PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA - chnrl.org

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA SAMBUTAN Sesuai amanat Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangaan...

8 downloads 642 Views 3MB Size
SAMBUTAN

Sesuai amanat Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangaan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, BKKBN mengalami pengayaan muatan program, selain menangani program Keluarga Berencana, juga program Pengendalian Penduduk. Terkait tugas fungsi tentang Pengendalian Penduduk tersebut, diharapkan BKKBN menjadi rujukan data terutama yang berkaitan erat dengan isu kependudukan, seperti: kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, pertanian dan pangan. Buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia ini diterbitkan dengan berorientasi kepada 5 bidang atau isu yang terkait erat dengan isu kependudukan tersebut. Diuraikan pengertian dan ilustrasi data dari variabel-variabel yang merepresentasikan bidang kesehatan, pendidikan, ketengakerjaan, pertanian dan pangan. Saya menyambut gembira dengan diterbitkannya Buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia ini. Diharapkan melalui Buku Profil ini, dapat diidentifikasi permasalahan kependudukan di Indonesia. Selanjutnya dengan diketahuinya besaran masalah kependudukan, diharapkan seluruh sektor pembangunan dapat merumuskan alternatif solusi pemecahannya. Semoga penyusunan buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di tingkat Nasional Indonesia ini memberikan manfaat bagi pengembangan program pembangunan nasional yang berwawasan kependudukan.

Jakarta,

September 2013

Kepala BKKBN,

Prof. dr. H. Fasli Jalal, PhD, SpGK.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii

ii

KATA PENGANTAR

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), diharapkan Indonesia mencapai kondisi Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) , yang ditandai dengan TFR sebesar 2,1 dan NRR=1. Untuk mencapai kondisi PTS tersebut, program pembangunan nasional perlu diarahkan agar selaras dengan kebijakan pembangunan yang berwawasan kependudukan. Untuk menyusun program yang berwawasan kependudukan, maka diperlukan data dasar (baseline) yang berisi profil kependudukan pada tingkat nasional. Untuk itulah disusun buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di tingkat Nasional Indonesia. BKKBN sebagai institusi pemerintah yang menangani bidang Pengendalian Penduduk serta Keluarga Berencana, berkewajiban menyediakan data dasar berupa Profil Kependudukan tersebut. Profil Kependudukan dan Pembangunan pada jangka panjang, hendaknya tidak saja memotret situasi kependudukan di tingkat nasional, namun juga mengerucut semakin detil pada tingkat provinsi, kabupaten/kota,kecamatan, bahkan bila memungkinkan sampai tingkat desa/ kelurahan. Tujuannya, agar secara spesifik dapat dipetakan permasalahan kependudukan terjadi pada wilayah yang mana. Dengan demikian, akan lebih memudahkan penentu kebijakan terkait dalam mengidentifikasi sekaligus menangani wilayah manakah yang memiliki permasalahan kependudukan. Buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di tingkat Nasional Indonesia ini disusun atas kerjasama Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan (PUSDU) dengan Direktorat Perencanaan Pengendalian Penduduk (DITRENDUK). Penyajian Profil dengan menggabungkan variabel-variabel secara lintas sektor atau bidang. Untuk itu, diperlukan kesepakatan tidak saja antar komponen BKKBN, namun yang lebih penting antar sektor. Dengan demikian, dokumen buku Profil ini disepakati dan disetujui oleh seluruh pihak, dan menjadi sumber referensi atau rujukan utama dalam bidang Pengendalian Penduduk di Indonesia. Akhir kata, kami mengharapkan masukan secara konstruktif terhadap dokumen ini, terutama menyangkut variabel-variabel yang dibahas dalam buku Profil Kependudukan dan Pembangunan tingkat Nasional Indonesia ini. Terima kasih. Jakarta, Agustus 2013 Deputi Pengendalian Penduduk BKKBN

Dr. Wendy Hartanto, MA.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii

iii

DAFTAR ISI SAMBUTAN …………………………….…………………………………………..………… KATA PENGANTAR........................................................................................................ DAFTAR ISI...................................................................................................................... DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………….…......… DAFTAR TABEL .............................................................................................................. DAFTAR TABEL LAMPIRAN............................................................................................

ii iii iv vi viii x

PENDAHULUAN ……………………………………………………..………. 1

BAB 1. 1.1 1.2 1.3 1.4

Latar Belakang……………………………………………………….………... Tujuan…………………………………………………………………………... Kerangka Pikir……………………………………………………….……….... Sumber Data …………………………………………………………………..

1 2 2 3

DINAMIKA PENDUDUK……………………………………….………..…...

4

2.1

Kuantitas Penduduk................................................................................ 2.1.1 Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk ……………………..…... 2.1.2 Perubahan struktur umur menurut jenis kelamin penduduk…..…. 2.1.3 Persebaran penduduk……………………………..………………...

4 4 5 8

2.2

Fertilitas dan Faktor yang Mempengaruhi…………………………….... 2.2.1 Kecenderungan dan pola fertilitas………………………………..... 2.2.2 Pola perkawinan……………………………………………………… 2.2.3 Kesertaan ber KB……………………………………………………. 2.2.3.1 Pasangan usia subur....................................................... 2.2.3.2 Contraceptive prevalence rate dan mix kontrasepsi........ 2.2.3.3 Kebutuhan Pelayanan Kontrasepsi yang tidak Terpenuhi......................................................................... 2.2.3.4 Alasan tidak memakai kontrasepsi................................... 2.2.3.5 Median lama dan frekuensi menyusui secara eksklusif..

10 10 13 14 14 15

BAB 2.

19 20 20

2.3

Mortalitas dan Faktor yang Mempengaruhi……………..……….……… 21 2.3.1 Kecenderungan dan pola mortalitas…………………………..……. 21 2.3.2 Penyebab Kematian…………………………………………….……. 23

2.4

Migrasi……………………………………………………………………….… 24 2.4.1 Kecenderungan dan pola migrasi risen …………………….….….. 24 2.4.2 Kecenderungan dan pola migrasi seumur hidup ……………..….. 24 PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN… ……….….…. 26

BAB 3. 3.1 3.2 3.3 3.4

Pencapaian Pembangunan Manusia......................................……….…. Pembangunan Gender………………………………………….…...........… Penduduk Rentan ..................................................................................... Ketersedian Pelayanan ….………………………………………………… 3.4.1 Kesehatan…………………………………………………………….

26 27 29 30 30

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii

iv

3.4.2 3.4.3 3.4.4 3.5

Pendidikan…………………………………………………………… 32 Sanitasi dan Air Bersih………………………………………………... 34 Listrik…………………………………………………………………… 35

Kesehatan…………………………………………………………….………. 3.5.1 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja…..…………….. 3.5.1.1 Pubertas……………………………………………………… 3.5.1.2 Kespro PraNikah……………………………………………. 3.5.1.3 Pengetahuan tentang HIV/AIDS dan IMS………………..

36 36 36 38 39

3.5.2

Kesehatan Anak…………………………………………………….. 3.5.2.1 Cakupan Imunisasi……………………………………...…. 3.5.2.2 Pemberian makan pada anak…………………………..…

40 40 41

3.5.3

Kesehatan Ibu…………………………………….…………………. 3.5.3.1 Jumlah Bumil……………………………………………...… 3.5.3.2 Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care/ANC)… …..…. 3.5.3.3 Penolong Persalinan……………………….…………….....

41 41 41 44

3.5.4

Insiden HIV/AIDS…………………………….……………………...

47

3.6

Pendidikan…………………………………………………………………….. 3.6.1 Literasi (AMH)…………………………………………….…………… 3.6.2 Pendidikan yang ditamatkan penduduk 15 tahun ke atas………. 3.6.3 Partisipasi Sekolah………………………………….……………... 3.6.4 Rata-rata lama sekolah……………………………………………….

47 47 48 48 51

3.7

Ekonomi dan Ketenagakerjaan……………………………………………. 51 3.7.1 Ekonomi …………………………………………………. …………. 51 3.7.2 Ketenagakerjaan……………………………………….………..….. 54

3.8

Pertanian Pangan ….........................................…………………………… 3.8.1 Pangan Nasional ……………………………………….…………… 3.8.2 Produktivitas Pertanian …………………………………………….. 3.8.3 Produksi Perikanan…………….. ………………………..………… 3.8.4 Produksi Perkebunan…………..…………………………………… 3.8.5 Produksi Peternakan…………….………………………………….

55 55 56 58 58 59

BAB 4. PENUTUP.......................................................................………………….. 61 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..….. 62 LAMPIRAN………………………………………………………………………………..…….. 62

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1

Kerangka Pikir Hubungan antara Dinamika Kependudukan

Gambar 2.1

dan Pembangunan Berkelanjutan ........................................................ Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010.................

2 5

Gambar 2.2

Piramida Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010................................

5

Gambar 2.3

Distribusi Penduduk Berdasarkan 3 Kelompok Umur Besar

Gambar 2.4

Tahun 2010 ............................................................................................. 6 Rasio Ketergantungan Tahun 1971-2010............................................. 7

Gambar 2.5

Proyeksi Rasio Ketergantungan Tahun 2015-2035……………….…...

7

Gambar 2.6

Tren Rasio Jenis Kelamin Tahun 1971-2010........................................

8

Gambar 2.7 Gambar 2.8

Persebaran Penduduk di Indonesia Tahun 1971-2010....................... Urbanisasi di Indonesia Tahun 1990-2010..........................................

9 9

Gambar 2.9

Kepadatan Penduduk di Indonesia Tahun 1971-2010........................

10

Gambar 2.10

Angka Kelahiran Kasar di Indonesia.....................................................

11

Gambar 2.11 Gambar 2.12

TFR Indonesia Tahun 1991-2012........................................................... Rasio Anak Terhadap Wanita Tahun 1971-2010...................................

11 13

Gambar 2.13

Rata-rata Umur Kawin Pertama Perempuan Tahun 1980-2010

Gambar 2.14 Gambar 2.15

Median Usia Kawin Pertama Wanita Tahun 1991-2007....................... 14 Pemakaian Alat/Cara KB (CPR) .............................................................. 17

Gambar 2.16

Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Metode Kontrasepsi Modern.........

18

Gambar 2.17

Sumber Pelayanan Kontrasepsi di Indonesia Tahun 2012..................

19

Gambar 2.18

Unmet Need di Indonesia Tahun 1991-2012.........................................

19

Gambar 2.19

Alasan Tidak Ingin Memakai Kontrasepsi.............................................

20

Gambar 2.20

Rata-rata Pemberian ASI Eksklusif Untuk Semua Anak (Bulan)..........

21

Gambar 2.21

Estimasi Kematian Kasar......................................................................... 21

Gambar 2.22 Gambar 2.23

Angka Kematian Bayi dan AnakTahun 1991-2012................................ 22 Angka Kematian Ibu Tahun 2002-2012................................................... 23

Gambar 2.24

Angka Harapan Hidup Indonesia Tahun 1971-2010.............................

23

Gambar 3.1

Perbandingan IPM Negara-negara ASEAN Tahun 1990-2012.............

27

Gambar 3.2

Indeks Ketimpangan Gender di Negara ASEAN 1995-2011.................

28

Gambar 3.3

Perkembangan IPG Periode Tahun 2004-2011.....................................

28

Gambar 3.4

Banyaknya SDM Kesehatan Tahun 2008-2011...................................... 31

Gambar 3.5

Banyaknya Sarana Puskesmas Tahun 2007-2011...............................

31

Gambar 3.6

Banyaknya Sarana Rumah Sakit Tahun 2007-2011..............................

32

Gambar 3.7

Banyaknya Klinik Pelayanan KB di Indonesia Tahun 2013..................

32

Gambar 3.8

Jumlah Sekolah di Indonesia Tahun 2008-2011....................................

33

Gambar 3.9

Banyaknya Tenaga Guru di Indonesia Tahun 2008-2011 ...................

34

Gambar 3.10

Persentase Fasilitas Buang Air Besar dalam Rumah Tangga.............

35

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

......... 13

Gambar 3.11

Persentase Fasilitas Air Minum dalam Rumah Tangga........................

35

Gambar 3.12

Persentase Sumber Penerangan dalam Rumah Tangga.....................

36

Gambar 3.13

Persentase Pria dan Wanita Umur 15-49 yang Pernah Mendengar

vi AIDS Menurut Pendidikan, Indonesia Tahun 2012................................. 40 ii

Gambar 3.14

Kasus HIV/AIDS dan Kematian................................................................. 47

Gambar 3.15

Angka Melek Huruf Tahun 2007-2011...................................................... 48

Gambar 3.16

Pendidikan yang Ditamatkan Penduduk 15 Tahun ke Atas.................

48

Gambar 3.17

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2007-2011.........................................

49

Gambar 3.18

Angka Partisipasi Murni SD/MI/Paket A Tahun 2007-2011...................

49

Gambar 3.19 Gambar 3.20

Angka Partisipasi Murni SMP/MTs/Paket B Tahun 2007-2011............. Angka Partisipasi Murni SMA/MA/Paket C Tahun 2007-2011..............

50 50

Gambar 3.21

Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Tahun 2007-2011, Indonesia.................................................................... 51

Gambar 3.22

Persentase Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2007-2012.........................

52

Gambar 3.23

Persentase Penduduk Miskin Tahun 2009-2013....................................

53

Gambar 3.24

Tingkat Partisipasi Angkatan kerja Indonesia (persen) Tahun 2007-2010...................................................................................... 54

Gambar 3.25

Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia (persen) Tahun 2007-2011...................................................................................... 55

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

DAFTAR TABEL ii

Tabel 2.1

vii

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010............................................................................................... 4

Tabel 2.2

Fertilitas Menurut Kelompok Umur Tahun 1991-2012.............................. 12

Tabel 2.3

Fertilitas Menurut Kelompok Umur dan Tempat Tinggal Tahun 1997-2012...................................................................................... 12

Tabel 2.4

Pasangan Usia Subur Tahun 2000-2012................................................. 15

Tabel 2.5

Pengetahuan Tentang Alat/Cara KB......................................................... 15

Tabel 2.6

Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini pada Wanita...................................... 16

Tabel 2.7

Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini Menurut Karakteristik Latar Belakang Wanita Berstatus Kawin ........................................................... 17

Tabel 2.8 Tabel 2.9

Sumber Pembiayaan Kontrasepsi............................................................. 18 Jenis Penyakit dan penyebab Kematian Tahun 2011............................... 24

Tabel 2.10

Tren Data Parameter Kependudukan yang Terkait dengan Migrasi Risen Indonesia, Tahun 2000-2010.......................................................... 24

Tabel 2.11

Tren Data Parameter Kependudukan yang Terkait dengan Migrasi Seumur Hidup Indonesia, 2000-2010........................................................ 25

Tabel 3.1

Tren HDI Indonesia Tahun 1980-2012...................................................... 26

Tabel 3.2

Tren Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan

Tabel 3.3

Gender (IPG), dan Rasio (IPG/IPM), Tahun 2004-2011........................... 29 Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Mengalami Kesulitan.................................................................................................... 29

Tabel 3.4

Rasio Jumlah Penduduk Usia Sekolah per Jumlah Sekolah di Indonesia Tahun 2009/2010...................................................................... 33

Tabel 3.5

Persentase pengetahuan remaja tentang perubahan fisik masa pubertas..................................................................................................... 36

Tabel 3.6

Persentase sumber pengetahuan tentang perubahan fisik saat pubertas.................................................................................................... 37

Tabel 3.7

Persentase umur remaja wanita pertama kali mendapat haid ................ 38

Tabel 3.8

Persentase Pengetahuan Remaja tentang Anemia.................................. 39

Tabel 3.9

Tren Cakupan Imunisasi Lengkap Tanpa Hepatitis B di Indonesia Tahun 2003-2012...................................................................................... 40

Tabel 3.10

Persentase Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI Menurut Kelompok Umur, Indonesia Tahun 2007-2012.......................................... 41

Tabel 3.11

Persentase wanita hamil yang melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan.................................................................................................. 42

Tabel 3.12

Persentase Pemeriksaan Kehamilan........................................................ 43

Tabel 3.13 Tabel 3.14

Komponen Pemeriksaan Kehamilan......................................................... 44 Persentase wanita yang melahirkan di fasilitas kesehatan ...................... 45

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii

viii

Tabel 3.15

Persentase Penolong Persalinan Kualifikasi Tertinggi.............................. 46

Tabel 3.16

Jumlah Pendapatan per Kapita Indonesia Tahun 2007-2010.................. 52

Tabel 3.17

Jumlah Pendapatan Domestik Regional Bruto Indonesia (juta rupiah) Tahun 2007-2011...................................................................................... 53

Tabel 3.18

Tren Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja................................................... 54

Tabel 3.19

Tingkat Pengangguran Terbuka................................................................ 55

Tabel 3.20

Perkembangan Konsumsi Pangan Nasional Secara Kuantitas pada Tahun 2011-2012...................................................................................... 56

Tabel 3.21

Produktivitas Padi Tahun 2011-2012........................................................ 56

Tabel 3.22 Tabel 3.23

Produktivitas Jagung Tahun 2011-2012................................................... 57 Produktivitas Kedelai Tahun 2011-2012................................................... 57

Tabel 3.24

Produktivitas Ubi Kayu Tahun 2011-2012................................................. 57

Tabel 3.25

Volume Produksi Perikanan (ton) Tahun 2007-2012................................ 58

Tabel 3.26

Produktivitas Tanaman Perkebunan Tahun 2008-2013............................ 59

Tabel 3.27

Produktivitas Peternakan Tahun 2008-2011............................................. 59

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii

ix

DAFTAR TABEL LAMPIRAN

Tabel 2.1

Laju Pertumbuhan Penduduk di Indonesia menurut Provinsi Tahun 1971-2010................................................................................................. 66

Tabel 2.2

Rasio ketergantungan di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2000 -2010................................................................................................ 67

Tabel 2.3

Rasio Jenis Kelamin di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2000 - 2010.............................................................................................. 68

Tabel 2.4

Tingkat Urbanisasi di Indonesia menurut Provinsi Tahun 1990-2010...

Tabel 2.5

Kepadatan Penduduk di Indonesia menurut Provinsi Tahun

69

2000 - 2010............................................................................................... 70 Tabel 2.6

Estimasi Angka Kelahiran Kasar (CBR) di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 1990-2010...................................................................................... 71

Tabel 2.7

Angka Fertilitas Total di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2002 - 2012............................................................................................... 72

Tabel 2.8

Rasio Anak Wanita di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2010.............. 73

Tabel 2.9

Rata-Rata Usia Kawin Pertama di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2010............................................................................................... 74

Tabel 2.10

Median Umur Kawin Pertama Wanita Umur 25-49 tahun Menurut Provinsi, Indonesia 2012.......................................................................... 75

Tabel 2.11 Tabel 2.12

Kebutuhan Ber-KB yang tidak Terpenuhi di Indonesia Tahun 2012...... Median lamanya pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia

76

menurut Provinsi Tahun 2002-2012......................................................... 77 Tabel 2.13

Angka Kematian Bayi dan Anak di Indonesia menurut Provinsi Tahun

Tabel 2.14

2012......................................................................................................... 78 Estimasi Angka Harapan Hidup (Tahun) di Indonesia Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2010................................................................ 79

Tabel 2.15

Penyebab Kematian di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2012...........

Tabel 2.16

Penduduk Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi

80

Risen Tahun 2010.................................................................................... 81 Tabel 2.17

Penduduk Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi Seumur Hidup Tahun 2010...................................................................... 82

Tabel 3.1

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Provinsi Tahun 2005 dan 2011................................................................................................... 83

Tabel 3.2

Indeks Pembangunan Gender (IPG) Menurut Provinsi Tahun 2005 dan 2011................................................................................................... 84

Tabel 3.3

Penduduk Rentan Karena Kesulitan Fungsional di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2010 ................................................................................ 85

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii

x

Tabel 3.4

Rasio Sumberdaya Manusia Kesehatan (Dokter dan Bidan) Per 100.000 penduduk menurut Provinsi Tahun 2011............................. 86

Tabel 3.5

Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2011.................................................. 87

Tabel 3.6

Klinik pelayanan KB di Indonesia menurut Provinsi, tahun 2013............ 88

Tabel 3.7

Sarana Pendidikan (sekolah) di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2008 - 2010............................................................................................... 89

Tabel 3.8

Rasio jumlah penduduk usia sekolah terhadap jumlah sekolah di Indonesia tahun 2010............................................................................... 90

Tabel 3.9

Jumlah Tenaga Guru di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2008 s/d 2010.......................................................................................................... 91

Tabel 3.10

Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Fasilitas Buang Air Besar Tahun 2011............................................................................... 92

Tabel 3.11

Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Fasilitas Air Minum Tahun 2011............................................................................................... 93

Tabel 3.12

Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Sumber Penerangan, 2012 .......................................................................................................... 94

Tabel 3.13

Persentase dan Cakupan Imunisasi pada Balita di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012................................................................................ 95

Tabel 3.14

Persentase Wanita Umur 15-49 tahun yang sedang Hamil di Indonesia menurut Provinsi Tahun 1997-2012.......................................................... 96

Tabel 3.15

Persentase yang dilahirkan di Fasilitas Kesehatan di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012.................................................................................. 97

Tabel 3.16

Persentase penolong persalinan di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012........................................................................................................... 98

Tabel 3.17

Jumlah Kumulatif Kasus HIV dan AIDS Berdasarkan Provinsi Tahun 2013 (sd Juni)............................................................................................ 99

Tabel 3.18

Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Kepandaian Membaca dan Menulis Tahun 2006 dan 2011................................................................................................... 100

Tabel 3.19

Angka Partisipasi Sekolah ( A P S ) Menurut Provinsi, 2012................... 101

Tabel 3.20

Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan Formal dan Non Formal Tahun 2011....................... 102

Tabel 3.21

Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2011................................................... 103

Tabel 3.22

Jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2009-2012........................................................................ 104

Tabel 3.23

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Provinsi, 2007 - 2011 (Juta Rupiah) ......................................................... 105

Tabel 3.24

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi, 2007 - 2011 (Juta Rupiah)........................................... 106

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii

xi

Tabel 3.25

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2010............................................................................................... 107

Tabel 3.26

Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2010............................................................................................... 108

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii

xii

PENDAHULUAN

1.1

1

LATAR BELAKANG

Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang ‘Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga’ mengamanatkan bahwa penduduk harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan terencana di segala bidang untuk menciptakan perbandingan ideal antara perkembangan kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengurangi kemampuan dan kebutuhan generasi mendatang, sehingga menunjang kehidupan bangsa. Undang-undang no. 52 tahun 2009 memberi tanggungjawab pengendalian penduduk di Indonesia kepada BKKBN, yang dirubah namanya menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Pada tahun 2012, BKKBN menetapkan visi “Penduduk Tumbuh Seimbang Tahun 2015”. Visi tersebut mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025. Kondisi penduduk tumbuh seimbang ditandai dengan angka fertilitas total (TFR) sebesar 2,1 anak per wanita atau angka reproduksi neto (NRR) sebesar 1. Misi dari BKKBN adalah mewujudkan pembangunan berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Visi dan misi tersebut akan diwujudkan melalui pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian, pengarahan mobilitas penduduk, serta pengembangan kualitas penduduk pada seluruh dimensinya. Upaya ini merupakan bagian dari upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Dalam UU No. 52 Tahun 2009 diatur pula kewenangan dan tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota untuk mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga berkualitas. Sejalan dengan paradigma pembangunan berkelanjutan, perencanaan pembangunan harus disusun berdasarkan data dan informasi kependudukan. Perencanaan pembangunan berbasis data kependudukan merupakan strategi yang penting dalam rangka meningkatkan relevansi, efektivitas serta efisiensi kebijakan dan program pembangunan di Indonesia. Penggunaan data yang akurat dalam proses perencanaan telah diatur dalam peraturan perundangan. Pada Pasal 31 UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diatur bahwa “Perencanaan pembangunan didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan”. Ketentuan tersebut ditekankan kembali pada Pasal 152 UU No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah yang menyebutkan “Perencanaan pembangunanan daerah didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Secara rinci, pada Pasal 49 UU No. 52/2009 diatur bahwa: 1) “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data dan informasi mengenai kependudukan dan keluarga”; 2) Upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui sensus, survei, dan pendataan keluarga; dan 3) Data dan informasi kependudukan dan keluarga wajib digunakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sebagai dasar penetapan kebijakan, penyelenggaraan, dan pembangunan. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

1

1.2

TUJUAN

Publikasi ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi tentang kondisi kependudukan Indonesia yang diamati dari berbagai aspek: kesehatan, pendidikan, pertanian, ketenagakerjaan dan Keluarga Berencana. 1.3

KERANGKA PIKIR

Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia secara berkelanjutan, dengan cara menyerasikan aktivitas manusia sesuai dengan kemampuan sumber alam yang menopangnya dalam suatu ruang wilayah daratan, lautan, dan udara sebagai satu kesatuan. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan tidak bisa dilepaskan dengan pemanfaatan ruang wilayah beserta potensi sumber daya yang ada bagi tujuan pembangunan manusia atau masyarakatnya itu sendiri. Agenda utama pembangunan berkelanjutan adalah upaya untuk memadukan, mengintegrasikan, dan memberi bobot yang sama bagi tiga pilar utama pembangunan, yaitu ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan hidup. Penduduk merupakan titik sentral dalam proses pembangunan berkelanjutan karena penduduk merupakan pelaku sekaligus penerima manfaat pembangunan. Konsep ini diterjemahkan lebih lanjut dalam konsep “pembangunan berwawasan kependudukan”. Gambar 1.1 Kerangka Pikir Hubungan antara Dinamika Kependudukan dan Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berwawasan kependudukan, yaitu pembangunan yang berpusat pada penduduk (people-centered development), adalah pembangunan yang direncanakan dengan memperhatikan kondisi dan dinamika penduduk. Semua perencanaan pembangunan harus ‘population responsive’, yaitu memperhatikan dan mempertimbangkan data dan informasi kependudukan secara lengkap, mulai dari jumlah, pertumbuhan, struktur umur, persebaran, maupun kualitas penduduk. Di sisi lain, pemerintah juga harus mampu merumuskan kebijakan pengelolaan kependudukan agar tercapai kondisi kependudukan yang kita harapkan (population-influencing policies).

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

2

1.4

SUMBER DATA

Data yang digunakan untuk menyusun Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia dikumpulkan dari berbagai sumber yang telah dipublikasikan, seperti: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, Sensus Penduduk, Sakernas, Profil Kesehatan Indonesia, Profil Anak Indonesia, Statistik Kesejahteraan Rakyat, Human Development Report, Statistik Indonesia, Pelayanan Kontrasepsi. Disamping itu beberapa data yang disajikan juga merupakan data proyeksi sementara yang dihitung oleh Direktorat Perencanaan Pengendalian Penduduk pada tahun 2013.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

3

2

DINAMIKA PENDUDUK 2.1 Kuantitas Penduduk 2.1.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jumlah Penduduk

Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) tahun 1971-2010, jumlah penduduk Indonesia mengalami kenaikan menjadi dua kali lipat selama hampir 40 tahun dari sekitar 118 juta pada tahun 1971 menjadi 237 juta pada tahun 2010 (Lihat Tabel 2.1). Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Kelompok Umur

Jenis Kelamin Laki-Laki

Perempuan

Jumlah

%

0-4

11.662.369

11.016.333

22.678.702

9,5

5-9

11.974.094

11.279.386

23.253.480

9,8

10-14

11.662.417

11.008.664

22.671.081

9,5

15-19

10.614.306

10.266.428

20.880.734

8,8

20-24

9.887.713

10.003.920

19.891.633

8,4

25-29

10.631.311

10.679.132

21.310.443

9,0

30-34

9.949.357

9.881.328

19.830.685

8,3

35-39

9.337.517

9.167.614

18.505.131

7,8

40-44

8.322.712

8.202.140

16.524.852

7,0

45-49

7.032.740

7.008.242

14.040.982

5,9

50-54

5.865.997

5.695.324

11.561.321

4,9

55-59

4.400.316

4.048.254

8.448.570

3,6

60-64

2.927.191

3.131.570

6.058.761

2,5

65-69

2.225.133

2.468.898

4.694.031

2,0

70-74

1.531.459

1.924.872

3.456.331

1,5

75-79

842.344

1.135.561

1.977.905

0,8

80-84

481.462

661.708

1.143.170

0,5

85+

282.475

431.039

713.514

119.630.913

118.010.413

237.641.326

Total

0,3 100,0

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 2010

Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki tercatat sebanyak 119.630.913 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 118.010.413 jiwa. Menurut kelompok umur, jumlah penduduk usia 0-4 tahun sebanyak 22.678.702 jiwa (9,54 persen), sedangkan penduduk usia 15-64 tahun sebanyak 156.982.218 jiwa (66 persen), dan kelompok penduduk usia 65 tahun keatas sebanyak 12.062.388 jiwa (5,1 persen).

Laju Pertumbuhan Penduduk Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dari periode 1971-1980 menurun dari 2,33 persen menjadi 1,44 persen pada periode 1990-2000. Penurunan sampai dengan 1,44 persen tersebut masih memperhitungkan Provinsi Timor-Timur sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), apabila provinsi Timor-Timur PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

4

dikeluarkan maka LPP Indonesia diperkirakan berada pada angka 1,40 persen (Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Indonesia, BPS, 2011 Hal. 26). Pada periode 2000-2010 Laju pertumbuhan penduduk mengalami kenaikan menjadi 1,49 persen. Gambar 2.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010

Berdasarkan wilayah, LPP tertinggi menurut SP tahun 2010 berada pada provinsi Papua (5,39 persen) dan terendah di provinsi Jawa Tengah (0,37 persen). LPP menurut provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.1.

2.1.2 Perubahan Struktur Umur menurut Jenis Kelamin Penduduk Piramida Penduduk Tren Piramida penduduk Indonesia tahun 1971 sampai dengan 2010 menggambarkan perubahan struktur umur penduduk Indonesia. Bentuk Piramida Penduduk berubah menjadi tipe expansive pada tahun 2010 dimana jumlah penduduk usia muda lebih banyak daripada usia dewasa maupun tua. Gambar 2.2 Piramida Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

5

Pada piramida penduduk tahun 2010, kelompok umur 20-24 tahun menunjukkan keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) pada tahun 1990. Apabila dibandingkan dengan kelompok umur di bawahnya (0-19 tahun) terlihat adanya peningkatan kelahiran pada periode setelah tahun 1990. Selain itu, bagian puncak piramida menunjukkan peningkatan pada jumlah penduduk lanjut usia (lihat Gambar 2.2). Distribusi Penduduk Menurut 3 Kelompok Umur Besar Meskipun secara absolut jumlah penduduk usia muda (umur 0-14 tahun) mengalami kenaikan, akan tetapi persentasenya terus mengalami penurunan yakni dari 30,44 persen pada SP tahun 2000, menjadi 28,87 persen pada SP tahun 2010. Disisi lain, penduduk usia produktif (umur 15-64 tahun) persentasenya mengalami peningkatan, yakni dari 65,03 persen pada tahun 2000 menjadi 66,09 persen pada tahun 2010. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap turunnya rasio ketergantungan (bonus demografi) dan membuka jendela peluang dalam bidang ekonomi sebagai akibat melonjaknya penduduk usia produktif serta menurunnya penduduk usia tidak produktif. Gambar 2.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan 3 Kelompok Umur Besar Tahun 2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 2010

Penduduk usia lanjut (umur 65+) juga mengalami peningkatan dari 4,53 persen pada tahun 2000 menjadi 5,04 persen pada tahun 2010. Persentase ini diproyeksikan akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup, sehingga akan berdampak pada peningkatan rasio ketergantungan. Rasio Ketergantungan Tren rasio ketergantungan secara nasional mengalami penurunan dari data SP 1971 yaitu 86,86 per 100 orang usia produktif menjadi 51,31 per 100 orang usia produktif pada tahun 2010. Kondisi ini menggambarkan banyaknya jumlah penduduk yang harus ditanggung oleh penduduk usia kerja telah mengalami penurunan.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

6

Gambar 2.4 Rasio Ketergantungan Tahun 1971- 2010

BONUS DEMOGRAFI

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010

Tingkat rasio ketergantungan di wilayah provinsi pada saat ini berbeda-beda, provinsi DKI Jakarta dengan tingkat rasio ketergantungan terendah pada tahun 2010 yakni 36,94 per 100 orang. Sebaliknya pada Provinsi NTT dengan rasio ketergantungan 73,21 per 100 orang usia produktif masih belum memasuki peluang dimaksud. Disparitas tingkat rasio ketergantungan pada provinsi ini dipengaruhi oleh tingkat kelahiran dan kematian pada masing-masing provinsi. Lihat lampiran Tabel 2.2 untuk rasio ketergantungan menurut Provinsi. Banyaknya jumlah penduduk pada kelompok usia produktif dibandingkan kelompok usia non-produktif dapat memberikan manfaat bagi pembangunan nasional terutama pada sektor ekonomi. Akan tetapi untuk memanfaatkan kondisi tersebut, kualitas SDM harus ditingkatkan secara maksimal antara lain melalui pendidikan, pelayanan kesehatan dan penyediaan lapangan pekerjaan. Hasil perhitungan sementara Direktorat Perencanaan Pengendalian Penduduk BKKBN pada tahun 2013 menunjukkan bahwa window of opportunity di Indonesia diperkirakan terjadi pada rentang waktu tahun 2020 sampai tahun 2035, dengan nilai rasio ketergantungan terendah berada pada tahun 2020 sampai dengan tahun 2030 yakni 46,28 serta 46,29 per 100 orang usia produktif (lihat pada fokus Gambar 2.4). Gambar 2.5 Proyeksi Rasio Ketergantungan Tahun 2015 - 2035 100 90

86,86 79,08

80

67,84

70 60

53,51

50

43,96

55,84

40,91

40

65,03

59,58 53,78

36,65 30,44

30

66,09

67,09

68,36

BO NUS DEM O GRAFI

51,31

49,05

28,87

27,44

68,43

68,35

67,88

WINDO W O F O P P O RTUNITY

46,13

46,29

47,30

25,46

24,14

22,76

21,72

6,18

7,43

8,88

2025

2030

46,28

20 10

2,52

3,25

3,77

4,53

1971

1980

1990

2000

5,04

5,47

2010

2015

10,39

0 < 15 Th

15-64 Th

2020 64+

2035

DR

Sumber data: SP 1971-2010 Perhitungan sementara Ditrenduk, BKKBN Tahun 2013

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

7

Rasio Jenis Kelamin (sex ratio) Para Demografer menyatakan bahwa perbandingan antara bayi laki-laki dengan bayi perempuan pada waktu lahir berkisar antara 103-105 bayi laki-laki per 100 bayi perempuan (LDUI, 2010 Hal. 32). Berdasarkan hasil sensus penduduk rasio jenis kelamin meningkat dari 97,18 orang laki-laki berbanding 100 orang perempuan pada tahun 1971 menjadi 101 orang lakilaki berbanding 100 orang perempuan pada tahun 2010. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa jumlah laki-laki di Indonesia lebih besar dibandingkan dengan jumlah perempuan. Gambar 2.6 Tren Rasio Jenis Kelamin di Indonesia tahun 1971-2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010

Besar kecilnya Rasio Jenis kelamin pada suatu daerah dipengaruhi oleh pola Mortalitas atau pola Migrasi. Provinsi Papua dengan Rasio Jenis Kelamin tertinggi tahun 2010 yakni 113 orang laki-laki berbanding 100 orang perempuan, diperkirakan terjadi karena banyaknya penduduk laki-laki yang masuk untuk bekerja pada sektor pertambangan. Sedangkan pada Provinsi NTB dengan Rasio Jenis Kelamin terendah tahun 2010 yakni 94 orang laki-laki per 100 orang perempuan, diperkirakan terjadi karena banyaknya penduduk laki-laki yang keluar dari wilayah tersebut untuk bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Luar Negeri. Lebih lanjut tentang rasio jenis kelamin menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.3

2.1.3 Persebaran Penduduk Persebaran Penduduk Secara demografis persebaran penduduk di Indonesia juga tidak merata. Sebagian besar penduduk Indonesia berdasarkan SP tahun 2010 menghuni pulau Jawa (57,5 persen) serta sebagian kecil berada di pulau Maluku dan Papua (2,6 pesen).

