SAMBUTAN
Sesuai amanat Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangaan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, BKKBN mengalami pengayaan muatan program, selain menangani program Keluarga Berencana, juga program Pengendalian Penduduk. Terkait tugas fungsi tentang Pengendalian Penduduk tersebut, diharapkan BKKBN menjadi rujukan data terutama yang berkaitan erat dengan isu kependudukan, seperti: kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, pertanian dan pangan. Buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia ini diterbitkan dengan berorientasi kepada 5 bidang atau isu yang terkait erat dengan isu kependudukan tersebut. Diuraikan pengertian dan ilustrasi data dari variabel-variabel yang merepresentasikan bidang kesehatan, pendidikan, ketengakerjaan, pertanian dan pangan. Saya menyambut gembira dengan diterbitkannya Buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia ini. Diharapkan melalui Buku Profil ini, dapat diidentifikasi permasalahan kependudukan di Indonesia. Selanjutnya dengan diketahuinya besaran masalah kependudukan, diharapkan seluruh sektor pembangunan dapat merumuskan alternatif solusi pemecahannya. Semoga penyusunan buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di tingkat Nasional Indonesia ini memberikan manfaat bagi pengembangan program pembangunan nasional yang berwawasan kependudukan.
Jakarta,
September 2013
Kepala BKKBN,
Prof. dr. H. Fasli Jalal, PhD, SpGK.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii
ii
KATA PENGANTAR
Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), diharapkan Indonesia mencapai kondisi Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) , yang ditandai dengan TFR sebesar 2,1 dan NRR=1. Untuk mencapai kondisi PTS tersebut, program pembangunan nasional perlu diarahkan agar selaras dengan kebijakan pembangunan yang berwawasan kependudukan. Untuk menyusun program yang berwawasan kependudukan, maka diperlukan data dasar (baseline) yang berisi profil kependudukan pada tingkat nasional. Untuk itulah disusun buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di tingkat Nasional Indonesia. BKKBN sebagai institusi pemerintah yang menangani bidang Pengendalian Penduduk serta Keluarga Berencana, berkewajiban menyediakan data dasar berupa Profil Kependudukan tersebut. Profil Kependudukan dan Pembangunan pada jangka panjang, hendaknya tidak saja memotret situasi kependudukan di tingkat nasional, namun juga mengerucut semakin detil pada tingkat provinsi, kabupaten/kota,kecamatan, bahkan bila memungkinkan sampai tingkat desa/ kelurahan. Tujuannya, agar secara spesifik dapat dipetakan permasalahan kependudukan terjadi pada wilayah yang mana. Dengan demikian, akan lebih memudahkan penentu kebijakan terkait dalam mengidentifikasi sekaligus menangani wilayah manakah yang memiliki permasalahan kependudukan. Buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di tingkat Nasional Indonesia ini disusun atas kerjasama Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan (PUSDU) dengan Direktorat Perencanaan Pengendalian Penduduk (DITRENDUK). Penyajian Profil dengan menggabungkan variabel-variabel secara lintas sektor atau bidang. Untuk itu, diperlukan kesepakatan tidak saja antar komponen BKKBN, namun yang lebih penting antar sektor. Dengan demikian, dokumen buku Profil ini disepakati dan disetujui oleh seluruh pihak, dan menjadi sumber referensi atau rujukan utama dalam bidang Pengendalian Penduduk di Indonesia. Akhir kata, kami mengharapkan masukan secara konstruktif terhadap dokumen ini, terutama menyangkut variabel-variabel yang dibahas dalam buku Profil Kependudukan dan Pembangunan tingkat Nasional Indonesia ini. Terima kasih. Jakarta, Agustus 2013 Deputi Pengendalian Penduduk BKKBN
Dr. Wendy Hartanto, MA.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii
iii
DAFTAR ISI SAMBUTAN …………………………….…………………………………………..………… KATA PENGANTAR........................................................................................................ DAFTAR ISI...................................................................................................................... DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………….…......… DAFTAR TABEL .............................................................................................................. DAFTAR TABEL LAMPIRAN............................................................................................
ii iii iv vi viii x
PENDAHULUAN ……………………………………………………..………. 1
BAB 1. 1.1 1.2 1.3 1.4
Latar Belakang……………………………………………………….………... Tujuan…………………………………………………………………………... Kerangka Pikir……………………………………………………….……….... Sumber Data …………………………………………………………………..
1 2 2 3
DINAMIKA PENDUDUK……………………………………….………..…...
4
2.1
Kuantitas Penduduk................................................................................ 2.1.1 Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk ……………………..…... 2.1.2 Perubahan struktur umur menurut jenis kelamin penduduk…..…. 2.1.3 Persebaran penduduk……………………………..………………...
4 4 5 8
2.2
Fertilitas dan Faktor yang Mempengaruhi…………………………….... 2.2.1 Kecenderungan dan pola fertilitas………………………………..... 2.2.2 Pola perkawinan……………………………………………………… 2.2.3 Kesertaan ber KB……………………………………………………. 2.2.3.1 Pasangan usia subur....................................................... 2.2.3.2 Contraceptive prevalence rate dan mix kontrasepsi........ 2.2.3.3 Kebutuhan Pelayanan Kontrasepsi yang tidak Terpenuhi......................................................................... 2.2.3.4 Alasan tidak memakai kontrasepsi................................... 2.2.3.5 Median lama dan frekuensi menyusui secara eksklusif..
10 10 13 14 14 15
BAB 2.
19 20 20
2.3
Mortalitas dan Faktor yang Mempengaruhi……………..……….……… 21 2.3.1 Kecenderungan dan pola mortalitas…………………………..……. 21 2.3.2 Penyebab Kematian…………………………………………….……. 23
2.4
Migrasi……………………………………………………………………….… 24 2.4.1 Kecenderungan dan pola migrasi risen …………………….….….. 24 2.4.2 Kecenderungan dan pola migrasi seumur hidup ……………..….. 24 PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN… ……….….…. 26
BAB 3. 3.1 3.2 3.3 3.4
Pencapaian Pembangunan Manusia......................................……….…. Pembangunan Gender………………………………………….…...........… Penduduk Rentan ..................................................................................... Ketersedian Pelayanan ….………………………………………………… 3.4.1 Kesehatan…………………………………………………………….
26 27 29 30 30
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii
iv
3.4.2 3.4.3 3.4.4 3.5
Pendidikan…………………………………………………………… 32 Sanitasi dan Air Bersih………………………………………………... 34 Listrik…………………………………………………………………… 35
Kesehatan…………………………………………………………….………. 3.5.1 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja…..…………….. 3.5.1.1 Pubertas……………………………………………………… 3.5.1.2 Kespro PraNikah……………………………………………. 3.5.1.3 Pengetahuan tentang HIV/AIDS dan IMS………………..
36 36 36 38 39
3.5.2
Kesehatan Anak…………………………………………………….. 3.5.2.1 Cakupan Imunisasi……………………………………...…. 3.5.2.2 Pemberian makan pada anak…………………………..…
40 40 41
3.5.3
Kesehatan Ibu…………………………………….…………………. 3.5.3.1 Jumlah Bumil……………………………………………...… 3.5.3.2 Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care/ANC)… …..…. 3.5.3.3 Penolong Persalinan……………………….…………….....
41 41 41 44
3.5.4
Insiden HIV/AIDS…………………………….……………………...
47
3.6
Pendidikan…………………………………………………………………….. 3.6.1 Literasi (AMH)…………………………………………….…………… 3.6.2 Pendidikan yang ditamatkan penduduk 15 tahun ke atas………. 3.6.3 Partisipasi Sekolah………………………………….……………... 3.6.4 Rata-rata lama sekolah……………………………………………….
47 47 48 48 51
3.7
Ekonomi dan Ketenagakerjaan……………………………………………. 51 3.7.1 Ekonomi …………………………………………………. …………. 51 3.7.2 Ketenagakerjaan……………………………………….………..….. 54
3.8
Pertanian Pangan ….........................................…………………………… 3.8.1 Pangan Nasional ……………………………………….…………… 3.8.2 Produktivitas Pertanian …………………………………………….. 3.8.3 Produksi Perikanan…………….. ………………………..………… 3.8.4 Produksi Perkebunan…………..…………………………………… 3.8.5 Produksi Peternakan…………….………………………………….
55 55 56 58 58 59
BAB 4. PENUTUP.......................................................................………………….. 61 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..….. 62 LAMPIRAN………………………………………………………………………………..…….. 62
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Kerangka Pikir Hubungan antara Dinamika Kependudukan
Gambar 2.1
dan Pembangunan Berkelanjutan ........................................................ Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010.................
2 5
Gambar 2.2
Piramida Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010................................
5
Gambar 2.3
Distribusi Penduduk Berdasarkan 3 Kelompok Umur Besar
Gambar 2.4
Tahun 2010 ............................................................................................. 6 Rasio Ketergantungan Tahun 1971-2010............................................. 7
Gambar 2.5
Proyeksi Rasio Ketergantungan Tahun 2015-2035……………….…...
7
Gambar 2.6
Tren Rasio Jenis Kelamin Tahun 1971-2010........................................
8
Gambar 2.7 Gambar 2.8
Persebaran Penduduk di Indonesia Tahun 1971-2010....................... Urbanisasi di Indonesia Tahun 1990-2010..........................................
9 9
Gambar 2.9
Kepadatan Penduduk di Indonesia Tahun 1971-2010........................
10
Gambar 2.10
Angka Kelahiran Kasar di Indonesia.....................................................
11
Gambar 2.11 Gambar 2.12
TFR Indonesia Tahun 1991-2012........................................................... Rasio Anak Terhadap Wanita Tahun 1971-2010...................................
11 13
Gambar 2.13
Rata-rata Umur Kawin Pertama Perempuan Tahun 1980-2010
Gambar 2.14 Gambar 2.15
Median Usia Kawin Pertama Wanita Tahun 1991-2007....................... 14 Pemakaian Alat/Cara KB (CPR) .............................................................. 17
Gambar 2.16
Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Metode Kontrasepsi Modern.........
18
Gambar 2.17
Sumber Pelayanan Kontrasepsi di Indonesia Tahun 2012..................
19
Gambar 2.18
Unmet Need di Indonesia Tahun 1991-2012.........................................
19
Gambar 2.19
Alasan Tidak Ingin Memakai Kontrasepsi.............................................
20
Gambar 2.20
Rata-rata Pemberian ASI Eksklusif Untuk Semua Anak (Bulan)..........
21
Gambar 2.21
Estimasi Kematian Kasar......................................................................... 21
Gambar 2.22 Gambar 2.23
Angka Kematian Bayi dan AnakTahun 1991-2012................................ 22 Angka Kematian Ibu Tahun 2002-2012................................................... 23
Gambar 2.24
Angka Harapan Hidup Indonesia Tahun 1971-2010.............................
23
Gambar 3.1
Perbandingan IPM Negara-negara ASEAN Tahun 1990-2012.............
27
Gambar 3.2
Indeks Ketimpangan Gender di Negara ASEAN 1995-2011.................
28
Gambar 3.3
Perkembangan IPG Periode Tahun 2004-2011.....................................
28
Gambar 3.4
Banyaknya SDM Kesehatan Tahun 2008-2011...................................... 31
Gambar 3.5
Banyaknya Sarana Puskesmas Tahun 2007-2011...............................
31
Gambar 3.6
Banyaknya Sarana Rumah Sakit Tahun 2007-2011..............................
32
Gambar 3.7
Banyaknya Klinik Pelayanan KB di Indonesia Tahun 2013..................
32
Gambar 3.8
Jumlah Sekolah di Indonesia Tahun 2008-2011....................................
33
Gambar 3.9
Banyaknya Tenaga Guru di Indonesia Tahun 2008-2011 ...................
34
Gambar 3.10
Persentase Fasilitas Buang Air Besar dalam Rumah Tangga.............
35
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
......... 13
Gambar 3.11
Persentase Fasilitas Air Minum dalam Rumah Tangga........................
35
Gambar 3.12
Persentase Sumber Penerangan dalam Rumah Tangga.....................
36
Gambar 3.13
Persentase Pria dan Wanita Umur 15-49 yang Pernah Mendengar
vi AIDS Menurut Pendidikan, Indonesia Tahun 2012................................. 40 ii
Gambar 3.14
Kasus HIV/AIDS dan Kematian................................................................. 47
Gambar 3.15
Angka Melek Huruf Tahun 2007-2011...................................................... 48
Gambar 3.16
Pendidikan yang Ditamatkan Penduduk 15 Tahun ke Atas.................
48
Gambar 3.17
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2007-2011.........................................
49
Gambar 3.18
Angka Partisipasi Murni SD/MI/Paket A Tahun 2007-2011...................
49
Gambar 3.19 Gambar 3.20
Angka Partisipasi Murni SMP/MTs/Paket B Tahun 2007-2011............. Angka Partisipasi Murni SMA/MA/Paket C Tahun 2007-2011..............
50 50
Gambar 3.21
Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Tahun 2007-2011, Indonesia.................................................................... 51
Gambar 3.22
Persentase Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2007-2012.........................
52
Gambar 3.23
Persentase Penduduk Miskin Tahun 2009-2013....................................
53
Gambar 3.24
Tingkat Partisipasi Angkatan kerja Indonesia (persen) Tahun 2007-2010...................................................................................... 54
Gambar 3.25
Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia (persen) Tahun 2007-2011...................................................................................... 55
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
DAFTAR TABEL ii
Tabel 2.1
vii
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010............................................................................................... 4
Tabel 2.2
Fertilitas Menurut Kelompok Umur Tahun 1991-2012.............................. 12
Tabel 2.3
Fertilitas Menurut Kelompok Umur dan Tempat Tinggal Tahun 1997-2012...................................................................................... 12
Tabel 2.4
Pasangan Usia Subur Tahun 2000-2012................................................. 15
Tabel 2.5
Pengetahuan Tentang Alat/Cara KB......................................................... 15
Tabel 2.6
Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini pada Wanita...................................... 16
Tabel 2.7
Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini Menurut Karakteristik Latar Belakang Wanita Berstatus Kawin ........................................................... 17
Tabel 2.8 Tabel 2.9
Sumber Pembiayaan Kontrasepsi............................................................. 18 Jenis Penyakit dan penyebab Kematian Tahun 2011............................... 24
Tabel 2.10
Tren Data Parameter Kependudukan yang Terkait dengan Migrasi Risen Indonesia, Tahun 2000-2010.......................................................... 24
Tabel 2.11
Tren Data Parameter Kependudukan yang Terkait dengan Migrasi Seumur Hidup Indonesia, 2000-2010........................................................ 25
Tabel 3.1
Tren HDI Indonesia Tahun 1980-2012...................................................... 26
Tabel 3.2
Tren Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan
Tabel 3.3
Gender (IPG), dan Rasio (IPG/IPM), Tahun 2004-2011........................... 29 Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Mengalami Kesulitan.................................................................................................... 29
Tabel 3.4
Rasio Jumlah Penduduk Usia Sekolah per Jumlah Sekolah di Indonesia Tahun 2009/2010...................................................................... 33
Tabel 3.5
Persentase pengetahuan remaja tentang perubahan fisik masa pubertas..................................................................................................... 36
Tabel 3.6
Persentase sumber pengetahuan tentang perubahan fisik saat pubertas.................................................................................................... 37
Tabel 3.7
Persentase umur remaja wanita pertama kali mendapat haid ................ 38
Tabel 3.8
Persentase Pengetahuan Remaja tentang Anemia.................................. 39
Tabel 3.9
Tren Cakupan Imunisasi Lengkap Tanpa Hepatitis B di Indonesia Tahun 2003-2012...................................................................................... 40
Tabel 3.10
Persentase Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI Menurut Kelompok Umur, Indonesia Tahun 2007-2012.......................................... 41
Tabel 3.11
Persentase wanita hamil yang melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan.................................................................................................. 42
Tabel 3.12
Persentase Pemeriksaan Kehamilan........................................................ 43
Tabel 3.13 Tabel 3.14
Komponen Pemeriksaan Kehamilan......................................................... 44 Persentase wanita yang melahirkan di fasilitas kesehatan ...................... 45
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii
viii
Tabel 3.15
Persentase Penolong Persalinan Kualifikasi Tertinggi.............................. 46
Tabel 3.16
Jumlah Pendapatan per Kapita Indonesia Tahun 2007-2010.................. 52
Tabel 3.17
Jumlah Pendapatan Domestik Regional Bruto Indonesia (juta rupiah) Tahun 2007-2011...................................................................................... 53
Tabel 3.18
Tren Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja................................................... 54
Tabel 3.19
Tingkat Pengangguran Terbuka................................................................ 55
Tabel 3.20
Perkembangan Konsumsi Pangan Nasional Secara Kuantitas pada Tahun 2011-2012...................................................................................... 56
Tabel 3.21
Produktivitas Padi Tahun 2011-2012........................................................ 56
Tabel 3.22 Tabel 3.23
Produktivitas Jagung Tahun 2011-2012................................................... 57 Produktivitas Kedelai Tahun 2011-2012................................................... 57
Tabel 3.24
Produktivitas Ubi Kayu Tahun 2011-2012................................................. 57
Tabel 3.25
Volume Produksi Perikanan (ton) Tahun 2007-2012................................ 58
Tabel 3.26
Produktivitas Tanaman Perkebunan Tahun 2008-2013............................ 59
Tabel 3.27
Produktivitas Peternakan Tahun 2008-2011............................................. 59
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii
ix
DAFTAR TABEL LAMPIRAN
Tabel 2.1
Laju Pertumbuhan Penduduk di Indonesia menurut Provinsi Tahun 1971-2010................................................................................................. 66
Tabel 2.2
Rasio ketergantungan di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2000 -2010................................................................................................ 67
Tabel 2.3
Rasio Jenis Kelamin di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2000 - 2010.............................................................................................. 68
Tabel 2.4
Tingkat Urbanisasi di Indonesia menurut Provinsi Tahun 1990-2010...
Tabel 2.5
Kepadatan Penduduk di Indonesia menurut Provinsi Tahun
69
2000 - 2010............................................................................................... 70 Tabel 2.6
Estimasi Angka Kelahiran Kasar (CBR) di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 1990-2010...................................................................................... 71
Tabel 2.7
Angka Fertilitas Total di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2002 - 2012............................................................................................... 72
Tabel 2.8
Rasio Anak Wanita di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2010.............. 73
Tabel 2.9
Rata-Rata Usia Kawin Pertama di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2010............................................................................................... 74
Tabel 2.10
Median Umur Kawin Pertama Wanita Umur 25-49 tahun Menurut Provinsi, Indonesia 2012.......................................................................... 75
Tabel 2.11 Tabel 2.12
Kebutuhan Ber-KB yang tidak Terpenuhi di Indonesia Tahun 2012...... Median lamanya pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia
76
menurut Provinsi Tahun 2002-2012......................................................... 77 Tabel 2.13
Angka Kematian Bayi dan Anak di Indonesia menurut Provinsi Tahun
Tabel 2.14
2012......................................................................................................... 78 Estimasi Angka Harapan Hidup (Tahun) di Indonesia Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2010................................................................ 79
Tabel 2.15
Penyebab Kematian di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2012...........
Tabel 2.16
Penduduk Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi
80
Risen Tahun 2010.................................................................................... 81 Tabel 2.17
Penduduk Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi Seumur Hidup Tahun 2010...................................................................... 82
Tabel 3.1
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Provinsi Tahun 2005 dan 2011................................................................................................... 83
Tabel 3.2
Indeks Pembangunan Gender (IPG) Menurut Provinsi Tahun 2005 dan 2011................................................................................................... 84
Tabel 3.3
Penduduk Rentan Karena Kesulitan Fungsional di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2010 ................................................................................ 85
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii
x
Tabel 3.4
Rasio Sumberdaya Manusia Kesehatan (Dokter dan Bidan) Per 100.000 penduduk menurut Provinsi Tahun 2011............................. 86
Tabel 3.5
Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2011.................................................. 87
Tabel 3.6
Klinik pelayanan KB di Indonesia menurut Provinsi, tahun 2013............ 88
Tabel 3.7
Sarana Pendidikan (sekolah) di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2008 - 2010............................................................................................... 89
Tabel 3.8
Rasio jumlah penduduk usia sekolah terhadap jumlah sekolah di Indonesia tahun 2010............................................................................... 90
Tabel 3.9
Jumlah Tenaga Guru di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2008 s/d 2010.......................................................................................................... 91
Tabel 3.10
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Fasilitas Buang Air Besar Tahun 2011............................................................................... 92
Tabel 3.11
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Fasilitas Air Minum Tahun 2011............................................................................................... 93
Tabel 3.12
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Sumber Penerangan, 2012 .......................................................................................................... 94
Tabel 3.13
Persentase dan Cakupan Imunisasi pada Balita di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012................................................................................ 95
Tabel 3.14
Persentase Wanita Umur 15-49 tahun yang sedang Hamil di Indonesia menurut Provinsi Tahun 1997-2012.......................................................... 96
Tabel 3.15
Persentase yang dilahirkan di Fasilitas Kesehatan di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012.................................................................................. 97
Tabel 3.16
Persentase penolong persalinan di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012........................................................................................................... 98
Tabel 3.17
Jumlah Kumulatif Kasus HIV dan AIDS Berdasarkan Provinsi Tahun 2013 (sd Juni)............................................................................................ 99
Tabel 3.18
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Kepandaian Membaca dan Menulis Tahun 2006 dan 2011................................................................................................... 100
Tabel 3.19
Angka Partisipasi Sekolah ( A P S ) Menurut Provinsi, 2012................... 101
Tabel 3.20
Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan Formal dan Non Formal Tahun 2011....................... 102
Tabel 3.21
Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2011................................................... 103
Tabel 3.22
Jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2009-2012........................................................................ 104
Tabel 3.23
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Provinsi, 2007 - 2011 (Juta Rupiah) ......................................................... 105
Tabel 3.24
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi, 2007 - 2011 (Juta Rupiah)........................................... 106
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii
xi
Tabel 3.25
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2010............................................................................................... 107
Tabel 3.26
Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2010............................................................................................... 108
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii
xii
PENDAHULUAN
1.1
1
LATAR BELAKANG
Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang ‘Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga’ mengamanatkan bahwa penduduk harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan terencana di segala bidang untuk menciptakan perbandingan ideal antara perkembangan kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengurangi kemampuan dan kebutuhan generasi mendatang, sehingga menunjang kehidupan bangsa. Undang-undang no. 52 tahun 2009 memberi tanggungjawab pengendalian penduduk di Indonesia kepada BKKBN, yang dirubah namanya menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Pada tahun 2012, BKKBN menetapkan visi “Penduduk Tumbuh Seimbang Tahun 2015”. Visi tersebut mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025. Kondisi penduduk tumbuh seimbang ditandai dengan angka fertilitas total (TFR) sebesar 2,1 anak per wanita atau angka reproduksi neto (NRR) sebesar 1. Misi dari BKKBN adalah mewujudkan pembangunan berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Visi dan misi tersebut akan diwujudkan melalui pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian, pengarahan mobilitas penduduk, serta pengembangan kualitas penduduk pada seluruh dimensinya. Upaya ini merupakan bagian dari upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Dalam UU No. 52 Tahun 2009 diatur pula kewenangan dan tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota untuk mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga berkualitas. Sejalan dengan paradigma pembangunan berkelanjutan, perencanaan pembangunan harus disusun berdasarkan data dan informasi kependudukan. Perencanaan pembangunan berbasis data kependudukan merupakan strategi yang penting dalam rangka meningkatkan relevansi, efektivitas serta efisiensi kebijakan dan program pembangunan di Indonesia. Penggunaan data yang akurat dalam proses perencanaan telah diatur dalam peraturan perundangan. Pada Pasal 31 UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diatur bahwa “Perencanaan pembangunan didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan”. Ketentuan tersebut ditekankan kembali pada Pasal 152 UU No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah yang menyebutkan “Perencanaan pembangunanan daerah didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Secara rinci, pada Pasal 49 UU No. 52/2009 diatur bahwa: 1) “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data dan informasi mengenai kependudukan dan keluarga”; 2) Upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui sensus, survei, dan pendataan keluarga; dan 3) Data dan informasi kependudukan dan keluarga wajib digunakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sebagai dasar penetapan kebijakan, penyelenggaraan, dan pembangunan. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
1
1.2
TUJUAN
Publikasi ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi tentang kondisi kependudukan Indonesia yang diamati dari berbagai aspek: kesehatan, pendidikan, pertanian, ketenagakerjaan dan Keluarga Berencana. 1.3
KERANGKA PIKIR
Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia secara berkelanjutan, dengan cara menyerasikan aktivitas manusia sesuai dengan kemampuan sumber alam yang menopangnya dalam suatu ruang wilayah daratan, lautan, dan udara sebagai satu kesatuan. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan tidak bisa dilepaskan dengan pemanfaatan ruang wilayah beserta potensi sumber daya yang ada bagi tujuan pembangunan manusia atau masyarakatnya itu sendiri. Agenda utama pembangunan berkelanjutan adalah upaya untuk memadukan, mengintegrasikan, dan memberi bobot yang sama bagi tiga pilar utama pembangunan, yaitu ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan hidup. Penduduk merupakan titik sentral dalam proses pembangunan berkelanjutan karena penduduk merupakan pelaku sekaligus penerima manfaat pembangunan. Konsep ini diterjemahkan lebih lanjut dalam konsep “pembangunan berwawasan kependudukan”. Gambar 1.1 Kerangka Pikir Hubungan antara Dinamika Kependudukan dan Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berwawasan kependudukan, yaitu pembangunan yang berpusat pada penduduk (people-centered development), adalah pembangunan yang direncanakan dengan memperhatikan kondisi dan dinamika penduduk. Semua perencanaan pembangunan harus ‘population responsive’, yaitu memperhatikan dan mempertimbangkan data dan informasi kependudukan secara lengkap, mulai dari jumlah, pertumbuhan, struktur umur, persebaran, maupun kualitas penduduk. Di sisi lain, pemerintah juga harus mampu merumuskan kebijakan pengelolaan kependudukan agar tercapai kondisi kependudukan yang kita harapkan (population-influencing policies).
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
2
1.4
SUMBER DATA
Data yang digunakan untuk menyusun Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia dikumpulkan dari berbagai sumber yang telah dipublikasikan, seperti: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, Sensus Penduduk, Sakernas, Profil Kesehatan Indonesia, Profil Anak Indonesia, Statistik Kesejahteraan Rakyat, Human Development Report, Statistik Indonesia, Pelayanan Kontrasepsi. Disamping itu beberapa data yang disajikan juga merupakan data proyeksi sementara yang dihitung oleh Direktorat Perencanaan Pengendalian Penduduk pada tahun 2013.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
3
2
DINAMIKA PENDUDUK 2.1 Kuantitas Penduduk 2.1.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jumlah Penduduk
Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) tahun 1971-2010, jumlah penduduk Indonesia mengalami kenaikan menjadi dua kali lipat selama hampir 40 tahun dari sekitar 118 juta pada tahun 1971 menjadi 237 juta pada tahun 2010 (Lihat Tabel 2.1). Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Kelompok Umur
Jenis Kelamin Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
%
0-4
11.662.369
11.016.333
22.678.702
9,5
5-9
11.974.094
11.279.386
23.253.480
9,8
10-14
11.662.417
11.008.664
22.671.081
9,5
15-19
10.614.306
10.266.428
20.880.734
8,8
20-24
9.887.713
10.003.920
19.891.633
8,4
25-29
10.631.311
10.679.132
21.310.443
9,0
30-34
9.949.357
9.881.328
19.830.685
8,3
35-39
9.337.517
9.167.614
18.505.131
7,8
40-44
8.322.712
8.202.140
16.524.852
7,0
45-49
7.032.740
7.008.242
14.040.982
5,9
50-54
5.865.997
5.695.324
11.561.321
4,9
55-59
4.400.316
4.048.254
8.448.570
3,6
60-64
2.927.191
3.131.570
6.058.761
2,5
65-69
2.225.133
2.468.898
4.694.031
2,0
70-74
1.531.459
1.924.872
3.456.331
1,5
75-79
842.344
1.135.561
1.977.905
0,8
80-84
481.462
661.708
1.143.170
0,5
85+
282.475
431.039
713.514
119.630.913
118.010.413
237.641.326
Total
0,3 100,0
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 2010
Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki tercatat sebanyak 119.630.913 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 118.010.413 jiwa. Menurut kelompok umur, jumlah penduduk usia 0-4 tahun sebanyak 22.678.702 jiwa (9,54 persen), sedangkan penduduk usia 15-64 tahun sebanyak 156.982.218 jiwa (66 persen), dan kelompok penduduk usia 65 tahun keatas sebanyak 12.062.388 jiwa (5,1 persen).
Laju Pertumbuhan Penduduk Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dari periode 1971-1980 menurun dari 2,33 persen menjadi 1,44 persen pada periode 1990-2000. Penurunan sampai dengan 1,44 persen tersebut masih memperhitungkan Provinsi Timor-Timur sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), apabila provinsi Timor-Timur PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
4
dikeluarkan maka LPP Indonesia diperkirakan berada pada angka 1,40 persen (Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Indonesia, BPS, 2011 Hal. 26). Pada periode 2000-2010 Laju pertumbuhan penduduk mengalami kenaikan menjadi 1,49 persen. Gambar 2.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010
Berdasarkan wilayah, LPP tertinggi menurut SP tahun 2010 berada pada provinsi Papua (5,39 persen) dan terendah di provinsi Jawa Tengah (0,37 persen). LPP menurut provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.1.
2.1.2 Perubahan Struktur Umur menurut Jenis Kelamin Penduduk Piramida Penduduk Tren Piramida penduduk Indonesia tahun 1971 sampai dengan 2010 menggambarkan perubahan struktur umur penduduk Indonesia. Bentuk Piramida Penduduk berubah menjadi tipe expansive pada tahun 2010 dimana jumlah penduduk usia muda lebih banyak daripada usia dewasa maupun tua. Gambar 2.2 Piramida Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
5
Pada piramida penduduk tahun 2010, kelompok umur 20-24 tahun menunjukkan keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) pada tahun 1990. Apabila dibandingkan dengan kelompok umur di bawahnya (0-19 tahun) terlihat adanya peningkatan kelahiran pada periode setelah tahun 1990. Selain itu, bagian puncak piramida menunjukkan peningkatan pada jumlah penduduk lanjut usia (lihat Gambar 2.2). Distribusi Penduduk Menurut 3 Kelompok Umur Besar Meskipun secara absolut jumlah penduduk usia muda (umur 0-14 tahun) mengalami kenaikan, akan tetapi persentasenya terus mengalami penurunan yakni dari 30,44 persen pada SP tahun 2000, menjadi 28,87 persen pada SP tahun 2010. Disisi lain, penduduk usia produktif (umur 15-64 tahun) persentasenya mengalami peningkatan, yakni dari 65,03 persen pada tahun 2000 menjadi 66,09 persen pada tahun 2010. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap turunnya rasio ketergantungan (bonus demografi) dan membuka jendela peluang dalam bidang ekonomi sebagai akibat melonjaknya penduduk usia produktif serta menurunnya penduduk usia tidak produktif. Gambar 2.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan 3 Kelompok Umur Besar Tahun 2010
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 2010
Penduduk usia lanjut (umur 65+) juga mengalami peningkatan dari 4,53 persen pada tahun 2000 menjadi 5,04 persen pada tahun 2010. Persentase ini diproyeksikan akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup, sehingga akan berdampak pada peningkatan rasio ketergantungan. Rasio Ketergantungan Tren rasio ketergantungan secara nasional mengalami penurunan dari data SP 1971 yaitu 86,86 per 100 orang usia produktif menjadi 51,31 per 100 orang usia produktif pada tahun 2010. Kondisi ini menggambarkan banyaknya jumlah penduduk yang harus ditanggung oleh penduduk usia kerja telah mengalami penurunan.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
6
Gambar 2.4 Rasio Ketergantungan Tahun 1971- 2010
BONUS DEMOGRAFI
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010
Tingkat rasio ketergantungan di wilayah provinsi pada saat ini berbeda-beda, provinsi DKI Jakarta dengan tingkat rasio ketergantungan terendah pada tahun 2010 yakni 36,94 per 100 orang. Sebaliknya pada Provinsi NTT dengan rasio ketergantungan 73,21 per 100 orang usia produktif masih belum memasuki peluang dimaksud. Disparitas tingkat rasio ketergantungan pada provinsi ini dipengaruhi oleh tingkat kelahiran dan kematian pada masing-masing provinsi. Lihat lampiran Tabel 2.2 untuk rasio ketergantungan menurut Provinsi. Banyaknya jumlah penduduk pada kelompok usia produktif dibandingkan kelompok usia non-produktif dapat memberikan manfaat bagi pembangunan nasional terutama pada sektor ekonomi. Akan tetapi untuk memanfaatkan kondisi tersebut, kualitas SDM harus ditingkatkan secara maksimal antara lain melalui pendidikan, pelayanan kesehatan dan penyediaan lapangan pekerjaan. Hasil perhitungan sementara Direktorat Perencanaan Pengendalian Penduduk BKKBN pada tahun 2013 menunjukkan bahwa window of opportunity di Indonesia diperkirakan terjadi pada rentang waktu tahun 2020 sampai tahun 2035, dengan nilai rasio ketergantungan terendah berada pada tahun 2020 sampai dengan tahun 2030 yakni 46,28 serta 46,29 per 100 orang usia produktif (lihat pada fokus Gambar 2.4). Gambar 2.5 Proyeksi Rasio Ketergantungan Tahun 2015 - 2035 100 90
86,86 79,08
80
67,84
70 60
53,51
50
43,96
55,84
40,91
40
65,03
59,58 53,78
36,65 30,44
30
66,09
67,09
68,36
BO NUS DEM O GRAFI
51,31
49,05
28,87
27,44
68,43
68,35
67,88
WINDO W O F O P P O RTUNITY
46,13
46,29
47,30
25,46
24,14
22,76
21,72
6,18
7,43
8,88
2025
2030
46,28
20 10
2,52
3,25
3,77
4,53
1971
1980
1990
2000
5,04
5,47
2010
2015
10,39
0 < 15 Th
15-64 Th
2020 64+
2035
DR
Sumber data: SP 1971-2010 Perhitungan sementara Ditrenduk, BKKBN Tahun 2013
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
7
Rasio Jenis Kelamin (sex ratio) Para Demografer menyatakan bahwa perbandingan antara bayi laki-laki dengan bayi perempuan pada waktu lahir berkisar antara 103-105 bayi laki-laki per 100 bayi perempuan (LDUI, 2010 Hal. 32). Berdasarkan hasil sensus penduduk rasio jenis kelamin meningkat dari 97,18 orang laki-laki berbanding 100 orang perempuan pada tahun 1971 menjadi 101 orang lakilaki berbanding 100 orang perempuan pada tahun 2010. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa jumlah laki-laki di Indonesia lebih besar dibandingkan dengan jumlah perempuan. Gambar 2.6 Tren Rasio Jenis Kelamin di Indonesia tahun 1971-2010
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010
Besar kecilnya Rasio Jenis kelamin pada suatu daerah dipengaruhi oleh pola Mortalitas atau pola Migrasi. Provinsi Papua dengan Rasio Jenis Kelamin tertinggi tahun 2010 yakni 113 orang laki-laki berbanding 100 orang perempuan, diperkirakan terjadi karena banyaknya penduduk laki-laki yang masuk untuk bekerja pada sektor pertambangan. Sedangkan pada Provinsi NTB dengan Rasio Jenis Kelamin terendah tahun 2010 yakni 94 orang laki-laki per 100 orang perempuan, diperkirakan terjadi karena banyaknya penduduk laki-laki yang keluar dari wilayah tersebut untuk bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Luar Negeri. Lebih lanjut tentang rasio jenis kelamin menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.3
2.1.3 Persebaran Penduduk Persebaran Penduduk Secara demografis persebaran penduduk di Indonesia juga tidak merata. Sebagian besar penduduk Indonesia berdasarkan SP tahun 2010 menghuni pulau Jawa (57,5 persen) serta sebagian kecil berada di pulau Maluku dan Papua (2,6 pesen).
