berdasarkan pengukuran Ambang pendengaran dalam deciBell) Total

Tuli/Deaf Kurang Dengar /Hard of Hearing (penggambaran berdasarkan fungsi/penggunaan pendengaran) ( p p e

Klasifikasi dan jenis-jenis ketunarunguan Kelompok I

Kehilangan 15-30 dB, mild hearing losses/ke-TRan ringan; daya tangkap thd suara cakapan manusia normal Kelompok II Kehilangan 31-60 dB, moderate hearing losses (ketunarunguan sedang); daya tangkap thd suara cakapan manusia hanya sebagian. Kelompok III

Kehilangan 61-90 dB, severe hearing losses (ketunarunguan berat); daya tangkap thd suara cakapan manusia tidak ada.

Kelompok IV

Kehilangan 91-120 dB, profound hearing losses (ketunarunguan sangat berat); daya tangkap thd suara cakapan manusia tidak ada sama sekali

Kelompok V Kehilangan lebih dari 120 dB, total hearing losses (ketunarunguan total) daya tangkap thd suara manusia tidak ada sama sekali

Klasifikasi ketunarunguan (Boothroyd)

Berdasarkan Taraf Penguasaan bahasa Berdasarkan Tempat kerusakan Berdasarkan Saat terjadinya Kehilangan pendengaran Berdasarkan Tk kehilangan pendengaran

Tuli purna bahasa

Tuli pra bahasa

Tuli sensoris

Tuli konduktif

Tunarungu setelah lahir

Tunarungu bawaan Sangat berat, lebih dari 120 dB Berat, 71-90 dB Sedang berat, 56-70 dB Sedang, 41-55 dB Ringan 24-40 dB

Klasifikasi ketunarunguan

• Berdasarkan saat terjadinya a. ketunarunguan bawaan, artinya ketika anak lahir sudah mengalami tunarungu dan indera pendengarannya sudah tidak berfungsi lagi b. ketunarunguan setelah lahir, artinya terjadi ketunarunguan setelah anak lahir akibat kecelakaan atau suatu penyakit

Berdasarkan tingkat kerusakan • Kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah, shg menghambat bunyibunyian yang akan masuk ke dalam telinga (Tuli konduktif) • Kerusakan pada telinga bagian dalam shg tidak dapat mendengar bunyi/suara (tuli sensoris)

Berdasarkan taraf penguasaan bahasa • Tuli pra bahasa adalah mereka yang menjadi tuli sebelum dikuasainya suatu bahasa (usia 1,6 tahun) artinya anak menyamakan tanda tertentu seperti mengamati, menunjuk, meraih namun belum membentuk sistem lambang. • Tuli purna bahasa, adalah mereka yang menjadi tuli setelah menguasai bahasa, yaitu telah menerapkan dan memahami sistem lambang yang berlaku di lingkungan.

Without Amplification Description Threshold Of Hearing Range Loss Audibili Discriminat Learning ty ion modality convensi capacity onal For speech speech

With Amplification Audibilit y of conventi onal speech

Discrimina Learning tion modality capacity For speech

15-30 dB Mild

Normal Normal

Auditory Normal

normal

auditory

31-60 dB Moderat

Partial

Almost Normal

Auditory Normal n’ Vision

Almost normal

Auditory

61-90 dB Severe

None

Irrelevant

Visual

Normal

Good

Auditory n’ vision

91-120 dB

Profound None

Irrelevant

Visual

Normal

Poor

Auditory n’ vision

121 dB or more

Total

Irrelevant

Visual

None

Irrelevant Visual

None

Selesai

Penyebab ketunarunguan

Penyebab ketunarunguan (Trybus) • Keturunan • Penyakit bawaan • Komplikasi selama kehamilan dan kelahiran • Radang selaput otak (meningitis) • Otitis media • Luka/radang, penyakit anak-anak

Faktor internal diri anak 1. Faktor keturunan dari salah satu atau kedua orangtua yg mengalami ketunarunguan. Kondisi genetik yang berbeda disebabkan oleh gen yang dominan represif dan berhubungan dengan jenis kelamin. 2. Campak jerman (Rubella) yg diderita ibu sewaktu mengandung. 3. Keracunan darah (Toxaminia). Kerusakan pada plasenta yang mempengaruhi pertumbuhan janin.

