PROPOSAL PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT ANXIETAS DENGAN DERAJAT

Download PROPOSAL PENELITIAN. HUBUNGAN TINGKAT ANXIETAS DENGAN DERAJAT. HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI YANG. RAWAT JALAN DI ...

0 downloads 607 Views 918KB Size
i

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT ANXIETAS DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI YANG RAWAT JALAN DI RSU ANUTAPURA PALU TAHUN 2018

TEMA :KEDOKTERAN KLINIS

KARINA EKA PRATIWI NO. REGISTER: 14 777 007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU 2018

ii

iii

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Muka Halaman Persetujuan Daftar Isi

i

Daftar Tabel

iv

Daftar Gambar

v

Daftar Singkatan

vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1

B. Perumusan Masalah

3

C. Pertanyaan Penelitian

3

D. Hipotesis Penelitian

3

E. Tujuan Penelitian

4

1. Tujuan Umum

4

2. Tujuan Khusus

4

F. Manfaat Penelitian

5

1. Untuk Pengembangan Ilmu

5

2. Untuk Aplikasi

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

7

1. Anxietas

7

a. Definisi

7

b. Epidemiologi

8

c. Etiologi

10

d. Tingkat Kecemasan

11

e. Gambaran Klinik

12

f. Faktor-faktor

yang

Mempengaruhi

Tingkat

15

Kecemasan g. Diagnosis

17

iv

h. Penatalaksana

18

i. Komplikasi

21

j. Pencegahan

21

2. Hipertensi

23

a. Definisi

23

b. Epidemologi

24

c. Klasifikasi

26

d. Etiologi

27

e. Patogenesis

27

f. Gambaran Klinik

29

g. Diagnosis

30

h. Pengendalian

33

i.

Penatalaksanaan

33

j.

Komplikasi

38

k. Prognosis

39

B. Kerangka Teori

40

C. Kerangka Konsep

41

D. Definisi Operasional

42

DAFTAR PUSTAKA

43

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Design Penelitian

46

B. Waktu dan Tempat Penelitian

46

C. Populasi dan Subyek Penelitian

47

1. Populasi Penelitian

47

2. Subyek Penelitian

47

D. Kriteria Penelitian

47

1.

Kriteria Inklusi

47

2.

Kriteria Eksklusi

47

E. Besar Sampel

48

F. Cara Pengambilan Sampel

48

G. Alur Penelitian

49

v

H. Prosedur Penelitian

49

I.

Rencana Pengelolaan Data

52

J.

Aspek Etika

52

BAB IV LAMPIRAN A. Lampiran 1. Jadwal Penelitian

54

B. Lampiran 2. Naskah Penjelasan

56

C. Lampiran 3. Formulir Persetujuan Subyek

57

D. Lampiran 4. Daftar Tim dan Biodata Peneliti

59

E. Lampiran 5. Daftar Alat

61

F. Lampiran 6. Formulir-formulir

61

1. Kuesioner data demografi

61

2. Kuesioner Hipertensi

62

3. Kuesioner Kecemasan

63

G. Lampiran 7. Rincian Anggaran dan Sumber Dana

66

vi

DAFTAR TABEL

No 1.

Nama Jumlah Penderita Hipertensi di Poliklinik penyakit dalam RSU Anutapura Palu

Halaman 26

2.

Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC-VIII 2013

26

3.

Daftar Obat Hipertensi Oral

36

4.

Daftar Kombinasi Obat Hipertensi Oral

37

vii

DAFTAR GAMBAR

No

Nama

Halaman

1.

Epidemiologi Hipertensi Usia > 18 Tahun

24

2.

Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin

25

3.

Patogenesis Hipertensi

29

4.

Kerangka Teori Hipertensi

40

5.

Kerangka Konsep

41

6.

Metode dan Design Penelitian

46

7.

Alur penelitian

49

viii

DAFTAR SINGKATAN

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

Singkatan RSU HRS-A BAB BAK KEMENKES mmHg CHF Riskesdas Depkes RI JNC HDL ACE ADH NaCl LDL TSH CTC SBP DBP Lbs DASH G Mmol Oz ARB CCB ACEI BB CHF n-3 Pufa HT HPA SPSS TK SD SMP SMA

Kepanjangan Rumah Sakit Umum Hamilton Rating Scale for Axiety Buang Air Besar Buang Air Kecil Kementrian Kesehatan Milimeter Hydragynem Congestive Heart Failure Riset kesehatan dasar Departemen kesehatan Republik Indonesia Joint National Comitte High Density Lipoprotein Angiotensin I – Convertigenzyme Anti Diuretik Hormon Natrium Chlorida Loe Density Lipoprotein Thyroid Stimulating Hormon Creatinin Test Clearance Systole Blood Preassure Diastole Blood Preassure Pon ke Kilogram Dietery Approach to Stop Hypertension Gram Milimol Ons Angiotensin Receptor Blocker Calcium Channel Blocker Angiotensin converting Enzym Inhibitor Beta Blocker Congestive Heart Failure N – 3 Polyunsaturated fatty Acids Hipertensi Hipotalamus Pituitaria Adrenal Statistical Package for the Social Science Taman Kanak-kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas

1

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar belakang Masalah

Anxietas atau kecemasan adalah keadaan emosional yang tidak menyenangkan dan melibatkan ketakutan subjektif ketidaknyamanan tubuh dan memberikan gejala fisik (Katona, C. Et al. 2012) . Gangguan Cemas merupakan Gangguan yang sering dijumpai akibat interaksi faktor-faktor biopsikososial termasuk kerentanan genetik yang berinteraksi dengan kondisi tertentu menimbulkan kondisi klinis yang bermakna ( Elvira,S.,D 2017 ). National comorbidity study melaporkan bahwa satu diantara empat orang memenuhi kriteria untuk sedikitnya stu gangguan anxietas dan Terdapat prevalensi 12 bulan sebesar 17,7%. Perempuan (Prevalensi seumur hidup 30,5 %) lebih cenderung mengalami gangguan anxietas daripada laki-laki dengan prevalensi seumur hidup 19,2%

(Sadock,B.J

2017). Kecemasan dan stres dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf simpatis, yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vaskular

perifer. Efek simpatik meningkatkan tekanan darah selain itu

juga stress atau ketegangan Jiwa ( rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa Marah, dendam, rasa takut , rasa bersalah ) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan

2

memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat . Jika stres berlngsung cukup lama, tubuh berusaha mengadakan

penyesuaian

sehingga

timbul kelainan

organis atau

perubahan Patologis ( Kozier, et al, 2009 ). Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal. Di Amerika Serikat angka kejadian Hipertensi sebesar (61,2%) . Dan di Negara – Negara penghasilan Menengah India (23%) dan Rusia ( 30%) . (Gillespie D.C 2013 ;Basu.S 2013). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), di Sulawesi Tengah sendiri 28,7% (KEMENKES 2013). Penderita Hipertensi Kasus lama di Kota Palu dari Januari tahun 2017 sampai dengan bulan agustus tahun 2017 berjumlah 10.245 orang, sedangkan kasus baru berjumlah 4.701 orang. Di RSU Anutapura Palu populasi pasien Hipertensi yang rawat jalan tahun 2017 adalah 206 orang.

3

B. Rumusan Masalah Anxietas Masih merupakan masalah di seluruh dunia. Hal ini di buktikan dengan tingginya angka prevelensi Anxeitas baik di negara maju maupun terutama negara berkembang, terutama di Indonesia sendiri. Hipertensi di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu genetik, lingkungan seperti adanya Rasa cemas atau stres yang berlebihan, dan gaya hidup. Menurut data KEMENKES 2013, Prevalensi Gangguan Mental Emosional yang ditunjukkan dengan depresi atau kecemasan di Indonesia sebesar 6% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 14 juta orang,sedangkan Penderita Hipertensi di Indonesia sebesar 25,8%. Berdasarkan hal di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana Hubungan Tingkat Anxietas dengan Derajat Hipertensi pada penderita Hipertensi yang Rawat Jalan di RSU Anutapura Palu Tahun 2018?

C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana Derajat Hipertensi pada Pasien yang rawat jalan di RSU Anutapura Palu tahun 2018? 2. Bagaimana Tingkat Anxeitas pada penderita hipertensi yang rawat jalan di RSU Anutapura Palu tahun 2018?

4

3. Bagaimana

hubungan

antara

tingkat

anxietas

dengan

derajat

hipertensi pada pasien yang rawat jalan di RSU Anutapura Palu tahun 2018?

D. Hipotesis Penelitian Tingkat Anxeitas memiliki hubungan terhadap Derajat Hipertensi Pada penderita Hipertensi yang rawat jalan di RSU Anutapura Palu tahun 2018.