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
8
Gambar 2.7 Persebaran Penduduk di Indonesia Tahun 1971-2010
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010
Dalam waktu lima dekade terlihat adanya pengurangan persentase penduduk yang bertempat tinggal di pulau Jawa yaitu dari 63,9 persen pada tahun 1971 menjadi 57,5 persen tahun 2010. Hal ini diikuti dengan kenaikan persentase penduduk yang bertempat tinggal di pulau Sumatera dari 17,6 persen pada tahun 1971 menjadi 21,3 persen pada tahun 2010. Dengan demikian, seperti terlihat pada Gambar 2.6, kecenderungan migrasi keluar sebagian besar menuju pulau Sumatera, sedangkan di wilayah lainnya relatif tetap. Urbanisasi Urbanisasi menunjukkan persentase penduduk suatu wilayah yang tinggal di daerah perkotaan. Proses urbanisasi bukan hanya proses perpindahan penduduk dari perdesaan ke perkotaan, namun juga termasuk pertumbuhan alamiah penduduk perkotaan, perluasan wilayah perkotaan maupun perubahan status wilayah dari daerah perdesaan ke perkotaan. Gambar 2.8 Urbanisasi di Indonesia Tahun 1990-2010
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1990, 2000, 2010
Persentase penduduk di daerah perkotaan meningkat dari 42,1 persen pada tahun 2000, menjadi 49,8 persen pada tahun 2010. Angka ini diproyeksikan akan terus meningkat terutama untuk beberapa provinsi khususnya Jawa dan Bali.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
9
Provinsi DKI jakarta sebagai Ibu Kota Negara memiliki tingkat urbanisasi tertinggi, sementara provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi provinsi dengan tingkat urbanisasi terendah tahun 2010 yakni sebesar 19,3 persen. Lebih lanjut tentang Urbanisasi menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.4. Kepadatan Penduduk Data kepadatan penduduk berdasarkan data SP, mengalami peningkatan dari 107 jiwa per km2 pada tahun 2000, menjadi 124 jiwa per km2 pada tahun 2010. Kepadatan penduduk Indonesia antara provinsi yang satu dengan provinsi yang lain tidak seimbang. Sebagian besar penduduk Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa. Padahal, luas wilayah pulau Jawa hanya 6,8 persen dari luas wilayah negara Indonesia. Gambar 2.9 Kepadatan Penduduk di Indonesia Tahun 1971-2010
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010
Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, tampaknya menjadi daya tarik masyarakat untuk mencari kehidupan ekonomi yang lebih baik sehingga memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu 14,469 jiwa per km2. Sedangkan, provinsi dengan tingkat kepadatan terendah adalah Papua Barat dengan tingkat kepadatan hanya 8 jiwa per km2. Lihat lampiran Tabel 2.5 untuk kepadatan penduduk menurut Provinsi. 2.2 Fertilitas dan Faktor yang Mempengaruhi 2.2.1 Kecenderungan dan Pola Fertilitas Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) Angka Kelahiran Kasar (CBR) menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Angka kelahiran kasar di Indonesia mengalami kenaikan dari 17,4 kelahiran per 1000 penduduk (SP 2000) menjadi 17,9 kelahiran per 1000 penduduk (SP 2010).
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
10
Sementara menurut hasil SDKI, Angka Kelahiran Kasar Indonesia terus mengalami penurunan dari 25,1 pada survey tahun 1991, menjadi 20,4 pada tahun 2012. Gambar 2.10 Angka Kelahiran Kasar di Indonesia
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1990, 2000 dan 2010 SDKI 1991, 1994, 1997, 2002, 2007, 2012
Berdasarkan wilayah, angka kelahiran Kasar tertinggi menurut SP 2010 berada pada Provinsi Kepulauan Riau yakni 22,5 kelahiran per 1000 penduduk dan terendah pada provinsi DI Yogyakarta yakni 14,4 per 1000 penduduk (data Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.6). Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR) Berdasarkan data SDKI, TFR nasional mengalami penurunan dari 3,03 anak per wanita usia subur pada tahun 1991 menjadi 2,60 anak per wanita usia subur pada tahun 2002/2003. Sejak periode tahun 2002/2003 angka fertilitas total hanya mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan survey terakhir tahun 2012 yakni menjadi 2,59 anak per wanita usia subur. Menurut SDKI 2012, TFR tertinggi terdapat di provinsi Papua Barat (3,70 anak per wanita usia subur) dan TFR terendah di provinsi DIY Jogjakarta (2,10 anak per wanita usia subur). Lebih lanjut tentang TFR menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.7. Gambar 2.11 TFR Indonesia Tahun 1991-2012
Sumber data : SDKI 1991, 1994, 1997, 2002, 2007, 2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
11
Angka Fertilitas Menurut Kelompok Umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR) ASFR adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran per 1.000 perempuan pada kelompok umur tertentu antara 15-49 tahun. Data tren Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukan ada pergeseran puncak ASFR dari kelompok umur 20-24 tahun pada tahun 1991 menjadi 25-29 tahun pada tahun 2012. Pada tahun 2012, jumlah kelahiran pada kelompok umur 25-29 tahun adalah 143 per 1000 perempuan 25-29 tahun. Sedangkan kelompok umur dengan jumlah kelahiran terendah adalah kelompok umur 45-49 tahun yakni 4 per 1000 perempuan 45-49 tahun. Tabel 2.2 Fertilitas Menurut Kelompok Umur Tahun 1991- 2012 Kel. Umur Wanita (Age Group)
1991
1994
2002/’03
1997
2007
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 TFR
67 162 157 117 73 23 7 3,03
61 148 150 109 68 31 4 2,85
62 143 149 108 66 24 6 2,79
51 131 143 99 66 19 4 2,56
51 135 134 108 65 19 6 2,59
48 138 143 103 62 21 4 2,59
Sumber data: SDKI Tahun 1991, 1994, 1997, 2002/2003, 2007 dan 2012
Secara umum, ASFR di daerah perkotaan lebih rendah dari perdesaan, hal ini terlihat dari adanya perbedaan pada pola kelahiran, dimana puncak kelahiran di perkotaan terjadi pada kelompok usia 25-29 tahun, sedangkan di perdesaan terjadi pada kelompok usia 20-24 tahun. Namun demikian yang perlu diperhatikan adalah ASFR kelompok usia 15-19 tahun di Desa, dimana pada tahun 2012 kondisinya masih sangat tinggi yakni sebesar 69, angka tersebut lebih dari 2 kali lipat bila dibandingkan dengan ASFR 15-19 tahun di kota yaitu sebesar 32. Tabel 2.3 Fertilitas Menurut Kelompok Umur dan Tempat Tinggal Tahun 1997-2012 Kelompok Umur Wanita (Age Group)
Kota
Desa
Kota
Desa
Kota
Desa
Kota
Desa
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1997
2002/03
2007
2012
15-19
32
79
41
63
26
74
32
69
20-24
112
158
119
144
116
153
121
156
25-29
143
152
143
144
138
131
145
141
30-34
113
105
103
95
104
110
108
98
35-39
62
67
64
68
59
70
59
64
40-44
17
27
18
21
17
21
22
20
45-49
1
7
2
5
4
7
3
6
Total
480
595
490
540
464
566
490
554
TFR
2,40
2,98
2,45
2,70
2,32
2,83
2,45
2,77
Sumber Data : SDKI Tahun 1997, 2002/03, 2007, dan 2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
12
Rasio Anak terhadap Wanita (Child Woman Ratio/CWR) Rasio anak terhadap wanita menggambarkan perbandingan antara jumlah anak di bawah lima tahun (0-4 tahun) terhadap 1000 penduduk perempuan usia 15-49 tahun. Berdasarkan data SP, tren rasio anak terhadap wanita usia subur mengalami penurunan dari 667 per 1000 wanita usia subur pada tahun 1971 menjadi 348 per 1000 wanita usia subur di tahun 2010. Gambar 2.12 Rasio Anak terhadap Wanita Tahun 1971 – 2010
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010
Berdasarkan wilayah, Provinsi Maluku merupakan Provinsi dengan Rasio Anak terhadap Wanita tertinggi menurut hasil SP 2010 yakni 484 per 1000 wanita usia subur, sedangkan DI Yogyakarta menjadi Provinsi dengan Rasio Anak terhadap Wanita terendah yakni 272 per 1000 wanita usia subur. Lihat lampiran Tabel 2.8 untuk CWR menurut Provinsi. 2.2.2 Pola Perkawinan Umur Kawin Pertama Perempuan (Singulate Mean Age at First Marriage/SMAM) SMAM adalah perkiraan/estimasi rata-rata umur kawin pertama berdasarkan jumlah penduduk yang tetap lajang (belum kawin). SMAM Indonesia berdasarkan SP tahun 2010 adalah 22,3 tahun, angka tersebut menurun dibandingkan hasil SP 2000 yang hanya 22,5 tahun. Gambar 2.13 Rata-rata Umur Kawin Pertama Perempuan Tahun 1980 – 2010
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1990, 2000 dan 2010 Sumber SMAM 1980: Indonesia Assessment-Population and Human Resources, Gavin W. Jones,Terence H. Hull, Hal.2
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
13
SMAM tertinggi untuk wilayah provinsi berdasarkan SP 2010 terdapat pada Provinsi Kepulauan Riau yakni 24,4 tahun, sedangkan angka terendah berada pada Provinsi Kalimantan Tengah yakni 21,0 tahun. Lihat lampiran Tabel 2.9 untuk SMAM menurut Provinsi. Median Usia Kawin Pertama Usia kawin pertama adalah usia saat wanita melakukan perkawinan secara hukum dan biologis yang pertama kali. Usia kawin pertama yang dilakukan oleh setiap wanita memiliki resiko terhadap persalinannya. Semakin muda usia kawin pertama seorang wanita, maka semakin besar resiko yang dihadapi bagi keselamatan ibu maupun anak. Selain itu, usia kawin pertama juga berpengaruh besar pada tingkat fertilitas wanita maupun jumlah penduduk, sebagai akibat dari lamanya waktu reproduksi wanita. Gambar 2.14 Median Usia Kawin Pertama Wanita Tahun 1991-2007
Sumber data: SDKI 1991, 1994, 1997, 2002-03, 2007, 2012
Hasil SDKI tahun 2007 menunjukkan median usia kawin pertama berada pada usia 20,1 tahun, angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan hasil SDKI 2002-2003 yakni 19,8 tahun (lihat gambar 2.13). Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SDKI 2007 menempati posisi terendah usia kawin pertama wanita yakni pada usia 18,7 tahun, sedangkan DKI Jakarta menempati angka tertinggi yakni 22,5 tahun. Lebih jelas tentang Median Usia Kawin Pertama menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.10. 2.2.3 Kesertaan ber KB 2.2.3.1 Pasangan Usia Subur (PUS) Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami-istri yang istrinya berumur antara 15 – 49 tahun, dan secara operasional pula pasangan suami-istri yang istri berumur kurang dari 15 tahun dan telah kawin atau istri berumur lebih dari 49 tahun tapi belum menopause (BKKBN, 2007). Tingkat kesertaan ber-KB diukur dari angka persentase PUS yang menjadi peserta KB.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
14
Data BKKBN menunjukkan Pasangan Usia Subur di Indonesia berjumlah 37.766.883 pada tahun 2000, angka tersebut terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yakni 46.315.818 pada tahun 2010 dan 48.370.542 pada tahun 2012. Tabel 2.4 Pasangan Usia Subur (Ribuan) Tahun 2000-2012
Tahun
PUS
2000
37.766.883
2010
46.315.818
2011
47.326.142
2012
48.370.542
Sumber data: Biren dan Ditlaptik, BKKBN
2.2.3.2 Contraceptive Prevalence Rate dan Mix Kontrasepsi Pengetahuan Mengenai Alat/Cara KB Tabel 2.5 menunjukkan pengetahuan tentang metode kontrasepsi untuk semua wanita, wanita pernah kawin dan pria berstatus kawin. Hampir semua wanita dan wanita pernah kawin di Indonesia (98 persen dan 99 persen) pernah mendengar dan mengetahui paling tidak satu alat/cara KB. Persentase ini relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan sejak SDKI 2007. Suntikan dan pil merupakan alat/cara KB yang paling dikenali dan diketahui oleh wanita di Indonesia 96 persen. Diantara metode kontrasepsi modern, kontrasepsi darurat yang diketahui adalah diafragma dan metode amenore laktasi (MAL). Secara umum, pria kurang mengetahui tentang metode kontrasepsi tertentu daripada wanita, kecuali untuk kontrasepsi kondom dimana pengetahuan pria lebih tinggi daripada wanita. Tabel 2.5 Pengetahuan Tentang Alat/Cara KB
Metode Suatu Alat/Cara KB Cara KB Modern Sterilisasi Wanita Sterilisasi Pria Pil IUD Suntikan Susuk KB Kondom Diafragma Metode Amenore Laktasi (MAL) Kontrasepsi Darurat Cara KB tradisional Jumlah wanita /pria
Semua Wanita 98.0
Wanita Berstatus Menikah 99.0
Wanita Umur Subur belum Menikah 90.7
Pria Berstatus Kawin 97.3
98.0 61.4 33.7 95.6 75.8 95.9 81.8 83.1 10.7 21.6 11.0
98.9 67.0 37.7 97.3 82.3 98.0 89.0 84.4 10.5 23.8 11.3
89.0 44.4 25.4 87.7 68.2 83.0 54.1 84.9 9.5 22.8 10.6
97.2 40.3 30.6 93.0 65.1 92.5 63.1 87.0 7.8 7.7 6.9
56.8 45,607
62.6 33,465
62.9 34
46.7 9,306
Sumber data: SDKI 2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
15
Pemakaian Kontrasepsi dan Kecenderungannya Tabel 2.6 menunjukkan bahwa 62 persen wanita berstatus kawin menggunakan kontrasepsi. Metode tradisional tidak umum digunakan di Indonesia; 58 persen wanita berstatus kawin umur 15-49 yang menggunakan metode kontrasepsi modern dan 4 persen wanita berstatus kawin menggunakan metode tradisional. Suntik KB adalah metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan, diikuti oleh pil (masing-masing sebesar 32 persen dan 14 persen). Program yang mendorong partisipasi pria untuk ber-KB telah dilakukan selama beberapa tahun, namun penggunaan metode kontrasepsi ini masih rendah. Hanya sedikit wanita berstatus kawin umur 15-49 tahun yang suaminya menggunakan kondom pria dan sanggama terputus (masing-masing 2 persen), dan 1 persen menggunakan pantang berkala. Selanjutnya, tingkat penggunaan sterilisasi pria masih kurang dari 1 persen. Tabel 2.6 Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini : Wanita
Tabel 2.6 Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini pada Wanita
Umur 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 Total 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 Total
Cara Modern Cara Tradisional Suatu Suatu Suatu cara Sterilisasi Sterilisasi Susuk cara Pantang Sanggama cara modern wanita Pria Pil IUD Suntik KB Kondom MAL Lainnya tradisional berkala terputus Lainnya Semua wanita 6.3 6.2 0.0 0.0 1.2 0.1 4.9 0.1 0.0 0.0 0.0 0.1 0.0 0.1 0.0 36.2 35.4 0.0 0.0 6.5 1.2 25.5 1.6 0.6 0.0 0.0 0.8 0.1 0.6 0.1 55.0 52.2 0.2 0.0 11.2 2.1 34.2 2.8 1.7 0.0 0.0 2.7 0.7 1.9 0.1 60.2 56.7 1.3 0.1 13.4 3.4 32.7 3.6 2.0 0.1 0.0 3.6 1.1 2.1 0.3 62.9 57.9 3.8 0.2 14.3 4.2 29.5 3.8 2.0 0.0 0.0 5.0 1.5 3.1 0.4 58.6 53.5 5.8 0.1 13.7 5.2 23.5 3.6 1.5 0.0 0.0 5.1 2.0 2.4 0.6 39.8 36.3 7.0 0.5 9.4 5.1 11.6 1.5 1.1 0.0 0.0 3.6 1.3 1.7 0.5 45.7 42.7 2.4 0.1 10.0 3.0 23.5 2.4 1.3 0.0 0.0 3.0 1.0 1.7 0.3 Wanita berstatus kawin 48.1 47.6 0.0 0.0 8.8 0.9 37.3 0.6 0.0 0.1 0.0 0.4 0.1 0.3 0.1 60.5 59.3 0.0 0.0 10.9 2.0 42.7 2.6 0.9 0.1 0.0 1.3 0.2 1.0 0.1 63.6 60.4 0.3 0.0 12.9 2.4 39.6 3.2 2.0 0.0 0.0 3.1 0.8 2.2 0.1 65.7 61.8 1.4 0.1 14.7 3.6 35.7 3.9 2.2 0.1 0.0 3.9 1.2 2.3 0.3 68.1 62.7 4.1 0.2 15.6 4.4 32.0 4.1 2.2 0.0 0.0 5.4 1.7 3.3 0.5 65.2 59.5 6.3 0.1 15.4 5.5 26.4 4.0 1.7 0.0 0.0 5.7 2.3 2.7 0.7 45.8 41.6 7.7 0.5 10.9 5.8 13.6 1.7 1.3 0.0 0.0 4.2 1.5 2.0 0.6 61.9 57.9 3.2 0.2 13.6 3.9 31.9 3.3 1.8 0.0 0.0 4.0 1.3 2.3 0.4
Tidak Jumlah pakai Total wanita 93.7 100.0 63.8 100.0 45.0 100.0 39.8 100.0 37.1 100.0 41.4 100.0 60.2 100.0 54.3 100.0
6,927 6,305 6,959 6,876 6,882 6,252 5,407 45,607
51.9 100.0 39.5 100.0 36.4 100.0 34.3 100.0 31.9 100.0 34.8 100.0 54.2 100.0 38.1 100.0
890 3,754 6,000 6,285 6,331 5,572 4,633 33,465
Sumber: SDKI SDKI 20122012 Sumber data:
Pemakaian Kontrasepsi Menurut Karakteristik Latar Belakang Tabel 2.7 menunjukkan bahwa angka prevalensi kontrasepsi hampir sama di daerah perkotaan dan pedesaan (62 persen). Suntik KB digunakan oleh wanita perkotaan dan perdesaan, tetapi wanita di perdesaan memiliki persentase penggunaan suntik KB yang lebih besar daripada wanita di perkotaan (masing-masing 35 persen dan 28 persen). Penggunaan metode kontrasepsi juga bervariasi menurut tingkat pendidikan. Suntik KB merupakan metode yang paling populer pada semua kategori pendidikan wanita. IUD, kondom dan sterilisasi wanita lebih banyak digunakan oleh wanita berstatus kawin dengan tingkat pendidikan lebih tinggi. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
16
Tabel 2.7 Pemakaian kontrasepsi masa kini menurut karakteristik latar belakang wanita berstatus kawin
Sumber data: SDKI 2012
Gambar 2.14 menunjukkan pemakaian alat/cara KB meningkat hampir 1 persen per tahun selama periode sebelas tahun antara SDKI tahun 1991 dan SDKI tahun 2002-2003. Selama satu dekade setelah SDKI tahun 2002-2003, peningkatan pemakaian alat/cara KB kurang dari 2 persen. Gambar 2.15 Pemakaian Alat/Cara KB (CPR)
Sumber data: SDKI 1991, 1994, 1997, 2002-03, 2007, 2012
Gambar 2.15 menunjukkan tingkat popularitas beberapa metode kontrasepsi modern. Penggunaan IUD terus menurun selama 20 tahun terakhir, dari 28,3 persen pada tahun 1991 dan saat ini sebesar 6,7 persen. Di sisi lain, penggunaan suntikan meningkat dari 24,9 persen pada tahun 1991 menjadi 55,1 persen pada 2012. Sementara pil adalah metode modern yang paling umum digunakan pada tahun 1991 dan tahun 1994, serta suntik KB
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
17
merupakan metode kontrasepsi modern yang paling populer digunakan sejak SDKI tahun 1997. Gambar 2.16 Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Metode Kontrasepsi Modern
Sumber data: SDKI 2012
Biaya Pemakaian Kontrasepsi Berdasarkan SDKI 2012 sebanyak 23 persen dari seluruh pemakai kontrasepsi memperoleh cara atau alat kontrasepsi dari tempat pelayanan pemerintah, dan sebagian besar dari mereka (16 persen) membayar untuk metode dan jasa pelayanannya. Tabel 2.8 Sumber Pembiayaan Kontrasepsi
Sumber data: SDKI 2012
Kemandirian pemakaian kontrasepsi menurut SDKI 2012 dua persen lebih rendah dibandingkan dengan SDKI 2007 (masing-masing 89 persen dan 91 persen). Pemakai kontrasepsi suntik, pil dan kondom cenderung membayar dalam mendapatkan alat/obat kontrasepsinya (masing-masing 96 persen, 95 persen dan 95 persen) dibandingkan pemakai alat/cara kontrasepsi lain. Dua per tiga dari pemakai IUD, 62 persen pemakai sterilisasi pada wanita dan 55 persen dari pemakai implan membayar untuk mendapatkan alat/metode kontrasepsinya.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
18
Tabel 2.8 juga menjelaskan tentang sumber pelayanan kontrasepsi yang dikategorikan kedalam 3 tempat pelayanan yakni Pemerintah, Swasta, dan Lainnya. Pelayanan kontrasepsi ini diarahkan pada kemandirian dan partisipasi sektor swasta. Gambar 2.17 Sumber Pelayanan Kontrasepsi di IndonesiaTahun 2012
Sumber data: SDKI 2012
Gambar 2.16 menunjukkan beberapa alat/cara KB masih menjadi domainnya pemerintah seperti sterilisasi wanita dan pria, selebihnya kebanyakan dilayani oleh pihak swasta. Sedangkan alat kontrasepsi yang dapat diperoleh di toko obat adalah pil dan kondom. 2.2.3.3 Kebutuhan Pelayanan Kontrasepsi yang tidak Terpenuhi (Unmet Need) Unmet need menggambarkan persentase wanita usia subur yang tidak menggunakan alat/cara kontrasepsi namun menginginkan penundaan kehamilan (penjarangan sampai dengan 24 bulan) atau berhenti sama sekali (pembatasan). Gambar 2.18 Unmet Need di Indonesia Tahun 1991-2012
Sumber data: SDKI 1991, 1994, 1997, 2002-’03, 2007, 2012
Definisi unmet need pada SDKI tahun 2012 mengalami perubahan dari definisi SDKI tahun 2007. Dalam rangka menyediakan data yang dapat dibandingkan, maka telah dilakukan perhitungan total unmet need dengan menggunakan definisi baru. Hasilnya terjadi penurunan unmet need pada wanita berstatus PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
19
kawin umur 15-49 dari 17.0 persen pada tahun 1991, turun menjadi 15,3 persen pada tahun 1994, dan 11,4 persen pada tahun 2012. Menurut SDKI 2012, kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) pada wanita berstatus kawin umur 15-49 tahun adalah 11,4 persen; 5 persen untuk penundaan kelahiran, dan 6,9 persen untuk membatasi kelahiran. Unmet need Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 2.11.
2.2.3.4 Alasan Tidak Memakai Kontrasepsi Sebagian besar wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi pada saat survey berkaitan dengan alasan fertilitas yaitu sebesar 40,2 persen. Diantara mereka 19,1 persen adalah yang telah memasuki masa menopause, 9,2 persen ingin memiliki anak banyak, 7,4 persen abstinensi, 3 persen tidak subur dan fatalistic 1,6 persen (lihat Gambar 2.18). Gambar 2.19 Alasan tidak ingin memakai Kontrasepsi
Sumber data: SDKI 2012
Adapun wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi berkaitan dengan alasan atau cara KB sebesar 23,4 persen, dimana 11,5 persen dari mereka adalah yang takut dengan efek samping, 7,8 persen berkaitan dengan masalah kesehatan, 2,3 persen merasa tidak nyaman menggunakan alat kontrasepsi, 1 persen menjadi gemuk atau kurus, dan selebihnya karena alasan kurangnya akses dan biaya yang terlalu mahal. 2.2.3.5 Median lama dan frekuensi menyusui secara eksklusif Secara umum median lama menyusui di Indonesia adalah selama 21,4 bulan, dengan durasi meannya selama 20,5 bulan. Namun demikian median durasi ASI eksklusif kurang dari 1 bulan dengan durasi meannya 3 bulan. Seperti dapat dilihat pada Gambar 2.19. Lampiran Tabel 2.12 untuk melihat Median lama menyusui menurut Provinsi.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
20
Gambar 2.20 Rata-rata pemberian Asi Eksklusif untuk Semua Anak (bulan)
Sumber data: SDKI 2012
2.3 Mortalitas dan Faktor yang Mempengaruhi 2.3.1 Kecenderungan dan Pola Mortalitas Kematian Kasar (Crude Death Rate/CDR) Estimasi angka Kematian Kasar berdasarkan United Nation (UN) Population Prospect menurun dari 13 per 1000 penduduk pada periode tahun 1970 sampai dengan 1975, menjadi 6 per 1000 penduduk pada periode tahun 2005 sampai dengan 2010. Penurunan angka kematian kasar ini memberikan gambaran peningkatan kesejahteraan penduduk, sebagai dampak dari kemajuan di bidang kesehatan. Gambar 2.21 Estimasi Kematian Kasar di Indonesia
Sumber data: World Population Prospects The 2012 Revision, UN
Angka Kematian Bayi (Infant MortaIity Rate/IMR) Kematian bayi menggambarkan peluang untuk meninggal antara kelahiran dan sebelum mencapai umur tepat satu tahun. Angka kematian Bayi dapat dibagi menjadi dua bagian yakni kematian neonatum dan post-neonatum. Kematian Neonatum menggambarkan peluang untuk meninggal dalam bulan pertama setelah lahir, sedangkan kematian post-neonatum menggambarkan peluang untuk setelah bulan pertama tetapi sebelum umur tepat satu tahun. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
21
Gambar 2.22 Angka Kematian Bayi dan Anak Tahun 1991-2012
Sumber data: SDKI Tahun 1991, 1994, 1997, 2002, 2007 dan 2012
Kematian bayi berusia di bawah satu tahun menurun dari 67,8 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Berdasarkan data provinsi kasus kematian bayi tertinggi terdapat di Papua Barat (74 per 1000 kelahiran hidup) dan terendah di provinsi Kalimatan Timur (21 per 1000 kelahiran hidup). Lihat Lampiran Tabel 2.13 untuk Angka Kematian Bayi menurut Provinsi. Angka Kematian Anak (1-4 Tahun) Kematian anak menggambarkan peluang untuk meninggal antara umur satu tahun dan sebelum tepat lima tahun. Gambar 2.21 menunjukan bahwa kematian anak usia 1-4 tahun telah turun sejak tahun 1991, dari 31,7 per 1000 kelahiran anak usia 1-4 tahun menjadi 9 per 1000 kelahiran anak usia 1-4 tahun pada tahun 2012. Provinsi dengan angka kematian anak usia 1-4 tahun tertinggi adalah Papua (64 per 1000 anak usia 1-4 tahun) dan terendah adalah Jambi (3 per 1000 anak usia 1-4 tahun). Lihat Lampiran Tabel 2.13 untuk Angka Kematian Anak menurut Provinsi.
Angka Kematian Balita (Under Five Mortality Rate/U5MR) Kematian balita menggambarkan peluang untuk meninggal antara kelahiran dan sebelum umur tepat lima tahun. Pada tahun 1991, kasus kematian balita adalah sebanyak 97,4 per 1000 anak usia dibawah 5 tahun. Angka tersebut terus menurun mencapai 40 per 1000 anak usia dibawah 5 tahun pada tahun 2012. Provinsi dengan angka kematian balita tertinggi adalah Papua (115 per 1000 anak usia dibawah 5 tahun) dan terendah adalah Riau (28 per 1000 anak usia dibawah 5 tahun). Lihat Lampiran Tabel 2.13 untuk Angka Kematian Balita menurut Provinsi.
Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate/MMR) Kasus Kematian Ibu yang disebabkan karena komplikasi kehamilan dan kelahiran anak di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan data SDKI, angka kematian ibu mengalami tren penurunan dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007 yakni 390 per 100,000 kelahiran hidup pada tahun 1994, kemudian turun menjadi 228 per PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
22
100,000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Jumlah tersebut pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Gambar 2.23 Angka Kematian Ibu Tahun 2002-2012
Sumber data: SDKI Tahun 1994, 1997, 2002, 2007 dan 2012
Angka Harapan Hidup (Life Expectancy) Angka harapan hidup (AHH) merupakan rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. Berdasarkan tren data SP, AHH di Indonesia telah meningkat dari tahun 1971 yaitu 45,7 tahun menjadi 70,7 tahun pada tahun 2010. Berdasarkan jenis kelamin, AHH perempuan lebih tinggi (72,6 tahun) daripada AHH laki-laki (68,7 tahun). AHH disetiap provinsi pada tahun 2010 (SP2010) berbeda-beda dari yang tertinggi provinsi DKI Jakarta yaitu 74,7 tahun sampai dengan yang terendah provinsi Gorontalo yaitu 63,2 tahun (lihat Lampiran Tabel 2.14 untuk AHH menurut Provinsi). Gambar 2.24 Angka Harapan Hidup Indonesia Tahun 1971-2010
Sumber data: SP Tahun 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010
2.3.2 Penyebab Kematian Pada tahun 2011, berdasarkan data Kementrian Kesehatan RI, jenis penyakit dengan jumlah kematian tertinggi di Indonesia disebabkan oleh demam berdarah dengue (DBD) yaitu sebanyak 816 jiwa. Kasus tertinggi terjadi di provinsi Jawa Barat dengan 167 jiwa (data provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 2.15). PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
23
Tabel 2.9 Jenis Penyakit dan Penyebab Kematian tahun 2011 Jenis Penyakit
Jumlah Penderita
Jumlah Kematian
(1)
(2)
(3)
DBD Pneumonia Difteri Tetanus Neonatorum Leptospirosis Diare Flu Burung Campak
90.245 549.708 1.192 119 239 1.585 9 15.987
816 609 76 59 29 23 9 4
Sumber: Dirjen PP dan PL, Profil Kesehatan Indonesia 2012
2.4 Migrasi 2.4.1 Kecenderungan dan Pola Migrasi Risen Berdasarkan SP tahun 2010, angka migrasi risen baik keluar maupun masuk mengalami penurunan. Migrasi risen masuk pada tahun 2000 sebesar 5,536,317 jiwa, menurun menjadi 5,396,419 jiwa pada tahun 2010. Sedangkan data migrasi risen keluar pada tahun 2000 adalah 5,440,239 jiwa, menurun menjadi 5,235,778 jiwa pada tahun 2010. Sementara berdasarkan jenis kelamin, Jumlah penduduk Lakilaki Migran masuk risen pada tahun 2010 berjumlah 2.830.114 jiwa, sedangkan Perempuan berjumlah 2.566.305 jiwa. Tabel 2.10 Tren Data Parameter Kependudukan yang terkait dengan Migrasi Risen Indonesia, 2000-2010 Parameter
2000
2010
(1)
(2)
(3)
Migrasi Risen (jiwa): Masuk
5.536.317
5.396.419
Keluar
5.440.239
5.235.778
Sumber data: BPS, Sensus Penduduk 2000 dan 2010
Provinsi Jawa Barat mendapatkan migran masuk risen terbanyak yaitu 1,048,964 jiwa sedangkan terendah adalah provinsi Maluku Utara (24,462 jiwa). Untuk migran keluar risen terbanyak terdapat di Provinsi Jawa tengah (979,860 jiwa) dan yang terendah adalah Maluku Utara (14,887 jiwa). Lihat Lampiran Tabel 2.16 untuk Angka Migrasi Risen Menurut Provinsi.