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

8

Gambar 2.7 Persebaran Penduduk di Indonesia Tahun 1971-2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010

Dalam waktu lima dekade terlihat adanya pengurangan persentase penduduk yang bertempat tinggal di pulau Jawa yaitu dari 63,9 persen pada tahun 1971 menjadi 57,5 persen tahun 2010. Hal ini diikuti dengan kenaikan persentase penduduk yang bertempat tinggal di pulau Sumatera dari 17,6 persen pada tahun 1971 menjadi 21,3 persen pada tahun 2010. Dengan demikian, seperti terlihat pada Gambar 2.6, kecenderungan migrasi keluar sebagian besar menuju pulau Sumatera, sedangkan di wilayah lainnya relatif tetap. Urbanisasi Urbanisasi menunjukkan persentase penduduk suatu wilayah yang tinggal di daerah perkotaan. Proses urbanisasi bukan hanya proses perpindahan penduduk dari perdesaan ke perkotaan, namun juga termasuk pertumbuhan alamiah penduduk perkotaan, perluasan wilayah perkotaan maupun perubahan status wilayah dari daerah perdesaan ke perkotaan. Gambar 2.8 Urbanisasi di Indonesia Tahun 1990-2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1990, 2000, 2010

Persentase penduduk di daerah perkotaan meningkat dari 42,1 persen pada tahun 2000, menjadi 49,8 persen pada tahun 2010. Angka ini diproyeksikan akan terus meningkat terutama untuk beberapa provinsi khususnya Jawa dan Bali.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

9

Provinsi DKI jakarta sebagai Ibu Kota Negara memiliki tingkat urbanisasi tertinggi, sementara provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi provinsi dengan tingkat urbanisasi terendah tahun 2010 yakni sebesar 19,3 persen. Lebih lanjut tentang Urbanisasi menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.4. Kepadatan Penduduk Data kepadatan penduduk berdasarkan data SP, mengalami peningkatan dari 107 jiwa per km2 pada tahun 2000, menjadi 124 jiwa per km2 pada tahun 2010. Kepadatan penduduk Indonesia antara provinsi yang satu dengan provinsi yang lain tidak seimbang. Sebagian besar penduduk Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa. Padahal, luas wilayah pulau Jawa hanya 6,8 persen dari luas wilayah negara Indonesia. Gambar 2.9 Kepadatan Penduduk di Indonesia Tahun 1971-2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010

Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, tampaknya menjadi daya tarik masyarakat untuk mencari kehidupan ekonomi yang lebih baik sehingga memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu 14,469 jiwa per km2. Sedangkan, provinsi dengan tingkat kepadatan terendah adalah Papua Barat dengan tingkat kepadatan hanya 8 jiwa per km2. Lihat lampiran Tabel 2.5 untuk kepadatan penduduk menurut Provinsi. 2.2 Fertilitas dan Faktor yang Mempengaruhi 2.2.1 Kecenderungan dan Pola Fertilitas Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) Angka Kelahiran Kasar (CBR) menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Angka kelahiran kasar di Indonesia mengalami kenaikan dari 17,4 kelahiran per 1000 penduduk (SP 2000) menjadi 17,9 kelahiran per 1000 penduduk (SP 2010).

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

10

Sementara menurut hasil SDKI, Angka Kelahiran Kasar Indonesia terus mengalami penurunan dari 25,1 pada survey tahun 1991, menjadi 20,4 pada tahun 2012. Gambar 2.10 Angka Kelahiran Kasar di Indonesia

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1990, 2000 dan 2010 SDKI 1991, 1994, 1997, 2002, 2007, 2012

Berdasarkan wilayah, angka kelahiran Kasar tertinggi menurut SP 2010 berada pada Provinsi Kepulauan Riau yakni 22,5 kelahiran per 1000 penduduk dan terendah pada provinsi DI Yogyakarta yakni 14,4 per 1000 penduduk (data Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.6). Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR) Berdasarkan data SDKI, TFR nasional mengalami penurunan dari 3,03 anak per wanita usia subur pada tahun 1991 menjadi 2,60 anak per wanita usia subur pada tahun 2002/2003. Sejak periode tahun 2002/2003 angka fertilitas total hanya mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan survey terakhir tahun 2012 yakni menjadi 2,59 anak per wanita usia subur. Menurut SDKI 2012, TFR tertinggi terdapat di provinsi Papua Barat (3,70 anak per wanita usia subur) dan TFR terendah di provinsi DIY Jogjakarta (2,10 anak per wanita usia subur). Lebih lanjut tentang TFR menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.7. Gambar 2.11 TFR Indonesia Tahun 1991-2012

Sumber data : SDKI 1991, 1994, 1997, 2002, 2007, 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

11

Angka Fertilitas Menurut Kelompok Umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR) ASFR adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran per 1.000 perempuan pada kelompok umur tertentu antara 15-49 tahun. Data tren Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukan ada pergeseran puncak ASFR dari kelompok umur 20-24 tahun pada tahun 1991 menjadi 25-29 tahun pada tahun 2012. Pada tahun 2012, jumlah kelahiran pada kelompok umur 25-29 tahun adalah 143 per 1000 perempuan 25-29 tahun. Sedangkan kelompok umur dengan jumlah kelahiran terendah adalah kelompok umur 45-49 tahun yakni 4 per 1000 perempuan 45-49 tahun. Tabel 2.2 Fertilitas Menurut Kelompok Umur Tahun 1991- 2012 Kel. Umur Wanita (Age Group)

1991

1994

2002/’03

1997

2007

2012

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 TFR

67 162 157 117 73 23 7 3,03

61 148 150 109 68 31 4 2,85

62 143 149 108 66 24 6 2,79

51 131 143 99 66 19 4 2,56

51 135 134 108 65 19 6 2,59

48 138 143 103 62 21 4 2,59

Sumber data: SDKI Tahun 1991, 1994, 1997, 2002/2003, 2007 dan 2012

Secara umum, ASFR di daerah perkotaan lebih rendah dari perdesaan, hal ini terlihat dari adanya perbedaan pada pola kelahiran, dimana puncak kelahiran di perkotaan terjadi pada kelompok usia 25-29 tahun, sedangkan di perdesaan terjadi pada kelompok usia 20-24 tahun. Namun demikian yang perlu diperhatikan adalah ASFR kelompok usia 15-19 tahun di Desa, dimana pada tahun 2012 kondisinya masih sangat tinggi yakni sebesar 69, angka tersebut lebih dari 2 kali lipat bila dibandingkan dengan ASFR 15-19 tahun di kota yaitu sebesar 32. Tabel 2.3 Fertilitas Menurut Kelompok Umur dan Tempat Tinggal Tahun 1997-2012 Kelompok Umur Wanita (Age Group)

Kota

Desa

Kota

Desa

Kota

Desa

Kota

Desa

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

1997

2002/03

2007

2012

15-19

32

79

41

63

26

74

32

69

20-24

112

158

119

144

116

153

121

156

25-29

143

152

143

144

138

131

145

141

30-34

113

105

103

95

104

110

108

98

35-39

62

67

64

68

59

70

59

64

40-44

17

27

18

21

17

21

22

20

45-49

1

7

2

5

4

7

3

6

Total

480

595

490

540

464

566

490

554

TFR

2,40

2,98

2,45

2,70

2,32

2,83

2,45

2,77

Sumber Data : SDKI Tahun 1997, 2002/03, 2007, dan 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

12

Rasio Anak terhadap Wanita (Child Woman Ratio/CWR) Rasio anak terhadap wanita menggambarkan perbandingan antara jumlah anak di bawah lima tahun (0-4 tahun) terhadap 1000 penduduk perempuan usia 15-49 tahun. Berdasarkan data SP, tren rasio anak terhadap wanita usia subur mengalami penurunan dari 667 per 1000 wanita usia subur pada tahun 1971 menjadi 348 per 1000 wanita usia subur di tahun 2010. Gambar 2.12 Rasio Anak terhadap Wanita Tahun 1971 – 2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010

Berdasarkan wilayah, Provinsi Maluku merupakan Provinsi dengan Rasio Anak terhadap Wanita tertinggi menurut hasil SP 2010 yakni 484 per 1000 wanita usia subur, sedangkan DI Yogyakarta menjadi Provinsi dengan Rasio Anak terhadap Wanita terendah yakni 272 per 1000 wanita usia subur. Lihat lampiran Tabel 2.8 untuk CWR menurut Provinsi. 2.2.2 Pola Perkawinan Umur Kawin Pertama Perempuan (Singulate Mean Age at First Marriage/SMAM) SMAM adalah perkiraan/estimasi rata-rata umur kawin pertama berdasarkan jumlah penduduk yang tetap lajang (belum kawin). SMAM Indonesia berdasarkan SP tahun 2010 adalah 22,3 tahun, angka tersebut menurun dibandingkan hasil SP 2000 yang hanya 22,5 tahun. Gambar 2.13 Rata-rata Umur Kawin Pertama Perempuan Tahun 1980 – 2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1990, 2000 dan 2010 Sumber SMAM 1980: Indonesia Assessment-Population and Human Resources, Gavin W. Jones,Terence H. Hull, Hal.2

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

13

SMAM tertinggi untuk wilayah provinsi berdasarkan SP 2010 terdapat pada Provinsi Kepulauan Riau yakni 24,4 tahun, sedangkan angka terendah berada pada Provinsi Kalimantan Tengah yakni 21,0 tahun. Lihat lampiran Tabel 2.9 untuk SMAM menurut Provinsi. Median Usia Kawin Pertama Usia kawin pertama adalah usia saat wanita melakukan perkawinan secara hukum dan biologis yang pertama kali. Usia kawin pertama yang dilakukan oleh setiap wanita memiliki resiko terhadap persalinannya. Semakin muda usia kawin pertama seorang wanita, maka semakin besar resiko yang dihadapi bagi keselamatan ibu maupun anak. Selain itu, usia kawin pertama juga berpengaruh besar pada tingkat fertilitas wanita maupun jumlah penduduk, sebagai akibat dari lamanya waktu reproduksi wanita. Gambar 2.14 Median Usia Kawin Pertama Wanita Tahun 1991-2007

Sumber data: SDKI 1991, 1994, 1997, 2002-03, 2007, 2012

Hasil SDKI tahun 2007 menunjukkan median usia kawin pertama berada pada usia 20,1 tahun, angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan hasil SDKI 2002-2003 yakni 19,8 tahun (lihat gambar 2.13). Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SDKI 2007 menempati posisi terendah usia kawin pertama wanita yakni pada usia 18,7 tahun, sedangkan DKI Jakarta menempati angka tertinggi yakni 22,5 tahun. Lebih jelas tentang Median Usia Kawin Pertama menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.10. 2.2.3 Kesertaan ber KB 2.2.3.1 Pasangan Usia Subur (PUS) Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami-istri yang istrinya berumur antara 15 – 49 tahun, dan secara operasional pula pasangan suami-istri yang istri berumur kurang dari 15 tahun dan telah kawin atau istri berumur lebih dari 49 tahun tapi belum menopause (BKKBN, 2007). Tingkat kesertaan ber-KB diukur dari angka persentase PUS yang menjadi peserta KB.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

14

Data BKKBN menunjukkan Pasangan Usia Subur di Indonesia berjumlah 37.766.883 pada tahun 2000, angka tersebut terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yakni 46.315.818 pada tahun 2010 dan 48.370.542 pada tahun 2012. Tabel 2.4 Pasangan Usia Subur (Ribuan) Tahun 2000-2012

Tahun

PUS

2000

37.766.883

2010

46.315.818

2011

47.326.142

2012

48.370.542

Sumber data: Biren dan Ditlaptik, BKKBN

2.2.3.2 Contraceptive Prevalence Rate dan Mix Kontrasepsi Pengetahuan Mengenai Alat/Cara KB Tabel 2.5 menunjukkan pengetahuan tentang metode kontrasepsi untuk semua wanita, wanita pernah kawin dan pria berstatus kawin. Hampir semua wanita dan wanita pernah kawin di Indonesia (98 persen dan 99 persen) pernah mendengar dan mengetahui paling tidak satu alat/cara KB. Persentase ini relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan sejak SDKI 2007. Suntikan dan pil merupakan alat/cara KB yang paling dikenali dan diketahui oleh wanita di Indonesia 96 persen. Diantara metode kontrasepsi modern, kontrasepsi darurat yang diketahui adalah diafragma dan metode amenore laktasi (MAL). Secara umum, pria kurang mengetahui tentang metode kontrasepsi tertentu daripada wanita, kecuali untuk kontrasepsi kondom dimana pengetahuan pria lebih tinggi daripada wanita. Tabel 2.5 Pengetahuan Tentang Alat/Cara KB

Metode Suatu Alat/Cara KB Cara KB Modern Sterilisasi Wanita Sterilisasi Pria Pil IUD Suntikan Susuk KB Kondom Diafragma Metode Amenore Laktasi (MAL) Kontrasepsi Darurat Cara KB tradisional Jumlah wanita /pria

Semua Wanita 98.0

Wanita Berstatus Menikah 99.0

Wanita Umur Subur belum Menikah 90.7

Pria Berstatus Kawin 97.3

98.0 61.4 33.7 95.6 75.8 95.9 81.8 83.1 10.7 21.6 11.0

98.9 67.0 37.7 97.3 82.3 98.0 89.0 84.4 10.5 23.8 11.3

89.0 44.4 25.4 87.7 68.2 83.0 54.1 84.9 9.5 22.8 10.6

97.2 40.3 30.6 93.0 65.1 92.5 63.1 87.0 7.8 7.7 6.9

56.8 45,607

62.6 33,465

62.9 34

46.7 9,306

Sumber data: SDKI 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

15

Pemakaian Kontrasepsi dan Kecenderungannya Tabel 2.6 menunjukkan bahwa 62 persen wanita berstatus kawin menggunakan kontrasepsi. Metode tradisional tidak umum digunakan di Indonesia; 58 persen wanita berstatus kawin umur 15-49 yang menggunakan metode kontrasepsi modern dan 4 persen wanita berstatus kawin menggunakan metode tradisional. Suntik KB adalah metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan, diikuti oleh pil (masing-masing sebesar 32 persen dan 14 persen). Program yang mendorong partisipasi pria untuk ber-KB telah dilakukan selama beberapa tahun, namun penggunaan metode kontrasepsi ini masih rendah. Hanya sedikit wanita berstatus kawin umur 15-49 tahun yang suaminya menggunakan kondom pria dan sanggama terputus (masing-masing 2 persen), dan 1 persen menggunakan pantang berkala. Selanjutnya, tingkat penggunaan sterilisasi pria masih kurang dari 1 persen. Tabel 2.6 Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini : Wanita

Tabel 2.6 Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini pada Wanita

Umur 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 Total 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 Total

Cara Modern Cara Tradisional Suatu Suatu Suatu cara Sterilisasi Sterilisasi Susuk cara Pantang Sanggama cara modern wanita Pria Pil IUD Suntik KB Kondom MAL Lainnya tradisional berkala terputus Lainnya Semua wanita 6.3 6.2 0.0 0.0 1.2 0.1 4.9 0.1 0.0 0.0 0.0 0.1 0.0 0.1 0.0 36.2 35.4 0.0 0.0 6.5 1.2 25.5 1.6 0.6 0.0 0.0 0.8 0.1 0.6 0.1 55.0 52.2 0.2 0.0 11.2 2.1 34.2 2.8 1.7 0.0 0.0 2.7 0.7 1.9 0.1 60.2 56.7 1.3 0.1 13.4 3.4 32.7 3.6 2.0 0.1 0.0 3.6 1.1 2.1 0.3 62.9 57.9 3.8 0.2 14.3 4.2 29.5 3.8 2.0 0.0 0.0 5.0 1.5 3.1 0.4 58.6 53.5 5.8 0.1 13.7 5.2 23.5 3.6 1.5 0.0 0.0 5.1 2.0 2.4 0.6 39.8 36.3 7.0 0.5 9.4 5.1 11.6 1.5 1.1 0.0 0.0 3.6 1.3 1.7 0.5 45.7 42.7 2.4 0.1 10.0 3.0 23.5 2.4 1.3 0.0 0.0 3.0 1.0 1.7 0.3 Wanita berstatus kawin 48.1 47.6 0.0 0.0 8.8 0.9 37.3 0.6 0.0 0.1 0.0 0.4 0.1 0.3 0.1 60.5 59.3 0.0 0.0 10.9 2.0 42.7 2.6 0.9 0.1 0.0 1.3 0.2 1.0 0.1 63.6 60.4 0.3 0.0 12.9 2.4 39.6 3.2 2.0 0.0 0.0 3.1 0.8 2.2 0.1 65.7 61.8 1.4 0.1 14.7 3.6 35.7 3.9 2.2 0.1 0.0 3.9 1.2 2.3 0.3 68.1 62.7 4.1 0.2 15.6 4.4 32.0 4.1 2.2 0.0 0.0 5.4 1.7 3.3 0.5 65.2 59.5 6.3 0.1 15.4 5.5 26.4 4.0 1.7 0.0 0.0 5.7 2.3 2.7 0.7 45.8 41.6 7.7 0.5 10.9 5.8 13.6 1.7 1.3 0.0 0.0 4.2 1.5 2.0 0.6 61.9 57.9 3.2 0.2 13.6 3.9 31.9 3.3 1.8 0.0 0.0 4.0 1.3 2.3 0.4

Tidak Jumlah pakai Total wanita 93.7 100.0 63.8 100.0 45.0 100.0 39.8 100.0 37.1 100.0 41.4 100.0 60.2 100.0 54.3 100.0

6,927 6,305 6,959 6,876 6,882 6,252 5,407 45,607

51.9 100.0 39.5 100.0 36.4 100.0 34.3 100.0 31.9 100.0 34.8 100.0 54.2 100.0 38.1 100.0

890 3,754 6,000 6,285 6,331 5,572 4,633 33,465

Sumber: SDKI SDKI 20122012 Sumber data:

Pemakaian Kontrasepsi Menurut Karakteristik Latar Belakang Tabel 2.7 menunjukkan bahwa angka prevalensi kontrasepsi hampir sama di daerah perkotaan dan pedesaan (62 persen). Suntik KB digunakan oleh wanita perkotaan dan perdesaan, tetapi wanita di perdesaan memiliki persentase penggunaan suntik KB yang lebih besar daripada wanita di perkotaan (masing-masing 35 persen dan 28 persen). Penggunaan metode kontrasepsi juga bervariasi menurut tingkat pendidikan. Suntik KB merupakan metode yang paling populer pada semua kategori pendidikan wanita. IUD, kondom dan sterilisasi wanita lebih banyak digunakan oleh wanita berstatus kawin dengan tingkat pendidikan lebih tinggi. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

16

Tabel 2.7 Pemakaian kontrasepsi masa kini menurut karakteristik latar belakang wanita berstatus kawin

Sumber data: SDKI 2012

Gambar 2.14 menunjukkan pemakaian alat/cara KB meningkat hampir 1 persen per tahun selama periode sebelas tahun antara SDKI tahun 1991 dan SDKI tahun 2002-2003. Selama satu dekade setelah SDKI tahun 2002-2003, peningkatan pemakaian alat/cara KB kurang dari 2 persen. Gambar 2.15 Pemakaian Alat/Cara KB (CPR)

Sumber data: SDKI 1991, 1994, 1997, 2002-03, 2007, 2012

Gambar 2.15 menunjukkan tingkat popularitas beberapa metode kontrasepsi modern. Penggunaan IUD terus menurun selama 20 tahun terakhir, dari 28,3 persen pada tahun 1991 dan saat ini sebesar 6,7 persen. Di sisi lain, penggunaan suntikan meningkat dari 24,9 persen pada tahun 1991 menjadi 55,1 persen pada 2012. Sementara pil adalah metode modern yang paling umum digunakan pada tahun 1991 dan tahun 1994, serta suntik KB

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

17

merupakan metode kontrasepsi modern yang paling populer digunakan sejak SDKI tahun 1997. Gambar 2.16 Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Metode Kontrasepsi Modern

Sumber data: SDKI 2012

Biaya Pemakaian Kontrasepsi Berdasarkan SDKI 2012 sebanyak 23 persen dari seluruh pemakai kontrasepsi memperoleh cara atau alat kontrasepsi dari tempat pelayanan pemerintah, dan sebagian besar dari mereka (16 persen) membayar untuk metode dan jasa pelayanannya. Tabel 2.8 Sumber Pembiayaan Kontrasepsi

Sumber data: SDKI 2012

Kemandirian pemakaian kontrasepsi menurut SDKI 2012 dua persen lebih rendah dibandingkan dengan SDKI 2007 (masing-masing 89 persen dan 91 persen). Pemakai kontrasepsi suntik, pil dan kondom cenderung membayar dalam mendapatkan alat/obat kontrasepsinya (masing-masing 96 persen, 95 persen dan 95 persen) dibandingkan pemakai alat/cara kontrasepsi lain. Dua per tiga dari pemakai IUD, 62 persen pemakai sterilisasi pada wanita dan 55 persen dari pemakai implan membayar untuk mendapatkan alat/metode kontrasepsinya.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

18

Tabel 2.8 juga menjelaskan tentang sumber pelayanan kontrasepsi yang dikategorikan kedalam 3 tempat pelayanan yakni Pemerintah, Swasta, dan Lainnya. Pelayanan kontrasepsi ini diarahkan pada kemandirian dan partisipasi sektor swasta. Gambar 2.17 Sumber Pelayanan Kontrasepsi di IndonesiaTahun 2012

Sumber data: SDKI 2012

Gambar 2.16 menunjukkan beberapa alat/cara KB masih menjadi domainnya pemerintah seperti sterilisasi wanita dan pria, selebihnya kebanyakan dilayani oleh pihak swasta. Sedangkan alat kontrasepsi yang dapat diperoleh di toko obat adalah pil dan kondom. 2.2.3.3 Kebutuhan Pelayanan Kontrasepsi yang tidak Terpenuhi (Unmet Need) Unmet need menggambarkan persentase wanita usia subur yang tidak menggunakan alat/cara kontrasepsi namun menginginkan penundaan kehamilan (penjarangan sampai dengan 24 bulan) atau berhenti sama sekali (pembatasan). Gambar 2.18 Unmet Need di Indonesia Tahun 1991-2012

Sumber data: SDKI 1991, 1994, 1997, 2002-’03, 2007, 2012

Definisi unmet need pada SDKI tahun 2012 mengalami perubahan dari definisi SDKI tahun 2007. Dalam rangka menyediakan data yang dapat dibandingkan, maka telah dilakukan perhitungan total unmet need dengan menggunakan definisi baru. Hasilnya terjadi penurunan unmet need pada wanita berstatus PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

19

kawin umur 15-49 dari 17.0 persen pada tahun 1991, turun menjadi 15,3 persen pada tahun 1994, dan 11,4 persen pada tahun 2012. Menurut SDKI 2012, kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) pada wanita berstatus kawin umur 15-49 tahun adalah 11,4 persen; 5 persen untuk penundaan kelahiran, dan 6,9 persen untuk membatasi kelahiran. Unmet need Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 2.11.

2.2.3.4 Alasan Tidak Memakai Kontrasepsi Sebagian besar wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi pada saat survey berkaitan dengan alasan fertilitas yaitu sebesar 40,2 persen. Diantara mereka 19,1 persen adalah yang telah memasuki masa menopause, 9,2 persen ingin memiliki anak banyak, 7,4 persen abstinensi, 3 persen tidak subur dan fatalistic 1,6 persen (lihat Gambar 2.18). Gambar 2.19 Alasan tidak ingin memakai Kontrasepsi

Sumber data: SDKI 2012

Adapun wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi berkaitan dengan alasan atau cara KB sebesar 23,4 persen, dimana 11,5 persen dari mereka adalah yang takut dengan efek samping, 7,8 persen berkaitan dengan masalah kesehatan, 2,3 persen merasa tidak nyaman menggunakan alat kontrasepsi, 1 persen menjadi gemuk atau kurus, dan selebihnya karena alasan kurangnya akses dan biaya yang terlalu mahal. 2.2.3.5 Median lama dan frekuensi menyusui secara eksklusif Secara umum median lama menyusui di Indonesia adalah selama 21,4 bulan, dengan durasi meannya selama 20,5 bulan. Namun demikian median durasi ASI eksklusif kurang dari 1 bulan dengan durasi meannya 3 bulan. Seperti dapat dilihat pada Gambar 2.19. Lampiran Tabel 2.12 untuk melihat Median lama menyusui menurut Provinsi.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

20

Gambar 2.20 Rata-rata pemberian Asi Eksklusif untuk Semua Anak (bulan)

Sumber data: SDKI 2012

2.3 Mortalitas dan Faktor yang Mempengaruhi 2.3.1 Kecenderungan dan Pola Mortalitas Kematian Kasar (Crude Death Rate/CDR) Estimasi angka Kematian Kasar berdasarkan United Nation (UN) Population Prospect menurun dari 13 per 1000 penduduk pada periode tahun 1970 sampai dengan 1975, menjadi 6 per 1000 penduduk pada periode tahun 2005 sampai dengan 2010. Penurunan angka kematian kasar ini memberikan gambaran peningkatan kesejahteraan penduduk, sebagai dampak dari kemajuan di bidang kesehatan. Gambar 2.21 Estimasi Kematian Kasar di Indonesia

Sumber data: World Population Prospects The 2012 Revision, UN

Angka Kematian Bayi (Infant MortaIity Rate/IMR) Kematian bayi menggambarkan peluang untuk meninggal antara kelahiran dan sebelum mencapai umur tepat satu tahun. Angka kematian Bayi dapat dibagi menjadi dua bagian yakni kematian neonatum dan post-neonatum. Kematian Neonatum menggambarkan peluang untuk meninggal dalam bulan pertama setelah lahir, sedangkan kematian post-neonatum menggambarkan peluang untuk setelah bulan pertama tetapi sebelum umur tepat satu tahun. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

21

Gambar 2.22 Angka Kematian Bayi dan Anak Tahun 1991-2012

Sumber data: SDKI Tahun 1991, 1994, 1997, 2002, 2007 dan 2012

Kematian bayi berusia di bawah satu tahun menurun dari 67,8 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Berdasarkan data provinsi kasus kematian bayi tertinggi terdapat di Papua Barat (74 per 1000 kelahiran hidup) dan terendah di provinsi Kalimatan Timur (21 per 1000 kelahiran hidup). Lihat Lampiran Tabel 2.13 untuk Angka Kematian Bayi menurut Provinsi. Angka Kematian Anak (1-4 Tahun) Kematian anak menggambarkan peluang untuk meninggal antara umur satu tahun dan sebelum tepat lima tahun. Gambar 2.21 menunjukan bahwa kematian anak usia 1-4 tahun telah turun sejak tahun 1991, dari 31,7 per 1000 kelahiran anak usia 1-4 tahun menjadi 9 per 1000 kelahiran anak usia 1-4 tahun pada tahun 2012. Provinsi dengan angka kematian anak usia 1-4 tahun tertinggi adalah Papua (64 per 1000 anak usia 1-4 tahun) dan terendah adalah Jambi (3 per 1000 anak usia 1-4 tahun). Lihat Lampiran Tabel 2.13 untuk Angka Kematian Anak menurut Provinsi.

Angka Kematian Balita (Under Five Mortality Rate/U5MR) Kematian balita menggambarkan peluang untuk meninggal antara kelahiran dan sebelum umur tepat lima tahun. Pada tahun 1991, kasus kematian balita adalah sebanyak 97,4 per 1000 anak usia dibawah 5 tahun. Angka tersebut terus menurun mencapai 40 per 1000 anak usia dibawah 5 tahun pada tahun 2012. Provinsi dengan angka kematian balita tertinggi adalah Papua (115 per 1000 anak usia dibawah 5 tahun) dan terendah adalah Riau (28 per 1000 anak usia dibawah 5 tahun). Lihat Lampiran Tabel 2.13 untuk Angka Kematian Balita menurut Provinsi.

Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate/MMR) Kasus Kematian Ibu yang disebabkan karena komplikasi kehamilan dan kelahiran anak di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan data SDKI, angka kematian ibu mengalami tren penurunan dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007 yakni 390 per 100,000 kelahiran hidup pada tahun 1994, kemudian turun menjadi 228 per PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

22

100,000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Jumlah tersebut pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Gambar 2.23 Angka Kematian Ibu Tahun 2002-2012

Sumber data: SDKI Tahun 1994, 1997, 2002, 2007 dan 2012

Angka Harapan Hidup (Life Expectancy) Angka harapan hidup (AHH) merupakan rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. Berdasarkan tren data SP, AHH di Indonesia telah meningkat dari tahun 1971 yaitu 45,7 tahun menjadi 70,7 tahun pada tahun 2010. Berdasarkan jenis kelamin, AHH perempuan lebih tinggi (72,6 tahun) daripada AHH laki-laki (68,7 tahun). AHH disetiap provinsi pada tahun 2010 (SP2010) berbeda-beda dari yang tertinggi provinsi DKI Jakarta yaitu 74,7 tahun sampai dengan yang terendah provinsi Gorontalo yaitu 63,2 tahun (lihat Lampiran Tabel 2.14 untuk AHH menurut Provinsi). Gambar 2.24 Angka Harapan Hidup Indonesia Tahun 1971-2010

Sumber data: SP Tahun 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010

2.3.2 Penyebab Kematian Pada tahun 2011, berdasarkan data Kementrian Kesehatan RI, jenis penyakit dengan jumlah kematian tertinggi di Indonesia disebabkan oleh demam berdarah dengue (DBD) yaitu sebanyak 816 jiwa. Kasus tertinggi terjadi di provinsi Jawa Barat dengan 167 jiwa (data provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 2.15). PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

23

Tabel 2.9 Jenis Penyakit dan Penyebab Kematian tahun 2011 Jenis Penyakit

Jumlah Penderita

Jumlah Kematian

(1)

(2)

(3)

DBD Pneumonia Difteri Tetanus Neonatorum Leptospirosis Diare Flu Burung Campak

90.245 549.708 1.192 119 239 1.585 9 15.987

816 609 76 59 29 23 9 4

Sumber: Dirjen PP dan PL, Profil Kesehatan Indonesia 2012

2.4 Migrasi 2.4.1 Kecenderungan dan Pola Migrasi Risen Berdasarkan SP tahun 2010, angka migrasi risen baik keluar maupun masuk mengalami penurunan. Migrasi risen masuk pada tahun 2000 sebesar 5,536,317 jiwa, menurun menjadi 5,396,419 jiwa pada tahun 2010. Sedangkan data migrasi risen keluar pada tahun 2000 adalah 5,440,239 jiwa, menurun menjadi 5,235,778 jiwa pada tahun 2010. Sementara berdasarkan jenis kelamin, Jumlah penduduk Lakilaki Migran masuk risen pada tahun 2010 berjumlah 2.830.114 jiwa, sedangkan Perempuan berjumlah 2.566.305 jiwa. Tabel 2.10 Tren Data Parameter Kependudukan yang terkait dengan Migrasi Risen Indonesia, 2000-2010 Parameter

2000

2010

(1)

(2)

(3)

Migrasi Risen (jiwa): Masuk

5.536.317

5.396.419

Keluar

5.440.239

5.235.778

Sumber data: BPS, Sensus Penduduk 2000 dan 2010

Provinsi Jawa Barat mendapatkan migran masuk risen terbanyak yaitu 1,048,964 jiwa sedangkan terendah adalah provinsi Maluku Utara (24,462 jiwa). Untuk migran keluar risen terbanyak terdapat di Provinsi Jawa tengah (979,860 jiwa) dan yang terendah adalah Maluku Utara (14,887 jiwa). Lihat Lampiran Tabel 2.16 untuk Angka Migrasi Risen Menurut Provinsi.

2.4.2 Kecenderungan dan Pola Migrasi Seumur Hidup Angka migrasi seumur hidup mengalami kenaikan baik keluar maupun masuk. Migrasi seumur hidup masuk pada tahun 2000 adalah 20,260,484 jiwa, meningkat menjadi 27,975,612 jiwa pada tahun 2010. Sedangkan data migrasi seumur hidup keluar pada tahun 2000 adalah 20,161,012 jiwa, meningkat menjadi 27,736,130 jiwa PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

24

pada tahun 2010 (Lihat Lampiran Tabel 2.17 untuk Angka Migrasi Seumur Hidup menurut Provinsi). Sementara berdasarkan jenis kelamin, Jumlah penduduk Lakilaki Migran masuk seumur hidup pada tahun 2010 berjumlah 14.736.632 jiwa, sedangkan Perempuan berjumlah 13.238.980 jiwa. Tabel 2.11 Tren Data Parameter Kependudukan yang terkait dengan Migrasi Seumur Hidup Indonesia, 2000-2010 Parameter

2000

2010

(1)

(2)

(3)

Migrasi Seumur Hidup (jiwa): Masuk

20.260.484

27.975.612

Keluar

20.161.012

27.736.130

Sumber data: BPS, Sensus Penduduk 2000 dan 2010

Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan migran masuk seumur hidup terbanyak yaitu 5,225,271 jiwa sedangkan terendah adalah provinsi Gorontalo (64,585 jiwa). Untuk migran keluar seumur hidup terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Tengah (6,829,637 jiwa) dan yang terendah adalah Papua (48,955 jiwa).

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

25

3

PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN 3.1 Pencapaian Pembangunan Manusia

Persoalan pembangunan manusia di Indonesia sudah mendapat perhatian y a n g serius. Berbagai masalah mengenai pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan mulai terlihat bergeser dan berkembang ke arah kondisi yang lebih baik. Sebagai gambaran tentang perkembangan tersebut, kondisi Indonesia dapat diperbandingkan dengan negara ASEAN. Indeks Pembangunan Manusia adalah salah satu indeks yang mengukur tentang tingkat pembangunan manusia berdasarkan tiga indikator yaitu kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan. Pada tahun 2012 IPM Indonesia berada pada peringkat 121 dari 187 Negara. IPM Indonesia antara tahun 1980 sampai dengan 2012 mengalami peningkatan sebesar 49 persen yakni dari 0,422 menjadi 0,629, angka tersebut menunjukkan rata-rata peningkatan sebesar 1,3 persen setiap tahunnya. Tabel 3.1 Tren IPM Indonesia Tahun 1980 – 2012 Tahun

1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2011 2012

Life expectancy at birth 57.6 60 62.1 64 65.7 67.1 68.9 69.4 69.8

Expected years of schooling 8.3 9.3 9.9 9.9 10.3 11.2 12.9 12.9 12.9

Mean years GNI per of schooling capita (2005 PPP$) 3.1 1,278 3.5 1,478 3.3 1,911 4.2 2,630 4.8 2,390 5.3 2,950 5.8 3,775 5.8 3,973 5.8 4,154

HDI value

0.422 0.456 0.479 0.525 0.540 0.575 0.620 0.624 0.629

Sumber data: Human Development Report, UNDP

Tabel 3.1 Menunjukkan tren peningkatan pada masing-masing indikator IPM di Indonesia. Harapan hidup saat lahir antara tahun 1980 sampai dengan 2012 meningkat sebesar 12,2 tahun, sedangkan lama waktu bersekolah yang diharapkan meningkat sebesar 2,7 tahun dan diharapkan akan meningkat sampai dengan 4,6 tahun. Di Indonesia Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per Kapita juga mengalami peningkatan sekitar 225 persen antara tahun 1980 sampai dengan tahun 2012. Perbandingan IPM antar negara ASEAN menunjukkan disparitas yang cukup tinggi sejak tahun 1990. Peningkatan IPM tidak secara langsung menggambarkan peringkat kualitas pembangunan manusia. Sebagai contoh, meskipun selama dua dekade IPM Myanmar telah meningkat secara signifikan, namun Myanmar tetap menjadi negara dengan IPM terkecil dikawasan ASEAN. Angka IPM Myanmar merupakan yang terkecil dibandingkan Negara ASEAN lainnya yaitu 0,498 pada tahun 2012. Peringkat terendah berikutnya adalah Laos dan Cambodia dengan nilai IPM di tahun 2012 yakni 0,543. Di sisi lain, Negara-negara dengan nilai IPM tinggi di kawasan ASEAN berturut-turut adalah Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia masing-masing dengan IPM 0,895, 0,855, dan 0,769 untuk tahun 2012. Untuk PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

26

Negara ASEAN, Indonesia berada pada posisi ke 6, dengan nilai capaian sebesar 0,629. Rata-rata IPM dunia tahun 2012 adalah 0,694 (gambar 3.1). Gambar 3.1 Perbandingan IPM Negara-Negara ASEAN Tahun 1990-2012

Sumber data: Human Development Report, UNDP

Pada tahun 2011, IPM kawasan Sumatera, Jawa dan Bali pada umumnya berada di atas rata-rata nasional (72,77). Sedangkan IPM kawasan di luar Jawa, Sumatera dan Bali (Indonesia Tengah dan Timur) pada umumnya dibawah rata-rata nasional, kecuali Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara. Sementara itu daerah tertinggal seperti NTT, NTB dan Papua juga telah mengalami kemajuan tingkat IPM yang lebih pesat dibanding daerah lainnya. Hal ini seperti yang tersaji dalam lampiran Indeks Pembangunan Manusia Provinsi dan Indonesia tahun 1996 – 2011. Untuk lebih jelasnya tentang IPM Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.1. 3.2 Pembangunan Gender Indeks ketimpangan gender (Gender Inequality Index) mencerminkan ketimpangan perempuan yang dilihat dalam tiga dimensi yaitu kesehatan reproduksi, pemberdayaan, dan pasar tenaga kerja. Indeks yang terbentuk menunjukkan kehilangan dalam pembangunan manusia yang diakibatkan oleh adanya perbedaan gender. Nilainya berkisar dari 0, yang menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki kehilangan kesempatan yang sama, dan 1, yang menunjukkan bahwa perempuan kehilangan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Dimensi kesehatan diukur menggunakan dua indikator yaitu tingkat kematian ibu (maternal mortality rate) dan tingkat kesuburan remaja (adolescent fertility rate). Dimensi pemberdayaan juga didekati dengan dua indikator yaitu proporsi kursi parlemen dipegang oleh laki-laki atau perempuan, dan capaian tingkat pendidikan menengah dan tinggi dari tiap gender. Dimensi tenaga kerja diukur dengan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja. Indeks Ketimpangan Gender (IKG) dirancang untuk mengungkapkan sejauh mana prestasi nasional dalam aspek pembangunan manusia yang hilang akibat adanya perlakuan ketidaksetaraan gender, dan juga untuk menyediakan data empiris untuk analisis kebijakan dan upaya advokasi. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

27

Gambar 3.2 Indeks Ketimpangan Gender di Negara-negara ASEAN Tahun 1995-2011

Sumber data: Human Development Report (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, tahun 2012)

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh HDR (Human Development Report), dalam kurun waktu 15 tahun telah terjadi penurunan indeks ketimpangan gender di kawasan Negara-negara ASEAN. Hal ini berarti telah terjadi penurunan ketimpangan akibat adanya perbedaan gender. Gambar 3.3 Perkembangan IPG di Indonesia Periode Tahun 2004-2011

Sumber data: BPS

Secara umum pencapaian pembangunan gender di Indonesia dari waktu ke waktu memperlihatkan perkembangan yang semakin membaik. Hal ini dapat diindikasikan dengan adanya peningkatan Indeks Pembangunan Gender (IPG) selama kurun waktu 2004-2011 (Gambar 3.3). Pada tahun 2004 IPG secara nasional telah mencapai 63,94, kemudian naik menjadi 65,81 pada tahun 2007 dan bergerak naik lagi secara perlahan hingga menjadi 67,80 pada tahun 2011.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

28

Tabel 3.2 Tren Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan Rasio (IPG/IPM), 2004-2011

Sumber data: BPS

Sedangkan bila dilihat kondisi di Provinsi berdasarkan Rasio IPM dan IPG, maka Provinsi yang mempunyai Rasio IPG 2011 tertinggi berada pada provinsi NTT dan yang terendah adalah provinsi Kepulauan Riau (85,37 persen). Data IPG di setiap Provinsi tersaji dalam Lampiran Tabel 3.2. 3.3 Penduduk Rentan Informasi berkaitan dengan kesulitan fungsional dapat digunakan sebagai pendekatan dalam menentukan program kebijakan pembangunan yang berkaitan dengan penyandang cacat. Seseorang dapat memiliki satu atau lebih jenis kesulitan, dengan tingkat ringan maupun parah. Jumlah terbanyak dari kesulitan yang dialami penduduk usia 10 tahun ke atas pada tahun 2010 adalah berjalan atau naik tangga yakni sebesar 654,600 orang. Sementara tingkat kesulitan terendah yang dialami penduduk adalah mendengar yakni sebanyak 456,047 orang (data Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.3). Tabel 3.3 Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang mengalami Kesulitan Kesulitan (1)=

Tidak ada Kesulitan

Ada kesulitan Sedikit

Parah

(2)=

(3)=

(4)=

Jumlah (5)=(2)+(3)+(4)

Melihat

185.019.345

5.312.946

506.878

190.839.169

Mendengar

187.814.898

2.568.224

456.047

190.839.169

Berjalan atau Naik Tangga Berkonsentrasi/Berkomunikasi karena Kondisi Fisik/Mental

187.751.495 188.094.775

2.432.094 2.126.192

654.600 616.202

190.838.189 190.837.169

Mengurus Diri Sendiri

188.795.687

1.510.606

532.876

190.839.169

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

29

3.4 Ketersediaan Pelayanan 3.4.1 Kesehatan Tenaga Kesehatan (Dokter dan Bidan) Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan, diketahui bahwa jumlah tenaga Dokter yang terdiri dari dokter spesialis, dokter umum, dan dokter gigi, mengalami peningkatan dari 42.467 Dokter pada tahun 2010 menjadi 59.492 Dokter pada tahun 2011. Jumlah tersebut sama dengan dengan 24,7 Dokter per 100.000 Penduduk pada tahun 2011. Jumlah Bidan juga mengalami peningkatan dalam 3 tahun terakhir yakni 93.889 Bidan pada tahun 2009, kemudian meningkat menjadi 96.551 Bidan pada tahun 2009, dan 124.164 Bidan pada tahun 2011. Jumlah tersebut setara dengan 51,5 Bidan per 100.000 penduduk pada tahun 2011. Gambar 3.4 Banyaknya SDM Kesehatan tahun 2008 – 2011

Sumber data: Kemenkes, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008, 2009, 2010, 2011

Berdasarkan wilayah diketahui bahwa Provinsi Jawa Tengah memiliki tenaga Dokter terbanyak yakni 7.829 Dokter pada tahun 2011, sedangkan provinsi dengan jumlah Dokter terendah berada pada Provinsi Papua Barat yakni 243 Dokter. Kondisi yang sama juga terjadi pada jumlah Bidan, dimana provinsi Jawa Tengah memiliki jumlah Bidan terbanyak yakni 15.833 Bidan pada tahun 2011, sedangkan Papua Barat berada pada provinsi dengan kepemilikan Bidan terendah yakni 600 Bidan. Lihat Lampiran Tabel 3.4 untuk Sumber daya manusia Kesehatan menurut Provinsi. Sarana Layanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai salah satu sumber layanan kesehatan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah Puskesmas tercatat sebanyak 8.234 pada tahun 2007, meningkat menjadi 8.548 Puskesmas pada tahun 2008, dan 9.321 Puskesmas pada tahun 2011.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

30

Gambar 3.5 Banyaknya Sarana Puskesmas tahun 2007-2011

Sumber data: Kemenkes, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008, 2009, 2011

Berdasarkan wilayah, jumlah Puskesmas terbanyak berada pada Provinsi Jawa Barat yakni sejumlah 1.046 Puskesmas, sedangkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki jumlah Puskesmas terendah yakni 58 Puskesmas (lihat Lampiran Tabel 3.5). Gambar 3.6 Banyaknya Sarana Rumah Sakit tahun 2007-2011

Sumber data: Kemenkes, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2007, 2008, 2009, 2011

Pada tahun 2011 jumlah Rumah Sakit (RS Umum dan RS Khusus) di Indonesia juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (lihat Gambar 3.6). Pada tahun 2007 jumlah Rumah Sakit tercatat sebanyak 1.319 Rumah Sakit, meningkat menjadi 1.371 pada tahun 2008, dan 1.721 pada tahun 2011 (Profil Kesehatan Indonesia). Sementara berdasarkan wilayah, jumlah RS terendah berada pada Provinsi Sulawesi Barat yakni 7 Rumah Sakit, sedangkan jumlah RS terbanyak berada pada Provinsi Jawa Tengah yakni 225 Rumah Sakit. Lihat Lampiran Tabel 3.5 untuk Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) menurut Provinsi. Klinik Keluarga Berencana (KB) Klinik pelayanan KB baik melalui jalur pemerintah maupun swasta terus mengalami kenaikan. Data BKKBN menunjukkan pada tahun 2010 klinik pelayanan KB melalui jalur pemerintah berjumlah 20.050 klinik, meningkat menjadi 21.609 klinik pada tahun 2013. Kondisi yang sama juga terjadi pada klinik pelayanan KB jalur swasta, dimana PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

31

terjadi peningkatan yakni dari 3.876 klinik pada tahun 2010, menjadi 4.680 klinik pada tahun 2013. Lihat Lampiran Tabel 3.6 untuk klinik pelayanan KB menurut Provinsi. Gambar 3.7 Banyaknya Klinik Pelayanan KB di Indonesia 25.000

21.647

21.037

20.480

20.050 20.000 15.000 10.000

4.344

3.970

3.876

4.684

5.000 -

2010

2011 Klinik Pemerintah

2012

2013*)

Klinik Swasta

Sumber data: Pelayanan Kontrasepsi, BKKBN 2010-2013 *) Data sampai dengan bulan Agustus 2013

3.4.2 Pendidikan Sarana Pendidikan (Sekolah) Tren jumlah Sekolah di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) maupun pada Kementerian Agama (Kemenag) pada tahun 2008/2009-2010/2011 terus mengalami peningkatan. Sekolah yang dimaksud di sini adalah tingkatan Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah (MA). Berdasarkan data statistik indonesia jumlah Sekolah Dasar (SD) di indonesia tercatat sebanyak 146.804 pada tahun ajaran 2010/2011, jumlah tersebut merupakan yang terbanyak dari semua jenis sekolah baik pada tingkatan pendidikan dasar maupun lanjutan. Sedangkan sekolah dengan jumlah sarana terendah adalah Madrasah Aliyah (MA) yakni sebanyak 6.426 pada tahun ajaran 2010/2011. Gambar 3.8 Jumlah Sekolah di Indonesia Tahun 2008-2011

Sumber data: Statistik Indonesia 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

32

Provinsi Jawa Timur pada tahun ajaran 2010/2011 memiliki jumlah Sekolah Dasar tertinggi sebesar 19.923. Sedangkan pada tahun tahun sebelumnya Jawa Barat yang memiliki jumlah Sekolah Dasar terbanyak. Lebih lanjut tentang Sarana Pendidikan menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.7. Rasio Penduduk Usia Sekolah Per Sekolah Rasio penduduk usia sekolah per sekolah yang diolah dari data sensus tahun 2010 (jumlah penduduk) dan statistik indonesia (jumlah sekolah) untuk tingkat sekolah dasar adalah 168 siswa per sekolah dasar. Jumlah tersebut menjadi lebih tinggi pada sekolah-sekolah tingkat lanjutan yakni 305 siswa dan 491 siswa per sekolah untuk tingkat SMP dan SMA. Sementara Rasio tertinggi berada pada tingkat perguruan tinggi, yakni 7.504 siswa per perguruan tinggi. Selengkapnya untuk rasio penduduk Usia sekolah per sekolah menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 3.8. Tabel 3.4 Rasio Jumlah Penduduk Usia Sekolah per Jumlah Sekolah Di Indonesia tahun 2009/2010 Kelompok Umur 5-6 (TK)

Jumlah Penduduk Usia Sekolah

Jumlah Sekolah 2009/2010

Rasio

9.126.057

67.550

135,1

7-12 (SD/MI)

27.804.900

165.491

168,0

13-15 (SMP/MTs)

13.408.650

43.888

305,5

16-18 (SMA/SMK/MA)

12.455.244

25.332

491,7

19-24 (PT)

23.902.077

3.185

7504,6

Jumlah

86.696.928

305.446

283,8

Sumber data: SP 2010, Statistik Indonesia 2012 - BPS RI

Tenaga Pengajar Jumlah guru menurut Statistik Indonesia 2012, tertinggi yaitu jumlah guru Sekolah Dasar (SD) sebanyak 1.501.236 pada tahun ajaran 2010/2011 dan jumlah guru paling sedikit yaitu Madrasah Aliyah (MA) sebesar 112.793 pada tahun ajaran 2008/2009. Gambar 3.9 Banyaknya Tenaga Guru di Indonesia Tahun 2008-2011

Sumber data: Statistik Indonesia 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

33

Dari Statistik Indonesia 2012, rata-rata tenaga pengajar terbanyak yaitu guru Sekolah Dasar (SD) dan Provinsi Jawa Timur memiliki jumlah tenaga pengajar terbanyak. Pada tahun ajaran 2010/2011 tenaga pengajar Sekolah Dasar (SD) berjumlah 207.535. Data tentang Tenaga Pengajar (Guru) menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.9. 3.4.3 Sanitasi dan air bersih Rumah tangga yang memiliki fasilitas buang air besar sendiri terus meningkat menjadi 65,20 persen pada tahun 2011 dan persentase rumah tangga yang tidak memiliki fasiltas buang air besar terus menurun menjadi 17,78 persen pada tahun yang sama (Persentase fasilitas buang air besar dalam rumah tangga menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.10).

Gambar 3.10 Persentase Fasilitas Buang Air Besar dalam Rumah Tangga

Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011

Sementara itu, rumah tangga yang memiliki fasilitas air minum sendiri sudah melebihi 50 persen. Hanya saja dari data statistik kesejahteraan rakyat, persentase rumah tangga yang memiliki fasiltas air minum sendiri mengalami penurunan dari 60 persen pada tahun 2010 menjadi 58,69 persen tahun 2011. Sedangkan, rumah tangga yang menggunakan fasilitas air minum bersama dan tidak memiliki fasilitas sama sekali mengalami peningkatan dari survey sebelumnya (Persentase fasilitas buang air besar dalam rumah tangga menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.11).

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

34

Gambar 3.11 Persentase Fasilitas Air Minum dalam Rumah Tangga

Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011

3.4.5 Listrik Rumah tangga yang menggunakan Listrik PLN sebagai sumber penerangan mengalami peningkatan menjadi 92.08 persen pada tahun 2012. Pada tahun yang sama, dari hasil survey Sosial Ekonomi Nasional sebanyak 3,84 persen rumah tangga menggunakan Listrik Non PLN, dan sebanyak 4,08 persen memakai penerangan lainnya. Gambar 3.12 Persentase Sumber Penerangan dalam Rumah Tangga 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%

7,27 3,27

6,45 4,25

5,85 4,68

5,17 4,32

4,08 3,84

89,46

89,29

89,47

90,51

92,08

2008

2009 Listrik PLN

2010 Listrik Non-PLN

2011

2012

Lainnya

Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011

Lebih lanjut tentang Persentase sumber penerangan dalam rumah tangga dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.12.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

35

3.5 Kesehatan 3.5.1 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja 3.5.1.1 Pubertas Pengetahuan dan Pengalaman Pubertas Menurut data SKRRI 2012, hanya satu dari sepuluh remaja pria dan wanita tidak dapat menyebutkan perubahan fisik pada seorang anak pria dan wanita pada saat pubertas. Pria kurang mengetahui tanda-tanda pubertas pada seorang wanita dibandingkan dengan wanita. Dua puluh persen remaja pria dan 5 persen remaja wanita tidak mampu menyebutkan tanda-tanda pubertas pada seorang wanita. Sebagian pria mengetahui perubahan fisik sebagai tanda pubertas seorang pria adalah pertumbuhan rambut di bagian wajah, kemaluan, dan ketiak. Sedangkan wanita yang mengetahui tanda-tanda pubertas pada pria adalah perubahan suara 69 persen, pertumbuhan buah jakun 53 persen, dan pertumbuhan rambut di bagian tubuh 43 persen. Sebagian besar wanita 83 persen lebih sering menyebutkan menstruasi dan pertumbuhan buah dada sebagai tanda-tanda pubertas pada seorang anak wanita dari pada pria 73 persen. Sebagian besar pria mengetahui tanda-tanda pubertas pada wanita adalah pertumbuhan buah dada 58 persen dan menstruasi 43 persen. Tabel 3.5 Persentase Pengetahuan remaja tentang perubahan fisik masa pubertas

Indikator perubahan fisik Remaja pria Pertumbuhan otot Perubahan suara Pertumbuhan rambut di muka, sekitar kemaluan, dada, kaki, lengan Meningkatnya gairah seksual Mimpi basah Tumbuh jakun Pengerasan putting susu Lainnya Tidak tahu tanda apapun Remaja wanita Pertumbuhan rambut pada sekitar kemaluan, ketiak Pertumbuhan buah dada Pertumbuhan paha Meningkatnya gairah seksual Haid Lainnya Tidak tahu tanda apapun Jumlah

Wanita belum kawin 15 – 19 20 – 24 tahun tahun Jumlah

15 – 19 tahun

Pria belum kawin 20 – 24 tahun

Jumlah

22,4 69,3 43,4

29,3 66,7 42,5

24,4 68,6 43,1

18,4 50,3 50,2

22,7 45,5 49,7

20,0 48,5 50,0

3,1 28,8 55,4 0,4 8,3 10,1

6,0 32,0 46,5 0,9 13,8 9,6

3,9 29,7 52,9 0,5 9,9 10,0

4,8 34,6 35,3 0,4 20,5 11,1

8,1 32,9 23,2 0,6 25,0 10,2

6,1 34,0 30,7 0,5 22,2 10,8

31,7 72,4 28,8

31,7 73,9 21,8

31,7 72,8 26,8

22,0 57,3 19,4

21,8 58,9 15,7

21,9 57,9 18,0

3,0 81,9 11,9 4,7 6.018

6,3 85,1 14,5 4,8 2.401

3,9 82,8 12,6 4,7 8.419

2,8 42,4 12,4 21,2 6.835

3,9 44,5 14,8 19,2 4.145

3,2 43,2 13,3 20,4 10.980

Sumber data: SKRRI 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

36

Pengetahuan tentang Perubahan Fisik Pada Pubertas Data SKRRI 2012, menunjukkan bahwa wanita umur 15-24 cenderung menyebutkan guru sebagai sumber pengetahuan tentang perubahan fisik 61 persen. Sumber informasi dari guru ini lebih dominan dijumpai pada remaja wanita pada kelompok umur 15-19 tahun 66 persen. Sumber informasi perubahan fisik yang lain bagi remaja wanita diperoleh dari teman dan media bacaan masing-masing 29 persen dan 25 persen. Bagi remaja pria cenderung lebih menyebutkan teman dan guru sebagai sumber informasi perubahan fisik remaja masing-masing 48 persen dan 46 persen. Pada kelompok umur 20-24 tahun mereka lebih dominan 54 persen menyebutkan teman sebagai sumber informasi, sedangkan pada kelompok umur 15-19 tahun cenderung lebih menyebutkan guru sebagai sumber informasi perubahan fisik remaja. Dari SKRRI 2012 ini nampak ada perubahan pola sumber informasi perubahan fisik yang diterima remaja wanita dibandingkan dengan survei SKRRI tahun 2007. Pada survei SKRRI 2012, sumber informasi tentang perubahan fisik yang dominan adalah guru diikuti oleh teman, sedangkan dari survei sebelumnya sumber informasi perubahan fisik yang dominan adalah guru. Tabel 3.6 PersentaseSumber pengetahuan tentang perubahan fisik saat pubertas Wanita belum kawin Sumber informasi Teman Ibu Ayah Saudara kandung Kerabat Guru Petugas kesehatan Pemimpin agama Televisi Radio Buku/majalah/surat kabar Internet Lainnya Tidak satupun Jumlah

15 – 19 tahun 27,3 16,1 1,4 4,2 3,9 65,7 2,1 1,8 6,7 1,4 23,5 4,5 12,5 1,2 6.018

20 – 24 tahun 34,3 21,3 3,4 5,4 6,1 48,9 3,3 1,9 11,1 2,8 27,6 7,6 19,7 1,9 2.401

Pria belum kawin Jumlah 29,3 17,6 2,0 4,6 4,5 60,9 2,5 1,8 8,0 1,8 24,7 5,4 14,5 1,4 8.419

15 – 19 tahun 43,7 3,4 2,4 1,3 2,0 53,0 0,9 3,0 10,0 1,8 13,3 4,5 13,8 2,1 6.835

20 – 24 tahun 53,8 3,9 2,5 1,8 2,4 33,1 2,2 3,5 13,9 3,1 14,9 6,2 23,5 2,9 4.145

Jumlah 47,5 3,6 2,5 1,5 2,1 45,5 1,4 3,2 11,5 2,3 13,9 5,1 17,5 2,4 10.980

Sumber data: SKRRI 2012

Menstruasi Berdasarkan hasil SKRRI 2012, menstruasi pertama kali dialami oleh 29 persen pada umur 13 tahun, 24 persen pada umur 14 tahun, dan 23 persen pada umur 12 tahun. Ada fenomena yang menarik, 7 persen wanita mengalami haid pertamanya pada umur 10-11 tahun. Hanya sedikit sekali (0,5 persen) remaja wanita yang belum mendapat menstruasi. Secara keseluruhan, 89 persen wanita mengalami haid pertama pada umur 12-15 tahun. Temuan ini serupa dengan studi yang dilaksanakan oleh Lembaga Demografi Universitas Indonesia yang menunjukkan bahwa 84 persen wanita mengalami haid pertama pada umur 12-15 tahun (Lembaga Demografi PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

37

Universitas Indonesia, et al. 2002). Sebagian besar wanita 53 persen membicarakan pengalaman haid pertama mereka dengan teman dan 41 persen dengan ibunya. Tabel 3.7 Persentase Umur remaja wanita pertama kali mendapat haid Umur saat survei (tahun) 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Jumlah

Umur saat mendapat haid pertama (tahun) < 10 2,3 1,7 2,1 1,2 1,2 0,7 1,8 0,3 3,7 1,9 1,7

11 8,1 6,8 4,3 4,4 2,7 4,1 3,8 6,4 2,0 4,5 5,2

12 26,2 23,7 22,2 22,6 22,5 21,6 16,8 19,7 22,9 21,4 22,7

13 39,1 30,7 24,8 29,0 24,1 28,7 27,9 25,0 25,8 25,6 29,3

14 19,9 25,2 28,9 22,3 27,2 22,6 25,3 24,5 22,1 19,7 24,1

15 3,0 10,3 14,8 15,8 16,8 14,4 15,2 15,6 15,5 15,9 12,4

16 0,1 0,7 2,5 3,1 4,7 5,6 6,0 5,3 3,8 6,5 3,0

17+ 0,2 0,0 0,3 1,4 0,7 2,1 3,3 2,6 3,3 3,5 1,1

Tidak menjawab 0,0 0,4 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,2 0,8 1,0 0,2

Tidak pernah haid 0,9 0,4 0,2 0,1 0,0 0,2 0,0 0,3 0,0 0,0 0,3

Sumber data: SDKI 2012

3.5.1.2 Kespro Pra Nikah Pengetahuan tentang Anemia Pada SKRRI 2007 tiga kategori pengetahuan anemia yaitu hemoglobin (Hb) rendah, kekurangan zat besi, dan kekurangan sel darah merah yang dilaporkan remaja wanita dan pria tidak lebih dari 25 persen. Rendahnya pengetahuan wanita tentang anemia jelas akan berdampak pada risiko pengalaman kesehatan reproduksi mereka kelak. Risiko anemia pada remaja lebih tinggi terjadi pada waktu seorang wanita hamil. Anemia memungkinkan terjadinya peningkatan risiko kematian pada wanita penderita anemia yang mengalami pendarahan berat, juga risiko memiliki berat bayi lahir rendah (BBLR) dan bayi dengan kelainan bawaan lahir. Risiko anemia tidak hanya terjadi pada wanita, tetapi juga pria. Menurut data SDKI tahun 20012, sebagian besar wanita dan pria memiliki persepsi yang kurang benar tentang anemia. Baik wanita maupun pria memiliki persepsi bahwa anemia adalah kekurangan darah. Persepsi tidak benar bahwa anemia adalah kurang darah terjadi pada 69 persen wanita dan 56 persen pria. Hanya 25 persen wanita dan 11 persen pria yang dapat menjawab dengan benar pertanyaan tentang arti anemia. Kondisi pengetahuan remaja tentang anemia tahun 2012 masih tidak lebih baik dibandingkan dengan kondisi mereka pada tahun 2007.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

38

Tabel 3.8 Persentase pengetahuan remaja tentang anemia Wanita belum kawin (umur) 15 – 19 20 – 24 Jumlah

Persepsi tentang anemia Hemoglobin rendah (Hb) Kurang zat besi Kurang sel darah merah Kurang darah Kurang vitamin Tekanan darah rendah Lainnya Tidak tahu Tidak menjawab Jumlah

Pria belum kawin (umur) 15 – 19 20 – 24 Jumlah

3,5 4,6

5,8 9,5

4,2 6,2

1,6 1,7

2,2 3,3

1,8 2,3

13,7 65,3 2,2 2,4 4,5 17,1 0,0 4.401

16,0 75,4 1,8 3,0 4,0 5,9 0,0 2.074

14,5 68,5 2,1 2,6 4,3 13,5 0,0 6.475

6,5 49,0 1,0 0,8 8,5 37,5 0,1 3.759

6,9 66,5 1,1 1,9 7,3 20,5 0,1 2.630

6,7 56,2 1,1 1,3 8,0 30,5 0,1 6.389

Sumber data: SKRRI 2012

3.5.1.3 Pengetahuan HIV/AIDS dan IMS Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) merupakan penyakit yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). Jenis virus ini merusak sistem kekebalan tubuh seseorang membuat tubuh lebih rentan, sulit sembuh dari berbagai penyakit opurtunistik yang dapat mengalami kematian. Gambar 3.13 Persentase Pria dan Wanita Umur 15-49 yang Pernah Mendengar AIDS Menurut Pendidikan, Indonesia 2012 96

99

98

99

90

85 75

62 52 38

29

16

wanita 15-49 tahun

pria kawin 15-54 tahun

Tidak sekolah

Tidak tamat SD

Tamat SD

Tidak Tamat SMA

Tamat SMA

Tamat SMA+

Sumber data: SDKI 2012

Gambar 3.13 menunjukkan rendahnya pendidikan berpengaruh pada pengetahuan seseorang terhadap AIDS. Semakin tinggi pendidikannya semakin luas pengetahuan terhadap informasi tentang AIDS. Perilaku seks bebas dan penyalahgunaan narkotika jenis suntik dapat menyebabkan seseorang terkena penyakit tersebut. Segmentasi penyebaran penyakit ini terjadi pada mereka yang berpendidikan rendah dan berperilaku negatif, meskipun ada beberapa kasus seseorang kena AIDS karena kelalaian medis (pengggunaan jarum suntik).

