PRAKTIKUM I. KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM: MSDS (MATERIAL SAFETY DATA SHEET) A. Tujuan Mempelajari lembar keamanan bahan kimia. B. Dasar Teori Suatu kemasan senyawa kimia selalu disertai dengan MSDS (Material Safety Data Sheet). MSDS adalah suatu form (dokumen) yang berisi data‐data mengenai sifat senyawa tertentu, yaitu prosedur untuk menangani dan bekerja dengan senyawa tersebut dengan aman. Sebelum seseorang bekerja dengan senyawa‐senyawa kimia, diwajibkan untuk mengetahui spesifikasi senyawa tersebut baik sifat dan prosedur keamanannya untuk dapat bekerja dengan aman. Oleh karena itu, MSDS merupakan komponen penting dalam kelengkapan produk dan keamanan kerja. MSDS mencakup: 1. Sifat‐sifat fisika senyawa 2. Toksisitas 3. Efek kesehatan 4. Pertolongan pertama pada kecelakaan 5. Reaktivitas 6. Penyimpanan 7. Pembuangan limbah 8. Kelengkapan pengamanan 9. Prosedur pengamanan MSDS memuat label tanda bahaya: 1. 2. 3. 4.
Biru: skala bahaya kesehatan Merah: skala bahaya kemudahan terbakar Kuning: skala bahaya reaktivitas Putih: skala bahaya khusus lainnya
Skala bahaya: 0, 1, 2, 3, 4
Arti skala bahaya pada MSDS: skala
Arti Skala bahaya kesehatan
4 3 2 1
Bahan kimia yang dengan sangat sedikit paparan (eksposure) dapat menyebabkan kematian atau sakit parah Bahan kimia yang dengan sedikit paparan (eksposure) dapat menyebabkan sakit serius atau sakit parah Bahan kimia yang dengan paparan cukup intens dan berkelanjutan dapat menyebabkan kemungkinan sakit parah atau sakit menahun Bahan kimia yang dengan terjadinya paparan dapat menyebabkan iritasi atau sakit 1
skala
Arti
0
Bahan kimia yang akibat paparan termasuk dalam kondisi terbakar tidak mengakibatkan sakit atau bahaya kesehatan Skala bahaya kemudahan terbakar
4
Bahan kimia yang akan teruapkan dengan cepat atau sempurna pada tekanan atmosfer dan temperature kamar atau bahan kimia yang segera akan terdispersi di udara dan bahan kimia yang akan terbakar dengan cepat Bahan kimia berupa cairan atau padatan yang dapat menyala pada semua temperature kamar Bahan kimia yang harus dipanaskan atau dikondisikan pada temperature tinggi tertentu sehingga dapat menyala Bahan kimia yang harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum nyala dapat terjadi Bahan kimia yang tidak dapat terbakar Bahaya reaktivitas
3 2 1 0 4 3
2
1 0
Bahan kimia yang secara sendirian memiliki kemungkinan meledak atau terdekomposisi dan menimbulkan ledakan atau bereaksi pada tekanan dan temperature normal. Bahan kimia yang secara sendirian memiliki kemungkinan meledak atau terdekomposisi dan menimbulkan ledakan atau bereaksi tetapi membutuhkan inisiator atau harus dipanaskan pada kondisi tertentu sebelum inisiasi atau bahan yang bereaksi dengan air dan menimbulkan ledakan. Bahan kimia yang segera menunjukkan perubahan kimia drastic akibat kenaikan temperaturatau tekanan atau reaksi secara cepat dengan air dan mungkin membentuk campuran bahan peledak dengan air. Bahan kimia yang secara sendirian stabil tapi dapat menjadi tidak stabil akibat kenaikan temperature atau tekanan Bahan kimia yang secara sendirian stabil kecuali pada kondisi nyala api dan bahan tidak reaktif dengan air
C. Alat dan Bahan 1 set dokumen MSDS D. Prosedur 1. Artikan dan jelaskan symbol bahaya pada lembar MSDS. 2. Baca dan pelajari isi dokumen MSDS dan tuliskan point‐point penting berikut: 1. Sifat‐sifat fisika senyawa 2. Toksisitas 3. Efek kesehatan 4. Pertolongan pertama pada kecelakaan 5. Reaktivitas 6. Penyimpanan 7. Pembuangan limbah 8. Kelengkapan pengamanan 9. Prosedur pengamanan 2
PRAKTIKUMII. TEKNIK DASAR LABORATORIUM: PENGENALAN ALAT‐ALAT DASAR A. Tujuan Mempelajari fungsi dan teknik‐teknik dasar penggunaan alat‐alat dasar laboratorium dengan benar B. Dasar Teori Sebelum mulai melakukan praktikum di laboratorium, praktikan harus mengenal dan memahami cara penggunaan semua peralatan dasar yang biasa digunakan dalam laboratorium kimia serta menerapkan K3 di laboratorium. Berikut ini diuraikan beberapa peralatan yang akan digunakan pada Praktikum Kimia Dasar. Gambar 1 menunjukkan contoh peralatan gelas laboratorium.