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum : Untuk mengetahui Hubungan tingkat

Anxietas

dengan derajat

Hipertensi pada penderita hipertensi yang rawat jalan di RSU Anutapura Palu tahun 2018

2. Tujuan Khusus : a. Untuk mengetahui Tingkat Anxeitas pada penderita hipertensi yang rawat jalan di RSU Anutapura Palu tahun 2018. b. Untuk mengetahui derajat Hipertensi pada penderita hipertensi yang rawat jalan di RSU Anutapura Palu tahun 2018. c. Untuk mengetahui hubungan tingkat Anxeitas terhadap derajat hipertensi pada penderita hipertensi yang rawat jalan di RSU Anutapura Palu tahun 2018. d. Untuk mengetahui Hipertensi mempunyai hubungan dengan anxeitas atau dengan sistem kardiovaskular.

5

F. Manfaat Penelitian 1. Untuk pengembangan ilmu a. Untuk peneliti Penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan untuk menambah wawasan serta pengetahuan terutama hubungan tingkat Anxeitas dengan derajat Hipertensi pada penderita hipertensi yang Rawat Jalan di RSU Anutapura Palu tahun 2018.

b. Untuk Peneliti lain Penelitian

ini diharapkan

dapat membantu peneliti lain untuk

menambah referensi tentang hubungan tingkat anxeitas dengan derajat Hipertensi pada penderita hipertensi yang Rawat Jalan di RSU Anutapura Palu tahun 2018. c. Untuk Institusi Pendidikan kesehatan dan fakultas Penelitian

ini

diharapkan

dapat

membantu

memperluas

ilmu

pengetahuan khususnya ilmu Kedokteran jiwa dan untuk memberikan data ilmiah tentang hubungan tingkat anxeitas dengan derajat Hipertensi pada penderita hipertensi yang Rawat Jalan di RSU Anutapura Palu tahun 2018. d. Untuk Rumah sakit Umum Anutapura Palu

6

Dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan tambahan bagi tenaga kesehatan di RSU Anutapura Palu mengenai Hubungan Tingkat Anxietas dengan Derajat Hipertensi sehingga dapat dilakukan penenganan yang tepat dan adekuat serta bisa menekan angka kejadian dan bisa mencegah terjadinya komplikasi yang berat di RSU Anutapura Palu.

2. Untuk Aplikasi Hasil penelitan ini dapat digunakan untuk promosi kesehatan yang sekaligus juga dapat digunakan untuk pemberdayaan masyarakat.

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

Landasan Teori

1. Anxeitas a. Definisi Anxietas atau kecemasan adalah keadaan emosional yang tidak menyenangkan dan melibatkan ketakutan subjektif ketidaknyamanan tubuh dan memberikan gejala fisik (Katona, C. Et al. 2012). Cemas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi (Murwani, 2008). Kecemasan dapat diekspresikan melalui respons

fisiologis, yaitu

tubuh memberi respons dengan mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis maupun parasimpatis). Sistem saraf simpatis akan mengaktifasi respons tubuh, sedangkan sistem saraf parasimpatis akan meminimalkan respons tubuh. Reaksi tubuh terhadap kecemasan adalah “fight or flight” (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar), bila korteks otak menerima rangsang akan dikirim melalui saraf simpatis ke kelenjar adrenal yang

8

akan melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) yang merangsang jantung dan pembuluh darah sehingga efeknya adalah nafas menjadi lebih dalam, nadi meningkat, dan tekanan darah meningkat

atau

hipertensi

(Suliswati dkk, 2012). Gangguan kecemasan (anxiety) merupakan gangguan perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap

utuh

(tidak

mengalami

keretakan kepribadian /splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2013). Kecemasan dan stres dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf simpatis, yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vaskular

perifer. Efek simpatik meningkatkan tekanan darah selain itu

juga stress atau ketegangan Jiwa ( rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa Marah, dendam, rasa takut , rasa bersalah ) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat . Jika stres berlngsung cukup lama, tubuh berusaha mengadakan

penyesuaian

sehingga

timbul kelainan

perubahan Patologis ( Kozier, at al, 2009 ).

b. Epidemiologi

organis atau

9

Gangguan kecemasan dan depresi di derita oleh 40 juta populasi orang dewasa di Amerika pada usia 18 tahun atau lebih (18% dari populasi). Diperkirakan 20% dari populasi dunia menderita kecemasan (Gail et all.,2002) dan sebanyak 47,7% remaja sering merasa cemas (Haryadi, 2007). Berdasarkan survei yang dilakukan pada tahun 2009 menyatakan bahwa 12% dari orang dewasa memiliki ansietas dental kategori ekstrim atau parah dan 36% dari orang dewasa memiliki kecemasan dental kategori sedang (Gow, 2011). National comorbidity study melaporkan bahwa satu diantara empat orang memenuhi kriteria untuk sedikitnya stu gangguan anxietas dan Terdapat prevalensi 12 bulan sebesar 17,7%. Perempuan (Prevalensi seumur hidup 30,5 %) lebih cenderung mengalami gangguan anxietas daripada laki-laki (Prevalensi seumur hidup 19,2%) (Sadock,B.J., 2017). Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes, Azrul Azwar, mengatakan bahwa satu dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa seperti cemas, depresi, stres sampai skizofrenia (Yosep, 2009). Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang.

prevalensi

ganggunan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala

10

depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia ( KEMENKES, 2013)

c. Etiologi Beberapa teori penyebab kecemasan pada individu antara lain (Katona, C. Et al. 2012) : 1. Biologi Tingkat GABA rendah, neurotransmiter akan mengurangi aktivitas di sistem saraf pusat, berkontribusi terhadap kegelisahan. Amigdala yang meningkat bisa menyebabkan terjadinya respons terhadap rangsangan terkait gangguan pada gangguan stres pasca trauma, fobia sosial, dan fobia spesifik. Penyalahgunaan alkohol dan benzodiazepin

juga

dapat

memperburuk

atau

menyebabkan

kegelisahan dan serangan panik.

2. Genetik beberapa resiko adalah kelainan spesifik dan ada beberapa juga non spesifik. Faktor genetik dari sengan tersebut sekitar 50%, gangguan cemas menyeluruh berhubungan genetik dengan depresi. Pobia sosial, agoraphobia, dan resiko genetik terjadi karena turunan dari kepribadian.

11

3. Masa Kecil Adanya hubungan dengan pelecehan, perpisahan. Bisa juga terjadi karena adanya tuntutan untuk berprestasi tinggi dan kesesuaian yang berlebihan. 4. stress Gangguan kecemasan bisa timbul sebagai respon terhadap tekanan hidup seperti masalah keuangan atau penyakit kronis. Gejala kecemasan juga bisa muncul jika menghadapi penyakit fisik terutama bila diagnosisnya tidak jelas.

d. Tingkat Kecemasan Menurut Towsend (dalam Tim MGBK, 2010) tingkat kecemasan dibagi menjadi : 1. Kecemasan ringan Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari - hari

dan

menyebabkan

seseorang

menjadi

waspada dan meningkatkan persepsinya. 2. Kecemasan sedang Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. 3. Kecemasan berat

12

Pada

tingkat

ini

sangat

mengurangi

persepsi

seseorang.

Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. 4. Panik Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernafas, pucat, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.

e. Gambaran Klinik Menurut Hawari (2004), tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur (instrument) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Axiety (HRS-A), yang terdiri dari 14 kelompok gejala, antara lain adalah sebagai berikut : 1. Perasaan cemas : cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan mudah tersinggung. 2. Ketegangan : merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah. 3. Ketakutan : pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas dan pada kerumunan orang banyak.

13

4. Gangguan tidur : sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi, mimpi buruk dan mimpi yang menakutkan. 5. Gangguan kecerdasan : sukar berkonsentrasi, daya ingat menurun dan daya ingat buruk. 6. Perasaan depresri (murung) : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, terbangun pada saat dini hari dan perasaan berubah-ubah sepanjang hari. 7. Gejala somatik/ fisik (otot) : sakit dan nyeri di otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk dan suara tidak stabil. 8. Gejala somatik/ fisik (sensorik) : tinnitus (telinga berdenging), penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas dan perasaan ditusuk-tusuk. 9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) : takikardi (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras, rasa lesu/ lemas seperti mau pingsan dan detak jantung menghilang/ berhenti sekejap. 10. Gejala respiratori (pernafasan) : rasa tertekan atau sempit di dada, rasa tercekik, sering menarik nafas pendek/ sesak. 11. Gejala gastrointestinal (pencernaan) : sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual,

14

muntah, BAB konsistensinya lembek, sukar BAB (konstipasi) dan kehilangan berat badan. 12. Gejala urogenital (perekmihan dan kelamin) : sering buang air kecil, tidak dapat menahan BAK, tidak datang bulan (tidak dapat haid), darah haid berlebihan, darah haid sangat sedikit, masa haid berkepanjangan, masa haid sangat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin,ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang dan impotensi. 13. Gejala autoimun : mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala pusing, kepala terasa berat, kepala terasa sakit dan bulubulu berdiri. 14. Tingkah laku/ sikap : gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kening/ dahi berkerut, wajah tegang/ mengeras, nafas pendek dan cepat serta wajah merah. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4, dengan penilaian sebagai berikut : Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan) Nilai 1 = gejala ringan Nilai 2 = gejala sedang Nilai 3 = gejala berat Nilai 4 = gejala berat sekali/ panic.