2.4.2 Kecenderungan dan Pola Migrasi Seumur Hidup Angka migrasi seumur hidup mengalami kenaikan baik keluar maupun masuk. Migrasi seumur hidup masuk pada tahun 2000 adalah 20,260,484 jiwa, meningkat menjadi 27,975,612 jiwa pada tahun 2010. Sedangkan data migrasi seumur hidup keluar pada tahun 2000 adalah 20,161,012 jiwa, meningkat menjadi 27,736,130 jiwa PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
24
pada tahun 2010 (Lihat Lampiran Tabel 2.17 untuk Angka Migrasi Seumur Hidup menurut Provinsi). Sementara berdasarkan jenis kelamin, Jumlah penduduk Lakilaki Migran masuk seumur hidup pada tahun 2010 berjumlah 14.736.632 jiwa, sedangkan Perempuan berjumlah 13.238.980 jiwa. Tabel 2.11 Tren Data Parameter Kependudukan yang terkait dengan Migrasi Seumur Hidup Indonesia, 2000-2010 Parameter
2000
2010
(1)
(2)
(3)
Migrasi Seumur Hidup (jiwa): Masuk
20.260.484
27.975.612
Keluar
20.161.012
27.736.130
Sumber data: BPS, Sensus Penduduk 2000 dan 2010
Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan migran masuk seumur hidup terbanyak yaitu 5,225,271 jiwa sedangkan terendah adalah provinsi Gorontalo (64,585 jiwa). Untuk migran keluar seumur hidup terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Tengah (6,829,637 jiwa) dan yang terendah adalah Papua (48,955 jiwa).
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
25
3
PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN 3.1 Pencapaian Pembangunan Manusia
Persoalan pembangunan manusia di Indonesia sudah mendapat perhatian y a n g serius. Berbagai masalah mengenai pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan mulai terlihat bergeser dan berkembang ke arah kondisi yang lebih baik. Sebagai gambaran tentang perkembangan tersebut, kondisi Indonesia dapat diperbandingkan dengan negara ASEAN. Indeks Pembangunan Manusia adalah salah satu indeks yang mengukur tentang tingkat pembangunan manusia berdasarkan tiga indikator yaitu kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan. Pada tahun 2012 IPM Indonesia berada pada peringkat 121 dari 187 Negara. IPM Indonesia antara tahun 1980 sampai dengan 2012 mengalami peningkatan sebesar 49 persen yakni dari 0,422 menjadi 0,629, angka tersebut menunjukkan rata-rata peningkatan sebesar 1,3 persen setiap tahunnya. Tabel 3.1 Tren IPM Indonesia Tahun 1980 – 2012 Tahun
1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2011 2012
Life expectancy at birth 57.6 60 62.1 64 65.7 67.1 68.9 69.4 69.8
Expected years of schooling 8.3 9.3 9.9 9.9 10.3 11.2 12.9 12.9 12.9
Mean years GNI per of schooling capita (2005 PPP$) 3.1 1,278 3.5 1,478 3.3 1,911 4.2 2,630 4.8 2,390 5.3 2,950 5.8 3,775 5.8 3,973 5.8 4,154
HDI value
0.422 0.456 0.479 0.525 0.540 0.575 0.620 0.624 0.629
Sumber data: Human Development Report, UNDP
Tabel 3.1 Menunjukkan tren peningkatan pada masing-masing indikator IPM di Indonesia. Harapan hidup saat lahir antara tahun 1980 sampai dengan 2012 meningkat sebesar 12,2 tahun, sedangkan lama waktu bersekolah yang diharapkan meningkat sebesar 2,7 tahun dan diharapkan akan meningkat sampai dengan 4,6 tahun. Di Indonesia Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per Kapita juga mengalami peningkatan sekitar 225 persen antara tahun 1980 sampai dengan tahun 2012. Perbandingan IPM antar negara ASEAN menunjukkan disparitas yang cukup tinggi sejak tahun 1990. Peningkatan IPM tidak secara langsung menggambarkan peringkat kualitas pembangunan manusia. Sebagai contoh, meskipun selama dua dekade IPM Myanmar telah meningkat secara signifikan, namun Myanmar tetap menjadi negara dengan IPM terkecil dikawasan ASEAN. Angka IPM Myanmar merupakan yang terkecil dibandingkan Negara ASEAN lainnya yaitu 0,498 pada tahun 2012. Peringkat terendah berikutnya adalah Laos dan Cambodia dengan nilai IPM di tahun 2012 yakni 0,543. Di sisi lain, Negara-negara dengan nilai IPM tinggi di kawasan ASEAN berturut-turut adalah Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia masing-masing dengan IPM 0,895, 0,855, dan 0,769 untuk tahun 2012. Untuk PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
26
Negara ASEAN, Indonesia berada pada posisi ke 6, dengan nilai capaian sebesar 0,629. Rata-rata IPM dunia tahun 2012 adalah 0,694 (gambar 3.1). Gambar 3.1 Perbandingan IPM Negara-Negara ASEAN Tahun 1990-2012
Sumber data: Human Development Report, UNDP
Pada tahun 2011, IPM kawasan Sumatera, Jawa dan Bali pada umumnya berada di atas rata-rata nasional (72,77). Sedangkan IPM kawasan di luar Jawa, Sumatera dan Bali (Indonesia Tengah dan Timur) pada umumnya dibawah rata-rata nasional, kecuali Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara. Sementara itu daerah tertinggal seperti NTT, NTB dan Papua juga telah mengalami kemajuan tingkat IPM yang lebih pesat dibanding daerah lainnya. Hal ini seperti yang tersaji dalam lampiran Indeks Pembangunan Manusia Provinsi dan Indonesia tahun 1996 – 2011. Untuk lebih jelasnya tentang IPM Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.1. 3.2 Pembangunan Gender Indeks ketimpangan gender (Gender Inequality Index) mencerminkan ketimpangan perempuan yang dilihat dalam tiga dimensi yaitu kesehatan reproduksi, pemberdayaan, dan pasar tenaga kerja. Indeks yang terbentuk menunjukkan kehilangan dalam pembangunan manusia yang diakibatkan oleh adanya perbedaan gender. Nilainya berkisar dari 0, yang menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki kehilangan kesempatan yang sama, dan 1, yang menunjukkan bahwa perempuan kehilangan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Dimensi kesehatan diukur menggunakan dua indikator yaitu tingkat kematian ibu (maternal mortality rate) dan tingkat kesuburan remaja (adolescent fertility rate). Dimensi pemberdayaan juga didekati dengan dua indikator yaitu proporsi kursi parlemen dipegang oleh laki-laki atau perempuan, dan capaian tingkat pendidikan menengah dan tinggi dari tiap gender. Dimensi tenaga kerja diukur dengan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja. Indeks Ketimpangan Gender (IKG) dirancang untuk mengungkapkan sejauh mana prestasi nasional dalam aspek pembangunan manusia yang hilang akibat adanya perlakuan ketidaksetaraan gender, dan juga untuk menyediakan data empiris untuk analisis kebijakan dan upaya advokasi. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
27
Gambar 3.2 Indeks Ketimpangan Gender di Negara-negara ASEAN Tahun 1995-2011
Sumber data: Human Development Report (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, tahun 2012)
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh HDR (Human Development Report), dalam kurun waktu 15 tahun telah terjadi penurunan indeks ketimpangan gender di kawasan Negara-negara ASEAN. Hal ini berarti telah terjadi penurunan ketimpangan akibat adanya perbedaan gender. Gambar 3.3 Perkembangan IPG di Indonesia Periode Tahun 2004-2011
Sumber data: BPS
Secara umum pencapaian pembangunan gender di Indonesia dari waktu ke waktu memperlihatkan perkembangan yang semakin membaik. Hal ini dapat diindikasikan dengan adanya peningkatan Indeks Pembangunan Gender (IPG) selama kurun waktu 2004-2011 (Gambar 3.3). Pada tahun 2004 IPG secara nasional telah mencapai 63,94, kemudian naik menjadi 65,81 pada tahun 2007 dan bergerak naik lagi secara perlahan hingga menjadi 67,80 pada tahun 2011.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
28
Tabel 3.2 Tren Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan Rasio (IPG/IPM), 2004-2011
Sumber data: BPS
Sedangkan bila dilihat kondisi di Provinsi berdasarkan Rasio IPM dan IPG, maka Provinsi yang mempunyai Rasio IPG 2011 tertinggi berada pada provinsi NTT dan yang terendah adalah provinsi Kepulauan Riau (85,37 persen). Data IPG di setiap Provinsi tersaji dalam Lampiran Tabel 3.2. 3.3 Penduduk Rentan Informasi berkaitan dengan kesulitan fungsional dapat digunakan sebagai pendekatan dalam menentukan program kebijakan pembangunan yang berkaitan dengan penyandang cacat. Seseorang dapat memiliki satu atau lebih jenis kesulitan, dengan tingkat ringan maupun parah. Jumlah terbanyak dari kesulitan yang dialami penduduk usia 10 tahun ke atas pada tahun 2010 adalah berjalan atau naik tangga yakni sebesar 654,600 orang. Sementara tingkat kesulitan terendah yang dialami penduduk adalah mendengar yakni sebanyak 456,047 orang (data Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.3). Tabel 3.3 Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang mengalami Kesulitan Kesulitan (1)=
Tidak ada Kesulitan
Ada kesulitan Sedikit
Parah
(2)=
(3)=
(4)=
Jumlah (5)=(2)+(3)+(4)
Melihat
185.019.345
5.312.946
506.878
190.839.169
Mendengar
187.814.898
2.568.224
456.047
190.839.169
Berjalan atau Naik Tangga Berkonsentrasi/Berkomunikasi karena Kondisi Fisik/Mental
187.751.495 188.094.775
2.432.094 2.126.192
654.600 616.202
190.838.189 190.837.169
Mengurus Diri Sendiri
188.795.687
1.510.606
532.876
190.839.169
Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 2010
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
29
3.4 Ketersediaan Pelayanan 3.4.1 Kesehatan Tenaga Kesehatan (Dokter dan Bidan) Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan, diketahui bahwa jumlah tenaga Dokter yang terdiri dari dokter spesialis, dokter umum, dan dokter gigi, mengalami peningkatan dari 42.467 Dokter pada tahun 2010 menjadi 59.492 Dokter pada tahun 2011. Jumlah tersebut sama dengan dengan 24,7 Dokter per 100.000 Penduduk pada tahun 2011. Jumlah Bidan juga mengalami peningkatan dalam 3 tahun terakhir yakni 93.889 Bidan pada tahun 2009, kemudian meningkat menjadi 96.551 Bidan pada tahun 2009, dan 124.164 Bidan pada tahun 2011. Jumlah tersebut setara dengan 51,5 Bidan per 100.000 penduduk pada tahun 2011. Gambar 3.4 Banyaknya SDM Kesehatan tahun 2008 – 2011
Sumber data: Kemenkes, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008, 2009, 2010, 2011
Berdasarkan wilayah diketahui bahwa Provinsi Jawa Tengah memiliki tenaga Dokter terbanyak yakni 7.829 Dokter pada tahun 2011, sedangkan provinsi dengan jumlah Dokter terendah berada pada Provinsi Papua Barat yakni 243 Dokter. Kondisi yang sama juga terjadi pada jumlah Bidan, dimana provinsi Jawa Tengah memiliki jumlah Bidan terbanyak yakni 15.833 Bidan pada tahun 2011, sedangkan Papua Barat berada pada provinsi dengan kepemilikan Bidan terendah yakni 600 Bidan. Lihat Lampiran Tabel 3.4 untuk Sumber daya manusia Kesehatan menurut Provinsi. Sarana Layanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai salah satu sumber layanan kesehatan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah Puskesmas tercatat sebanyak 8.234 pada tahun 2007, meningkat menjadi 8.548 Puskesmas pada tahun 2008, dan 9.321 Puskesmas pada tahun 2011.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
30
Gambar 3.5 Banyaknya Sarana Puskesmas tahun 2007-2011
Sumber data: Kemenkes, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008, 2009, 2011
Berdasarkan wilayah, jumlah Puskesmas terbanyak berada pada Provinsi Jawa Barat yakni sejumlah 1.046 Puskesmas, sedangkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki jumlah Puskesmas terendah yakni 58 Puskesmas (lihat Lampiran Tabel 3.5). Gambar 3.6 Banyaknya Sarana Rumah Sakit tahun 2007-2011
Sumber data: Kemenkes, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2007, 2008, 2009, 2011
Pada tahun 2011 jumlah Rumah Sakit (RS Umum dan RS Khusus) di Indonesia juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (lihat Gambar 3.6). Pada tahun 2007 jumlah Rumah Sakit tercatat sebanyak 1.319 Rumah Sakit, meningkat menjadi 1.371 pada tahun 2008, dan 1.721 pada tahun 2011 (Profil Kesehatan Indonesia). Sementara berdasarkan wilayah, jumlah RS terendah berada pada Provinsi Sulawesi Barat yakni 7 Rumah Sakit, sedangkan jumlah RS terbanyak berada pada Provinsi Jawa Tengah yakni 225 Rumah Sakit. Lihat Lampiran Tabel 3.5 untuk Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) menurut Provinsi. Klinik Keluarga Berencana (KB) Klinik pelayanan KB baik melalui jalur pemerintah maupun swasta terus mengalami kenaikan. Data BKKBN menunjukkan pada tahun 2010 klinik pelayanan KB melalui jalur pemerintah berjumlah 20.050 klinik, meningkat menjadi 21.609 klinik pada tahun 2013. Kondisi yang sama juga terjadi pada klinik pelayanan KB jalur swasta, dimana PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
31
terjadi peningkatan yakni dari 3.876 klinik pada tahun 2010, menjadi 4.680 klinik pada tahun 2013. Lihat Lampiran Tabel 3.6 untuk klinik pelayanan KB menurut Provinsi. Gambar 3.7 Banyaknya Klinik Pelayanan KB di Indonesia 25.000
21.647
21.037
20.480
20.050 20.000 15.000 10.000
4.344
3.970
3.876
4.684
5.000 -
2010
2011 Klinik Pemerintah
2012
2013*)
Klinik Swasta
Sumber data: Pelayanan Kontrasepsi, BKKBN 2010-2013 *) Data sampai dengan bulan Agustus 2013
3.4.2 Pendidikan Sarana Pendidikan (Sekolah) Tren jumlah Sekolah di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) maupun pada Kementerian Agama (Kemenag) pada tahun 2008/2009-2010/2011 terus mengalami peningkatan. Sekolah yang dimaksud di sini adalah tingkatan Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah (MA). Berdasarkan data statistik indonesia jumlah Sekolah Dasar (SD) di indonesia tercatat sebanyak 146.804 pada tahun ajaran 2010/2011, jumlah tersebut merupakan yang terbanyak dari semua jenis sekolah baik pada tingkatan pendidikan dasar maupun lanjutan. Sedangkan sekolah dengan jumlah sarana terendah adalah Madrasah Aliyah (MA) yakni sebanyak 6.426 pada tahun ajaran 2010/2011. Gambar 3.8 Jumlah Sekolah di Indonesia Tahun 2008-2011
Sumber data: Statistik Indonesia 2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
32
Provinsi Jawa Timur pada tahun ajaran 2010/2011 memiliki jumlah Sekolah Dasar tertinggi sebesar 19.923. Sedangkan pada tahun tahun sebelumnya Jawa Barat yang memiliki jumlah Sekolah Dasar terbanyak. Lebih lanjut tentang Sarana Pendidikan menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.7. Rasio Penduduk Usia Sekolah Per Sekolah Rasio penduduk usia sekolah per sekolah yang diolah dari data sensus tahun 2010 (jumlah penduduk) dan statistik indonesia (jumlah sekolah) untuk tingkat sekolah dasar adalah 168 siswa per sekolah dasar. Jumlah tersebut menjadi lebih tinggi pada sekolah-sekolah tingkat lanjutan yakni 305 siswa dan 491 siswa per sekolah untuk tingkat SMP dan SMA. Sementara Rasio tertinggi berada pada tingkat perguruan tinggi, yakni 7.504 siswa per perguruan tinggi. Selengkapnya untuk rasio penduduk Usia sekolah per sekolah menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 3.8. Tabel 3.4 Rasio Jumlah Penduduk Usia Sekolah per Jumlah Sekolah Di Indonesia tahun 2009/2010 Kelompok Umur 5-6 (TK)
Jumlah Penduduk Usia Sekolah
Jumlah Sekolah 2009/2010
Rasio
9.126.057
67.550
135,1
7-12 (SD/MI)
27.804.900
165.491
168,0
13-15 (SMP/MTs)
13.408.650
43.888
305,5
16-18 (SMA/SMK/MA)
12.455.244
25.332
491,7
19-24 (PT)
23.902.077
3.185
7504,6
Jumlah
86.696.928
305.446
283,8
Sumber data: SP 2010, Statistik Indonesia 2012 - BPS RI
Tenaga Pengajar Jumlah guru menurut Statistik Indonesia 2012, tertinggi yaitu jumlah guru Sekolah Dasar (SD) sebanyak 1.501.236 pada tahun ajaran 2010/2011 dan jumlah guru paling sedikit yaitu Madrasah Aliyah (MA) sebesar 112.793 pada tahun ajaran 2008/2009. Gambar 3.9 Banyaknya Tenaga Guru di Indonesia Tahun 2008-2011
Sumber data: Statistik Indonesia 2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
33
Dari Statistik Indonesia 2012, rata-rata tenaga pengajar terbanyak yaitu guru Sekolah Dasar (SD) dan Provinsi Jawa Timur memiliki jumlah tenaga pengajar terbanyak. Pada tahun ajaran 2010/2011 tenaga pengajar Sekolah Dasar (SD) berjumlah 207.535. Data tentang Tenaga Pengajar (Guru) menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.9. 3.4.3 Sanitasi dan air bersih Rumah tangga yang memiliki fasilitas buang air besar sendiri terus meningkat menjadi 65,20 persen pada tahun 2011 dan persentase rumah tangga yang tidak memiliki fasiltas buang air besar terus menurun menjadi 17,78 persen pada tahun yang sama (Persentase fasilitas buang air besar dalam rumah tangga menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.10).
Gambar 3.10 Persentase Fasilitas Buang Air Besar dalam Rumah Tangga
Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011
Sementara itu, rumah tangga yang memiliki fasilitas air minum sendiri sudah melebihi 50 persen. Hanya saja dari data statistik kesejahteraan rakyat, persentase rumah tangga yang memiliki fasiltas air minum sendiri mengalami penurunan dari 60 persen pada tahun 2010 menjadi 58,69 persen tahun 2011. Sedangkan, rumah tangga yang menggunakan fasilitas air minum bersama dan tidak memiliki fasilitas sama sekali mengalami peningkatan dari survey sebelumnya (Persentase fasilitas buang air besar dalam rumah tangga menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.11).
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
34
Gambar 3.11 Persentase Fasilitas Air Minum dalam Rumah Tangga
Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011
3.4.5 Listrik Rumah tangga yang menggunakan Listrik PLN sebagai sumber penerangan mengalami peningkatan menjadi 92.08 persen pada tahun 2012. Pada tahun yang sama, dari hasil survey Sosial Ekonomi Nasional sebanyak 3,84 persen rumah tangga menggunakan Listrik Non PLN, dan sebanyak 4,08 persen memakai penerangan lainnya. Gambar 3.12 Persentase Sumber Penerangan dalam Rumah Tangga 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
7,27 3,27
6,45 4,25
5,85 4,68
5,17 4,32
4,08 3,84
89,46
89,29
89,47
90,51
92,08
2008
2009 Listrik PLN
2010 Listrik Non-PLN
2011
2012
Lainnya
Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011
Lebih lanjut tentang Persentase sumber penerangan dalam rumah tangga dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.12.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
35
3.5 Kesehatan 3.5.1 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja 3.5.1.1 Pubertas Pengetahuan dan Pengalaman Pubertas Menurut data SKRRI 2012, hanya satu dari sepuluh remaja pria dan wanita tidak dapat menyebutkan perubahan fisik pada seorang anak pria dan wanita pada saat pubertas. Pria kurang mengetahui tanda-tanda pubertas pada seorang wanita dibandingkan dengan wanita. Dua puluh persen remaja pria dan 5 persen remaja wanita tidak mampu menyebutkan tanda-tanda pubertas pada seorang wanita. Sebagian pria mengetahui perubahan fisik sebagai tanda pubertas seorang pria adalah pertumbuhan rambut di bagian wajah, kemaluan, dan ketiak. Sedangkan wanita yang mengetahui tanda-tanda pubertas pada pria adalah perubahan suara 69 persen, pertumbuhan buah jakun 53 persen, dan pertumbuhan rambut di bagian tubuh 43 persen. Sebagian besar wanita 83 persen lebih sering menyebutkan menstruasi dan pertumbuhan buah dada sebagai tanda-tanda pubertas pada seorang anak wanita dari pada pria 73 persen. Sebagian besar pria mengetahui tanda-tanda pubertas pada wanita adalah pertumbuhan buah dada 58 persen dan menstruasi 43 persen. Tabel 3.5 Persentase Pengetahuan remaja tentang perubahan fisik masa pubertas
Indikator perubahan fisik Remaja pria Pertumbuhan otot Perubahan suara Pertumbuhan rambut di muka, sekitar kemaluan, dada, kaki, lengan Meningkatnya gairah seksual Mimpi basah Tumbuh jakun Pengerasan putting susu Lainnya Tidak tahu tanda apapun Remaja wanita Pertumbuhan rambut pada sekitar kemaluan, ketiak Pertumbuhan buah dada Pertumbuhan paha Meningkatnya gairah seksual Haid Lainnya Tidak tahu tanda apapun Jumlah
Wanita belum kawin 15 – 19 20 – 24 tahun tahun Jumlah
15 – 19 tahun
Pria belum kawin 20 – 24 tahun
Jumlah
22,4 69,3 43,4
29,3 66,7 42,5
24,4 68,6 43,1
18,4 50,3 50,2
22,7 45,5 49,7
20,0 48,5 50,0
3,1 28,8 55,4 0,4 8,3 10,1
6,0 32,0 46,5 0,9 13,8 9,6
3,9 29,7 52,9 0,5 9,9 10,0
4,8 34,6 35,3 0,4 20,5 11,1
8,1 32,9 23,2 0,6 25,0 10,2
6,1 34,0 30,7 0,5 22,2 10,8
31,7 72,4 28,8
31,7 73,9 21,8
31,7 72,8 26,8
22,0 57,3 19,4
21,8 58,9 15,7
21,9 57,9 18,0
3,0 81,9 11,9 4,7 6.018
6,3 85,1 14,5 4,8 2.401
3,9 82,8 12,6 4,7 8.419
2,8 42,4 12,4 21,2 6.835
3,9 44,5 14,8 19,2 4.145
3,2 43,2 13,3 20,4 10.980
Sumber data: SKRRI 2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
36
Pengetahuan tentang Perubahan Fisik Pada Pubertas Data SKRRI 2012, menunjukkan bahwa wanita umur 15-24 cenderung menyebutkan guru sebagai sumber pengetahuan tentang perubahan fisik 61 persen. Sumber informasi dari guru ini lebih dominan dijumpai pada remaja wanita pada kelompok umur 15-19 tahun 66 persen. Sumber informasi perubahan fisik yang lain bagi remaja wanita diperoleh dari teman dan media bacaan masing-masing 29 persen dan 25 persen. Bagi remaja pria cenderung lebih menyebutkan teman dan guru sebagai sumber informasi perubahan fisik remaja masing-masing 48 persen dan 46 persen. Pada kelompok umur 20-24 tahun mereka lebih dominan 54 persen menyebutkan teman sebagai sumber informasi, sedangkan pada kelompok umur 15-19 tahun cenderung lebih menyebutkan guru sebagai sumber informasi perubahan fisik remaja. Dari SKRRI 2012 ini nampak ada perubahan pola sumber informasi perubahan fisik yang diterima remaja wanita dibandingkan dengan survei SKRRI tahun 2007. Pada survei SKRRI 2012, sumber informasi tentang perubahan fisik yang dominan adalah guru diikuti oleh teman, sedangkan dari survei sebelumnya sumber informasi perubahan fisik yang dominan adalah guru. Tabel 3.6 PersentaseSumber pengetahuan tentang perubahan fisik saat pubertas Wanita belum kawin Sumber informasi Teman Ibu Ayah Saudara kandung Kerabat Guru Petugas kesehatan Pemimpin agama Televisi Radio Buku/majalah/surat kabar Internet Lainnya Tidak satupun Jumlah
15 – 19 tahun 27,3 16,1 1,4 4,2 3,9 65,7 2,1 1,8 6,7 1,4 23,5 4,5 12,5 1,2 6.018
20 – 24 tahun 34,3 21,3 3,4 5,4 6,1 48,9 3,3 1,9 11,1 2,8 27,6 7,6 19,7 1,9 2.401
Pria belum kawin Jumlah 29,3 17,6 2,0 4,6 4,5 60,9 2,5 1,8 8,0 1,8 24,7 5,4 14,5 1,4 8.419
15 – 19 tahun 43,7 3,4 2,4 1,3 2,0 53,0 0,9 3,0 10,0 1,8 13,3 4,5 13,8 2,1 6.835
20 – 24 tahun 53,8 3,9 2,5 1,8 2,4 33,1 2,2 3,5 13,9 3,1 14,9 6,2 23,5 2,9 4.145
Jumlah 47,5 3,6 2,5 1,5 2,1 45,5 1,4 3,2 11,5 2,3 13,9 5,1 17,5 2,4 10.980
Sumber data: SKRRI 2012
Menstruasi Berdasarkan hasil SKRRI 2012, menstruasi pertama kali dialami oleh 29 persen pada umur 13 tahun, 24 persen pada umur 14 tahun, dan 23 persen pada umur 12 tahun. Ada fenomena yang menarik, 7 persen wanita mengalami haid pertamanya pada umur 10-11 tahun. Hanya sedikit sekali (0,5 persen) remaja wanita yang belum mendapat menstruasi. Secara keseluruhan, 89 persen wanita mengalami haid pertama pada umur 12-15 tahun. Temuan ini serupa dengan studi yang dilaksanakan oleh Lembaga Demografi Universitas Indonesia yang menunjukkan bahwa 84 persen wanita mengalami haid pertama pada umur 12-15 tahun (Lembaga Demografi PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
37
Universitas Indonesia, et al. 2002). Sebagian besar wanita 53 persen membicarakan pengalaman haid pertama mereka dengan teman dan 41 persen dengan ibunya. Tabel 3.7 Persentase Umur remaja wanita pertama kali mendapat haid Umur saat survei (tahun) 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Jumlah
Umur saat mendapat haid pertama (tahun) < 10 2,3 1,7 2,1 1,2 1,2 0,7 1,8 0,3 3,7 1,9 1,7
11 8,1 6,8 4,3 4,4 2,7 4,1 3,8 6,4 2,0 4,5 5,2
12 26,2 23,7 22,2 22,6 22,5 21,6 16,8 19,7 22,9 21,4 22,7
13 39,1 30,7 24,8 29,0 24,1 28,7 27,9 25,0 25,8 25,6 29,3
14 19,9 25,2 28,9 22,3 27,2 22,6 25,3 24,5 22,1 19,7 24,1
15 3,0 10,3 14,8 15,8 16,8 14,4 15,2 15,6 15,5 15,9 12,4
16 0,1 0,7 2,5 3,1 4,7 5,6 6,0 5,3 3,8 6,5 3,0
17+ 0,2 0,0 0,3 1,4 0,7 2,1 3,3 2,6 3,3 3,5 1,1
Tidak menjawab 0,0 0,4 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,2 0,8 1,0 0,2
Tidak pernah haid 0,9 0,4 0,2 0,1 0,0 0,2 0,0 0,3 0,0 0,0 0,3
Sumber data: SDKI 2012
3.5.1.2 Kespro Pra Nikah Pengetahuan tentang Anemia Pada SKRRI 2007 tiga kategori pengetahuan anemia yaitu hemoglobin (Hb) rendah, kekurangan zat besi, dan kekurangan sel darah merah yang dilaporkan remaja wanita dan pria tidak lebih dari 25 persen. Rendahnya pengetahuan wanita tentang anemia jelas akan berdampak pada risiko pengalaman kesehatan reproduksi mereka kelak. Risiko anemia pada remaja lebih tinggi terjadi pada waktu seorang wanita hamil. Anemia memungkinkan terjadinya peningkatan risiko kematian pada wanita penderita anemia yang mengalami pendarahan berat, juga risiko memiliki berat bayi lahir rendah (BBLR) dan bayi dengan kelainan bawaan lahir. Risiko anemia tidak hanya terjadi pada wanita, tetapi juga pria. Menurut data SDKI tahun 20012, sebagian besar wanita dan pria memiliki persepsi yang kurang benar tentang anemia. Baik wanita maupun pria memiliki persepsi bahwa anemia adalah kekurangan darah. Persepsi tidak benar bahwa anemia adalah kurang darah terjadi pada 69 persen wanita dan 56 persen pria. Hanya 25 persen wanita dan 11 persen pria yang dapat menjawab dengan benar pertanyaan tentang arti anemia. Kondisi pengetahuan remaja tentang anemia tahun 2012 masih tidak lebih baik dibandingkan dengan kondisi mereka pada tahun 2007.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
38
Tabel 3.8 Persentase pengetahuan remaja tentang anemia Wanita belum kawin (umur) 15 – 19 20 – 24 Jumlah
Persepsi tentang anemia Hemoglobin rendah (Hb) Kurang zat besi Kurang sel darah merah Kurang darah Kurang vitamin Tekanan darah rendah Lainnya Tidak tahu Tidak menjawab Jumlah
Pria belum kawin (umur) 15 – 19 20 – 24 Jumlah
3,5 4,6
5,8 9,5
4,2 6,2
1,6 1,7
2,2 3,3
1,8 2,3
13,7 65,3 2,2 2,4 4,5 17,1 0,0 4.401
16,0 75,4 1,8 3,0 4,0 5,9 0,0 2.074
14,5 68,5 2,1 2,6 4,3 13,5 0,0 6.475
6,5 49,0 1,0 0,8 8,5 37,5 0,1 3.759
6,9 66,5 1,1 1,9 7,3 20,5 0,1 2.630
6,7 56,2 1,1 1,3 8,0 30,5 0,1 6.389
Sumber data: SKRRI 2012
3.5.1.3 Pengetahuan HIV/AIDS dan IMS Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) merupakan penyakit yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). Jenis virus ini merusak sistem kekebalan tubuh seseorang membuat tubuh lebih rentan, sulit sembuh dari berbagai penyakit opurtunistik yang dapat mengalami kematian. Gambar 3.13 Persentase Pria dan Wanita Umur 15-49 yang Pernah Mendengar AIDS Menurut Pendidikan, Indonesia 2012 96
99
98
99
90
85 75
62 52 38
29
16
wanita 15-49 tahun
pria kawin 15-54 tahun
Tidak sekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tidak Tamat SMA
Tamat SMA
Tamat SMA+
Sumber data: SDKI 2012
Gambar 3.13 menunjukkan rendahnya pendidikan berpengaruh pada pengetahuan seseorang terhadap AIDS. Semakin tinggi pendidikannya semakin luas pengetahuan terhadap informasi tentang AIDS. Perilaku seks bebas dan penyalahgunaan narkotika jenis suntik dapat menyebabkan seseorang terkena penyakit tersebut. Segmentasi penyebaran penyakit ini terjadi pada mereka yang berpendidikan rendah dan berperilaku negatif, meskipun ada beberapa kasus seseorang kena AIDS karena kelalaian medis (pengggunaan jarum suntik).