Gambar 1. Peralatan gelas sederhana untuk praktikum kimia 1.Labu Takar Digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam bentuk cair pada proses preparasi larutan. Alat ini tersedia berbagai macam ukuran. 2.Gelas Ukur Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini mempunyai skala, tersedia bermacam‐macam ukuran. Tidak boleh digunakan untuk mengukur larutan/pelarut dalam kondisi panas. Perhatikan meniscus pada saat pembacaan skala. 3.Gelas Beker Alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala, namun ralatnya cukup besar). Digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga untuk memanaskan larutan kimia. Untuk menguapkan solven/pelarut atau untuk memekatkan. 3
4.Pengaduk Gelas Digunakan untuk mengaduk suatu campuran atau larutan kimia pada waktu melakukan reaksi kimia. Digunakan juga untuk menolong pada waktu menuangkan/mendekantir cairan dalam proses penyaringan. 5.Botol Pencuci Bahan terbuat dari plastic. Merupakan botol tempat akuades, yang digunakan untuk mencuci, atau membantu pada saat pengenceran. 6.Corong Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastic. Digunakan untuk menolong pada saat memasukkan cairan ke dalam suatu wadah dengan mulut sempit, seperti : botol, labu ukur, buret dan sebagainya. 7.dan 8. Erlenmeyer Alat ini bukan alat pengukur, walaupun terdapat skala pada alat gelas tersebut (ralat cukup besar). Digunakan untuk tempat zat yang akan dititrasi. Kadang‐kadang boleh juga digunakan untuk memanaskan larutan. 9. dan 10. Tabung Reaksi Terbuat dari gelas. Dapat dipanaskan. Digunakan untuk mereaksikan zat zat kimia dalam jumlah sedikit. 12.dan 13. Rak Untuk tempat Tabung Reaksi Rak terbuat dari kayu atau logam. Digunakan sebagai tempat meletakkan tabung reaksi. 15. Kawat Kasa Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alas saat memanaskan alat gelas dengan alat pemanas/kompor listrik. 16. dan 22. Penjepit Penjepit logam, digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan, atau untuk pembantu mengambil kertas saring atau benda lain pada kondisi panas. 17. Spatula Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alat Bantu mengambil bahan padat atau kristal. 18. Kertas Lakmus Merupakan indikator berbentuk kertas lembaran‐lembaran kecil, berwarna merah dan biru. Indikator yang lain ada yang berbentuk cair missal indikator Phenolphtalein (PP), methyl orange (MO) dan sebagainya. Merupakan alat untuk mengukur atau mengetahui tingkat keasaman (pH) larutan.
