PROPOSAL SKRIPSI

Download Skripsi ini telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan dihadapan tim ... sangat berharga dalam pembuatan skripsi ini. 6. ...... Keperawa...

0 downloads 453 Views 655KB Size
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA MADRASAH TSANAWIAH (MTS) AL-SA’ADAH PONDOK JAYA TERHADAP DEMAM TIFOID TAHUN 2009

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH : SOFIANI HANDINI 105104003487

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009

26

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan dibawah ini, saya:

Nama

: Sofiani Handini

NIM

: 105104003487

Mahasiswa Program : Ilmu Keperawatan Tahun Akademik

: 2005

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang berjudul: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA MADRASAH TSANAWIAH (MTS) AL-SA’ADAH PONDOK JAYA TERHADAP DEMAM TIFOID TAHUN 2009

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sangsi yang telah ditetapkan. Demikian surai pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, 11 Desember 2009

Sofiani Handini

27

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SOFIANI HANDINI, NIM : 1051040034587 Tingkat Pengetahuan Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Sa’adah Pondok Jaya Terhadap Demam Tifoid tahun 2009. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Jurusan Program Studi Ilmu Keperawatan. Jakarta 2009. xix + 56 Halaman + 11 tabel + 5 gambar + 4 Lampiran ABSTRAK Demam tifoid merupakan salah satu infeksi yang terjadi di usus halus dan banyak terjadi di Negara yang beriklim tropis. Data World Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun. Di Indonesia demam tifoid merupakan penyebab kematian ketiga terbesar, pada 91% kasus dialami oleh anak usia 3-19 tahun. Pada Kabupaten Tangerang demam tifoid tejadi hampir di seluruh daerah, terutama terjadi pada anak usia sekolah. Hasil survei awal ditemukan bahwa presentase demam tifoid pada siswa Mts.Al-Sa’adah lebih tinggi daripada dua sekolah yang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Sa’adah Pondok Jaya terhadap pencegahan demam tifoid tahun 2009. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif. Jumlah sampel melalui hasil penghitungan statistik didapatkan 96 orang siswa, lalu di tambahkan 10% menjadi 106 orang siswa. Metode pengambilan sampel adalah dengan simple random sampling. Hasil penelitian menunjukan responden yang terbanyak responden berjenis kelamin laki-laki 53,4%, rata-rata umurnya adalah 13,17 tahun, sumber informasi yang di gunakan televisi 49,51% dan sulit mendapatkan informasi mengenai demam tifoid 65,05%. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tingkat pengetahuan siswa Mts. Al-Sa’adah Pondok Jaya terhadap pencegahan demam tifoid adalah sedang yaitu sebesar 57,3%. Penelitian tingkat pengetahuan siswa dibagi lagi menjadi kategori dari tiap variabel yang ada, maka di dapatkan data bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki yang mempunyai tingkat pengetahuan sedang sebesar 52,7% sedangkan perempuan sebesar 62,5%. Sebagian besar responden memilih televisi sebagai sumber informasi sebesar 49,51%, sedangkan 70,6% dari siswa yang memilih sumber informasi televisi mempunyai tingkat pengetahuan sedang dan responden yang mendapatkan kemudahan informasi sebesar 34,95% yang sebagian besarnya (67,6%) mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang.

28

Saran dari peneliti yaitu meningkatkan sarana dan prasarana yang ada di sekolah seperti toilet dan diadakannya tempat untuk cuci tangan agar dapat memutus mata rantai demam tifoid. Kata kunci : Pengetahuan, Siswa, Demam Tifoid Daftar bacaan : 38 ( 1986 – 2009 )

29

FACULTYOF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES THE STUDY PROGRAMME NURSING SCIENCES SOFIANI HANDINI, NIM : 105104003487 Students' Knowledge Level Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Sa’adah Pondok Jaya of Typhoid Fever in 2009. Jakarta Islamic State University Hidayatullah Jakarta. Faculty of Medicine and Health Sciences. Department of Nursing Studies Program. Jakarta 2009. xix + 56 Pages + 11 tables + 5 picture + 4 Appendix ABSTRACT Typhoid fever is one of the infections that occurred in the small intestine and a lot happened in the tropical countries. Data World Health Organization (WHO) in 2003 estimated there are about 17 million cases of typhoid fever worldwide incidence of 600,000 cases with deaths each year. Typhoid fever in Indonesia is the third largest cause of death, in 91% of the cases experienced by children aged 3-19 years. In Tangerang District typhoid fever occurred in almost all regions, mainly occurs in children of school age. Initial survey results found that the percentage of students typhoid fever Mts.Al-Sa 'adah higher than the other two schools. The purpose of this study was to determine students' knowledge level Madrasah Tsanawiyah (MTs) AlSa’adah Pondok Jaya to the prevention of typhoid fever in 2009. This research is a quantitative research with descriptive menthode. The number of sample through statistical calculation results obtained 96 students, and the added 10% to 106 students. The sampling method with a simple random sampling. The results showed that most respondents respondent gender male 53.4%, the average age was 13.17 years, sources of information in 49.51% use the television and it's hard to get information on typhoid fever 65.05%. The results showed that students' knowledge level Mts. Al-Sa’adah Pondok Jaya against typhoid fever prevention is being in the amount of 57.3%. Research students' knowledge level is further subdivided into categories of each variable exists, then the data found that respondents gender boys who have a level of knowledge was 52.7% whereas 62.5% of women. Most respondents chose television as a source of information for 49.51%, whereas 70.6% of students who choose the source of information has a level of knowledge of the television medium and the ease of respondents who received 34.95% of the information that most of them (67.6%) have the current level of knowledge. Advice from researchers that improve facilities and infrastructure in school such as toilets and held a place to wash your hands so it can break the chain of typhoid fever. Keyword : Knowledge, Student, Typhoid Fever Reference : 38 ( 1986 – 2009)

30

PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan judul TINGKAT PENGETAHUAN SISWA MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) AL-SA’ADAH PONDOK JAYA TERHADAP DEMAM TIFOID TAHUN 2009 Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta, 11 Desember 2009

Pembimbing I

Pembimbing II

Ita Yuanita, S.Kp, M. Kep NIP: 150 408 677

Tien Gartinah, MN

31

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi ini telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

Jakarta, 11 Desember 2009

Penguji I

H. Dadang, S.IP, M.Epid NIP 19690204 199003 1 006

Penguji II

Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep. MKM NIP 19790520 200901 1 012

Penguji III

32

Jamaludin, S.Kp, M.Kep NIP 150 409 469

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVESITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jakarta, 11 Desember 2009

Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tien Gartinah, MN

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof.DR (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp.And

33

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Sofiani Handini

Tampat Tanggal Lahir

: Tangerang, 11 September 1988

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Kewarganegaraan

: Indonesia

Alamat

: Jln. Jombang Raya No. 75 Rt.02/01 Kel. Parigi Kec. Pondok Aren Tangerang Selatan Kode Pos 15224

E-mail

: [email protected]

Pendidikan : 1. SDN 1 Pondok Pucung

(1993-1995)

2. SDN Sudimara 3 Ciledug

(1995-1999)

3. SMP Al-Mubarak Tangerang

(1999-2002)

4. SMU PLUS At-Thahirin Ciledug

(2002-2005)

5. S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(2005-2009)

34

Lembar Persembahan Rasulullah SAW bersabda : “ Tuntutlah oleh kalian akan ilmu pengetahuan, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah shodaqoh. Sesungguhnya ilmu itu akan menempatkan pemiliknya pada kedudukan tinggi lagi mulia. Ilmu adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan akhirat.” (HR. Ar Rabii’)

Skripsi Ini Ku Persembahkan Untuk Kedua Orangtuaku, Saudaraku

35

Ayahanda Ir.H.Hadidin & Ibunda Hj.Suhana Komalasari Adiku Galuh & Baim, Juga Orang-orang Yang Menyayangiku

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan karunia yang diberikan kepada hamba-hambaNya. Begitupula nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam teriring penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW besrta keluarga, sahabat dan pengikutnya. Adapun skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan memperoleh selar Sarjana Keperawatan (S.Kep). Penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Untaian terima kasih yang dalam penulis tunjukan kepada :

36

1. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And. ; selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Jakarta. 2. Ibu Tien Gartinah, MN ; selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Jakarta. 3. Ibu Ita Yuanita, S.Kp, MKes selaku pembimbing I yang telah membimbing penulis dari awal hingga akhir dengan iringan pikiran, tenaga dan waktu yang sangat bernilai. 4. Ibu Ns. Sri Mulyani, S.Kep, MKM selaku pembimbing II yang telah memberikan perhatian dan serta arahan kepada penulis. Semoga segala jasa Ibu dapat menjadi amalan yang tak akan pernah putus dan diterima di sisiNya. Selamat jalan Ibu, do’a kami selalu menyertaimu. 5. Bapak H. Dadang, S.IP, M.Epid selaku penguji I, Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku penguji ke II dan Bapak Jamaludin, S.Kp, M.Kes selaku penguji ke III yang telah memberikan saran dan masukan yang sangat berharga dalam pembuatan skripsi ini. 6. Seluruh dosen dan staf PSIK Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Jakarta. Pa Ajip, maaf selalu merepotkan dalam mengurus surat menyurat. Pa Rahman dan Bu Syam juga. 7. Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiah (MTs) Al-Sa’adah Bapak Drs. Abdul Karim Ja’far, MM dan Bapak/Ibu guru yang telah menerima dan membantu penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