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

39

3.5.2 Kesehatan Anak 3.5.2.1 Cakupan Imunisasi Menurut WHO, anak dinyatakan telah diimunisasi lengkap apabila telah mendapatkan satu kali imunisasi mencegah tuberkulosis (BCG), tiga kali imunisasi DPT, tiga kali imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak. Secara nasional, persentase cakupan imunisasi lengkap tanpa pemberian hepatitis B anak umur 12 - 23 bulan meningkat dalam tiga periode SDKI yaitu 2002/2003, 2007 dan 2012. Tabel 3.9 Tren Cakupan Imunisasi Lengkap Tanpa Hepatitis B di Indonesia tahun 2003-2012 Imunisasi

SDKI 2003

SDKI 2007

SDKI 2012

BCG DPT 3 Polio 3 Campak Total

82,5 58,3 66,1 71,6 51,5

85,4 66,7 73,5 76,4 58,6

89,3 72 75,9 80,1 65,6

Sumber data: SDKI 2002/2003, SDKI 2007 dan SDKI 2012

Terjadi perubahan definisi cakupan imunisasi dalam SDKI 2012. Dalam SDKI 2012, seorang anak dikategorikan menerima imunisasi lengkap jika telah menerima 1 kali imunisasi mencegah tuberkulosis (BCG), 3 kali imunisasi DPT, 3 kali imunisasi polio, 1 kali imunisasi campak serta 4 kali vaksin Hepatitis B. Persentase anak umur 12 - 23 bulan yang mendapatkan imunisasi lengkap termasuk hepatitis B sebesar 40,3 persen. Sedangkan persentase anak yang telah hepatitis 3 sebesar 42,4 persen (Lihat Lampiran Tabel 3.13 untuk Cakupan Imunisasi pada Balita menurut Provinsi). 3.5.2.2 Pemberian Makan Pada Anak (ASI dan Makanan pendamping ASI) Pemberian makanan yang benar sangat penting bagi kelangsungan hidup, pertumbuhan, perkembangan serta kesehatan bayi dan anak balita. Air susu ibu (ASI) mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam enam bulan pertama setelah dilahirkan. Setelah anak berusia enam bulan sesuai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan bayi, maka ASI harus ditambahkan dengan cairan lain dan makan padat yang memberikan gizi yang memadai. Cairan dan makan padat tersebut biasanya disebut makanan pendamping ASI (MPASI), yang diberikan sampai anak berumur dua tahun.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

40

Tabel 3.10 Persentase Pemberian ASI dan Makanan pendamping ASI menurut kelompok umur, Indonesia tahun 2007-2012 Makanan tambahan Asi Ekslusif Umur lainnya (bulan) SDKI 2007 SDKI 2012 SDKI 2007 SDKI 2012 0-1 2-3 4-5 6-8 9-11 12-17 18-23

48,3 34,4 17,8 5,5 0,8 0,5 0,7

50,8 48,9 27,1 3,4 1,1 1,0 0,7

12,2 27,2 48,1 73,2 79,1 76,4 55,5

9,6 16,7 43,9 78,8 76,8 72,8 58,4

Sumber data: SDKI 2007, 2012

Tabel 3.11 menunjukkan persentase bayi yang menerima ASI ekslusif terus menurun setelah 2 bulan pertama. Sedangkan persentase bayi yang menerima makanan tambahan lainnya terus meningkat setelah enam bulan pertama. Secara nasional terjadi peningkatan persentase pemberian ASI ekslusif kepada bayi sampai dengan umur 4-5 bulan dalam SDKI 2012 dibandingkan SDKI 2007. Peningkatan yang sama juga terjadi pada pemberian makanan tambahan kepada bayi setelah enam bulan pertama. 3.5.3 Kesehatan Ibu Kesehatan ibu yang dalam hal ini adalah ibu hamil dipengaruhi oleh pemeriksaan kehamilan, komplikasi kehamilan dan persalinan, perawatan masa nifas, serta masalah akses pelayanan kesehatan yang meliputi tempat layanan dan tenaga medis. Selain itu, kesehatan ibu hamil berkaitan erat dengan jumlah ibu hamil. 3.5.3.1 Jumlah Ibu Hamil Sarana layanan kesehatan dan jumlah tenaga medis sebaiknya memperhatikan jumlah ibu hamil, karena semakin tinggi jumlah ibu hamil maka akan semakin besar pula resiko komplikasi kehamilan dan persalinan, sarana layanan kesehatan, serta jumlah tenaga medis yang dibutuhkan. Jumlah persentase ibu hamil Indonesia sebesar 4,3 persen berdasarkan jumlah total dari WUS yang berhasil diwawancarai, yaitu 45.607 wanita. Sedangkan persentase wanita hamil menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.14. 3.5.3.2 Antenatal Care (Pemeriksaan Kehamilan) Di Indonesia, pemeriksaan kehamilan didefinisikan sebagai pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga medis profesional (dokter umum, dokter ahli kebidanan dan kandungan, perawat, bidan, atau bidan di desa). Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan selama kehamilan, menurut jadwal 1-1-2 yaitu: paling sedikit sekali kunjungan dalam trisemester pertama, paling sedikit sekali kunjungan dalam trisemester kedua, dan paling sedikit dua kali kunjungan dalam trisemester ketiga. Pemeriksaan kehamilan meliputi; tenaga pemeriksa kehamilan, jumlah kunjungan pemeriksaan PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

41

kehamilan dan saat kunjungan pertama, serta komponen pemeriksaan kehamilan. Tabel 3.11 Persentase wanita hamil yang melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan Jumlah dan waktu kunjungan pemeriksaan

Daerah tempat tinggal Perkotaan Perdesaan

Jumlah

Jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan Tidak pernah 1,3 4,8 3,1 1 0,9 2,2 1,6 2-3 4,6 9,1 6,9 4+ 92,7 82,9 87,8 Tidak tahu/tidak terjawab 0,6 0,9 0,7 Jumlah 100 100 100 Paling sedikit sekali kunjungan selama trimester I, 79,6 67,5 73,5 atau trimester II, dan paling sedikit 2 kali kunjungan selama trimester III Umur kandungan dalam bulan pada saat kunjungan pertama pemeriksaan kehamilan Tidak diperiksa 1,3 4,8 3,1 <4 84,8 76,2 80,4 4-5 10,7 12,7 11,7 6-7 2,6 4,3 3,5 8+ 0,4 1,3 0,9 Tidak tahu/tidak terjawab 0,2 0,6 0,4 Jumlah 100 100 100 Jumlah wanita 7,358 7,424 14,782 Median bulan umur kandungan pada kunjungan 2,1 2,6 2,4 pertama (untuk ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan) Jumlah wanita melakukan pemeriksaan 7,26 7,066 14,327 kehamilan

Sumber data: SDKI 2012

Tabel 3.12 di atas memperlihatkan bahwa 93 persen ibu hamil yang tinggal di perkotaan dan 83 persen ibu hamil yang tinggal di perdesaan melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan lebih dari empat kali. Mayoritas dari ibu hamil yang tinggal di perkotaan (85 persen) dan perdesaan (76 persen) melakukan kunjungan pertama untuk pemeriksaan pada usia kehamilan kurang dari empat bulan. Pada Tabel 3.13 dapat dilihat bahwa cakupan pemeriksaan kehamilan mencapai 90 persen atau lebih tinggi dalam semua kelompok. Namun terkecuali ibu yang urutan kehamilan ke enam atau lebih (83 persen), dan ibu yang tidak sekolah dan tidak tamat SD (masing-masing 64 persen dan 89 persen), dan ibu dengan indeks kekayaan kuintil terbawah (87 persen).

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

42

Tabel 3.12 Persentase pemeriksaan kehamilan Karakteristik Latar Belakang

Dokter Umum

Umur Saat Melahirkan <20 1,0 20-34 1,5 35-49 1,5 Urutan Kelahiran 1,00 1,5 2-3 1,4 4-5 1,6 6+ 1,4 Daerah tempat tinggal Perkotaan 1,2 Perdesaan 1,7 Pendidikan ibu Sekolah 1,2 Tidak tamat SD 1,1 TamatTamat SD 1,2 Tidak SMTA 1,6 Perguruan Tamat SMTA 1,8 Tinggi2 1,1 Indeks Kuintil Kekayaan Terbawah 1,6 Menengah bawah 1,7 1,5 Menengah Atas 1,5 Teratas 1,1 Jumlah

1,40

Tenaga Pemeriksa Kehamilan Dokter Perawat Dukun Lainnya/ Tidak Tidak Kandung /Bidan/ Tidak Terjawab Periksa an Bidan di Tahu Desa

Jumlah

Persentase Jumlah yang Ibu Periksa Hamil dari Tenaga Medis Profesional

8,3 20,3 19,1

85,4 74,4 73,7

1,5 0,7 0,7

0,6 0,4 0,2

0,1 0,4 0,9

3,0 2,4 4,0

100 100 100

94,7 96,1 94,3

1,33 11,05 2,41

20,0 20,7 13,0 4,4

76,3 73,9 77,0 76,8

0,4 0,7 1,6 2,6

0,3 0,5 0,5 0,3

0,1 0,5 1,2 0,4

1,4 2,3 5,1 14,3

100 100 100 100

97,7 96,0 91,6 82,5

5,54 7,12 1,59 536,00

27,9 10,2

69,1 81,3

0,1 1,4

0,3 0,5

0,5 0,4

0,9 4,5

100 100

98,2 93,3

7,36 7,42

3,2 4,9 5,5 9,6 26,8 61,7

59,6 82,5 87,4 86,2 69,7 36,3

4,9 2,1 1,3 0,5 0,2 0,1

0,5 0,7 0,7 0,3 0,3 0,0

0,8 0,3 0,8 0,3 0,3 0,5

29,8 8,3 3,1 1,6 0,9 0,3

100 100 100 100 100 100

64,0 88,5 94,0 97,4 98,4 99,1

274,00 1,24 3,52 3,97 4,02 1,77

3,3 8,5 13,4 23,7 47,2

82,1 85,6 82,8 73,8 51,1

2,8 0,6 0,2 0,1 0,0

0,8 0,7 0,2 0,2 0,2

0,7 0,5 0,4 0,4 0,2

8,8 2,5 1,5 0,3 0,2

100 100 100 100 100

86,9 95,8 97,7 99,0 99,4

3,04 2,88 2,94 3,11 2,82

19,00

75,30

0,80

0,40

0,40

2,70

100

95,7

14,78

Catatan : Jika lebih dari satu tenaga pemeriksa yang disebutkan. Hanya tenaga pemeriksa dengan kualifikasi tertinggi yang dicantumkan dalam tabel ini. Sumber data : SDKI 2012

Sumber data: SDKI 2012

Komponen pemeriksaan kehamilan meliputi: informasi tentang tanda-tanda komplikasi kehamilan, pemeriksaan urine, pemeriksaan darah. Tabel berikut ini menyajikan tentang komponen pemeriksaan kehamilan. Tabel 3.14 memperlihatkan bahwa jumlah ibu hamil yang tinggal di perkotaan cenderung lebih tinggi dalam hal mencari informasi tentang tanda-tanda komplikasi kehamilan, pemeriksaan urine, serta pemeriksaan darah.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

43

Tabel 3.13 Komponen Pemeriksaan Kehamilan

Karakteristik Latar belakang

Jenis pelayanan kesehatan yang didapatkan ibu yang mempunyai anak lahir hidup terakhir dalam lima tahun sebelum survei Informasi tentang tandaPemeriksaan Pemeriksaan tanda Jumlah ibu urine darah komplikasi kehamilan

Umur saat melahirkan <20 20-34 35-49

49,8 54,3 48,8

43,9 47,9 48,7

38,6 40,7 43,8

1,286 10,748 2,293

Urutan kelahiran 1 2-3 4-5 6+

56,8 52,9 42,8 41,0

49,8 48,1 43,2 31,3

42,1 41,0 39,2 33,8

5,458 6,923 1,489 457

57,1 48,7

52,3 42,9

45,4 36,5

7,26 7,066

27,8 35,4 48,1 51,3 60,3 63,6

30,2 36,9 43,3 48,9 52,1 52,6

39,8 36,6 41,7 39,0 41,2 46,9

190 1,136 3,38 3,897 3,974 1,751

42,1 49,9 53,7 57,5 61,0

35,7 45,2 47,7 53,2 55,9

35,0 41,2 41,1 42,1 45,4

2,746 2,797 2,884 3,089 2,809

53,0

47,7

41,0

14,327

Daerah tempat tinggal Perkotaan Perdesaan Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tidak tamat SMTA Tamat SMTA Perguruan tinggi Indeks kuintil kekayaan Terbawah Menengah bawah Menengah Menengah atas Teratas Jumlah

Sumber data: SDKI 2012

3.5.3.3 Penolong Persalinan Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap tingginya kematian ibu adalah terbatasnya tempat persalinan yang memadai. Sumber Tempat Persalinan Tabel 3.15 di bawah menyajikan tentang tempat persalinan yang dimanfaatkan oleh wanita yang melahirkan dalam lima tahun sebelum survei. Dapat dilihat bahwa ibu umur di bawah 20 tahun yang melahirkan di fasilitas kesehatan cenderung lebih kecil dibandingkan dengan ibu yang lebih tua. Terjadi kenaikan persentase melahirkan di fasilitas kesehatan dari 46 persen (SDKI 2007) menjadi 63 persen (SDKI 2012). Persentase yang dilahirkan di fasilitas kesehatan menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.15.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

44

Tabel 3.14 Persentase wanita yang melahirkan di fasilitas kesehatan Fasilitas kesehatan Karakteristik Latar belakang Pemerintah Swasta Rumah Lainnya

Tidak Jumlah terjawab

Persentase persalinan di fasilitas kesehatan

Jumlah kelahiran

Umur saat melahirkan <20 20-34 35-49

16,8 16,4 21,9

36,6 48,0 41,1

46,0 34,9 35,8

0,2 0,1 0,2

0,5 0,6 1,0

100,0 100,0 100,0

53,4 64,4 63,0

1,526 12,757 2,665

18,4 17,0 16,0 13,1

50,9 47,2 32,4 19,1

30,2 34,9 50,1 67,1

0,1 0,2 0,1 0,0

0,4 0,7 1,4 0,6

100,0 100,0 100,0 100,0

69,3 64,2 48,4 32,3

6,557 7,892 1,827 672

Urutan kelahiran 1 2-3 4-5 6+

Jumlah kunjungan periksa kehamilan Tidak pernah 1-3 4+ Tidak tahu/tidak terjawab

4,7 10,6 18,7

5,8 22,9 50,7

77,3 66,3 30,5

0,4 0,1 0,1

11,6 0,0 0,0

100,0 100,0 100,0

10,6 33,5 69,4

456 1,243 12,974

13,5

33,1

53,3

0,0

0,2

100,0

46,6

109

20,4 14,2

59,5 32,5

19,3 52,4

0,0 0,3

0,6 0,6

100,0 100,0

80,0 46,7

8,405 8,543

Tidak Sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tidak Tamat SMTA Tamat SMTA

10,7 15,4 14,4 15,6 20,8

10,4 22,6 32,8 45,4 59,0

76,1 61,3 51,5 38,5 19,7

1,2 0,2 0,2 0,1 0,1

1,6 0,5 1,1 0,4 0,3

100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

21,1 38,0 47,1 61,0 79,8

365 1,457 3,976 4,438 4,594

Perguruan Tinggi2

20,9

65,5

12,8

0,0

0,8

100,0

86,4

2,119

Terbawah Menengah bawah Menengah Menengah Atas Teratas

14,0 20,5 18,5 17,7 16,1

15,6 36,7 47,7 61,4 72,0

68,9 41,8 33,2 20,5 11,5

0,3 0,3 0,1 0,1 0,0

1,1 0,7 0,5 0,3 0,4

100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

29,7 57,2 66,2 79,1 88,1

3,727 3,255 3,311 3,437 3,218

Jumlah

17,3

45,9

36,0

0,2

0,6

100,0

63,2

16,948

Daerah tempat tinggal Perkotaan Perdesaan Pendidikan ibu

Indeks kuintil kekayaan

1

Hanya untuk anak yang dilahirkan lima tahun sebelum survei

2

Perguruan Tinggi adalah: Diploma, S1/S2/S3

Sumber data: SDKI 2012

Sumber data: SDKI 2012

Tenaga Kesehatan yang Menolong Persalinan Upaya mengurangi resiko kesehatan ibu dengan cara meningkatkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan professional. Kementrian Kesehatan menetapkan target bahwa 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2015 (MOH, 2008). Peningkatan proporsi bayi yang dilahirkan dengan bantuan tenaga kesehatan yang professional adalah langkah yang sangat penting untuk mengurangi resiko kesehatan ibu dan anak. Penanganan medis yang tepat dan memadai selama melahirkan dapat menurunkan resiko komplikasi yang menyebabkan kesakitan serius pada ibu dan bayinya. Tabel berikut ini menyajikan tentang penolong persalinan berkualifikasi tinggi, yaitu orang yang dirujuk ibu jika mendapat masalah kesehatan selama persalinan.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

45

Persentase kelahiran yang dibantu oleh tenaga medis lebih rendah diantara ibu yang berumur dibawah 20 tahun dibandingkan dengan ibu yang berumur lebih tua, dan menurun dengan meningkatnya urutan kelahiran. Persalinan yang dibantu oleh tenaga medis meningkat sejalan dengan meningkatnya pendidikan ibu dan status kekayaan. Begitu pula trennya mengalami kenaikan dari data SDKI 2007 sebesar 73 persen menjadi 83 persen dalam SDKI 2012. Lihat Lampiran Tabel 3.16 untuk persentase wanita yang persalinannya dibantu oleh tenaga kesehatan menurut Provinsi. Tabel. 3.15 Persentase Penolong Persalinan Kualifikasi Tertinggi Penolong Persalinan Karakteristik Dokter Perawat/ Dukun Saudara Lainnya Tidak Tidak Jumlah Latar Dokter Ahli Bidan/Bi Bayi /Teman Ada Terjawab Belakang Umum Kandun dan di gan Desa Umur Saat Melahirkan

Persentase Persalinan oleh Penolong Profesional

Persentase dengan Jumlah Bedah Kelahiran Caesar

<20 0,8 20-34 0,9 35-49 1,4 Urutan Kelahiran

11,4 20,4 23,0

63,0 62,9 58,0

21,5 12,7 13,0

2,4 2,0 2,8

0,1 0,3 0,2

0,3 0,3 0,4

0,4 0,6 1,0

100,0 100,0 100,0

75,3 84,2 82,5

5,8 12,6 14,9

1.526 12.757 2.665

1 1,1 2-3 1,0 4-5 1,0 6+ 0,4 Tempat Persalinan

23,1 20,0 12,6 8,5

63,3 63,0 59,3 48,6

10,6 12,9 20,4 30,3

1,2 1,9 3,9 9,9

0,2 0,3 0,5 0,5

0,2 0,1 0,9 1,2

0,3 0,8 1,4 0,7

100,0 100,0 100,0 100,0

87,5 84,0 73,0 57,5

14,4 12,2 8,3 4,5

6.557 7.892 1.827 672

1,5

31,5

66,6

0,2

0,1

0,1

0,0

0,1

100,0

99,5

19,5

10.71

0,1

0,3

55,5

37,0

5,8

0,5

0,8

0,0

100,0

55,9

0,0

6.132

0,0

1,8

0,5

0,0

0,0

0,8

0,0

96,9

100,0

2,3

2,0

106

Perkotaan 1,3 Perdesaan 0,7 Pendidikan Ibu

27,7 12,4

62,8 61,5

6,7 20,2

0,6 3,7

0,2 0,4

0,1 0,5

0,7 0,6

100,0 100,0

91,8 74,6

16,8 7,9

8.405 8.543

Tidak Sekolah

5,1

26,5

33,9

28,6

2,1

1,8

1,8

100,0

31,8

2,7

365

0,7

8,7

51,7

33,3

4,5

0,2

0,4

0,6

100,0

61,1

6,1

1.457

0,6

10,8

61,4

22,6

2,6

0,3

0,6

1,1

100,0

72,8

6,8

3.976

0,7

13,9

71,1

12,0

1,4

0,1

0,2

0,5

100,0

85,7

7,6

4.438

1,2

26,6

66,5

4,6

0,5

0,2

0,0

0,3

100,0

94,3

18,5

4.594

48,7

1,8

0,4

0,3

0,0

0,7

100,0

96,8

24,9

2.119

3,7

3.727

Fasilitas kesehatan Lainnya Tidak terjawab

Daerah Tempat Tinggal

Tidak tamat SD Tamat SD Tidak Tamat SMTA Tamat SMTA

0,2

Perguruan 2,3 45,8 Tinggi2 Indeks Kuintil Kekayaan Terbawah Menengah bawah Menengah Menengah Atas Teratas

0,9

6,2

50,3

32,4

7,6

0,6

0,8

1,1

100,0

57,5

0,7

14,6

66,6

15,5

1,5

0,1

0,3

0,7

100,0

81,8

9,0

3.255

0,7

15,9

73,1

8,7

0,7

0,2

0,2

0,5

100,0

89,7

11,4

3.311

1,5

24,4

67,3

5,9

0,1

0,3

0,0

0,5

100,0

93,2

15,5

3.437

1,1

40,9

54,6

2,5

0,3

0,1

0,0

0,4

100,0

96,6

23,1

3.218

Jumlah

1,0

20,0

62,2

13,5

2,2

0,3

0,3

0,7

100,0

83,1

12,3

16.948

Catatan : Jika responden menjawab lebih dari satu penolong persalinan, yang ditabulasi adalah penolong persalinan berkualifikasi tertinggi dalam tabel ini. 1

Penolong profesional termasuk dokter, perawat, bidan, bidan di desa..

2

Perguruan Tinggi adalah: Diploma, S1/S2/S3

Sumber data: SDKI 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

46

3.5.4 Insiden HIV/AIDS Meskipun pada tahun 2009 kasus HIV sempat mengalami penurunan, akan tetapi secara umum Pengidap HIV terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2007 penderita HIV tercatat sejumlah 6.048 penderita, angka tersebut naik pada tahun 2008 menjadi10.362 penderita, dan pada tahun 2012 jumlahnya sudah mencapai 21.511 penderita. Data Kemenkes juga mencatat kasus AIDS pada tahun 2012 mengalami penurunan, yakni dari 7.004 penderita pada tahun 2011 menjadi 5.686 penderita pada tahun 2012. Gambar 3.14 Kasus HIV/AIDS dan Kematian

Sumber data: Ditjen PP dan PL Kemenkes

Sementara itu, jumlah meninggal karena kasus HIV/AIDS terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 jumlah meninggal karena virus HIV/AIDS sejumlah 825 orang, angka tersebut mengalami kenaikan pada tahun 2008 yakni 917 orang meninggal, dan sampai dengan tahun 2012 jumlah meninggal karena kasus ini sudah mencapai 1.146 orang (Lihat Lampiran Tabel 3.17 untuk melihat kumulatif Kasus HIV dan AIDS menurut Provinsi) 3.6 Pendidikan 3.6.1 Literasi (Angka Melek Huruf/AMH) Persentase penduduk laki-laki usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis dari data tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 masih berkisar di angka 95 persen. Sementara itu, persentase penduduk perempuan yang melek huruf mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai 2010 sebelum akhirnya mengalami sedikit penurunan pada tahun 2011. AMH perempuan tahun 2007 adalah 88,62 persen meningkat menjadi 90,52 persen tahun 2010 dan kemudian menurun menjadi 90,07 persen pada tahun 2011.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

47

Gambar 3.15 Angka Melek Huruf Tahun 2007-2011

Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011

Provinsi dengan angka melek huruf tertinggi terdapat di Sulawesi Utara yaitu laki-laki 99,01 persen dan perempuan sebesar 98,69 persen. Sedangkan provinsi dengan AMH terendah terdapat pada provinsi Papua dimana laki-laki sebanyak 70,72 persen dan AMH perempuan sebanyak 56,74 persen. Lihat Lampiran Tabel 3.18 untuk Angka Melek Huruf menurut Provinsi. 3.6.2 Pendidikan yang ditamatkan penduduk 15 tahun ke atas Tingkat pendidikan penduduk Indonesia mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya tren persentase penduduk yang tamat SMP dan SM+ atau sederajat dan menurunnya tren persentase penduduk yang tidak sekolah. Gambar 3.16 Pendidikan yang Ditamatkan Penduduk 15 Tahun ke Atas

Sumber data: BPS, Susenas 1994-2012

3.6.3 Partisipasi Sekolah Jumlah penduduk yang bersekolah cenderung menurun dengan meningkatnya usia. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak penduduk di kelompok usia produktif yang tidak melanjutkan pendidikannya yang diperkirakan mereka segera bekerja atau menikah (Lihat lampiran 3.19 untuk Angka Partisipasi sekolah menurut provinsi).

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

48

Gambar 3.17 Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2007-2011

Sumber data: BPS, Susenas 1994-2012

Partisipasi Murni Sekolah Dasar Angka partisipasi murni (APM) sekolah dasar (SD) formal di Indonesia baik laki-laki maupun perempuan mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai tahun 2010. Akan tetapi data tahun 2011 menunjukan angka partisipasi murni SD mengalami penurunan. Angka partisipasi murni SD Laki-laki pada tahun 2007 sebanyak 93,88 persen menjadi 91,48 persen tahun 2011. Sedangkan angka partisipasi murni SD perempuan pada tahun 2007 sebesar 93,62 persen menjadi 90,37 persen pada tahun 2011. Gambar 3.18 Angka Partisipasi Murni SD/MI/Paket A Tahun 2007-2011

Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011

Provinsi dengan angka partisipasi murni SD formal dan non formal tertinggi adalah Provinsi Sumatera Barat. Angka partisipasi laki-laki SD di Sumatera Barat pada tahun 2011 adalah 94,25 persen dan perempuan 92,58 persen. Sedangkan, provinsi dengan angka partsipasi murni SD formal dan non formal terendah adalah Papua. Pada tahun 2011, angka partisipasi murni SD laki-laki 70,56 persen dan perempuan 69,63 persen.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

49

Partisipasi Murni Sekolah Menengah Pertama APM Sekolah Menengah Pertama (SMP) formal perempuan di Indonesia lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Pada tahun 2007, APM SMP laki-laki dari 66,01 persen meningkat menjadi 66,86 pada tahun 2011. Sedangkan, APM SMP perempuan pada tahun 2007, 67,3 persen meningkat menjadi 69,19 persen tahun 2011. Gambar 3.19 Angka Partisipasi Murni SMP/MTs/Paket B Tahun 2007-2011

Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011

Provinsi dengan angka partisipasi murni SMP formal dan non formal tertinggi adalah Provinsi Aceh. Angka partisipasi laki-laki SMP di Aceh pada tahun 2011 adalah 72,58 persen dan perempuan 77,09 persen. Sedangkan, provinsi dengan angka partsipasi murni SMP formal dan non formal terendah adalah Papua. Pada tahun 2011, angka partisipasi murni SMP laki-laki 45,34 persen dan perempuan 46,85 persen.

Partisipasi Murni Sekolah Menengah Atas APM Sekolah Menengah Atas (SMA) formal laki-laki di Indonesia meningkat dari data tahun 2007 (44,82 persen) sampai dengan data tahun 2011 (47,47 persen). Akan tetapi, data APM SMA formal perempuan di Indonesia mengalami fluktuatif dari tahun 2007 sampai tahun 2010 (antara 44,29 persen sampai 44,53 persen). Setelah itu, APM SMA formal perempuan meningkat menjadi 48,19 persen pada tahun 2011. Gambar 3.20 Angka Partisipasi Murni SMA/MA/Paket C Tahun 2007-2011

Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

50

Provinsi dengan angka partisipasi murni SMA formal dan non formal tertinggi adalah Provinsi Aceh. Angka partisipasi laki-laki SMA di Aceh pada tahun 2011 adalah 61,82 persen dan perempuan 61,02 persen. Sedangkan, provinsi dengan angka partsipasi murni SMA formal dan non formal terendah adalah Papua. Pada tahun 2011, angka partisipasi murni SMA laki-laki 32,54 persen dan perempuan 32,34 persen. Lihat lampiran table 3.20 untuk Angka partisipasi murni SD, SMP, dan SMA baik formal maupun non formal menurut provinsi. 3.6.4 Rata-Rata Lama Sekolah Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas dalam jenjang pendidikan formal sejak tahun 2007-2011 mengalami sedikit peningkatan. Berdasarkan data statistik kesejahteraan rakyat rata-rata lama sekolah laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Pada tahun 2007, rata-rata lama sekolah laki-laki adalah 8 tahun dan meningkat menjadi 8,3 tahun pada tahun 2010 sampai dengan 2011. Sedangkan, rata-rata lama sekolah perempuan pada tahun 2007 adalah 7 tahun dan mengalami peningkatan menjadi 7,5 tahun pada tahun 2010 sampai dengan 2011. Gambar 3.21 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Penduduk Usia 15 tahun ke AtasTahun 2007-2011, Indonesia

Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011

Provinsi dengan rata-rata lama sekolah tertinggi adalah provinsi DKI Jakarta. Ratarata lama sekolah laki-laki di DKI Jakarta pada tahun 2011 adalah 10,9 tahun dan perempuan 9,9 tahun. Sedangkan, provinsi dengan rata-rata lama sekolah terendah adalah Papua. Pada tahun 2011, rata-rata lama sekolah laki-laki 6,6 tahun dan perempuan 5 tahun. Rata-rata Lama sekolah menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.21. 3.7 Ekonomi dan Ketenagakerjaan 3.7.1 Ekonomi Laju Pertumbuhan Ekonomi Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi cukup signifikan PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

51

pada tahun 2009 dari 6.01 persen pada tahun 2008 menjadi 4.58 persen. Pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi kembali menguat, menjadi 6,20 persen dan terus meningkat mencapai 6,46 persen pada tahun 2011 kemudian menurun kembali di tahun 2012 sebesar 6,23. Gambar 3.22 Persentase Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2007 - 2012

Sumber data: BPS, Pendapatan Nasional Indonesia tahun 2007, 2008, 2009, 2010*, 2011** dan 2012*** *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara ***) Angka sangat sangat sementara

Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita terdiri atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000. Pendapatan perkapita atas dasar harga berlaku terus meningkat dari 15.125.923,58 rupiah tahun 2007 menjadi 30.516.670,73 pada tahun 2012. Demikian pula dengan pendapatan perkapita atas dasar harga konstan 2000, meningkat dari 7.344.733,98 rupiah menjadi 9.490.533,09 rupiah pada tahun 2012. Tabel 3.16 Jumlah Pendapatan per Kapita Indonesia Tahun 2007-2010 Jumlah Pendapatan per kapita per tahun Atas dasar harga berlaku Atas dasar harga konstan 2000

2007

2008

2009

2010

2011*)

2012**)

15,125,923.58

18,774,282.37

20,731,425.57

23,759,818.77

27,298,811.57

30,516,670.73

7,344,733.98

7,797,691.36

7,916,021.37

8,412,617.54

9,025,532.92

9,490,533.09

Sumber data: BPS 2007, 2008, 2009, 2010 *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) terdiri atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000. PDRB atas dasar harga berlaku terus meningkat dari 3.556.333.628 juta rupiah tahun 2007 menjadi 6.020.994.080 juta rupiah pada tahun 2010. Begitu pula dengan PDRB atas dasar harga konstan 2000, meningkat dari 1.890.607.083 juta rupiah menjadi 2.363.341.719 juta rupiah pada tahun 2010.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

52

Tabel 3.17 Jumlah Pendapatan Domestik Regional Bruto Indonesia (juta rupiah) Tahun 2007 - 2011 Jumlah Pendapatan Domestik Regional Bruto per tahun (juta rupiah)

2007

2008

2009

2010

2011

Atas dasar harga berlaku

3,556,333,628

4,271,044,592

4,653,539,247

5,293,856,970

6,020,994,080

Atas dasar harga konstan 2000

1,890,607,083

1,999,046,591

2,094,358,009

2,222,763,051

2,363,341,719

Sumber data: BPS 2007, 2008, 2009, 2010, 2011

Berdasarkan harga berlaku, Provinsi dengan PDRB terendah pada tahun 2011 adalah Provinsi Maluku Utara dengan pendapatan bruto 6.056.973,74 juta rupiah. Sementara Provinsi Gorontala memiliki pendapatan bruto terendah berdasarkan harga konstan yakni 3.141.458,12 juta rupiah. Provinsi DKI jakarta dengan PDRB harga berlaku dan harga konstan masing-masing 982.540.043,96 juta rupiah dan 422.162.570,82 menempati perolehan tertinggi dalam Pendapatan Domestik Regional Bruto di Indonesia untuk tahun 2011. Lihat Lampiran Tabel 3.22 dan 3.23 untuk Pendapatan Domestik Bruto menurut Provinsi.