15

Masing masing nilai angka (score) dari 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu : total nilai (score) : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan, 14-20 kecemasan ringan, 21-27 = kecemasan sedang, 28-41 = kecemasan berat, 42-56 = kecemasan berat sekali (Hawari, 2004)

f. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan 1. Umur Semakin meningkatnya umur seseorang semakin baik kematangan

tingkat

seseorang walau sebenarnya tidak mutlak (Isaac,

2004). Tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari

segi

kepercayaan

masyarakat yaitu semakin tua umur seseorang semakin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah maka akan sangat mempengaruhi konsep dirinya. Umur dipandang keadaan

sebagai

suatu

yang menjadi dasar kematangan dan perkembangan

seseorang (Videbeck, 2008).

2. Jenis Kelamin Gangguan kecemasan lebih sering dialami perempuan daripada laki – laki, dikarenakan perempuan lebih peka terhadap emosinya yang pada akhirnya peka juga terhadap perasaan cemasnya.

16

Perempuan

cenderung

melihat hidup atau peristiwa yang

dialaminya dari segi detail sedangkan laki – laki cenderung global atau tidak detail (Isaac, 2004).

3. Pendidikan Sesorang dengan tingkat pendidikan yang rendah

mudah

mengalami kecemasan, karena semakin tinggi pendidikan akan mempengaruhi kemampuan berfikir seseorang (Isaac, 2004).

4. Mekanisme Koping Ketika mengalami kecemasan, seseorang akan menggunakan mekanisme

koping

untuk mengatasi

dan

ketidakmampuan

mengatasi kecemasan secara konstruktif menyebabkan terjadinya perilaku patologis (Isaac, 2004).

5. Status Kesehatan Setelah orang memasuki masa usia lanjut umumnya mulai dihinggapi

adanya

kondisi fisik

berganda, seseorang menurunkan

kapasitas

yang

yang sedang

seseorang

bersifat sakit

patologis dapat

dalam menghadapi

17

kecemasan (Isaac, 2004). Hipertensi

dapat

diartikan

sebagai

tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik diatas populasi

manula, hipertensi

didefinisikan

90

mmHg.

sebagai

Pada tekanan

sistolik ≥160 mmHg dan tekanan diastolik ≥90 mmHg (Smeltzer, 2002).

g. Diagnosis Untuk

membantu

mendiagnosa

gangguan

kecemasan

dan

mengesampingkan kondisi lain, dokter atau penyedia kesehatan mental mungkin meminta Anda untuk mengisi kuesioner psikologis. Dokter akan melakukan

pemeriksaan

fisik untuk mencari tanda-tanda bahwa

kecemasan mungkin terkait dengan kondisi medis (Tirtojiwo,2012). Kecemasan yang terjadi selama masa stres tinggi atau akibatnya peristiwa traumatis adalah normal. Dalam kebanyakan kasus, kecemasan yang disebabkan stres akan segera hilang sendiri, ketika penyebab tersebut tidak lagi menjadi perhatian. Namun, ketika kecemasan parah, mengganggu hidup hari-hari akan menyebabkan serangan panik atau tidak menjadi lebih baik dari waktu ke waktu (Tirtojiwo,2012). Untuk dapat didiagnosis dengan gangguan kecemasan, pesien harus memenuhi kriteria dijabarkan dalam Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders (DSM). Buku petunjuk ini diterbitkan oleh American Psychiatric Association dan digunakan oleh penyedia layanan kesehatan

18

mental untuk mendiagnosis kondisi mental dan oleh perusahaan asuransi untuk mengganti untuk pengobatan. Gejala dan kriteria diagnostik – berbeda untuk setiap gangguan kecemasan tertentu. Gangguan

kecemasan

kesehatan

mental

sering

seperti

terjadi

depresi

bersama atau

dengan

masalah

penyalahgunaan

obat

(Tirtojiwo,2012). Kecemasan yang terjadi selama masa stres tinggi atau akibatnya peristiwa traumatis adalah normal. Dalam kebanyakan kasus, kecemasan yang disebabkan stres akan segera hilang sendiri, ketika penyebab tersebut tidak lagi menjadi perhatian. Namun, ketika kecemasan parah, mengganggu hidup hari-hari,bisa menyebabkan serangan panik atau tidak menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, (Tirtojiwo,2012).

h. Penatalaksanaan 1. Farmakologi Antidepresan adalah Obat-obat yang mempengaruhi aktivitas kimia otak (neurotransmitter) diperkirakan memainkan peran dalam gangguan kecemasan. Contoh antidepresan digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan termasuk fluoxetine (Prozac), paroxetine

(Paxil),

escitalopram

(Lexapro),

sertraline

(Zoloft),

venlafaxine (Effexor) dan imipramine (Tofranil) ( Tirtojiwo,2012 ). Buspirone adalah obat anti-kecemasan dapat digunakan secara berkelanjutan. Seperti kebanyakan dengan antidepresan, biasanya

19

memakan

waktu

sampai

beberapa

minggu

sepenuhnya efektif. Sebuah efek samping buspirone

adalah

perasaan

kepala

ringan

untuk

yang

menjadi

umum

dari

tak lama setelah

meminumnya. Efek samping yang kurang umum termasuk sakit kepala, mual, gugup dan insomnia ( Tirtojiwo,2012 ). Benzodiazepin

Dalam

keadaan

terbatas

dokter

mungkin

meresepkan salah satu obat penenang untuk menghilangkan gejala kecemasan. Contohnya termasuk clonazepam (Klonopin), lorazepam (Ativan),

diazepam

(Valium),

chlordiazepoxide

(Librium)

dan

alprazolam (Xanax). Benzodiazepin biasanya digunakan hanya untuk menghilangkan kecemasan akut secara jangka pendek. Karena mereka dapat membentuk kecanduan (adiktif), obat ini bukan pilihan yang baik jika Pasien punya

masalah dengan penyalahgunaan

alkohol atau obat. Mereka dapat menyebabkan efek samping yang mencakup kantuk, koordinasi berkurang, dan masalah dengan keseimbangan dan memori ( Tirtojiwo,2012 ).

2. non farmakologi a). Distraksi Distraksi

merupakan

metode

untuk

menghilangkan

kecemasan dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan

20

endorfin

yang

bisa

menghambat

stimulus

cemas

yang

mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang ditransmisikan ke otak (Potter & Perry, 2005).

b). Relaksasi Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa relaksasi, meditasi, relaksasi imajinasi dan visualisasi serta relaksasi progresif (Isaacs, 2005). Pada Pasien dengan kecemasan ringan sampai sedang, teknik relaksasi sangat bermanfaat. Teknik ini digunakan oleh pasien sendiri sebagai latihan rutin setiap hari dan juga setiap kali situasi yang menimbulkan kecemasan sedang terjadi. Teknik ini mencakup teknik relaksasi progresif jacobson, yoga, pranayama,

self-hypnosis,

dan

termasuk

meditasi

transendental (Sadock,B.J,. 2017).

c). Psikoterapi Psikoterapi menggarap tekanan hidup dan kekhawatiran yang mendasari dan membuat perubahan perilaku. Psikoterapil ini dapat menjadi pengobatan yang efektif untuk mengatasi kegelisahan. Terapi perilaku kognitif adalah salah satu yang paling umum dari jenis psikoterapi untuk gangguan kecemasan.