Faktor eksternal anak 1.

Anak mengalami infeksi pada saat dilahirkan. 2. Meningitis radang selaput otak 3. Otitis media 4. Penyakit lain atau kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerusakan alat pendengaran bagian tengah dan dalam

Penyebab terjadinya ketunarunguan tipe konduktif • Kerusakan/gangguan yang terjadi pada telinga luar dapat disebabkan antara lain: a. tidak terbentuknya lubang telinga bagian luar yang dibawa sejak lahir b. terjadinya peradangan pada lubang telinga luar (otitis media)

Kerusakan/gangguan pada telinga tengah dapat disebabkan oleh: • Ruda paksa, adanya tekanan/benturan yang keras yang mengakibatkan perforasi (pecahnya) membran tympany dan lepasnya rangkaian tulang pendengaran. • Terjadinya peradangan/otitis media • Otosclerosis, yaitu terjadinya pertumbuhan tulang pada kaki tulang stapes yang mengakibatkan tulang tsb tidak dapat bergetar pada oval window (selaput yang membatasi telingan tengah dan dalam) shg getaran tidak dapat diteruskan ke telingan dalam.

lanjutan

• Tympanisclerosis, yaitu adanya lapisan kalsium/zat kapur pada membran timpani dan tulang pendengaran, shg organ tsb tidak dapat menghantarkan getaran ke telingan dalam dengan baik untuk diubah menjadi kesan suara. • Anomali congenital dari tulang pendengaran atau tidak terbentuknya tulang pendengaran yang dibawa sejak lahir tetapi gangguan pendengarannya tidak bersifat progresif. • Disfungsi tube eustachii (saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan rongga mulut), akibat alergi atau tumor pada nasopharynk.

Penyebab terjadinya tunarungu tipe sensorineural • Ketunarunguan yang disebabkan oleh faktor genetik, bahwa ketunarunguan tersebut disebabkan oleh gen ketunarunguan yang menurun dari orangtua kepada anaknya. • Penyebab ketunarunguan faktor non genetik, antara lain: a. rubella, penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang ibu hamil pada usia kandungan tri semester pertama

lanjutan

b. Ketidaksesuaian antara darah ibu dan anak. Apabila ibu yang mempunyai darah dengan Rh – mengandung janin dengan Rh +, maka sistem pembuangan anti bodi pada ibu tsb akan merusak sel-sel darah Rh + janin anaknya. c. meningitis, radang selaput otak yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang labyrinth melalui sistem sel-sel udara pada telinga tengah. Meningitis menjadi penyebab utama ketunarunguan yang bersifat acquired (ketunarunguan yang didapat setelah lahir). d. Trauma akustik, disebabkan oleh suara bising dalam jangka waktu lama.

• Terima Kasih

DAMPAK KETUNARUNGUAN

Dampak Ketunarunguan • Dampak langsung dari ketunarunguan adalah (1) terbatasnya/kurangnya pemerolehan atau perbendaharaan bahasa (vocabulary) akibatnya mereka mengalami kelambatan dalam perkembangan komunikasi, (2) terhambatnya komunikasi secara reseptif (menangkap/memahami pembicaraan orang lain) dan secara ekspresif (bicara).

• ketunarunguan sebagai kelainan primer yang bersifat motoris (fisik), dapat mengakibatkan terjadinya kelainan sekunder (dampak) pada berbagai aspek kehidupan dan perkembangan ATR, yaitu dalam kemampuan berbahasa dan berkomunikasi, fungsi sosial, emosi, kognitif, dan proses belajarnya. • hilangnya kemampuan mendengar (tunarungu) adalah terhambatnya komunikasi dengan dan diantara kaum tunarungu serta lingkungannya. • seseorang mengalami ketunarunguan sejak lahir, ia tidak akan mengembangkan kemampuan berbahasanya secara spontan, shg dlm usaha utk bermasyarakat akan timbul brbgi prmasalahan spt aspek sosial, emosional dan mental.