Kemiskinan Kemiskinan adalah sebuah kondisi ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, dan kesehatan. Bank Dunia mendefiniskan kemiskinan ini dengan kehidupan dengan pendapatan $ 1 USD per hari. Gambar 3.23 Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2009-2013

Sumber data: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia tahun 2009-2013

Gambar 3.23 menunjukkan persentase penduduk miskin di indonesia berdasarkan Perkembangan Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia tahun 2009-2013 terus mengalami penurunan. Persentase jumlah penduduk miskin di indonesia tahun 2009 adalah 14,15 persen, angka tersebut sampai dengan tahun 2013 turun menjadi 11,37 persen dari total jumlah penduduk di Indonesia.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

53

Provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbanyak adalah Jawa Timur dengan jumlah penduduk miskin mencapai 5.070.980 juta jiwa. Sedangkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berada pada posisi terendah yakni 71.360 jiwa penduduk miskin. Lihat Lampiran Tabel 3.24 untuk melihat jumlah dan persentase penduduk miskin menurut Provinsi. 3.7.2 Ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) TPAK adalah persentase penduduk yang bekerja terhadap jumlah seluruh penduduk usia kerja (15-64 tahun). Gambar 3.24 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Indonesia (persen) Tahun 2007 - 2010

Sumber data: Sakernas 2007,2008, 2009, 2010

Pada tahun 2011 tingkat partisipasi angkatan kerja belum berdasarkan jenis kelamin, hasil sakernas pada tahun 2011 dan 2012 data pada bulan februari tahun 2011 sebesar 69.96 persen kemudian tingkat partisipasi angkatan kerja menurun sampai dengan bulan Agustus tahun 2011 sebesar 68.34 persen. Pada tahun 2012 bulan Februari naik kembali sebesar 69.66 persen kemudian kembali menurun pada bulan agustus sebesar 67.88. Pada tahun 2013 tingkat partisipasi angkatan kerja hanya tersedia sampai bulan Februari yaitu sebesar 69,21 persen (TPAK menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.25). Tabel 3.18 Tren Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (persen) Februari

2011

2012

2013

69,96

69,66

69,21

Agustus

68,34

67,88

-

Sumber data: Sakernas 2011, 2012, 2013

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

54

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) TPT adalah persentase penduduk yang mencari pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja dari jumlah angkatan kerja yang ada. Gambar 3.25 Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia (persen) Tahun 2007 – 2011

Sumber data: Sakernas 2007,2008, 2009, 2010, 2011

Tingkat Pengangguran terbuka Indonesia dari hasil Sakernas pada tahun 2012 sampai dengan bulan Februari sebesar 6.32 dan pada bulan Agustus turun sebesar 6.14. Pada tahun 2013 pada bulan februari tingkat pengangguran terbuka sebesar 5.92, sementara data bulan agustus belum tersedia (Tingkat penganguran terbuka menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.26). Tabel 3.19 Tingkat Pengangguran Terbuka Tingkat Pengangguran Terbuka

2012

2013

Februari Agustus

6.32 6.14

5.92 -

*) Pengangguran Terbuka : Mencari Pekerjaan, Mempersiapkan Usaha, Merasa Tidak Mungkin Mendapat Pekerjaan, Sudah Punya Pekerjaan tetapi belum dimulai

3.8 Pertanian Pangan 3.8.1 Pangan Nasional Terdapat penurunan kuantitas konsumsi pangan nasional di tingkat rumah tangga sekitar 5,05 persen disebabkan menurunnya konsumsi beras dari 281,71 gram/kap/hari di tahun 2011 menjadi 267,49 gram/kap/hari pada tahun 2012.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

55

Tabel 3.20 Perkembangan Konsumsi Pangan Nasional Secara Kuantitas pada Tahun 2011 -2012 Kelompok Bahan Pangan Padi-padian a. Beras b. Jagung c. Terigu Umbi-umbian a. Singkong b. Ubi jalar c. Kentang d. Sagu e. Umbi lainnya Pangan Hewani a. Daging ruminansia b. Daging unggas c. Telur d. Susu e. Ikan Minyak dan Lemak a. Minyak kelapa b. Minyak sawit c. Minyak lainnya Buah/biji berminyak a. Kelapa b. Kemiri Kacang-kacangan a. Kedelai b. Kacang tanah c. Kacang hijau d. Kacang lain Gula a. Gula pasir b. Gula merah Sayuran dan Buah a. Sayur b. Buah Lain-lain a. Minuman b. Bumbu-bumbuan

Konsumsi Gram/kap/hari Kg/kap/thn 2012 2011 2012 2011 281,71 4,30 29,93

267,49 5,19 27,24

102,82 1,57 10,92

97,63 1,90 9,94

27,59 8,11 4,31 1,33 1,84

20,02 6,59 4,02 1,19 1,22

10,07 2,96 1,57 0,48 0,67

7,31 2,41 1,47 0,44 0,45

5,54 13,03 19,56 5,74 51,99

7,63 12,04 19,16 4,63 48,27

2,02 4,75 7,14 2,09 18,98

2,79 4,40 6,99 1,69 17,62

4,11 18,09 0,57

2,82 20,51 0,33

1,50 6,60 0,21

1,03 7,49 0,12

5,12 0,89

4,75 0,70

1,87 0,32

1,73 0,26

20,71 0,92 0,78 0,28

19,41 0,77 0,75 0,62

7,56 0,34 0,28 0,10

7,08 0,28 0,27 0,23

20,23 1,98

17,75 1,45

7,38 0,72

6,48 0,53

133,70 63,61

129,98 69,14

48,80 23,22

47,44 25,24

49,89 11,33

49,64 10,73

18,21 4,13

18,12 3,92

Sumber : Susenas 2011 – 2012 Triwulan I, BKPS diolah BKP

3.8.2 Produktivitas Pertanian Berdasarkan angka sementara (Asem) BPS, produksi padi nasional tahun 2013 mencapai 70.87 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Artinya mengalami kenaikan sebesar 1,81 juta ton atau 2,62 persen dibanding 2012. Tabel 3.21 Produktivitas Padi Tahun 2011 -2013 Jenis Tanaman (1)

(2)

Luas Panen (Ha) (3)

Padi

2011

13.203.643

49,80

65.75.6904

Padi

2012

13.445.524

51,36

69.056.126

Padi

2013*)

13.769.913

51,46

70.866.571

Tahun

Produktivitas (ku/Ha) (4)

Produksi (Ton) (5)

Sumber data : BPS Tahun 2013 *) Data Tahun 2013 adalah angka Sementara

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

56

Kenaikan produksi padi nasional tersebut berasal dari kenaikan produksi di Jawa sebesar 871.34 ribu ton dan di luar Jawa sebesar 939.11 ribu ton. Produksi komoditas padi meningkat seiring peningkatan luas panen 324,29 ribu hektare (2,41 persen) dan kenaikan produktivitas sebesar 0,1 kuintal per hektare. Tabel 3.22 Produktivitas Jagung Tahun 2011 -2013

(2)

Luas Panen (Ha) (3)

Produktivitas (ku/Ha) (4)

Produksi (Ton) (5)

Jagung

2011

3.864.692

45,65

17.643.250

Jagung

2012

3.957.595

48,99

19.387.022

Jagung

2013*)

3.857.359

47,99

18.510.435

Jenis Tanaman

Tahun

(1)

Sumber data: BPS Tahun 2013 *) Data Tahun 2013 adalah angka Sementara

Produktivitas jagung mengalami penurunan dari 48.99 (ku/ha) tahun 2012 menjadi 47.99 (ku/ha) pada tahun 2013, kondisi tersebut seiring dengan turunnya Luas Panen dari 3.957.595 (Ha) tahun 2012 menjadi 3.857.359 (Ha) pada tahun 2013. Tabel 3.23 Produktivitas Kedelai Tahun 2011 -2013

(2)

Luas Panen (ha) (3)

Produktivitas (ku/Ha) (4)

Produksi (Ton) (5)

Kedelai

2011

622.254

13,68

851.286

Kedelai

2012

567.624

14,85

843.153

Kedelai

2013*)

554.132

14,57

807.568

Jenis Tanaman

Tahun

(1)

Sumber data: BPS Tahun 2013 *) Data Tahun 2013 adalah angka Sementara

Penurunan luas panen juga terjadi pada komoditas kedelai yakni dari 567,624 (Ha) tahun 2012 menjadi 554,132 (Ha) pada tahun 2013. Kondisi tersebut berakibat pada turunnya produktivitas kedelai tahun 2013 sebesar 0,28 (ku/Ha) bila dibandingkan tahun 2012. Tabel 3.24 Produktivitas Ubi Kayu tahun 2011 -2013

(3)

Luas Panen (ha) (4)

Produktivitas (ku/Ha) (5)

Produksi (Ton) (6)

Ubi Kayu

2011

1.184.696

202,96

24.044.025

Ubi Kayu

2012

1.129.688

214,02

24.177.372

Ubi Kayu

2013*)

1.137.210

224,18

25.494.507

Jenis Tanaman

Tahun

(2)

Sumber data: BPS Tahun 2013 *) Data Tahun 2013 adalah angka Sementara

Produksi Ubi kayu pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 1,32 juta ton dibandingkan dengan tahun 2012. Peningkatan tersebut seiring dengan meningkatnya produktivitas dari 214,02 (ku/Ha) pada tahun 2012 menjadi 224,18 pada tahun 2013. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

57

3.8.3 Produkivitas Perikanan Perikanan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis. Peningkatan produktivitas perikanan hasil tangkapan baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir sebagai berikut : Tabel 3.25 3.23 Volume Volume Produksi Produksi Perikanan Perikanan (ton) Tabel (ton) No.

Uraian

2007

2008

2009

2010

2011

(1) 1

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

4.734.280

4.701.933

4.812.235

5.039.446

5.061.680

310.457

301.182

295.736

344.972

347.420

1.509.528

1.966.002

2.820.083

3.514.702

3.735.585

933.832 410.373 63.928

959.509 479.167 75.769

907.123 554.067 101.771

1.416.938 819.809 121.271

1.734.260 955.511 120.654

190.893

263.169

238.606

309.499

331.936

85.009

111.584

86.913

96.605

98.804

8.238.300

8.858.315

9.816.534

11.663.242

12.385.850

2

Perikanan Tangkap

Perikanan Budidaya

TOTAL

Perikanan Laut Perairan Umum Budidaya Laut Tambak Kolam Keramba Jaring Apung Sawah

Sumber data: Perikanan dan Kelautan dalam Angka, Kementerian Kelautan dan Perikanan 2012

Produktivitas nelayan dan pembudidaya ikan perikanan Indonesia menunjukkan peningkatan. Tahun 2011 perikanan tangkap meningkat 0,49 persen dan perikanan budidaya meningkat 4,4 persen. Peningkatan produktifitas perikanan tersebut dikarenakan adanya peningkatan produktivitas tambak dan peningkatan produktivitas alat tangkap perairan umum, serta meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan pembudidayaan ikan. Namun, tingkat konsumsi ikan nasional pada 2010 mencapai 30,48 kg/kapita/tahun sedangkan pada 2011 rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional sebesar 31,64 kg/kapita atau dapat dikatakan mengalami peningkatan ratarata 3,81 persen dibandingkan konsumsi tahun 2010. 3.8.4 Produktivitas Perkebunan Perkebunan merupakan usaha pertanian dengan lahan luas untuk menghasilkan komoditas perdagangan berbasis pertanian. Tabel 3.27 menyajikan berbagai komoditas perkebunan dalam 6 (enam) tahun terakhir.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

58

Tabel 3.26 Produktivitas Tanaman Perkebunan Tahun 2008-2013

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan 2013, Kementerian Pertanian

3.8.5 Produktivitas Peternakan Peternakan merupakan kegiatan mengembang biakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut. Berikut ini gambaran produktivitas peternakan selama 3 tahun terakhir: Tabel 3.27 Produktivitas Peternakan Tahun 2008-2011 No.

Kegiatan Utama

1.

Sapi Potong

2.

Sapi Perah

3.

Kerbau

4.

Kuda

5.

2009

2010

2011*

12.76

13.582

14.824**

475

488

597**

1.933

2

1.305**

399

419

416

Kambing

15.815

16.62

17.483

6.

Domba

10.199

10.725

11.372

7.

Babi

6.975

7.477

7.758

8.

Ayam Buras

249.964

257.544

274.893

9.

Ayam Ras Petelur

10.

Ayam Ras Pedaging

99.768

105.21

110.3

991.281

986.872

1.041.968

11. Itik 42.318 44.302 49.392 Sumber : Direktorat jenderal Peternakan *Angka Sementara **Berdasarkan hasil pendataan lengkap sapi potong, sapi perah, dan kerbau tahun 2011

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

59

Populasi sapi di Indonesia mencapai 15,4 juta ekor berdasarkan hasil akhir Pendataan Sapi Perah, Sapi Potong dan Kerbau (PSPK 2011) oleh BPS bersama Kementan. Riciannya adalah jumlah sapi potong mencapai 14,8 juta ekor, sapi perah sebanyak 597.200 ekor dan kerbau 1,3 juta ekor. Produktivitas peternakan seperti sapi saat ini setiap masyarakat Indonesia baru mampu mengkonsumsi daging sapi kurang lebih 1,7 kg/orang/tahun, yang disupply dari sapi lokal sekitar 15 juta ekor sapi setara dengan 350.000 ton daging. Sehingga masih kekurangan sapi potong untuk memenuhi kebutuhan nasional. Rendahnya konsumsi daging disebabkan supply sapi yang belum mencukupi permintaan dan biaya produksi (pemeliharaan) yang relatif mahal, sehingga harga sapi potong melambung tinggi dan akhirnya daya beli masyarakat tidak mampu menjangkau. Tingginya tingkat permintaan terhadap produk unggas akan meningkatkan kontribusi daging unggas dalam memenuhi kebutuhan daging nasional.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

60

PENUTUP

4

Profil Kependudukan tingkat Nasional Indonesia ini diharapkan dapat memberikan gambaran situasi kependudukan di Indonesia. Telaah lebih mendalam dari Profil ini bermanfaat dalam memotret lebih tajam dan detil situasi kependudukan di Indonesia. Tujuan dari penyusunan buku Profil Kependudukan ini, agar dapat memberikan masukan kepada komponen maupun bidang teknis tentang permasalahan kependudukan di Indonesia berdasarkan tren kecenderungan data yang ditampilkan. Akhir kata, kritik dan saran membangun terhadap penyusunan buku Profil Kependudukan Tingkat Nasional Indonesia ini sangat diperlukan, demi menyempurnakan isi dan relevansi data profil ini terhadap situasi kependudukan di Indonesia, dalam upaya mengidentifikasi masalah kependudukan, serta merumuskan alternatif solusi pemecahannya.

Jakarta, Oktober 2013

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

61

DAFTAR PUSTAKA

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2013. Pelayanan Kontrasepsi Agustus 2013, Jakarta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan dan Macro International, 1992. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1991. Calverton, Maryland, USA. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan dan Macro International, 1995. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1994. Calverton, Maryland, USA. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan dan Macro International, 1998. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997. Calverton, Maryland, USA. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan dan Macro International, 2002-2003. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003. Calverton, Maryland, USA. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan dan Macro International, 2008. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Calverton, Maryland, USA Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan dan Macro International, 2013. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta, Indonesia. Badan Pusat Statistik, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2012. Profil Anak Indonesia 2012. Jakarta, Indonesia Badan Pusat Statistik, 2008. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Jakarta Indonesia Badan Pusat Statistik, 2009. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia 2009. Jakarta, Indonesia Badan Pusat Statistik, 2009. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2008. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Jakarta Indonesia Badan Pusat Statistik, 2010. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia 2010. Jakarta, Indonesia

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

62

Badan

Pusat

Statistik,

2010.

Sensus

Penduduk

2010.

diakses

melalui

http://sp2010.bps.go.id/ Badan Pusat Statistik, 2010. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2009. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Jakarta Indonesia Badan Pusat Statistik, 2011. Fertilitas Penduduk Indonesia, Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta, Indonesia Badan Pusat Statistik, 2011. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia 2011. Jakarta, Indonesia Badan Pusat Statistik, 2011. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2010. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Jakarta Indonesia Badan Pusat Statistik, 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia 2012. Jakarta, Indonesia Badan Pusat Statistik, 2012. Statistik Indonesia 2012. Jakarta, Indonesia Badan Pusat Statistik, 2012. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2011. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Jakarta Indonesia Badan Pusat Statistik, 2013. Survei Angkatan Kerja Nasional (Susenas). Jakarta, Indonesia Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008, Jakarta, Indonesia Gavin W. Jones,Terence H. Hull, 1997. Indonesia Assessment-Population and Human Resources p.2, Institute of Southeast Asian Studies, Singapore diakses melalui http://books.google.co.id pada September 2013 Indonesia,

International

Human

Development

Indicators,

diakses

melalui

www.hdrstats.undp.org/en/countries/profiles/IDN.html pada Agustus 2013. Kementerian kelautan dan perikanan 2011. Perikanan dan Kelautan dalam Angka 2011, Jakarta, Indonesia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2009, Jakarta, Indonesia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010, Jakarta, Indonesia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2011, Jakarta, Indonesia Kementerian Kesehatan Republik, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP & PL), Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia Juni 2013, diakses melalui http://www.spiritia.or.id pada September 2013 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Badan Pusat Statistik, tahun 2012. Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2012 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

63

Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D, Pengelolaan Kependudukan Dalam Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia Di Indonesia, 2012. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana United Nations, Departement of Economic and Social Affairs, Population Division (2013). World Population Prospect: The 2012 Revision, DVD Edition diakses melalui http://esa.un.org/wpp/Excel-Data/mortality.htm pada September 2013

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

64

TABEL LAMPIRAN

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

65

Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan Penduduk di Indonesia menurut Provinsi Tahun 1971 - 2010

No

Provinsi

1971-1980

1980-1990

1990-2000

2000-2010

1

Aceh

2,93

2,72

1,46

2,23

2

Sumatera Utara

2,6

2,06

1,32

1,10

3

Sumatera Barat

2,21

1,62

0,62

1,34

4

Riau

3,11

4,3

4,27

3,58

5

Jambi

4,07

3,4

1,83

2,56

6

Sumatera Selatan

3,32

3,15

1,24

1,85

7

Bengkulu

4,4

4,38

2,2

1,67

8

Lampung

5,78

2,67

1,17

1,24

-

Bangka Belitung

-

-

3,14

10

Kep. Riau

-

-

-

4,95

11

DKI Jakarta

3,94

2,42

0,13

1,41

12

Jawa Barat

2,66

2,57

2,24

1,90

13

Jawa Tengah

1,65

1,18

0,94

0,37

14

DIY

1,11

0,57

0,72

1,04

15

Jawa Timur

1,49

1,08

0,70

0,76

16

Banten

9

-

-

-

2,78

1,18

17

Bali

1,69

1,31

2,15

18

Nisa Tenggara Barat

2,36

2,15

1,81

1,17

19

Nusa Tenggara Timur

1,96

1,79

1,63

2,07

20

Kalimantan Barat

2,31

2,65

2,28

0,91

21

Kalimantan Tengah

3,44

3,88

2,98

1,79

22

Kalimantan Selatan

2,17

2,32

1,45

1,99

23

Kalimantan Timur

5,74

4,42

2,80

3,81

24

Sulawesi Utara

2,31

1,6

1,40

1,28

25

Sulawesi Tengah

3,87

2,87

2,52

1,95

26

Sulawesi Selatan

1,75

1,42

1,48

1,17

27

Sulawesi Tenggara

3,1

3,66

3,14

2,08

28

Gorontalo

-

-

-

2,26

29

Sulawesi Barat

-

-

-

2,68

30

Maluku

2,89

2,79

0,67

2,80

31 32

Maluku Utara Papua Barat

2,47 3,71

Papua

3,46

-

33

2,68

3,10

5,39

INDONESIA

2,33

1,97

1,44

1,49

* khusus Aceh LPP dihitung berdasarkan SUPAS 2005 dan SP2010. *LPP 1990-2000 tanpa Timor-Timur Sumber data: SP 1971, 1980, 1990, 2000, 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

66

Tabel Tabel 2.2 2.3 Rasio ketergantungan di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2000-2010

No

Provinsi

2000

2010

1

Aceh

58.33

55.76

2

Sumatera Utara

63.48

59.05

3

Sumatera Barat

68.47

60.22

4

Riau

54.18

55.46

5

Jambi

55.70

51.68

6

Sumatera Selatan

61.82

52.24

7

Bengkulu

58.82

52.48

8

Lampung

57.45

49.53

9

Kep. Bangka Belitung

55.90

45.70

-

45.70

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

35.14

36.94

12

Jawa Barat

54.51

51.20

13

Jawa Tengah

53.44

50.31

14

DI Yogyakarta

44.73

45.93

15

Jawa Timur

45.93

46.33

16

Banten

61.87

48.66

17

Bali

45.57

48.12

18

NTB

63.09

55.52

19

NTT

70.32

73.21

20

Kalimantan Barat

59.44

54.85

21

Kalimantan Tengah

55.58

51.14

22

Kalimantan Selatan

55.86

48.62

23

Kalimantan Timur

50.09

49.13

24

Sulawesi Utara

48.35

50.24

25

Sulawesi Tengah

57.68

58.28

26

Sulawesi selatan

59.37

57.21

27

Sulawesi Tenggara

68.20

63.47

28

Gorontalo

55.66

55.29

29

Sulawesi Barat

-

66.99

30

Maluku

70.54

67.17

31

Maluku Utara

67.97

62.49

32

Papua

61.53

56.34

33

Papua Barat

-

55.72

Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 2000, 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

67

Tabel Tabel 2.3 2.4 Rasio Jenis Kelamin di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2000-2010

No

Provinsi

2000

2010

1

Aceh

101,1

100,0

2

Sumatera Utara

99,8

100,0

3

Sumatera Barat

96,1

98,0

4

Riau

104,4

106,0

5

Jambi

104,2

105,0

6

Sumatera Selatan

101,0

104,0

7

Bengkulu

103,2

105,0

8

Lampung

106,2

106,0

9

Kep.Bangka Belitung

104,0

108,0

10

Kep. Riau DKI Jakarta

102,5

106,0

11 12

Jawa Barat

102,1

104,0

13

103,0

Jawa Tengah

99,2

99,0

14

DIY

98,3

98,0

15

Jawa Timur

97,9

98,0

16

Banten

101,5

105,0

17

Bali

101,0

102,0

18

Nisa Tenggara Barat

94,2

94,0

19

Nusa Tenggara Timur

98,6

99,0

20

Kalimantan Barat

104,7

105,0

21

Kalimantan Tengah

106,8

109,0

22

Kalimantan Selatan

100,5

103,0

23

Kalimantan Timur

109,7

111,0

24

Sulawesi Utara

104,9

104,0

25

105,0

Sulawesi Tengah

104,7

26

Sulawesi Selatan

95,1

95,0

27

Sulawesi Tenggara

100,7

101,0

28

Gorontalo

101,0

101,0

29

Sulawesi Barat Maluku

102,8

101,0

30 31

Maluku Utara

104,7

105,0

32

Papua Barat

-

112,0

33

Papua

110,4

113,0

INDONESIA

100,6

101,0

102,0

Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 2000, 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

68

Tabel 2.4 Tingkat Urbanisasi di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2000-2010

No

Provinsi

2000

2010

1

Aceh

23,1

28,1

2

Sumatera Utara

42,9

49,2

3

Sumatera Barart

28,9

38,7

4

Riau

34,0

39,2

5

Jambi

29,7

30,7

6

Sumatera Selatan

33,4

35,8

7

Bengkulu

28,3

31,0

8

Lampung

21,6

25,7

9

Kepulauan Bangka Belitung

43,0

49,2

10

Kepulauan Riau

76,5

82,8

11

DKI Jakarta

100,0

100,0

12

Jawa Barat

50,4

65,7

13

Jawa Tengah

40,2

45,7

14

Yogyakarta

57,6

66,4

15

Jawa Timur

40,9

47,6

16

Banten

54,7

67,0

17

Bali

49,7

60,2

18

Nusa Tenggara Barat

34,3

41,7

19

Nusa Tenggara Timur

14,5

19,3

20

Kalimantan Barat

-

30,2

21

Kalimantan Tengah

28,1

33,5

22

Kalimantan Selatan

36,2

42,1

23

Kalimantan Timur

57,7

62,1

24

Sulawesi Utara

37,7

45,2

25

Sulawesi Tengah

20,2

24,3

26

Sulawesi Selatan

31,2

36,7

27

Sulawesi Tenggara

20,8

27,4

28

Gorontalo

24,0

34,0

29

Sulawesi Barat

18,0

22,9

30

Maluku

25,3

37,1

31

Maluku Utara

27,8

27,1

32

Papua barat

32,1

30,0

33

Papua

20,4

26,0

Total Rata-Rata

42,1

49,8

Sumber data: buku Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Indonesia, 2010 (website BPS)

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

69

Tabel Tabel2.5 2.6 Kepadatan Penduduk di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2000-2010

No

Provinsi

Kepadatan Penduduk (jiwa/km persegi) 2000

2010

1

Aceh

68

78

2

Sumatera Utara

160

178

3

Sumatera Barat

101

115

4

Riau

45

64

5

Jambi

48

62

6

Sumatera Selatan

68

81

7

Bengkulu

73

86

8

Lampung

194

220

9

Bangka Belitung

55

74

10

Kep. Riau

127

205

11

DKI Jakarta

12592

14469

12

Jawa Barat

1010

1217

13

Jawa Tengah

952

987

14

DIY

996

1104

15

Jawa Timur

727

784

16

Banten

838

1100

17

Bali

545

673

18

Nisa Tenggara Barat

216

242

19

Nusa Tenggara Timur

78

96

20

Kalimantan Barat

27

30

21

Kalimantan Tengah

12

14

22

Kalimantan Selatan

77

94

23

Kalimantan Timur

12

17

24

Sulawesi Utara

144

164

25

Sulawesi Tengah

35

43

26

Sulawesi Selatan

153

172

27

Sulawesi Tenggara

48

59

28

Gorontalo

74

92

29

Sulawesi Barat

53

69

30

Maluku

25

33

31

Maluku Utara

25

32

32

Papua Barat

5

8

33

Papua

5

9

107

124

INDONESIA

Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 2000, 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

70

Tabel 2.6 Tabel 2.7 Estimasi Angka Kelahiran Kasar (CBR) di Indonesia menurut Provinsi tahun 1990-2010

No

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur Banten Bali Nisa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua INDONESIA

Rasio Angka Kelahiran Kasar (CBR) 1990

2000

2010

21.7 25.0 22.8 24.1 21.8 22.7 24.4 22.9 19.3 22.5 19.9 14.9 16.6 15.9 25.4 27.2 21.5 22.1 20.2 22.2 21.1 25 20.1 27.3 27.8 23.4 20.9

14.1 19.5 20.6 20.2 18.1 15.6 18.6 16.7 17.3 16.5 19 16.4 14 13.6 18.6 15.7 17.3 25.4 17.5 15.9 18.1 21.1 17.9 24.1 18.1 22.9 22.3 23.8 19.9 16 17.4

21.2 20.9 19.8 21.9 20.1 19.8 20.1 19.3 20.4 22.5 16.8 17.4 16.3 14.4 14.5 18.6 15.9 21.3 22.3 19.1 19.5 19.2 21 15.9 19.8 18.6 23.1 18.4 21.8 21.8 20.8 22.1 17 17.9

Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 1990, 2000, 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

71

Tabel 2.7 Angka Fertilitas Total di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2002 - 2012

No

Provinsi

TFR 2002/'03

2007

2012

-

3,10

2,80

1

DI Aceh

2

Sumatera Utara

3,00

3,84

3,00

3

Sumatera Barat

3,20

3,38

2,80

4

Riau

3,20

2,69

2,90

5

Jambi

2,70

2,77

2,30

6

Sumatera Selatan

2,30

2,73

2,80

7

Bengkulu

3,00

2,43

2,20

8

Lampung

2,70

2,47

2,70

9

Bangka Belitung

2,40

2,49

2,60

10

Kepulauan Riau

-

3,10

2,60

11

DKI Jakarta

2,20

2,10

2,30

12

Jawa Barat

2,80

2,55

2,50

13

Jawa Tengah

2,10

2,06

2,50

14

DI Yogyakarta

1,90

1,82

2,10

15

Jawa Timur

2,10

2,14

2,30

16

Banten

2,60

2,64

2,50

17

Bali

2,10

2,06

2,30

18

Nusa Tenggara Barat

2,40

2,82

2,80

19

Nusa Tenggara Timur

4,10

4,22

3,30

20

Kalimantan Barat

2,90

2,77

3,10

21

Kalimantan Tengah

3,20

2,99

2,80

22

Kalimantan Selatan

3,00

2,65

2,50

23

Kalimantan Timur

2,80

2,70

2,80

24

Sulawesi Utara

2,60

2,76

2,60

25

Sulawesi Tengah

3,20

3,27

3,20

26

Sulawesi Selatan

2,60

2,85

2,60

27

Sulawesi Tenggara

3,60

3,28

3,00

28

Gorontalo

2,80

2,61

2,60

29

Sulawesi Barat

-

3,49

3,60

30

Maluku

-

3,90

3,20

31

Maluku Utara

-

3,18

3,10

32

Papua Barat

-

3,45

3,70

33

Papua

-

2,90

3,50

2,60

2,59

2,59

INDONESIA Sumber data: SDKI 2002/'03, 2007, 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

72

Tabel Tabel 2.8 2.9 Rasio Anak Wanita di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2010

No

Provinsi

Rasio Anak Wanita 395

1

Aceh

2

Sumatera Utara

420

3

Sumatera Barat

404

4

Riau

424

5

Jambi

374

6

Sumatera Selatan

375

7

Bengkulu

370

8

Lampung

360

9

Kep.Bangka Belitung

388

10

Kep. Riau

394

11

DKI Jakarta

278

12

Jawa Barat

351

13

Jawa Tengah

312

14

DIY

272

15

Jawa Timur

282

16

Banten

342

17

Bali

315

18

Nisa Tenggara Barat

369

19

Nusa Tenggara Timur

515

20

Kalimantan Barat

383

21

Kalimantan Tengah

381

22

Kalimantan Selatan

346

23

Kalimantan Timur

398

24

Sulawesi Utara

341

25

Sulawesi Tengah

417

26

Sulawesi Selatan

360

27

Sulawesi Tenggara

454

28

Gorontalo

378

29

Sulawesi Barat

462

30

Maluku

484

31

Maluku Utara

471

32

Papua Barat

462

33

Papua

396 INDONESIA

348

Sumber data : Sensus Penduduk Tahun 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

73

Tabel 2.9 Rata-Rata Usia Kawin Pertama di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2010

No

Provinsi

Rata-rata Usia Kawin Pertama 23,1

1

Aceh

2

Sumatera Utara

21,8

3

Sumatera Barat

22,9

4

Riau

22,5

5

Jambi

21,2

6

Sumatera Selatan

22,2

7

Bengkulu

22,2

8

Lampung

22,0

9

Kep.Bangka Belitung

21,2

10

Kep. Riau

24,4

11

DKI Jakarta

23,5

12

Jawa Barat

22,2

13

Jawa Tengah

22,1

14

DIY

24,3

15

Jawa Timur

22,0

16

Banten

21,5

17

Bali

22,4

18

Nisa Tenggara Barat

22,1

19

Nusa Tenggara Timur

23,5

20

Kalimantan Barat

22,1

21

Kalimantan Tengah

21,0

22

Kalimantan Selatan

21,2

23

Kalimantan Timur

22,2

24

Sulawesi Utara

22,5

25

Sulawesi Tengah

21,8

26

Sulawesi Selatan

23,2

27

Sulawesi Tenggara

22,3

28

Gorontalo

21,6

29

Sulawesi Barat

22,0

30

Maluku

23,6

31

Maluku Utara

22,8

32

Papua Barat

23,0

33

Papua

22,3 INDONESIA

22,3

Sumber data : Sensus Penduduk Tahun 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

74

Tabel 2.10 Median Umur Kawin Pertama Wanita Umur 25-49 tahun Menurut Provinsi, Indonesia 2012 No