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
39
3.5.2 Kesehatan Anak 3.5.2.1 Cakupan Imunisasi Menurut WHO, anak dinyatakan telah diimunisasi lengkap apabila telah mendapatkan satu kali imunisasi mencegah tuberkulosis (BCG), tiga kali imunisasi DPT, tiga kali imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak. Secara nasional, persentase cakupan imunisasi lengkap tanpa pemberian hepatitis B anak umur 12 - 23 bulan meningkat dalam tiga periode SDKI yaitu 2002/2003, 2007 dan 2012. Tabel 3.9 Tren Cakupan Imunisasi Lengkap Tanpa Hepatitis B di Indonesia tahun 2003-2012 Imunisasi
SDKI 2003
SDKI 2007
SDKI 2012
BCG DPT 3 Polio 3 Campak Total
82,5 58,3 66,1 71,6 51,5
85,4 66,7 73,5 76,4 58,6
89,3 72 75,9 80,1 65,6
Sumber data: SDKI 2002/2003, SDKI 2007 dan SDKI 2012
Terjadi perubahan definisi cakupan imunisasi dalam SDKI 2012. Dalam SDKI 2012, seorang anak dikategorikan menerima imunisasi lengkap jika telah menerima 1 kali imunisasi mencegah tuberkulosis (BCG), 3 kali imunisasi DPT, 3 kali imunisasi polio, 1 kali imunisasi campak serta 4 kali vaksin Hepatitis B. Persentase anak umur 12 - 23 bulan yang mendapatkan imunisasi lengkap termasuk hepatitis B sebesar 40,3 persen. Sedangkan persentase anak yang telah hepatitis 3 sebesar 42,4 persen (Lihat Lampiran Tabel 3.13 untuk Cakupan Imunisasi pada Balita menurut Provinsi). 3.5.2.2 Pemberian Makan Pada Anak (ASI dan Makanan pendamping ASI) Pemberian makanan yang benar sangat penting bagi kelangsungan hidup, pertumbuhan, perkembangan serta kesehatan bayi dan anak balita. Air susu ibu (ASI) mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam enam bulan pertama setelah dilahirkan. Setelah anak berusia enam bulan sesuai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan bayi, maka ASI harus ditambahkan dengan cairan lain dan makan padat yang memberikan gizi yang memadai. Cairan dan makan padat tersebut biasanya disebut makanan pendamping ASI (MPASI), yang diberikan sampai anak berumur dua tahun.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
40
Tabel 3.10 Persentase Pemberian ASI dan Makanan pendamping ASI menurut kelompok umur, Indonesia tahun 2007-2012 Makanan tambahan Asi Ekslusif Umur lainnya (bulan) SDKI 2007 SDKI 2012 SDKI 2007 SDKI 2012 0-1 2-3 4-5 6-8 9-11 12-17 18-23
48,3 34,4 17,8 5,5 0,8 0,5 0,7
50,8 48,9 27,1 3,4 1,1 1,0 0,7
12,2 27,2 48,1 73,2 79,1 76,4 55,5
9,6 16,7 43,9 78,8 76,8 72,8 58,4
Sumber data: SDKI 2007, 2012
Tabel 3.11 menunjukkan persentase bayi yang menerima ASI ekslusif terus menurun setelah 2 bulan pertama. Sedangkan persentase bayi yang menerima makanan tambahan lainnya terus meningkat setelah enam bulan pertama. Secara nasional terjadi peningkatan persentase pemberian ASI ekslusif kepada bayi sampai dengan umur 4-5 bulan dalam SDKI 2012 dibandingkan SDKI 2007. Peningkatan yang sama juga terjadi pada pemberian makanan tambahan kepada bayi setelah enam bulan pertama. 3.5.3 Kesehatan Ibu Kesehatan ibu yang dalam hal ini adalah ibu hamil dipengaruhi oleh pemeriksaan kehamilan, komplikasi kehamilan dan persalinan, perawatan masa nifas, serta masalah akses pelayanan kesehatan yang meliputi tempat layanan dan tenaga medis. Selain itu, kesehatan ibu hamil berkaitan erat dengan jumlah ibu hamil. 3.5.3.1 Jumlah Ibu Hamil Sarana layanan kesehatan dan jumlah tenaga medis sebaiknya memperhatikan jumlah ibu hamil, karena semakin tinggi jumlah ibu hamil maka akan semakin besar pula resiko komplikasi kehamilan dan persalinan, sarana layanan kesehatan, serta jumlah tenaga medis yang dibutuhkan. Jumlah persentase ibu hamil Indonesia sebesar 4,3 persen berdasarkan jumlah total dari WUS yang berhasil diwawancarai, yaitu 45.607 wanita. Sedangkan persentase wanita hamil menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.14. 3.5.3.2 Antenatal Care (Pemeriksaan Kehamilan) Di Indonesia, pemeriksaan kehamilan didefinisikan sebagai pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga medis profesional (dokter umum, dokter ahli kebidanan dan kandungan, perawat, bidan, atau bidan di desa). Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan selama kehamilan, menurut jadwal 1-1-2 yaitu: paling sedikit sekali kunjungan dalam trisemester pertama, paling sedikit sekali kunjungan dalam trisemester kedua, dan paling sedikit dua kali kunjungan dalam trisemester ketiga. Pemeriksaan kehamilan meliputi; tenaga pemeriksa kehamilan, jumlah kunjungan pemeriksaan PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
41
kehamilan dan saat kunjungan pertama, serta komponen pemeriksaan kehamilan. Tabel 3.11 Persentase wanita hamil yang melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan Jumlah dan waktu kunjungan pemeriksaan
Daerah tempat tinggal Perkotaan Perdesaan
Jumlah
Jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan Tidak pernah 1,3 4,8 3,1 1 0,9 2,2 1,6 2-3 4,6 9,1 6,9 4+ 92,7 82,9 87,8 Tidak tahu/tidak terjawab 0,6 0,9 0,7 Jumlah 100 100 100 Paling sedikit sekali kunjungan selama trimester I, 79,6 67,5 73,5 atau trimester II, dan paling sedikit 2 kali kunjungan selama trimester III Umur kandungan dalam bulan pada saat kunjungan pertama pemeriksaan kehamilan Tidak diperiksa 1,3 4,8 3,1 <4 84,8 76,2 80,4 4-5 10,7 12,7 11,7 6-7 2,6 4,3 3,5 8+ 0,4 1,3 0,9 Tidak tahu/tidak terjawab 0,2 0,6 0,4 Jumlah 100 100 100 Jumlah wanita 7,358 7,424 14,782 Median bulan umur kandungan pada kunjungan 2,1 2,6 2,4 pertama (untuk ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan) Jumlah wanita melakukan pemeriksaan 7,26 7,066 14,327 kehamilan
Sumber data: SDKI 2012
Tabel 3.12 di atas memperlihatkan bahwa 93 persen ibu hamil yang tinggal di perkotaan dan 83 persen ibu hamil yang tinggal di perdesaan melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan lebih dari empat kali. Mayoritas dari ibu hamil yang tinggal di perkotaan (85 persen) dan perdesaan (76 persen) melakukan kunjungan pertama untuk pemeriksaan pada usia kehamilan kurang dari empat bulan. Pada Tabel 3.13 dapat dilihat bahwa cakupan pemeriksaan kehamilan mencapai 90 persen atau lebih tinggi dalam semua kelompok. Namun terkecuali ibu yang urutan kehamilan ke enam atau lebih (83 persen), dan ibu yang tidak sekolah dan tidak tamat SD (masing-masing 64 persen dan 89 persen), dan ibu dengan indeks kekayaan kuintil terbawah (87 persen).
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
42
Tabel 3.12 Persentase pemeriksaan kehamilan Karakteristik Latar Belakang
Dokter Umum
Umur Saat Melahirkan <20 1,0 20-34 1,5 35-49 1,5 Urutan Kelahiran 1,00 1,5 2-3 1,4 4-5 1,6 6+ 1,4 Daerah tempat tinggal Perkotaan 1,2 Perdesaan 1,7 Pendidikan ibu Sekolah 1,2 Tidak tamat SD 1,1 TamatTamat SD 1,2 Tidak SMTA 1,6 Perguruan Tamat SMTA 1,8 Tinggi2 1,1 Indeks Kuintil Kekayaan Terbawah 1,6 Menengah bawah 1,7 1,5 Menengah Atas 1,5 Teratas 1,1 Jumlah
1,40
Tenaga Pemeriksa Kehamilan Dokter Perawat Dukun Lainnya/ Tidak Tidak Kandung /Bidan/ Tidak Terjawab Periksa an Bidan di Tahu Desa
Jumlah
Persentase Jumlah yang Ibu Periksa Hamil dari Tenaga Medis Profesional
8,3 20,3 19,1
85,4 74,4 73,7
1,5 0,7 0,7
0,6 0,4 0,2
0,1 0,4 0,9
3,0 2,4 4,0
100 100 100
94,7 96,1 94,3
1,33 11,05 2,41
20,0 20,7 13,0 4,4
76,3 73,9 77,0 76,8
0,4 0,7 1,6 2,6
0,3 0,5 0,5 0,3
0,1 0,5 1,2 0,4
1,4 2,3 5,1 14,3
100 100 100 100
97,7 96,0 91,6 82,5
5,54 7,12 1,59 536,00
27,9 10,2
69,1 81,3
0,1 1,4
0,3 0,5
0,5 0,4
0,9 4,5
100 100
98,2 93,3
7,36 7,42
3,2 4,9 5,5 9,6 26,8 61,7
59,6 82,5 87,4 86,2 69,7 36,3
4,9 2,1 1,3 0,5 0,2 0,1
0,5 0,7 0,7 0,3 0,3 0,0
0,8 0,3 0,8 0,3 0,3 0,5
29,8 8,3 3,1 1,6 0,9 0,3
100 100 100 100 100 100
64,0 88,5 94,0 97,4 98,4 99,1
274,00 1,24 3,52 3,97 4,02 1,77
3,3 8,5 13,4 23,7 47,2
82,1 85,6 82,8 73,8 51,1
2,8 0,6 0,2 0,1 0,0
0,8 0,7 0,2 0,2 0,2
0,7 0,5 0,4 0,4 0,2
8,8 2,5 1,5 0,3 0,2
100 100 100 100 100
86,9 95,8 97,7 99,0 99,4
3,04 2,88 2,94 3,11 2,82
19,00
75,30
0,80
0,40
0,40
2,70
100
95,7
14,78
Catatan : Jika lebih dari satu tenaga pemeriksa yang disebutkan. Hanya tenaga pemeriksa dengan kualifikasi tertinggi yang dicantumkan dalam tabel ini. Sumber data : SDKI 2012
Sumber data: SDKI 2012
Komponen pemeriksaan kehamilan meliputi: informasi tentang tanda-tanda komplikasi kehamilan, pemeriksaan urine, pemeriksaan darah. Tabel berikut ini menyajikan tentang komponen pemeriksaan kehamilan. Tabel 3.14 memperlihatkan bahwa jumlah ibu hamil yang tinggal di perkotaan cenderung lebih tinggi dalam hal mencari informasi tentang tanda-tanda komplikasi kehamilan, pemeriksaan urine, serta pemeriksaan darah.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
43
Tabel 3.13 Komponen Pemeriksaan Kehamilan
Karakteristik Latar belakang
Jenis pelayanan kesehatan yang didapatkan ibu yang mempunyai anak lahir hidup terakhir dalam lima tahun sebelum survei Informasi tentang tandaPemeriksaan Pemeriksaan tanda Jumlah ibu urine darah komplikasi kehamilan
Umur saat melahirkan <20 20-34 35-49
49,8 54,3 48,8
43,9 47,9 48,7
38,6 40,7 43,8
1,286 10,748 2,293
Urutan kelahiran 1 2-3 4-5 6+
56,8 52,9 42,8 41,0
49,8 48,1 43,2 31,3
42,1 41,0 39,2 33,8
5,458 6,923 1,489 457
57,1 48,7
52,3 42,9
45,4 36,5
7,26 7,066
27,8 35,4 48,1 51,3 60,3 63,6
30,2 36,9 43,3 48,9 52,1 52,6
39,8 36,6 41,7 39,0 41,2 46,9
190 1,136 3,38 3,897 3,974 1,751
42,1 49,9 53,7 57,5 61,0
35,7 45,2 47,7 53,2 55,9
35,0 41,2 41,1 42,1 45,4
2,746 2,797 2,884 3,089 2,809
53,0
47,7
41,0
14,327
Daerah tempat tinggal Perkotaan Perdesaan Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tidak tamat SMTA Tamat SMTA Perguruan tinggi Indeks kuintil kekayaan Terbawah Menengah bawah Menengah Menengah atas Teratas Jumlah
Sumber data: SDKI 2012
3.5.3.3 Penolong Persalinan Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap tingginya kematian ibu adalah terbatasnya tempat persalinan yang memadai. Sumber Tempat Persalinan Tabel 3.15 di bawah menyajikan tentang tempat persalinan yang dimanfaatkan oleh wanita yang melahirkan dalam lima tahun sebelum survei. Dapat dilihat bahwa ibu umur di bawah 20 tahun yang melahirkan di fasilitas kesehatan cenderung lebih kecil dibandingkan dengan ibu yang lebih tua. Terjadi kenaikan persentase melahirkan di fasilitas kesehatan dari 46 persen (SDKI 2007) menjadi 63 persen (SDKI 2012). Persentase yang dilahirkan di fasilitas kesehatan menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.15.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
44
Tabel 3.14 Persentase wanita yang melahirkan di fasilitas kesehatan Fasilitas kesehatan Karakteristik Latar belakang Pemerintah Swasta Rumah Lainnya
Tidak Jumlah terjawab
Persentase persalinan di fasilitas kesehatan
Jumlah kelahiran
Umur saat melahirkan <20 20-34 35-49
16,8 16,4 21,9
36,6 48,0 41,1
46,0 34,9 35,8
0,2 0,1 0,2
0,5 0,6 1,0
100,0 100,0 100,0
53,4 64,4 63,0
1,526 12,757 2,665
18,4 17,0 16,0 13,1
50,9 47,2 32,4 19,1
30,2 34,9 50,1 67,1
0,1 0,2 0,1 0,0
0,4 0,7 1,4 0,6
100,0 100,0 100,0 100,0
69,3 64,2 48,4 32,3
6,557 7,892 1,827 672
Urutan kelahiran 1 2-3 4-5 6+
Jumlah kunjungan periksa kehamilan Tidak pernah 1-3 4+ Tidak tahu/tidak terjawab
4,7 10,6 18,7
5,8 22,9 50,7
77,3 66,3 30,5
0,4 0,1 0,1
11,6 0,0 0,0
100,0 100,0 100,0
10,6 33,5 69,4
456 1,243 12,974
13,5
33,1
53,3
0,0
0,2
100,0
46,6
109
20,4 14,2
59,5 32,5
19,3 52,4
0,0 0,3
0,6 0,6
100,0 100,0
80,0 46,7
8,405 8,543
Tidak Sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tidak Tamat SMTA Tamat SMTA
10,7 15,4 14,4 15,6 20,8
10,4 22,6 32,8 45,4 59,0
76,1 61,3 51,5 38,5 19,7
1,2 0,2 0,2 0,1 0,1
1,6 0,5 1,1 0,4 0,3
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
21,1 38,0 47,1 61,0 79,8
365 1,457 3,976 4,438 4,594
Perguruan Tinggi2
20,9
65,5
12,8
0,0
0,8
100,0
86,4
2,119
Terbawah Menengah bawah Menengah Menengah Atas Teratas
14,0 20,5 18,5 17,7 16,1
15,6 36,7 47,7 61,4 72,0
68,9 41,8 33,2 20,5 11,5
0,3 0,3 0,1 0,1 0,0
1,1 0,7 0,5 0,3 0,4
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
29,7 57,2 66,2 79,1 88,1
3,727 3,255 3,311 3,437 3,218
Jumlah
17,3
45,9
36,0
0,2
0,6
100,0
63,2
16,948
Daerah tempat tinggal Perkotaan Perdesaan Pendidikan ibu
Indeks kuintil kekayaan
1
Hanya untuk anak yang dilahirkan lima tahun sebelum survei
2
Perguruan Tinggi adalah: Diploma, S1/S2/S3
Sumber data: SDKI 2012
Sumber data: SDKI 2012
Tenaga Kesehatan yang Menolong Persalinan Upaya mengurangi resiko kesehatan ibu dengan cara meningkatkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan professional. Kementrian Kesehatan menetapkan target bahwa 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2015 (MOH, 2008). Peningkatan proporsi bayi yang dilahirkan dengan bantuan tenaga kesehatan yang professional adalah langkah yang sangat penting untuk mengurangi resiko kesehatan ibu dan anak. Penanganan medis yang tepat dan memadai selama melahirkan dapat menurunkan resiko komplikasi yang menyebabkan kesakitan serius pada ibu dan bayinya. Tabel berikut ini menyajikan tentang penolong persalinan berkualifikasi tinggi, yaitu orang yang dirujuk ibu jika mendapat masalah kesehatan selama persalinan.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
45
Persentase kelahiran yang dibantu oleh tenaga medis lebih rendah diantara ibu yang berumur dibawah 20 tahun dibandingkan dengan ibu yang berumur lebih tua, dan menurun dengan meningkatnya urutan kelahiran. Persalinan yang dibantu oleh tenaga medis meningkat sejalan dengan meningkatnya pendidikan ibu dan status kekayaan. Begitu pula trennya mengalami kenaikan dari data SDKI 2007 sebesar 73 persen menjadi 83 persen dalam SDKI 2012. Lihat Lampiran Tabel 3.16 untuk persentase wanita yang persalinannya dibantu oleh tenaga kesehatan menurut Provinsi. Tabel. 3.15 Persentase Penolong Persalinan Kualifikasi Tertinggi Penolong Persalinan Karakteristik Dokter Perawat/ Dukun Saudara Lainnya Tidak Tidak Jumlah Latar Dokter Ahli Bidan/Bi Bayi /Teman Ada Terjawab Belakang Umum Kandun dan di gan Desa Umur Saat Melahirkan
Persentase Persalinan oleh Penolong Profesional
Persentase dengan Jumlah Bedah Kelahiran Caesar
<20 0,8 20-34 0,9 35-49 1,4 Urutan Kelahiran
11,4 20,4 23,0
63,0 62,9 58,0
21,5 12,7 13,0
2,4 2,0 2,8
0,1 0,3 0,2
0,3 0,3 0,4
0,4 0,6 1,0
100,0 100,0 100,0
75,3 84,2 82,5
5,8 12,6 14,9
1.526 12.757 2.665
1 1,1 2-3 1,0 4-5 1,0 6+ 0,4 Tempat Persalinan
23,1 20,0 12,6 8,5
63,3 63,0 59,3 48,6
10,6 12,9 20,4 30,3
1,2 1,9 3,9 9,9
0,2 0,3 0,5 0,5
0,2 0,1 0,9 1,2
0,3 0,8 1,4 0,7
100,0 100,0 100,0 100,0
87,5 84,0 73,0 57,5
14,4 12,2 8,3 4,5
6.557 7.892 1.827 672
1,5
31,5
66,6
0,2
0,1
0,1
0,0
0,1
100,0
99,5
19,5
10.71
0,1
0,3
55,5
37,0
5,8
0,5
0,8
0,0
100,0
55,9
0,0
6.132
0,0
1,8
0,5
0,0
0,0
0,8
0,0
96,9
100,0
2,3
2,0
106
Perkotaan 1,3 Perdesaan 0,7 Pendidikan Ibu
27,7 12,4
62,8 61,5
6,7 20,2
0,6 3,7
0,2 0,4
0,1 0,5
0,7 0,6
100,0 100,0
91,8 74,6
16,8 7,9
8.405 8.543
Tidak Sekolah
5,1
26,5
33,9
28,6
2,1
1,8
1,8
100,0
31,8
2,7
365
0,7
8,7
51,7
33,3
4,5
0,2
0,4
0,6
100,0
61,1
6,1
1.457
0,6
10,8
61,4
22,6
2,6
0,3
0,6
1,1
100,0
72,8
6,8
3.976
0,7
13,9
71,1
12,0
1,4
0,1
0,2
0,5
100,0
85,7
7,6
4.438
1,2
26,6
66,5
4,6
0,5
0,2
0,0
0,3
100,0
94,3
18,5
4.594
48,7
1,8
0,4
0,3
0,0
0,7
100,0
96,8
24,9
2.119
3,7
3.727
Fasilitas kesehatan Lainnya Tidak terjawab
Daerah Tempat Tinggal
Tidak tamat SD Tamat SD Tidak Tamat SMTA Tamat SMTA
0,2
Perguruan 2,3 45,8 Tinggi2 Indeks Kuintil Kekayaan Terbawah Menengah bawah Menengah Menengah Atas Teratas
0,9
6,2
50,3
32,4
7,6
0,6
0,8
1,1
100,0
57,5
0,7
14,6
66,6
15,5
1,5
0,1
0,3
0,7
100,0
81,8
9,0
3.255
0,7
15,9
73,1
8,7
0,7
0,2
0,2
0,5
100,0
89,7
11,4
3.311
1,5
24,4
67,3
5,9
0,1
0,3
0,0
0,5
100,0
93,2
15,5
3.437
1,1
40,9
54,6
2,5
0,3
0,1
0,0
0,4
100,0
96,6
23,1
3.218
Jumlah
1,0
20,0
62,2
13,5
2,2
0,3
0,3
0,7
100,0
83,1
12,3
16.948
Catatan : Jika responden menjawab lebih dari satu penolong persalinan, yang ditabulasi adalah penolong persalinan berkualifikasi tertinggi dalam tabel ini. 1
Penolong profesional termasuk dokter, perawat, bidan, bidan di desa..
2
Perguruan Tinggi adalah: Diploma, S1/S2/S3
Sumber data: SDKI 2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
46
3.5.4 Insiden HIV/AIDS Meskipun pada tahun 2009 kasus HIV sempat mengalami penurunan, akan tetapi secara umum Pengidap HIV terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2007 penderita HIV tercatat sejumlah 6.048 penderita, angka tersebut naik pada tahun 2008 menjadi10.362 penderita, dan pada tahun 2012 jumlahnya sudah mencapai 21.511 penderita. Data Kemenkes juga mencatat kasus AIDS pada tahun 2012 mengalami penurunan, yakni dari 7.004 penderita pada tahun 2011 menjadi 5.686 penderita pada tahun 2012. Gambar 3.14 Kasus HIV/AIDS dan Kematian
Sumber data: Ditjen PP dan PL Kemenkes
Sementara itu, jumlah meninggal karena kasus HIV/AIDS terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 jumlah meninggal karena virus HIV/AIDS sejumlah 825 orang, angka tersebut mengalami kenaikan pada tahun 2008 yakni 917 orang meninggal, dan sampai dengan tahun 2012 jumlah meninggal karena kasus ini sudah mencapai 1.146 orang (Lihat Lampiran Tabel 3.17 untuk melihat kumulatif Kasus HIV dan AIDS menurut Provinsi) 3.6 Pendidikan 3.6.1 Literasi (Angka Melek Huruf/AMH) Persentase penduduk laki-laki usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis dari data tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 masih berkisar di angka 95 persen. Sementara itu, persentase penduduk perempuan yang melek huruf mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai 2010 sebelum akhirnya mengalami sedikit penurunan pada tahun 2011. AMH perempuan tahun 2007 adalah 88,62 persen meningkat menjadi 90,52 persen tahun 2010 dan kemudian menurun menjadi 90,07 persen pada tahun 2011.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
47
Gambar 3.15 Angka Melek Huruf Tahun 2007-2011
Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011
Provinsi dengan angka melek huruf tertinggi terdapat di Sulawesi Utara yaitu laki-laki 99,01 persen dan perempuan sebesar 98,69 persen. Sedangkan provinsi dengan AMH terendah terdapat pada provinsi Papua dimana laki-laki sebanyak 70,72 persen dan AMH perempuan sebanyak 56,74 persen. Lihat Lampiran Tabel 3.18 untuk Angka Melek Huruf menurut Provinsi. 3.6.2 Pendidikan yang ditamatkan penduduk 15 tahun ke atas Tingkat pendidikan penduduk Indonesia mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya tren persentase penduduk yang tamat SMP dan SM+ atau sederajat dan menurunnya tren persentase penduduk yang tidak sekolah. Gambar 3.16 Pendidikan yang Ditamatkan Penduduk 15 Tahun ke Atas
Sumber data: BPS, Susenas 1994-2012
3.6.3 Partisipasi Sekolah Jumlah penduduk yang bersekolah cenderung menurun dengan meningkatnya usia. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak penduduk di kelompok usia produktif yang tidak melanjutkan pendidikannya yang diperkirakan mereka segera bekerja atau menikah (Lihat lampiran 3.19 untuk Angka Partisipasi sekolah menurut provinsi).
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
48
Gambar 3.17 Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2007-2011
Sumber data: BPS, Susenas 1994-2012
Partisipasi Murni Sekolah Dasar Angka partisipasi murni (APM) sekolah dasar (SD) formal di Indonesia baik laki-laki maupun perempuan mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai tahun 2010. Akan tetapi data tahun 2011 menunjukan angka partisipasi murni SD mengalami penurunan. Angka partisipasi murni SD Laki-laki pada tahun 2007 sebanyak 93,88 persen menjadi 91,48 persen tahun 2011. Sedangkan angka partisipasi murni SD perempuan pada tahun 2007 sebesar 93,62 persen menjadi 90,37 persen pada tahun 2011. Gambar 3.18 Angka Partisipasi Murni SD/MI/Paket A Tahun 2007-2011
Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011
Provinsi dengan angka partisipasi murni SD formal dan non formal tertinggi adalah Provinsi Sumatera Barat. Angka partisipasi laki-laki SD di Sumatera Barat pada tahun 2011 adalah 94,25 persen dan perempuan 92,58 persen. Sedangkan, provinsi dengan angka partsipasi murni SD formal dan non formal terendah adalah Papua. Pada tahun 2011, angka partisipasi murni SD laki-laki 70,56 persen dan perempuan 69,63 persen.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
49
Partisipasi Murni Sekolah Menengah Pertama APM Sekolah Menengah Pertama (SMP) formal perempuan di Indonesia lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Pada tahun 2007, APM SMP laki-laki dari 66,01 persen meningkat menjadi 66,86 pada tahun 2011. Sedangkan, APM SMP perempuan pada tahun 2007, 67,3 persen meningkat menjadi 69,19 persen tahun 2011. Gambar 3.19 Angka Partisipasi Murni SMP/MTs/Paket B Tahun 2007-2011
Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011
Provinsi dengan angka partisipasi murni SMP formal dan non formal tertinggi adalah Provinsi Aceh. Angka partisipasi laki-laki SMP di Aceh pada tahun 2011 adalah 72,58 persen dan perempuan 77,09 persen. Sedangkan, provinsi dengan angka partsipasi murni SMP formal dan non formal terendah adalah Papua. Pada tahun 2011, angka partisipasi murni SMP laki-laki 45,34 persen dan perempuan 46,85 persen.
Partisipasi Murni Sekolah Menengah Atas APM Sekolah Menengah Atas (SMA) formal laki-laki di Indonesia meningkat dari data tahun 2007 (44,82 persen) sampai dengan data tahun 2011 (47,47 persen). Akan tetapi, data APM SMA formal perempuan di Indonesia mengalami fluktuatif dari tahun 2007 sampai tahun 2010 (antara 44,29 persen sampai 44,53 persen). Setelah itu, APM SMA formal perempuan meningkat menjadi 48,19 persen pada tahun 2011. Gambar 3.20 Angka Partisipasi Murni SMA/MA/Paket C Tahun 2007-2011
Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
50
Provinsi dengan angka partisipasi murni SMA formal dan non formal tertinggi adalah Provinsi Aceh. Angka partisipasi laki-laki SMA di Aceh pada tahun 2011 adalah 61,82 persen dan perempuan 61,02 persen. Sedangkan, provinsi dengan angka partsipasi murni SMA formal dan non formal terendah adalah Papua. Pada tahun 2011, angka partisipasi murni SMA laki-laki 32,54 persen dan perempuan 32,34 persen. Lihat lampiran table 3.20 untuk Angka partisipasi murni SD, SMP, dan SMA baik formal maupun non formal menurut provinsi. 3.6.4 Rata-Rata Lama Sekolah Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas dalam jenjang pendidikan formal sejak tahun 2007-2011 mengalami sedikit peningkatan. Berdasarkan data statistik kesejahteraan rakyat rata-rata lama sekolah laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Pada tahun 2007, rata-rata lama sekolah laki-laki adalah 8 tahun dan meningkat menjadi 8,3 tahun pada tahun 2010 sampai dengan 2011. Sedangkan, rata-rata lama sekolah perempuan pada tahun 2007 adalah 7 tahun dan mengalami peningkatan menjadi 7,5 tahun pada tahun 2010 sampai dengan 2011. Gambar 3.21 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Penduduk Usia 15 tahun ke AtasTahun 2007-2011, Indonesia
Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011
Provinsi dengan rata-rata lama sekolah tertinggi adalah provinsi DKI Jakarta. Ratarata lama sekolah laki-laki di DKI Jakarta pada tahun 2011 adalah 10,9 tahun dan perempuan 9,9 tahun. Sedangkan, provinsi dengan rata-rata lama sekolah terendah adalah Papua. Pada tahun 2011, rata-rata lama sekolah laki-laki 6,6 tahun dan perempuan 5 tahun. Rata-rata Lama sekolah menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.21. 3.7 Ekonomi dan Ketenagakerjaan 3.7.1 Ekonomi Laju Pertumbuhan Ekonomi Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi cukup signifikan PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
51
pada tahun 2009 dari 6.01 persen pada tahun 2008 menjadi 4.58 persen. Pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi kembali menguat, menjadi 6,20 persen dan terus meningkat mencapai 6,46 persen pada tahun 2011 kemudian menurun kembali di tahun 2012 sebesar 6,23. Gambar 3.22 Persentase Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2007 - 2012
Sumber data: BPS, Pendapatan Nasional Indonesia tahun 2007, 2008, 2009, 2010*, 2011** dan 2012*** *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara ***) Angka sangat sangat sementara
Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita terdiri atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000. Pendapatan perkapita atas dasar harga berlaku terus meningkat dari 15.125.923,58 rupiah tahun 2007 menjadi 30.516.670,73 pada tahun 2012. Demikian pula dengan pendapatan perkapita atas dasar harga konstan 2000, meningkat dari 7.344.733,98 rupiah menjadi 9.490.533,09 rupiah pada tahun 2012. Tabel 3.16 Jumlah Pendapatan per Kapita Indonesia Tahun 2007-2010 Jumlah Pendapatan per kapita per tahun Atas dasar harga berlaku Atas dasar harga konstan 2000
2007
2008
2009
2010
2011*)
2012**)
15,125,923.58
18,774,282.37
20,731,425.57
23,759,818.77
27,298,811.57
30,516,670.73
7,344,733.98
7,797,691.36
7,916,021.37
8,412,617.54
9,025,532.92
9,490,533.09
Sumber data: BPS 2007, 2008, 2009, 2010 *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) terdiri atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000. PDRB atas dasar harga berlaku terus meningkat dari 3.556.333.628 juta rupiah tahun 2007 menjadi 6.020.994.080 juta rupiah pada tahun 2010. Begitu pula dengan PDRB atas dasar harga konstan 2000, meningkat dari 1.890.607.083 juta rupiah menjadi 2.363.341.719 juta rupiah pada tahun 2010.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
52
Tabel 3.17 Jumlah Pendapatan Domestik Regional Bruto Indonesia (juta rupiah) Tahun 2007 - 2011 Jumlah Pendapatan Domestik Regional Bruto per tahun (juta rupiah)
2007
2008
2009
2010
2011
Atas dasar harga berlaku
3,556,333,628
4,271,044,592
4,653,539,247
5,293,856,970
6,020,994,080
Atas dasar harga konstan 2000
1,890,607,083
1,999,046,591
2,094,358,009
2,222,763,051
2,363,341,719
Sumber data: BPS 2007, 2008, 2009, 2010, 2011
Berdasarkan harga berlaku, Provinsi dengan PDRB terendah pada tahun 2011 adalah Provinsi Maluku Utara dengan pendapatan bruto 6.056.973,74 juta rupiah. Sementara Provinsi Gorontala memiliki pendapatan bruto terendah berdasarkan harga konstan yakni 3.141.458,12 juta rupiah. Provinsi DKI jakarta dengan PDRB harga berlaku dan harga konstan masing-masing 982.540.043,96 juta rupiah dan 422.162.570,82 menempati perolehan tertinggi dalam Pendapatan Domestik Regional Bruto di Indonesia untuk tahun 2011. Lihat Lampiran Tabel 3.22 dan 3.23 untuk Pendapatan Domestik Bruto menurut Provinsi.