37

8. Pimpinan Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan atas fasilitas kepustakaanya. 9. Papah dan Mamah yang selalu mendoakan, menyayangi dan menasehati demi keberhasilan fina. Galuh dan baim, adik-adiku yang selalu memberi semangat dan semua keluarga yang selalu memberikan dukungan baik materi dan nonmaterinya. 10. Ka Irwan untuk kasih sayang, cinta, perhatian dan dukungannya kepada penulis. 11. Sahabat seperjuangan yang telah bersama-sama berjuang mengejar satu kata “lulus” : Tuti, Tati, Za’a, Mas Tibi, Ciah, Fadil dan Jimi. Untuk Keluarga Jaboy terima kasih telah menjadi abang yang selalu menemani dan menyayangi. 12. Best Friends such as : Neneng, Ziah, Herna, Lita, Tika yang selalu memberi nasehat serta seluruh friends Keperawatan dan Non-Keperawatan yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih untuk pengalaman dan kebersamaanya yang luar biasa. Penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi bahan pustaka untuk menambah wawasan dan pengetahuan dan menjadi referensi untuk penelitian sejenis serta bagi penulis. Demikianlah paparan kata yang telah penulis coba paparkan dan penulis mohon maaf apabila kurang etis dalam penulisan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

38

“ Allah niscahya mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan mereka yang berilmu pengetahuan bertingkat derajat. Dan Allah Maha mengetahui terhadap apa yang kamu lakukan.” (QS. Al-Mujadalah: 11)

Jakarta,11 Desember 2009

Sofiani Handin

DAFTAR ISI halaman SURAT PERNYATAAN...................................................................................

i

ABSTRAK .........................................................................................................

ii 39

ABSTRACK.......................................................................................................

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................

iv

LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI...........................................................

v

PANITIA SIDANG.............................................................................................

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP...........................................................................

vii

LEMBAR PERSEMBAHAN.............................................................................

viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................

xi

DAFTAR ISI........................................................................................................

xii

DAFTAR TABEL................................................................................................

xvi

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................

xvii

DAFTAR SINGKATAN...................................................................................

xviii

LAMPIRAN......................................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................

1

1.2 Masalah Penelitian ................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................

4

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................... 4 1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................. 4 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 5 1.4.1 Bagi Penulis.................... ................................................ 5 1.4.2 Bagi Pelayanan Kesehatan................................................ 5 40

1.4.3 Bagi Siswa........................................................................ 5 1.4.4 Bagi Sekolah Mts. Al-Sa’adah......................................... 5 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI...............

7

2.1

Tinjauan Pustaka.. ............................................................

7

2.1.1 Pengertian Inisiasi Menyusu Dini ...................................

7

2.1.2 Demam Tifoid..................................................................

10

1.

Pengertian........................................................................... 10

2.

Etiologi............................................................................... 10

3.

Patofisiologi....................................................................... 11

4.

Tanda dan Gejala............................................................... 12

5.

Kekambuhan...................................................................... 12

6.

Cara Penularan..................................................................

13

7.

Cara Pencegahan...............................................................

13

2.1.3 Karateristik Kelompok Umur 11 sampai 15 Tahun.........

18

2.1.4 Jenis Kelamin..................................................................

19

2.1.5 Sumber Informasi.........................................................

21

2.1.6 Penelitian Terkait............................................................

23

2.2 Kerangka Teori.....................................................................

25

BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN.....................................

26 41

3.1

Kerangka Konsep ............................................................

26

3.2

Pertanyaan Penelitian.......................................................

27

3.3

Definisi Operasional.........................................................

28

METODOLOGI DAN PROSEDUR PENELITIAN .............

33

4.1

Desain Penelitian .............................................................

33

4.2

Populasi dan Sampel..........................................................

33

BAB IV

4.2.1

Populasi.......................................................................

33

4.2.2

Sampel..........................................................................

33

4.3

Tempat dan Waktu Penelitian...........................................

35

4.4

Etika Penelitian................................................................... 35

4.5

Alat Pengumpul Data.........................................................

4.6

Prosedur Pengumpulan Data................................................ 37

4.7

Pengolahan dan Analisa Data............................................. 38

36

4.7.1

Pengolahan Data............................................................ 39

4.7.2

Analisa Data.................................................................. 40

4.8

Uji Instrumen Penelitian..................................................... 40

4.9

Tempat Penelitian................................................................ 42

BAB V HASIL PENELITIAN ..............................................................

43

5.1 Karakteristik Responden ......................................................

43 42

5.2 Sumber Informasi..................................................................

44

5.3 Tingkat Pengetahuan............................................................

45

5.3.1 Gambaran Umum Demam Tifoid...................................

46

5.3.2 Cara Pencegahan Demam Tifoid....................................

47

PEMBAHASAN ........................................................................

49

6.1 Keterbatasan penelitian .........................................................

49

6.2 Karakteristik Responden........................................................

50

6.3 Sumber Informasi...................................................................

51

6.4 Tingkat Pengetahuan..............................................................

52

BAB VI

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................

54

A Kesimpulan ............................................................................

54

B Saran .....................................................................................

55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No. Tabel

Halaman 43

Tabel 2.1 Tahap Perkembangan Kognitif Piaget.............................................

19

Tabel 2.2 Kerangka Teori ................................................................................

25

Tabel 3.1 Kerangka Konsep………………………… ....................................

26

Tabel 3.3 Definisi Operasional ........................................................................

28

Tabel 4.1 Kategori Tingkat Pengetahuan......................... ...............................

40

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Umur Siwa Mts Al-Sa’adah Tahun 2009...................................................

41

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Siwa Mts Al-Sa’adah Tahun 2009....................................................

43

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kategori Tingkat Pengetahuan Cara Pencegahan Demam Tifoid Siwa Mts Al-Sa’adah Tahun 2009............................

45

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Dilihat Berdasarkan Jenis Kelamin Siwa Mts Al-Sa’adah Tahun 2009..............................

46

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Dilihat Berdasarkan Sumber yang Digunakan untuk Mendapatkan Informasi Tentang Demam Tifoid Siwa Mts Al-Sa’adah Tahun 2009...............

47

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Dilihat Berdasarkan Kemudahan Mendapatkan Sumber Informasi Tentang Demam Tifoid Siwa Mts Al-Sa’adah Tahun 2009.............................

48

44

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar

Halaman

Gambar 2.1 Epidemiological/ Ecological Triad.. ............................................

16

Gambar 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Siwa Mts Al-Sa’adah Tahun 2009........................

42 45

Gambar 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi. Siwa Mts Al-Sa’adah Tahun 2009...............

42

Gambar 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kemudahan Mendapatkan Informasi Siwa Mts Al-Sa’adah Tahun 2009..................................................

43

Gambar 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Pengetahuan Gambaran Umum Demam Tifoid Siwa Mts Al-Sa’adah Tahun 2009..................................................

45

DAFTAR SINGKATAN

WHO

: World Health Organization

CFR

: Case Fatality Rate

MTs

: Madrasah Tsanawiyah

HCL

: Hidrocile Cloride 46

T.A.B

: Tifoid dan Paratifoid A dan B

FAO

: Food and Agricultural Organization

PBB

: Perserikatan Bangsa-Bangsa

SUPAS

: Survei Penduduk Antar Sensus

YKAI

: Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia

SMP

: Sekolah Menengah Pertama

SLTP

: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

Kominfo

: Komunikasi dan Informasi

PSPD

: Program Studi Pendidikan Dokter

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengantar Izin Penelitian Lampiran 2 Kuisioner Penelitian Lampiran 3 Hasil Analisa Univariat Lampiran 4 Progress Report 47

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................

i

DAFTAR TABEL ................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................

v

48

BAB I :

PENDAHULUAN A. Latar Belakang .........................................................................

1

B. Masalah Penelitian ...................................................................

4

C. Tujuan 1.

Tujuan Umum ....................................................................

4

2.

Tujuan Khusus ...................................................................

4

D. Manfaat

BAB II :

1.

Bagi Penulis .......................................................................

5

2.

Bagi Pelayanan Kesehatan .................................................

5

3.

Bagi Siswa .........................................................................

5

4.

Bagi Sekolah .....................................................................

5

5.

Bagi Institusi ......................................................................

5

E. Ruang Lingkup Penelitian........................................................

6

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka ......................................................................