4
19. Gelas Arloji Terbuat dari gelas. Digunakan untuk tempat zat yang akan ditimbang. 20. Cawan Porselein Alat ini digunakan untuk wadah suatu zat yang akan diuapkan dengan pemanasan. 21. Pipet Pasteur (Pipet Tetes) Digunakan untuk mengambil bahan berbentuk larutan dalam jumlah yang kecil. 23 dan 24. Sikat Sikat dipergunakan untuk membersihkan (mencuci) tabung. C. Alat dan Bahan Alat‐alat gelas laboratorium D. Prosedur 1. Gambarkan masing‐masing alat‐alat gelas yang tersedia dan tuiskan fungsinya. 2. Untuk labu takar dan gelas ukur, sertakan pula cara penggunaannya.
5
PRAKTIKUM III. PERUBAHAN MATERI DAN MASSA ZAT A. Tujuan Mempelajari massa zat‐zat sebelum dan sesudah reaksi B. Dasar Teori Semua perubahan kimia tunduk pada hukum kekekalan energi dan hukum kekekalan massa. Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa “energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan dalam perubahan materi apapun”. Sebagai contoh adalah reaksi yang terjadi dalam bola lampu foto yang menyala. Sedikit kalor yang disebabkan oleh arus listrik untuk mengawali reaksi dapat diabaikan. Sedangkan reaksi kimia dan energi yang dihasilkan adalah: Magnesium + oksigen Energi kimia pereaksi
magnesium oksida + kalor dan cahaya =
energi kimia hsl reaksi + energi yg dipancarkan
Demikian juga dengan massa zat pada reaksi kimia. Hukum kekekalan massa menyatakan bahwa “massa sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”. Sebagai gambaran hukum ini adalah pada reaksi pembakaran sempurna bensin. Bensin + oksigen
karbon dioksida + uap air
Massa pereaksi = massa hasil reaksi Massa pereaksi dan hasil reaksi tidaklah sama secara mutlak. Dalam suatu reaksi kimia eksoterm, sejumlah kecil (tak bermakna) dari materi diubah menjadi energi; dan dalam suatu reaksi endoterm terjadi kebalikannya. Dalam reaksi nuklir, perubahan materi dan energi tak dapat diabaikan. C. Alat dan Bahan Alat: ‐
Tabung reaksi
‐
Gelas kimia
‐
Neraca analitik
Bahan: ‐
Larutan HCl 1 M
‐
Larutan Na2CO3 0,1 M
D. Prosedur 1. Masukkan 10 ml larutan HCl ke dalam tabung reaksi. 2. Masukkan 5 ml larutan Na2CO30,1 M ke dalam tabung reaksi lainnya. 3. Timbang kedua tabung reaksi tersebut beserta isinya. Gunakan gelas kimia untuk mempermudah menimbang. Catat datanya (m1).
6
4. Tumpahkan tabung reaksi yang berisi Na2CO3 ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan HCl sehingga kedua larutan bercampur. Amati apa yang terjadi. Catat datanya. 5. Timbang kedua tabung reaksi tersebut beserta isinya (m2). 6. Tuliskan reaksi yang terjadi dan hitung molaritasnya.
7
PRAKTIKUM IV. KONSENTRASI LARUTAN A. Tujuan Mempelajari cara membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dari zat terlarut padatan dan cairan atau larutan pekat. B. Dasar Teori Dalam banyak reaksi kimia, baik dalam laboratorium maupun dalam kehidupan disekitar kita, terjadi dalam bentuk larutan. Satu pereaksi atau lebih berada dalam suatu larutan. Artinya, pereaksi dilarutkan dalam suatu fluida misalnya air. Melarutkan pereaksi dalam suatu larutan memberikan beberapa keuntungan penting bila kita harus melakukan suatu reaksi. Diantaranya adalah reaksi akan berlangsung lebih cepat dibanding dalam fase padatan dan perubahan dalam proses reaksi biasanya teramati dengan mudah. Misalnya terbentuk endapan atau terjadi perubahan warna. Larutan terdiri dari zat terlarut (solute) dan zat pelarut (solvent). Biasanya pelarut mengacu pada komponen yang sifat fisikanya tidak berubah ketika larutan itu terbentuk. Sedangkan komponen lain yang dilarutkan dalam pelarut tersebut disebut zat terlarut. Larutan dapat didefinisikan sebagai suatu campuran homogen yang komposisinya dapat diubah‐ubah. Jika mengacu pada kuantitas relatif zat terlarut dan pelarut dalam suatu larutan, digunakan istilah konsentrasi (molarity). Suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam kuantitas tinggi dikatakan mempunyai konsentrasi zat terlarut tinggi. Konsentrasi Molar didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut dalam larutan dibagi dengan volume larutan yang dinyatakan dalam liter.