Kemiskinan Kemiskinan adalah sebuah kondisi ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, dan kesehatan. Bank Dunia mendefiniskan kemiskinan ini dengan kehidupan dengan pendapatan $ 1 USD per hari. Gambar 3.23 Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2009-2013
Sumber data: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia tahun 2009-2013
Gambar 3.23 menunjukkan persentase penduduk miskin di indonesia berdasarkan Perkembangan Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia tahun 2009-2013 terus mengalami penurunan. Persentase jumlah penduduk miskin di indonesia tahun 2009 adalah 14,15 persen, angka tersebut sampai dengan tahun 2013 turun menjadi 11,37 persen dari total jumlah penduduk di Indonesia.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
53
Provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbanyak adalah Jawa Timur dengan jumlah penduduk miskin mencapai 5.070.980 juta jiwa. Sedangkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berada pada posisi terendah yakni 71.360 jiwa penduduk miskin. Lihat Lampiran Tabel 3.24 untuk melihat jumlah dan persentase penduduk miskin menurut Provinsi. 3.7.2 Ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) TPAK adalah persentase penduduk yang bekerja terhadap jumlah seluruh penduduk usia kerja (15-64 tahun). Gambar 3.24 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Indonesia (persen) Tahun 2007 - 2010
Sumber data: Sakernas 2007,2008, 2009, 2010
Pada tahun 2011 tingkat partisipasi angkatan kerja belum berdasarkan jenis kelamin, hasil sakernas pada tahun 2011 dan 2012 data pada bulan februari tahun 2011 sebesar 69.96 persen kemudian tingkat partisipasi angkatan kerja menurun sampai dengan bulan Agustus tahun 2011 sebesar 68.34 persen. Pada tahun 2012 bulan Februari naik kembali sebesar 69.66 persen kemudian kembali menurun pada bulan agustus sebesar 67.88. Pada tahun 2013 tingkat partisipasi angkatan kerja hanya tersedia sampai bulan Februari yaitu sebesar 69,21 persen (TPAK menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.25). Tabel 3.18 Tren Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (persen) Februari
2011
2012
2013
69,96
69,66
69,21
Agustus
68,34
67,88
-
Sumber data: Sakernas 2011, 2012, 2013
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
54
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) TPT adalah persentase penduduk yang mencari pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja dari jumlah angkatan kerja yang ada. Gambar 3.25 Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia (persen) Tahun 2007 – 2011
Sumber data: Sakernas 2007,2008, 2009, 2010, 2011
Tingkat Pengangguran terbuka Indonesia dari hasil Sakernas pada tahun 2012 sampai dengan bulan Februari sebesar 6.32 dan pada bulan Agustus turun sebesar 6.14. Pada tahun 2013 pada bulan februari tingkat pengangguran terbuka sebesar 5.92, sementara data bulan agustus belum tersedia (Tingkat penganguran terbuka menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.26). Tabel 3.19 Tingkat Pengangguran Terbuka Tingkat Pengangguran Terbuka
2012
2013
Februari Agustus
6.32 6.14
5.92 -
*) Pengangguran Terbuka : Mencari Pekerjaan, Mempersiapkan Usaha, Merasa Tidak Mungkin Mendapat Pekerjaan, Sudah Punya Pekerjaan tetapi belum dimulai
3.8 Pertanian Pangan 3.8.1 Pangan Nasional Terdapat penurunan kuantitas konsumsi pangan nasional di tingkat rumah tangga sekitar 5,05 persen disebabkan menurunnya konsumsi beras dari 281,71 gram/kap/hari di tahun 2011 menjadi 267,49 gram/kap/hari pada tahun 2012.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
55
Tabel 3.20 Perkembangan Konsumsi Pangan Nasional Secara Kuantitas pada Tahun 2011 -2012 Kelompok Bahan Pangan Padi-padian a. Beras b. Jagung c. Terigu Umbi-umbian a. Singkong b. Ubi jalar c. Kentang d. Sagu e. Umbi lainnya Pangan Hewani a. Daging ruminansia b. Daging unggas c. Telur d. Susu e. Ikan Minyak dan Lemak a. Minyak kelapa b. Minyak sawit c. Minyak lainnya Buah/biji berminyak a. Kelapa b. Kemiri Kacang-kacangan a. Kedelai b. Kacang tanah c. Kacang hijau d. Kacang lain Gula a. Gula pasir b. Gula merah Sayuran dan Buah a. Sayur b. Buah Lain-lain a. Minuman b. Bumbu-bumbuan
Konsumsi Gram/kap/hari Kg/kap/thn 2012 2011 2012 2011 281,71 4,30 29,93
267,49 5,19 27,24
102,82 1,57 10,92
97,63 1,90 9,94
27,59 8,11 4,31 1,33 1,84
20,02 6,59 4,02 1,19 1,22
10,07 2,96 1,57 0,48 0,67
7,31 2,41 1,47 0,44 0,45
5,54 13,03 19,56 5,74 51,99
7,63 12,04 19,16 4,63 48,27
2,02 4,75 7,14 2,09 18,98
2,79 4,40 6,99 1,69 17,62
4,11 18,09 0,57
2,82 20,51 0,33
1,50 6,60 0,21
1,03 7,49 0,12
5,12 0,89
4,75 0,70
1,87 0,32
1,73 0,26
20,71 0,92 0,78 0,28
19,41 0,77 0,75 0,62
7,56 0,34 0,28 0,10
7,08 0,28 0,27 0,23
20,23 1,98
17,75 1,45
7,38 0,72
6,48 0,53
133,70 63,61
129,98 69,14
48,80 23,22
47,44 25,24
49,89 11,33
49,64 10,73
18,21 4,13
18,12 3,92
Sumber : Susenas 2011 – 2012 Triwulan I, BKPS diolah BKP
3.8.2 Produktivitas Pertanian Berdasarkan angka sementara (Asem) BPS, produksi padi nasional tahun 2013 mencapai 70.87 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Artinya mengalami kenaikan sebesar 1,81 juta ton atau 2,62 persen dibanding 2012. Tabel 3.21 Produktivitas Padi Tahun 2011 -2013 Jenis Tanaman (1)
(2)
Luas Panen (Ha) (3)
Padi
2011
13.203.643
49,80
65.75.6904
Padi
2012
13.445.524
51,36
69.056.126
Padi
2013*)
13.769.913
51,46
70.866.571
Tahun
Produktivitas (ku/Ha) (4)
Produksi (Ton) (5)
Sumber data : BPS Tahun 2013 *) Data Tahun 2013 adalah angka Sementara
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
56
Kenaikan produksi padi nasional tersebut berasal dari kenaikan produksi di Jawa sebesar 871.34 ribu ton dan di luar Jawa sebesar 939.11 ribu ton. Produksi komoditas padi meningkat seiring peningkatan luas panen 324,29 ribu hektare (2,41 persen) dan kenaikan produktivitas sebesar 0,1 kuintal per hektare. Tabel 3.22 Produktivitas Jagung Tahun 2011 -2013
(2)
Luas Panen (Ha) (3)
Produktivitas (ku/Ha) (4)
Produksi (Ton) (5)
Jagung
2011
3.864.692
45,65
17.643.250
Jagung
2012
3.957.595
48,99
19.387.022
Jagung
2013*)
3.857.359
47,99
18.510.435
Jenis Tanaman
Tahun
(1)
Sumber data: BPS Tahun 2013 *) Data Tahun 2013 adalah angka Sementara
Produktivitas jagung mengalami penurunan dari 48.99 (ku/ha) tahun 2012 menjadi 47.99 (ku/ha) pada tahun 2013, kondisi tersebut seiring dengan turunnya Luas Panen dari 3.957.595 (Ha) tahun 2012 menjadi 3.857.359 (Ha) pada tahun 2013. Tabel 3.23 Produktivitas Kedelai Tahun 2011 -2013
(2)
Luas Panen (ha) (3)
Produktivitas (ku/Ha) (4)
Produksi (Ton) (5)
Kedelai
2011
622.254
13,68
851.286
Kedelai
2012
567.624
14,85
843.153
Kedelai
2013*)
554.132
14,57
807.568
Jenis Tanaman
Tahun
(1)
Sumber data: BPS Tahun 2013 *) Data Tahun 2013 adalah angka Sementara
Penurunan luas panen juga terjadi pada komoditas kedelai yakni dari 567,624 (Ha) tahun 2012 menjadi 554,132 (Ha) pada tahun 2013. Kondisi tersebut berakibat pada turunnya produktivitas kedelai tahun 2013 sebesar 0,28 (ku/Ha) bila dibandingkan tahun 2012. Tabel 3.24 Produktivitas Ubi Kayu tahun 2011 -2013
(3)
Luas Panen (ha) (4)
Produktivitas (ku/Ha) (5)
Produksi (Ton) (6)
Ubi Kayu
2011
1.184.696
202,96
24.044.025
Ubi Kayu
2012
1.129.688
214,02
24.177.372
Ubi Kayu
2013*)
1.137.210
224,18
25.494.507
Jenis Tanaman
Tahun
(2)
Sumber data: BPS Tahun 2013 *) Data Tahun 2013 adalah angka Sementara
Produksi Ubi kayu pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 1,32 juta ton dibandingkan dengan tahun 2012. Peningkatan tersebut seiring dengan meningkatnya produktivitas dari 214,02 (ku/Ha) pada tahun 2012 menjadi 224,18 pada tahun 2013. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
57
3.8.3 Produkivitas Perikanan Perikanan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis. Peningkatan produktivitas perikanan hasil tangkapan baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir sebagai berikut : Tabel 3.25 3.23 Volume Volume Produksi Produksi Perikanan Perikanan (ton) Tabel (ton) No.
Uraian
2007
2008
2009
2010
2011
(1) 1
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
4.734.280
4.701.933
4.812.235
5.039.446
5.061.680
310.457
301.182
295.736
344.972
347.420
1.509.528
1.966.002
2.820.083
3.514.702
3.735.585
933.832 410.373 63.928
959.509 479.167 75.769
907.123 554.067 101.771
1.416.938 819.809 121.271
1.734.260 955.511 120.654
190.893
263.169
238.606
309.499
331.936
85.009
111.584
86.913
96.605
98.804
8.238.300
8.858.315
9.816.534
11.663.242
12.385.850
2
Perikanan Tangkap
Perikanan Budidaya
TOTAL
Perikanan Laut Perairan Umum Budidaya Laut Tambak Kolam Keramba Jaring Apung Sawah
Sumber data: Perikanan dan Kelautan dalam Angka, Kementerian Kelautan dan Perikanan 2012
Produktivitas nelayan dan pembudidaya ikan perikanan Indonesia menunjukkan peningkatan. Tahun 2011 perikanan tangkap meningkat 0,49 persen dan perikanan budidaya meningkat 4,4 persen. Peningkatan produktifitas perikanan tersebut dikarenakan adanya peningkatan produktivitas tambak dan peningkatan produktivitas alat tangkap perairan umum, serta meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan pembudidayaan ikan. Namun, tingkat konsumsi ikan nasional pada 2010 mencapai 30,48 kg/kapita/tahun sedangkan pada 2011 rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional sebesar 31,64 kg/kapita atau dapat dikatakan mengalami peningkatan ratarata 3,81 persen dibandingkan konsumsi tahun 2010. 3.8.4 Produktivitas Perkebunan Perkebunan merupakan usaha pertanian dengan lahan luas untuk menghasilkan komoditas perdagangan berbasis pertanian. Tabel 3.27 menyajikan berbagai komoditas perkebunan dalam 6 (enam) tahun terakhir.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
58
Tabel 3.26 Produktivitas Tanaman Perkebunan Tahun 2008-2013
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan 2013, Kementerian Pertanian
3.8.5 Produktivitas Peternakan Peternakan merupakan kegiatan mengembang biakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut. Berikut ini gambaran produktivitas peternakan selama 3 tahun terakhir: Tabel 3.27 Produktivitas Peternakan Tahun 2008-2011 No.
Kegiatan Utama
1.
Sapi Potong
2.
Sapi Perah
3.
Kerbau
4.
Kuda
5.
2009
2010
2011*
12.76
13.582
14.824**
475
488
597**
1.933
2
1.305**
399
419
416
Kambing
15.815
16.62
17.483
6.
Domba
10.199
10.725
11.372
7.
Babi
6.975
7.477
7.758
8.
Ayam Buras
249.964
257.544
274.893
9.
Ayam Ras Petelur
10.
Ayam Ras Pedaging
99.768
105.21
110.3
991.281
986.872
1.041.968
11. Itik 42.318 44.302 49.392 Sumber : Direktorat jenderal Peternakan *Angka Sementara **Berdasarkan hasil pendataan lengkap sapi potong, sapi perah, dan kerbau tahun 2011
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
59
Populasi sapi di Indonesia mencapai 15,4 juta ekor berdasarkan hasil akhir Pendataan Sapi Perah, Sapi Potong dan Kerbau (PSPK 2011) oleh BPS bersama Kementan. Riciannya adalah jumlah sapi potong mencapai 14,8 juta ekor, sapi perah sebanyak 597.200 ekor dan kerbau 1,3 juta ekor. Produktivitas peternakan seperti sapi saat ini setiap masyarakat Indonesia baru mampu mengkonsumsi daging sapi kurang lebih 1,7 kg/orang/tahun, yang disupply dari sapi lokal sekitar 15 juta ekor sapi setara dengan 350.000 ton daging. Sehingga masih kekurangan sapi potong untuk memenuhi kebutuhan nasional. Rendahnya konsumsi daging disebabkan supply sapi yang belum mencukupi permintaan dan biaya produksi (pemeliharaan) yang relatif mahal, sehingga harga sapi potong melambung tinggi dan akhirnya daya beli masyarakat tidak mampu menjangkau. Tingginya tingkat permintaan terhadap produk unggas akan meningkatkan kontribusi daging unggas dalam memenuhi kebutuhan daging nasional.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
60
PENUTUP
4
Profil Kependudukan tingkat Nasional Indonesia ini diharapkan dapat memberikan gambaran situasi kependudukan di Indonesia. Telaah lebih mendalam dari Profil ini bermanfaat dalam memotret lebih tajam dan detil situasi kependudukan di Indonesia. Tujuan dari penyusunan buku Profil Kependudukan ini, agar dapat memberikan masukan kepada komponen maupun bidang teknis tentang permasalahan kependudukan di Indonesia berdasarkan tren kecenderungan data yang ditampilkan. Akhir kata, kritik dan saran membangun terhadap penyusunan buku Profil Kependudukan Tingkat Nasional Indonesia ini sangat diperlukan, demi menyempurnakan isi dan relevansi data profil ini terhadap situasi kependudukan di Indonesia, dalam upaya mengidentifikasi masalah kependudukan, serta merumuskan alternatif solusi pemecahannya.
Jakarta, Oktober 2013
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
61
DAFTAR PUSTAKA
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2013. Pelayanan Kontrasepsi Agustus 2013, Jakarta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan dan Macro International, 1992. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1991. Calverton, Maryland, USA. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan dan Macro International, 1995. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1994. Calverton, Maryland, USA. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan dan Macro International, 1998. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997. Calverton, Maryland, USA. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan dan Macro International, 2002-2003. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003. Calverton, Maryland, USA. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan dan Macro International, 2008. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Calverton, Maryland, USA Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan dan Macro International, 2013. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta, Indonesia. Badan Pusat Statistik, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2012. Profil Anak Indonesia 2012. Jakarta, Indonesia Badan Pusat Statistik, 2008. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Jakarta Indonesia Badan Pusat Statistik, 2009. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia 2009. Jakarta, Indonesia Badan Pusat Statistik, 2009. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2008. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Jakarta Indonesia Badan Pusat Statistik, 2010. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia 2010. Jakarta, Indonesia
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
62
Badan
Pusat
Statistik,
2010.
Sensus
Penduduk
2010.
diakses
melalui
http://sp2010.bps.go.id/ Badan Pusat Statistik, 2010. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2009. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Jakarta Indonesia Badan Pusat Statistik, 2011. Fertilitas Penduduk Indonesia, Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta, Indonesia Badan Pusat Statistik, 2011. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia 2011. Jakarta, Indonesia Badan Pusat Statistik, 2011. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2010. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Jakarta Indonesia Badan Pusat Statistik, 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia 2012. Jakarta, Indonesia Badan Pusat Statistik, 2012. Statistik Indonesia 2012. Jakarta, Indonesia Badan Pusat Statistik, 2012. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2011. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Jakarta Indonesia Badan Pusat Statistik, 2013. Survei Angkatan Kerja Nasional (Susenas). Jakarta, Indonesia Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008, Jakarta, Indonesia Gavin W. Jones,Terence H. Hull, 1997. Indonesia Assessment-Population and Human Resources p.2, Institute of Southeast Asian Studies, Singapore diakses melalui http://books.google.co.id pada September 2013 Indonesia,
International
Human
Development
Indicators,
diakses
melalui
www.hdrstats.undp.org/en/countries/profiles/IDN.html pada Agustus 2013. Kementerian kelautan dan perikanan 2011. Perikanan dan Kelautan dalam Angka 2011, Jakarta, Indonesia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2009, Jakarta, Indonesia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010, Jakarta, Indonesia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2011, Jakarta, Indonesia Kementerian Kesehatan Republik, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP & PL), Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia Juni 2013, diakses melalui http://www.spiritia.or.id pada September 2013 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Badan Pusat Statistik, tahun 2012. Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2012 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
63
Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D, Pengelolaan Kependudukan Dalam Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia Di Indonesia, 2012. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana United Nations, Departement of Economic and Social Affairs, Population Division (2013). World Population Prospect: The 2012 Revision, DVD Edition diakses melalui http://esa.un.org/wpp/Excel-Data/mortality.htm pada September 2013
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
64
TABEL LAMPIRAN
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
65
Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan Penduduk di Indonesia menurut Provinsi Tahun 1971 - 2010
No
Provinsi
1971-1980
1980-1990
1990-2000
2000-2010
1
Aceh
2,93
2,72
1,46
2,23
2
Sumatera Utara
2,6
2,06
1,32
1,10
3
Sumatera Barat
2,21
1,62
0,62
1,34
4
Riau
3,11
4,3
4,27
3,58
5
Jambi
4,07
3,4
1,83
2,56
6
Sumatera Selatan
3,32
3,15
1,24
1,85
7
Bengkulu
4,4
4,38
2,2
1,67
8
Lampung
5,78
2,67
1,17
1,24
-
Bangka Belitung
-
-
3,14
10
Kep. Riau
-
-
-
4,95
11
DKI Jakarta
3,94
2,42
0,13
1,41
12
Jawa Barat
2,66
2,57
2,24
1,90
13
Jawa Tengah
1,65
1,18
0,94
0,37
14
DIY
1,11
0,57
0,72
1,04
15
Jawa Timur
1,49
1,08
0,70
0,76
16
Banten
9
-
-
-
2,78
1,18
17
Bali
1,69
1,31
2,15
18
Nisa Tenggara Barat
2,36
2,15
1,81
1,17
19
Nusa Tenggara Timur
1,96
1,79
1,63
2,07
20
Kalimantan Barat
2,31
2,65
2,28
0,91
21
Kalimantan Tengah
3,44
3,88
2,98
1,79
22
Kalimantan Selatan
2,17
2,32
1,45
1,99
23
Kalimantan Timur
5,74
4,42
2,80
3,81
24
Sulawesi Utara
2,31
1,6
1,40
1,28
25
Sulawesi Tengah
3,87
2,87
2,52
1,95
26
Sulawesi Selatan
1,75
1,42
1,48
1,17
27
Sulawesi Tenggara
3,1
3,66
3,14
2,08
28
Gorontalo
-
-
-
2,26
29
Sulawesi Barat
-
-
-
2,68
30
Maluku
2,89
2,79
0,67
2,80
31 32
Maluku Utara Papua Barat
2,47 3,71
Papua
3,46
-
33
2,68
3,10
5,39
INDONESIA
2,33
1,97
1,44
1,49
* khusus Aceh LPP dihitung berdasarkan SUPAS 2005 dan SP2010. *LPP 1990-2000 tanpa Timor-Timur Sumber data: SP 1971, 1980, 1990, 2000, 2010
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
66
Tabel Tabel 2.2 2.3 Rasio ketergantungan di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2000-2010
No
Provinsi
2000
2010
1
Aceh
58.33
55.76
2
Sumatera Utara
63.48
59.05
3
Sumatera Barat
68.47
60.22
4
Riau
54.18
55.46
5
Jambi
55.70
51.68
6
Sumatera Selatan
61.82
52.24
7
Bengkulu
58.82
52.48
8
Lampung
57.45
49.53
9
Kep. Bangka Belitung
55.90
45.70
-
45.70
10
Kepulauan Riau
11
DKI Jakarta
35.14
36.94
12
Jawa Barat
54.51
51.20
13
Jawa Tengah
53.44
50.31
14
DI Yogyakarta
44.73
45.93
15
Jawa Timur
45.93
46.33
16
Banten
61.87
48.66
17
Bali
45.57
48.12
18
NTB
63.09
55.52
19
NTT
70.32
73.21
20
Kalimantan Barat
59.44
54.85
21
Kalimantan Tengah
55.58
51.14
22
Kalimantan Selatan
55.86
48.62
23
Kalimantan Timur
50.09
49.13
24
Sulawesi Utara
48.35
50.24
25
Sulawesi Tengah
57.68
58.28
26
Sulawesi selatan
59.37
57.21
27
Sulawesi Tenggara
68.20
63.47
28
Gorontalo
55.66
55.29
29
Sulawesi Barat
-
66.99
30
Maluku
70.54
67.17
31
Maluku Utara
67.97
62.49
32
Papua
61.53
56.34
33
Papua Barat
-
55.72
Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 2000, 2010
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
67
Tabel Tabel 2.3 2.4 Rasio Jenis Kelamin di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2000-2010
No
Provinsi
2000
2010
1
Aceh
101,1
100,0
2
Sumatera Utara
99,8
100,0
3
Sumatera Barat
96,1
98,0
4
Riau
104,4
106,0
5
Jambi
104,2
105,0
6
Sumatera Selatan
101,0
104,0
7
Bengkulu
103,2
105,0
8
Lampung
106,2
106,0
9
Kep.Bangka Belitung
104,0
108,0
10
Kep. Riau DKI Jakarta
102,5
106,0
11 12
Jawa Barat
102,1
104,0
13
103,0
Jawa Tengah
99,2
99,0
14
DIY
98,3
98,0
15
Jawa Timur
97,9
98,0
16
Banten
101,5
105,0
17
Bali
101,0
102,0
18
Nisa Tenggara Barat
94,2
94,0
19
Nusa Tenggara Timur
98,6
99,0
20
Kalimantan Barat
104,7
105,0
21
Kalimantan Tengah
106,8
109,0
22
Kalimantan Selatan
100,5
103,0
23
Kalimantan Timur
109,7
111,0
24
Sulawesi Utara
104,9
104,0
25
105,0
Sulawesi Tengah
104,7
26
Sulawesi Selatan
95,1
95,0
27
Sulawesi Tenggara
100,7
101,0
28
Gorontalo
101,0
101,0
29
Sulawesi Barat Maluku
102,8
101,0
30 31
Maluku Utara
104,7
105,0
32
Papua Barat
-
112,0
33
Papua
110,4
113,0
INDONESIA
100,6
101,0
102,0
Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 2000, 2010
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
68
Tabel 2.4 Tingkat Urbanisasi di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2000-2010
No
Provinsi
2000
2010
1
Aceh
23,1
28,1
2
Sumatera Utara
42,9
49,2
3
Sumatera Barart
28,9
38,7
4
Riau
34,0
39,2
5
Jambi
29,7
30,7
6
Sumatera Selatan
33,4
35,8
7
Bengkulu
28,3
31,0
8
Lampung
21,6
25,7
9
Kepulauan Bangka Belitung
43,0
49,2
10
Kepulauan Riau
76,5
82,8
11
DKI Jakarta
100,0
100,0
12
Jawa Barat
50,4
65,7
13
Jawa Tengah
40,2
45,7
14
Yogyakarta
57,6
66,4
15
Jawa Timur
40,9
47,6
16
Banten
54,7
67,0
17
Bali
49,7
60,2
18
Nusa Tenggara Barat
34,3
41,7
19
Nusa Tenggara Timur
14,5
19,3
20
Kalimantan Barat
-
30,2
21
Kalimantan Tengah
28,1
33,5
22
Kalimantan Selatan
36,2
42,1
23
Kalimantan Timur
57,7
62,1
24
Sulawesi Utara
37,7
45,2
25
Sulawesi Tengah
20,2
24,3
26
Sulawesi Selatan
31,2
36,7
27
Sulawesi Tenggara
20,8
27,4
28
Gorontalo
24,0
34,0
29
Sulawesi Barat
18,0
22,9
30
Maluku
25,3
37,1
31
Maluku Utara
27,8
27,1
32
Papua barat
32,1
30,0
33
Papua
20,4
26,0
Total Rata-Rata
42,1
49,8
Sumber data: buku Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Indonesia, 2010 (website BPS)
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
69
Tabel Tabel2.5 2.6 Kepadatan Penduduk di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2000-2010
No
Provinsi
Kepadatan Penduduk (jiwa/km persegi) 2000
2010
1
Aceh
68
78
2
Sumatera Utara
160
178
3
Sumatera Barat
101
115
4
Riau
45
64
5
Jambi
48
62
6
Sumatera Selatan
68
81
7
Bengkulu
73
86
8
Lampung
194
220
9
Bangka Belitung
55
74
10
Kep. Riau
127
205
11
DKI Jakarta
12592
14469
12
Jawa Barat
1010
1217
13
Jawa Tengah
952
987
14
DIY
996
1104
15
Jawa Timur
727
784
16
Banten
838
1100
17
Bali
545
673
18
Nisa Tenggara Barat
216
242
19
Nusa Tenggara Timur
78
96
20
Kalimantan Barat
27
30
21
Kalimantan Tengah
12
14
22
Kalimantan Selatan
77
94
23
Kalimantan Timur
12
17
24
Sulawesi Utara
144
164
25
Sulawesi Tengah
35
43
26
Sulawesi Selatan
153
172
27
Sulawesi Tenggara
48
59
28
Gorontalo
74
92
29
Sulawesi Barat
53
69
30
Maluku
25
33
31
Maluku Utara
25
32
32
Papua Barat
5
8
33
Papua
5
9
107
124
INDONESIA
Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 2000, 2010
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
70
Tabel 2.6 Tabel 2.7 Estimasi Angka Kelahiran Kasar (CBR) di Indonesia menurut Provinsi tahun 1990-2010
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur Banten Bali Nisa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua INDONESIA
Rasio Angka Kelahiran Kasar (CBR) 1990
2000
2010
21.7 25.0 22.8 24.1 21.8 22.7 24.4 22.9 19.3 22.5 19.9 14.9 16.6 15.9 25.4 27.2 21.5 22.1 20.2 22.2 21.1 25 20.1 27.3 27.8 23.4 20.9
14.1 19.5 20.6 20.2 18.1 15.6 18.6 16.7 17.3 16.5 19 16.4 14 13.6 18.6 15.7 17.3 25.4 17.5 15.9 18.1 21.1 17.9 24.1 18.1 22.9 22.3 23.8 19.9 16 17.4