7

1.

Pengetahuan ......................................................................

7

2.

Demam Tifoid .................................................................... 10 a. Pengertian ......................................................... 10 49

b. Etiologi .............................................................. 10 c. Tanda dan Gejala .............................................. 11 d. Kekambuhan .................................................... 12 e. Cara Penularan .................................................. 12 f. Cara Pencegahan ............................................... 13 3.

Penelitian Terkait ............................................................... 22

B. Kerangka Teori ........................................................................ 23

BAB III:

KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ..................................................................... 24 B. Pertanyaan Penelitian ............................................................... 25 C. Definisi Operasional ................................................................ 25

BAB IV :

METODOLOGI DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Desain Penelitian ..................................................................... 35 B. Populasi dan Sampel ................................................................ 36 1. Populasi ............................................................................... 36 2. Sampel................................................................................. 36 C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 37 D. Etika Penelitian ........................................................................ 38 E. Alat Pengumpul Data ............................................................... 39 F. Prosedur Pengumpulan Data .................................................... 45 G. Pengolahan dan Analisa Data .................................................. 46 50

PERNYATAAN KUISIONER ............................................................................... 43 KUISIONER PENELITIAN .................................................................................. 45 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 51

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Halaman 51

3.1 Kerangka Konsep ................................................................................................ 24

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Halaman 52

2.1 Epidemiological Triad ........................................................................................ 19

BAB I PENDAHULUAN

53

1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan salah satu infeksi yang terjadi di usus halus dan banyak terjadi di Negara yang beriklim tropis. Sinonim demam tifoid adalah typhoid fever, enteric fever, thyphus abdominalis dan masyarakat umum biasa menyebutnya tipes. Penyakit ini pertama kali dilaporkan tentang klinis dan anatomisnya oleh Bretoneau (1813), Cornwall Hewett (1826) melaporkan perubahan patofisiologisnya lalu Piere Louise (1829) memberikan nama typos yang berasal dari bahasa Yunani yang artinya asap atau kabut karena umumnya penderita sering disertai gangguan kesadaran mulai dari ringan sampai berat. Penyakit ini termasuk penyakit menular seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit-penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang, sehingga dapat menimbulkan wabah. Penularan penyakit ini adalah dengan rute 5F yaitu Feces (kotoran manusia), Fly (lalat), Food (makanan), Fecal (mulut) dan finger (tangan) yang telah terkontaminasi oleh bakteri Salmonella Typosa. Demam tifoid menjadi endemik yang dapat terjadi di mana saja, maka melakukan pencegahan dini akan lebih baik (Rampengan,1997).

Data

World Health Organization (WHO)

tahun 2003 memperkirakan

terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun. Kasus ini dilaporkan sebagai endemis di Negara berkembang dimana 95% merupakan kasus rawat jalan sehingga insiden yang 54

sebenarnya adalah 15 sampai 25 kali lebih dari yang terlihat seperti fenomena gunung es. Indonesia merupakan salah satu Negara yang berkembang dan beriklim tropis. Penyakit demam tifoid merupakan penyebab kematian umum ke tiga di Rumah Sakit Umum dengan angka kejadian sebesar 3,5% (Depkes, 2002). Umur penderita yang terkena dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91% kasus, dengan angka kematian kasus atau case fatality rate (CFR) 1,6-3%. Kasus ini tersebar secara merata di seluruh propinsi Indonesia dengan insiden di daerah pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun dan di daerah perkotaan 760/100.000 penduduk/tahun atau sekitar 600.000 dan 1,5 juta kasus pertahun. Banten sebagai salah satu propinsi di Indonesia melaporkan bahwa demam tifoid terjadi di seluruh Kabupaten/Kota dengan kabupaten Tangerang menempati urutan ke dua dengan presentase 2,8% dan terutama dilaporkan pada anak usia sekolah dan daerah dengan sanitasi yang buruk (Depkes, 2007).

Penyakit demam tifoid merupakan salah satu dari emerging infectius disease di era globalisasi yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan, faktor hygine, sanitasi lingkungan, makanan dan minuman juga kebiasaan cuci tangan berpengaruh besar dalam peyakit ini (Nasrudin, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Purworejo kebiasaan mencuci tangan tanpa sabun sebelum 55

makan, kebiasaan jajan di pinggir jalan raya ataupun makan di warung dan adanya riwayat demam tifoid pada keluarga merupakan faktor resiko kejadian demam tifoid (Santosa, 2006). Keperawatan adalah pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan. Pelayanan yang diberikan berupa tindakan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Keperawatan komunitas sebagai salah satu bagian dari keperawatan memberikan pelayanan keperawatan yang berfokus utama pada pencegahan primer sebagai upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit (Mubarak, 2006). Hasil survey awal yang dilakukan dengan metode wawancara terhadap 60 siswa di tiga Sekolah ditemukan siswa yang pernah di diagnosa demam tifoid oleh petugas kesehatan di MTs Al-Sa’adah 20%, Sekolah Menengah Pertama AlMubarak 15% dan Sekolan Menengah Pertama Negri 2 Ciputat 10%. Dari 20% siswa MTs Al-Sa’adah yang pernah di diagnosa oleh petugas kesehatan menderita demam tifoid, ternyata ditemukan 100% tidak mengetahui apa penyebab demam tifoid dan upaya pencegahannya, 50% mencuci tangan sebelum makan namun tidak menggunakan sabun. Belum terlihatnya peran perawat komunitas di dalam pencegahan demam tifoid, cukup tingginya siswa yang pernah terkena demam tifoid dan belum ada data secara rinci tentang gambaran tingkat pengetahuan siswa terhadap demam tifoid. Hal-hal tersebut di atas membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di MTs Al-Sa’adah dengan judul “Tingkat Pengetahuan Siswa MTs.Al-Sa’adah Terhadap Demam Tifoid” sebagai salah satu wujud peran perawat dalam menurunkan prevalensi demam tifoid. 56

1.2 Masalah Penelitian Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan siswa Mts Al-Sa’adah tentang demam tifoid ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan siswa Mts.Al-Sa’adah terhadap demam tifoid ? 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Menggambarkan karakteristik siswa MTs. Al-Sa’adah 2. Menggambarkan tingkat pengetahuan siswa MTs. Al-Sa’adah 3. Menggambarkan tingkat pengetahuan siswa Mts. Al-Sa;adah tentang gambaran umum dan pencegahan demam tifoid. 4.

Menggambarkan

tingkat

Pengetahuan

siswa

MTs.

Al-Sa’adah

berdasarkan jenis kelamin dan sumber informasi

1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

57

1.4.1 Penulis, untuk menambah pengetahuan dan media untuk penerapan ilmu yang telah diterapkan dibangku kuliah. 1.4.2 Pelayanan

Kesehatan, menggunakan hasil penelitian sebagai bahan

masukan dan mengidentifikasi kebutuhan informasi siswa tentang demam tifoid. 1.4.3 Siswa, agar mampu untuk melakukan pencegahan terhadap demam tifoid. 1.4.4 Sekolah MTs Al- Sa’adah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi yang berguna untuk mengetahui sejauh mana siswa mengetahui tentang demam tifoid.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar kuisoner.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Madrasah Tsanawiah (MTs) Al-Sa’adah kelas VII, VIII dan IX sebanyak 233 orang, sedangkan yang menjadi sample sebayak 106. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus di Madrasah Tsanawiah (MTs) Al-Sa’adah.

58

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengetahuan Menurut kamus umum Bahasa Indonesia (2003) pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui atau kepandaian yang dimiliki seseorang melalui pendidikan atau pengalaman. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2007).

59

Menurut Bloom (1959) pengetahuan adalah kemampuan mengenal atau mengingat materi yang telah dipelajari mulai dari yang sederhana sampai pada yang sukar dan lebih di tekankan pada kemampuan mengingat yang lebih besar. Menurut taksonomi Bloom pengetahuan mencangkup enam tingkat domain kognitif, yaitu : 1. Mengetahui (knowledge) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tingkatan ini menjadikan seseorang mampu mengingat kembali materi yang dipelajari sebelumnya termasuk hal-hal spesifik dari seluruh yang dipelajari.

2.

Memahami (Comparehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Tingkatan ini menjadikan seseorang mampu menjelaskan tentang objek yang diketahuinya dan dapat menginterpretasikan. 3.

Mengaplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Tahap ini menjadikan seseorang mampu menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi yang nyata. 60

4.

Menganalisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Tahap ini menjadikan seseorang mampu menjabarkan materi suati objek ke dalam komponen-komponen yang saling berkaitan dalam situasi yang terorganisasi. 5.

Mensintesis (Syntesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Tahap ini menjadikan seseorang mampu menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. 6. Mengevaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Tahap ini menjadikan seseorang mampu, melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek.