• anak tunarungu tidak mampu menangkap kata-kata atau pembicaraan orang lain melalui pendengarannya, sehingga tidak terjadi proses peniruan suara setelah masa meraban. • Proses peniruannya hanya terbatas pada peniruan visual atau menangkap pembicaraan orang lain melalui gerak bibir.

Fungsi pendengaran (D.A. Ramsdell) • fungsi pendengaran bagi manusia ada dalam beberapa jenjang, yaitu (1) sebagai jenjang lambang adalah untuk memahami bunyi bahasa, (2) sebagai jenjang tanda/peringatan yaitu sebagai pertanda akan adanya suatu kejadian dalam lingkungan manusia, dan (3) jenjang primitif dimana bunyi hanya berfungsi sebagai latar belakang segala kegiatan hidup seharihari. Kondisi Ketiga fungsi tersebut berlangsung secara progresif, simultan dan terintegratif.

Karakteristik kognitif ATR • Inteligensi seorang tunarungu secara potensial pada umumnya sama dengan orang normal, tetapi secara fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat kemampuan berbahasa (Myklebust, dalam Moores, 1982:148). • Keterbatasan informasi dan kurangnya daya abstraksi pada seorang tunarungu akan menghambat proses pencapaian pengetahuan yang lebih luas, dengan demikian perkembangan inteligensi secara fungsionalpun terhambat. • Hal ini mengakibatkan seorang tunarungu kadang menampakkan keterlambatan dalam belajar.

• kesulitan akademik yang dihadapi ATR bukanlah karena masalah kognitif yang kurang akan tetapi sebenarnya kesulitan dalam berbahasa”. • tidak ada perbedaan kuantitatif dalam kemampuan intelektual kaum tunarungu dibandingkan dengan orang mendengar. • analisa mendalam terhadap hasil berbagai sub tes, menunjukkan adanya perbedaan kualitatif, oleh karena mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang menuntut pemahaman abstrak. • walaupun ATR dalam segi kuantitas setara dengan anak yang mendengar, namun dari segi kualitas, anak tunarungu nampak inferior.

Karakteristik Sosial emosional • Fungsi emosi diartikan sebagai persepsi seseorang tentang dirinya, dan fungsi sosial adalah sebagai persepsi tentang hubungan dirinya dengan orang lain dalam situasi sosial (Boothroyd, 1982). • Kekurangan dalam kemampuan berbahasa verbal menyebabkan anak tunarungu sulit mengungkapkan perasaan maupun keinginannya pada orang mendengar, shg hal tersebut menimbulkan perasaan negatif yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi dan sosialnya.

lanjutan

• ATR seringkali salah menafsirkan sesuatu, dan hal tersebut menjadi tekanan bagi emosinya, sehingga dapat menghambat perkembangan pribadinya dengan kecenderungan menampilkan sikap menutup diri, atau menampakkan kebimbangan dan keragu-raguan. • Sulit untuk bersosialisasi dan kurang dapat menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan situasi dan kondisi baru

Implikasi ketunarunguan thd perkemb akademik/belajar • sulit dalam mempelajari materi pelajaran yang lebih bersifat verbal, sedangkan untuk materi non verbal seperti keterampilan tangan dan OR, pd umumnya tidak mengalami hambatan berarti. • sulit memahami penjelasan guru, apabila guru tidak menggunakan metode komunikasi yang betul-betul sesuai dengan kemapuan berkomunikasi ATR. • sulit memahami materi yang bersifat abstrak • kesulitan untuk tugas2 kognitif yang banyak mengandalkan kemampuan pemahaman bahasa.