21

Umumnya pengobatan jangka pendek,terapi perilaku kognitif berfokus

pada

pengajaran

keterampilan

khusus

untuk

mengidentifikasi pikiran dan perilaku negatif dan menggantinya dengan yang positif. Bahkan jika situasi yang tidak diinginkan tidak berubah,Anda dapat mengurangi stres dan mendapatkan kontrol lebih besar atas hidup Anda dengan mengubah cara Anda menanggapi stress tersebut (Sadock,B.J,. 2017)

i. Komplikasi Memiliki gangguan kecemasan tidak lebih dari membuat pasien khawatir. Hal ini juga dapat menyebabkan atau memperburuk, kondisi kesehatan fisik dan mental lainnya, termasuk Sulit tidur ( insomnia ), Masalah pencernaan atau usus, sakit kepala,depresi ( yang sering terjadi dengan gangguan kecemasan ) dan penyalahgunaan obat (Tirtojiwo,2012)

j. Pencegahan Sementara kebanyakan orang dengan gangguan kecemasan perlu psikoterapi atau obat untuk mendapatkan kecemasan di bawah kontrol, perubahan gaya hidup juga dapat membuat perbedaan. Berikut adalah beberapa hal yang dapat anda lakukan (Sadock,B.J,. 2017).: 1. Lakukan latihan/ olah raga. Latihan adalah peredam stres yang kuat, yang dapat meningkatkan mood Anda dan menjaga Anda tetap sehat. Lebih baik jika Anda mengembangkannya sebagai rutinitas

22

dan melakukannya juga 5 hari seminggunya. Mulailah perlahanlahan dan secara bertahap meningkatkan jumlah dan intensitas latihan yang Anda Lakukan. 2. Makan dengan baik. Hindari lemak dan makanan manis. Sertakan makanan yang kaya akan asam lemak omega-3 dan vitamin B. 3. Hindari alkohol dan obat penenang lain. Ini dapat memperburuk kecemasan. 4. Gunakan teknik relaksasi. Teknik visualisasi, meditasi dan yoga adalah contoh dari teknik relaksasi yang dapat meringankan kecemasan. 5. Jadikan tidur sebagai prioritas. Lakukan apa yang Anda bisa untuk memastikan Anda mendapatkan kualitas tidur yang cukup. Jika Anda tidak tidur dengan baik, pergilah ke dokter. 6. Berhenti merokok dan mengurangi atau berhenti minum kopi. Baik nikotin dan kafein dapat memperburuk kecemasan.

23

2. Hipertensi a. Defenisi Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling umum ditemukan dalam praktik kedokteran primer. Menurut NHLBI (National Heart, Lung, and Blood Institute) 1 dari 3 pasien menderita hipertensi (Muhadi ,2016) Hipertensi yaitu seseorang yang berdasarkan hasil pengukuran tekanan darahnya mempunyai tekanan darah sistolik >140 mmHg atau diastolik >90 mmHg. Dimana dilakukan dua kali pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk dan setidaknya dua kali kunjungan. (Ade, 2017; Bell et al, 2015; Mancia et al, 2013; Fagard et al, 2013). Hal ini terjadi akibat rusaknya faktor yang berperan mempertahankan tekanan darah tetap normal, sehingga tekanan darah mengalami peningkatan diatas normal secara tidak wajar dan terus-menerus. Dan akhirnya suplai oksigen dan nutrisi yang dibawah oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. (Ade, 2017; Dharma, 2014; Kenia et al, 2013; Yuliantini et al, 2011)

24

Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang untuk terjadi penyakit kardiovaskuler, 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure (CHF), dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung. (Rahajeng, 2009)

b. Epidemiologi

Di bagian Asia tercatat 38,4 juta penderita hipertensi pada tahun 2000 dan diprediksi akan menjadi 67,4 juta orang pada tahun 2025. (Kenia et al, 2013).

Gambar 1. Epidemiologi Hipertensi Usia > 18 Tahun. Sumber : Kemenkes, 2013

Berdasarkan data hasil pencatatan dan pelaporan Riskesdas Depkes RI Tahun 2007 prevalensi hipertensi remaja 18 tahun ke atas berjumlah

25

sekitar 31,7 % dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui menderita hipertensi dan dari 7,2%, hanya 0,4% penderita yang mengkonsumsi obat hipertensi. (Yuliantini et al, 2011; Oroh et al, 2013; Estiningsih, 2012; Evadewi et al, 2013).

Gambar 2. Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin Sumber: KEMENKES,2013

Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi

26

sebesar 0.7 persen. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen (25,8% + 0,7 %). (Kemenkes, 2013; Evadewi et al, 2013).

No

Tahun

Jumlah

%

1

2015

416

20,3

2

2016

279

16,6

3

2017

206

14,6

Tabel 1. Jumlah Penderita Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Anutapura Palu Sumber: RSU Anutapura Palu,2017

c. Klasifikasi Kategori Tekanan

Tekanan Sistolik

Tekanan Diastolik

darah

(mmHg)

(mmHg)

≤120

≤ 80

Prehipertensi

120 – 139

80 – 89

Hipertensi Stadium 1

140 – 159

90-99

Hipertensi Stadium 2

≥160

≥100

Normal

Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC-VIII 2013

27

Sumber: JNC-VIII 2013 Hipertensi diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : Prehipertensi

: sistol = 120-139, diastole = 80-89

Hipertensi grade 1 : sistol = 140-159, diastol = 90-99 Hipertensi grade 2 : sistol = ≥ 160, diastole = ≥ 100

d. Etiologi Berdasarkan penyebab, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi

esensial

atau

hipertensi

primer

yang

tidak

diketahui

penyebabnya dijumpai lebih kurang 90% dan hipertensi sekunder yang penyebabnya diketahui yaitu 10% dari seluruh hipertensi. Penyebab hipertensi terbagi atas dua yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. 1. Hipertensi primer ( esensial / idiopatik ) Hipertensi primer adalah hipertensi yang 90% penyebabnya tidak diketahui dan bukan suatu entitas tunggal. Hipertensi primer juga dapat memperlihatkan kecenderungan genetik yang dapat diperburuk oleh faktor kontribusi seperti gaya hidup dan pekerjaan seseorang. (Ilyas, 2009; Sugiharto, 2007; Estiningsih, 2012) 2. Hipertensi sekunder Hipertensi adalah hipertensi yang terjadi akibat masalah primer lain, kerusakan suatu organ atau pengaruh obat-obatan. Contoh dari hipertensi sekunder yaitu Hipertensi ginjal, hipertensi endokrin, dan hipertensi neurogenik. (Ilyas, 2009; Estiningsih, 2012)

28

e. Patogenesis Menurut penelitian Guyton, ginjal memainkan peran sentral dalam patofisiologi hipertensi esensial. tekanan darah mulai meningkat ketika ginjal

membutuhkan

cairan

lebih

tinggi

dari

biasanya

untuk

mempertahankan volume cairan ekstraseluler dalam batas normal. (Ausiello et al, 2003) Sehingga, ginjal menstimulasi saraf simpatis dan aktivasi

sistem

reninangiotensin

untuk

mempertahankan

natrium

danretensi cairan. Mekanisme

terjadinya

hipertensi

adalah

melalui

terbentuknya

angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-convertingenzyme (ACE). Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon anti diuretik (ADH) dan rasa haus. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga

menjadi

pekat

dan

tinggi

osmolalitasnya.

Untuk

mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan

29

meningkatkan volume dan tekanan darah. (Ausiello et al 2003; Estiningsih, 2012; Dharma, 2014)

Gambar 3 : Patogenesis Hipertensi Sumber : Ausiello 2012

f. Gambaran Klinik Pada umumnya hipertensi tidak menimbulkan gejala, hal inilah yang menyebabkan hipertensi dikatakan the silent killer. Seseorang akan merasakan gejala berikut bila telah menderita hipertensi selama bertahun– tahun. Gejalanya berupa sakit kepala, nyeri atau sesak pada dada, pusing, gangguan tidur, terengah-engah saat beraktifitas, jantung berdebar-debar, mimisan, kebal atau kesemutan, gelisah, mudah marah, keringat

30

berlebihan, kram otot, badan lesu, dan terjadi pembekakan di bawah mata pada pagi hari. (Utantio, 2008; Kenia et al, 2013; Estiningsih, 2012; Dharma, 2014)

g. Diagnosis Menurut Slamet Suyono, untuk mendiagnosis pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan: 1. Mengidentifikasi penyebab hipertensi. 2. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler, beratnya penyakit, serta respon terhadap pengobatan. 3. Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler yang lain atau penyakit penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan pengobatan. (Sugiharto, 2007) Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara anamnesis,

pemeriksaan

fisik,

pemeriksaan

laboratorium,

dan

pemeriksaan penunjang. Peninggian tekanan darah kadang sering merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah yang akurat. Untuk menegakkan diagnosis diperlukan beberapa hal yang dilakukan yaitu : 1. Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan lainnya. Perubahan aktifitas atau kebiasaan (seperti merokok, konsumsi makanan, riwayat dan faktor psikososial lingkungan

