BAHAN KULIAH DESAIN PRODUK PERTEMUAN II
Produk Agroindustri dan Pendukung Agroindustri Disusun Oleh: Dr. Dwi Purnomo Pertanian sebagai suatu kesatuan utuh terdiri dari 3 generasi yang saling terkait dimana ouput (hasil) suatu generasi menjadi masukan (input) generasi yang lainnya. Antar generasi memiliki interface berupa procurement (pembelian) dan marketing (pemasaran) (Jamaran,2004). 1. Generasi I : bibit/benih 2. Generasi II : hasil pertanian 3. Generasi III : Barang olahan/Barang Industri
Gambar 1. Sistem Pertanian yang Utuh (Jamaran, 2004) Dari ketiga generasi pertanian tersebut, generasi ke III dipandang sebagai mesin pertumbuhan sektor pertanian (agroindustry as engine of growth) karena mampu menghasilkan proses pemberian nilai tambah yang tinggi. Namun dalam keterkaitan antar generasi harus tercipta suatu kondisi dimana pertanian sebagai suatu sistem mampu melakukan proses mantaining terhadap keberlanjutannya, dengan demikian hubungan keterkaitan yang terjadi harus didasarkan kepada “win-‐win solution“. Selain itu, harus ada sikap untuk saling menghargai kesuksesan generasi sebelumnya. Suatu generasi harus mampu menghargai suatu hasil (output) generasi sebelumnya dengan harga yang setinggi mungkin dalam batas keuntungan ekonomi sehingga generasi sebelumnya memiliki spirit untuk selalu mengembangkan usahanya. Dengan demikian, pertanian sebagai suatu sistem yang utuh memiliki : Aspek Positif : 1. Keterkaitan antar generasi mendorong pertumbuhan sistem pertanian secara utuh 2. Mampu memberikan multiplier effect secara ekonomi, sosial dan lingkungan 3. Penyerapan tenaga kerja yang banyak 4. Proses pemberian nilai tambah sumberdaya domestik sehingga memiliki keunggulan bersaing 5. Mendorong tumbuhnya proses kreativitas dalam penciptaan inovasi pada setiap generasi
BAHAN KULIAH DESAIN PRODUK PERTEMUAN II
6. 7. 8.
Mendorong petumbuhan pembangunan pedesaan sebagai sentra produksi pertanian Mempermudah penelusuran pangkal masalah jika generasi tertentu terjadi penyimpangan kualitas, kuantitas maupun kontinuitas Menciptakan alternatif budaya yang mendukung, diataranya menumbuhkan buidaya hemat/ tidak boros dan saling mendukung
Aspek Negatif : 1. Kemacetan yang diakibatkan permasalahan suatu generasi akan menghambat perkembangan generasi berikutnya, sehingga proses pemberian nilai tambah tidak terjadi secara optimal 2. Kualitas dan tahapan sebelumnya akan mempengaruhi kualitas generasi sesudahnya 3. Dibutuhkan biaya yang lebih banyak serta waktu yang cukup lama untuk mengkoordinasikan dan mensinergiskan antar generasi 4. Dibutuhkan sumberdaya manusia yang berkualitas, sedangkan faktualnya sebagian besar pelaku usaha pertanian terutama petani mempunyai tingkat pendidikan yang rendah sehingga membutuhkan biaya dan waktu untuk merubah perilaku 5. Dibutuhkan lingkungan bisnis kondusif yang diinisiasi dan dijamin pemerintah Agroindustri Agroindustri adalah industri yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik produk antara (intermediate product) maupun produk akhir (finish product). Termasuk di dalamnya adalah penanganan pasca panen, industri pengolahan makanan dan minuman, industri biofarmaka, industri bio-‐energy, industri pengolahan hasil ikutan (by-‐product) serta industri agrowisata. (Arifin, 2004). Agribisnis merupakan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas (yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian), Subsistem agribinis yang terdiri atas (1) Sub Sistem Agribisnis Hulu, (2) Sub Sistem Pengolahan Usaha Tani, (3) Sub Sistem Pengolahan, (2) Sub Sistem pemasaran serta (2) Sub Sistem Penunjang, maka tidakah untuk memutuskan suatu strategi pengembangan yang terintegrasi, apalagi dengan fakor eksternal yang sukar sekali dikendalikan. (Arifin,2004). Dewasa ini, dan terlebih lagi di masa yang akan datang, orientasi sektor pertanian telah berubah kepada orientasi pasar. Dengan berlangsungnya perubahan preferensi konsumen yang makin menuntut atribut produk yang lebih rinci dan lengkap serta adanya preferensi konsumen akan produk olahan, maka motor penggerak sektor pertanian harus berubah dari usahatani kepada agroindustri. Dalam hal ini, untuk mengembangkan sektor pertanian yang modern dan berdaya saing, agroindustri harus menjadi lokomotif dan sekaligus penentu kegiatan sub-‐sektor usahatani dan selanjutnya akan menentukan sub-‐ sektor agribisnis hulu.
BAHAN KULIAH DESAIN PRODUK PERTEMUAN II
Paling sedikit ada lima alasan utama kenapa agroindustri penting untuk menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi dimasa depan, yakni karena: a. b. c. d. e.