See you

Sikap dan pola interaksi orangtua dan ATR

DEPRIVASI EMOSI

KURANG MENdpt PENGALAMAN YG MENYENANGKAN : KASIH SAYANG, CINTA, PERHATIAN, KEGEMBIRAAN, KESENANGAN, KEPUASAN & RASA INGIN TAHU

KEHADIRAN ABK DI TENGAH-2 KELUARGA

MENGAPA ? ANAK ADALAH PERMATA HATI – TMPT BERBAGAI TUMPUAN, HARAPAN & CITA-2

“SYMBOLIC DEATH CRISIS” HANCURNYA CITA-CITA , HARAPAN MASA DEPAN

TDK ADA SATU ORANGTUA PUN YG MENGHARAPKAN ANAKNYA CACAT ANAK LBH BANYAK BELJ POLA-2 RESPON UNPLEASANT

MUNCUL BERBAGAI KRISIS PSIKOLOGIS

KEBERFUNGSIAN KEL SBG DIK, ASUH, DSB TDK SBGMN MESTINYA

KRISIS YG BERHUB DGN PERAWATAN, PENGASUHAN, PENDIDIKAN, BIMBINGAN, DSB. MUNCUL SIKAP-SIKAP

P.E.N.O.L.A.K. A.N

POLA PERKEMBANGAN RESPON ORTU THD ABK POSITIF

NEGATIF

KEBERHASILAN BERGANTUNG PD INFORMASI YG DIPEROLEH DARI LINGKUNGAN

OGDEN & LIPSETT (1982)

KRISIS PSIKOLOGIS PADA KELUARGA ABK (MOORES, 1973)

Pola perilaku ortu dan dampaknya thd tk laku anak Pola Perlakuan Orangtua

Perilaku Orangtua

Profile Tingkah laku Anak

Overprotection (terlalu melindungi)

• kontak yg berlebihan dgn anak • pemberian bantuan kpd nak yg terus menerus. • mengawasi kegiatan anak scr berlebihan • memecahkan masalah anak

• perasaan tidak aman • agresif, mudah gugup • melarikan diri dari kenyataan • sangat bergantung • M P O, menyerah • kurang mampu mengendalikan emosi • kurang PD, homesick • mudah terpengaruh • menolak tanggungjawab • troublemaker • sulit dlm bergaul

lanjutan

Permisive

• memberikan kebebasan untuk berfikir atau berusaha • menerima ide/pendapat • membuat anak merasa diterima • toleran dan memahami kelemahan anak • cenderung memberi drpd mnerima

Rejection

• bersikap masa bodoh, kaku • kurang memperdulikan anak • menampilkan sikap permusuhan / dominasi thd anak

• pandai mencari jalan keluar • dapat bekerjasama • percaya diri • penuntut dan tidak sabaran • agresif, sulit bergaul • pendiam, sadis • submissive ( kurang dpt mengerjakan tugas, suka mengasingkan diri, pemalu, mudah tersinggung, penakut)

lanjutan

acceptance

• memberi perhatian dan cinta kasih tulus kpd anak • menempatkan anak pada posisi penting • mngembangkan hub yg hangat dgn anak • respek thd anak • mendorong anak utk mnyatakan perasaan dan pendapatnya • berkom scr terbuka dan mau mendengarkan masalahnya

• kooperatif, bersahabat • loyal, emosi stabil • ceria dan optimis • mau bertanggungjawab • jujur, dapat dipercaya • memiliki perencanaan jelas utk masa depan • realistik (memahami kekuatan & kelemahan dirinya scr objektif

Domination

• mendominasi anak

• bersikap sopan, dan sangat hati-hati • pemalu, penurut, mudah bingung, inferior • tidak bisa bekerjasama

lanjutan

submission

• senantiasa memberikan sesuatu yg diminta anak • membiarkan anak berperilaku semaunya di rumah

• tidak patuh • tidak bertanggung jawab • agresif dan teledor • otoriter • terlalu percaya diri

Punitive/ over dicipline

• mudah mmberikan hukuman • menanamkan kedisiplinan scr keras

• impulsif, nakal • tdk dapat mengambil keputusan • sikap bermusuhan atau agresif