31

keluarga, pekerjaan, dan lain-lain). Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih dengan jarak dua menit, kemudian diperiksa ulang dengan kontra lateral. (Sugiharto, 2007) 2. Tekanan darah arteri yang normal adalah 110-120 (sistolik) dan 6580 mm (diastolik). Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada posisi duduk ataupun berbaring. Namun yang penting, lengan tangan harus dapat diletakkan dengan santai. Pada pemeriksaan ini sebaiknya tekanan darah diukur 2 atau 3 kali berturut-turut. Alat untuk mengukur tekanan darah disebut spigmomanometer. Ada beberapa jenis spigmomanometer, tetapi yang paling umum terdiri dari sebuah manset karet. Dengan alat ini, udara dapat dipompakan kedalamnya, mengembangkan manset karet tersebut dan menekan akstremitas dan pembuluh darah yang ada didalamnya. Bantalan ini juga

dihubungkan

juga

dengan

sebuah

manometer

yang

mengandung air raksa sehingga tekanan udara didalamnya dapat dibaca sesuai skala yang ada. Untuk mengukur tekanan darah, manset

karet

difiksasi

melingkari

lengan

dan

denyut

pada

pergelangan tangan diraba dengan satu tangan, sementara tangan yang lain digunakan untuk mengembangkan manset sampai suatu tekanan, dimana denyut arteri radialis tidak lagi teraba. Sebuah stetoskop diletakkan diatas denyut arteri brakialis pada fosa kubiti dan tekanan pada manset karet diturunkan perlahan dengan

32

melonggarkan katupnya. Ketika tekanan diturunkan, mula-mula tidak terdengar suara, namun ketika mencapai tekanan darah sistolik terdengar suara ketukan (tapping sound) pada stetoskop (Korotkoff fase I). Pada saat itu tinggi air raksa didalam namometer harus dicatat. Ketika tekanan didalam manset diturunkan, suara semakin keras sampai saat tekanan darah diastolik tercapai, karakter bunyi tersebut berubah dan meredup (Korotkoff fase IV). Penurunan tekanan manset lebih lanjut akan menyebabkan bunyi menghilang sama sekali (Korotkoff fase V). Tekanan diastolik dicatat pada saat menghilangnya karakter bunyi tersebut. 3. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi Menurut Arif Mansjoer, dkk., pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula arah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL). Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti klirens kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH, dan ekokardiografi. Pemerikasaan kadar ureum dan kreatinin dalam darah dipakai untuk menilai fungsi ginjal. Kadar kretinin serum lebih berarti dibandingkan dengan ureum sebagai indikator laju glomerolus (glomerolar filtration rate) yang menunjukkan derajat fungsi ginjal, Pemeriksaan yang lebih tepat

33

adalah pemeriksaan klirens atau yang lebih popular disebut creatinin clearance test (CTC). (Sugiharto, 2007)

h. Pengendalian Hipertensi tidak dapat disembuhkan namun hanya dapat dikendalikan dan dicegah melalui kontrol kesehatan secara rutin, melakukan diet rendah garam dan mengonsumsi obat secara teratur untuk mengurangi risiko komplikasi pada kardiovaskular dan organ lain yang ada pada diri pasien. (Evadewi, 2013) Adapun penerapan gaya hidup sehat yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah hipertensi yaitu : 1) Menjaga kestabilan indeks massa tubuh 2) Diet rendah garam dan lemak 3) HentiKan konsumsi rokok dan alkohol 4) Pengendalian stress 5) Pemeriksaan tekanan darah secara teratur 6) Mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk 7) Mengurangi makanan tinggi kalium, natrium dan kalsium 8) Produk susu rendah lemak 9) Aktivitas fisik hendaklah dilakukan 10) Hentikan mengkonsumsi alkohol 11) Hentikan merokok. (Dharma 2014)

i. Penatalaksanaan

34

Tujuan utama terapi anti hipertensi adalah untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit kardiovaskular dan ginjal. Karena sebagian besar orang dengan hipertensi, terutama yang usia > 50 tahun, fokus utama yaitu harus menurunkan SBP. Mengobati SBP dan DBP harus mencapai target <140/90 mmHg untuk dapat menurunkan komplikasi penyakit kardiovaskuler. Pada pasien dengan hipertensi dan diabetes atau penyakit ginjal, tujuan BP adalah <130/80 mmHg. (Gunawan, 2011; NIH, 2004) 1. Modifikasi gaya hidup Mengikuti pola hidup sehat sangat penting untuk pencegahan tekanan darah tinggi. Menurunkan 10 lbs (4,5 kg) dapat mengurangi tekanan darah dan atau mencegah hipertensi dalam sebagian besar orang yang kelebihan berat badan, meskipun yang ideal adalah untuk mempertahankan berat badan normal. (NIH 2004) Menurut

Dietary

Approaches

to

Stop

Hypertension

(DASH)

mengonsumsi makana yang kaya akan buah-buahan, sayuran, dan susu rendah lemak dapat mengurangi kolesterol jenuh dan lemak total (modifikasi seluruh diet). Diet sodium harus dikurangi tidak lebih dari 100 mmol per hari (2,4 g natrium). Setiap orang sebaiknya melakukan aktivitas fisik secara teratur seperti jalan cepat setidaknya 30 menit per hari hampir setiap hari dalam seminggu. Asupan alkohol juga harus dibatasi, tidak lebih dari 1 oz (30 ml) etanol, setara dengan dua gelas per hari untuk laki – laki, sedangkan pada wanita dan orang – orang

35

yang berbobot lebih ringan tidak diperkenankan lebih dari 0,5 oz etanol atau setara 1 gelas minuman per hari. Semua hal tersebut merupakan komponen penting dalam pengelolaan hipertensi. (NIH 2004) 2. Pengobatan farmakologi Terapi farmakologis hipertensi bertujuan untuk mengurangi volume darah (pemberian diuretik) atau menurunkan resistensi arterial. Penurunan resistensi arterial dapat dilakukan lewat vasodilatasi langsung (misalnya dengan pemberian obat hidralazin, senyawa nitrat) atau inhibisi vasokonstriksi. Inhibisis vasokonstriksi dapat dilakukan melalui penyekatan sistem simpatik (dengan preparat α-bloker), penyekatan kontraksi otot polos yang diaktifkan oleh kalsium (dengan antagonis saluran–kalsium), penyekatan aldosteron (dengan antagonis aldosteron seperti misalnya sprinolakton), dan atau penyekatan sistem rennin-angiotensin (dengan inhibitor ACE dan ARB). (Gunawan, 2011) Adapun beberapa penelitian menunjukkan bahwa tiazid dosis rendah mungkin

cara

farmakologis

yang

pada

paling

efektif

kebanyakan

untuk

pasien

memulai

hipertensi.

pengobatan Penggunaan

thiazides atau long-acting dihydropyridines pada penderita hipertensi sistolik pada orang kulit hitam, memberikan respon yang lebih baik daripada inhibitor sistem renin, baik dari segi mereduksi tekanan darah dan pencegahan komplikasi. Dan untuk mencapai terkontrolnya tekanan darah, lebih dari dua-pertiga dari pasien memerlukan

36

kombinasi dari dua atau lebih obat-obatan. (Staessen et al, 2003; NIH, 2004) Tabel 3. Daftar Obat Hipertensi Oral

37

Tabel 4. Daftar Kombinasi Obat Hipertensi Oral

Sumber : NIH, 2004

38

j. Komplikasi Penderita hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung namun dapat pula menyebabkan kerusakan organ tubuh lain secara langsung ataupun tidak langsung, adapun organ yang terkena komplikasi

dari

hipertensi

yaitu

:

otak

(iskemia,

trombosis

dan

perdarahan), kardiovaskuler (gagal jantung, infark miokard, angina pectoris), ginjal (nefrosklerosis dan gagal ginjal), dan mata (retinopati hipertensif). (Kenia et al, 2013; Estiningsih et al, 2012; Dharma, 2014; Berkowitz, 2013). Pada jantung dapat terjadi hipertrofi ventrikel kiri sampai gagal jantung, pada otak dapat terjadi strok karena pecahnya pembuluh darah serebral dan pada ginjal dapat menyebabkan penyakit ginjal kronik sampai gagal ginjal. Pada mata dapat terjadi retinopati hipertensif berupa bercak-bercak perdarahan pada retina dan edema papil nervus optikus. Selain itu, hipertensi merupakan faktor risiko terjadinya aterosklerosis dengan akibat penyakit jantung koroner (angina pectoris sampai infark miokard) dan strok iskemik. Hipertensi yang sangat berat juga dapat menimbulkan aneurisma aorta dan robeknya lapisan intima aorta (dissecting aneurisma). (Gunawan, 2011).