Provinsi

Median UKP

1

Aceh

20,7

2

Sumatera Utara

21,6

3

Sumatera Barat

21,3

4

Riau

20,6

5

Jambi

19,1

6

Sumatera Selatan

20,0

7

Bengkulu

19,6

8

Lampung

19,7

9

Bangka Belitung

19,8

10

Kepulauan Riau

22,3

11

DKI Jakarta

22,3

12

Jawa Barat

19,4

13

Jawa Tengah

20,1

14

DI Yogyakarta

22,5

15

Jawa Timur

19,5

16

Banten

19,3

17

Bali

21,5

18

Nusa Tenggara Barat

19,5

19

Nusa Tenggara Timur

21,6

20

Kalimantan Barat

19,3

21

Kalimantan Tengah

19,0

22

Kalimantan Selatan

19,0

23

Kalimantan Timur

20,2

24

Sulawesi Utara

21,0

25

Sulawesi Tengah

19,5

26

Sulawesi Selatan

20,2

27

Sulawesi Tenggara

19,0

28

Gorontalo

20,0

29

Sulawesi Barat

19,1

30

Maluku

21,2

31

Maluku Utara

20,3

32

Papua

20,7

33

Papua Barat INDONESIA

19,6 20,1

Sumber data: SDKI 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

75

Tabel 2.11 Kebutuhan Ber-KB yang tidak Terpenuhi di Indonesia Tahun 2012 Kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi No

Provinsi

Untuk menjarangkan kelahiran

Untuk membatasi kelahiran

Jumlah

1

Aceh

8,2

5,7

14,0

2

Sumatera Utara

4,1

9,2

13,2

3

Sumatera Barat

5,7

8,0

13,7

4

Riau

4,1

7,7

11,8

5

Jambi

3,1

4,8

7,9

6

Sumatera Selatan

2,6

5,5

8,1

7

Bengkulu

4,0

5,1

9,1

8

Lampung

3,0

4,9

7,9

9

Bangka Belitung

3,5

6,3

9,8

10

Kepulauan Riau

6,3

8,2

14,5

11

DKI Jakarta

5,1

8,1

13,2

12

Jawa Barat

3,5

7,5

11,0

13

Jawa Tengah

3,9

6,4

10,4

14

DI Yogyakarta

3,6

7,9

11,5

15

Jawa Timur

3,5

6,6

10,1

16

Banten

4,5

5,7

10,2

17

Bali

3,2

6,1

9,3

18

Nusa Tenggara Barat

11,1

5,0

16,1

19

Nusa Tenggara Timur

8,6

8,9

17,5

20

Kalimantan Barat

5,2

4,6

9,8

21

Kalimantan Tengah

3,6

4,0

7,6

22

Kalimantan Selatan

3,0

5,4

8,4

23

Kalimantan Timur

5,4

7,6

13,0

24

Sulawesi Utara

3,1

7,7

10,8

25

Sulawesi Tengah

7,0

8,8

15,7

26

Sulawesi Selatan

7,1

7,3

14,3

27

Sulawesi Tenggara

8,4

10,0

18,4

28

Gorontalo

6,4

7,2

13,6

29

Sulawesi Barat

7,4

6,9

14,2

30

Maluku

8,1

11,1

19,2

31

Maluku Utara

5,6

8,3

14,0

32

Papua

10,6

10,0

23,8

33

Papua Barat

16,2

7,6

20,6

4,5

6,9

11,4

INDONESIA Sumber data: SDKI 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

76

Tabel 2.12 Median lamanya pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2002 - 2012

No

Provinsi

Median Lamanya (bulan) pemberian ASI secara eksklusif 2002-03

2007

2012

0,6

2,3

1

Aceh

2

Sumatera Utara

2,0

0,6

0,6

3

Sumatera Barat

0,6

1,8

0,7

4

Riau

0,7

0,6

0,6

5

Jambi

3,9

0,7

2,0

6

Sumatera Selatan

2,0

1,7

0,5

7

Bengkulu

2,2

2,8

2,5

8

Lampung

2,5

1,4

0,5

9

Kep.Bangka Belitung

1,4

0,5

0,5

-

0,5

0,6

10

Kep. Riau

11

DKI Jakarta

0,6

0,6

0,6

12

Jawa Barat

1,6

1,2

1,1

13

Jawa Tengah

0,7

0,7

2,2

14

DIY

0,8

0,7

3,0

15

Jawa Timur

0,7

0,7

0,7

16

Banten

0,7

0,5

0,6

17

Bali

1,0

0,4

1,0

18

Nisa Tenggara Barat

3,2

1,3

4,2

19

Nusa Tenggara Timur

2,1

2,0

2,8

20

Kalimantan Barat

1,2

0,7

0,5

21

Kalimantan Tengah

1,9

0,7

1,6

22

Kalimantan Selatan

2,3

1,9

0,5

23

Kalimantan Timur

1,8

1,8

0,7

24

Sulawesi Utara

2,2

0,5

0,5

25

Sulawesi Tengah

2,7

0,7

1,7

26

Sulawesi Selatan

3,8

3,2

3,1

27

Sulawesi Tenggara

3,1

0,7

2,8

28

Gorontalo

1,5

0,4

0,6

29

Sulawesi Barat

-

3,2

1,7

30

Maluku

-

3,2

1,1

31

Maluku Utara

-

0,7

1,8

32

Papua Barat

-

0,5

1,2

33

Papua

-

0,5

0,5

1,6

0,7

0,7

TOTAL Sumber data : SDKI 2002-03, 2007, 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

77

Tabel 2.13 Angka Kematian Bayi dan Anak di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012

No

Provinsi

Kematian neonatum(NN)

Kematian postKematian neonatum bayi(1q0) (PNN) 18 47

Kematian anak (4q1)

Kematian balita (5q0)

6

52

1

Aceh

28

2

Sumatera Utara

26

14

40

15

54

3

Sumatera Barat

17

10

27

7

34

4

Riau

15

9

24

4

28

5

Jambi

16

18

34

3

36

6

Sumatera Selatan

20

8

29

9

37

7

Bengkulu

21

8

29

7

35

8

Lampung

20

10

30

8

38

9

Bangka Belitung

20

7

27

6

32

10

Kepulauan Riau

21

13

35

8

42

11

Jakarta

15

7

22

10

31

12

Jawa Barat

17

13

30

13

Jawa Tengah

22

10

32

14

Yogyakarta

18

7

25

15

Jawa Timur

14

15

30

16

Banten

23

9

32

17

Bali

18

11

29

18

Nusa Tenggara Barat

33

24

57

9 7 5 4 7 4 18

38 38 30 34 38 33 75

19

Nusa Tenggara Timur

26

19

45

14

58

20

Kalimantan Barat

18

13

31

21

Kalimantan Tengah

25

24

49

22

Kalimantan Selatan

30

14

44

23

Kalimantan Timur

12

9

21

24

Sulawesi Utara

23

9

33

25

Sulawesi Tengah

26

32

58

26

Sulawesi Selatan

13

12

25

27

Sulawesi Tenggara

25

20

45

28

Gorontalo

26

41

67

29

Sulawesi Barat

26

34

60

30

Maluku

24

12

36

31

Maluku Utara

37

24

62

32

Papua Barat

35

39

74

33

Papua

27

27

54

6 8 13 10 4 28 13 10 11 11 24 25 38 64

20

14

34

10

37 56 57 31 37 85 37 55 78 70 60 85 109 115 43

TOTAL Sumber data: SDKI 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

78

Tabel 2.14 Estimasi Angka Harapan Hidup (Tahun) di Indonesia Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2010

No

Provinsi

L

P

L+P

1

Aceh

68,2

72,2

70,2

2

Sumatera Utara

68,8

72,8

70,9

3

Sumatera Barat

67,7

71,7

69,7

4

Riau

69,7

73,6

71,7

5

Jambi

67,8

71,8

69,9

6

Sumatera Selatan

72,8

70,9

7

Bengkulu

68,3

72,2

70,3

8

Lampung

69,7

73,6

71,7

9

Kep.Bangka Belitung

68,7

72,6

70,7

10

Kep. Riau

70,8

74,6

72,7

11

DKI Jakarta

72,8

76,5

74,7

12

Jawa Barat

68,9

72,8

70,9

13

Jawa Tengah

70,4

74,3

72,4

14

DI Yogyakarta

72,1

75,9

74,1

15

Jawa Timur

69,3

73,2

71,3

16

Banten

69,4

73,3

71,4

17

Bali

70,7

74,5

72,7

18

Nusa Tenggara Barat

63,1

67,0

65,1

19

Nusa Tenggara Timur

65,3

69,3

67,4

20

Kalimantan Barat

68,3

72,2

70,3

21

Kalimantan Tengah

69,5

73,4

71,5

22

Kalimantan Selatan

66,4

70,4

68,4

23

Kalimantan Timur

70,3

74,2

72,3

24

Sulawesi Utara

69,1

73,0

71,1

25

Sulawesi Tengah

63,9

67,8

65,9

26

Sulawesi Selatan

67,3

71,3

69,3

27

Sulawesi Tenggara

65,0

68,9

67,0

28

Gorontalo

61,2

65,0

63,2

29

Sulawesi Barat

63,2

67,0

65,1

30

Maluku

63,7

67,0

65,1

31

Maluku Utara

64,9

68,9

67,0

32

Papua Barat

69,8

73,6

71,8

33

Papua

71,1

74,9

73,0

68,7

72,6

70,7

INDONESIA Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010 Catatan:

1. AHH dihitung dengan Metode Trussell dari kelompok umur ibu 20-24, 25-29, 30-34 2. Angka dalam kurung () menunjukkan tahun rujukan

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

79

Tabel 2.15 Penyebab Kematian di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2012 Pneumonia

No

Diare

Tetanus Neonatorum

Campak

Difteri

Flu Burung

DBD

Leptospirosis

Prov insi Penderita

1

Aceh

2

Kematian

Penderita

Kematian

Penderita

Kematian

Penderita

Kematian

Penderita

Kematian

Penderita

Kematian

Penderita

Kematian

Penderita

Kematian

1.718

6

0

0

6

4

1.262

0

1

1

0

0

2.269

7

0

0

Sumatera Utara

17.286

56

241

2

2

2

297

0

0

0

0

0

4.747

36

0

0

3

Sumatera Barat

9.126

21

274

6

1

0

424

0

2

2

0

0

3.158

20

0

0

4

Riau

10.099

0

0

0

2

2

271

0

4

0

1

1

1.114

16

0

0

5

Jambi

5.972

0

0

0

1

1

374

0

0

0

0

0

22

0

0

6

Sumatera Selatan

21.960

64

292

8

6

4

408

0

5

0

0

0

3.243

24

0

0

7

Bengkulu

1.383

6

0

0

0

0

174

0

1

1

1

1

967

7

0

0

8

Lampung

6.498

14

16

0

4

3

619

0

0

0

0

0

5.207

38

0

0

9

Kep. Bangka Belitung

5.104

0

0

0

1

0

74

0

1

1

0

0

1.075

25

0

0

10

Kep. Riau

1.966

23

74

0

0

0

386

0

2

0

0

0

1.076

13

0

0

11

DKI Jakarta

26.811

3

0

0

0

0

1.895

0

0

0

1

1

6.669

4

10

0

12

Jawa Barat

189.233

76

38

0

14

2

2.618

0

31

1

2

2

19.663

167

0

0

13

Jawa Tengah

75.910

18

167

2

0

0

490

0

32

0

0

0

7.088

108

129

20

14

DI Yogjakarta

3.693

0

75

1

0

0

1.093

0

2

0

1

1

971

2

72

7

15

Jawa Timur

61.449

54

81

0

29

15

1.207

0

954

37

0

0

8.177

116

28

2

16

Banten

23.894

115

84

0

32

17

1.846

0

13

4

1

1

3.362

29

0

0

17

Bali

4.937

1

22

0

0

0

31

0

2

0

1

1

2.650

3

0

0

18

Nusa Tenggara Barat

26.775

83

0

0

1

0

23

3

0

0

1

1

961

3

0

0

19

Nusa Tenggara Timur

4.734

3

12

0

0

0

62

0

0

0

0

0

1.135

8

0

0

20

Kalimantan Barat

3.389

0

0

0

8

2

406

0

15

4

0

0

1.664

21

0

0

21

Kalimantan Tengah

390

4

0

0

0

0

93

0

0

0

0

0

1.590

15

0

0

22

Kalimantan Selatan

13.895

6

0

0

1

1

50

0

61

13

0

0

1.547

25

0

0

23

Kalimantan Timur

6.843

1

0

0

2

2

385

0

13

0

0

0

3.267

29

0

0

24

Sulawesi Utara

949

2

0

0

1

1

110

0

0

0

0

0

1.253

16

0

0

25

Sulawesi Tengah

8.318

26

97

1

1

0

323

0

0

0

0

0

2.259

22

0

0

26

Sulawesi Selatan

7.230

9

0

0

3

2

740

1

50

12

0

0

2.333

23

0

0

27

Sulawesi Tenggara

3.788

4

52

0

1

0

91

0

0

0

0

0

373

2

0

0

28

Gorontalo

2.553

1

0

0

0

0

47

0

0

0

0

0

212

5

0

0

29

Sulawesi Barat

1.544

0

0

0

0

0

3

0

3

0

0

0

581

0

0

0

30

Maluku

1.096

5

0

0

0

0

15

0

0

0

0

0

107

6

0

0

31

Maluku Utara

1.165

8

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

65

0

0

0

32

Papua Barat

t.a.d

t.a.d

0

0

0

0

9

0

0

0

0

0

18

2

0

0

33

Papua

t.a.d

t.a.d

60

3

3

1

161

0

0

0

0

0

450

2

0

0

1.585

23

119

59

15.987

4

1.192

76

9

9

89.251

816

239

29

INDONESIA

549.708

609

Sumber data: Ditjen PP&PL dalam Profil Kesehatan Indonesia 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

80

80

Tabel 2.16 Penduduk Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi Risen Tahun 2010 Laki-laki No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep.Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jaw a Barat Jaw a Tengah DI Yogyakarta Jaw a Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulaw esi Utara Sulaw esi Tengah Sulaw esi Selatan Sulaw esi Tenggara Gorontalo Sulaw esi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Total

Non Migran

Migran

1.946.787 5.647.615 2.067.075 2.346.117 1.342.005 3.323.194 757.926 3.474.169 531.488 649.845 4.084.926 19.208.112 14.486.935 1.457.869 16.730.570 4.637.757 1.727.523 1.904.329 1.988.033 1.983.086 957.581 1.583.952 1.534.837 1.024.915 1.160.253 3.442.991 944.603 452.398 489.796 657.588 450.384 316.923 1.268.902 104.580.484

34.662 63.609 69.534 157.450 61.143 64.588 25.981 47.639 35.208 104.560 307.785 535.365 154.718 115.671 126.375 239.487 56.253 29.195 26.248 24.919 73.302 60.158 122.934 26.106 34.252 63.626 35.732 14.035 19.900 16.050 13.692 31.502 38.435 2.830.114

Tidak ditanyakan 13.791 27.756 8.579 17.284 12.679 10.754 2.744 14.545 2.689 3.876 51.178 43.594 54.231 3.005 148.332 21.286 4.050 5.852 7.052 6.507 3.164 8.312 12.171 4.608 7.473 11.034 3.277 606 833 5.521 2.157 5.644 33.362 557.946

Perem puan Jum lah

Non Migran

Migran

1.995.240 5.738.980 2.145.188 2.520.851 1.415.827 3.398.536 786.651 3.536.353 569.385 758.281 4.443.889 19.787.071 14.695.884 1.576.545 17.005.277 4.898.530 1.787.826 1.939.376 2.021.333 2.014.512 1.034.047 1.652.422 1.669.942 1.055.629 1.201.978 3.517.651 983.612 467.039 510.529 679.159 466.233 354.069 1.340.699 107.968.544

1.970.408 5.709.352 2.132.870 2.224.232 1.297.288 3.227.850 729.705 3.278.157 499.579 614.058 3.959.062 18.612.271 14.799.085 1.511.019 17.314.127 4.433.103 1.720.971 2.062.591 2.041.130 1.907.744 894.751 1.570.478 1.397.922 988.989 1.112.975 3.667.031 950.906 453.710 492.528 652.805 433.223 289.291 1.136.941 104.086.152

29.325 60.353 60.646 137.507 48.971 52.808 21.846 44.800 25.600 105.496 336.174 513.599 146.699 111.693 116.686 225.593 46.172 18.453 23.091 17.731 49.667 43.297 90.624 21.936 27.709 57.012 28.365 12.660 17.306 13.186 10.770 22.403 28.127 2.566.305

Total

Tidak Ditanyakan 6.008 22.826 4.964 9.878 8.280 4.357 1.509 10.292 884 289 38.838 16.156 29.707 1.311 116.757 24.608 1.097 4.366 2.926 3.596 826 4.027 3.347 1.924 2.854 2.177 1.130 62 224 817 417 950 14.219 341.623

Jum lah

Non Migran

Migran

2.005.741 5.792.531 2.198.480 2.371.617 1.354.539 3.285.015 753.060 3.333.249 526.063 719.843 4.334.074 19.142.026 14.975.491 1.624.023 17.547.570 4.683.304 1.768.240 2.085.410 2.067.147 1.929.071 945.244 1.617.802 1.491.893 1.012.849 1.143.538 3.726.220 980.401 466.432 510.058 666.808 444.410 312.644 1.179.287 106.994.080

3.917.195 11.356.967 4.199.945 4.570.349 2.639.293 6.551.044 1.487.631 6.752.326 1.031.067 1.263.903 8.043.988 37.820.383 29.286.020 2.968.888 34.044.697 9.070.860 3.448.494 3.966.920 4.029.163 3.890.830 1.852.332 3.154.430 2.932.759 2.013.904 2.273.228 7.110.022 1.895.509 906.108 982.324 1.310.393 883.607 606.214 2.405.843 208.666.636

63.987 123.962 130.180 294.957 110.114 117.396 47.827 92.439 60.808 210.056 643.959 1.048.964 301.417 227.364 243.061 465.080 102.425 47.648 49.339 42.650 122.969 103.455 213.558 48.042 61.961 120.638 64.097 26.695 37.206 29.236 24.462 53.905 66.562 5.396.419

Tidak Ditanyakan 19.799 50.582 13.543 27.162 20.959 15.111 4.253 24.837 3.573 4.165 90.016 59.750 83.938 4.316 265.089 45.894 5.147 10.218 9.978 10.103 3.990 12.339 15.518 6.532 10.327 13.211 4.407 668 1.057 6.338 2.574 6.594 47.581 899.569

Jum lah 4.000.981 11.531.511 4.343.668 4.892.468 2.770.366 6.683.551 1.539.711 6.869.602 1.095.448 1.478.124 8.777.963 38.929.097 29.671.375 3.200.568 34.552.847 9.581.834 3.556.066 4.024.786 4.088.480 3.943.583 1.979.291 3.270.224 3.161.835 2.068.478 2.345.516 7.243.871 1.964.013 933.471 1.020.587 1.345.967 910.643 666.713 2.519.986 214.962.624

Sumber data: Sensus Penduduk, 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

81

81

Tabel 2.17 Penduduk Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi Seumur Hidup Tahun 2010 Laki-laki No

Provinsi

1

Aceh

2

Sumatera Utara

3

Sumatera Barat

4

Riau

5

Jambi

6

Sumatera Selatan

7

Bengkulu

8

Lampung

9

Kep.Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua Barat

33

Papua

Total

Non Migran

Migran

2.136.708 6.217.406 2.220.901 1.838.498 1.183.350 3.246.118 689.737 3.144.812 515.496 449.076 2.805.962 19.178.515 15.625.181 1.427.776 18.009.709 4.005.953 1.743.359 2.121.924 2.233.804 2.075.657 855.080 1.565.874 1.146.522 1.047.126 1.104.783 3.736.962 883.789 487.725 489.797 709.521 472.908 263.244 1.259.273

112.244 265.948 183.476 1.014.670 397.760 546.529 187.422 771.810 119.598 413.068 2.063.241 2.728.525 465.931 281.134 493.807 1.433.195 217.989 61.722 92.683 171.246 298.663 270.336 725.168 112.777 246.061 187.469 238.037 34.189 91.729 65.956 58.485 139.154 246.610

104.892.546

14.736.632

Perem puan

Tidak ditanyakan

1.735

1.735

Jum lah

Non Migran

Migran

2.248.952 6.483.354 2.404.377 2.853.168 1.581.110 3.792.647 877.159 3.916.622 635.094 862.144 4.870.938 21.907.040 16.091.112 1.708.910 18.503.516 5.439.148 1.961.348 2.183.646 2.326.487 2.246.903 1.153.743 1.836.210 1.871.690 1.159.903 1.350.844 3.924.431 1.121.826 521.914 581.526 775.477 531.393 402.398 1.505.883

2.144.149 6.242.951 2.281.754 1.788.109 1.169.954 3.186.286 678.130 2.999.664 501.095 429.014 2.720.852 18.649.946 15.854.765 1.467.331 18.541.538 3.859.463 1.740.477 2.262.456 2.264.940 2.027.097 830.272 1.573.497 1.098.136 1.017.331 1.077.434 3.933.526 901.313 487.854 496.741 700.820 457.498 246.982 1.138.335

101.309 255.899 160.778 897.090 341.201 471.461 160.229 692.119 87.107 388.005 2.014.274 2.496.746 436.780 281.250 431.703 1.333.555 188.932 54.110 92.400 121.983 228.074 216.909 583.317 93.362 206.731 176.819 209.447 30.396 80.384 57.209 49.196 111.042 189.163

119.630.913

104.769.710

13.238.980

Total

Tidak Ditanyakan

1.723

1.723

Jum lah

Non Migran

Migran

2.245.458 6.498.850 2.442.532 2.685.199 1.511.155 3.657.747 838.359 3.691.783 588.202 817.019 4.736.849 21.146.692 16.291.545 1.748.581 18.973.241 5.193.018 1.929.409 2.316.566 2.357.340 2.149.080 1.058.346 1.790.406 1.681.453 1.110.693 1.284.165 4.110.345 1.110.760 518.250 577.125 758.029 506.694 358.024 1.327.498

4.280.857 12.982.204 4.846.909 5.538.367 3.092.265 7.450.394 1.715.518 7.608.405 1.223.296 1.679.163 9.607.787 43.053.732 32.382.657 3.457.491 37.476.757 10.632.166 3.890.757 4.500.212 4.683.827 4.395.983 2.212.089 3.626.616 3.553.143 2.270.596 2.635.009 8.034.776 2.232.586 1.040.164 1.158.651 1.533.506 1.038.087 760.422 2.833.381

213.553 521.847 344.254 1.911.760 738.961 1.017.990 347.651 1.463.929 206.705 801.073 4.077.515 5.225.271 902.711 562.384 925.510 2.766.750 406.921 115.832 185.083 293.229 526.737 487.245 1.308.485 206.139 452.792 364.288 447.484 64.585 172.113 123.165 107.681 188.350 357.652

118.010.413

209.662.256

27.975.612

Tidak Ditanyakan

3.458

3.458

Jum lah

4.494.410 12.982.204 4.846.909 5.538.367 3.092.265 7.450.394 1.715.518 7.608.405 1.223.296 1.679.163 9.607.787 43.053.732 32.382.657 3.457.491 37.476.757 10.632.166 3.890.757 4.500.212 4.683.827 4.395.983 2.212.089 3.626.616 3.553.143 2.270.596 2.635.009 8.034.776 2.232.586 1.040.164 1.158.651 1.533.506 1.038.087 760.422 2.833.381 237.641.326

Sumber data: Sensus Penduduk, 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

82

82

Tabel 3.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Provinsi Tahun 2005 dan 2011

Indeks Pembangunan Manusia No

Provinsi 2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

1

Aceh

70.35

70.76

71.31

71.70

72.16

69.05

69.41

2

Sumatera Utara

72.78

73.29

73.80

74.19

74.65

72.03

72.46

3

Sumatera Barat

72.23

72.96

73.44

73.78

74.28

71.19

71.65

4

Riau

74.63

75.09

75.60

76.07

76.53

73.63

73.81

5

Jambi

71.46

71.99

72.45

72.74

73.3

70.95

71.29

6

Sumatera Selatan

71.40

72.05

72.61

72.95

73.42

70.23

71.09

7

Bengkulu

71.57

72.14

72.55

72.92

73.4

71.09

71.28

8

Lampung

69.78

70.30

70.93

71.42

71.94

68.85

69.38

9

Bangka Belitung

71.62

72.19

72.55

72.86

73.37

70.68

71.18

10

Kepri

73.68

74.18

74.54

75.07

75.78

72.23

72.79

11

DKI Jakarta

76.59

77.03

77.36

77.60

77.97

76.07

76.33

12

Jawa Barat

70.71

71.12

71.64

72.29

72.73

69.93

70.32

13

Jawa Tengah

70.92

71.60

72.10

72.49

72.94

69.78

70.25

14

DI Yogyakarta

74.15

74.88

75.23

75.77

76.32

73.50

73.70

15

Jawa Timur

69.78

70.38

71.06

71.62

72.18

68.42

69.18

16

Banten

69.29

69.70

70.06

70.48

70.95

68.80

69.11

17

Bali

70.53

70.98

71.52

72.28

72.84

69.78

70.07

18

NTB

63.71

64.12

64.66

65.20

66.23

62.42

63.04

19

NTT

65.36

66.15

66.60

67.26

67.75

63.59

64.83

20

Kalimantan Barat

67.53

68.17

68.79

69.15

69.66

66.20

67.08

21

Kalimantan Tengah

73.49

73.88

74.36

74.64

75.06

73.22

73.40

22

Kalimantan Selatan

68.01

68.72

69.30

69.92

70.44

67.44

67.75

23

Kalimantan Timur

73.77

74.52

75.11

75.56

76.22

72.94

73.26

24

Sulawesi Utara

74.68

75.16

75.68

76.09

76.54

74.21

74.37

25

Sulawesi Tengah

69.34

70.09

70.70

71.14

71.62

68.47

68.85

26

Sulawesi Selatan

69.62

70.22

70.94

71.62

72.14

68.06

68.81

27

Sulawesi Tenggara

68.32

69.00

69.52

70.00

70.55

67.52

67.80

28

Gorontalo

68.83

69.29

69.79

70.28

70.82

67.46

68.01

29

Sulawesi Barat

67.72

68.55

69.18

69.64

70.11

65.72

67.06

30

Maluku

69.96

70.38

70.96

71.42

71.87

69.24

69.69

31

Maluku Utara

67.82

68.18

68.63

69.03

69.47

66.95

67.51

32

Papua Barat

67.28

67.95

68.58

69.15

69.65

64.83

66.08

33

Papua

63.41

64.00

64.53

64.94

65.36

62.08

62.75

INDONESIA

69.57

70.10

70.59

71.17

71.76

72.27

72.77

Sumber data: Data Pusat Statistik, 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

83

Tabel 3.2 Indeks Pembangunan Gender (IPG) Menurut Provinsi Tahun 2005 dan 2011

65,81 Sumber data: Data Pusat Statistik, 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

84

Tabel 3.3 Penduduk Rentan Karena Kesulitan Fungsional di Indonesia menurut ProvinsiTahun 2010

No

Kesulitan Melihat

Provinsi

Sedikit

Parah

Kesulitan Mendengar

Sedikit

Parah

Kesulitan Berjalan atau Naik Tangga Sedikit

Parah

Kesulitan Mengingat/ Berkonsentrasi/ Berkomunikasi Sedikit

Parah

Kesulitan Mengurus Diri Sendiri Sedikit

Parah

1

Aceh

117,338

12,734

54,205

10,306

57,570

16,207

48,435

14,701

35,968

12,279

2

Sumatera Utara

276,391

25,634

123,082

21,426

134,841

36,075

116,524

33,843

82,471

28,807

3

Sumatera Barat

154,096

15,116

62,269

12,250

69,757

18,933

55,380

16,936

34,576

14,419

4

Riau

122,589

9,707

39,959

6,345

38,964

9,725

35,635

9,347

27,114

8,220

5

Jambi

78,137

6,331

30,506

5,573

25,422

6,947

24,368

7,334

16,309

5,794

6

Sumatera Selatan

182,887

17,054

80,477

14,418

64,337

17,519

62,679

18,063

43,359

14,384

7

Bengkulu

46,959

4,396

20,135

3,850

16,625

4,240

15,899

4,485

9,835

3,358

8

Lampung

166,791

15,747

85,780

15,641

72,866

19,169

67,959

19,623

43,747

15,433

9

Kep.Bangka Belitung

25,637

2,397

9,488

2,100

9,152

3,267

8,195

3,110

5,186

2,667

10

Kepulauan Riau

34,508

2,410

8,812

1,383

9,490

2,483

7,669

2,177

5,033

1,931

11

DKI Jakarta

270,390

16,372

57,307

8,607

63,085

15,594

51,385

13,197

44,116

13,887

12

Jawa Barat

975,550

85,438

433,265

74,586

414,283

105,555

337,316

92,978

238,813

79,144

13

Jawa Tengah

509,772

59,894

394,446

63,155

363,567

100,783

333,335

96,429

225,356

84,124

14

DI Yogyakarta

58,927

8,117

53,180

9,866

48,076

15,100

43,974

14,116

27,788

12,539

15

Jawa Timur

759,100

83,736

461,026

78,225

459,497

121,745

393,920

112,108

295,184

101,996

16

Banten

193,519

15,567

73,139

12,581

67,679

16,885

62,750

16,605

49,808

13,859

17

Bali

82,793

7,556

48,113

8,097

48,823

11,875

45,628

11,250

27,169

9,939

18

Nusa Tenggara Barat

103,121

12,100

54,479

11,532

51,836

14,891

43,362

13,701

31,277

11,618

19

Nusa Tenggara Timur

125,339

16,845

63,589

18,544

52,289

18,686

51,808

19,818

37,877

16,555

20

Kalimantan Barat

105,248

10,264

46,160

8,915

40,327

12,398

38,487

12,557

27,277

10,180

21

Kalimatan Tengah

54,865

4,787

21,676

3,604

17,558

4,916

17,547

5,257

13,034

4,131

22

Kalimantan Selatan

88,217

6,864

35,278

5,966

35,072

9,810

28,485

8,759

19,997

7,615

23

Kalimantan Timur

90,256

6,133

24,792

3,998

23,676

5,871

21,484

5,929

17,696

5,236

24

Sulawesi Utara

80,224

7,667

28,115

5,748

28,524

8,643

21,488

6,936

16,128

6,728

25

Sulawesi Tengah

85,648

6,890

30,534

5,929

26,326

7,175

24,146

7,276

14,991

5,694

26

Sulawesi Selatan

286,060

27,118

141,641

26,256

116,362

29,851

99,555

28,908

74,911

25,306

27

Sulawesi Tenggara

66,381

5,666

26,109

4,883

21,887

6,158

20,704

5,980

11,991

4,763

28

Gorontalo

46,399

3,887

16,848

3,446

11,162

3,436

11,565

3,576

5,883

2,667

29

Sulawesi Barat

33,763

2,611

15,268

3,004

12,779

3,286

11,511

3,747

7,403

2,722

30

Maluku

35,554

3,190

11,611

2,389

12,181

3,694

9,052

3,046

5,965

2,844

31

Maluku Utara

23,056

1,939

7,524

1,658

8,814

2,313

6,480

1,941

5,456

1,626

32

Papua Barat

11,935

765

2,823

488

2,676

680

2,458

718

2,000

602

33

Papua

21,496

1,946

6,588

1,278

6,591

1,690

7,009

1,751

6,888

1,809

616,202 1,510,606

532,876

Jumlah

5,312,946

506,878 2,568,224

456,047 2,432,094

655,600 2,126,192

Sumber data: Data Pusat Statistik, 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

85

Tabel 3.4 Rasio Sumber Daya Manusia Kesehatan (Dokter dan Bidan) per 100.000 Penduduk Menurut Provinsi, 2011 No

Provinsi

Dokter

Bidan

1

Aceh

1.693

8.920

2

Sumatera Utara

4.816

12.956

3

Sumatera Barat

1.848

4.418

4

Riau

1.449

3.644

5

Jambi

1.012

2.775

6

Sumatera Selatan

1.080

3.798

7

Bengkulu

610

2.334

8

Lampung

1.393

3.398

9

Kep. Bangka Belitung

293

667

10

Kep. Riau

691

1.084

11

DKI Jakarta

7.783

2.121

12

Jawa Barat

5.449

10.496

13

Jawa Tengah

7.829

15.833

14

DI Yogyakarta

2.543

1.588

15

Jawa Timur

4.726

12.718

16

Banten

1.624

5.744

17

Bali

2.064

2.386

18

Nusa Tenggara Barat

855

2.051

19

Nusa Tenggara Timur

760

2.696

20

Kalimantan Barat

804

2.204

21

Kalimantan Tengah

600

1.772

22

Kalimantan Selatan

1.127

2.541

23

Kalimantan Timur

1.354

1.851

24

Sulawesi Utara

1.389

1.373

25

Sulawesi Tengah

559

2.112

26

Sulawesi Selatan

2.132

4.652

27

Sulawesi Tenggara

539

1.667

28

Gorontalo

311

645

29

Sulawesi Barat

341

902

30

Maluku

484

1.137

31

Maluku Utara

283

1.029

32

Papua Barat

243

600

33

Papua INDONESIA

808

2.052

59.492

124.164

Jumlah Rasio Rasio Penduduk*) dokter*) bidan*) 4.553.215 37,2 195,9 13.118.327 36,7 98,8 4.909.358 37,6 90,0 5.773.721 25,1 63,1 3.169.813 31,9 87,5 7.584.363 14,2 50,1 1.743.279 35,0 133,9 7.698.828 18,1 44,1 1.261.065 23,2 52,9 1.761.385 39,2 61,5 9.738.297 79,9 21,8 43.849.420 12,4 23,9 32.485.926 24,1 48,7 3.491.671 72,8 45,5 37.742.356 12,5 33,7 10.922.177 14,9 52,6 3.972.385 52,0 60,1 4.550.546 18,8 45,1 4.778.348 15,9 56,4 4.433.728 18,1 49,7 2.250.539 26,7 78,7 3.696.903 30,5 68,7 3.686.640 36,7 50,2 2.298.489 60,4 59,7 2.685.024 20,8 78,7 8.124.645 26,2 57,3 2.277.864 23,7 73,2 1.063.131 29,3 60,7 1.189.097 28,7 75,9 1.575.642 30,7 72,2 1.063.187 26,6 96,8 788.233 30,8 76,1 2.984.580 27,1 68,8 241.222.182 24,7 51,5