Pengetahuan

merupakan

domain

kognitif

yang

paling

rendah

dan

didefinisikan sebagai proses mengingat informasi yang dipelajari (Van Hoozen, 1986). Selain itu pengetahuan dipengaruhi oleh fasilitas (Notoadmodjo, 2007). Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan (Lestari, 2002). Pengetahuan merupakan dasar dari domain-domain selanjutnya. Jadi, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting untuk terbentuknya tindakan atau perilaku seseorang. Perilaku 61

yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2007).

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) ; Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul ; Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi ; Trial dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus ; Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat domain kognitif (Notoadmodjo, 2007).

2.1.2 Demam Tifoid 1. Pengertian Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut di usus halus yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Thypi dan Salmonella Parathypi A, B

62

dan C. Penularan terjadi secara fecal oral melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman Salmonella (Bruner dan Suddart,2001; Syaifullah Noer, 2005). 2. Etiologi Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella yang memasuki tubuh penderita melalui makanan lalu ke saluran pencernaan. Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit, baik ketika ia sedang sakit atau sedang dalam masa penyembuhan. Pada masa penyembuhan, penderita pada masih memiliki Salmonella didalam kandung ampedu atau di dalam ginjal. Golongan Salmonella yang menjadi etiologi dari demam tifoid Salmonella Thyposa basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak bersepora dan sekurang-kurangnya mempunyai tiga macam antigen yaitu : Antigen O (somatic) terletak pada lapisan luar, terdiri dari zat kompleks lipopolisakarisa dan lipid. Sering juga disebut endotoksik, Antigen H (flagella) terdapat pada flagella, fibriae dan pilin dan Antigen Vi untuk melindungi fagositosit dan struktur kimia protein (Nasrudin, 2007). 3. Patofisiologi Tubuh manusia mempunyai banyak mekanisme pertahanan. Salah satunya di lambung manusia terdapat HCL (Hidrocile Cloride) berperan sebagai penghambat masuknya Salmonella

dan bakteri lain yang akan masuk kedalam usus. Jika

Salmonella masuk bersama-sama cairan dan makanan, maka terjadi pengenceran HCL yang akan mengurangi daya hambat terhadap mikroorganisme penyebab 63

penyakit yang masuk kedalam lambung. Daya hambat HCL ini akan menurun pada waktu terjadi pengosongan lambung, sehingga Salmonella dapat masuk ke dalam usus. Salmonella seterusnya memasuki folikel-folikel limfe yang terdapat di dalam lapisan mukosa atau submukosa usus, bereplikasi dengan cepat untuk menghasilkan lebih banyak Salmonella lalu memasuki saluran limfe dan mencapai aliran darah yang akhirnya akan menyebabkan bakteremia. Bakteri dapat mencapai ampedu dan melewati kapiler-kapiler kantong ampedu atau secara tidak langsung melalui kapiler-kapiler hati dan kanalikuli ampedu untuk menginvasi usus. Invasi tahap kedua ini menimbulkan lesi yang luas pada jaringan limfe usus kecil sehingga tanda dan gejala menjadi jelas. Demam tifoid merupakan salah satu bekteremia yang disertai oleh infeksi menyeluruh dan toksemia (Rosto, 2008). 4. Tanda dan Gejala Biasanya tanda dan gejala yang nampak adalah : demam lebih dari seminggu (siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya demam tinggi) juga menimbulkan rasa lemas dan pusing, bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hati dan limpa yang mengakibatkan terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Akibat mual berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut. Sifat bakteri yang menyerang usus kecil menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar) dan sakit perut. Biasanya lidah bagian tengah berwarna putih, pinggirnya berwarna merah, terasa pahit dan cenderung ingin makan yang asamasam atau pedas. Umumnya lebih merasakan nyaman dengan berbaring tanpa 64

banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan kesadaran (Algerina, 2008). 5. Kekambuhan Manusia yang mendapatkan infeksi demam tifoid yang ringan juga menghasilkan kekebalan yang lemah, kekambuhan dapat terjadi dan berlangsung dalam waktu yang pendek. Kekambuhan dapat lebih ringan dari serangan primer tetapi dapat menimbulkan gejala lebih berat daripada infeksi primer tersebut. Sebanyak 5% penderita demam tifoid kelak akan menjadi karier sementara, sedang 2 % yang lain akan menjadi karier yang menahun (Nasrudin, 2007), sedangkan 10% dari demam tifoid yang tidak diobati akan mengakibatkan timbulnya kekambuhan (Algerina, 2008). 6. Cara Penularan Cara penularan demam tifoid adalah melalui melalui fecal oral, kuman S.typhy masuk kedalam tubuh melalui makanan atau minuman yang tercemar ke dalam lambung, kelenjar limfoid usus kecil kemudian masuk kedalam peredaran darah. Bakteri dalam peredaran darah yang pertama berlangsung singkat yaitu terjadi 24-72 jam setelah bakteri masuk, meskipun belum menimbulkan gejala tetapi telah mencapai organ-organ hati, kandung ampedu, limpa, sumsum tulang dan ginjal. Akhir masa inkubasi yaitu pada 5 – 9 hari kuman kembali masuk ke aliran darah dan terjadi pelepasan endoktoksin yang menyebar ke seluruh tubuh dan menimbulkan gejala (Algerina, 2008). 7. Cara Pencegahan a) Imunisasi.

65

Imunisasi dengan menggunakan vaksin T.A.B (mengandung basil tifoid dan paratifoid A dan B yang dimatikan) yang terdiri dari Parenteral Thyphoid Vaccine (vaksin injeksi) dan Oral Thyphoid Vaccine ( Sulastri, 2001). b) Kebersihan Tangan Menurut Larson dalam Perry dan Potter (2005) mencuci tangan adalah menggosok dengan sabun secara bersama seluruh permukaan kulit dan permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas dibawah air mengalir.

Ada berbagai macam teknik mencuci tangan yaitu dengan air mengalir, air hangat, cairan antiseptik dan sabun. Diantara teknik mencuci tangan tersebut, teknik mencuci tangan dengan sabun adalah cara yang paling baik. Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mencanangkan tanggal 15 Oktober sebagai Hari Mencuci Tangan dengan Sabun Sedunia yang diikuti oleh 20 negara di dunia salah satu diantaranya adalah Indonesia. Tujuan dari mencuci tangan adalah untuk membuang kotoran dan organisme yang menempel dari tangan dan untuk mengurangi mikroba. Tangan yang terkontaminasi merupakan penyebab utama perpindahan infeksi yang sering terjadi pada setiap orang baik secara kontak langsung ataupun kontak tak langsung seperti makanan. c) Pengolahan makan dan Tempat Jajan

66

Menurut FAO (Food and Agricultur Organisation) makanan jajanan (street food) di definisikan sebagai makanan dan minuman yag dipersiapkan dan atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lainnya yang langsung dikonsumsi dan di makan tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut (WHO, 1997). Kebiasaan jajan pada siswa sekolah merupakan fenomena yang menarik untuk ditelaah karena berbagai hal: merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas fisik di sekolah yang tinggi (apalagi bagi siswa yang tidak sarapan pagi), pengenalan berbagai jenis makanan jajanan akan menumbuhkan kebiasaan penganekaragaman pangan, memberikan perasaan meningkatkan gengsi siswa di mata teman-teman di sekolahnya dan juga dipengaruhi oleh godaan dari media massa tentang makanan junk food yang sangat bervariasi. Selain itu banyak jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan dan sangat beresiko terjadi pencemaran biologis, kimia dan mengandung zat tambahan berbahaya yang mengganggu kesehatan, misalnya pada penelitian yang dilakukan di Bogor telah ditemukan Salmonella Parathypi A di 25-50% pada sampel yang di jual di kaki lima (Winnarny, 2007). Standarisasi makanan jajanan yang baik meliputi makanan yang sehat yaitu makanan yang memenuhi triguna makanan; makanan yang bersih adalah makanan yang bebas dari lalat, debu, dan serangga lainnya ; makanan yang aman adalah makanan yang tidak mengandung bahan berbahaya yang dilarang untuk makanan, seperti zat pewarna dan zat pengawet yang diperuntukkan bukan untuk makanan dan tidak tercemar oleh bahan kimia yang membahayakan manusia; makanan yang 67

halal adalah makanan yang tidak bertentangan dengan agama yang dianut oleh siswa (DepKes- Ditjen BinKesMas, 2001). Umumnya siswa memiliki kebiasaan jajan makanan di kantin atau warung di sekitar sekolah dan di pinggir jalan. Makanan jajanan yang berada di pinggir jalan, kantin maupun warung biasanya lebih retan terhadap kontaminasi kuman dan kurang higienis seperti dekat dengan tumpukan sampah bisa mengkontaminasi makanan jajanan tersebut menjadi tidak sehat (Kalbefarma, 2005).