Industri pengolahan mampu mentransformasikan keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing (kompetitif), yang pada akhirnya akan memperkuat daya saing produk agribisnis. Produknya memiliki nilai tambah dan pangsa pasar yang besar sehingga kemajuan yang dicapai dapat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian nasional secara keseluruhan; Memiliki keterkaitan yang besar baik ke hulu maupun ke hilir (forward and backward linkages), sehingga mampu menarik kemajuan sektor-‐sektor lainnya; Memiliki basis bahan baku lokal (keunggulan komparatif) yang dapat diperbaharui sehingga terjamin sustainabilitasnya; Memiliki kemampuan untuk mentransformasikan struktur ekonomi nasional dari pertanian ke industri dengan agroindustri sebagai motor penggeraknya.
Sebagai sektor yang mempunyai kekuatan untuk menjadi penggerak ekonomi nasional, agroindustri telah memiliki peran yang sangat besar. Namun demikian agenda pengembangan agroindustri juga menghadapi sejumlah kendala yang antara lain adalah (Arifin, 2004): a. Rendahnya jaminan ketersediaan dan mutu bahan baku. b. Mutu produk agroindustri yang masih belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan pasar, khususnya pasar internasional. c. Sumber daya manusia (SDM) yang masih belum profesional. d. Sarana dan prasarana yang belum memadai, seperti belum berkembangnya workshop-‐workshop yang mengembangkan alat-‐alat pengolahan. e. Teknologi pengolahan yang masih belum berkembang. f. Sumber pendanaan yang masih kecil. g. Pemasaran yang belum berkembang. h. Belum adanya kebijakan yang mengendalikan ekspor bahan mentah untuk melindungi dan merangsang berkembangnya agroindustri di dalam negeri.
AGROINDUSTRI HALAL Dalam perkembangannya terdapat beberapa kekhususan pengembangan agroindustri sesuai dengan perkemmbangan global dan permintaan pasar yang potensial, diantaranya adalah agroindustri halal. Menurut Purnomo (2011), agroidustri halal adalah bagian atau salah satu sub-‐sistem agribisnis yang memperoleh dan atau mentransformasikan bahan-‐bahan hasil pertanian menjadi bahan setengah jadi maupun barang jadi, yang selama prosesnya, baik itu pemotongan hewan, penggunaan bahan baku, mekanisme, sumber keuangan dan atau manejemennya mempertimbangkan hukum Islam untuk menciptakan produk yang baik dengan pemenuhan terhadap persyaratan kemanan secara religious khususnya bagi umat muslim (spiritual safety concern), serta secara umum memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kesehatan (quality and health concern) yang dapat dikonsumsi atau digunakan oleh umat Muslim ataupun non-‐Muslim, dimana tidak terdiri dari unsur-‐unsur yang diharamkan, najis atau bercampur najis.
BAHAN KULIAH DESAIN PRODUK PERTEMUAN II
Dalam pengembangan pasar produk agroindustri halal, kecermatan terhadap kondisi bisnis dan perdagangan produk agroindustri halal yang meliputi elemen-‐elemen konsumen, produk, maupun praktik perdagangan perlu dicermati. Terdapat empat hal yang penting dalam menentukan potensi pasar produk-‐produk agroindustri halal (Gambar 1) yaitu kondisi permintaan produk saat ini dan yang akan datang, kompetisi internal dan struktur industri, adaptasi pasar terhadap rasa, pilihan, dan lainnya serta hambatan tarif dan non tarif di wilayah domestik maupun global.
Gambar 2. Elemen-‐Elemen Potensi Pasar Produk Agroindustri Halal (Sungkar, 2007) Kecermatan pemasaran produk terhadap keinginan dan kepuasan konsumen merupakan salah satu faktor penting dalam mengembangkan dan mempertahankan pasar produk agroindustri halal. Konsumen mengharapkan produk agroindustri halal bermutu tinggi dengan harga kompetitif. Pemenuhan terhadap kesesuaian keinginan konsumen perlu diutamakan, sehingga produsen maupun pelaku bisnis perlu memahami karakteristik permintaan terhadap produk halal. Cakupan produk agroindustri halal meliputi produk-‐produk bernilai tambah yang diolah sebagai produk makanan halal atau bahan konsumtif yang halal dimakan atau digunakan, adalah jawaban atas permintaan pasar yang besar terutama bagi negara-‐negara berpenduduk muslim. Potensi yang dimiliki dan tren dunia akan meningkatnya kesadaran konsumen muslim terhadap produk-‐produk halal dan tumbuhnya jumlah penduduk muslim yang mencapai 1,8 miliar jiwa dari 6,5 miliar jiwa penduduk dunia semakin menguatkan permintaan akan produk-‐produk halal internasional. Perkembangan produk halal tidak hanya terjadi di negara-‐negara yang mayoritas penduduknya Islam saja tetapi juga di negara-‐ negara barat, karena perusahaan-‐perusahaan internasional yang berpusat di negara-‐negara tersebut