39

k. Prognosis Hipertensi yang tidak terkontrol akan menyebabkan peluang untuk terjadi penyakit kardiovaskuler, 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure (CHF), dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung (Rahajeng, 2009).

40

G. Kerangka Teori

Gambar 4. Kerangka Teori Hipertensi

Pada Gambar 4 nampak penjelasan Teori Hipertensi yang dimana cemas atau Anxietas Dapat mempengaruhi Amyglada dan kemudian hipotalamus mengirim pesan ke sistem endokrin sepanjang jalur utama. Dijalur pertama, Hipotalamus mengaktifkan bagian simpatetik dari sistem saraf otonom yang menstimulasi medula adrenal untuk memproduksi ephinephrine dan norephinephrine. Sedangkan dijalur lainnya pesan berjalan menuju HPA ke korteks adrenal, yang memproduksi kortisol dan hormon-hormon lainnya, sehingga dari kedua jalur tersebut akan terjadi peningkatan tekanan jantung dan Vasokontriksi perifer pada pembuluh

41

darah dan terjadilah Hipertensi yang terbagi atas Pre Hipertensi, Hipertensi Grade 1 dan Hipertensi Grade 2.

H. Kerangka Konsep

Gambar 5. Kerangka Konsep

Pada gambar 5 memperlihatkan yang diteliti untuk mengetahui hubungan Tingkat Anxietas dengan Derajat Hipertensi Pada penderita Hipertensi yang berobat jalan di RSU Anutapura Palu tahun 2018

42

I. Definisi Operasional Hipertensi yaitu pasien yang memiliki tekanan diatas 140 mm/hg, adapun pembagiannya menurut JNC VIII tahun 2013 adalah: Prehipertensi

 120 - 139 / 80 - 89

Grade 1

 140 - 159 / 90 - 99

Grade 2

 > 160 / > 100

Kecemasan adalah Keadaan Emosional yang tidak menyenangkan dan melibatkan ketakutan. Adapun cara mengukur seberapa berat cemas yang di derita penderita hipertensi dan di ukur dengan menggunakan tes Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) dimana pertama kali digunakan pada tahun 1959 yaitu dapat di golongkan: a. Ringan b. Sedang c. Berat d. Panik

43

DAFTAR PUSTAKA

1. Bell, K., Twiggs, J., Olin, B. R., 2015. Hypertension : The Silent Killer Updated JNC-8 Guideline Recommendations. Alabama Pharmacy Association 2. Mancia, G., Fagard, R., Narkiewicz, K., et all. 2013. The Task Force for the management of arterial hypertension of the European Society of Hypertension (ESH) and of the European Society of Cardiology (ESC) 3. Fagard, R., Mancia, G., 2013. Essensial Messages from ESH/ESC Guidelines for the Management of Arterial Hypertension. 4. NIH. 2004. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, NIH Publication No. 04-5230 5. Mubarak, R. 2009. Hubungan Antara Kadar Kolesterol Total dengan Hipertensi pada Kelompok Olahraga Usia Produktif di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2009. 6. Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI. 2009. Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan kesehatan 2007-2011. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia 7. Rahajeng, E., Tuminah, S., 2009. Prevalensi Hipertensi yang ditemukan di Indonesia. Artikel Penelitian. 59 : 12 8. Sarayar, C., Mulyadi, Palandeng, H. 2013. Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Pra-hemodialisis di ruang Dahlia BLU RSUP. Prof. dr. R. D. Kandau Manado. ejournal Keperawatan (e-KP) vol : 1 9. Kearney PM et al. Global burden of hypertension: analysis of worldwide data. Lancet 2005 Jan 15-21; 365(9455): 217-23 10. Kementerian Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Riskesdas 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

44

11. Materi kuliah Prof. Dr. Surya Dharma, MS, Apt. Penatalaksanaan Hipertensi. Diakses Tanggal 15 November 2017 14. Evadewi, P.K.R., Sukmayanti, L.M.K., 2013 Kepatuha mengkonsumsi obat pasien hipertensi di Denpasar ditinjau dari kepribadian Tipe A dan Tipe B. Jurnal Psikologi Udayana. Vol. 1. No. 1. 15. Ilyas, M. 2009. Hypertension in Adults: Part 1. Prevalence, types, causes and effects, in South Sudan Medical Journal, Vol 2, No 3. 16. Gunawan, S. G., 2011, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Badan Penerbit FK UI, Jakarta. 17. Staessen, J. A., Wang, J., Bianchi, G., Birkenhager, W. H. 2003. Essential Hypertension, The Lancet, Belgium, Vol. 361 18. Berkowitz, A., 2013, Patofisiologi Klinik, Binarupa Aksara Publisher, Tangerang Selatan. 19. Segal, D. L., June, A., Payne, M., Coolidge, F. L., & Yochim, B. (2010). Development and initial validation of a self-report assessment tool for anxiety among older adults: The Geriatric Anxiety Scale. Journal of Anxiety Disorders, 24, 709-714 20. Ogedegbe G, Pickering TG, Clemow L, et al. The misdiagnosis of hypertension:

the

role

of

patient

anxiety.

Arch

Intern

Med.

2008;168(22):2459–2465. 21. Fiedorowicz JG, He J, Merikangas KR. The association between mood and anxiety disorders with vascular diseases and risk factors in a nationally representative sample. J Psychosom Res. 2011;70(2):145– 154. 22. Hildrum B, Mykletun A, Stordal E, Bjelland I, Dahl AA, Holmen J. Association of low blood pressure with anxiety and depression: the Nord-Trondelag Health Study. J Epidemiol Community Health. 2007;61(1):53–58. 23. Van Ameringen M, Mancini C, Farvolden P. The impact of anxiety disorders on educational achievement. Journal of Anxiety Disorders. 2003;17:561–71.

45

24. Carole Wade, Carol Tavris. Psikologi edisi kesembilan jilid 2 2007 ; 288-289 25. Katona, C. Et al 2012. Psychiatry at a glance, fifth edition, Oxford,UK: Willey Blackwell : 30-31 26. Sadock, B. J. Et al 2017. Buku Ajar Psikiatri Klinis, Edisi kedua, Jakarta, EGC : 230-231

46

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode dan Design Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian metode analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional dimana pengambilan datanya dilakukan dengan cara metode pusposive sampling consecutive sampai didapatkan jumlah sample yang diinginkan .

Gambar 6. Metode Pusposive Sampling Consecutive

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian : Tahun 2018 setelah mendapat rekomendasi etik 2. Tempat

: Poliklinik Penyakit Dalam RSU Anutapura Palu

47

C. Populasi dan Subyek Penelitian 1. Populasi penelitian Seluruh Penderita hipertensi yang di rawat Jalan di RSU Anutapura Palu Tahun 2018 2. Subyek penelitian Seluruh penderita Hipertensi yang rawat jalan di Poliklinik RSU Anutapura pada tahun

2018

dan sesuai dengan kriteria

penelitian.

D. Kriteria Subjek Penelitian 1. Kriteria inklusi a. Penderita yang telah didiagnosis oleh dokter spesialis penyakit dalam menderita Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Anutapura tahun 2018 b. Laki-Laki dan perempuan c. Usia > 18 tahun – 65 Tahun d. Menyetujui untuk mengikuti penelitian

2. Kriteria Eksklusi a. Subyek tidak mengalami Anxeitas b. Subyek menderita penyakit penyerta selain Hipertensi seperti Diabetes Melitus

48

c. Penderita yang mengalami hipertensi dengan komplikasi yang terjadi seperti gagal jantung dan gagal ginjal

E. Besar Sampel Penelitian ini bersifat Analitik Bivarian, maka besar sampel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi pearson:

2

[

(

)

]

2

[

(

) ]

54

Zα = Derivate baku Alfa Zβ = Derivate Baku Beta 2 r = Korelasi Minimal yang Dianggap Bermakna

F. Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel dari penelitian ini adalah menggunakan teknik pusposive sampling consecutive dengan penderita hipertensi yang berada di poliklinik penyakit dalam di RSU Anutapura Palu. pusposive sampling consecutive adalah teknik pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan kriteria sampel yang diperlukan.