d) Lingkungan Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia (Anies, 2008). Tiga faktor yang mempengaruhi kehidupan manusia disebut sebagai ecological atau epidemiological triad yang terdiri atas agen penyakit, manusia, dan lingkungannya. Sehat merupakan kesinambungan dinamis antara ketiga komponen tersebut dan agen penyakit akan dengan mudah masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan sakit jika terjadi ketidakseimbangan antara ketiga komponen tersebut. E

68

A

H

Gambar 2.1 Epidemiological/Ecological Triad Komponen dalam epidemiological yang termasuk agens penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis yang dalam hal ini adalah bakteri Salmonella Thypi. Faktor manusia (host) sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit karena faktor tersebut bergantung pada karakteristik yang dimiliki oleh individu, seperti usia karena adanya perbedaan penyakit yang di derita di berbagai jenjang usia, jenis kelamin karena frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan frekuensi pada perempuan, status kekebalan tubuh yang bisa di dapat dari imunisasi, gaya hidup seperti memilih makanan dan pengetahuan yang dimiliki. Usaha-usaha yang dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian yang efektif terhadap penyakit di pelajari mekanisme interaksi antara agens penyakit (agent), manusia (host), dan lingkungan (environment) yaitu interaksi agens penyakit dan lingkungan yang merupakan suatu keadaan saat agens penyakit langsung dipengaruhi oleh lingkungan dan menguntungkan agens penyakit itu serta terjadi pada saat prepatogenesis dari suatu penyakit, contohnya tumbuhnya bakteri salmonella dalam makanan akibat kontaminasi; interaksi manusia dengan lingkungan yang merupakan suatu keadaan pada saat manusia langsung dipengaruhi oleh lingkungannya dan terjadi pada saat prepatogenesis dari suatu penyakit, contohnya kebiasaan membuat dan menyediakan makanan; interaksi manusia dan agens penyakit yaitu suatu keadaan saat agens penyakit menetap, berkembang biak, dan merangsang manusia untuk membentuk respon berupa tanda-tanda dan gejala 69

penyakit, contohnya perubahan fisiologis seperti demam, mual dan muntah; interaksi agent penyakit, manusia, dan lingkungan yang merupakan suatu keadaan saat agent penyakit, manusia, dan lingkungan bersama-sama saling mempengaruhi dan memperberat satu sama lain sehingga agent penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung mudah masuk ke dalam tubuh manusia, contoh pencemaran makanan oleh bakteri salmonella juga pencemaran air oleh kotoran manusia (Chandra, 2007 ; Slamet, 2004 ). Penelitian dari Nugrahini (2002) menyebutkan bahwa ada hubungan antara sanitasi lingkungan dan kejadian demam tifoid. Maka usaha yang dapat dilakukan untuk upaya pencegahan terhadap lingkungan yaitu Penyediaan air minum yang memenuhi syarat kesehatan yaitu masak air sekurang-kurangnya lima menit penuh (apabila air sudah masak, biarkan ia lima menit lagi), pembuangan kotoran manusia (buang air besar dan buang air kecil) yaitu di tempat jamban dan pemberantasan agent penyebab penyakit demam tifoid yaitu Salmonella dengan cara menyediakan sumber air bersih dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan (Kusnoputro, 2000).

2.1.2 Karakteristik kelompok umur 11-15 tahun Manusia tidak lepas dari proses tumbuh dan berkembang yang akan selalu terjadi di setiap tingkatan usia. Ada berbagai macam teori dalam proses tumbuh kembang, salah satunya adalah teori Piaget yang menyatakan bahwa anak secara aktif membangun pemahaman mengenai dunia melalui empat tahap perkembangan kognitif. 70

Piaget percaya bahwa manusia memiliki empat tahapan perkembangan dalam memahami dunia. Tahapan ini mempunyai empat fase utama yaitu fase sensorimotor, fase praoperasi, fase operasional konkret dan fase operasional formal. Setiap fase mempunyai karakteristik yang unik (Santrock, 2007) Kelompok umur 11 hingga 15 tahun adalah tahapan Piaget yang terakhir yaitu fase operasi formal,, dalam tahapan ini individu bergerak melalui pengalamanpengalaman konkret dan berfikir dengan cara-cara yang abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari berfikir abstrak, remaja menembangkan gambaran-gambaran tentang situasi yang ideal dan akan lebih sistematis menggunakan pemikiranpemikiran yang logis. Kualitas abstraksi pemikiran pada tingkatan operasional formal terlihat jelas dalam menyelesaikan masalah. Pemikiran operasional konkret perlu melihat element-element konkret A, B dan C agar mampu membuat kesimpulan logis bahwa jika A=B dan B=C maka A=C, sedangkan pemikiran operasional formal mampu menyelesaikan persoalan ini hanya dengan presentasi verbal (Santrock, 2007). Tabel 2.1 Tahap Perkembangan Kognitif Piaget Fase

Usia

Kemampuan Yang Signifikan

11 Fase Operational

sampai 15

Formal

tahun

Remaja melakukan penalaran dengan cara yang lebih abstrak, idealis dan logis.

71

2.1.3 Jenis Kelamin Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya padat dan menempati peringkat ke empat jumlah penduduk tebanyak di Dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Hasil Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2005 mendapatkan data bahwa jumlah penduduk Indonesia sebanyak 213.375.287 jiwa, dimana penduduk laki-laki sebanyak 107.274.528 jiwa dan perempuan 106.100.759 jiwa. Data diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada perempuan (Husni, 2005). Jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan ada beberapa perbedaan yang biasanya dikatakan sebagai perbedaan gender. Sejumlah besar ulama memandang bahwa laki-laki menempati posisi superior atas perempuan. Keputusan ini dihubungkan dengan pernyataan dalam Al-Qur’an yaitu : “ Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian dari mereka (laki-laki) atas sebahagian dari yang lain (perempuan)…….. “ (QS 4: 34) Az-Zamakhsyari (467-538 H) menyatakan bahwa laki-laki memang lebih unggul daripada perempuan. Keunggulan itu meliputi akal (al-‘aql), ketegasan (alhazm), semangat (al-‘azm) dan keberanian (al-farusiyyah wa ar-ramy). Dahulu kala perempuan dianggap tidak memiliki kemampuan sehingga selalu di sampingkan dan tidak dianggap dalam hal apapun. Seiring dengan perkembangan zaman, kini realitas budaya telah memperlihatkan semakin banyak perempuan yang memiliki 72

kemempuan intelektual dan kecerdasan nalar. Hal bisa terjadi karena budaya telah memberikan peluang untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki lebih besar seperti laki-laki. Mansour Fakih menyatakan bahwa perbedaan gender tidak menjadi masalah sejauh tidak menyebabkan ketidakadilan bagi laki-laki maupun perempuan (Muhammad, 2007). Dalam hal ini Nabi bersabda : “ Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik dan rupa kamu, tetapi Dia melihat hati dan amal perbuatan kamu. “ (HR.Muslim).

2.1.4 Sumber Informasi Awal

sejarah

manusia

bertukar

informasi

melalui

bahasa.

Bahasa

memungkinkan seseorang memahami informasi yang disampaikan oleh orang lain, tetapi bahasa yang disampaikan dari mulut ke mulut hanya bertahan sebentar saja. Tekhnologi lalu berkembang melalui gambar, tulisan dan terus berkembang hingga saat ini (Rahmat, 2005). Ada berbagai macam teknologi informasi yang bisa digunakan oleh manusia di zaman sekarang ini, mulai dari media cetak seperti koran maupun media elektronik seperti televisi, radio, internet. Rahmat (2005) mengungkapkan bahwa fungsi dari media adalah untuk menyampaikan informasi, sebagai pendidik, menghibur dan mempengaruhi. Abad ini disebut sebagai abad komunikasi massa karena komunikasi telah mencapai suatu tingkatan dimana orang mampu berbicara dengan jutaan manusia secara serentak. Sedikit banyaknya media informasi ini dapat mempengaruhi masyarakat mulai dari anak hingga dewasa. Banyak media informasi yang ada dan 73

yang paling dominan diantara semua tekhnologi informasi adalah televisi (81,8%) dibandingkan dengan media lain seperti mendengarkan radio, menonton film dan media elektronik maupun media cetak lainnya. (Sugandi, 2009). Penelitian Rusdi Muchtar di Sulawesi Utara melaporkan bahwa televisi telah mengubah kegiatan seluruh penduduk desa. Hal ini juga sesuai dengan penelitian YKAI (Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia) yang menemukan, ketika anak menonton televisi cenderung melakukan kegiatan lain yaitu makan (35%), tidurtiduran (28%) dan belajar (13%). Dalam keterkaitan antara televisi dan belajar, penelitian ini menemukan anak yang tak tahan godaan televisi mengaku malas belajar (80%) dan tidak suka membaca buku (66%) (Jahja, 2006). Tidak hanya di Indoesia, Schramm, Lyle dan Parker (1961) menunjukkan dengan cermat bagaimana kehadiran televisi telah mengurangi waktu bermain, tidur, membaca dan menonton film pada sebuah kota di Amerika. Maka dari itu Dywer (1988) menyatakan bahwa televisi merebut 94% saluran masuknya pesan-pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. Televisi mampu untuk membuat orang mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar di layar televisi walau hanya satu kali melihat. Secara umum orang akan mengingat 85% dari apa yang mereka lihat di televisi setelah tiga jam dan 65% setelah 3 hari (Rahmat, 2005). Pada pelatihan tentang media literasi terhadap lima puluh orang siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Jakarta pada Juli 2008, Sugandi (2009) menemukan hampir 80% siswa menjawab bahwa di rumah mereka terdapat tiga televisi, 20% menjawab dua televisi. Maka dari itu Mulyana dan George Gerbner 74