Molaritas ( M )
mol zat terlarut liter laru tan
C. Alat dan Bahan Alat: -
Neraca analitik
-
Gelas arloji
-
Pengaduk gelas
-
Pipet tetes
-
Gelas ukur
-
Labu takar
Bahan: -
Natrium klorida
-
Asam sulfat pekat
8
D. Prosedur A. Membuat larutan NaCl 1M 100 ml 1. Menggunakan rumus konsentrasi molar yang telah anda ketahui hitung berapa gram NaCl yang diperlukan. 2. Timbang NaCl sebanyak yang diperlukan dalam gelas arloji. 3. Pindahkan NaCl tersebut dalam gelas kimia 200 ml, tambahkan akuades sebanyak 50ml dan aduk hingga semua larut. 4. Pindahkan larutan tersebut ke dalam labu takar 100ml dan tambahkan akuades dengan gelas kimia atau botol semprot hingga dibawah tanda batas 5. Tambahkan akuades dengan menggunakan pipet tetes hingga tepat tanda batas. 6. Tuang larutan tersebut ke dalam botol yang bersih, tutup dengan sumbat yang tidak terbuat dari bahan gelas, dan beri label (nama larutan, konsentrasi, dan tanggal) B. Membuat larutan H2SO4 0,1 M 250 ml 1. Hitung volume H2SO4 pekat yang diperlukan berdasarkan data kadar, kemurnian dan berat jenis yang tertera dalam label kemasan. 2. Siapkan labu takar 250 ml dan isi dengan akuades sebanyak kira‐kira 150 ml. 3. Ambil H2SO4 pekat dengan menggunakan pipet volume kemudian tuangkan ke dalam labu takar yang telah berisi akuades sebanyak yang diperlukan secara perlahan. Pekerjaan ini dilakukan dalam lemari asam dan sebaiknya menggunakan sarung tangan! 4. Tambahkan akuades kedalam labu takar hingga tanda batas dengan cara seperti prosedur diatas.
5. Pindahkan larutan ke dalam botol dan beri label.
9
PRAKTIKUM V. LARUTAN ASAM‐BASA A. Tujuan Mempelajari sifat keasaman dan kebasaan suatu zat. B. Dasar Teori Teori Arrhenius: Definisi Asam – basa adalah: -
Asam adalah zat yang jika didalam air dapat menghasilkan ion H+ (ion hidrogen). Contoh:
HCl(aq)
H+(aq) + Cl‐(aq)
HNO3(aq)
H+(aq) + NO3‐(aq)
Jadi, sifat asam itu ditentukan oleh ion H+ dan bukan oleh molekul asam itu sendiri. Secara umum: -
HA(aq)
H+(aq) + A‐(aq)
Basa adalah zat yang jika didalam air menghasilkan ion OH‐. Contoh:
NaOH(aq)
Na+(aq) + OH‐(aq)
Ca(OH)2(aq)
Ca2+(aq) + 2 OH‐(aq)
Sifat basa ditentukan oleh OH‐. Secara umum:
BOH(aq)
B+(aq) + OH‐(aq)
Indikator. Untuk mengetahui sifat asam atau basa suatu larutan dgunakan zat petunjuk yang disebut indikator. Indikator adalah zat yang warnanya dalam asam akan berbeda dengan dalam basa. Misalnya lakmus, dalam asam akan berwarna merah sedangkan dalam basa akan berwarna biru. Perubahan warna terjadi antara 2 harga pH (pH range/ trayek pH). C. Alat dan Bahan Alat: -
Plat tetes
-
Alat penghalus (mortar and pestle)
Bahan: -
Indicator universal
-
Bunga sepatu, kunyit
-
Asam asetat (cuka dapur)
-
Sabun cuci
-
Buah‐buahan 10
D. Prosedur 1. Buatlah indicator pH alami dengan cara menghaluskan kunyit dan bunga sepatu. 2. Tambahkan akuades 10 mL dan diaduk sampai larutan berwarna seperti bahan. 3. Pisahkan larutan dari endapannya dengan cara didekantir untuk mendapatkan larutan indicator. 4. Isilah cekungan plat tetes masing‐masing dengan 2 tetes larutan uji serta akuades. 5. Tentukan keasaman/kebasaan masing‐masing larutan uji menggunakan indicator alam serta kertas indikator universal dan catat hasilnya. 6. Catat pH masing‐masing larutan uji.