Sumber data: Profil Kesehatan Indonesia, 2011 Keterangan: *) Data merupakan estimasi yang diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia, 2011

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

86

Tabel 3.5 Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2011 No

Provinsi

Puskesmas

Rumah Sakit

1

Aceh

325

45

2

Sumatera Utara

542

153

3

Sumatera Barat

254

45

4

Riau

203

42

5

Jambi

174

22

6

Sumatera Selatan

304

41

7

Bengkulu

178

18

8

Lampung

269

36

9

Kep. Bangka Belitung

58

11

10

Kep. Riau

67

22

11

DKI Jakarta

340

132

12

Jawa Barat

1,046

200

13

Jawa Tengah

867

225

14

DI Yogyakarta

121

51

15

Jawa Timur

956

187

16

Banten

226

46

17

Bali

114

43

18

Nusa Tenggara Barat

152

17

19

Nusa Tenggara Timur

342

34

20

Kalimantan Barat

235

33

21

Kalimantan Tengah

179

15

22

Kalimantan Selatan

224

29

23

Kalimantan Timur

215

36

24

Sulawesi Utara

170

32

25

Sulawesi Tengah

173

23

26

Sulawesi Selatan

421

67

27

Sulawesi Tenggara

249

22

28

Gorontalo

86

9

29

Sulawesi Barat

86

7

30

Maluku

170

24

31

Maluku Utara

115

15

32

Papua Barat

126

11

33

Papua

334

28

9,321

1,721

INDONESIA

Sumber data: Profil Kesehatan Indonesia, 2011

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

87

Tabel 3.6 Klinik pelayanan KB di Indonesia menurut Provinsi, tahun 2013*)

No

Provinsi

Klinik KB Pemerintah

Klinik KB Swasta

Jumlah

1

Aceh

705

127

832

2

Sumatera Utara

1224

305

1529

3

Sumatera Barat

774

18

792

4

Riau

388

79

467

5

Kepulauan Riau

163

43

206

6

Jambi

780

33

813

7

Sumatera Selatan

1012

229

1241

8

Bangka Belitung

237

10

247

9

Bengkulu

347

17

364

10

Lampung

946

46

992

11

DKI Jakarta

417

99

516

12

Jawa Barat

2209

1330

3539

13

Banten

412

339

751

14

Jawa Tengah

1235

549

1784

15

DI Yogyakarta

165

142

307

16

Jawa Timur

3477

424

3901

17

Bali

540

49

589

18

Nusa Tenggara Barat

1027

64

1091

19

Nusa Tenggara Timur

528

37

565

20

Kalimantan Barat

297

112

409

21

Kalimantan Tengah

624

84

708

22

Kalimantan Selatan

367

27

394

23

Kalimantan Timur

419

118

537

24

Sulawesi Utara

231

128

359

25

Gorontalo

125

26

151

26

Sulawesi Tengah

893

48

941

27

Sulawesi Selatan

733

72

805

28

Sulawesi Barat

148

15

163

29

Sulawesi Tenggara

365

8

373

30

Maluku

283

44

327

31

Maluku Utara

96

12

108

32

Papua

327

36

363

33

Papua Barat

153

14

167

21.647

4.684

26.331

INDONESIA

Sumber Data: Laporan Pelayanan Kontrasepsi, BKKBN Keterangan: *) Data sampai dengan bulan Agustus 2013

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

88

Tabel 3.7 Sarana Pendidikan (Sekolah) di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2008 s/d 2010 Jenis Sekolah 2008/2009 No

Provinsi TK

Jenis Sekolah 2009/2010

Sekolah Sekolah Sekolah Menengah Menengah Dasar Pertama Atas

TK

Jenis Sekolah 2009/2010

Sekolah Sekolah Sekolah Menengah Menengah Dasar Pertama Atas

TK

Sekolah Sekolah Sekolah Menengah Menengah Dasar Pertama Atas

1

Aceh

1.111

3.691

1.114

660

1.318

3.855

1.200

708

1.498

3.904

1.222

743

2

Sumatera Utara

1.067

9.610

2.966

2.033

1.149

9.213

3.061

2.088

1.245

10.076

3.080

2.179

3

Sumatera Barat

1.943

4.176

1.016

596

1.865

4.149

1.051

618

1.950

4.268

1.068

611

4

Riau

1.345

3.704

1.344

650

1.389

3.496

1.383

708

1.472

3.768

1.418

762

5

Kep. Riau

362

692

275

161

397

753

317

163

455

866

329

188

6

Jambi

785

2.550

827

453

961

2.519

867

477

1.002

2.608

887

504

7

Sumatera Selatan

1.059

4.967

1.471

843

1.007

4.704

1.537

869

1.189

5.000

1.558

908

8

Kep. Bangka Belitung

198

810

211

128

222

815

215

129

226

820

217

130

9

Bengkulu

422

1.422

406

218

425

1.352

426

227

467

1.447

442

234

10 Lampung

1.710

5.296

1.706

852

1.856

5.601

1.797

886

2.049

5.297

1.846

962

11 DKI Jakarta

1.845

3.467

1.236

1.156

1.955

3.468

1.250

1.178

1.857

3.420

1.260

1.189

12 Jawa Barat

5.891

23.086

5.359

3.094

6.195

23.045

5.537

3.416

5.955

23.203

5.877

3.752

13 Banten

1.415

5.212

1.618

956

1.366

5.589

1.784

988

1.599

5.353

1.790

1.150

14 Jawa Tengah

12.690

23.474

4.344

2.369

13.036

23.402

4.464

2.500

12.862

23.484

4.540

2.592

15 DI Yogyakarta

2.098

2.411

505

397

2.030

1.910

516

405

2.112

2.080

539

395

15.769

25.601

6.088

3.380

15.976

26.015

6.349

3.590

16.413

26.636

6.507

3.737

17 Bali

1.176

2.485

370

297

1.164

2.496

387

306

1.239

2.482

395

317

18 Nusa Tenggara Barat

1.227

3.602

1.134

641

1.177

3.487

1.191

680

1.236

3.733

1.236

773

19 Nusa Tenggara Timur

1.142

4.688

872

414

1.087

4.503

946

415

1.147

4.700

967

444

517

4.365

1.174

519

565

4.162

1.229

557

605

4.434

1.258

580

21 Kalimantan Tengah

721

2.766

596

294

882

2.834

667

309

884

2.764

679

333

22 Kalimantan Selatan

1.620

3.455

809

346

1.793

3.460

827

362

1.799

3.414

853

386

987

2.260

749

460

1.005

2.286

765

478

1.016

2.338

771

482

1.144

2.338

641

312

1.228

2.441

660

338

1.228

2.276

694

363

551

930

290

107

472

960

298

114

627

948

310

122

26 Sulawesi Tengah

1.076

2.808

712

367

1.198

2.882

721

362

1.149

2.926

737

379

27 Sulawesi Selatan

2.793

6.570

1.732

978

3.115

6.785

1.802

1.043

3.214

6.927

1.838

1.101

28 Sulawesi Barat

367

1.256

312

152

507

1.353

330

168

513

1.412

362

190

29 Sulawesi Tenggara

994

2.110

650

334

1.077

2.308

704

372

1.129

2.349

721

617

30 Maluku

317

1.686

566

285

310

1.703

596

297

351

1.827

614

315

31 Maluku Utara

236

1.419

361

220

259

1.208

373

234

266

1.336

385

267

32 Papua

342

2.022

432

238

377

1.920

461

246

378

2.271

473

261

33 Papua Barat

181

823

183

92

187

817

177

101

194

964

204

130

65.101

165.752

42.069

24.002

67.550

165.491

43.888

25.332

69.326

169.331

45.077

27.096

16 Jawa Timur

20 Kalimantan Barat

23 Kalimantan Timur 24 Sulawesi Utara 25 Gorontalo

INDONESIA

Sumber data: Statistik Indonesia, 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

89

Tabel 3.8 Rasio Jumlah Penduduk Usia Sekolah terhadap Jumlah Sekolah di Indonesia Tahun 2010

No

Provinsi

Jumlah Jumlah Sekolah Penduduk Usia 2009/2010 Sekolah 1.825.374 7.184

Rasio 254,1

1

Aceh

2

Sumatera Utara

11.531.511

15.761

731,6

3

Sumatera Barat

1.862.879

7.797

238,9

4

Riau

2.201.848

7.055

312,1

5

Kepulauan Riau

597.511

1.659

360,2

6

Jambi

1.177.657

4.863

242,2

7

Sumatera Selatan

2.883.439

8.239

350,0

8

Bangka Belitung

454.114

1.390

326,7

9

Bengkulu

665.201

2.449

271,6

10

Lampung

2.841.459

10.214

278,2

11

DKI Jakarta

3.294.135

8.179

402,8

12

Jawa Barat

15.937.519

38.593

413,0

13

Banten

4.180.540

9.822

425,6

14

Jawa Tengah

10.863.030

43.649

248,9

15

DI Yogyakarta

1.084.769

4.986

217,6

16

Jawa Timur

12.073.536

46.238

261,1

17

Bali

1.240.384

2.215

560,0

18

Nusa Tenggara Barat

1.741.144

6.585

264,4

19

Nusa Tenggara Timur

1.927.129

6.989

275,7

20

Kalimantan Barat

1.742.064

6.559

265,6

21

Kalimantan Tengah

857.411

4.717

181,8

22

Kalimantan Selatan

1.351.891

6.490

208,3

23

Kalimantan Timur

1.317.066

4.601

286,3

24

Sulawesi Utara

789.245

4.720

167,2

25

Gorontalo

407.940

1.857

219,7

26

Sulawesi Tengah

1.030.819

5.187

198,7

27

Sulawesi Selatan

3.108.016

12.966

239,7

28

Sulawesi Barat

480.236

2.371

202,5

29

Sulawesi Tenggara

925.455

4.501

205,6

30

Maluku

638.891

2.932

217,9

31

Maluku Utara

428.811

2.091

205,1

32

Papua

1.215.643

3.049

398,7

33

Papua Barat

312.282

1.298

240,6

Sumber Data: SP 2010, Statistik Indonesia 2012 - BPS RI

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

90

Tabel 3.9 Jumlah Tenaga Guru di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2008 s/d 2010 Jenis Sekolah 2008/2009 No

Provinsi TK

Jenis Sekolah 2009/2010

Sekolah Sekolah Sekolah Menengah Menengah Dasar Pertama Atas

TK

Jenis Sekolah 2009/2010

Sekolah Sekolah Sekolah Menengah Menengah Dasar Pertama Atas

TK

Sekolah Sekolah Sekolah Menengah Menengah Dasar Pertama Atas

1

Aceh

3.777

46.561

24.957

19.439

5.639

55.778

26.740

20.958

6.079

55.575

24.401

19.259

2

Sumatera Utara

3.710

90.474

57.133

52.093

4.922

99.245

58.405

54.259

5.013

111.644

53.577

40.621

3

Sumatera Barat

5.797

45.078

25.449

21.579

5.901

44.470

25.955

22.683

4.927

42.851

24.567

19.209

4

Riau

4.739

41.903

20.944

15.008

4.845

42.999

22.128

16.419

5.201

47.923

21.325

15.012

5

Kep. Riau

1.344

8.286

4.322

3.733

1.385

10.040

4.464

4.048

1.546

10.623

4.021

3.241

6

Jambi

2.255

28.113

13.622

10.589

3.237

26.967

13.477

11.005

2.407

28.520

13.054

8.831

7

Sumatera Selatan

3.902

58.272

28.676

23.573

4.023

58.661

30.589

24.087

4.091

60.838

25.219

17.469

8

Kep. Bangka Belitung

603

7.940

3.078

3.034

958

8.627

3.189

3.071

768

8.306

2.989

2.512

9

Bengkulu

1.269

14.791

7.297

6.115

2.022

14.245

7.118

6.488

1.156

16.439

7.605

5.779

10

Lampung

5.399

59.241

30.559

22.819

6.439

60.688

27.438

23.453

6.975

63.764

28.232

17.396

11

DKI Jakarta

7.739

35.389

26.749

36.394

7.885

41.247

26.488

36.336

10.303

42.671

24.686

25.056

12

Jawa Barat

16.440

215.667

120.508

79.726

21.698

232.364

126.571

89.304

21.008

233.824

113.932

66.186

13

Banten

14

Jawa Tengah

15

4.856

57.368

32.256

23.086

5.167

63.111

36.473

24.336

5.962

63.624

31.094

20.292

29.414

224.532

109.462

75.182

32.628

229.615

104.126

77.935

24.978

205.574

90.140

59.883

DI Yogyakarta

4.128

29.449

13.178

14.654

6.846

22.778

14.304

15.201

5.965

21.686

11.900

12.672

16

Jawa Timur

41.139

276.557

133.960

95.391

46.528

284.267

141.501

105.390

42.049

290.866

128.096

80.758

17

Bali

3.135

23.534

13.026

12.227

4.402

24.863

12.740

13.148

4.548

25.296

10.996

8.959

18

Nusa Tenggara Barat

3.154

42.494

24.268

18.060

4.381

40.929

25.003

19.131

3.197

41.039

21.808

15.423

19

Nusa Tenggara Timur

2.307

41.354

14.426

10.216

2.705

42.241

15.504

12.107

1.970

43.943

14.751

10.098

20

Kalimantan Barat

1.517

36.247

13.631

10.734

1.996

41.818

15.628

12.278

2.130

40.725

13.178

8.741

21

Kalimantan Tengah

2.093

17.676

6.714

5.810

2.550

21.808

7.983

6.500

3.697

25.395

8.978

6.272

22

Kalimantan Selatan

4.540

35.961

13.733

9.213

6.460

35.976

13.013

9.627

5.752

36.951

13.115

8.216

23

Kalimantan Timur

3.246

24.652

12.019

10.448

3.397

24.846

11.328

11.102

4.353

30.612

11.781

9.207

24

Sulawesi Utara

3.877

18.832

8.886

7.370

2.512

19.407

9.170

7.976

2.694

19.485

8.909

6.301

25

Gorontalo

1.654

9.036

4.494

2.989

1.475

9.373

4.354

3.244

1.748

9.789

4.469

2.654

26

Sulawesi Tengah

3.496

20.436

10.341

8.062

3.904

24.466

11.549

8.429

2.706

23.930

10.267

6.938

27

Sulawesi Selatan

6.836

67.728

34.002

25.711

10.157

75.918

36.049

28.254

8.778

74.411

34.474

22.540

28

Sulawesi Barat

639

13.073

5.405

3.732

1.741

13.209

5.079

3.869

1.185

12.370

4.385

2.622

29

Sulawesi Tenggara

2.414

23.903

12.098

8.921

3.106

23.942

12.121

9.824

3.762

27.836

11.092

8.243

30

Maluku

601

15.997

7.247

6.402

746

15.580

7.450

6.500

938

17.698

7.345

6.355

31

Maluku Utara

571

7.751

4.676

4.496

784

9.036

5.110

4.725

805

9.433

4.706

3.293

32

Papua

1.076

13.678

6.150

5.627

1.355

12.648

6.329

5.816

1.147

11.596

4.893

4.546

33

Papua Barat

284

5.424

2.884

2.438

499

5.763

2.688

2.712

412

4.736

2.205

1.735

177.951 1.657.397

846.150

654.871

212.293 1.736.925

870.064

700.215

198.250 1.759.973

792.190

546.319

INDONESIA Sumber data: Statistik Indonesia, 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

91

Tabel 3.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Fasilitas Buang Air Besar Tahun 2011 No

Provinsi

Sendiri

Bersama

Umum

Tidak Ada

1

Aceh

60,35

7,18

7,20

25,27

2

Sumatera Utara

74,89

7,39

3,60

14,12

3

Sumatera Barat

54,66

9,56

5,78

30,00

4

Riau

83,82

6,03

1,24

8,91

5

Kep. Riau

82,04

12,24

1,63

4,09

6

Jambi

68,13

8,84

3,50

19,53

7

Sumatera Selatan

64,59

10,77

4,17

20,47

8

Kep. Bangka Belitung

71,75

4,41

1,52

22,32

9

Bengkulu

66,57

8,24

1,65

23,54

10

Lampung

76,97

11,66

1,32

10,05

11

DKI Jakarta

76,30

18,41

4,84

0,45

12

Jawa Barat

67,60

14,02

6,40

11,98

13

Banten

62,92

11,72

2,52

22,84

14

Jawa Tengah

64,52

13,80

2,47

19,21

15

DI Yogyakarta

69,82

24,89

0,71

4,58

16

Jawa Timur

61,62

15,09

1,55

21,74

17

Bali

65,49

20,72

0,67

13,12

18

Nusa Tenggara Barat

41,85

16,35

2,89

38,91

19

Nusa Tenggara Timur

62,35

13,78

2,43

21,44

20

Kalimantan Barat

64,67

6,70

2,22

26,41

21

Kalimantan Tengah

53,60

24,94

8,84

12,62

22

Kalimantan Selatan

63,80

14,94

7,80

13,46

23

Kalimantan Timur

80,96

9,90

3,59

5,55

24

Sulawesi Utara

63,42

18,53

2,84

15,21

25

Gorontalo

33,06

17,40

10,97

38,57

26

Sulawesi Tengah

50,88

9,21

5,61

34,30

27

Sulawesi Selatan

62,30

13,29

2,42

21,99

28

Sulawesi Barat

44,86

10,42

2,79

41,93

29

Sulawesi Tenggara

58,63

10,45

2,80

28,12

30

Maluku

49,53

13,28

8,45

28,74

31

Maluku Utara

49,88

12,95

15,04

22,13

32

Papua

46,55

10,13

4,31

39,01

33

Papua Barat

54,83

18,55

13,24

13,38

Indonesia

65,20

13,37

3,65

17,78

Sumber data: Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2011

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

92

Tabel 3.11 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Fasilitas Air Minum Tahun 2011 No

Provinsi

Sendiri

Bersama

Umum

Tidak Ada

1

Aceh

71,92

15,20

10,46

2,42

2

Sumatera Utara

64,87

14,58

16,09

4,46

3

Sumatera Barat

60,69

22,22

12,96

4,13

4

Riau

72,22

12,71

4,27

10,80

5

Kep. Riau

63,30

19,53

16,50

0,67

6

Jambi

63,97

17,75

6,88

11,40

7

Sumatera Selatan

58,64

24,93

9,38

7,05

8

Kep. Bangka Belitung

43,39

37,57

16,81

2,23

9

Bengkulu

71,58

20,80

6,56

1,06

10

Lampung

69,29

23,77

5,01

1,93

11

DKI Jakarta

79,64

18,55

1,32

0,49

12

Jawa Barat

61,56

24,90

12,39

1,15

13

Banten

63,04

22,97

12,24

1,75

14

Jawa Tengah

64,55

25,97

7,95

1,53

15

DI Yogyakarta

62,57

34,19

1,97

1,27

16

Jawa Timur

60,76

29,71

8,33

1,20

17

Bali

55,02

29,66

12,41

2,91

18

Nusa Tenggara Barat

30,10

49,57

18,34

1,99

19

Nusa Tenggara Timur

18,89

33,99

44,30

2,82

20

Kalimantan Barat

39,68

10,77

9,60

39,95

21

Kalimantan Tengah

46,95

19,43

17,12

16,50

22

Kalimantan Selatan

52,79

20,93

13,16

13,12

23

Kalimantan Timur

68,53

18,06

7,90

5,51

24

Sulawesi Utara

47,54

29,86

18,41

4,19

25

Gorontalo

36,66

41,31

17,13

4,90

26

Sulawesi Tengah

50,91

25,11

18,08

5,90

27

Sulawesi Selatan

46,02

38,20

13,55

2,23

28

Sulawesi Barat

40,59

30,68

22,37

6,36

29

Sulawesi Tenggara

41,72

37,48

19,63

1,17

30

Maluku

24,79

29,89

43,31

2,01

31

Maluku Utara

40,33

30,60

26,54

2,53

32 33

Papua

31,16

22,36

30,52

15,96

Papua Barat

41,62

27,46

23,12

7,80

Indonesia

58,69

25,92

11,74

3,65

Sumber data: Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2011

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

93

Tabel 3.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Sumber Penerangan, 2012 No

Provinsi

Listrik PLN

Listrik NonPLN

Petromak/ Pelita/Sentir/ Aladin Obor

Lainnya*

Lainnya

1

Aceh

95,44

1,05

1,41

2,06

0,04

3,51

2

Sumatera Utara

92,5

2,31

1,21

3,88

0,1

5,19

3

Sumatera Barat

90,37

3,07

1,35

4,6

0,61

6,56

4

Riau

66,78

25,85

0,51

6,56

0,3

7,37

5

Kep. Riau

84,02

11,6

1,08

3,21

0,09

4,38

6

Jambi

84,73

10,77

0,54

3,76

0,2

4,5

7

Sumatera Selatan

86,21

6,66

0,11

6,96

0,07

7,14

8

Kep. Bangka Belitung

84,52

11,74

0,1

3,21

0,43

3,74

9

Bengkulu

89,61

7,53

0,25

2,48

0,12

2,85

10

Lampung

87,5

10,37

0,19

1,3

0,64

2,13

11

DKI Jakarta

99,97

0

0

0,03

0

0,03

12

Jawa Barat

98,45

0,82

0,02

0,48

0,23

0,73

13

Banten

99,33

0,34

0,01

0,3

0,03

0,34

14

Jawa Tengah

99,47

0,13

0

0,41

0

0,41

15

DI Yogyakarta

98,6

1,08

0,11

0,21

0

0,32

16

Jawa Timur

98,71

0,24

0,15

0,85

0,05

1,05

17

Bali

98,96

0,24

0

0,75

0,05

0,8

18

Nusa Tenggara Barat

92,68

3,1

0,24

3,94

0,05

4,23

19

Nusa Tenggara Timur

52,07

14,8

0,13

32,13

0,87

33,13

20

Kalimantan Barat

74,2

11,54

0,24

13,57

0,46

14,27

21

Kalimantan Tengah

67,42

13,79

1,93

15,06

1,8

18,79

22

Kalimantan Selatan

88,58

6,22

1,36

3,6

0,23

5,19

23

Kalimantan Timur

80,12

14,73

0,89

2,65

1,62

5,16

24

Sulawesi Utara

96,05

2,73

0,15

1,04

0,04

1,23

25

Gorontalo

79,99

6,56

0,15

13,07

0,24

13,46

26

Sulawesi Tengah

87,99

4,89

0,45

6,09

0,57

7,11

27

Sulawesi Selatan

81,89

7,02

0,02

10,95

0,12

11,09

28

Sulawesi Barat

74,35

7,35

4,26

14,03

0

18,29

29

Sulawesi Tenggara

59,13

25,18

0

15,6

0,09

15,69

30

Maluku

74,63

5,89

0,47

18,72

0,29

19,48

31

Maluku Utara

67,49

17,08

0,47

14,96

0

15,43

32

Papua

61,44

19,22

0,31

17,37

1,65

19,33

33

Papua Barat

33,7

8,16

0,67

24,34

33,13

58,14

92,08

3,84

0,3

3,16

0,62

4,08

Indonesia

Sumber data: Diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS Data Susenas Triwulan III-2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

94

Tabel 3.13 Persentase dan Cakupan Imunisasi pada Balita di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012

1

Aceh

77.6

76.8

67.6

57.6

83.6

75.5

64.5

67.5

59.6

56.1

31.4

59.8

Semua vaksinasi dasar tanpa Hepatitis B 49.7

2

Sum atera Utara

80.4

76.7

68.4

61.1

87.0

81.5

65.3

67.6

57.3

47.0

18.1

64.2

50.8

3

Sum atera Barat

89.0

81.8

74.7

62.9

92.2

79.4

73.8

78.8

67.8

62.3

36.8

69.5

59.4

4

Riau

82.4

84.2

78.2

67.0

86.6

81.6

69.0

80.4

71.9

60.4

35.1

70.8

57.6

5

Jam bi

79.1

80.7

76.3

69.3

82.3

80.7

69.6

77.5

73.6

68.4

49.6

76.7

65.7

6

Sum atera Selatan

90.1

88.3

77.9

69.5

90.6

79.4

68.6

84.6

71.2

63.2

32.6

80.1

63.3

7

Bengkulu

88.9

92.9

84.8

71.9

91.1

89.7

77.9

87.8

78.2

69.6

18.7

82.1

66.7

8

Lam pung

95.3

95.8

86.0

74.1

95.8

91.9

79.4

95.9

86.2

65.6

38.8

89.3

68.9

9

Bangka Belitung

84.7

81.4

78.6

72.8

87.8

79.4

76.4

87.8

77.6

64.2

56.0

74.9

70.2

10

Kepulauan Riau

85.2

85.0

78.3

74.2

87.8

84.8

76.2

79.3

77.1

72.1

36.0

75.7

65.3

11

DKI Jakarta

93.3

92.3

84.2

77.5

95.3

88.7

82.8

87.7

78.8

68.3

39.1

86.5

73.2

12

Jawa Barat

94.1

91.8

81.8

73.8

95.2

88.7

77.0

89.2

78.0

69.5

41.8

81.1

65.6

13

Jawa Tengah

91.8

94.2

89.7

82.7

95.6

92.6

87.3

92.6

85.0

78.9

64.7

92.6

78.7

14

DI Yogyakarta

100.0

100.0

100.0

96.4

100.0

100.0

97.5

98.8

96.1

93.7

77.5

97.1

93.5

15

Jawa Tim ur

96.8

95.7

90.7

83.6

96.5

92.3

86.7

93.1

80.7

75.8

54.4

87.8

77.2

16

Banten

82.0

78.7

68.7

49.1

83.5

73.6

54.9

74.5

53.8

43.1

23.3

61.4

37.9

17

Bali

98.7

96.3

93.6

89.2

98.7

94.8

89.2

97.2

85.7

80.0

60.3

93.1

87.0

18

Nus a Tenggara Barat

92.2

92.9

85.1

70.7

92.9

91.8

75.5

90.9

75.7

58.5

33.7

89.9

66.0

19

Nus a Tenggara Tim ur

87.6

91.7

83.8

76.4

93.3

89.5

81.6

90.9

81.7

77.6

47.0

82.7

73.1

20

Kalim antan Barat

79.5

77.4

71.8

62.8

80.2

74.4

66.9

79.8

71.8

62.6

35.8

71.6

57.5

21

Kalim antan Tengah

72.3

67.2

57.3

52.5

79.7

69.2

57.5

67.6

54.7

49.9

27.5

64.2

45.9

22

Kalim antan Selatan

83.1

79.2

69.1

62.1

84.4

78.1

72.1

74.2

68.1

63.3

36.5

73.6

61.4

23

Kalim antan Tim ur

91.6

94.1

86.4

80.4

95.3

90.2

83.0

92.8

81.9

67.5

51.4

89.0

76.6

24

Sulawes i Utara

97.3

94.0

89.4

84.2

94.1

88.5

84.2

89.8

82.4

74.8

49.6

87.5

77.1

25

Sulawes i Tengah

86.3

86.0

77.7

71.5

85.3

78.3

76.1

84.0

71.0

61.7

31.2

82.9

67.2

26

Sulawes i Selatan

82.2

79.6

69.4

60.3

85.0

74.7

61.1

76.4

60.7

53.5

39.0

71.9

48.7

27

Sulawes i Tenggara

87.8

87.2

84.6

75.7

89.5

86.6

78.3

83.2

76.6

71.0

32.5

81.4

70.5

28

Gorontalo

94.5

90.3

81.1

71.5

93.1

79.8

72.3

93.0

74.7

64.9

47.8

91.6

67.4

29

Sulawes i Barat

71.7

70.5

58.3

49.8

74.9

68.2

56.4

71.3

52.1

47.0

32.5

60.9

43.4

30

Maluku

76.6

71.1

59.9

46.9

78.4

66.5

53.6

69.3

60.3

50.4

20.6

65.1

44.2

31

Maluku Utara

91.1

92.0

83.4

62.2

91.0

84.4

68.0

85.9

78.7

54.7

21.1

83.4

55.1

32

Papua Barat

72.3

74.5

69.5

58.1

75.9

69.5

59.6

70.4

66.6

58.2

29.9

62.9

50.7

33

Papua

59.4

51.9

48.0

35.3

51.6

49.0

43.4

50.3

45.4

36.2

14.1

49.0

34.0

Jum lah

89.3

88.1

80.7

72.0

91.2

85.5

75.9

85.3

74.5

66.3

42.4

80.1

65.6

No

1

Provinsi

BCG

DPT 1

DPT 2

DPT 3

Polio 1

Polio 2

Polio 3

Hepatitis 0

Hepatitis 1

Hepatitis 2

Hepatitis 3

Campak

Imunisasi BCG, Campak, 4 dosis Hepatitis B, 3 dosis DPT dan polio kecuali polio 4

Sumber da ta : SDKI, 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

95

95

Tabel 3.14 Persentase Wanita Umur 15-49 tahun yang sedang Hamil di Indonesia menurut Provinsi Tahun 1997 - 2012 Wanita Umur 15-49 tahun yang sedang Hamil No

Provinsi 1997

2002-03

2007

2012

1

Aceh

3,9

-

6,1

5,2

2

Sumatera Utara

3,7

4,0

3,6

5,8

3

Sumatera Barat

5,5

5,7

3,8

5,7

4

Riau

6,0

5,0

4,6

6,1

5

Jambi

4,1

6,7

5,3

5,3

6

Sumatera Selatan

5,7

2,5

3,1

4,6

7

Bengkulu

3,5

4,2

3,9

6,1

8

Lampung

4,4

4,4

4,0

4,8

9

Bangka Belitung

-

2,9

5,5

4,3

10

Kepulauan Riau

-

-

4,7

4,7

11

DKI Jakarta

3,7

3,8

3,8

4,1

12

Jawa Barat

5,2

4,4

4,1

4,4

13

Jawa Tengah

3,5

3,4

3,5

4,0

14

DI. Yogyakarta

2,8

3,3

4,4

3,4

15

Jawa Timur

3,6

3,5

2,6

2,9

16

Banten

-

4,3

3,4

3,7

17

Bali

4,7

3,8

3,5

3,1

18

Nusa Tenggara Barat

5,4

5,9

4,9

4,8

19

Nusa Tenggara Timur

5,2

6,0

6,2

6,2

20

Kalimantan Barat

4,3

3,9

5,1

5,3

21

Kalimantan Tengah

4,2

5,5

7,1

5,5

22

Kalimantan Selatan

4,3

4,3

5,7

3,8

23

Kalimantan Timur

4,1

6,1

5,7

5,2

24

Sulawesi Utara

4,6

3,9

4,1

3,6

25

Sulawesi Tengah

6,0

6,0

4,0

5,3

26

Sulawesi Selatan

4,7

3,8

4,1

3,9

27

Sulawesi Tenggara

4,4

6,7

5,6

5,7

28

Gorontalo

-

6,8

3,8

4,1

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

-

-

6,3

4,6

5,0

-

5,1

4,5

Maluku Utara

-

-

6,5

5,3

32

Papua Barat

-

-

4,7

5,2

33

Papua

5,9

-

4,2

2,5

Jumlah

4,4

4,1

3,9

4,3

Sumber data: SDKI 1997, 2002-03, 2007, 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

96

Tabel 3.15 Persentase yang dilahirkan di Fasilitas Kesehatan di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012

No

Provinsi

Kelahiran di Fasilitas Kesehatan

1

Aceh

52,9

2

Sumatera Utara

47,8

3

Sumatera Barat

74,5

4

Riau

50,8

5

Jambi

41,1

6

Sumatera Selatan

55,7

7

Bengkulu

34,7

8

Lampung

61,4

9

Bangka Belitung

64,3

10

Kepulauan Riau

81,8

11

DKI Jakarta

96

12

Jawa Barat

63,3

13

Jawa Tengah

75,2

14

DI. Yogyakarta

93,6

15

Jawa Timur

84,6

16

Banten

60,6

17

Bali

97,6

18

Nusa Tenggara Barat

74,3

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

40,8

21

Kalimantan Tengah

22,3

22

Kalimantan Selatan

35,5

23

Kalimantan Timur

63,1

24

Sulawesi Utara

59,4

25

Sulawesi Tengah

30,5

26

Sulawesi Selatan

47,7

27

Sulawesi Tenggara

21,7

28

Gorontalo

40,5

29

Sulawesi Barat

16,2

30

Maluku

21,6

31

Maluku Utara

20,6

32

Papua Barat

38,3

33

Papua

26,8

41

Jumlah

63

Sumber data: SDKI, 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

97

Tabel 3.16 Persentase penolong persalinan di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012