menyatakan keniscayaan televisi pada dewasa ini telah menjadi “agama” baru dan menggeser ajaran agama yang sebelumnya karena mempengaruhi dan digunakan oleh semua orang tanpa mengenal batasan, namun menurut Rahmat (2005) pengaruh itu dapat disaring, diseleksi bahkan mungkin ditolak sesuai dengan faktorfaktor personal yang mempengaruhi anak. Deborah Line Barger menyatakan bahwa menonton acara televisi pendidikan bermutu dapat membantu anak belajar (Jahja, 2006) demikian pula dengan penelitian dari Pujianti (2003) yang mengungkapkan bahwa media televisi edukasi berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) sebesar 72,5% dibandingkan dengan media pembelajaran kontemporer, namun menurut Seto Mulyadi : “ Dari laporan Departemen Kominfo yang saya ketahui, tayangan unsur pendidikan tak sampai 1 persen, hanya 0,07 persen. Jadi, jika bicara soal pendidikan, jangan nonton televisi” Mematikan dan menjauhkan televisi dari siklus kehidupan merupakan hal yang cenderung berat dilakukan di zaman ini, maka langkah yang efektif untuk dilakukan adalah pada upaya restriktif, yaitu mengatur jam menonton televisi, terutama pada anak-anak. Suatu analisis regresi yang dilakukan Warren (1999) memperlihatkan pola menonton anak ternyata bisa dikendalikan tatkala orangtua melibatkan diri secara aktif dalam proses pendampingan ( Sugandi, 2009).

2.1.5 Penelitian Terkait

75

Penelitian yang dilakukan oleh Andika Dwi pratiwi yang berjudul “Demam Tifoid Terhadap upaya Tindakan Prefentive Terjadinya Demam Tifoid Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) dan Mahasiswa Fakultas Hukum Angkatan 2002 Universitas Jember”. Total sample yang digunakan sebanyak 156 responden. Dari hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh tingkat pengetahuan demam tifoid terhadap upaya tindakan preventif terjadinya demam tifoid pada mahasiswa PSPD angkatan 2002 adalah sebesar 14,1%, dan pengaruh lebih kecil pada mahasiswa Fakultas Hukum yaitu 13%. Pengaruh sikap tentang demam tifoid terhadap tindakan preventif terjadinya demam tifoid pada mahasiswa PSPD angkatan 2002 adalah sebesar 12,4% dan pada mahasiswa Fakultas hukum angkatan 2002 sebesar 15,7%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya pengaruh yang nyata antara tingkat pengetahuan dan sikap tentang demam tifoid terhadap upaya tindakan preventif terjadinya demam tifoid pada mahasiswa PSPD dan mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 2002 Universitas Jember ( Pratiwi, 2008).

76

BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep Berdasarkan teori yang telah di uraikan pada studi pustaka, maka peneliti membuat kerangka konsep untuk memudahkan mengidentifikasi konsep-konsep sesuai penelitian sehingga dapat dimengerti. Tabel 3.1 Kerangka Konsep dengan judul Tingkat Pengetahuan Siswa Madrasah Tsanawiah (Mts) Al-Sa’adah Terhadap Demam Tifoid

Variabel Umur

Deskriptif V. Umur Interpretasi

Variabel Jenis kelamin Variabel Sumber Informasi

Deskriptif

Tingkat

V. Jenis Kelamin

Pengetahuan

Deskriptif

Siswa Mts

V. Sumber Informasi

Al-Sa’adah Tinggi

Variabel Tingkat Pengetahuan 1. Gambaran Umum 2. Cara Pencegahan

Deskriptif V. Tingkat Pengetahuan

Sedang Rendah

77

Kerangka konsep di atas menggambarkan tentang karaktaristik siswa, tingkat pengetahuan siswa tentang demam tifoid, gambaran tingkat pengetahuan siswa tentang gambaran umum dan cara pencegahan demam tifoid dan gambaran tingkat Pengetahuan siswa MTs. Al-Sa’adah berdasarkan jenis kelamin dan sumber informasi.

3.2. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana karakreristik siswa MTs Al-Sa’adah 2. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan siswa tentang Demam Tifoid 3. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan siswa tentang gambaran umum dan cara pencegahan demam tifoid. 4. Bagaimana gambaran tingkat Pengetahuan siswa MTs. Al-Sa’adah berdasarkan jenis kelamin dan sumber informasi.

78

3.3. Definisi Operasional Variabel

Sub

Definisi

Definisi

Variabel

Konseptual

Operasion

Cara Ukur

Alat

Hasil Ukur

Skala

Ukur

Ukur

al Tingkat

Tingkat

Tingkat

Siswa

Pengetahu

pengetahuan

pengetahu

diberi

an

adalah

an adalah pertanyaan

penilaian

tingkat

tentang

akan

pemahama

demam

pemahaman

n

pengetahuan

atau

.

siswa tifoid.

Jika sejumlah

pemahaman

informasi

akan

yang

pengetahuan

dimiliki

itu

baik siswa

maka

tentang

tingkat

demam

pengetahuan

tifoid.

Format

Tingkat

Ordina

kuision

pengetahuan

l

er.

kategori

tinggi

jika nilai jawaban yang benar 19-26 , sedang jika nilai jawaban

yang

benar 10-18 dan rendah jika nilai jawaban

yang

benar 0-9.

seseorang akan

baik,

bila pemahaman akan

suatu

hal

yang

sedang maka tingkat pengetahuan

79

seseorang akan sedang begitu pula sebaliknya.

Gambara

Gambaran

Tingkat

Siswa

n Umum

umum

pengetahu

diberi

tentang

an

demam

pemahama

tifoid

yang n

terdiri

Format

gambaran umum Ordina

Kuision

kategori

er

jika nilai jawaban

tentang

yang benar 8-10,

siswa gambaran

dari tentang

umum

definisi,

gambaran

demam

etiologi,

umum

tifoid yang

patofisiologi

demam

terdiri dari

sedang jika nilai jawaban benar

, tanda dan tifoid yang definisi, gejala,

terdiri dari etiologi,

komplikasi

definisi

patofisiolo

dan

penyakit

gi,

dan gejala

demam

tifoid,

,

tifoid.

etiologi,

komplikasi

patofisiolo

dan

yang 4-7

dan

rendah jika nilai jawaban

yang

benar 0-3

tanda

kekambuhan demam

gi,

tinggi l

atau pertanyaan

tanda kekambuh

dan gejala, an. komplikasi dan kekambuh an Cara

Cara

Tingkat

Format

cara

pencegahan Ordina

80

Pencegah

pencegahan

pengetahu

an

demam

an

tifoid.

pemahama n

atau

Kuision

kategori

tinggi l

er

jika nilai jawaban yang benar 11-16

siswa

, sedang jika nilai

tentang cara

jawaban

yang

pencegaha benar 6-10 dan

n demam

rendah jika nilai

tifoid .

jawaban

yang

benar 0-5 Umur

Umur

Lamanya

Format

Dalam

kuision

numerik.

l

di Format

Dalam kategori

Nomin

kuision

1. laki-laki

er.

2. perempuan

Siswa

adalah lama hidup dari diberikan waktu hidup responden

pertanyaan

sejak

yang

tentang

dilahirkan.

dihitung

umurnya.

data Interva

er.

dengan tahun mulai dari lahir sampai dilakukan penelitian.

Jenis

Jenis

Jenis

Siswa

Kelamin

kelamin

kelamin

berikan

adalah sifat siswa

pertanyaan

jasmani atau menurut

tentang

rohani yang sifat

jenis

membedaka

kelaminny

jasmaniny

al

81

n

dua a.

a.

makhluk sebagai wanita atau pria. di Format

Sumber

Sumber

Mudah

Siswa

Informasi

informasi

atau

beri

adalah

tidaknya

pertanyaan

pemberitahu

siswa

tentang

an,

kuision

1. Ya

Nomin

2. Tidak

al

er.

kabar mendapatk mudah

atau berita.

an sumber tidaknya informasi

mendapatk

dari media an sumber cetak

informasi

maupun

tentang

elektronik

demam

tentang

tifoid.

demam tifoid.