Jika anak dibesarkan dengan CELAAN, ia belajar MEMAKI Jika anak dibesarkan dengan PERMUSUHAN, ia belajar BERKELAHI Jika anak dibesarkan dengan CEMOOHAN, ia belajar RENDAH DIRI Jika anak dibesarkan dengan PENGHINAAN, ia belajar MENYESALI DIRI Jika anak dibesarkan dengan TOLERANSI, ia belajar MENAHAN DIRI Jika anak dibesarkan dengan DORONGAN, ia belajar PERCAYA DIRI Jika anak dibesarkan dengan SEBAIK-BAIK PERLAKUAN, ia belajar KEADILAN Jika anak dibesarkan dengan PUJIAN, ia belajar MENGHARGAI Jika anak dibesarkan dengan RASA AMAN, ia belajar MENARUH KEPERCAYAAN Jika anak dibesarkan dengan DUKUNGAN, ia belajar MENYENANGI DIRINYA Jika anak dibesarkan dengan KASIH SAYANG DAN PERSAHABATAN, ia belajar MENEMUKAN CINTA DALAM KEHIDUPAN

Selesai

Perolehan bicara bahasa anak tunarungu

Proses perolehan bahasa 1. Mendengar, meniru, mengingat, serta proses persepsi (mengolah rangsangan yang diterima melalui indera). 2. Myklebust (1963) mengemukakan bahwa proses pemerolehan bahasa anak yang mendengar berawal dari adanya pengalaman atau situasi bersama antara bayi dengan ibunya dan orang-orang lain yang berarti baginya dalam lingkungan terdekatnya. Anak tidak diajarkan kata-kata kemudian artinya, melainkan melalui pengalamannya ia “belajar” menghubungkan antara pengalaman dan lambang bahasa yang diperoleh melalui pendengarannya. Proses ini merupakan dasar dari berkembangnya bahasa batin (inner language). Setelah itu, anak mulai memahami hubungan antara lambang bahasa dengan benda atau kejadian yang dialaminya, dan terbentuklah bahasa reseptif. Setelah bahasa reseptif “agak” terbentuk, anak mulai mengungkapkan diri melalui kata-kata sebagai awal kemampuan bahasa ekspresif. Setelah anak memasuki usia sekolah, penglihatan berperan dalam perkembangan bahasanya, yaitu melalui kemampuan membaca (bahasa reseptif melalui penglihatan) dan menulis (bahasa ekspresif melalui penglihatan).

Bagan perolehan bahasa anak mendengar PERILAKU BAHASA VERBAL

(Anak yang mendengar) BAHASA EKSPRESIF VISUAL (Menulis) BAHASA RESEPTIF VISUAL (Membaca) BAHASA EKSPRESIF AUDITORY ( Bicara ) BAHASA RESEPTIF AUDITORI (Mengerti bahasa lingkungan) BAHASA BATIN ( INNER LANGUAGE) Hubungan antara lambang auditori dengan pengalaman sehari-hari P

E N G A L A M A N

Bagan perolehan bahasa ATR PERILAKU BAHASA VERBAL

(Anak tunarungu) BAHASA EKSPRESIF VISUAL (Menulis) BAHASA RESEPTIF VISUAL (Membaca) BAHASA EKSPRESIF AUDITORY ( Bicara ) BAHASA RESEPTIF VISUAL (Mengerti ungkapan bahasa lingkungan) BAHASA BATIN (INNER LANGUAGE) Hubungan antara lambang visual dengan pengalaman sehari-hari P

E N G A L A M A N

Proses mendengar • Kemampuan mendengar mrpk aspek penting dalam proses komunikasi. • Telinga berfungsi sbg perantara dari rangsangan bunyi yg menuju ke pusat pengertian (persepsi pendengaran). • Pada telinga dalam, pusat persepsi berperan menyeleksi dan menganalisis apa yang didengar.