49

G. Alur Penelitian

©

Gambar 7. Alur Penelitian

H. Prosedur Penelitian

1. Mendata Pasien hipertensi yang berobat di RSU Anutapura Palu dengan teknik pusposive sampling consecutive yang memenuhi kriteria inklusi di ambil sampai jumlah sampel terpenuhi . 2. Calon subyek (populasi penelitian) diberi penjelasan mengenai latar belakang, tujuan, cara dan manfaat penelitian, serta hak dan kewajiban subjek penelitian, terutama hak untuk menolak ikut tanpa konsekuensi dan jaminan serta keamanan data dan penyediaan

50

data yang anonim. Kemudian meminta informed consent/izin populasi penelitian yang bersangkutan 3. Penjelasan kepada calon subyek penelitian: a. Latar belakang: angka kejadian hipertensi masih cukup tinggi. Diketahui banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi. b. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah tingkat Anxietas mempunyai hubungan dengan meningkatnya derajat hipertensi pada penderita hipertensi. c. Manfaat penelitian: apabila diketahui maka dapat menambah wawasan

mengenai

Anxietas

dan

Hipertensi

yang

bisa

mengurangi angka kejadian hipertensi. d. Kerahasiaan data serta keselamatan selama tindakan penelitian: Setiap data yang didapat akan dijaga kerahasiaannya dengan menulis data responden anonim. e. Dijelaskan juga tentang hak-hak dari subyek, yaitu hak menolak dan mengundurkan diri dari penelitian tanpa konsekuensi kehilangan

hak

mendapat

pelayanan

kesehatan

diperlukannya, hak untuk bertanya dan mendapat

yang

penjelasan

bila masih diperlukan. Subyek juga diberitahu bahwa semua biaya yang dibutuhkan dalam penelitian ini akan ditanggung oleh peneliti.

51

4. Setelah subyek mengerti dengan semua penjelasan, maka peneliti akan meminta persetujuan untuk menjadi subyek penelitian dengan menandatangani formulir persetujuan. 5. Setelah subyek penelitian setuju, subyek penelitian yang memenuhi kriteria penelitian akan diikutkan dalam penelitian tanpa paksaan dan bersifat suka rela. 6. Pengambilan data akan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah menggunakan tensi meter, pengukuran tinggi badan menggunakan meteran, pengukuran berat badan menggunakan timbangan berat badan dan mewawancarai subyek penelitian. Hasil penilaian akan ditulis pada lembar kuesioner . 7. Kemudian dilakukan pengumpulan data. 8. Setiap data diinput di komputer dan dimasukkan dalam tabel. 9. Pengolahan data menggunakan SPSS 17.0 for windows. Data yang ada akan sangat dijaga kerahasiaannya. 10. Setelah semua data diolah, dilakukan penulisan hasil sebagai laporan. Hasil penelitian kemudian disajikan secara lisan dalam ujian skripsi dan secara tulisan sebagai skripsi.

52

I. Rencana Pengelolaan Data Analisa Data yang digunakan untuk mengetahui Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Derajat Hipertensi Pada Penderita Hipertensi yang di Rawat Jalan di RSU Anutapura Palu dengan menggunakan Analisa Bivariant dengan Uji Korelasi Pearson

J. Aspek Etika Penelitian yang saya lakukan tidak mengandung masalah yang dapat melanggar etik penelitian, karena: 7. Sebelum melakukan penelitian , peneliti menjelaskan secara lengkap tentang tujuan, cara penelitian yang akan dilakukan dan dimintakan persetujuan dari setiap penderita 8. Penderita yang akan diteliti mempunyai hak untuk bertanya dan ikut ataupun menolak untuk mengikuti penelitian ini, tanpa ada paksaan dan rasa takut untuk mengikuti penelitian. 9. peneliti tidak akan mencantumkan nama penderita pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang akan diisi oleh Penderita dan Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. 10. Semua data yang peneliti ambil dari subjek penelitian akan dijaga kerahasiaan dan keamanannya 11. Penderita tidak akan dipunguti biaya dalam mengikuti penelitian

53

BAB IV

LAMPIRAN A. Lampiran 1. Jadwal Penelitian

NO. I 1 2 3 4 5 6 II 1 2 3

KEGIATAN PERSIAPAN Pembuatan Proposal Pengurusan Izin Pengurusan Rekomendasi Etik Persiapan Alat Pelatihan Seminar Proposal PELAKSANAAN Pengambilan Data Pemasukan Data Analisa Data

2015 ↔

2016 ↔

2017 ↔

1

2

3

4

5

2018 6 7 8

9

10

11

12

54

Lanjutan Lampiran 1. Jadwal Penelitian

NO.

KEGIATAN

4 Penulisan Laporan/Skripsi III PELAPORAN 1 Progres Report 2 Seminar Hasil 3 Perbaikan Laporan 4 Seminar Akhir (Ujian Skripsi) 5 Perbaikan Skripsi

2015 ↔

2016 ↔

2017 ↔

1

2

3

4

5

2018 6 7 8

9

10

11

12

55

B. Lampiran 2. Naskah Penjelasan Assalamu’alaikum Wr. Wb / Selamat pagi/siang bapak/ibu/wali dari Maaf mengganggu waktunya bapak/ibu. Saya Karina Eka Pratiwii mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat Palu angkatan 2014 yang sedang mengadakan penelitian mengenai Hubungan Tingkat kecemasan dengan Derajat tekanan darah tinggi pada Penderita tekanan darah tinggi. Kecemasan adalah penyakit yang dapat terjadi pada remaja maupun dewasa,

kecemasan dapat menyebabkan gelisah, ketakutan,

rasa khawatir yang berlebihan yang bisa menyebabkan naiknya derajat tekanan darah tinggi pada penderita tekanan darah tinggi keparahan dari penderita tersebut juga dapat menyebabkan penurunan dari kualitas hidup apabila tidak ditangani dengan cepat. Penelitian ini akan sangat bermanfaat, baik untuk peserta penelitian, orang tua, petugas medis. Dengan mengetahui tanda-tanda penyakit tekanan darah tinggi yang disertai kecemasan akan menjadi masukan untuk pemerintah dalam hal penyuluhan kesehatan sehingga masyarakat dapat memperkirakan kemungkinan dampak yang buruk akibat suatu kecemasan. Pada penelitian ini, yang saya harapkan untuk menjadi peserta penelitian adalah orang yang telah ditetapkan oleh dokter menderita penyakit Tekanan darah tinggi dan dirawat jalan di RSU Anutapura kota Palu. Dalam pengambilan data, saya lakukan dengan pemeriksaan fisik dimana akan dilakukan oleh saya sendiri, dengan memerksa tekanan

56

darah dan memberikan beberapa pertanyaan yang akan dilakukan oleh saya sendiri. Sehingga dalam penelitian ini tidak memerlukan tindakan khusus. Semua informasi tentang anda dalam penelitian ini akan disimpan tanpa nama dengan

aman dan hanya diketahui oleh peneliti. Hasil

penelitian ini akan disajikan secara langsung dan dibukukan. Apakah bapak/ibu mengerti dengan apa yang telah saya jelaskan tadi? Bila ada hal yang bapak/ibu kurang dimengerti atau kurang jelas, maka bapak/ibu tetap bisa menanyakan pada saya. Bila bapak/ibu mengerti, maka apakah bapak/ibu bersedia untuk menjadi salah satu peserta penelitian ini bila bapak/ibu memenuhi persyaratan? Persetujuan bapak/ibu ini bersifat sukarela, tanpa paksaan atau intervensi dari pihak manapun sehingga bapak/ibu mempunyai hak untuk menolak

untuk

ikutserta.

Bila

bapak/ibu

setuju,

bapak/ibu

dapat

memberikan persetujuan tersebut secara tertulis.

Identitas Peneliti Nama

: Karina Eka Pratiwi

Alamat

: Jl. Kedondong lrg 3

Telepon : 081245118164

DISETUJUI OLEH KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT TANGGAL:

57

C. Lampiran 3. Formulir Persetujuan Subyek Formulir Persetujuan Mengikuti Penelitian Setelah Mendapat Penjelasan Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

No. Responden:

Setelah mendengar/membaca dan mengerti penjelasan yang diberikan mengenai tujuan, manfaat, dan apa yang akan dilakukan pada penelitian ini serta menyatakan setuju untuk ikut dalam penelitian ini. Saya dengan ini menyetujui semua data saya yang dihasilkan pada penelitian ini disajikan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Saya mengetahui bahwa keikutsertaan saya ini bersifat sukarela tanpa paksaan, sehingga saya dapat menolak ikut atau mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa kehilangan hak saya untuk mendapat pelayanan kesehatan yang semestinya. Juga saya berhak bertanya atau meminta penjelasan kepada peneliti apabila masih ada hal yang belum jelas atau masih ada hal yang ingin saya ketahui tentang penelitian ini. Saya juga mengerti bahwa semua yang dikeluarkan sehubungan dengan penelitian ini akan ditanggung oleh peneliti. Demikian juga biaya pengobatan dan perawatan apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan akibat penelitian ini, akan dibiayai oleh peneliti.