21.2 20.9 19.8 21.9 20.1 19.8 20.1 19.3 20.4 22.5 16.8 17.4 16.3 14.4 14.5 18.6 15.9 21.3 22.3 19.1 19.5 19.2 21 15.9 19.8 18.6 23.1 18.4 21.8 21.8 20.8 22.1 17 17.9
Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 1990, 2000, 2010
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
71
Tabel 2.7 Angka Fertilitas Total di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2002 - 2012
No
Provinsi
TFR 2002/'03
2007
2012
-
3,10
2,80
1
DI Aceh
2
Sumatera Utara
3,00
3,84
3,00
3
Sumatera Barat
3,20
3,38
2,80
4
Riau
3,20
2,69
2,90
5
Jambi
2,70
2,77
2,30
6
Sumatera Selatan
2,30
2,73
2,80
7
Bengkulu
3,00
2,43
2,20
8
Lampung
2,70
2,47
2,70
9
Bangka Belitung
2,40
2,49
2,60
10
Kepulauan Riau
-
3,10
2,60
11
DKI Jakarta
2,20
2,10
2,30
12
Jawa Barat
2,80
2,55
2,50
13
Jawa Tengah
2,10
2,06
2,50
14
DI Yogyakarta
1,90
1,82
2,10
15
Jawa Timur
2,10
2,14
2,30
16
Banten
2,60
2,64
2,50
17
Bali
2,10
2,06
2,30
18
Nusa Tenggara Barat
2,40
2,82
2,80
19
Nusa Tenggara Timur
4,10
4,22
3,30
20
Kalimantan Barat
2,90
2,77
3,10
21
Kalimantan Tengah
3,20
2,99
2,80
22
Kalimantan Selatan
3,00
2,65
2,50
23
Kalimantan Timur
2,80
2,70
2,80
24
Sulawesi Utara
2,60
2,76
2,60
25
Sulawesi Tengah
3,20
3,27
3,20
26
Sulawesi Selatan
2,60
2,85
2,60
27
Sulawesi Tenggara
3,60
3,28
3,00
28
Gorontalo
2,80
2,61
2,60
29
Sulawesi Barat
-
3,49
3,60
30
Maluku
-
3,90
3,20
31
Maluku Utara
-
3,18
3,10
32
Papua Barat
-
3,45
3,70
33
Papua
-
2,90
3,50
2,60
2,59
2,59
INDONESIA Sumber data: SDKI 2002/'03, 2007, 2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
72
Tabel Tabel 2.8 2.9 Rasio Anak Wanita di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2010
No
Provinsi
Rasio Anak Wanita 395
1
Aceh
2
Sumatera Utara
420
3
Sumatera Barat
404
4
Riau
424
5
Jambi
374
6
Sumatera Selatan
375
7
Bengkulu
370
8
Lampung
360
9
Kep.Bangka Belitung
388
10
Kep. Riau
394
11
DKI Jakarta
278
12
Jawa Barat
351
13
Jawa Tengah
312
14
DIY
272
15
Jawa Timur
282
16
Banten
342
17
Bali
315
18
Nisa Tenggara Barat
369
19
Nusa Tenggara Timur
515
20
Kalimantan Barat
383
21
Kalimantan Tengah
381
22
Kalimantan Selatan
346
23
Kalimantan Timur
398
24
Sulawesi Utara
341
25
Sulawesi Tengah
417
26
Sulawesi Selatan
360
27
Sulawesi Tenggara
454
28
Gorontalo
378
29
Sulawesi Barat
462
30
Maluku
484
31
Maluku Utara
471
32
Papua Barat
462
33
Papua
396 INDONESIA
348
Sumber data : Sensus Penduduk Tahun 2010
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
73
Tabel 2.9 Rata-Rata Usia Kawin Pertama di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2010
No
Provinsi
Rata-rata Usia Kawin Pertama 23,1
1
Aceh
2
Sumatera Utara
21,8
3
Sumatera Barat
22,9
4
Riau
22,5
5
Jambi
21,2
6
Sumatera Selatan
22,2
7
Bengkulu
22,2
8
Lampung
22,0
9
Kep.Bangka Belitung
21,2
10
Kep. Riau
24,4
11
DKI Jakarta
23,5
12
Jawa Barat
22,2
13
Jawa Tengah
22,1
14
DIY
24,3
15
Jawa Timur
22,0
16
Banten
21,5
17
Bali
22,4
18
Nisa Tenggara Barat
22,1
19
Nusa Tenggara Timur
23,5
20
Kalimantan Barat
22,1
21
Kalimantan Tengah
21,0
22
Kalimantan Selatan
21,2
23
Kalimantan Timur
22,2
24
Sulawesi Utara
22,5
25
Sulawesi Tengah
21,8
26
Sulawesi Selatan
23,2
27
Sulawesi Tenggara
22,3
28
Gorontalo
21,6
29
Sulawesi Barat
22,0
30
Maluku
23,6
31
Maluku Utara
22,8
32
Papua Barat
23,0
33
Papua
22,3 INDONESIA
22,3
Sumber data : Sensus Penduduk Tahun 2010
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
74
Tabel 2.10 Median Umur Kawin Pertama Wanita Umur 25-49 tahun Menurut Provinsi, Indonesia 2012 No
Provinsi
Median UKP
1
Aceh
20,7
2
Sumatera Utara
21,6
3
Sumatera Barat
21,3
4
Riau
20,6
5
Jambi
19,1
6
Sumatera Selatan
20,0
7
Bengkulu
19,6
8
Lampung
19,7
9
Bangka Belitung
19,8
10
Kepulauan Riau
22,3
11
DKI Jakarta
22,3
12
Jawa Barat
19,4
13
Jawa Tengah
20,1
14
DI Yogyakarta
22,5
15
Jawa Timur
19,5
16
Banten
19,3
17
Bali
21,5
18
Nusa Tenggara Barat
19,5
19
Nusa Tenggara Timur
21,6
20
Kalimantan Barat
19,3
21
Kalimantan Tengah
19,0
22
Kalimantan Selatan
19,0
23
Kalimantan Timur
20,2
24
Sulawesi Utara
21,0
25
Sulawesi Tengah
19,5
26
Sulawesi Selatan
20,2
27
Sulawesi Tenggara
19,0
28
Gorontalo
20,0
29
Sulawesi Barat
19,1
30
Maluku
21,2
31
Maluku Utara
20,3
32
Papua
20,7
33
Papua Barat INDONESIA
19,6 20,1
Sumber data: SDKI 2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
75
Tabel 2.11 Kebutuhan Ber-KB yang tidak Terpenuhi di Indonesia Tahun 2012 Kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi No
Provinsi
Untuk menjarangkan kelahiran
Untuk membatasi kelahiran
Jumlah
1
Aceh
8,2
5,7
14,0
2
Sumatera Utara
4,1
9,2
13,2
3
Sumatera Barat
5,7
8,0
13,7
4
Riau
4,1
7,7
11,8
5
Jambi
3,1
4,8
7,9
6
Sumatera Selatan
2,6
5,5
8,1
7
Bengkulu
4,0
5,1
9,1
8
Lampung
3,0
4,9
7,9
9
Bangka Belitung
3,5
6,3
9,8
10
Kepulauan Riau
6,3
8,2
14,5
11
DKI Jakarta
5,1
8,1
13,2
12
Jawa Barat
3,5
7,5
11,0
13
Jawa Tengah
3,9
6,4
10,4
14
DI Yogyakarta
3,6
7,9
11,5
15
Jawa Timur
3,5
6,6
10,1
16
Banten
4,5
5,7
10,2
17
Bali
3,2
6,1
9,3
18
Nusa Tenggara Barat
11,1
5,0
16,1
19
Nusa Tenggara Timur
8,6
8,9
17,5
20
Kalimantan Barat
5,2
4,6
9,8
21
Kalimantan Tengah
3,6
4,0
7,6
22
Kalimantan Selatan
3,0
5,4
8,4
23
Kalimantan Timur
5,4
7,6
13,0
24
Sulawesi Utara
3,1
7,7
10,8
25
Sulawesi Tengah
7,0
8,8
15,7
26
Sulawesi Selatan
7,1
7,3
14,3
27
Sulawesi Tenggara
8,4
10,0
18,4
28
Gorontalo
6,4
7,2
13,6
29
Sulawesi Barat
7,4
6,9
14,2
30
Maluku
8,1
11,1
19,2
31
Maluku Utara
5,6
8,3
14,0
32
Papua
10,6
10,0
23,8
33
Papua Barat
16,2
7,6
20,6
4,5
6,9
11,4
INDONESIA Sumber data: SDKI 2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
76
Tabel 2.12 Median lamanya pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2002 - 2012
No
Provinsi
Median Lamanya (bulan) pemberian ASI secara eksklusif 2002-03
2007
2012
0,6
2,3
1
Aceh
2
Sumatera Utara
2,0
0,6
0,6
3
Sumatera Barat
0,6
1,8
0,7
4
Riau
0,7
0,6
0,6
5
Jambi
3,9
0,7
2,0
6
Sumatera Selatan
2,0
1,7
0,5
7
Bengkulu
2,2
2,8
2,5
8
Lampung
2,5
1,4
0,5
9
Kep.Bangka Belitung
1,4
0,5
0,5
-
0,5
0,6
10
Kep. Riau
11
DKI Jakarta
0,6
0,6
0,6
12
Jawa Barat
1,6
1,2
1,1
13
Jawa Tengah
0,7
0,7
2,2
14
DIY
0,8
0,7
3,0
15
Jawa Timur
0,7
0,7
0,7
16
Banten
0,7
0,5
0,6
17
Bali
1,0
0,4
1,0
18
Nisa Tenggara Barat
3,2
1,3
4,2
19
Nusa Tenggara Timur
2,1
2,0
2,8
20
Kalimantan Barat
1,2
0,7
0,5
21
Kalimantan Tengah
1,9
0,7
1,6
22
Kalimantan Selatan
2,3
1,9
0,5
23
Kalimantan Timur
1,8
1,8
0,7
24
Sulawesi Utara
2,2
0,5
0,5
25
Sulawesi Tengah
2,7
0,7
1,7
26
Sulawesi Selatan
3,8
3,2
3,1
27
Sulawesi Tenggara
3,1
0,7
2,8
28
Gorontalo
1,5
0,4
0,6
29
Sulawesi Barat
-
3,2
1,7
30
Maluku
-
3,2
1,1
31
Maluku Utara
-
0,7
1,8
32
Papua Barat
-
0,5
1,2
33
Papua
-
0,5
0,5
1,6
0,7
0,7
TOTAL Sumber data : SDKI 2002-03, 2007, 2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
77
Tabel 2.13 Angka Kematian Bayi dan Anak di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012
No
Provinsi
Kematian neonatum(NN)
Kematian postKematian neonatum bayi(1q0) (PNN) 18 47
Kematian anak (4q1)
Kematian balita (5q0)
6
52
1
Aceh
28
2
Sumatera Utara
26
14
40
15
54
3
Sumatera Barat
17
10
27
7
34
4
Riau
15
9
24
4
28
5
Jambi
16
18
34
3
36
6
Sumatera Selatan
20
8
29
9
37
7
Bengkulu
21
8
29
7
35
8
Lampung
20
10
30
8
38
9
Bangka Belitung
20
7
27
6
32
10
Kepulauan Riau
21
13
35
8
42
11
Jakarta
15
7
22
10
31
12
Jawa Barat
17
13
30
13
Jawa Tengah
22
10
32
14
Yogyakarta
18
7
25
15
Jawa Timur
14
15
30
16
Banten
23
9
32
17
Bali
18
11
29
18
Nusa Tenggara Barat
33
24
57
9 7 5 4 7 4 18
38 38 30 34 38 33 75
19
Nusa Tenggara Timur
26
19
45
14
58
20
Kalimantan Barat
18
13
31
21
Kalimantan Tengah
25
24
49
22
Kalimantan Selatan
30
14
44
23
Kalimantan Timur
12
9
21
24
Sulawesi Utara
23
9
33
25
Sulawesi Tengah
26
32
58
26
Sulawesi Selatan
13
12
25
27
Sulawesi Tenggara
25
20
45
28
Gorontalo
26
41
67
29
Sulawesi Barat
26
34
60
30
Maluku
24
12
36
31
Maluku Utara
37
24
62
32
Papua Barat
35
39
74
33
Papua
27
27
54
6 8 13 10 4 28 13 10 11 11 24 25 38 64
20
14
34
10
37 56 57 31 37 85 37 55 78 70 60 85 109 115 43
TOTAL Sumber data: SDKI 2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
78
Tabel 2.14 Estimasi Angka Harapan Hidup (Tahun) di Indonesia Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2010
No
Provinsi
L
P
L+P
1
Aceh
68,2
72,2
70,2
2
Sumatera Utara
68,8
72,8
70,9
3
Sumatera Barat
67,7
71,7
69,7
4
Riau
69,7
73,6
71,7
5
Jambi
67,8
71,8
69,9
6
Sumatera Selatan
72,8
70,9
7
Bengkulu
68,3
72,2
70,3
8
Lampung
69,7
73,6
71,7
9
Kep.Bangka Belitung
68,7
72,6
70,7
10
Kep. Riau
70,8
74,6
72,7
11
DKI Jakarta
72,8
76,5
74,7
12
Jawa Barat
68,9
72,8
70,9
13
Jawa Tengah
70,4
74,3
72,4
14
DI Yogyakarta
72,1
75,9
74,1
15
Jawa Timur
69,3
73,2
71,3
16
Banten
69,4
73,3
71,4
17
Bali
70,7
74,5
72,7
18
Nusa Tenggara Barat
63,1
67,0
65,1
19
Nusa Tenggara Timur
65,3
69,3
67,4
20
Kalimantan Barat
68,3
72,2
70,3
21
Kalimantan Tengah
69,5
73,4
71,5
22
Kalimantan Selatan
66,4
70,4
68,4
23
Kalimantan Timur
70,3
74,2
72,3
24
Sulawesi Utara
69,1
73,0
71,1
25
Sulawesi Tengah
63,9
67,8
65,9
26
Sulawesi Selatan
67,3
71,3
69,3
27
Sulawesi Tenggara
65,0
68,9
67,0
28
Gorontalo
61,2
65,0
63,2
29
Sulawesi Barat
63,2
67,0
65,1
30
Maluku
63,7
67,0
65,1
31
Maluku Utara
64,9
68,9
67,0
32
Papua Barat
69,8
73,6
71,8
33
Papua
71,1
74,9
73,0
68,7
72,6
70,7
INDONESIA Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010 Catatan:
1. AHH dihitung dengan Metode Trussell dari kelompok umur ibu 20-24, 25-29, 30-34 2. Angka dalam kurung () menunjukkan tahun rujukan
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
79
Tabel 2.15 Penyebab Kematian di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2012 Pneumonia
No
Diare
Tetanus Neonatorum
Campak
Difteri
Flu Burung
DBD
Leptospirosis
Prov insi Penderita
1
Aceh
2
Kematian
Penderita
Kematian
Penderita
Kematian
Penderita
Kematian
Penderita
Kematian
Penderita
Kematian
Penderita
Kematian
Penderita
Kematian
1.718
6
0
0
6
4
1.262
0
1
1
0
0
2.269
7
0
0
Sumatera Utara
17.286
56
241
2
2
2
297
0
0
0
0
0
4.747
36
0
0
3
Sumatera Barat
9.126
21
274
6
1
0
424
0
2
2
0
0
3.158
20
0
0
4
Riau
10.099
0
0
0
2
2
271
0
4
0
1
1
1.114
16
0
0
5
Jambi
5.972
0
0
0
1
1
374
0
0
0
0
0
22
0
0
6
Sumatera Selatan
21.960
64
292
8
6
4
408
0
5
0
0
0
3.243
24
0
0
7
Bengkulu
1.383
6
0
0
0
0
174
0
1
1
1
1
967
7
0
0
8
Lampung
6.498
14
16
0
4
3
619
0
0
0
0
0
5.207
38
0
0
9
Kep. Bangka Belitung
5.104
0
0
0
1
0
74
0
1
1
0
0
1.075
25
0
0
10
Kep. Riau
1.966
23
74
0
0
0
386
0
2
0
0
0
1.076
13
0
0
11
DKI Jakarta
26.811
3
0
0
0
0
1.895
0
0
0
1
1
6.669
4
10
0
12
Jawa Barat
189.233
76
38
0
14
2
2.618
0
31
1
2
2
19.663
167
0
0
13
Jawa Tengah
75.910
18
167
2
0
0
490
0
32
0
0
0
7.088
108
129
20
14
DI Yogjakarta
3.693
0
75
1
0
0
1.093
0
2
0
1
1
971
2
72
7
15
Jawa Timur
61.449
54
81
0
29
15
1.207
0
954
37
0
0
8.177
116
28
2
16
Banten
23.894
115
84
0
32
17
1.846
0
13
4
1
1
3.362
29
0
0
17
Bali
4.937
1
22
0
0
0
31
0
2
0
1
1
2.650
3
0
0
18
Nusa Tenggara Barat
26.775
83
0
0
1
0
23
3
0
0
1
1
961
3
0
0
19
Nusa Tenggara Timur
4.734
3
12
0
0
0
62
0
0
0
0
0
1.135
8
0
0
20
Kalimantan Barat
3.389
0
0
0
8
2
406
0
15
4
0
0
1.664
21
0
0
21
Kalimantan Tengah
390
4
0
0
0
0
93
0
0
0
0
0
1.590
15
0
0
22
Kalimantan Selatan
13.895
6
0
0
1
1
50
0
61
13
0
0
1.547
25
0
0
23
Kalimantan Timur
6.843
1
0
0
2
2
385
0
13
0
0
0
3.267
29
0
0
24
Sulawesi Utara
949
2
0
0
1
1
110
0
0
0
0
0
1.253
16
0
0
25
Sulawesi Tengah
8.318
26
97
1
1
0
323
0
0
0
0
0
2.259
22
0
0
26
Sulawesi Selatan
7.230
9
0
0
3
2
740
1
50
12
0
0
2.333
23
0
0
27
Sulawesi Tenggara
3.788
4
52
0
1
0
91
0
0
0
0
0
373
2
0
0
28
Gorontalo
2.553
1
0
0
0
0
47
0
0
0
0
0
212
5
0
0
29
Sulawesi Barat
1.544
0
0
0
0
0
3
0
3
0
0
0
581
0
0
0
30
Maluku
1.096
5
0
0
0
0
15
0
0
0
0
0
107
6
0
0
31
Maluku Utara
1.165
8
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
65
0
0
0
32
Papua Barat
t.a.d
t.a.d
0
0
0
0
9
0
0
0
0
0
18
2
0
0
33
Papua
t.a.d
t.a.d
60
3
3
1
161
0
0
0
0
0
450
2
0
0
1.585
23
119
59
15.987
4
1.192
76
9
9
89.251
816
239
29
INDONESIA
549.708
609
Sumber data: Ditjen PP&PL dalam Profil Kesehatan Indonesia 2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
80
80
Tabel 2.16 Penduduk Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi Risen Tahun 2010 Laki-laki No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep.Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jaw a Barat Jaw a Tengah DI Yogyakarta Jaw a Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulaw esi Utara Sulaw esi Tengah Sulaw esi Selatan Sulaw esi Tenggara Gorontalo Sulaw esi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Total
Non Migran
Migran
1.946.787 5.647.615 2.067.075 2.346.117 1.342.005 3.323.194 757.926 3.474.169 531.488 649.845 4.084.926 19.208.112 14.486.935 1.457.869 16.730.570 4.637.757 1.727.523 1.904.329 1.988.033 1.983.086 957.581 1.583.952 1.534.837 1.024.915 1.160.253 3.442.991 944.603 452.398 489.796 657.588 450.384 316.923 1.268.902 104.580.484
34.662 63.609 69.534 157.450 61.143 64.588 25.981 47.639 35.208 104.560 307.785 535.365 154.718 115.671 126.375 239.487 56.253 29.195 26.248 24.919 73.302 60.158 122.934 26.106 34.252 63.626 35.732 14.035 19.900 16.050 13.692 31.502 38.435 2.830.114
Tidak ditanyakan 13.791 27.756 8.579 17.284 12.679 10.754 2.744 14.545 2.689 3.876 51.178 43.594 54.231 3.005 148.332 21.286 4.050 5.852 7.052 6.507 3.164 8.312 12.171 4.608 7.473 11.034 3.277 606 833 5.521 2.157 5.644 33.362 557.946
Perem puan Jum lah
Non Migran
Migran
1.995.240 5.738.980 2.145.188 2.520.851 1.415.827 3.398.536 786.651 3.536.353 569.385 758.281 4.443.889 19.787.071 14.695.884 1.576.545 17.005.277 4.898.530 1.787.826 1.939.376 2.021.333 2.014.512 1.034.047 1.652.422 1.669.942 1.055.629 1.201.978 3.517.651 983.612 467.039 510.529 679.159 466.233 354.069 1.340.699 107.968.544
1.970.408 5.709.352 2.132.870 2.224.232 1.297.288 3.227.850 729.705 3.278.157 499.579 614.058 3.959.062 18.612.271 14.799.085 1.511.019 17.314.127 4.433.103 1.720.971 2.062.591 2.041.130 1.907.744 894.751 1.570.478 1.397.922 988.989 1.112.975 3.667.031 950.906 453.710 492.528 652.805 433.223 289.291 1.136.941 104.086.152
29.325 60.353 60.646 137.507 48.971 52.808 21.846 44.800 25.600 105.496 336.174 513.599 146.699 111.693 116.686 225.593 46.172 18.453 23.091 17.731 49.667 43.297 90.624 21.936 27.709 57.012 28.365 12.660 17.306 13.186 10.770 22.403 28.127 2.566.305
Total
Tidak Ditanyakan 6.008 22.826 4.964 9.878 8.280 4.357 1.509 10.292 884 289 38.838 16.156 29.707 1.311 116.757 24.608 1.097 4.366 2.926 3.596 826 4.027 3.347 1.924 2.854 2.177 1.130 62 224 817 417 950 14.219 341.623
Jum lah
Non Migran
Migran
2.005.741 5.792.531 2.198.480 2.371.617 1.354.539 3.285.015 753.060 3.333.249 526.063 719.843 4.334.074 19.142.026 14.975.491 1.624.023 17.547.570 4.683.304 1.768.240 2.085.410 2.067.147 1.929.071 945.244 1.617.802 1.491.893 1.012.849 1.143.538 3.726.220 980.401 466.432 510.058 666.808 444.410 312.644 1.179.287 106.994.080
3.917.195 11.356.967 4.199.945 4.570.349 2.639.293 6.551.044 1.487.631 6.752.326 1.031.067 1.263.903 8.043.988 37.820.383 29.286.020 2.968.888 34.044.697 9.070.860 3.448.494 3.966.920 4.029.163 3.890.830 1.852.332 3.154.430 2.932.759 2.013.904 2.273.228 7.110.022 1.895.509 906.108 982.324 1.310.393 883.607 606.214 2.405.843 208.666.636
63.987 123.962 130.180 294.957 110.114 117.396 47.827 92.439 60.808 210.056 643.959 1.048.964 301.417 227.364 243.061 465.080 102.425 47.648 49.339 42.650 122.969 103.455 213.558 48.042 61.961 120.638 64.097 26.695 37.206 29.236 24.462 53.905 66.562 5.396.419
Tidak Ditanyakan 19.799 50.582 13.543 27.162 20.959 15.111 4.253 24.837 3.573 4.165 90.016 59.750 83.938 4.316 265.089 45.894 5.147 10.218 9.978 10.103 3.990 12.339 15.518 6.532 10.327 13.211 4.407 668 1.057 6.338 2.574 6.594 47.581 899.569
Jum lah 4.000.981 11.531.511 4.343.668 4.892.468 2.770.366 6.683.551 1.539.711 6.869.602 1.095.448 1.478.124 8.777.963 38.929.097 29.671.375 3.200.568 34.552.847 9.581.834 3.556.066 4.024.786 4.088.480 3.943.583 1.979.291 3.270.224 3.161.835 2.068.478 2.345.516 7.243.871 1.964.013 933.471 1.020.587 1.345.967 910.643 666.713 2.519.986 214.962.624
Sumber data: Sensus Penduduk, 2010
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
81
81
Tabel 2.17 Penduduk Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi Seumur Hidup Tahun 2010 Laki-laki No
Provinsi
1
Aceh
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
4
Riau
5
Jambi
6
Sumatera Selatan
7
Bengkulu
8
Lampung
9
Kep.Bangka Belitung
10
Kepulauan Riau
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
13
Jawa Tengah
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
16
Banten
17
Bali
18
Nusa Tenggara Barat
19
Nusa Tenggara Timur
20
Kalimantan Barat
21
Kalimantan Tengah
22
Kalimantan Selatan
23
Kalimantan Timur
24
Sulawesi Utara
25
Sulawesi Tengah
26
Sulawesi Selatan
27
Sulawesi Tenggara
28
Gorontalo
29
Sulawesi Barat
30
Maluku
31
Maluku Utara
32
Papua Barat
33
Papua
Total
Non Migran
Migran
2.136.708 6.217.406 2.220.901 1.838.498 1.183.350 3.246.118 689.737 3.144.812 515.496 449.076 2.805.962 19.178.515 15.625.181 1.427.776 18.009.709 4.005.953 1.743.359 2.121.924 2.233.804 2.075.657 855.080 1.565.874 1.146.522 1.047.126 1.104.783 3.736.962 883.789 487.725 489.797 709.521 472.908 263.244 1.259.273
112.244 265.948 183.476 1.014.670 397.760 546.529 187.422 771.810 119.598 413.068 2.063.241 2.728.525 465.931 281.134 493.807 1.433.195 217.989 61.722 92.683 171.246 298.663 270.336 725.168 112.777 246.061 187.469 238.037 34.189 91.729 65.956 58.485 139.154 246.610
104.892.546
14.736.632
Perem puan
Tidak ditanyakan
1.735
1.735
Jum lah
Non Migran
Migran
2.248.952 6.483.354 2.404.377 2.853.168 1.581.110 3.792.647 877.159 3.916.622 635.094 862.144 4.870.938 21.907.040 16.091.112 1.708.910 18.503.516 5.439.148 1.961.348 2.183.646 2.326.487 2.246.903 1.153.743 1.836.210 1.871.690 1.159.903 1.350.844 3.924.431 1.121.826 521.914 581.526 775.477 531.393 402.398 1.505.883
2.144.149 6.242.951 2.281.754 1.788.109 1.169.954 3.186.286 678.130 2.999.664 501.095 429.014 2.720.852 18.649.946 15.854.765 1.467.331 18.541.538 3.859.463 1.740.477 2.262.456 2.264.940 2.027.097 830.272 1.573.497 1.098.136 1.017.331 1.077.434 3.933.526 901.313 487.854 496.741 700.820 457.498 246.982 1.138.335
101.309 255.899 160.778 897.090 341.201 471.461 160.229 692.119 87.107 388.005 2.014.274 2.496.746 436.780 281.250 431.703 1.333.555 188.932 54.110 92.400 121.983 228.074 216.909 583.317 93.362 206.731 176.819 209.447 30.396 80.384 57.209 49.196 111.042 189.163
119.630.913
104.769.710
13.238.980
Total
Tidak Ditanyakan
1.723
1.723
Jum lah
Non Migran
Migran
2.245.458 6.498.850 2.442.532 2.685.199 1.511.155 3.657.747 838.359 3.691.783 588.202 817.019 4.736.849 21.146.692 16.291.545 1.748.581 18.973.241 5.193.018 1.929.409 2.316.566 2.357.340 2.149.080 1.058.346 1.790.406 1.681.453 1.110.693 1.284.165 4.110.345 1.110.760 518.250 577.125 758.029 506.694 358.024 1.327.498
4.280.857 12.982.204 4.846.909 5.538.367 3.092.265 7.450.394 1.715.518 7.608.405 1.223.296 1.679.163 9.607.787 43.053.732 32.382.657 3.457.491 37.476.757 10.632.166 3.890.757 4.500.212 4.683.827 4.395.983 2.212.089 3.626.616 3.553.143 2.270.596 2.635.009 8.034.776 2.232.586 1.040.164 1.158.651 1.533.506 1.038.087 760.422 2.833.381
213.553 521.847 344.254 1.911.760 738.961 1.017.990 347.651 1.463.929 206.705 801.073 4.077.515 5.225.271 902.711 562.384 925.510 2.766.750 406.921 115.832 185.083 293.229 526.737 487.245 1.308.485 206.139 452.792 364.288 447.484 64.585 172.113 123.165 107.681 188.350 357.652
118.010.413
209.662.256
27.975.612
Tidak Ditanyakan
3.458
3.458
Jum lah
4.494.410 12.982.204 4.846.909 5.538.367 3.092.265 7.450.394 1.715.518 7.608.405 1.223.296 1.679.163 9.607.787 43.053.732 32.382.657 3.457.491 37.476.757 10.632.166 3.890.757 4.500.212 4.683.827 4.395.983 2.212.089 3.626.616 3.553.143 2.270.596 2.635.009 8.034.776 2.232.586 1.040.164 1.158.651 1.533.506 1.038.087 760.422 2.833.381 237.641.326
Sumber data: Sensus Penduduk, 2010
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
82
82
Tabel 3.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Provinsi Tahun 2005 dan 2011
Indeks Pembangunan Manusia No
Provinsi 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
1
Aceh
70.35
70.76
71.31
71.70
72.16
69.05
69.41
2
Sumatera Utara
72.78
73.29
73.80
74.19
74.65
72.03
72.46
3
Sumatera Barat
72.23
72.96
73.44
73.78
74.28
71.19
71.65
4
Riau
74.63
75.09
75.60
76.07
76.53
73.63
73.81
5
Jambi
71.46
71.99
72.45
72.74
73.3
70.95
71.29
6
Sumatera Selatan
71.40
72.05
72.61
72.95
73.42
70.23
71.09
7
Bengkulu
71.57
72.14
72.55
72.92
73.4
71.09
71.28
8
Lampung
69.78
70.30
70.93
71.42
71.94
68.85
69.38
9
Bangka Belitung
71.62
72.19
72.55
72.86
73.37
70.68
71.18
10
Kepri
73.68
74.18
74.54
75.07
75.78
72.23
72.79
11
DKI Jakarta
76.59
77.03
77.36
77.60
77.97
76.07
76.33
12
Jawa Barat
70.71
71.12
71.64
72.29
72.73
69.93
70.32
13
Jawa Tengah
70.92
71.60
72.10
72.49
72.94
69.78
70.25
14
DI Yogyakarta
74.15
74.88
75.23
75.77
76.32
73.50
73.70
15
Jawa Timur
69.78
70.38
71.06
71.62
72.18
68.42
69.18
16
Banten
69.29
69.70
70.06
70.48
70.95
68.80
69.11
17
Bali
70.53
70.98
71.52
72.28
72.84
69.78
70.07
18
NTB
63.71
64.12
64.66
65.20
66.23
62.42
63.04
19
NTT
65.36
66.15
66.60
67.26
67.75
63.59
64.83
20
Kalimantan Barat
67.53
68.17
68.79
69.15
69.66
66.20
67.08
21
Kalimantan Tengah
73.49
73.88
74.36
74.64
75.06
73.22
73.40
22
Kalimantan Selatan
68.01
68.72
69.30
69.92
70.44
67.44
67.75
23
Kalimantan Timur
73.77
74.52
75.11
75.56
76.22
72.94
73.26
24
Sulawesi Utara
74.68
75.16
75.68
76.09
76.54
74.21
74.37
25
Sulawesi Tengah
69.34
70.09
70.70
71.14
71.62
68.47
68.85
26
Sulawesi Selatan
69.62
70.22
70.94
71.62
72.14
68.06
68.81
27
Sulawesi Tenggara
68.32
69.00
69.52
70.00
70.55
67.52
67.80
28
Gorontalo
68.83
69.29
69.79
70.28
70.82
67.46
68.01
29
Sulawesi Barat
67.72
68.55
69.18
69.64
70.11
65.72
67.06
30
Maluku
69.96
70.38
70.96
71.42
71.87
69.24
69.69
31
Maluku Utara
67.82
68.18
68.63
69.03
69.47
66.95
67.51
32
Papua Barat
67.28
67.95
68.58
69.15
69.65
64.83
66.08
33
Papua
63.41
64.00
64.53
64.94
65.36
62.08
62.75
INDONESIA
69.57
70.10
70.59
71.17
71.76
72.27
72.77
Sumber data: Data Pusat Statistik, 2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
83
Tabel 3.2 Indeks Pembangunan Gender (IPG) Menurut Provinsi Tahun 2005 dan 2011
65,81 Sumber data: Data Pusat Statistik, 2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
84
Tabel 3.3 Penduduk Rentan Karena Kesulitan Fungsional di Indonesia menurut ProvinsiTahun 2010
No
Kesulitan Melihat
Provinsi
Sedikit
Parah
Kesulitan Mendengar
Sedikit
Parah
Kesulitan Berjalan atau Naik Tangga Sedikit
Parah
Kesulitan Mengingat/ Berkonsentrasi/ Berkomunikasi Sedikit
Parah
Kesulitan Mengurus Diri Sendiri Sedikit
Parah
1
Aceh
117,338
12,734
54,205
10,306
57,570
16,207
48,435
14,701
35,968
12,279
2
Sumatera Utara
276,391
25,634
123,082
21,426
134,841
36,075
116,524
33,843
82,471
28,807
3
Sumatera Barat
154,096
15,116
62,269
12,250
69,757
18,933
55,380
16,936
34,576
14,419
4
Riau
122,589
9,707
39,959
6,345
38,964
9,725
35,635
9,347
27,114
8,220
5
Jambi
78,137
6,331
30,506
5,573
25,422
6,947
24,368
7,334
16,309
5,794
6
Sumatera Selatan
182,887
17,054
80,477
14,418
64,337
17,519
62,679
18,063
43,359
14,384
7
Bengkulu
46,959
4,396
20,135
3,850
16,625
4,240
15,899
4,485
9,835
3,358
8
Lampung
166,791
15,747
85,780
15,641
72,866
19,169
67,959
19,623
43,747
15,433
9
Kep.Bangka Belitung
25,637
2,397
9,488
2,100
9,152
3,267
8,195
3,110
5,186
2,667
10
Kepulauan Riau
34,508
2,410
8,812
1,383
9,490
2,483
7,669
2,177
5,033
1,931
11
DKI Jakarta
270,390
16,372
57,307
8,607
63,085
15,594
51,385
13,197
44,116
13,887
12
Jawa Barat
975,550
85,438
433,265
74,586
414,283
105,555
337,316
92,978
238,813
79,144
13
Jawa Tengah
509,772
59,894
394,446
63,155