82

BAB IV METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian Menurut Setiadi (2007) metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui pertanyaan terstruktur atau kuisioner penelitian, setelah itu dicari tingkat pengetahuan dengan analisa data dan perhitungan statistik.

4.2. Populasi dan Sampel 4.2.1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya menurut Sugiono. (Hidayat, 2008). Populasi pada penelitian ini adalah siswa Madrasah Tsanawiah (MTs) Al-Sa’adah kelas VII, VIII dan IX sebanyak 233 orang siswa. 4.2.2. Sampel Sample adalah pemilihan sekelompok objek dari populasinya yang memenuhi ciri-ciri tertentu. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : a.

Siswa kelas VII, VIII dan IX baik laki-laki maupun perempuan

b. Usia 11 sampai 15 tahun c. Bersedia menjadi respoden.

83

Sample penelitian diambil dengan menggunakan rumus Estimasi Proporsi sebagai berikut : N = ( Z1-ά/2)2 pq d2 = (1,96)2 0,5 . 0,5) (0,1)2 = 96,04 ≈ 96 orang Keterangan : N

= jumlah total sample

p

= sifat suatu keadaan dalam % ( jika jumlah tidak diketahui dianggap 50%)

q

= 100%-p → 0,5

d

= 10% → 0,1

ά

= 5%

Z1- ά/2 = 1,96 Dari hasil perhitungan diatas, maka jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak 96 orang di tambah 10% dari 96 untuk mengantisipasi kemungkinan jawaban responden yang tidak valid. Pada penelitian ini jumlah responden adalah 106 orang yang diambil dari siswa kelas VII, VIII dan IX dengan perincian sebagai berikut : Siswa kelas VII = 62 x 106 = 28,20 ≈ 28 siswa 233

Siswa kelas VIII = 105 233

x 106 = 47,76 ≈ 48 siswa

Siswa kelas IX = 66 233

x 106 = 30,02 ≈ 30 siswa

84

Teknik pengambilan sampel pada tiap kelas di lakukan dengan simple random sampling. Cara pengambilan responden di dapat dari daftar absen siswa seluruh kelas lalu peneliti mengambil secara acak nomor absen siswa di setiap kelas hingga terpenuhi kuota yang diinginkan.

4.3 Tempat dan Waktu penelitian Tempat penelitian di Madrasah Tsanawiah (MTs) Al-Sa’adah berdasarkan pertimbangan telah dilakukan survey awal dimana prevalensi demam tifoidnya lebih tinggi dibandingkan dua sekolah lainnya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2009.

4.4 Etika Penelitian Etika penelitian ini bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas responden, melindungi dan menghormati hak responden untuk menolak penelitian dan diajukannya pernyataan persetujuan (informed consent) mengikuti penelitian seperti terlampir. Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti meminta izin kepada Kepala Sekolah MTs Al-Sa’adah dengan menyerahkan surat permohonan melakukan penelitian yaitu pengambilan data dari MTs Al-Sa’adah. Kemudian peneliti mendatangi calon responden di masing-masing kelas dan memberi penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian, menjelaskan partisipasi responden, serta kerahasiaan data yang di peroleh. Untuk kejelasan dari responden, maka peneliti merubah demam tifoid menjadi tipes agar responden mengerti dan lebih memahaminya. Setelah diberikan penjelasan, peneliti kemudian memastikan bahwa responden benar-benar mengerti tentang penelitian yang akan dilakukan termasuk keuntungan dan kerugian menjadi subjek penelitian. Siswa akan diberikan lembar persetujuan dan diminta menandatanganinya. Jika responden tidak bersedia menjadi subjek penelitian maka responden berhak mengundurkan diri 85

dari penelitian. Kerahasiaan data yang diperoleh dari responden akan dijaga oleh peneliti dengan cara memberi kode pada masing-masing kuisioner.

4.5 Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner. Kuisoner memuat beberapa pertanyaan yang di rancang oleh peneliti dengan mengacu pada literature khususnya mengenai pengetahuan siswa tentang pencegahan demam tifoid sebanya 26 pertanyaan dengan menggunakan pilihan ya dan tidak. Waktu yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan kurang lebih 25-30 menit. Kuisioner tersebut berisi tentang petunjukpetunjuk untuk pengisisan kuisioner, kode responden, data demografi (umur, jenis kelamin, dan sumber informasi) serta pertanyaan siswa tentang demam tifoid, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi, kekambuhan dan cara pencegahan demam tifoid.

4.6 Prosedur Pengumpulan Data Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian ini melaliu bebertapa tahap yaitu : 4.6.1 Mengajukan dan menyerahkan surat permohonan izin kepada pihak sekolah untuk mengadakan penelitian. 4.6.2 Melakukan pendataan kepada calon responden dengan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian.

86

4.6.3 Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk di tandatangani oleh calon responden, jika calon respoden setuju menjadi subjek penelitian. 4.6.4 Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian kuisioner. 4.6.5 Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuisioner. 4.6.6 Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuisioner. 4.6.7 Responden menyerahkan kembali kuisioner yang telah diisi kepada peneliti untuk diperiksa. 4.6.8 Peneliti mengelompokkan data yang sudah terkumpul sesuai dengan variable penelitian.

4.7 Pengolahan dan Analisa Data Analisa data hasil penelitian dilakukan melalui dua tahap yaitu pengolahan data dan analisa data dengan menggunakan komputer. Analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat. Pada analisis ini data demografi dan pengetahuan siswa tentang pencegahan demam tifoid dideskriptifkan dalam bentuk distribusi frekuensi. Adapun tahap tersebut adalah : 4.7.1. Pengolahan Data 1.

Editing, yaitu proses pengecekan kembali kuisioner yang telah diteliti oleh responden. Pengecekan yang dilakukan meliputi kelengkapan, kejelasan, relevansi

87

serta konsistensi jawaban responden . kuisioner yang belum lengkap akan dikembalikan kepada responden untuk diisi kembali pada saat itu juga. 2.

Coding, yaitu proses merubah data berbentuk huruf dan menjadi data berbilang sehingga akan mempercepat proses pemasukan data. Pada penelitian ini data-data yang akan diberi kode meliputi jenis kelamin dan jawaban klien tentang pencegahan demam tifoid.

3. Scoring, yaitu proses memberi nilai untuk setiap pertanyaan sesuai dengan ketetapan jawaban responden. Jawaban responden yang tepat akan diberi nilai 1 sedangkan jawaban yang tidak tepat diberi nilai 0. 4. Processing, yaitu proses pemasukan data ke dalam program komputer. 5. Cleaning, yaitu proses pengecekan kembali data-data yang telah dimasukan untuk melihat ada tidaknya kesalahan, terutama kesesuaian pengkodean yang dilakukan. Apabila terjadi kesalahan maka data tersebut akan segera diperbaiki sehingga sesuai dengan hasil pengumpulan data yang dilakukan.

4.7.2. Analisa Data Untuk data demografi dan kriteria sampel dilakukan perhitungan presentase : P= F

x 100%

N Keterangan : P = Presentase F = Jumlah frekuensi n = Jumlah responden

88

Pernyataan tentang pengetahuan siswa tentang pencegahan demam tifoid di dalam kuisioner sebanyak 26 pertanyaan dan masing-masing nilai skor antara 0 sampai 1. nilai jawaban tertinggi 1 dan yang terendah adalah 0 sehingga skor yang di dapatkan antara 0-26 kemudian data yang dikumpulkan dan di jumlahkan sesuai dengan skor didapatkan lalu digolongkan tingkat pengetahuan siswa dari tinggi, sedang dan rendah berdasarkan tabel berikut ini :

Tabel 4.1. Kategori Tingkat Pengetahuan Total Skor

Pengetahuan

0-9

Rendah

10-18

Sedang

19-26

Tinggi

4.8 Uji Instrument Penelitian Sebelum kuisioner dibagikan kepada sample yaitu siswa Mts Al-Sa’adah, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba kuisioner yang dilaksanakan dengan responden yang memiliki karakteristik yang sama di dengan subjek penelitian sebanyak 30 orang siswa pada 16 Juli 2009 di sekolah SMP AL-Mubarak. Hasil uji realibilitas mendapatkan data yang tidak reliabel

89

karena alfa cronbach <0,7, maka dari itu peneliti menghilangkan 4 dari 30 kuisioner yang ada sehingga mendapatkan alfa cronbach 0,7.

4.9 Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Mts Al-Sa’adah Pondok Jaya. Mts Al-Sa’adah sudah bersidiri sejak tahun 1984, dimana status tanah dan bangunananya milik sendiri dibawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Al-Sa’adah (YASPIAS). Jenjang akreditasi Mts.AlSa’adah terakreditasi ”A”. Ruangan yang tersedia yaitu sebanyak 7 Ruangan Kelas, 1 Ruang Guru, 1 Ruang Administrasi, 1 Ruang Kepala Sekolah dan 2 toilet yang kondisinya kurang baik.