11
PRAKTIKUM VI. PENENTUAN KAPASITAS KALOR KALORIMETER A. Tujuan Menentukan besarnya kapasitas kalor kalorimeter B. DasarTeori Cara untuk mengukur besarnya kalor yang dilepaskan atau diserap dalam suatu reaksi kimia adalah melalui eksperimen. Alat yang digunakan untuk mengukur kalor reaksi dinamakan kalorimeter. Harga kalor reaksi Pengukuran kalor reaksi dilakukan pada tekanan tetap. Oleh karena itu, berlaku rumus:
ΔH r = q (tekanan tetap)
Kapasitas kalor kalorimeter Jika reaksi dilakukan dalam kalorimeter bom atau kalorimeter lain yang kapasitas kalor alat ukurnya harus diperhitungkan, maka besarnya kalor yang diserap kalorimeter dapat dihitung dengan rumus berikut :
q kalorimeter = C. ΔT (C = kapasitas kalor kalorimeter)
Rumus kalor reaksi Penggunaan kalorimeter menunjukkan bahwa pengukuran besarnya kalor reaksi tidak dapat diukur secara langsung. Karena pengukuran kalor reaksi melalui air, maka alat ini sering disebut sebagai kalorimeter air.Kalor yang dilepaskan pada reaksi eksoterm, diserap oleh air hingga suhu air meningkat sebesar DT. Kalor yang diserap air (qw) digunakan untuk menghitung kalor reaksi (qr). qw = mw. cw. ΔT mw = massa air, cw = kalor janis air. Rumus di atas sering disederhanakan menjadi :
q = m. c. ΔT
Karena pengukuran dilakukan pada tekanan tetap, maka :
ΔH = q = m. c. ΔT
Kalor yang diserap air berasal dari kalor yang dilepaskan oleh pereaksi. Maka, rumus kalor reaksi menjadi : ΔHr = ‐ m. c. ΔT (rumus ini berlaku bila kapasitas kalor kalorimeter dapat diabaikan). Bila kapasitas kalor kalorimeter tidak boleh diabaikan, maka : ΔHr = ‐ (ΔHkalorimeter + ΔHair) atau ΔHr = ‐ (C. ΔT + m. c. ΔT) Kapasitas kalor pereaksi Bila zat berwujud padat, maka ΔH = ‐ C. ΔT (C = kapasitas zat) Kapasitas zat dapat dihitung dari: C = m. c (c = kalor jenis zat)
12
C. Alat danBahan Alat
Bahan
‐
Gelas kimia
‐
NaOH
‐
Pipet
‐
HCl
‐
Calorimeter sederhana
‐
Akuades
‐
Kaki tiga
‐
Pembakar spirtus
‐
Kawat kasa
‐
Batang pengaduk
‐
Botol semprot
‐
Stopwatch
‐
Neraca analitis
‐
gelas arloji
‐
gelas ukur
D. ProsedurKerja 1. Masukkan 50 mL aquades ke dalam kalorimeter dan diaduk, dan catatlah suhunya. 2. Sementara itu, panaskan 50 mL aquades yang ada dalam gelas kimia sampai suhunya 40 oC. 3. Masukkan 50 mL aquades panas (40 oC) ke dalam kalorimeter yang telah berisi 50 mL aquades tadi, sambil terus diaduk. 4. Amati dan catatlah suhu aquades yang ada di dalam kalorimeter setiap 30 detik dengan menggunakan termometer, (lakukan pengamatan selama ± 10 menit ). 5. Catatlah suhu maksimum campuran ( T.maks ) E. Data Hasil Pengamatan No