363,567
100,783
333,335
96,429
225,356
84,124
14
DI Yogyakarta
58,927
8,117
53,180
9,866
48,076
15,100
43,974
14,116
27,788
12,539
15
Jawa Timur
759,100
83,736
461,026
78,225
459,497
121,745
393,920
112,108
295,184
101,996
16
Banten
193,519
15,567
73,139
12,581
67,679
16,885
62,750
16,605
49,808
13,859
17
Bali
82,793
7,556
48,113
8,097
48,823
11,875
45,628
11,250
27,169
9,939
18
Nusa Tenggara Barat
103,121
12,100
54,479
11,532
51,836
14,891
43,362
13,701
31,277
11,618
19
Nusa Tenggara Timur
125,339
16,845
63,589
18,544
52,289
18,686
51,808
19,818
37,877
16,555
20
Kalimantan Barat
105,248
10,264
46,160
8,915
40,327
12,398
38,487
12,557
27,277
10,180
21
Kalimatan Tengah
54,865
4,787
21,676
3,604
17,558
4,916
17,547
5,257
13,034
4,131
22
Kalimantan Selatan
88,217
6,864
35,278
5,966
35,072
9,810
28,485
8,759
19,997
7,615
23
Kalimantan Timur
90,256
6,133
24,792
3,998
23,676
5,871
21,484
5,929
17,696
5,236
24
Sulawesi Utara
80,224
7,667
28,115
5,748
28,524
8,643
21,488
6,936
16,128
6,728
25
Sulawesi Tengah
85,648
6,890
30,534
5,929
26,326
7,175
24,146
7,276
14,991
5,694
26
Sulawesi Selatan
286,060
27,118
141,641
26,256
116,362
29,851
99,555
28,908
74,911
25,306
27
Sulawesi Tenggara
66,381
5,666
26,109
4,883
21,887
6,158
20,704
5,980
11,991
4,763
28
Gorontalo
46,399
3,887
16,848
3,446
11,162
3,436
11,565
3,576
5,883
2,667
29
Sulawesi Barat
33,763
2,611
15,268
3,004
12,779
3,286
11,511
3,747
7,403
2,722
30
Maluku
35,554
3,190
11,611
2,389
12,181
3,694
9,052
3,046
5,965
2,844
31
Maluku Utara
23,056
1,939
7,524
1,658
8,814
2,313
6,480
1,941
5,456
1,626
32
Papua Barat
11,935
765
2,823
488
2,676
680
2,458
718
2,000
602
33
Papua
21,496
1,946
6,588
1,278
6,591
1,690
7,009
1,751
6,888
1,809
616,202 1,510,606
532,876
Jumlah
5,312,946
506,878 2,568,224
456,047 2,432,094
655,600 2,126,192
Sumber data: Data Pusat Statistik, 2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
85
Tabel 3.4 Rasio Sumber Daya Manusia Kesehatan (Dokter dan Bidan) per 100.000 Penduduk Menurut Provinsi, 2011 No
Provinsi
Dokter
Bidan
1
Aceh
1.693
8.920
2
Sumatera Utara
4.816
12.956
3
Sumatera Barat
1.848
4.418
4
Riau
1.449
3.644
5
Jambi
1.012
2.775
6
Sumatera Selatan
1.080
3.798
7
Bengkulu
610
2.334
8
Lampung
1.393
3.398
9
Kep. Bangka Belitung
293
667
10
Kep. Riau
691
1.084
11
DKI Jakarta
7.783
2.121
12
Jawa Barat
5.449
10.496
13
Jawa Tengah
7.829
15.833
14
DI Yogyakarta
2.543
1.588
15
Jawa Timur
4.726
12.718
16
Banten
1.624
5.744
17
Bali
2.064
2.386
18
Nusa Tenggara Barat
855
2.051
19
Nusa Tenggara Timur
760
2.696
20
Kalimantan Barat
804
2.204
21
Kalimantan Tengah
600
1.772
22
Kalimantan Selatan
1.127
2.541
23
Kalimantan Timur
1.354
1.851
24
Sulawesi Utara
1.389
1.373
25
Sulawesi Tengah
559
2.112
26
Sulawesi Selatan
2.132
4.652
27
Sulawesi Tenggara
539
1.667
28
Gorontalo
311
645
29
Sulawesi Barat
341
902
30
Maluku
484
1.137
31
Maluku Utara
283
1.029
32
Papua Barat
243
600
33
Papua INDONESIA
808
2.052
59.492
124.164
Jumlah Rasio Rasio Penduduk*) dokter*) bidan*) 4.553.215 37,2 195,9 13.118.327 36,7 98,8 4.909.358 37,6 90,0 5.773.721 25,1 63,1 3.169.813 31,9 87,5 7.584.363 14,2 50,1 1.743.279 35,0 133,9 7.698.828 18,1 44,1 1.261.065 23,2 52,9 1.761.385 39,2 61,5 9.738.297 79,9 21,8 43.849.420 12,4 23,9 32.485.926 24,1 48,7 3.491.671 72,8 45,5 37.742.356 12,5 33,7 10.922.177 14,9 52,6 3.972.385 52,0 60,1 4.550.546 18,8 45,1 4.778.348 15,9 56,4 4.433.728 18,1 49,7 2.250.539 26,7 78,7 3.696.903 30,5 68,7 3.686.640 36,7 50,2 2.298.489 60,4 59,7 2.685.024 20,8 78,7 8.124.645 26,2 57,3 2.277.864 23,7 73,2 1.063.131 29,3 60,7 1.189.097 28,7 75,9 1.575.642 30,7 72,2 1.063.187 26,6 96,8 788.233 30,8 76,1 2.984.580 27,1 68,8 241.222.182 24,7 51,5
Sumber data: Profil Kesehatan Indonesia, 2011 Keterangan: *) Data merupakan estimasi yang diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia, 2011
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
86
Tabel 3.5 Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2011 No
Provinsi
Puskesmas
Rumah Sakit
1
Aceh
325
45
2
Sumatera Utara
542
153
3
Sumatera Barat
254
45
4
Riau
203
42
5
Jambi
174
22
6
Sumatera Selatan
304
41
7
Bengkulu
178
18
8
Lampung
269
36
9
Kep. Bangka Belitung
58
11
10
Kep. Riau
67
22
11
DKI Jakarta
340
132
12
Jawa Barat
1,046
200
13
Jawa Tengah
867
225
14
DI Yogyakarta
121
51
15
Jawa Timur
956
187
16
Banten
226
46
17
Bali
114
43
18
Nusa Tenggara Barat
152
17
19
Nusa Tenggara Timur
342
34
20
Kalimantan Barat
235
33
21
Kalimantan Tengah
179
15
22
Kalimantan Selatan
224
29
23
Kalimantan Timur
215
36
24
Sulawesi Utara
170
32
25
Sulawesi Tengah
173
23
26
Sulawesi Selatan
421
67
27
Sulawesi Tenggara
249
22
28
Gorontalo
86
9
29
Sulawesi Barat
86
7
30
Maluku
170
24
31
Maluku Utara
115
15
32
Papua Barat
126
11
33
Papua
334
28
9,321
1,721
INDONESIA
Sumber data: Profil Kesehatan Indonesia, 2011
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
87
Tabel 3.6 Klinik pelayanan KB di Indonesia menurut Provinsi, tahun 2013*)
No
Provinsi
Klinik KB Pemerintah
Klinik KB Swasta
Jumlah
1
Aceh
705
127
832
2
Sumatera Utara
1224
305
1529
3
Sumatera Barat
774
18
792
4
Riau
388
79
467
5
Kepulauan Riau
163
43
206
6
Jambi
780
33
813
7
Sumatera Selatan
1012
229
1241
8
Bangka Belitung
237
10
247
9
Bengkulu
347
17
364
10
Lampung
946
46
992
11
DKI Jakarta
417
99
516
12
Jawa Barat
2209
1330
3539
13
Banten
412
339
751
14
Jawa Tengah
1235
549
1784
15
DI Yogyakarta
165
142
307
16
Jawa Timur
3477
424
3901
17
Bali
540
49
589
18
Nusa Tenggara Barat
1027
64
1091
19
Nusa Tenggara Timur
528
37
565
20
Kalimantan Barat
297
112
409
21
Kalimantan Tengah
624
84
708
22
Kalimantan Selatan
367
27
394
23
Kalimantan Timur
419
118
537
24
Sulawesi Utara
231
128
359
25
Gorontalo
125
26
151
26
Sulawesi Tengah
893
48
941
27
Sulawesi Selatan
733
72
805
28
Sulawesi Barat
148
15
163
29
Sulawesi Tenggara
365
8
373
30
Maluku
283
44
327
31
Maluku Utara
96
12
108
32
Papua
327
36
363
33
Papua Barat
153
14
167
21.647
4.684
26.331
INDONESIA
Sumber Data: Laporan Pelayanan Kontrasepsi, BKKBN Keterangan: *) Data sampai dengan bulan Agustus 2013
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
88
Tabel 3.7 Sarana Pendidikan (Sekolah) di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2008 s/d 2010 Jenis Sekolah 2008/2009 No
Provinsi TK
Jenis Sekolah 2009/2010
Sekolah Sekolah Sekolah Menengah Menengah Dasar Pertama Atas
TK
Jenis Sekolah 2009/2010
Sekolah Sekolah Sekolah Menengah Menengah Dasar Pertama Atas
TK
Sekolah Sekolah Sekolah Menengah Menengah Dasar Pertama Atas
1
Aceh
1.111
3.691
1.114
660
1.318
3.855
1.200
708
1.498
3.904
1.222
743
2
Sumatera Utara
1.067
9.610
2.966
2.033
1.149
9.213
3.061
2.088
1.245
10.076
3.080
2.179
3
Sumatera Barat
1.943
4.176
1.016
596
1.865
4.149
1.051
618
1.950
4.268
1.068
611
4
Riau
1.345
3.704
1.344
650
1.389
3.496
1.383
708
1.472
3.768
1.418
762
5
Kep. Riau
362
692
275
161
397
753
317
163
455
866
329
188
6
Jambi
785
2.550
827
453
961
2.519
867
477
1.002
2.608
887
504
7
Sumatera Selatan
1.059
4.967
1.471
843
1.007
4.704
1.537
869
1.189
5.000
1.558
908
8
Kep. Bangka Belitung
198
810
211
128
222
815
215
129
226
820
217
130
9
Bengkulu
422
1.422
406
218
425
1.352
426
227
467
1.447
442
234
10 Lampung
1.710
5.296
1.706
852
1.856
5.601
1.797
886
2.049
5.297
1.846
962
11 DKI Jakarta
1.845
3.467
1.236
1.156
1.955
3.468
1.250
1.178
1.857
3.420
1.260
1.189
12 Jawa Barat
5.891
23.086
5.359
3.094
6.195
23.045
5.537
3.416
5.955
23.203
5.877
3.752
13 Banten
1.415
5.212
1.618
956
1.366
5.589
1.784
988
1.599
5.353
1.790
1.150
14 Jawa Tengah
12.690
23.474
4.344
2.369
13.036
23.402
4.464
2.500
12.862
23.484
4.540
2.592
15 DI Yogyakarta
2.098
2.411
505
397
2.030
1.910
516
405
2.112
2.080
539
395
15.769
25.601
6.088
3.380
15.976
26.015
6.349
3.590
16.413
26.636
6.507
3.737
17 Bali
1.176
2.485
370
297
1.164
2.496
387
306
1.239
2.482
395
317
18 Nusa Tenggara Barat
1.227
3.602
1.134
641
1.177
3.487
1.191
680
1.236
3.733
1.236
773
19 Nusa Tenggara Timur
1.142
4.688
872
414
1.087
4.503
946
415
1.147
4.700
967
444
517
4.365
1.174
519
565
4.162
1.229
557
605
4.434
1.258
580
21 Kalimantan Tengah
721
2.766
596
294
882
2.834
667
309
884
2.764
679
333
22 Kalimantan Selatan
1.620
3.455
809
346
1.793
3.460
827
362
1.799
3.414
853
386
987
2.260
749
460
1.005
2.286
765
478
1.016
2.338
771
482
1.144
2.338
641
312
1.228
2.441
660
338
1.228
2.276
694
363
551
930
290
107
472
960
298
114
627
948
310
122
26 Sulawesi Tengah
1.076
2.808
712
367
1.198
2.882
721
362
1.149
2.926
737
379
27 Sulawesi Selatan
2.793
6.570
1.732
978
3.115
6.785
1.802
1.043
3.214
6.927
1.838
1.101
28 Sulawesi Barat
367
1.256
312
152
507
1.353
330
168
513
1.412
362
190
29 Sulawesi Tenggara
994
2.110
650
334
1.077
2.308
704
372
1.129
2.349
721
617
30 Maluku
317
1.686
566
285
310
1.703
596
297
351
1.827
614
315
31 Maluku Utara
236
1.419
361
220
259
1.208
373
234
266
1.336
385
267
32 Papua
342
2.022
432
238
377
1.920
461
246
378
2.271
473
261
33 Papua Barat
181
823
183
92
187
817
177
101
194
964
204
130
65.101
165.752
42.069
24.002
67.550
165.491
43.888
25.332
69.326
169.331
45.077
27.096
16 Jawa Timur
20 Kalimantan Barat
23 Kalimantan Timur 24 Sulawesi Utara 25 Gorontalo
INDONESIA
Sumber data: Statistik Indonesia, 2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
89
Tabel 3.8 Rasio Jumlah Penduduk Usia Sekolah terhadap Jumlah Sekolah di Indonesia Tahun 2010
No
Provinsi
Jumlah Jumlah Sekolah Penduduk Usia 2009/2010 Sekolah 1.825.374 7.184
Rasio 254,1
1
Aceh
2
Sumatera Utara
11.531.511
15.761
731,6
3
Sumatera Barat
1.862.879
7.797
238,9
4
Riau
2.201.848
7.055
312,1
5
Kepulauan Riau
597.511
1.659
360,2
6
Jambi
1.177.657
4.863
242,2
7
Sumatera Selatan
2.883.439
8.239
350,0
8
Bangka Belitung
454.114
1.390
326,7
9
Bengkulu
665.201
2.449
271,6
10
Lampung
2.841.459
10.214
278,2
11
DKI Jakarta
3.294.135
8.179
402,8
12
Jawa Barat
15.937.519
38.593
413,0
13
Banten
4.180.540
9.822
425,6
14
Jawa Tengah
10.863.030
43.649
248,9
15
DI Yogyakarta
1.084.769
4.986
217,6
16
Jawa Timur
12.073.536
46.238
261,1
17
Bali
1.240.384
2.215
560,0
18
Nusa Tenggara Barat
1.741.144
6.585
264,4
19
Nusa Tenggara Timur
1.927.129
6.989
275,7
20
Kalimantan Barat
1.742.064
6.559
265,6
21
Kalimantan Tengah
857.411
4.717
181,8
22
Kalimantan Selatan
1.351.891
6.490
208,3
23
Kalimantan Timur
1.317.066
4.601
286,3
24
Sulawesi Utara
789.245
4.720
167,2
25
Gorontalo
407.940
1.857
219,7
26
Sulawesi Tengah
1.030.819
5.187
198,7
27
Sulawesi Selatan
3.108.016
12.966
239,7
28
Sulawesi Barat
480.236
2.371
202,5
29
Sulawesi Tenggara
925.455
4.501
205,6
30
Maluku
638.891
2.932
217,9
31
Maluku Utara
428.811
2.091
205,1
32
Papua
1.215.643
3.049
398,7
33
Papua Barat
312.282
1.298
240,6
Sumber Data: SP 2010, Statistik Indonesia 2012 - BPS RI
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
90
Tabel 3.9 Jumlah Tenaga Guru di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2008 s/d 2010 Jenis Sekolah 2008/2009 No
Provinsi TK
Jenis Sekolah 2009/2010
Sekolah Sekolah Sekolah Menengah Menengah Dasar Pertama Atas
TK
Jenis Sekolah 2009/2010
Sekolah Sekolah Sekolah Menengah Menengah Dasar Pertama Atas
TK
Sekolah Sekolah Sekolah Menengah Menengah Dasar Pertama Atas
1
Aceh
3.777
46.561
24.957
19.439
5.639
55.778
26.740
20.958
6.079
55.575
24.401
19.259
2
Sumatera Utara
3.710
90.474
57.133
52.093
4.922
99.245
58.405
54.259
5.013
111.644
53.577
40.621
3
Sumatera Barat
5.797
45.078
25.449
21.579
5.901
44.470
25.955
22.683
4.927
42.851
24.567
19.209
4
Riau
4.739
41.903
20.944
15.008
4.845
42.999
22.128
16.419
5.201
47.923
21.325
15.012
5
Kep. Riau
1.344
8.286
4.322
3.733
1.385
10.040
4.464
4.048
1.546
10.623
4.021
3.241
6
Jambi
2.255
28.113
13.622
10.589
3.237
26.967
13.477
11.005
2.407
28.520
13.054
8.831
7
Sumatera Selatan
3.902
58.272
28.676
23.573
4.023
58.661
30.589
24.087
4.091
60.838
25.219
17.469
8
Kep. Bangka Belitung
603
7.940
3.078
3.034
958
8.627
3.189
3.071
768
8.306
2.989
2.512
9
Bengkulu
1.269
14.791
7.297
6.115
2.022
14.245
7.118
6.488
1.156
16.439
7.605
5.779
10
Lampung
5.399
59.241
30.559
22.819
6.439
60.688
27.438
23.453
6.975
63.764
28.232
17.396
11
DKI Jakarta
7.739
35.389
26.749
36.394
7.885
41.247
26.488
36.336
10.303
42.671
24.686
25.056
12
Jawa Barat
16.440
215.667
120.508
79.726
21.698
232.364
126.571
89.304
21.008
233.824
113.932
66.186
13
Banten
14
Jawa Tengah
15
4.856
57.368
32.256
23.086
5.167
63.111
36.473
24.336
5.962
63.624
31.094
20.292
29.414
224.532
109.462
75.182
32.628
229.615
104.126
77.935
24.978
205.574
90.140
59.883
DI Yogyakarta
4.128
29.449
13.178
14.654
6.846
22.778
14.304
15.201
5.965
21.686
11.900
12.672
16
Jawa Timur
41.139
276.557
133.960
95.391
46.528
284.267
141.501
105.390
42.049
290.866
128.096
80.758
17
Bali
3.135
23.534
13.026
12.227
4.402
24.863
12.740
13.148
4.548
25.296
10.996
8.959
18
Nusa Tenggara Barat
3.154
42.494
24.268
18.060
4.381
40.929
25.003
19.131
3.197
41.039
21.808
15.423
19
Nusa Tenggara Timur
2.307
41.354
14.426
10.216
2.705
42.241
15.504
12.107
1.970
43.943
14.751
10.098
20
Kalimantan Barat
1.517
36.247
13.631
10.734
1.996
41.818
15.628
12.278
2.130
40.725
13.178
8.741
21
Kalimantan Tengah
2.093
17.676
6.714
5.810
2.550
21.808
7.983
6.500
3.697
25.395
8.978
6.272
22
Kalimantan Selatan
4.540
35.961
13.733
9.213
6.460
35.976
13.013
9.627
5.752
36.951
13.115
8.216
23
Kalimantan Timur
3.246
24.652
12.019
10.448
3.397
24.846
11.328
11.102
4.353
30.612
11.781
9.207
24
Sulawesi Utara
3.877
18.832
8.886
7.370
2.512
19.407
9.170
7.976
2.694
19.485
8.909
6.301
25
Gorontalo
1.654
9.036
4.494
2.989
1.475
9.373
4.354
3.244
1.748
9.789
4.469
2.654
26
Sulawesi Tengah
3.496
20.436
10.341
8.062
3.904
24.466
11.549
8.429
2.706
23.930
10.267
6.938
27
Sulawesi Selatan
6.836
67.728
34.002
25.711
10.157
75.918
36.049
28.254
8.778
74.411
34.474
22.540
28
Sulawesi Barat
639
13.073
5.405
3.732
1.741
13.209
5.079
3.869
1.185
12.370
4.385
2.622
29
Sulawesi Tenggara
2.414
23.903
12.098
8.921
3.106
23.942
12.121
9.824
3.762
27.836
11.092
8.243
30
Maluku
601
15.997
7.247
6.402
746
15.580
7.450
6.500
938
17.698
7.345
6.355
31
Maluku Utara
571
7.751
4.676
4.496
784
9.036
5.110
4.725
805
9.433
4.706
3.293
32
Papua
1.076
13.678
6.150
5.627
1.355
12.648
6.329
5.816
1.147
11.596
4.893
4.546
33
Papua Barat
284
5.424
2.884
2.438
499
5.763
2.688
2.712
412
4.736
2.205
1.735
177.951 1.657.397
846.150
654.871
212.293 1.736.925
870.064
700.215
198.250 1.759.973
792.190
546.319
INDONESIA Sumber data: Statistik Indonesia, 2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
91
Tabel 3.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Fasilitas Buang Air Besar Tahun 2011 No
Provinsi
Sendiri
Bersama
Umum
Tidak Ada
1
Aceh
60,35
7,18
7,20
25,27
2
Sumatera Utara
74,89
7,39
3,60
14,12
3
Sumatera Barat
54,66
9,56
5,78
30,00
4
Riau
83,82
6,03
1,24
8,91
5
Kep. Riau
82,04
12,24
1,63
4,09
6
Jambi
68,13
8,84
3,50
19,53
7
Sumatera Selatan
64,59
10,77
4,17
20,47
8
Kep. Bangka Belitung
71,75
4,41
1,52
22,32
9
Bengkulu
66,57
8,24
1,65
23,54
10
Lampung
76,97
11,66
1,32
10,05
11
DKI Jakarta
76,30
18,41
4,84
0,45
12
Jawa Barat
67,60
14,02
6,40
11,98
13
Banten
62,92
11,72
2,52
22,84
14
Jawa Tengah
64,52
13,80
2,47
19,21
15
DI Yogyakarta
69,82
24,89
0,71
4,58
16
Jawa Timur
61,62
15,09
1,55
21,74
17
Bali
65,49
20,72
0,67
13,12
18
Nusa Tenggara Barat
41,85
16,35
2,89
38,91
19
Nusa Tenggara Timur
62,35
13,78
2,43
21,44
20
Kalimantan Barat
64,67
6,70
2,22
26,41
21
Kalimantan Tengah
53,60
24,94
8,84
12,62
22
Kalimantan Selatan
63,80
14,94
7,80
13,46
23
Kalimantan Timur
80,96
9,90
3,59
5,55
24
Sulawesi Utara
63,42
18,53
2,84
15,21
25
Gorontalo
33,06
17,40
10,97
38,57
26
Sulawesi Tengah
50,88
9,21
5,61
34,30
27
Sulawesi Selatan
62,30
13,29
2,42
21,99
28
Sulawesi Barat
44,86
10,42
2,79
41,93
29
Sulawesi Tenggara
58,63
10,45
2,80
28,12
30
Maluku
49,53
13,28
8,45
28,74
31
Maluku Utara
49,88
12,95
15,04
22,13
32
Papua
46,55
10,13
4,31
39,01
33
Papua Barat
54,83
18,55
13,24
13,38
Indonesia
65,20
13,37
3,65
17,78
Sumber data: Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2011
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
92
Tabel 3.11 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Fasilitas Air Minum Tahun 2011 No
Provinsi
Sendiri
Bersama
Umum
Tidak Ada
1
Aceh
71,92
15,20
10,46
2,42
2
Sumatera Utara
64,87
14,58
16,09
4,46
3
Sumatera Barat
60,69
22,22
12,96
4,13
4
Riau
72,22
12,71
4,27
10,80
5
Kep. Riau
63,30
19,53
16,50
0,67
6
Jambi
63,97
17,75
6,88
11,40
7
Sumatera Selatan
58,64
24,93
9,38
7,05
8
Kep. Bangka Belitung
43,39
37,57
16,81
2,23
9
Bengkulu
71,58
20,80
6,56
1,06
10
Lampung
69,29
23,77
5,01
1,93
11
DKI Jakarta
79,64
18,55
1,32
0,49
12
Jawa Barat
61,56
24,90
12,39
1,15
13
Banten
63,04
22,97
12,24
1,75
14
Jawa Tengah
64,55
25,97
7,95
1,53
15
DI Yogyakarta
62,57
34,19
1,97
1,27
16
Jawa Timur
60,76
29,71
8,33
1,20
17
Bali
55,02
29,66
12,41
2,91
18
Nusa Tenggara Barat
30,10
49,57
18,34
1,99
19
Nusa Tenggara Timur
18,89
33,99
44,30
2,82
20
Kalimantan Barat
39,68
10,77
9,60
39,95
21
Kalimantan Tengah
46,95
19,43
17,12
16,50
22
Kalimantan Selatan
52,79
20,93
13,16
13,12
23
Kalimantan Timur
68,53
18,06
7,90
5,51
24
Sulawesi Utara
47,54
29,86
18,41
4,19
25
Gorontalo
36,66
41,31
17,13
4,90
26
Sulawesi Tengah
50,91
25,11
18,08
5,90
27
Sulawesi Selatan
46,02
38,20
13,55
2,23
28
Sulawesi Barat
40,59
30,68
22,37
6,36
29
Sulawesi Tenggara
41,72
37,48
19,63
1,17
30
Maluku
24,79
29,89
43,31
2,01
31
Maluku Utara
40,33
30,60
26,54
2,53
32 33
Papua
31,16
22,36
30,52
15,96
Papua Barat
41,62
27,46
23,12
7,80
Indonesia
58,69
25,92
11,74
3,65
Sumber data: Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2011
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
93
Tabel 3.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Sumber Penerangan, 2012 No
Provinsi
Listrik PLN
Listrik NonPLN
Petromak/ Pelita/Sentir/ Aladin Obor
Lainnya*
Lainnya
1
Aceh
95,44
1,05
1,41
2,06
0,04
3,51
2
Sumatera Utara
92,5
2,31
1,21
3,88
0,1
5,19
3
Sumatera Barat
90,37
3,07
1,35
4,6
0,61
6,56
4
Riau
66,78
25,85
0,51
6,56
0,3
7,37
5
Kep. Riau
84,02
11,6
1,08
3,21
0,09
4,38
6
Jambi
84,73
10,77
0,54
3,76
0,2
4,5
7
Sumatera Selatan
86,21
6,66
0,11
6,96
0,07
7,14
8
Kep. Bangka Belitung
84,52
11,74
0,1
3,21
0,43
3,74
9
Bengkulu
89,61
7,53
0,25
2,48
0,12
2,85
10
Lampung
87,5
10,37
0,19
1,3
0,64
2,13
11
DKI Jakarta
99,97
0
0
0,03
0
0,03
12
Jawa Barat
98,45
0,82
0,02
0,48
0,23
0,73
13
Banten
99,33
0,34
0,01
0,3
0,03
0,34
14
Jawa Tengah
99,47
0,13
0
0,41
0
0,41
15
DI Yogyakarta
98,6
1,08
0,11
0,21
0
0,32
16
Jawa Timur
98,71
0,24
0,15
0,85
0,05
1,05
17
Bali
98,96
0,24
0
0,75
0,05
0,8
18
Nusa Tenggara Barat
92,68
3,1
0,24
3,94
0,05
4,23
19
Nusa Tenggara Timur
52,07
14,8
0,13
32,13
0,87
33,13
20
Kalimantan Barat
74,2
11,54
0,24
13,57
0,46
14,27
21
Kalimantan Tengah
67,42
13,79
1,93
15,06
1,8
18,79
22
Kalimantan Selatan
88,58
6,22
1,36
3,6
0,23
5,19
23
Kalimantan Timur
80,12
14,73
0,89
2,65
1,62
5,16
24
Sulawesi Utara
96,05
2,73
0,15
1,04
0,04
1,23
25
Gorontalo
79,99
6,56
0,15
13,07
0,24
13,46
26
Sulawesi Tengah
87,99
4,89
0,45
6,09
0,57
7,11
27
Sulawesi Selatan
81,89
7,02
0,02
10,95
0,12
11,09
28
Sulawesi Barat
74,35
7,35
4,26
14,03
0
18,29
29
Sulawesi Tenggara
59,13
25,18
0
15,6
0,09
15,69
30
Maluku
74,63
5,89
0,47
18,72
0,29
19,48
31
Maluku Utara
67,49
17,08
0,47
14,96
0
15,43
32
Papua
61,44
19,22
0,31
17,37
1,65
19,33
33
Papua Barat
33,7
8,16
0,67
24,34
33,13
58,14
92,08
3,84
0,3
3,16
0,62
4,08
Indonesia
Sumber data: Diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS Data Susenas Triwulan III-2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
94
Tabel 3.13 Persentase dan Cakupan Imunisasi pada Balita di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012
1
Aceh
77.6
76.8
67.6
57.6
83.6
75.5
64.5
67.5
59.6
56.1
31.4
59.8
Semua vaksinasi dasar tanpa Hepatitis B 49.7
2
Sum atera Utara
80.4
76.7
68.4
61.1
87.0
81.5
65.3
67.6
57.3
47.0
18.1
64.2
50.8
3
Sum atera Barat
89.0
81.8
74.7
62.9
92.2
79.4
73.8
78.8
67.8
62.3
36.8
69.5
59.4
4
Riau
82.4
84.2
78.2
67.0
86.6
81.6
69.0
80.4
71.9
60.4
35.1
70.8
57.6
5
Jam bi
79.1
80.7
76.3
69.3
82.3
80.7
69.6
77.5
73.6
68.4
49.6
76.7
65.7
6
Sum atera Selatan
90.1
88.3
77.9
69.5
90.6
79.4
68.6
84.6
71.2
63.2
32.6
80.1
63.3
7
Bengkulu
88.9
92.9
84.8
71.9
91.1
89.7
77.9
87.8
78.2
69.6
18.7
82.1
66.7
8
Lam pung
95.3
95.8
86.0
74.1
95.8
91.9
79.4
95.9
86.2
65.6
38.8
89.3
68.9
9
Bangka Belitung
84.7
81.4
78.6
72.8
87.8
79.4
76.4
87.8
77.6
64.2
56.0
74.9
70.2
10
Kepulauan Riau
85.2
85.0
78.3
74.2
87.8
84.8
76.2
79.3
77.1
72.1
36.0
75.7
65.3
11
DKI Jakarta
93.3
92.3
84.2
77.5
95.3
88.7
82.8
87.7
78.8
68.3
39.1
86.5
73.2
12
Jawa Barat
94.1
91.8
81.8
73.8
95.2
88.7
77.0
89.2
78.0
69.5
41.8
81.1
65.6
13
Jawa Tengah
91.8
94.2
89.7
82.7
95.6
92.6
87.3
92.6
85.0
78.9
64.7
92.6
78.7
14
DI Yogyakarta
100.0
100.0
100.0
96.4
100.0
100.0
97.5
98.8
96.1
93.7
77.5
97.1
93.5
15
Jawa Tim ur
96.8
95.7
90.7
83.6
96.5
92.3
86.7
93.1
80.7
75.8
54.4
87.8
77.2
16
Banten
82.0
78.7
68.7
49.1
83.5
73.6
54.9
74.5
53.8
43.1
23.3
61.4
37.9
17
Bali
98.7
96.3
93.6
89.2
98.7
94.8
89.2
97.2
85.7
80.0
60.3
93.1
87.0
18
Nus a Tenggara Barat
92.2
92.9
85.1
70.7
92.9
91.8
75.5
90.9
75.7
58.5
33.7
89.9
66.0
19
Nus a Tenggara Tim ur
87.6
91.7
83.8
76.4
93.3
89.5
81.6
90.9
81.7
77.6
47.0
82.7
73.1
20
Kalim antan Barat
79.5
77.4
71.8
62.8
80.2
74.4
66.9
79.8
71.8
62.6
35.8
71.6
57.5
21
Kalim antan Tengah
72.3
67.2
57.3
52.5
79.7
69.2
57.5
67.6
54.7
49.9
27.5
64.2
45.9
22
Kalim antan Selatan
83.1
79.2
69.1
62.1
84.4
78.1
72.1
74.2
68.1
63.3
36.5
73.6
61.4
23
Kalim antan Tim ur
91.6
94.1
86.4
80.4
95.3
90.2
83.0
92.8
81.9
67.5
51.4
89.0
76.6
24
Sulawes i Utara
97.3
94.0
89.4
84.2
94.1
88.5
84.2
89.8
82.4
74.8
49.6
87.5
77.1
25
Sulawes i Tengah
86.3
86.0
77.7
71.5
85.3
78.3
76.1
84.0
71.0
61.7
31.2
82.9
67.2
26
Sulawes i Selatan
82.2
79.6
69.4
60.3
85.0
74.7
61.1
76.4
60.7
53.5
39.0
71.9
48.7
27
Sulawes i Tenggara
87.8
87.2
84.6
75.7
89.5
86.6
78.3
83.2
76.6
71.0
32.5
81.4
70.5
28
Gorontalo
94.5
90.3
81.1
71.5
93.1
79.8
72.3
93.0
74.7
64.9
47.8
91.6
67.4
29
Sulawes i Barat
71.7
70.5
58.3
49.8
74.9
68.2
56.4
71.3
52.1
47.0
32.5
60.9
43.4
30
Maluku
76.6
71.1
59.9
46.9
78.4
66.5
53.6
69.3
60.3
50.4
20.6
65.1
44.2
31
Maluku Utara
91.1
92.0
83.4
62.2
91.0
84.4
68.0
85.9
78.7
54.7
21.1
83.4
55.1
32
Papua Barat
72.3
74.5
69.5
58.1
75.9
69.5
59.6
70.4
66.6
58.2
29.9
62.9
50.7
33
Papua
59.4
51.9
48.0
35.3
51.6
49.0
43.4
50.3
45.4
36.2
14.1
49.0
34.0
Jum lah
89.3
88.1
80.7
72.0
91.2
85.5
75.9
85.3
74.5
66.3
42.4
80.1
65.6
No
1
Provinsi
BCG
DPT 1
DPT 2
DPT 3
Polio 1
Polio 2
Polio 3
Hepatitis 0
Hepatitis 1
Hepatitis 2
Hepatitis 3
Campak
Imunisasi BCG, Campak, 4 dosis Hepatitis B, 3 dosis DPT dan polio kecuali polio 4
Sumber da ta : SDKI, 2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
95
95
Tabel 3.14 Persentase Wanita Umur 15-49 tahun yang sedang Hamil di Indonesia menurut Provinsi Tahun 1997 - 2012 Wanita Umur 15-49 tahun yang sedang Hamil No
Provinsi 1997
2002-03
2007
2012
1
Aceh
3,9
-
6,1
5,2
2
Sumatera Utara
3,7
4,0
3,6
5,8
3
Sumatera Barat
5,5
5,7
3,8
5,7
4
Riau
6,0
5,0
4,6
6,1
5
Jambi
4,1
6,7
5,3
5,3
6
Sumatera Selatan
5,7
2,5
3,1
4,6
7
Bengkulu
3,5
4,2
3,9
6,1
8
Lampung
4,4
4,4
4,0
4,8
9
Bangka Belitung
-
2,9
5,5
4,3
10
Kepulauan Riau
-
-
4,7
4,7
11
DKI Jakarta
3,7
3,8
3,8
4,1
12
Jawa Barat
5,2
4,4
4,1
4,4
13
Jawa Tengah
3,5
3,4
3,5
4,0
14
DI. Yogyakarta
2,8
3,3
4,4
3,4
15
Jawa Timur
3,6
3,5
2,6
2,9
16
Banten
-
4,3
3,4
3,7
17
Bali
4,7
3,8
3,5
3,1
18
Nusa Tenggara Barat
5,4
5,9
4,9
4,8
19
Nusa Tenggara Timur
5,2
6,0
6,2
6,2
20
Kalimantan Barat
4,3
3,9
5,1
5,3
21
Kalimantan Tengah
4,2
5,5
7,1
5,5
22
Kalimantan Selatan
4,3
4,3
5,7
3,8
23
Kalimantan Timur
4,1
6,1
5,7
5,2
24
Sulawesi Utara
4,6
3,9
4,1
3,6
25
Sulawesi Tengah
6,0
6,0
4,0
5,3
26
Sulawesi Selatan