BAHAN KULIAH DESAIN PRODUK PERTEMUAN II
kini menggunakan konsep halal sebagai salah satu strategi bisnis dan pemasarannya. Hal tersebut dilakukan, mengingat secara global, pasar halal dunia sangat menjanjikan, dan diperkirakan mencapai sekitar 12 persen dari total perdagangan global produk pangan dan pertanian dengan nilai antara USD 347-‐500 milyar per tahun (Che-‐Man, 2006). Dengan besarnya pertumbuhan rata-‐rata pasar produk halal yang mencapai tujuh persen per tahun dan diperkirakan mencapai dua kali lipat di beberapa negara Asia dengan jumlah penduduk muslim besar seperti Indonesia, Republik Rakyat China, Pakistan dan India dalam 10 tahun ke depan (Sungkar, 2009), maka banyak negara muslim maupun non muslim berupaya mengembangkan dan meningkatkan produksi produk halal untuk mengisi pasar dunia. Hal ini menjadi suatu masalah yang serius jika potensi masyarakat muslim Indonesia hanya dijadikan pasar oleh negara lain. Keadaan tersebut juga sekaligus menjadi tantangan bagi Indonesia agar dapat memanfaatkan pertumbuhan pasar halal dunia untuk menyiapkan produk halal yang dapat diserap dalam memenuhi kebutuhan produk halal yang semakin meningkat. Dengan semakin berkembangnya pasar pangan halal global, berbagai negara telah membangun strategi untuk memasuki, memanfaatkan peluang dan mengembangkan bisnis pangan halal domestik, regional maupun global. Upaya pengembangan produk dan pasar halal global salah satunya dilakukan dengan membangun jalinan kerjasama berupa Global Halal-‐Hub. Bagaimanakah kesiapan Indonesia dalam menghadapi perkembangan agroindustri halal global? Mari kita bangun berasama.
PRODUK AGROINDUSTRI INDONESIA YANG MENDUNIA (Gumbira-‐Said, 2007) Mutu merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan perusahaan dalam persaingan. Selama ini, banyak produk Indonesia belum memenuhi bahkan belum memperhatikan persyaratan mutu. Akibatnya, banyak produk Indonesia yang tidak dapat memasuki pasar global. Namun di tengah kondisi yang menyedihkan ini ada juga sejumlah kecil produk agroindustri Indonesia yang mampu menenmbus pasar dunia dan memiliki nama yang baik. Beberapa di antaranya meliputi: No
Perusahaan
Produk
1
PT Agarindo Bogatama
Agar-agar Powder
2
PT Great Giant Pineapple
Nenas Kalengan
3
PT Sorini Co.
Sorbitol
Merek Keterangan Rujukan Dagang Swallow Globe No 2 di dunia, diperkirakan Swa, November Brand setelah 2009 akan menjadi 2007 No.1 di dunia Preodusen Nenas Kalengan Swa, Desember terbesar di dunia, 2007 mengalahkan Del Monte dan Dole, Pangsa Pasar 17 %. Ekspor 2006 sebesar US $ 107 juta. No. 2 di Dunia, hanya kalah Swa, Oktober 2007 dari Neosorb produksi Roquette, Perancis. Ekspor 2006 sebesar Rp. 300 milyar
BAHAN KULIAH DESAIN PRODUK PERTEMUAN II
4
PT Indofood Mie Instan Sukses Makmur
5
PT Asia Sakti Wahid Foods (ASW Foods)
6
PT Indofood Minyak Sukses Makmur Goreng
Indo Mie
Biskuit, wafer, coklat
Pasar: Arab Saudi, Mesir, Nigeria. Ekspor 20-25 kontainer (US$ 16.000-18.000/ kontainer) ke lebih dari 20 negara diantaranya Afrika, Kanada, Amerika Serikat, Hongkong, Taiwan, Myanmar, Vietnam, Finlandia.
Indomie Seleraku http:// ppmimesir.info 24 Juli 07. Swa, Oktober 2007
Bimoli
Pustaka • Arifin, Bustanul.(2004). Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia, Jakarta. Penerbit Buku Kompas. • Che Man. 2006 Halal Food Development Institute of Halal Food Universiti Putra Malaysia, Kuala Lumpur • Djamaran, I. 2004. Strategi Pembangunan Agroindustri, Bahan Kuliah SPS IPB. Bogor • Gumbira-‐Sa’id E dan Instan AH. 2004. Manajemen Agribisnis. Cetakan Kedua. Kerjasama PT. Galia Indonesia Deñan Magister Manéjenme Agribisnis. Pertanian Bogor. Bogor. • Gumbira-‐Sa’id E. 2008. Perkembangan Bisnis Produk Pangan Halal Dunia. Institut Pertanian Bogor. Bogor. • Purnomo, D. 2011. . Halal Agro-‐industry Development Strategy In Anticipating Global halal Business. IPB. Bogor • Sungkar I. 2007. Importance and the Role Importance of Market Intelligence in Penetrating Global Halal Food Marketshalal Markets.World Halal Forum Secretariat, Kuala Lumpur. The Potential of Halal Industry in Penang, Penang Economic Monthly, 2006 • www.agroindustry.wordpress.com