58

NAMA

TANDA TANGAN

TGL/BLN/THN

Klien

.................

......................

.....................

Saksi 1

.................

......................

......................

Saksi 2

.................

.....................

.......................

Tempat memperoleh tambahan informasi Nama : Karina Eka Pratiwi Alamat : Jln. Kedondong lrg 3, Kecamatan Ulu Jadi, Kota Palu Telepon: 081224680852

DISETUJUI OLEH KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT TANGGAL:

59

D. Lampiran 4. Daftar Tim dan Biodata Peneliti DAFTAR TIM PENELITI

Kedudukan Nama

Dalam

Keahlian

Penelitian Karina Eka Pratiwi

Peneliti utama

Mahasiswa Dokter spesialis

dr. Andi Soraya Tenri Uleng Sp.KJ , M.Kes

Kedokteran Jiwa Pembimbing 1

dan dosen pembimbing di PSPD Unisa Palu Dokter umum dan

dr. Magdalena

Pembimbing 2

Dosen Pembimbing di PSPD Unisa Palu

Lutfiani Amd.kep

Pembantu

Perawat di poliklinik

penelitian

Penyakit dalam

BIODATA PENELITI A. Data Pribadi

Nama

: Karina Eka Pratiwi

Tempat tanggal lahir

: Palu, 13 April 1997

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Mahasiswa

60

Alamat

:Jln. Kedondong lrg 3 Kodi,

Kec.

Ulu

Kel. Donggala

Jadi,

Kota

Palu,

Sulawesi Tengah

B. Riwayat Keluarga

Ayah

: H. Sumitro AM. SE

Ibu

: Hj. Delzy yuwana S.Sos

Saudara

: Dinda Fadillah Moh. Raziq Farrel

C. Riwayat Pendidikan

NO 1.

2.

NAMA SEKOLAH TK PT. Tamaco Graha Krida Ungkaya SD PT. Tamaco Graha Krida Ungkaya

3.

SMPN 1 Wita Ponda

4.

SMAN 1 Palu

5.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVESITAS ALKHAIRAAT PALU

TEMPAT

TAHUN

Morowali

2001-2002

Morowali

2002 - 2008

Morowali

2008 - 2011

Palu

2011 - 2014 2014 -

Palu

sekarang

Riwayat Organisasi 1. Sekretaris Osis 2 SMAN 1 Palu tahun 2012 - 2013 2. Sekretaris Osis 1 SMAN 1 Palu tahun 2013 – 2014 3. EB Member And Development FK Univesitas Alkhairaat 2016 – 2017

61

Riwayat Penelitian E. Lampiran 5. Daftar Alat

Daftar Alat Yang Digunakan NAMA ALAT

MERK

JUMLAH

SATUAN

Stetoskop

Littman

1

Unit

Tensimeter

One med

1

Unit

-

65

Eksamplar

Lembar kuesioner

F. Lampiran 6. Formulir Instrumen Penelitian

Judul Kuesioner Hubungan Tingkat Anxietas dengan Derajat hipertensi pada Penderita Hipertensi yang Rawat Jalan di RSU Anutapura Palu

a. Kuesioner Data Demografi Hari dan tanggal pengambilan data : Pewawancara

:

DATA RESPONDEN 1. Nomor Responden

:

62

2. Usia (dalam tahun sesuai KTP)

:

3. Alamat

:

4. Jenis kelamin

:

5. Tekanan darah subjek(di isi oleh Peneliti) : b. Kuesioner Hipertensi 1. Lama menderita Hipertensi : ………………….tahun……..bulan 2. Kunjungan ke Poliklinik Penyakit dalam saat ini a. Pertama kali b. Kedua kali 3. Tekanan darah yang terakhir diukur oleh tenaga medis (perawat,bidan atau dokter) a. 120 - 139 / 80 – 89 b. 140 - 159 / 90 – 99 c. > 160 / > 100 d. tidak tahu 4. Apakah sepulang dari Poliklinik penyakit dalam diberikan obat oleh dokter? a. Ya b. Tidak 5. Apakah dengan pemberian obat tersebut bisa menurunkan Tekanan darah tinggi anda? a. Ya b. Tidak

63

6. Apakah anda mempunyai penyakit lain selain tekanan darah tinggi? a. Ya (sebutkan penyakitnya…………………..) b. Tidak

c. Kuesioner Kecemasan Pilih salah satu jawaban yang Bapak/Ibu yakini paling benar dengan memberikan tanda ceklish (√) : No 1

2

3

Pertanya an

Perasaan kecemasan -

Cemas

-

Firasat Buruk

Ketegangan - Takut Akan Pikiran Sendiri --

Merasa Tegang Mudah Tersinggung

-

Lesu

-

Tak Bisa Istirahat Tenang

- Mudah Terkejut Ketakutan - Mudah Menangis - Pada Gelap - Gemetar - Pada Orang Asing - Gelisah - Ditinggal Sendiri -

Pada Binatang Besar

-

Pada Keramaian Lalu Lintas

-

Pada Kerumunan Orang Banyak

0

1

2

3

4

64

4

5

Gangguan Tidur -

Sulit untuk Tidur

-

Terbangun Malam Hari

-

Tidak Nyenyak

-

Bangun dengan Lesu

- BanyakKecerdasan Mimpi-Mimpi Gangguan -

6

7

8

9

Sulit Konsentrasi Mimpi Buruk

Perasaan DepresiBuruk - Daya MimpiIngat Menakutkan - Hilangnya Minat -

Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi

-

Sedih

- Bangun Dini Hari Gejala Somatik (Otot) - Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari - Sakit dan Nyeri di Otot-Otot -

Kaku

-

Kedutan Otot / otot yang bergetar tiba-tiba

- Gigi Gemerutuk Gejala Somatik (Sensorik) -

Telinga berdenging Suara Tidak Stabil

-

Penglihatan Kabur

-

Muka Merah atau Pucat

- Merasa Lemah Gejala jantung dan pembuluh darah -

jantung cepat berdetak Perasaanterlualu ditusuk-Tusuk

-

Berdebar

-

Nyeri di Dada

-

Denyut Nadi Mengeras

- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan -

Detak Jantung Menghilang (Berhenti Sekej ap)

65

10 Gejala pernapasan -

Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada

-

Perasaan Tercekik

11 Gejala sistem pencernaan - Sering Menarik Napas --

Sulit NapasMenelan Pendek/Sesak

-

Perut Melilit

-

Gangguan Pencernaan

-

Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan

-

Perasaan Terbakar di Perut

-

Rasa Penuh atau Kembung

12 Gejala Urogenital - Mual -

Sering Buang Air Kecil Muntah

-

Tidak Dapat Menahan Air Seni Buang Air Besar Lembek

- tidak / sulit haid - Kehilangan Berat Badan - haid yang berlebihan - Sukar Buang Air Besar (Konstipasi) - Menjadi Dingin (Frigid) 13 Gejala Otonom - Ejakulasi Praecocks - Mulut Kering - Ereksi Hilang - Muka Merah - Impotensi - Mudah Berkeringat 14 Tingkah Laku PadaKepala Wawancara - Pusing, Sakit --

Gelisah Bulu-Bulu Berdiri

-

Tidak Tenang

-

Jari Gemetar

-

Kerut Kening

-

Muka Tegang

-

Tonus Otot Meningkat

-

Napas Pendek dan Cepat

-

Muka Merah

Skor Total

=

66

Skor

: 0 = tidak ada 1 = ringan 2 = sedang 3 = berat 4 = berat sekali

Total Skor

: kurang dari 14 14 – 20 21 – 27 28 – 41 42 – 56

= tidak ada kecemasan = kecemasan ringan = kecemasan sedang = kecemasan berat = kecemasan berat sekali

G. Lampiran 7. Rincian Anggaran dan Sumber Dana RINCIAN ANGGARAN DAN BIAYA PENELITIAN

No. 1 2 3 4 5 6 7 8

Anggaran

Jumlah

Biaya administrasi rekomendasi etik Biaya Pengambilan Data Sekunder

Rp. 250.000,-

Biaya Transportasi Biaya untuk Alat tulis Biaya Pengadaan Formulir kuesioner Honorarium untuk pembantu peneliti Kompensasi Lain-lain

Rp. 50.000,Rp. 100.000,Rp. 120.000,-

Total

Sumber Dana

Rp. 100.000,-

Rp. 500.000,Rp. 500.000,Rp. 500.000,Rp. 2.120.000

Mandiri

67