Proses meniru • Meniru adalah suatu mekanisme tingkah laku yg cenderung dilakukan oleh manusia untuk mengulangi perbuatan atau perilaku scr sengaja, shg perilaku tsb berangsur-angsur menjadi miliknya.

Faktor yg mempengaruhi proses peniruan 1.

Komponen pendengaran, baik organ maupun persyarafannya harus dalam kondisi baik/normal. 2. Otak dan persyarafan berfungsi menyampaikan info serta mengolah berbagai rangsangan. 3. Keadaan psikologis, meliputi kemampuan mental (IQ) yang tinggi, kestabilan emosi. 4. Lingkungan yang mendukung

Proses mengingat • Berkaitan dgn kemampuan daya ingat (mrpk bag dari suatu proses pemerolehan informasi yg berhub dgn kemampuan berfikir seseorang dlm melaksanakan tugas pemecahan masalah). • Proses tsb mrpk suatu rangkaian yg dimulai dari kegiatan menangkap info, menyimpannya dan mengungkapkannya kembali. • Ada dua bag penting, yaitu daya ingat jangka pendek/short term memory dan daya ingat jangka panjang/long term memory • Kemampuan mengingat sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis dan kondisi lingkungan

PROSES PERSEPSI • Proses memahami dan menginterpretasikan atau menafsirkan info sensoris yang diterima oleh indera • Proses pemahaman atau pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. • Stimulus didapat dari proses penginderaan thd objek, peristiwa, atau hubungan2 antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. • Istilah persepsi sering dikacaukan dengan sensasi. Sensasi hanya berupa kesan sesaat, saat stimulus baru diterima otak dan belum diorganisasikan dengan stimulus lainnya dan ingatan-ingatan yang berhubungan dengan stimulus tsb.

Proses pengolahan persepsi • Melakukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan. • Melakukan perbedaan antara figure (rangsangan inti) dan background (latar belakang). • Menciptakan bagian-bagian menjadi satu kesatuan. Kemampuan memadukan berbagai komponen yang terdiri dari bermacam-macam elemen menjadi suatu kesatuan sehingga membentuk satu pengertian tersendiri.

Persepsi Auditif • Kemampuan untuk memahami dan menginterpretasikan segala sesuatu yang didengar. • Persepsi ini mencakup kemampuan: - Kesadaran fonologis : kesadaran bahwa bahasa dapat dipecah ke dalam kata, suku kata, dan fonem (bunyi huruf) - Diskriminasi auditif : kemampuan mngingat perbedaan antara bunyi2fonem dan mengidentifikasi kata2 yang sama dengan kata-kata yang berbeda - Ingatan auditif : kemampuan untuk menyimpan dan mengingat sesuatu yang didengar - Urutan auditif : kemampuan mengingat urutan hal-hal yang disampaikan secara lisan - Perpaduan auditif : kemampuan memadukan elemen2 fonem tunggal atau berbagai fonem menjadi suatu kata yang utuh

Terima kasih

Tunarungu Ganda

Definisi/pengertian tunarungu ganda • Anak yang mengalami ketunarunguan juga disertai hambatan atau kelainan lainnya (ganda). • Ganda bisa berarti lebih dari satu, atau mengalami dua macam kelainan sekaligus, atau tiga kelainan sekaligus, bahkan mungkin empat kelainan sekaligus.

Kelompok ATR ganda 1. 2. 3. 4. 5.

ATR-netra, yaitu anak yang mengalami ketunarunguan sekaligus mengalami tunanetra. ATR-grahita, yaitu anak yang mengalami tunarungu sekaligus mengalami tunagrahita. ATR-daksa, yaitu anak yang mengalami tunarungu sekaligus mengalami tunadaksa. ATR sekaligus mengalami tunanetra dan tunagrahita. ATR sekaligus mengalami tunanetra, tunagrahita dan tunadaksa.