Data yang diamati
Hasil Pengamatan
1
Suhu awal aquades dalam kalorimeter ( Td )
2
Suhu awal aquades panas ( Tp )
3
Suhu campuran aquades ( T1‐T20 )
4
Suhu maksimum campuran ( T.maks )
5
Kalor jenis air ( c ) 1 kal / gram.oC
6
Massa aquades dingin ( md )
7
Massa aquades panas ( mp )
8
Massa jenis air ( ρ ) 1 gram/mL
13
PRAKTIKUM VII. KOROSI A. Tujuan Mengetahui faktor‐faktor yang menyebabkan terjadinya korosi pada besi B. Dasar Teori Korosi merupakan proses perubahan logam menjadi senyawanya, terutama terjadi dalam lingkungan ayang mengandung air, atau peristiwa teroksidasinya suatu logam oleh gas oksigen di udara. Salah satu contoh korosi adalah yang terjadi pada besi, atau biasa disebut dengan karat. Besi yang mengalami korosi membentuk karat dengan rumus Fe2O3.XH2O. Pada proses pengamatan, besi (Fe) bertindak sebagai pereduksi dan oksigen (O2) yang terlarut dalam air bertindak sebagai pengoksidasi. Persamaan reaksi pembentukan karat : Anode : Fe Fe2+ + 2e‐ Katode :
O2 + 4H+ + 4e‐ 2H2O
Karat disebut sebagai autokatalis karena karat yang terjadi pada logam akan mempercepat proses pengaratan berikutnya. Proses terjadinya korosi: Logam Fe yang letaknya jauh dari permukaan kontak dengan udara akan dioksidasi menjadi ion Fe2+. Ion ini larut dalam tetesan air. Tempat terjadinya reaksi oksidasi di salah satu ujung tetesan air ini disebut anode. Ion Fe2+ yang terbentuk bergerak dari anode ke katode melalui tetesan air, sedangkan elektron mengalir dari anode ke katode melalui logam. Elektron ini selanjutnya mereduksi O2 dari udara dan menghasilkan air. Ujung tetesan yang merupakan tempat terjadinya reaksi reduksi ini disebut katode. Sebagian O2 dari udara larut dalam tetesan air dan mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ yang membentuk karat besi (Fe2O3.XH2O) Kerugian korosi: Besi atau logam yang berkarat bersifat rapuh, mudah larut, dan bercampur dengan logam lain, serta bersifat racun. Jika berkarat, besi yang digunakan sebagai fondasi jembatan menjadi rapuh sehingga mudah ambruk. Alat‐alat produksi dalam industri makanan dan farmasi tidak boleh menggunakan logam yang mudah berkarat. Oleh karena itu, untuk kepentingan industri, biasanya digunakan peralatan stainless yang anti karat. Pencegahan Korosi: • Pembuatan logam homogen. Pada pembuatan logam dalam industri diusahakan agar zat‐zat tercampur sehomogen mungkin dalam logam tersebut. Hal ini untuk menghindari tertumpuknya campuran tersebut di satu bagian, sehingga tidak terjadi perbedaan potensial listrik antarzat yang dapat memicu terjadinya korosi.