Penolong Persalinan No

Provinsi

Tenaga Profesional*)

Dukun

Saudara/ Teman

Lainnya

Tidak Tidak ada tahu/tidak menjawab

Jumlah

1

Aceh

89,8

9,0

0,2

0,2

0,2

0,6

100,0

2

Sumatera Utara

88,4

7,6

3,3

0,1

0,4

0,3

100,0

3

Sumatera Barat

90,5

8,5

0,2

0,0

0,0

0,7

100,0

4

Riau

86,4

11,7

1,1

0,0

0,0

0,8

100,0

5

Jambi

75,7

22,4

1,9

0,0

0,0

0,0

100,0

6

Sumatera Selatan

85,1

13,6

0,9

0,0

0,0

0,5

100,0

7

Bengkulu

87,2

11,3

0,9

0,0

0,0

0,6

100,0

8

Lampung

84,6

13,3

0,7

0,4

0,6

0,3

100,0

9

Bangka Belitung

89,3

8,3

1,3

0,0

0,5

0,7

100,0

10

Kepulauan Riau

94,7

3,7

0,4

0,0

0,0

1,2

100,0

11

DKI Jakarta

98,7

0,5

0,1

0,0

0,0

0,7

100,0

12

Jawa Barat

80,3

17,3

0,7

0,3

0,4

1,1

100,0

13

Jawa Tengah

93,6

5,2

0,5

0,2

0,2

0,5

100,0

14

DI. Yogyakarta

98,0

1,5

0,0

0,0

0,0

0,4

100,0

15

Jawa Timur

89,8

9,2

0,6

0,4

0,0

0,1

100,0

16

Banten

77,3

21,7

0,5

0,0

0,2

0,3

100,0

17

Bali

98,7

0,6

0,5

0,0

0,0

0,2

100,0

18

Nusa Tenggara Barat

81,7

16,4

0,4

0,2

0,6

0,6

100,0

19

Nusa Tenggara Timur

56,8

29,9

10,7

0,8

0,2

1,7

100,0

20

Kalimantan Barat

72,2

25,7

0,5

0,1

0,0

1,5

100,0

21

Kalimantan Tengah

70,2

27,7

1,2

0,0

0,3

0,6

100,0

22

Kalimantan Selatan

80,1

19,3

0,4

0,0

0,0

0,2

100,0

23

Kalimantan Timur

83,8

14,1

2,2

0,0

0,0

0,0

100,0

24

Sulawesi Utara

85,8

12,4

0,2

0,6

0,2

0,8

100,0

25

Sulawesi Tengah

62,9

25,6

11,2

0,0

0,0

0,3

100,0

26

Sulawesi Selatan

75,8

17,8

3,9

0,1

0,9

1,5

100,0

27

Sulawesi Tenggara

65,9

29,6

3,3

0,0

0,2

1,0

100,0

28

Gorontalo

74,9

23,4

1,2

0,0

0,2

0,3

100,0

29

Sulawesi Barat

43,3

43,5

11,2

0,0

1,2

0,8

100,0

30

Maluku

49,9

46,0

2,9

0,0

0,2

1,1

100,0

31

Maluku Utara

51,5

40,8

4,3

0,4

2,4

0,6

100,0

32

Papua Barat

62,6

12,8

16,0

4,6

1,5

2,5

100,0

33

Papua

39,9

9,3

42,2

4,0

3,2

1,3

100,0

83,1

13,5

2,2

0,3

0,3

0,7

100,0

Jumlah Sumber data: SDKI, 2012

Keterangan : *) Penolong persalinan termasuk dokter, dokter kandungan, peraw at, bidan, dan bidan desa

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

98

Tabel 3.17 Jumlah Kumulatif Kasus HIV dan AIDS Berdasarkan Provinsi Tahun 2013 (sd Juni)

No

Provinsi

1

Aceh

2

Sumatera Utara

3

Sumatera Barat

4

Riau

5

Jambi

6

Sumatera Selatan

7

Bengkulu

8

Lampung

9

Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI. Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua Barat

33

Papua Jumlah

HIV

AIDS

106 7.078 777 1.503 512 1.288 176 832 380 3.200 24.807 8.161 5.406 1.693 14.285 2.764 7.073 574 1.389 3.760 136 227 1.957 1.881 226 3.178 139 30 33 1.032 161 1.965 11.871 108.600

137 515 802 859 384 322 160 242 270 382 6.299 4.131 2.990 782 6.900 916 3.344 379 496 1.699 93 134 332 715 127 1.547 186 60 4 355 123 187 7.795 43.667

Sumber data: Ditjen PP dan PL, Kemenkes, 2013

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

99

Tabel 3.18 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Kepandaian Membaca dan Menulis Tahun 2006 dan 2011

No

Provinsi

2006

2007

2008

2009

2010

2011

1

Aceh

94,85

95,13

96,39

96,87

97,26

95,84

2

Sumatera Utara

97,00

97,04

97,36

97,53

97,60

96,83

3

Sumatera Barat

96,35

96,49

97,00

97,21

97,40

96,20

4

Riau

97,54

97,53

97,98

98,31

98,51

97,61

5

Jambi

95,26

95,39

95,83

96,07

96,33

95,52

6

Sumatera Selatan

96,91

96,97

97,37

97,53

97,66

96,65

7

Bengkulu

94,50

94,56

95,26

95,54

95,85

95,13

8

Lampung

93,70

93,90

94,40

95,05

95,25

95,02

9

Kep. Bangka Belitung

95,33

95,24

95,71

95,87

95,88

95,60

10

Kep. Riau

95,77

96,03

96,29

96,46

97,49

97,67

11

DKI Jakarta

98,34

98,83

98,84

99,01

99,19

98,83

12

Jawa Barat

95,52

95,85

96,07

96,44

96,62

95,96

13

Jawa Tengah

89,56

89,91

90,46

90,64

91,02

90,34

14

DI Yogyakarta

87,53

88,86

90,25

90,98

91,62

91,49

15

Jawa Timur

88,36

88,66

88,60

89,01

89,47

88,52

16

Banten

95,60

95,76

95,78

96,44

96,60

96,25

17

Bali

87,14

87,32

88,22

88,48

89,49

89,17

18

Nusa Tenggara Barat

81,65

82,44

82,49

82,80

83,49

83,24

19

Nusa Tenggara Timur

87,98

88,53

88,99

89,66

90,16

87,63

20

Kalimantan Barat

90,31

90,61

89,84

90,94

91,43

90,03

21

Kalimantan Tengah

96,80

96,98

97,52

97,68

97,78

96,86

22

Kalimantan Selatan

94,60

94,67

95,59

95,90

96,34

95,66

23

Kalimantan Timur

95,96

96,13

96,71

97,18

97,36

96,99

24

Sulawesi Utara

99,00

98,94

99,17

99,27

99,35

98,85

25

Sulawesi Tengah

95,37

95,29

96,01

96,25

96,50

94,51

26

Sulawesi Selatan

87,28

87,72

88,10

88,67

89,16

88,07

27

Sulawesi Tenggara

91,24

91,64

92,21

92,66

92,90

91,29

28

Gorontalo

95,89

95,81

95,72

96,18

96,39

94,69

29

Sulawesi Barat

87,49

87,86

88,81

89,19

89,91

87,61

30

Maluku

96,89

97,16

97,55

97,77

97,79

96,63

31

Maluku Utara

95,04

95,22

95,91

96,22

96,52

96,01

32

Papua Barat

89,23

90,62

92,19

93,60

95,59

92,41

33

Papua

71,58

76,85

74,43

72,23

70,41

64,08

92,39

92,74

93,05

93,41

93,66

92,81

INDONESIA

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007, 2008, 2009, 2010, 2011

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

100

Tabel 3.19

Angka Partisipasi Sekolah ( A P S ) Menurut Provinsi, 2012

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

2012**

Provinsi 7-12

13-15

16-18

19-24

Aceh

99,35

94,41

74,44

28,67

Sumatera Utara

98,59

90,85

69,73

17,36

Sumatera Barat

98,38

90,79

71,38

27,64

Riau

98,14

87,64

65,79

16,00

Kepulauan Riau

98,27

94,96

69,72

9,6

Jambi

98,65

90,83

59,11

15,23

Sumatera Selatan

98,04

88,52

58,31

13,55

Kep Bangka Belitung

97,74

83,52

50,89

8,67

Bengkulu

98,96

92,63

66,71

19,32

Lampung

98,59

90,03

59,8

11,6

DKI Jakarta

98,97

93,79

60,81

17,79

Jawa Barat

98,34

88,51

55,69

12,09

Banten

98,29

90,97

58,58

15,55

Jawa Tengah

98,87

89,59

58,56

11,78

DI Yogyakarta

99,77

98,32

80,22

44,32

Jawa Timur

98,66

91,7

61,68

14,35

Bali

99,2

95,15

70,8

18,62

Nusa Tenggara Barat

98,19

91,55

60,75

17,59

Nusa Tenggara Timur

96,12

88,68

62,15

18,36

Kalimantan Barat

96,63

85,22

54,65

14,18

Kalimantan Tengah

98,5

85,55

54,06

13,65

Kalimantan Selatan

97,9

85,35

57,55

16,68

Kalimantan Timur

99,17

96,53

71,16

19,22

Sulawesi Utara

98,22

88,5

65,43

16,25

Gorontalo

97,52

82,57

57,82

20,07

Sulawesi Tengah

96,54

84,42

59,6

16,23

Sulawesi Selatan

97,59

87,69

61,6

22,76

Sulawesi Barat

95,66

81,13

56,37

14,21

Sulawesi Tenggara

97,41

87,85

65,26

23,7

98,3

94,66

68,4

29,00

Maluku Utara

98,24

90,87

68,26

21,7

Papua

75,34

68,99

50,66

13,8

Papua Barat

95,56

91,65

67,18

19,9

Indonesia

97,95

89,66

61,06

15,84

Maluku

Sumber data: BPS-RI, Susenas 2012 Note: ** M ulai tahun 2007 dan tahun-tahun berikutnya APS mencakup pendidikan non formal (paket A setara SD/M I, paket B setara SM P/M Ts dan paket C setara SM /SM K/M A)

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

101

Tabel 3.20

Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan Formal dan Non Formal Tahun 2011

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

PROVINSI Aceh Sum atera Utara Sum atera Barat Riau Kepulauan Riau Jam bi Sum atera Selatan Kep, Bangka Belitung Bengkulu Lam pung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Tim ur Bali Nus a Tenggara Barat Nus a Tenggara Tim ur Kalim antan Barat Kalim antan Tengah Kalim antan Selatan Kalim antan Tim ur Sulawes i Utara Gorontalo Sulawes i Tengah Sulawes i Selatan Sulawes i Barat Sulawes i Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat INDONESIA

SD Laki-laki 92,87 91,61 94,25 90,82 92,77 93,06 91,17 91,51 93,32 92,83 91,95 93,04 92,71 91,00 91,8 92,18 91,57 92,41 92,35 92,16 92,38 92,67 92,18 86,54 87,84 90,14 89,51 89,12 89,16 88,48 90,59 70,56 88,44 91,56

Perempuan 92,24 91,3 92,58 92,57 91,3 92,28 88,33 90,7 92,15 89,98 87,57 91,41 91,59 89,3 92,19 91,55 89,06 92,97 91,89 92,21 92,11 91,27 92,27 85,21 92,46 89,82 89,45 89,61 88,45 87,5 89,23 69,63 88,1 90,46

SMP Total 92,57 91,46 93,47 91,67 92,01 92,69 89,79 91,12 92,75 91,47 89,79 92,26 92,18 90,19 91,98 91,88 90,39 92,69 92,13 92,18 92,25 92,01 92,23 85,91 90,04 89,99 89,48 89,35 88,8 88 89,95 70,13 88,28 91,03

Laki-laki 72,58 67,05 63,52 61,51 74,4 62,53 62,99 55,81 67,78 63,61 71,57 69,58 71,13 67,85 67,79 71,48 65,99 76,62 52,33 57,4 65,55 63,83 71,74 59,8 60,11 60,56 62,44 58,6 65,27 62,91 65,49 45,34 59,03 67,01

SMU

Perempuan 77,09 68,99 71,36 70,38 72,27 71,08 65,34 65,08 69,41 69,9 65,94 69,57 71,12 71,89 70,5 72,09 72,94 76,78 61,36 60,26 67,24 67,92 73,15 62,74 58,2 62,91 68,19 62,38 63,39 65,85 66,41 46,85 56,19 69,32

Total 74,76 67,96 67,1 65,98 73,34 66,54 64,12 60,19 68,55 66,56 68,85 69,57 71,12 69,77 69,15 71,77 69,16 76,7 56,74 58,75 66,35 65,79 72,4 61,22 59,17 61,74 65,29 60,34 64,31 64,33 65,92 46,03 57,66 68,12

Laki-laki 61,82 55,34 48,44 50,27 52,65 47,55 42,97 38,77 47,08 40,45 52,18 43,53 47,12 47,15 60,51 51,11 63,56 53,95 38,37 34,77 42,34 42,22 52,98 43,85 38,94 48,18 48,2 46,83 51,83 50,12 48,86 32,54 49,09 47,64

Perempuan 61,02 60,35 60,33 55,89 56,2 49,73 48,1 43,5 53,07 50,46 46,7 41,3 45,16 47,54 58,9 47,43 57,47 53,91 43,28 37,71 45,8 43,82 56,38 58,02 50,24 45,66 47,59 46,83 52,48 55,21 55,51 32,34 46,62 48,31

Total 61,43 57,83 54,05 53,07 54,25 48,55 45,34 40,91 49,91 45,06 49,27 42,5 46,17 47,34 59,68 49,32 60,54 53,93 40,84 36,28 43,93 43,01 54,58 50,55 44,33 46,99 47,89 46,83 52,16 52,64 51,88 32,45 47,88 47,97

Sumber data: Stati sti k Kesej ahteraan Rakyat 2011

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

102

102

Tabel 3.21 Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke-atas Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2011

No

Provinsi

2011 Laki-laki Perempuan

1

Aceh

9,1

8,6

2

Sumatera Utara

9,1

8,5

3

Sumatera Barat

8,5

8,3

4

Riau

8,8

8,4

5

Jambi

8,4

7,6

6

Sumatera Selatan

8,1

7,5

7

Bengkulu

8,5

8,0

8

Lampung

7,9

7,4

9

Bangka Belitung

7,9

7,2

10

Kep. Riau

9,8

9,5

11

DKI Jakarta

10,9

9,9

12

Jawa Barat

8,3

7,5

13

Jawa Tengah

7,6

6,7

14

DI Yogyakarta

9,7

8,6

15

Jawa Timur

7,8

6,8

16

Banten

8,9

7,9

17

Bali

9,1

7,6

18

Nusa Tenggara Barat

7,5

6,4

19

Nusa Tenggara Timur

7,1

6,6

20

Kalimantan Barat

7,3

6,4

21

Kalimantan Tengah

8,2

7,7

22

Kalimantan Selatan

8,0

7,3

23

Kalimantan Timur

9,5

8,8

24

Sulawesi Utara

8,8

8,9

25

Sulawesi Tengah

8,2

7,8

26

Sulawesi Selatan

8,0

7,5

27

Sulawesi Tenggara

8,6

7,8

28

Gorontalo

7,0

7,6

29

Sulawesi Barat

7,3

6,6

30

Maluku

8,9

8,6

31

Maluku Utara

8,6

7,8

32

Papua Barat

9,3

8,3

33

Papua

6,6

5,0

INDONESIA

8,3

7,5

Sumber data: Statistik Kesejahteraan Rakyat: 2011

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

103

Tabel 3.22 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Provinsi, 2007 - 2011 (Juta Rupiah)

No

Provinsi

2007

2008

2009

2010*)

2011**)

1

Aceh

71,093,359.40

73,547,550.72

71,986,954.00

77,983,775.69

85,537,965.91

2 3

Sumatera Utara

181,819,737.32

213,931,696.78

236,353,615.83

275,700,207.28

314,156,937.46

Sumatera Barat

59,799,045.30

70,954,515.42

76,752,937.71

87,221,254.06

98,917,269.39

4 5

Riau

210,002,560.30

276,400,129.95

297,173,028.31

345,661,313.79

413,350,122.80

Jambi

32,076,677.16

41,056,483.56

44,127,005.65

53,816,693.02

63,268,138.39

6

Sumatera Selatan

7

Bengkulu

109,895,707.00

133,664,987.00

137,331,848.00

157,534,956.00

181,776,073.00

12,874,344.46

14,915,886.85

16,385,364.18

18,649,601.15

21,150,289.62

8 9

Lampung

60,921,966.22

73,719,258.60

88,934,860.61

108,378,506.78

128,408,894.93

Kep. Bangka Belitung

17,895,016.56

21,421,340.26

22,997,898.59

26,565,031.61

30,254,777.26

10

Kep. Riau

51,826,271.88

58,574,996.29

63,892,937.49

71,614,514.31

80,242,793.63

11

DKI Jakarta

566,449,360.08

677,044,743.16

757,696,594.05

862,089,736.64

982,540,043.96

12

Jaw a Barat

526,220,225.16

633,283,483.36

689,841,314.34

771,593,860.47

861,006,347.79

13

Jaw a Tengah

312,428,807.09

367,135,954.90

397,903,943.75

444,692,014.59

498,614,636.36

14

DI. Yogyakarta

32,916,736.41

38,101,684.50

41,407,049.50

45,625,589.50

51,782,092.43

15

Jaw a Timur

536,981,881.91

621,391,674.61

686,847,557.72

778,565,772.46

884,143,574.81

16

Banten

122,843,946.60

139,864,778.32

152,556,215.59

171,690,413.57

192,218,910.27

17

Bali

44,003,379.64

51,916,170.34

60,292,239.32

66,690,598.13

73,478,161.87

18

Kalimantan Barat

43,540,865.48

49,132,965.97

54,281,172.42

60,501,505.09

66,780,221.81

19

Kalimantan Tengah

27,931,949.58

32,760,167.75

37,161,800.06

42,620,950.16

49,072,507.10

20

Kalimantan Selatan

39,438,767.06

45,843,793.53

51,460,175.70

59,821,156.82

68,234,880.54

21

Kalimantan Timur

222,628,920.93

314,813,520.84

285,590,821.55

321,904,879.64

390,638,617.39

22

Sulaw esi Utara

24,081,132.54

28,697,756.23

33,033,609.80

36,911,814.52

41,505,118.26

23

Sulaw esi Tengah

23,218,709.21

28,727,505.31

32,461,331.62

37,319,062.92

44,317,854.52

24

Sulaw esi Selatan

69,271,924.56

85,143,191.27

99,954,589.75

117,862,210.18

137,389,879.40

25

Sulaw esi Tenggara

17,953,074.41

22,202,848.01

25,655,940.66

28,369,031.41

32,032,498.80

26

Gorontalo

4,760,695.43

5,906,736.28

7,069,054.18

8,056,512.92

9,153,669.04

27

Sulaw esi Barat

6,192,785.57

8,296,605.60

9,403,378.61

10,986,624.75

12,895,358.24

28

Nusa Tenggara Barat

33,522,225.01

35,314,731.04

44,014,619.43

49,559,794.14

48,729,106.73

29

Nusa Tenggara Timur

19,136,982.17

21,655,869.37

24,179,412.16

27,738,760.20

31,204,406.40

30

Maluku

5,698,799.37

6,269,957.84

7,069,642.15

8,084,807.44

9,594,886.01

31

Maluku Utara

3,160,041.71

3,862,243.13

4,691,161.48

5,389,831.57

6,056,973.74

32

Papua Barat

10,367,278.69

13,975,126.50

18,144,492.99

26,879,612.63

36,170,455.69

33

Papua Jumlah 33 Provinsi

55,380,453.41

61,516,238.47

76,886,679.01

87,776,576.67

76,370,616.08

3,556,333,627.61 4,271,044,591.76 4,653,539,246.22 5,293,856,970.11 6,020,994,079.64

Catatan : Perbedaan antara jumlah PDRB 33 PROVINSI dan PDB Indonesia antara lain disebabkan oleh diskrepansi statistik *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sumber data: Badan Pusat Statistik, 2007-2011

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

104

Tabel 3.23 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi, 2007 - 2011 (Juta Rupiah)

No

Provinsi

2007

2008

2009

2010*)

2011**)

1

Aceh

35,983,090.79

34,097,992.47

32,219,086.32

33,118,170.55

34,779,702.73

2

Sumatera Utara

99,792,273.27

106,172,360.10

111,559,224.81

118,640,902.74

126,450,621.90

3

Sumatera Barat

32,912,968.59

35,176,632.43

36,683,238.69

38,860,187.68

41,276,406.36

4

Riau

86,213,259.46

91,085,381.81

93,786,236.58

97,707,498.51

102,605,913.65

5

Jambi

14,275,161.32

15,297,770.57

16,274,907.72

17,470,653.43

18,962,396.90

6

Sumatera Selatan

55,262,114.00

58,065,455.00

60,452,944.00

63,858,153.00

68,011,310.00

7

Bengkulu

7,037,404.03

7,441,873.08

7,859,919.71

8,336,018.75

8,869,250.28

8

Lampung

32,694,889.62

34,443,151.77

36,256,295.04

38,378,425.12

40,829,411.29

9

Kep. Bangka Belitung

9,464,539.15

9,899,925.78

10,270,106.49

10,879,422.58

11,575,263.56

10

Kep. Riau

34,713,813.64

37,014,735.92

38,318,828.63

41,075,858.84

43,816,718.59

11

DKI Jakarta

332,971,254.83

353,723,390.53

371,469,499.10

395,633,574.64

422,162,570.82

12

Jaw a Barat

274,180,307.83

291,205,836.70

303,405,250.51

322,223,816.79

343,111,243.18

13

Jaw a Tengah

159,110,253.77

168,034,483.29

176,673,456.57

186,995,480.65

198,226,349.47

14

DI. Yogyakarta

18,291,511.71

19,212,481.03

20,064,256.65

21,044,041.54

22,129,706.62

15

Jaw a Timur

288,404,312.28

305,538,686.62

320,861,168.91

342,280,765.51

366,984,301.20

16

Banten

75,349,610.92

79,700,684.04

83,453,729.29

88,525,884.79

94,222,355.05

17

Bali

24,449,885.70

25,910,325.54

27,290,945.61

28,880,686.20

30,753,674.05

18

Kalimantan Barat

26,019,737.63

27,438,791.32

28,756,875.70

30,299,808.07

32,100,656.04

19

Kalimantan Tengah

15,754,508.67

16,726,459.02

17,657,791.69

18,803,675.62

20,070,727.71

20

Kalimantan Selatan

25,922,287.52

27,593,092.50

29,051,630.55

30,674,123.86

32,552,849.54

21

Kalimantan Timur

98,386,381.52

103,206,871.34

105,564,937.57

110,886,682.21

115,244,165.43

22

Sulaw esi Utara

14,344,302.07

15,902,073.26

17,149,624.49

18,376,750.93

19,734,270.17

23

Sulaw esi Tengah

13,961,146.12

15,047,428.54

16,207,595.71

17,626,173.79

19,239,945.04

24

Sulaw esi Selatan

41,332,426.29

44,549,824.55

47,326,078.38

51,199,899.85

55,116,919.80

25

Sulaw esi Tenggara

9,331,719.95

10,010,586.35

10,768,577.19

11,650,187.12

12,661,942.71

26

Gorontalo

2,339,217.51

2,520,672.95

2,710,737.05

2,917,491.33

3,141,458.12

27

Sulaw esi Barat

3,567,816.12

3,998,502.00

4,239,460.87

4,744,309.49

5,238,359.96

28

Nusa Tenggara Barat

16,369,220.45

16,831,600.88

18,874,403.52

20,069,888.61

19,432,291.68

29

Nusa Tenggara Timur

10,902,404.44

11,429,772.58

11,920,601.87

12,543,821.97

13,249,720.21

30

Maluku

3,633,475.12

3,787,271.11

3,993,139.25

4,251,356.30

4,507,336.14

31

Maluku Utara

2,501,175.13

2,651,107.75

2,812,039.15

3,035,648.37

3,230,209.77

32

Papua Barat

33

Papua Jumlah 33 Provinsi

5,934,315.82

6,399,528.24

7,286,977.24

9,366,407.50

11,916,133.71

19,200,297.42

18,931,841.59

23,138,444.49

22,407,284.20

21,137,537.80

1,890,607,082.70 1,999,046,590.66 2,094,358,009.37 2,222,763,050.54 2,363,341,719.46

Catatan : Perbedaan antara jumlah PDRB 33 PROVINSI dan PDB Indonesia antara lain disebabkan oleh diskrepansi statistik *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sumber data: Badan Pusat Statistik, 2007-2011

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

105

Tabel 3.24 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2009 - 2012

No

Provinsi

Jum lah Penduduk Miskin (dalam juta) 2009

2010

2011

2012

892,80

861,85

Persentase Penduduk Miskin 2009

2010

2011

2012

1

Aceh

894,81

909,04

21,80

20,98

19,57

19,46

2

Sumatera Utara

1.499,70

1.490,89

1.481,31

1.407,25

11,51

11,31

11,33

10,67

3

Sumatera Barat

429,30

430,02

442,09

404,74

9,54

9,50

9,04

8,19

4

Riau

527,50

500,26

482,05

483,07

9,48

8,65

8,47

8,22

5

Kep. Riau

128,20

241,61

129,56

131,22

8,27

8,34

7,4

7,11

6

Jambi

7

Sumatera Selatan

8

Kep. Bangka Belitung

249,70

1.125,73

272,67

271,67

8,77

15,47

8,65

8,42

1.167,90

324,93

1.074,81

1.057,03

16,28

18,30

14,24

13,78

76,60

1.479,93

72,06

71,36

7,46

18,94

5,75

5,53

9

Bengkulu

324,10

67,75

303,60

311,66

18,59

6,51

10

Lampung

1.558,30

129,66

1.298,71

1.253,83

20,22

11

DKI Jakarta

323,20

312,18

363,42

363,20

3,62

12

Jaw a Barat

4.983,60

4.773,72

4.648,63

4.477,53

13

Banten

788,10

5.369,16

690,49

14

Jaw a Tengah

5.725,70

577,30

5.107,36

15

DI Yogyakarta

585,80

5.529,30

16

Jaw a Timur

6.022,60

758,16

17

Bali

181,70

174,93

18

Nusa Tenggara Barat

1.050,90

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

17,5

17,7

16,93

16,18

3,48

3,75

3,69

11,96

11,27

10,65

10,09

652,80

7,64

16,56

6,32

5,85

4.977,36

17,72

16,83

15,76

15,34

560,88

565,32

17,23

15,26

16,08

16,05

5.356,21

5.070,98

16,68

7,16

14,23

13,4

166,23

168,78

5,13

4,88

4,2

4,18

1.009,35

894,77

852,64

22,78

21,55

19,73

18,63

1.013,10

1.014,09

1.012,90

1.012,52

23,31

23,03

21,23

20,88

434,80

428,76

380,11

363,31

9,30

9,02

8,6

8,17

21

Kalimantan Tengah

165,90

164,22

146,91

148,05

7,07

6,77

6,56

6,51

22

Kalimantan Selatan

176,00

181,96

194,62

189,88

5,12

5,21

5,29

5,06

23

Kalimantan Timur

239,20

243,00

247,90

253,34

7,73

7,66

6,77

6,68

24

Sulaw esi Utara

219,60

206,72

194,90

189,12

9,79

9,10

8,51

8,18

25

Gorontalo

224,60

474,99

198,27

186,91

25,01

18,07

18,75

17,33

26

Sulaw esi Tengah

489,80

913,43

423,63

418,64

18,98

11,60

15,83

15,4

27

Sulaw esi Selatan

963,60

400,70

832,91

825,79

12,31

17,05

10,29

10,11

28

Sulaw esi Barat

158,20

209,89

164,86

160,46

15,29

23,19

13,89

13,24

29

Sulaw esi Tenggara

434,30

141,33

330,00

316,33

18,93

13,58

14,56

13,71

30

Maluku

380,00

378,63

360,32

350,23

28,23

27,74

23

21,78

31

Maluku Utara

98,00

91,07

97,31

91,79

10,36

9,42

9,18

8,47

32

Papua

760,30

256,25

944,79

966,59

37,53

34,88

31,98

31,11

33

Papua Barat

256,80

761,62

249,84

229,99

35,71

36,80

32.529,90

31.023,39

30.018,93

29.132,40

14,15

13,33

INDONESIA

8,05

31,92 12,49

Sumber data: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia tahun, 2013

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

106

28,2 11,96

Tabel 3.25 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2010

No

Provinsi

Laki-laki

Perempuan

Total

1

Aceh

77,2

44,9

60,8

2

Sumatera Utara

79,5

46,3

62,6

3

Sumatera Barat

78,1

43,9

60,5

4

Riau

82,0

32,8

58,1

5

Jambi

83,9

42,0

63,3

6

Sumatera Selatan

81,6

49,8

65,9

7

Bengkulu

83,1

55,6

69,6

8

Lampung

84,1

50,0

67,6

9

Kep.Bangka Belitung

85,4

34,8

61,2

10

Kep. Riau

86,6

41,5

64,6

11

DKI Jakarta

80,6

42,0

61,5

12

Jawa Barat

80,6

35,8

58,5

13

Jawa Tengah

82,2

55,5

68,6

14

DI Yogyakarta

77,6

59,7

68,4

15

Jawa Timur

82,4

51,3

66,6

16

Banten

78,5

36,8

58,1

17

Bali

83,1

64,5

73,8

18

Nusa Tenggara Barat

77,5

53,2

64,7

19

Nusa Tenggara Timur

81,2

65,7

73,2

20

Kalimantan Barat

83,2

53,2

68,5

21

Kalimantan Tengah

86,1

51,3

69,5

22

Kalimantan Selatan

83,5

48,6

66,1

23

Kalimantan Timur

83,0

34,6

60,2

24

Sulawesi Utara

79,4

34,9

57,5

25

Sulawesi Tengah

84,2

47,3

66,1

26

Sulawesi Selatan

84,2

47,3

66,1

27

Sulawesi Tenggara

81,8

52,0

66,7

28

Gorontalo

80,7

40,0

60,2

29

Sulawesi Barat

85,0

55,3

70,0

30

Maluku

74,3

46,4

62,8

31

Maluku Utara

78,6

46,4

62,8

32

Papua Barat

77,4

44,5

62,0

33

Papua

83,6

68,3

76,3

Indonesia

81,2

46,8

64,0

Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

107

Tabel 3.26 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2010

No

Provinsi

Laki-laki

Perempuan

Total

1

Aceh

1,4

3,1

2,0

2

Sumatera Utara

1,9

3,7

2,6

3

Sumatera Barat

1,5

2,9

2,0

4

Riau

1,6

4,8

2,5

5

Jambi

1,0

2,6

1,5

6

Sumatera Selatan

1,4

2,8

2,0

7

Bengkulu

1,0

2,0

1,4

8

Lampung

1,2

2,5

1,7

9

Kep.Bangka Belitung

1,0

3,6

1,7

10

Kep. Riau

2,5

5,0

3,3

11

DKI Jakarta

3,0

5,3

3,8

12

Jawa Barat

3,0

6,0

3,9

13

Jawa Tengah

2,4

3,5

2,9

14

DI Yogyakarta

2,3

2,7

2,5

15

Jawa Timur

1,7

2,7

2,1

16

Banten

2,8

5,7

3,7

17

Bali

1,0

1,4

1,1

18

Nusa Tenggara Barat

1,5

2,6

2,0

19

Nusa Tenggara Timur

0,8

1,3

1,0

20

Kalimantan Barat

1,3

2,4

1,7

21

Kalimantan Tengah

0,9

2,4

1,4

22

Kalimantan Selatan

1,3

2,1

1,6

23

Kalimantan Timur

2,8

6,1

3,7

24

Sulawesi Utara

2,2

8,9

4,2

25

Sulawesi Tengah

0,9

3,0

1,7

26

Sulawesi Selatan

1,4

3,0

2,0

27

Sulawesi Tenggara

1,1

2,6

1,7

28

Gorontalo

0,8

2,4

1,3

29

Sulawesi Barat

0,7

1,9

1,2

30

Maluku

1,4

3,0

2,0

31

Maluku Utara

0,6

1,6

1,0

32

Papua Barat

2,1

4,0

2,7

33

Papua

0,8

1,2

1,0

2,0

3,6

2,6

Indonesia Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

108