Penempatan pendidikan ATR ganda 1. Penyerahan (Referal) dari lembaga masyarakat dan rumah sakit. 2. Pemindahan dari program sekolah khusus (SLB-G) kepada program sekolah khusus (SLB-B). Apabila kelainan tambahan yg dialami ATR tidak terlalu berat. 3. Pemindahan dari program SLB-B kepada program SLB-G. Dilaksanakan apabila kelainan tambahan dari anak tsb bertambah berat shg memerlukan pelayanan yang lebih khusus lagi.

Beberapa cara menghilangkan perilaku menyimpang ATR ganda 1.

Tindakan korektif berlebih (Over correction), sbg salah satu alternatif yg melibatkan hukuman dan usaha mengurangi perilaku menyimpang. Tujuannya adalah untuk mendidik ATR bertanggungjawab penuh thd kerusakan atau kekacauan yg disebabkan perilakunya. Merupakan cara tepat utk menghilangkan perilaku yg tidak pantas, dan dijadikan pola perlakuan yang menetap.

lanjutan

2. Time-out. Sbg suatu cara tepat yg bersifat temporer utk mengalihkan perhatian anak dari situasi yang tidak sesuai dgn norma-norma yang berlaku, kpd situasi yang memperkuat perilaku yang diharapkan. Yang perlu diperhatikan dalam time-out: a. pengelolaan time-out. Adanya dialog antara anak dan guru serta perlunya reinforcement.

lanjutan

b. pengalihan situasi/lokasi yang tidak menyenangkan ATR ganda. Guru dituntut kritis dalam melaksanakan time-out. c. konsistensi prosedur time-out. Prosedur time out harus dilaksanakan scr sistematis sampai pada tahap evaluasi utk memperoleh data tingkat keefektifan program time-out tsb. d. lokasi time-out. Harus secara kontinyu dievaluasi scr cermat guna menjamin bahwa time-out bebas dari sumber reinforcement negatif dan dilaksanakan di dalam ruangan kelas.

lanjutan

e. periode time-out relatif singkat. Proses time out bagi ATR berlangsung maksimum 10 menit, atau tergantung kondisi ATR. f. reinforcement perilaku. Proses time out dimaksudkan utk mengurangi perilaku yg tidak baik pada ATR ganda, utk itu perlu motivasi pribadi dari guru. g. pemberitahuan hasil proses time-out. Guru harus bertindak bijaksana dengan memberikan alasan-alasan yang tepat.

lanjutan

3. Pemantapan perilaku. Dilakukan dengan pemberian reinforcement yg sungguhsungguh dan berlangsung beberapa menit. Kemudian frekuensinya dikurangi. 4. Kontak mata. Harus memperhatikan jarak antara guru dan anak, untuk selanjutnya dilatih bersamaan dgn aktivitas meniru. 5. Aktivitas meniru. Harus diawali dari sesuatu yg sederhana yang berpangkal dari kontak mata dgn berbagai kegiatan.

lanjutan

6. Pengembangan konsep. Terjadi apabila anak belajar dan berusaha mengembkannya sesuai dng ketentuan dan cermat. Dilakukan dgn cara guru menjelaskan materi dari bagian-bagian kecil dan dikemb dengan pemahaman lebih lanjut shg anak dapat menghub dari bag-bag materi tsb menjadi materi yang lebih utuh. 7. Belajar mandiri. Anak diberi kesempatan melalui kerja mandiri dalam ruangan khusus/ruangan kerja. Dalam pelaksanaannya ATR ganda harus diberi kesempatan utk melaksanakan aktivitas dan harus menikmati aktivitas tsb. Guru harus memberikan reinforcement melalui ide-ide yang mendukung terlaksananya belajar mandiri.

Aktivitas kebutuhan dasar ATR ganda 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Menyediakan makanan dan perawatan yang layak Melatih menggunakan toilet (toilet training) Mengajarkan keterampilan motorik, bahasa, kognisi, sosial dan merawat diri. Melatih orientasi dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan situasi sosial yang bervariasi. Mentranfer tujuan budaya. Meningkatkan keterampilan interpersonal dan sosialisasi. Mengendalikan perilaku anak dan memberikan bimbingan

Alhamdulillah