14
• Pelapisan dengan cat Pelapisan logam dengan cat bertujuan untuk mencegahkontak antara permukaan logam dengan udara yang mengandung oksigen dan uap air. • Pelapisan dengan logam lain Jika logam besi dilapisi Cu (tembaga), Sn (timah), besi akan terlindungi dari korosi karena potensial reduksi Cu dan Sn lebih positif (Eº Cu2+ | Cu = +0,34 Volt dan Eº Sn2+ | Sn = ‐0,14 Volt) daripada potensial reduksi besi (Eº Fe2+ | Fe = ‐0,44 Volt). Namun bila lapisan ini bocor sehingga lapisan Cu dan Sn terbuka, besi akan mengalami korosi dengan cepat. Selain Cu dan Sn, logam lain yang dapat digunakan adalah perak (Ag), emas (Au), nikel (Ni), dan platina (Pt). • Cara proteksi katodik Jika logam besi dihubungkan dengan seng (Zn), besi tersebut akan sukar mengalami korosi. Hal ini disebabkan seng lebih mudah teroksidasi dibandingkan besi dimana potensial reduksi Zn (Eº Zn2+ | Zn = ‐0,76 Volt) lebih negatif daripada potensial reduksi Fe (Eº Fe 2+ | Fe = ‐0,44 Volt). Seng bereaksi dengan O2 dan H2O dalam lingkungan yang mengandung CO2 dan membentuk seng karbonat. Seng karbonat berfungsi untuk melindungi seng itu sendiri dari korosi. Cara ini disebut juga cara katode pelindung. Logam Magnesium (Mg) yang termasuk alkali tanah banyak digunakan untuk keperluan ini. C. Alat dan Bahan Alat: ‐ Gelas air mineral ‐ Paku Bahan: ‐
Minyak tanah
‐
Air
‐
Garam
‐
Cuka
‐
Plastik
‐
Logam seng (Zn)
‐
Kabel (untuk diambil tembaganya)
D. Prosedur 1. Susunlah alat dan bahan dalam gelas air mineral yang telah diberi label (A – I) sebagai berikut: A : Paku B : Paku dicelupkan dalam minyak tanah C : Paku dicelupkan dalam air D : Paku diselupkan dalam larutan garam (air + garam) 15
E : Paku benamkan dalam silika gel atau kapur F : Paku dicelupkan dalam larutan cuka (air + cuka) G : Paku dicelupkan dalam air yang diisi menutupi seluruh bagian paku kemudian ditutupi dengan plastik H : Paku yang sudah dililitkan dengan lempengan seng (Zn) kemudian dicelupkan dalam air I : Paku yang sudah dililitkan dengan tembaga(Cu) dari kawat kemudian dicelupkan dalam air. 2. Simpan alat dan bahan tersebut di tempat yang aman. 3. Amati logam paku pada masing‐masing gelas setiap harinya 4. Catat hasil pengamatan.
16
PRAKTIKUM VIII. ELEKTROLISIS A. Tujuan Mempelajari elektrolisis suatu zat dan reaksi redoks B. Dasar Teori Elektrolisis adalah suatu proses yang mengubah energy listrik menjadi energy kimia. Dalam sel elektrolisis, listrik digunakan untuk melangsungkan reaksi redoks yang tidak spontan. Sel elektrolisis terdiri dari sebuah wadah, elektroda, elektrolit, dan sumber arus searah. Elektron memasuki kutub negatif (katoda). Spesi tertentu dalam larutan menyerap elektron dari katoda dan mengalami reduksi. Sementara itu, spesi lain akan melepas elektron di anoda dan mengalami oksidasi. C. Alat dan Bahan Alat ‐
Batere 4 buah
‐
Paper clip
‐
Kabel
‐
Pisau
‐
Ampelas
‐
Isolasi
‐
Botol bekas air mineral
‐
Tabung reaksi
Bahan ‐
Batere Bekas
‐
Akuades
‐
NaCl / senyawa elektrolit
‐
Korek api
‐
Lidi
17
D. Prosedur 1. Pengambilan karbon Penting: Lakukan prosedur dengan menggunakan sarung tangan karet, serta alasi meja kerja dengan kertas Koran. a. Buka tutup batere secara hati‐hati dengan pembuka kaleng. b. Lepas dan bersihkan lapisan zink. c. Ambil silinder karbon dan bersihkan menggunakan pisau tumpul. d. Pisahkan serbuk hitam dan keringkan. Simpan serbuk hitam yang sudah kering dalam wadah kering dan ditutup rapat. Serbuk hitam tersebut biasanya berupa mangan oksida (MN3O4). e. Zink, silinder karbon, dan mangan oksida dapat dimanfaatkan, sedangkan sisa dari batere dapat dibuang. 2. Pembuatan elektroda a. Bersihkan permukaan silinder karbon (dari prosedur 1) menggunakan ampelas. b. Patahkan silinder karbon menjadi 2 bagian. c. Lilitkan kabel pada masing‐masing ujung karbon. Lindungi kabel yang terbuka mengunakan isolasi. d. Ujung kabel lainnya dihubungkan dengan rangkaian batere sebagai sumber arus. e. Buat rangkaian alat elektrolisis seperti pada gambar.