4,7
3,8
4,1
3,9
27
Sulawesi Tenggara
4,4
6,7
5,6
5,7
28
Gorontalo
-
6,8
3,8
4,1
29
Sulawesi Barat
30
Maluku
31
-
-
6,3
4,6
5,0
-
5,1
4,5
Maluku Utara
-
-
6,5
5,3
32
Papua Barat
-
-
4,7
5,2
33
Papua
5,9
-
4,2
2,5
Jumlah
4,4
4,1
3,9
4,3
Sumber data: SDKI 1997, 2002-03, 2007, 2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
96
Tabel 3.15 Persentase yang dilahirkan di Fasilitas Kesehatan di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012
No
Provinsi
Kelahiran di Fasilitas Kesehatan
1
Aceh
52,9
2
Sumatera Utara
47,8
3
Sumatera Barat
74,5
4
Riau
50,8
5
Jambi
41,1
6
Sumatera Selatan
55,7
7
Bengkulu
34,7
8
Lampung
61,4
9
Bangka Belitung
64,3
10
Kepulauan Riau
81,8
11
DKI Jakarta
96
12
Jawa Barat
63,3
13
Jawa Tengah
75,2
14
DI. Yogyakarta
93,6
15
Jawa Timur
84,6
16
Banten
60,6
17
Bali
97,6
18
Nusa Tenggara Barat
74,3
19
Nusa Tenggara Timur
20
Kalimantan Barat
40,8
21
Kalimantan Tengah
22,3
22
Kalimantan Selatan
35,5
23
Kalimantan Timur
63,1
24
Sulawesi Utara
59,4
25
Sulawesi Tengah
30,5
26
Sulawesi Selatan
47,7
27
Sulawesi Tenggara
21,7
28
Gorontalo
40,5
29
Sulawesi Barat
16,2
30
Maluku
21,6
31
Maluku Utara
20,6
32
Papua Barat
38,3
33
Papua
26,8
41
Jumlah
63
Sumber data: SDKI, 2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
97
Tabel 3.16 Persentase penolong persalinan di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012
Penolong Persalinan No
Provinsi
Tenaga Profesional*)
Dukun
Saudara/ Teman
Lainnya
Tidak Tidak ada tahu/tidak menjawab
Jumlah
1
Aceh
89,8
9,0
0,2
0,2
0,2
0,6
100,0
2
Sumatera Utara
88,4
7,6
3,3
0,1
0,4
0,3
100,0
3
Sumatera Barat
90,5
8,5
0,2
0,0
0,0
0,7
100,0
4
Riau
86,4
11,7
1,1
0,0
0,0
0,8
100,0
5
Jambi
75,7
22,4
1,9
0,0
0,0
0,0
100,0
6
Sumatera Selatan
85,1
13,6
0,9
0,0
0,0
0,5
100,0
7
Bengkulu
87,2
11,3
0,9
0,0
0,0
0,6
100,0
8
Lampung
84,6
13,3
0,7
0,4
0,6
0,3
100,0
9
Bangka Belitung
89,3
8,3
1,3
0,0
0,5
0,7
100,0
10
Kepulauan Riau
94,7
3,7
0,4
0,0
0,0
1,2
100,0
11
DKI Jakarta
98,7
0,5
0,1
0,0
0,0
0,7
100,0
12
Jawa Barat
80,3
17,3
0,7
0,3
0,4
1,1
100,0
13
Jawa Tengah
93,6
5,2
0,5
0,2
0,2
0,5
100,0
14
DI. Yogyakarta
98,0
1,5
0,0
0,0
0,0
0,4
100,0
15
Jawa Timur
89,8
9,2
0,6
0,4
0,0
0,1
100,0
16
Banten
77,3
21,7
0,5
0,0
0,2
0,3
100,0
17
Bali
98,7
0,6
0,5
0,0
0,0
0,2
100,0
18
Nusa Tenggara Barat
81,7
16,4
0,4
0,2
0,6
0,6
100,0
19
Nusa Tenggara Timur
56,8
29,9
10,7
0,8
0,2
1,7
100,0
20
Kalimantan Barat
72,2
25,7
0,5
0,1
0,0
1,5
100,0
21
Kalimantan Tengah
70,2
27,7
1,2
0,0
0,3
0,6
100,0
22
Kalimantan Selatan
80,1
19,3
0,4
0,0
0,0
0,2
100,0
23
Kalimantan Timur
83,8
14,1
2,2
0,0
0,0
0,0
100,0
24
Sulawesi Utara
85,8
12,4
0,2
0,6
0,2
0,8
100,0
25
Sulawesi Tengah
62,9
25,6
11,2
0,0
0,0
0,3
100,0
26
Sulawesi Selatan
75,8
17,8
3,9
0,1
0,9
1,5
100,0
27
Sulawesi Tenggara
65,9
29,6
3,3
0,0
0,2
1,0
100,0
28
Gorontalo
74,9
23,4
1,2
0,0
0,2
0,3
100,0
29
Sulawesi Barat
43,3
43,5
11,2
0,0
1,2
0,8
100,0
30
Maluku
49,9
46,0
2,9
0,0
0,2
1,1
100,0
31
Maluku Utara
51,5
40,8
4,3
0,4
2,4
0,6
100,0
32
Papua Barat
62,6
12,8
16,0
4,6
1,5
2,5
100,0
33
Papua
39,9
9,3
42,2
4,0
3,2
1,3
100,0
83,1
13,5
2,2
0,3
0,3
0,7
100,0
Jumlah Sumber data: SDKI, 2012
Keterangan : *) Penolong persalinan termasuk dokter, dokter kandungan, peraw at, bidan, dan bidan desa
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
98
Tabel 3.17 Jumlah Kumulatif Kasus HIV dan AIDS Berdasarkan Provinsi Tahun 2013 (sd Juni)
No
Provinsi
1
Aceh
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
4
Riau
5
Jambi
6
Sumatera Selatan
7
Bengkulu
8
Lampung
9
Bangka Belitung
10
Kepulauan Riau
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
13
Jawa Tengah
14
DI. Yogyakarta
15
Jawa Timur
16
Banten
17
Bali
18
Nusa Tenggara Barat
19
Nusa Tenggara Timur
20
Kalimantan Barat
21
Kalimantan Tengah
22
Kalimantan Selatan
23
Kalimantan Timur
24
Sulawesi Utara
25
Sulawesi Tengah
26
Sulawesi Selatan
27
Sulawesi Tenggara
28
Gorontalo
29
Sulawesi Barat
30
Maluku
31
Maluku Utara
32
Papua Barat
33
Papua Jumlah
HIV
AIDS
106 7.078 777 1.503 512 1.288 176 832 380 3.200 24.807 8.161 5.406 1.693 14.285 2.764 7.073 574 1.389 3.760 136 227 1.957 1.881 226 3.178 139 30 33 1.032 161 1.965 11.871 108.600
137 515 802 859 384 322 160 242 270 382 6.299 4.131 2.990 782 6.900 916 3.344 379 496 1.699 93 134 332 715 127 1.547 186 60 4 355 123 187 7.795 43.667
Sumber data: Ditjen PP dan PL, Kemenkes, 2013
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
99
Tabel 3.18 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Kepandaian Membaca dan Menulis Tahun 2006 dan 2011
No
Provinsi
2006
2007
2008
2009
2010
2011
1
Aceh
94,85
95,13
96,39
96,87
97,26
95,84
2
Sumatera Utara
97,00
97,04
97,36
97,53
97,60
96,83
3
Sumatera Barat
96,35
96,49
97,00
97,21
97,40
96,20
4
Riau
97,54
97,53
97,98
98,31
98,51
97,61
5
Jambi
95,26
95,39
95,83
96,07
96,33
95,52
6
Sumatera Selatan
96,91
96,97
97,37
97,53
97,66
96,65
7
Bengkulu
94,50
94,56
95,26
95,54
95,85
95,13
8
Lampung
93,70
93,90
94,40
95,05
95,25
95,02
9
Kep. Bangka Belitung
95,33
95,24
95,71
95,87
95,88
95,60
10
Kep. Riau
95,77
96,03
96,29
96,46
97,49
97,67
11
DKI Jakarta
98,34
98,83
98,84
99,01
99,19
98,83
12
Jawa Barat
95,52
95,85
96,07
96,44
96,62
95,96
13
Jawa Tengah
89,56
89,91
90,46
90,64
91,02
90,34
14
DI Yogyakarta
87,53
88,86
90,25
90,98
91,62
91,49
15
Jawa Timur
88,36
88,66
88,60
89,01
89,47
88,52
16
Banten
95,60
95,76
95,78
96,44
96,60
96,25
17
Bali
87,14
87,32
88,22
88,48
89,49
89,17
18
Nusa Tenggara Barat
81,65
82,44
82,49
82,80
83,49
83,24
19
Nusa Tenggara Timur
87,98
88,53
88,99
89,66
90,16
87,63
20
Kalimantan Barat
90,31
90,61
89,84
90,94
91,43
90,03
21
Kalimantan Tengah
96,80
96,98
97,52
97,68
97,78
96,86
22
Kalimantan Selatan
94,60
94,67
95,59
95,90
96,34
95,66
23
Kalimantan Timur
95,96
96,13
96,71
97,18
97,36
96,99
24
Sulawesi Utara
99,00
98,94
99,17
99,27
99,35
98,85
25
Sulawesi Tengah
95,37
95,29
96,01
96,25
96,50
94,51
26
Sulawesi Selatan
87,28
87,72
88,10
88,67
89,16
88,07
27
Sulawesi Tenggara
91,24
91,64
92,21
92,66
92,90
91,29
28
Gorontalo
95,89
95,81
95,72
96,18
96,39
94,69
29
Sulawesi Barat
87,49
87,86
88,81
89,19
89,91
87,61
30
Maluku
96,89
97,16
97,55
97,77
97,79
96,63
31
Maluku Utara
95,04
95,22
95,91
96,22
96,52
96,01
32
Papua Barat
89,23
90,62
92,19
93,60
95,59
92,41
33
Papua
71,58
76,85
74,43
72,23
70,41
64,08
92,39
92,74
93,05
93,41
93,66
92,81
INDONESIA
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007, 2008, 2009, 2010, 2011
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
100
Tabel 3.19
Angka Partisipasi Sekolah ( A P S ) Menurut Provinsi, 2012
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
2012**
Provinsi 7-12
13-15
16-18
19-24
Aceh
99,35
94,41
74,44
28,67
Sumatera Utara
98,59
90,85
69,73
17,36
Sumatera Barat
98,38
90,79
71,38
27,64
Riau
98,14
87,64
65,79
16,00
Kepulauan Riau
98,27
94,96
69,72
9,6
Jambi
98,65
90,83
59,11
15,23
Sumatera Selatan
98,04
88,52
58,31
13,55
Kep Bangka Belitung
97,74
83,52
50,89
8,67
Bengkulu
98,96
92,63
66,71
19,32
Lampung
98,59
90,03
59,8
11,6
DKI Jakarta
98,97
93,79
60,81
17,79
Jawa Barat
98,34
88,51
55,69
12,09
Banten
98,29
90,97
58,58
15,55
Jawa Tengah
98,87
89,59
58,56
11,78
DI Yogyakarta
99,77
98,32
80,22
44,32
Jawa Timur
98,66
91,7
61,68
14,35
Bali
99,2
95,15
70,8
18,62
Nusa Tenggara Barat
98,19
91,55
60,75
17,59
Nusa Tenggara Timur
96,12
88,68
62,15
18,36
Kalimantan Barat
96,63
85,22
54,65
14,18
Kalimantan Tengah
98,5
85,55
54,06
13,65
Kalimantan Selatan
97,9
85,35
57,55
16,68
Kalimantan Timur
99,17
96,53
71,16
19,22
Sulawesi Utara
98,22
88,5
65,43
16,25
Gorontalo
97,52
82,57
57,82
20,07
Sulawesi Tengah
96,54
84,42
59,6
16,23
Sulawesi Selatan
97,59
87,69
61,6
22,76
Sulawesi Barat
95,66
81,13
56,37
14,21
Sulawesi Tenggara
97,41
87,85
65,26
23,7
98,3
94,66
68,4
29,00
Maluku Utara
98,24
90,87
68,26
21,7
Papua
75,34
68,99
50,66
13,8
Papua Barat
95,56
91,65
67,18
19,9
Indonesia
97,95
89,66
61,06
15,84
Maluku
Sumber data: BPS-RI, Susenas 2012 Note: ** M ulai tahun 2007 dan tahun-tahun berikutnya APS mencakup pendidikan non formal (paket A setara SD/M I, paket B setara SM P/M Ts dan paket C setara SM /SM K/M A)
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
101
Tabel 3.20
Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan Formal dan Non Formal Tahun 2011
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
PROVINSI Aceh Sum atera Utara Sum atera Barat Riau Kepulauan Riau Jam bi Sum atera Selatan Kep, Bangka Belitung Bengkulu Lam pung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Tim ur Bali Nus a Tenggara Barat Nus a Tenggara Tim ur Kalim antan Barat Kalim antan Tengah Kalim antan Selatan Kalim antan Tim ur Sulawes i Utara Gorontalo Sulawes i Tengah Sulawes i Selatan Sulawes i Barat Sulawes i Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat INDONESIA
SD Laki-laki 92,87 91,61 94,25 90,82 92,77 93,06 91,17 91,51 93,32 92,83 91,95 93,04 92,71 91,00 91,8 92,18 91,57 92,41 92,35 92,16 92,38 92,67 92,18 86,54 87,84 90,14 89,51 89,12 89,16 88,48 90,59 70,56 88,44 91,56
Perempuan 92,24 91,3 92,58 92,57 91,3 92,28 88,33 90,7 92,15 89,98 87,57 91,41 91,59 89,3 92,19 91,55 89,06 92,97 91,89 92,21 92,11 91,27 92,27 85,21 92,46 89,82 89,45 89,61 88,45 87,5 89,23 69,63 88,1 90,46
SMP Total 92,57 91,46 93,47 91,67 92,01 92,69 89,79 91,12 92,75 91,47 89,79 92,26 92,18 90,19 91,98 91,88 90,39 92,69 92,13 92,18 92,25 92,01 92,23 85,91 90,04 89,99 89,48 89,35 88,8 88 89,95 70,13 88,28 91,03
Laki-laki 72,58 67,05 63,52 61,51 74,4 62,53 62,99 55,81 67,78 63,61 71,57 69,58 71,13 67,85 67,79 71,48 65,99 76,62 52,33 57,4 65,55 63,83 71,74 59,8 60,11 60,56 62,44 58,6 65,27 62,91 65,49 45,34 59,03 67,01
SMU
Perempuan 77,09 68,99 71,36 70,38 72,27 71,08 65,34 65,08 69,41 69,9 65,94 69,57 71,12 71,89 70,5 72,09 72,94 76,78 61,36 60,26 67,24 67,92 73,15 62,74 58,2 62,91 68,19 62,38 63,39 65,85 66,41 46,85 56,19 69,32
Total 74,76 67,96 67,1 65,98 73,34 66,54 64,12 60,19 68,55 66,56 68,85 69,57 71,12 69,77 69,15 71,77 69,16 76,7 56,74 58,75 66,35 65,79 72,4 61,22 59,17 61,74 65,29 60,34 64,31 64,33 65,92 46,03 57,66 68,12
Laki-laki 61,82 55,34 48,44 50,27 52,65 47,55 42,97 38,77 47,08 40,45 52,18 43,53 47,12 47,15 60,51 51,11 63,56 53,95 38,37 34,77 42,34 42,22 52,98 43,85 38,94 48,18 48,2 46,83 51,83 50,12 48,86 32,54 49,09 47,64
Perempuan 61,02 60,35 60,33 55,89 56,2 49,73 48,1 43,5 53,07 50,46 46,7 41,3 45,16 47,54 58,9 47,43 57,47 53,91 43,28 37,71 45,8 43,82 56,38 58,02 50,24 45,66 47,59 46,83 52,48 55,21 55,51 32,34 46,62 48,31
Total 61,43 57,83 54,05 53,07 54,25 48,55 45,34 40,91 49,91 45,06 49,27 42,5 46,17 47,34 59,68 49,32 60,54 53,93 40,84 36,28 43,93 43,01 54,58 50,55 44,33 46,99 47,89 46,83 52,16 52,64 51,88 32,45 47,88 47,97
Sumber data: Stati sti k Kesej ahteraan Rakyat 2011
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
102
102
Tabel 3.21 Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke-atas Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2011
No
Provinsi
2011 Laki-laki Perempuan
1
Aceh
9,1
8,6
2
Sumatera Utara
9,1
8,5
3
Sumatera Barat
8,5
8,3
4
Riau
8,8
8,4
5
Jambi
8,4
7,6
6
Sumatera Selatan
8,1
7,5
7
Bengkulu
8,5
8,0
8
Lampung
7,9
7,4
9
Bangka Belitung
7,9
7,2
10
Kep. Riau
9,8
9,5
11
DKI Jakarta
10,9
9,9
12
Jawa Barat
8,3
7,5
13
Jawa Tengah
7,6
6,7
14
DI Yogyakarta
9,7
8,6
15
Jawa Timur
7,8
6,8
16
Banten
8,9
7,9
17
Bali
9,1
7,6
18
Nusa Tenggara Barat
7,5
6,4
19
Nusa Tenggara Timur
7,1
6,6
20
Kalimantan Barat
7,3
6,4
21
Kalimantan Tengah
8,2
7,7
22
Kalimantan Selatan
8,0
7,3
23
Kalimantan Timur
9,5
8,8
24
Sulawesi Utara
8,8
8,9
25
Sulawesi Tengah
8,2
7,8
26
Sulawesi Selatan
8,0
7,5
27
Sulawesi Tenggara
8,6
7,8
28
Gorontalo
7,0
7,6
29
Sulawesi Barat
7,3
6,6
30
Maluku
8,9
8,6
31
Maluku Utara
8,6
7,8
32
Papua Barat
9,3
8,3
33
Papua
6,6
5,0
INDONESIA
8,3
7,5
Sumber data: Statistik Kesejahteraan Rakyat: 2011
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
103
Tabel 3.22 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Provinsi, 2007 - 2011 (Juta Rupiah)
No
Provinsi
2007
2008
2009
2010*)
2011**)
1
Aceh
71,093,359.40
73,547,550.72
71,986,954.00
77,983,775.69
85,537,965.91
2 3
Sumatera Utara
181,819,737.32
213,931,696.78
236,353,615.83
275,700,207.28
314,156,937.46
Sumatera Barat
59,799,045.30
70,954,515.42
76,752,937.71
87,221,254.06
98,917,269.39
4 5
Riau
210,002,560.30
276,400,129.95
297,173,028.31
345,661,313.79
413,350,122.80
Jambi
32,076,677.16
41,056,483.56
44,127,005.65
53,816,693.02
63,268,138.39
6
Sumatera Selatan
7
Bengkulu
109,895,707.00
133,664,987.00
137,331,848.00
157,534,956.00
181,776,073.00
12,874,344.46
14,915,886.85
16,385,364.18
18,649,601.15
21,150,289.62
8 9
Lampung
60,921,966.22
73,719,258.60
88,934,860.61
108,378,506.78
128,408,894.93
Kep. Bangka Belitung
17,895,016.56
21,421,340.26
22,997,898.59
26,565,031.61
30,254,777.26
10
Kep. Riau
51,826,271.88
58,574,996.29
63,892,937.49
71,614,514.31
80,242,793.63
11
DKI Jakarta
566,449,360.08
677,044,743.16
757,696,594.05
862,089,736.64
982,540,043.96
12
Jaw a Barat
526,220,225.16
633,283,483.36
689,841,314.34
771,593,860.47
861,006,347.79
13
Jaw a Tengah
312,428,807.09
367,135,954.90
397,903,943.75
444,692,014.59
498,614,636.36
14
DI. Yogyakarta
32,916,736.41
38,101,684.50
41,407,049.50
45,625,589.50
51,782,092.43
15
Jaw a Timur
536,981,881.91
621,391,674.61
686,847,557.72
778,565,772.46
884,143,574.81
16
Banten
122,843,946.60
139,864,778.32
152,556,215.59
171,690,413.57
192,218,910.27
17
Bali
44,003,379.64
51,916,170.34
60,292,239.32
66,690,598.13
73,478,161.87
18
Kalimantan Barat
43,540,865.48
49,132,965.97
54,281,172.42
60,501,505.09
66,780,221.81
19
Kalimantan Tengah
27,931,949.58
32,760,167.75
37,161,800.06
42,620,950.16
49,072,507.10
20
Kalimantan Selatan
39,438,767.06
45,843,793.53
51,460,175.70
59,821,156.82
68,234,880.54
21
Kalimantan Timur
222,628,920.93
314,813,520.84
285,590,821.55
321,904,879.64
390,638,617.39
22
Sulaw esi Utara
24,081,132.54
28,697,756.23
33,033,609.80
36,911,814.52
41,505,118.26
23
Sulaw esi Tengah
23,218,709.21
28,727,505.31
32,461,331.62
37,319,062.92
44,317,854.52
24
Sulaw esi Selatan
69,271,924.56
85,143,191.27
99,954,589.75
117,862,210.18
137,389,879.40
25
Sulaw esi Tenggara
17,953,074.41
22,202,848.01
25,655,940.66
28,369,031.41
32,032,498.80
26
Gorontalo
4,760,695.43
5,906,736.28
7,069,054.18
8,056,512.92
9,153,669.04
27
Sulaw esi Barat
6,192,785.57
8,296,605.60
9,403,378.61
10,986,624.75
12,895,358.24
28
Nusa Tenggara Barat
33,522,225.01
35,314,731.04
44,014,619.43
49,559,794.14
48,729,106.73
29
Nusa Tenggara Timur
19,136,982.17
21,655,869.37
24,179,412.16
27,738,760.20
31,204,406.40
30
Maluku
5,698,799.37
6,269,957.84
7,069,642.15
8,084,807.44
9,594,886.01
31
Maluku Utara
3,160,041.71
3,862,243.13
4,691,161.48
5,389,831.57
6,056,973.74
32
Papua Barat
10,367,278.69
13,975,126.50
18,144,492.99
26,879,612.63
36,170,455.69
33
Papua Jumlah 33 Provinsi
55,380,453.41
61,516,238.47
76,886,679.01
87,776,576.67
76,370,616.08
3,556,333,627.61 4,271,044,591.76 4,653,539,246.22 5,293,856,970.11 6,020,994,079.64
Catatan : Perbedaan antara jumlah PDRB 33 PROVINSI dan PDB Indonesia antara lain disebabkan oleh diskrepansi statistik *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sumber data: Badan Pusat Statistik, 2007-2011
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
104
Tabel 3.23 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi, 2007 - 2011 (Juta Rupiah)
No
Provinsi
2007
2008
2009
2010*)
2011**)
1
Aceh
35,983,090.79
34,097,992.47
32,219,086.32
33,118,170.55
34,779,702.73
2
Sumatera Utara
99,792,273.27
106,172,360.10
111,559,224.81
118,640,902.74
126,450,621.90
3
Sumatera Barat
32,912,968.59
35,176,632.43
36,683,238.69
38,860,187.68
41,276,406.36
4
Riau
86,213,259.46
91,085,381.81
93,786,236.58
97,707,498.51
102,605,913.65
5
Jambi
14,275,161.32
15,297,770.57
16,274,907.72
17,470,653.43
18,962,396.90
6
Sumatera Selatan
55,262,114.00
58,065,455.00
60,452,944.00
63,858,153.00
68,011,310.00
7
Bengkulu
7,037,404.03
7,441,873.08
7,859,919.71
8,336,018.75
8,869,250.28
8
Lampung
32,694,889.62
34,443,151.77
36,256,295.04
38,378,425.12
40,829,411.29
9
Kep. Bangka Belitung
9,464,539.15
9,899,925.78
10,270,106.49
10,879,422.58
11,575,263.56
10
Kep. Riau
34,713,813.64
37,014,735.92
38,318,828.63
41,075,858.84
43,816,718.59
11
DKI Jakarta
332,971,254.83
353,723,390.53
371,469,499.10
395,633,574.64
422,162,570.82
12
Jaw a Barat
274,180,307.83
291,205,836.70
303,405,250.51
322,223,816.79
343,111,243.18
13
Jaw a Tengah
159,110,253.77
168,034,483.29
176,673,456.57
186,995,480.65
198,226,349.47
14
DI. Yogyakarta
18,291,511.71
19,212,481.03
20,064,256.65
21,044,041.54
22,129,706.62
15
Jaw a Timur
288,404,312.28
305,538,686.62
320,861,168.91
342,280,765.51
366,984,301.20
16
Banten
75,349,610.92
79,700,684.04
83,453,729.29
88,525,884.79
94,222,355.05
17
Bali
24,449,885.70
25,910,325.54
27,290,945.61
28,880,686.20
30,753,674.05
18
Kalimantan Barat
26,019,737.63
27,438,791.32
28,756,875.70
30,299,808.07
32,100,656.04
19
Kalimantan Tengah
15,754,508.67
16,726,459.02
17,657,791.69
18,803,675.62
20,070,727.71
20
Kalimantan Selatan
25,922,287.52
27,593,092.50
29,051,630.55
30,674,123.86
32,552,849.54
21
Kalimantan Timur
98,386,381.52
103,206,871.34
105,564,937.57
110,886,682.21
115,244,165.43
22
Sulaw esi Utara
14,344,302.07
15,902,073.26
17,149,624.49
18,376,750.93
19,734,270.17
23
Sulaw esi Tengah
13,961,146.12
15,047,428.54
16,207,595.71
17,626,173.79
19,239,945.04
24
Sulaw esi Selatan
41,332,426.29
44,549,824.55
47,326,078.38
51,199,899.85
55,116,919.80
25
Sulaw esi Tenggara
9,331,719.95
10,010,586.35
10,768,577.19
11,650,187.12
12,661,942.71
26
Gorontalo
2,339,217.51
2,520,672.95
2,710,737.05
2,917,491.33
3,141,458.12
27
Sulaw esi Barat
3,567,816.12
3,998,502.00
4,239,460.87
4,744,309.49
5,238,359.96
28
Nusa Tenggara Barat
16,369,220.45
16,831,600.88
18,874,403.52
20,069,888.61
19,432,291.68
29
Nusa Tenggara Timur
10,902,404.44
11,429,772.58
11,920,601.87
12,543,821.97
13,249,720.21
30
Maluku
3,633,475.12
3,787,271.11
3,993,139.25
4,251,356.30
4,507,336.14
31
Maluku Utara
2,501,175.13
2,651,107.75
2,812,039.15
3,035,648.37
3,230,209.77
32
Papua Barat
33
Papua Jumlah 33 Provinsi
5,934,315.82
6,399,528.24
7,286,977.24
9,366,407.50
11,916,133.71
19,200,297.42
18,931,841.59
23,138,444.49
22,407,284.20
21,137,537.80
1,890,607,082.70 1,999,046,590.66 2,094,358,009.37 2,222,763,050.54 2,363,341,719.46
Catatan : Perbedaan antara jumlah PDRB 33 PROVINSI dan PDB Indonesia antara lain disebabkan oleh diskrepansi statistik *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sumber data: Badan Pusat Statistik, 2007-2011
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
105
Tabel 3.24 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2009 - 2012
No
Provinsi
Jum lah Penduduk Miskin (dalam juta) 2009
2010
2011
2012
892,80
861,85
Persentase Penduduk Miskin 2009
2010
2011
2012
1
Aceh
894,81
909,04
21,80
20,98
19,57
19,46
2
Sumatera Utara
1.499,70
1.490,89
1.481,31
1.407,25
11,51
11,31
11,33
10,67
3
Sumatera Barat
429,30
430,02
442,09
404,74
9,54
9,50
9,04
8,19
4
Riau
527,50
500,26
482,05
483,07
9,48
8,65
8,47
8,22
5
Kep. Riau
128,20
241,61
129,56
131,22
8,27
8,34
7,4
7,11
6
Jambi
7
Sumatera Selatan
8
Kep. Bangka Belitung
249,70
1.125,73
272,67
271,67
8,77
15,47
8,65
8,42
1.167,90
324,93
1.074,81
1.057,03
16,28
18,30
14,24
13,78
76,60
1.479,93
72,06
71,36
7,46
18,94
5,75
5,53
9
Bengkulu
324,10
67,75
303,60
311,66
18,59
6,51
10
Lampung
1.558,30
129,66
1.298,71
1.253,83
20,22
11
DKI Jakarta
323,20
312,18
363,42
363,20
3,62
12
Jaw a Barat
4.983,60
4.773,72
4.648,63
4.477,53
13
Banten
788,10
5.369,16
690,49
14
Jaw a Tengah
5.725,70
577,30
5.107,36
15
DI Yogyakarta
585,80
5.529,30
16
Jaw a Timur
6.022,60
758,16
17
Bali
181,70
174,93
18
Nusa Tenggara Barat
1.050,90
19
Nusa Tenggara Timur
20
Kalimantan Barat
17,5
17,7
16,93
16,18
3,48
3,75
3,69
11,96
11,27
10,65
10,09
652,80
7,64
16,56
6,32
5,85
4.977,36
17,72
16,83
15,76
15,34
560,88
565,32
17,23
15,26
16,08
16,05
5.356,21
5.070,98
16,68
7,16
14,23
13,4
166,23
168,78
5,13
4,88
4,2
4,18
1.009,35
894,77
852,64
22,78
21,55
19,73
18,63
1.013,10
1.014,09
1.012,90
1.012,52
23,31
23,03
21,23
20,88
434,80
428,76
380,11
363,31
9,30
9,02
8,6
8,17
21
Kalimantan Tengah
165,90
164,22
146,91
148,05
7,07
6,77
6,56
6,51
22
Kalimantan Selatan
176,00
181,96
194,62
189,88
5,12
5,21
5,29
5,06
23
Kalimantan Timur
239,20
243,00
247,90
253,34
7,73
7,66
6,77
6,68
24
Sulaw esi Utara
219,60
206,72
194,90
189,12
9,79
9,10
8,51
8,18
25
Gorontalo
224,60
474,99
198,27
186,91
25,01
18,07
18,75
17,33
26
Sulaw esi Tengah
489,80
913,43
423,63
418,64
18,98
11,60
15,83
15,4
27
Sulaw esi Selatan
963,60
400,70
832,91
825,79
12,31
17,05
10,29
10,11
28
Sulaw esi Barat
158,20
209,89
164,86
160,46
15,29
23,19
13,89
13,24
29
Sulaw esi Tenggara
434,30
141,33
330,00
316,33
18,93
13,58
14,56
13,71
30
Maluku
380,00
378,63
360,32
350,23
28,23
27,74
23
21,78
31
Maluku Utara
98,00
91,07
97,31
91,79
10,36
9,42
9,18
8,47
32
Papua
760,30
256,25
944,79
966,59
37,53
34,88
31,98
31,11
33
Papua Barat
256,80
761,62
249,84
229,99
35,71
36,80
32.529,90
31.023,39
30.018,93
29.132,40
14,15
13,33
INDONESIA
8,05
31,92 12,49
Sumber data: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia tahun, 2013
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
106
28,2 11,96
Tabel 3.25 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2010
No
Provinsi
Laki-laki
Perempuan
Total
1
Aceh
77,2
44,9
60,8
2
Sumatera Utara
79,5
46,3
62,6
3
Sumatera Barat
78,1
43,9
60,5
4
Riau
82,0
32,8
58,1
5
Jambi
83,9
42,0
63,3
6
Sumatera Selatan
81,6
49,8
65,9
7
Bengkulu
83,1
55,6
69,6
8
Lampung
84,1
50,0
67,6
9
Kep.Bangka Belitung
85,4
34,8
61,2
10
Kep. Riau
86,6
41,5
64,6
11
DKI Jakarta
80,6
42,0
61,5
12
Jawa Barat
80,6
35,8
58,5
13
Jawa Tengah
82,2
55,5
68,6
14
DI Yogyakarta
77,6
59,7
68,4
15
Jawa Timur
82,4
51,3
66,6
16
Banten
78,5
36,8
58,1
17
Bali
83,1
64,5
73,8
18
Nusa Tenggara Barat
77,5
53,2
64,7
19
Nusa Tenggara Timur
81,2
65,7
73,2
20
Kalimantan Barat
83,2
53,2
68,5
21
Kalimantan Tengah
86,1
51,3
69,5
22
Kalimantan Selatan
83,5
48,6
66,1
23
Kalimantan Timur
83,0
34,6
60,2
24
Sulawesi Utara
79,4
34,9
57,5
25
Sulawesi Tengah
84,2
47,3
66,1
26
Sulawesi Selatan
84,2
47,3
66,1
27
Sulawesi Tenggara
81,8
52,0
66,7
28
Gorontalo
80,7
40,0
60,2
29
Sulawesi Barat
85,0
55,3
70,0
30
Maluku
74,3
46,4
62,8
31
Maluku Utara
78,6
46,4
62,8
32
Papua Barat
77,4
44,5
62,0
33
Papua
83,6
68,3
76,3
Indonesia
81,2
46,8
64,0
Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 2010
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
107
Tabel 3.26 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2010
No
Provinsi
Laki-laki
Perempuan
Total
1
Aceh
1,4
3,1
2,0
2
Sumatera Utara
1,9
3,7
2,6
3
Sumatera Barat
1,5
2,9
2,0
4
Riau
1,6
4,8
2,5
5
Jambi
1,0
2,6
1,5
6
Sumatera Selatan
1,4
2,8
2,0
7
Bengkulu
1,0
2,0
1,4
8
Lampung
1,2
2,5
1,7
9
Kep.Bangka Belitung
1,0
3,6
1,7
10
Kep. Riau
2,5
5,0
3,3
11
DKI Jakarta
3,0
5,3
3,8
12
Jawa Barat
3,0
6,0
3,9
13
Jawa Tengah
2,4
3,5
2,9
14
DI Yogyakarta
2,3
2,7
2,5
15
Jawa Timur
1,7
2,7
2,1
16
Banten
2,8
5,7
3,7
17
Bali
1,0
1,4
1,1
18
Nusa Tenggara Barat
1,5
2,6
2,0
19
Nusa Tenggara Timur
0,8
1,3
1,0
20
Kalimantan Barat
1,3
2,4
1,7
21
Kalimantan Tengah
0,9
2,4
1,4
22
Kalimantan Selatan
1,3
2,1
1,6
23
Kalimantan Timur
2,8
6,1
3,7
24
Sulawesi Utara
2,2
8,9
4,2
25
Sulawesi Tengah
0,9
3,0
1,7
26
Sulawesi Selatan
1,4
3,0
2,0
27
Sulawesi Tenggara
1,1
2,6
1,7
28
Gorontalo
0,8
2,4
1,3
29
Sulawesi Barat
0,7
1,9
1,2
30
Maluku
1,4
3,0
2,0
31
Maluku Utara
0,6
1,6
1,0
32
Papua Barat
2,1
4,0
2,7
33
Papua
0,8
1,2
1,0
2,0
3,6
2,6
Indonesia Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 2010
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
108