3. Elektrolisis a. Lakukan elektrolisis untuk akuades , amati yang terjadi. b. Tampung gas yang terbentuk di dalam tabung reaksi. c. Perkirakan gas apa yang terbentuk pada anoda dan katoda, dan berikan alasannya. 4. Lakukan elektrolisis untuk senyawa elektrolit lain tanpa menggunakan tabung reaksi (gas tidak ditampung). Perkirakan zat apa yang terbentuk pada anoda dan katoda. 18
E. Data Hasil Pengamatan
Ruang Anoda
Ruang Katoda
Elektrolisis air
Elektrolisis NaCl
Elektrolisis ….
19
PRAKTIKUM IX. SEL VOLTA A. Tujuan Mempelajari reaksi redoks spontan (sel volta) B. Dasar Teori Percobaan kali ini tidak lepas dari reaksi redoks spontan, yaitu sel volta. Sel volta atau sel galvani adalah suatu sel elektrokimia yang terdiri atas dua buah elektrode yang dapat menghasilkan energi listrik akibat terjadinya reaksi redoks secara spontan pada kedua elektroda tersebut. Pada reaksi redoks terjadi transfer elektron dari reduktor ke oksidator. Hal inilah yang menyebabkan adanya arus listrik sehingga mampu menyalakan lampu atau paling tidak meyebabkan beda potensial dan kuat arus listrik. C. Alat dan Bahan Alat ‐
PCB atau logam tembaga (Cu)
‐
Logam seng (Zn)
‐
Lampu LED
‐
Voltmeter dan amperemeter
‐
Gelas kimia atau gelas air mineral
Bahan ‐
Cuka (CH3COOH), jeruk lemon
‐
Larutan garam dapur
D. Prosedur 1. Rangkaikanlah alat dan bahan sesuai dengan gambar dibawah ini
2. Ukur dan catat tegangan listrik dan kuat arus masing‐masing rangkaian dengan voltmeter dan amperemeter. 3. Cobalah hubungkan rangkaian dengan lampu LED coba lihatlah nyala lampu LED, jika belum menyala berarti cuka atau jeruk lemon yang digunakan masih kurang. 4. Catat apa yang terjadi. 20
DAFTAR PUSTAKA Abundarin, Lembar Kerja Mahasiswa Kimia Dasar I, Program Studi Kimia FKIP Universitas Palangka Raya, Palangka Raya Brady, E. James; Kimia Universitas: Asas dan Struktur, 1994, Jilid I, Edisi ke 5, Erlanggga, Jakarta Cal Chany, Lab Safety, University of Illinois at Chicago and RushUniversity, Chicago Day, Underwood, Analisis Kimia Kuantitatif, 1986, Edisi ke‐5, Erlangga, Jakarta Keenan, Kleinfelter, Wood, Kimia Untuk Universitas, 1986, Edisi ke‐6., Erlangga, Jakarta Miratul Khasanah, Instalasi dan Tata Ruang Laboratorium, Jurusan Kimia FMIPA UNAIR, Surabaya Yahya, Utoro, Dasar‐Dasar Kimia, Laboratorium Kimia Dasar FMIPA Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
21