90

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristik Responden Penelitian ini menyajikan hasil penelitian data demografi dan data siswa Mts Al-Sa’adah tentang tingkat pengetahuan terhadap pencegahan demam tifoid. Jumlah sample minimal dari hasil perhitungan rumus besar sampel adalah 96 orang siswa, lalu di tambahkan 10% menjadi 106 orang siswa. Dari 106 responden didapatkan 3 kuisioner yang tidak valid, hal itu disebabkan oleh responden tidak menjawab lengkap semua pertanyaan di kuisioner sehingga untuk pengolahan data jumlah respondennya menjadi 103 orang siswa. Hasil penelitian disajikan dengan menggunakan tabel dan diagram pie. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Umur (Tahun) Siswa MTs Al-Sa’adah tahun 2009 (n=103)

Umur

Mean

Median

Standar deviasi

Min-maks

13,17

13

1,001

11-15

Berdasarkan tabel 5.1 diatas diperoleh informasi bahwa nilai mean umur siswa adalah 13,17 dan nilai maksimum 15.

laki-laki perempuan

46.6% 53.4%

91

Diagram 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di MTs.Al-Sa’adah tahun 2009 (n=103) Pada diagram 5.1 memperlihatkan presentase siswa MTs Al-Sa’adah yang

terbesar

adalah yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 53,4% dan yang berjenis kelamin perempuan sebesar 46,6%.

5.2 Sumber Informasi

19.42%

koran televisi internet puskesmas lainnya

0.97%

49.51% 25.24%

4.85%

Diagram 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang Demam tifoid di MTs Al-Sa’adah tahun 2009 (n=103 Dari diagram 5.2 terlihat bahwa presentase siswa MTs Al-Sa’adah

yang terbesar

mendapatkan informasi tentang demam tifoid adalah dari televisi sebesar 49,5% dan dari Koran sebesar 0,97%.

92

ya tidak 34.95%

65.05%

Diagram 5.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kemudahan Mendapatkan Informasi Tentang Demam Tifoid di MTs Al-Sa’adah tahun 2009 (n=103) Berdasarkan diagram 5.3 diatas diperoleh informasi bahwa presentase siswa MTs AlSa’adah yang terbesar adalah sulit mendapatkan informasi tentang demam tifoid sebesar 65% sedangkan yang menyatakan mudah sebesar 35%. 5.3 Tingkat Pengetahuan Siswa Mts Al-Sa’adah Table 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Siswa MTs Al-Sa’adah tahun 2009 (n=103) Tingkat Pengetahuan Siswa MTs Al-Sa’adah

Nilai (n)

Persentase (%)

Rendah Sedang Tinggi Total

43 60 0 103

47,72 57,28 0 100

Hasil analisa pada tabel 5.2 dapat diartikan bahwa presentase siswa MTs

Al-

Sa’adah yang terbesar mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang sebesar 57,28 % dan tidak ada yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi.

93

Tingkat pengetahuan responden digambarkan kembali secara terperinci sebagai berikut : 5.3.1. Gambaran Umum Demam Tifoid (pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, kekambuhan dan cara penularan)

14.56%

15.53%

rendah sedang tinggi

69.9%

Diagram 5.4 Distribusi Frekuensi Kategori Tingkat Pengetahuan Gambaran Umum Demam Tifoid siswa MTs Al-Sa’adah tahun 2009 (n=103)

Berdasarkan diagram 5.4 diatas diperoleh informasi presentase siswa MTs

Al-

Sa’adah yang terbesar mempunyai tingkat pengetahuan gambaran umum demam tifoid yang sedang sebesar 69,9% dan presentase siswa MTs. Al-Sa’adah

yang

terkecil mempunyai tingkat pengetahuan gambaran umum demam tifoid yang tinggi sebesar 14,56%. 5.3.2. Cara Pencegahan Demam Tifoid Tabel 5.3 94

Distribusi Frekuensi Kategori Tingkat Pengetahuan Cara Pencegahan Demam Tifoid Siswa MTs Al-Sa’adah tahun 2009 (n=103) Tingkat Pengetahuan Cara Pencegahan Demam Tifoid Siswa MTs Al-Sa’adah

Nilai

Persentase

(n)

(%)

Rendah Sedang Tinggi Total

83 20 0 103

80,58 19,42 0 100

Berdasarkan tabel 5.3 diatas diperoleh informasi presentase siswa MTs Al-Sa’adah yang terbesar mempunyai tingkat pengetahuan cara pencegahan demam tifoid yang rendah yaitu sebesar 80,58% dan tidak ada yang mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi Pada tabel dibawah ini diperlihatkan distribusi frekuensi tingkat pengetahuan siswa MTs Al-Sa’adah tahun 2009 berdasarkan jenis kelamin, sumber informasi dan kemudahan mendapatkan informasi.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Terhadap Demam Tifoid Dilihat Berdasarkan Jenis Kelamin siswa MTs Al-Sa’adah tahun 2009 (n=103) Pengetahuan Demam Tifoid Jenis Kelamin

Rendah

Sedang

Tinggi

Total

n

%

N

%

n

%

n

%

Laki-laki

26

47,3

29

52,7

0

0

55

100

Perempuan Total

18

37,5

30

62,5

0

0

48 103

100 100 95

Berdasarkan tabel 5.4 diatas diperoleh informasi bahwa tingkat pengetahuan pencegahan demam tifoid yang rendah dari jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan yaitu sebesar 47,6%. Sementara dari tingkat pengetahuan pencegahan demam tifoid yang sedang tidak jauh berbeda antara laki-laki dan perempuan.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Terhadap Demam Tifoid Dilihat Berdasarkan Sumber yang Sering Digunakan Untuk Mendapatkan Informasi Siswa MTs Al-Sa’adah tahun 2009 (n=103) Sumber Informasi

Pengetahuan Demam Tifoid Rendah

Sedang

Tinggi

Total

n

%

n

%

n

%

n

%

Koran

1

100

0

0

0

0

1

100

Televisi Internet

15 3

29,4 60

36 2

70,6 40

0 0

0 0

51 5

100 100 96

Puskesmas Lainnya Total

14 11

53,8 55

12 9

46,2 45

0 0

0 0

26 20 103

100 100 100

Berdasarkan tabel 5.5 diatas diperoleh informasi bahwa tingkat pengetahuan pencegahan demam tifoid siswa MTs Al-Sa’adah yang sedang memperoleh informasi yang terbanyak dari televisi sebesar 70,6%, sementara dari tingkat pengetahuan pencegahan demam tifoid siswa MTs Al-Sa’adah yang rendah juga memperoleh informasi terbanyak dari televisi sebesar 29,4%.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Terhadap Demam Tifoid Dilihat Berdasarkan Kemudahan Mendapatkan Informasi Tentang Demam Tifoid Siswa MTs.Al-Sa’adah tahun 2009 (n=103) Pengetahuan Demam Tifoid Kemudahan Mendapatkan Informasi

n

%

n

%

n

%

n

%

Ya

12

33,3

24

67,6

0

0

36

100

32

47,8

35

52,2

0

0

67 103

100 100

Tidak Total

Rendah

Sedang

Tinggi

Total

97

Berdasarkan tabel 5.6 diatas diperoleh informasi bahwa tingkat pengetahuan demam tifoid siswa MTs Al-Sa’adah yang sedang lebih banyak yang tidak mudah mendapatkan informasi tentang demam tifoid yaitu sebesar 67,6% sedangkan tingkat pengetahuan demam tifoid siswa MTs Al-Sa’adah yang rendah juga lebih banyak yang tidak mudah mendapatkan informasi tentang demam tifoid yaitu sebesar 47,8%.

98

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain : 6.1.1

Secara teoritis banyak sekali masalah yang harus diteliti dalam demam tifoid, tetapi karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana peneliti maka penelitian ini hanya meneliti beberapa variabel yang terkait dengan demam tifoid yaitu pengetahuan, beberapa karakteristik (jenis Kelamin dan usia) dan sumber informasi.

6.1.2

Penelitian ini hanya bersifat deskriptif yaitu penggambaran tingkat pengetahuan Siswa MTs Al-Sa’adah tentang demam tifoid .

6.1.3

Instrument penelitian ini berupa kuisioner. Kuisioner berisi pertanyaan untuk mengukur pengetahuan Siswa MTs Al-Sa’adah dan sudah disediakan alternatif jawaban yaitu Ya dan Tidak, sehingga memungkinkan responden tidak dapat mengemukakan jawaban dengan bebas. Bentuk pernyataan pada kuesioner dibuat sesederhana mungkin agar Siswa MTs Al-Sa’adah dapat dengan mudah memahami maksud dari pernyataan tersebut.

6.2 Karakteristik Responden 99

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan siswa tentang pencegahan demam tifoid yang di lakukan di MTs Al-Sa’adah Pondok Jaya yang melibatkan 106 responden. Pembahasan akan diuraikan berdasarkan variabel-variabel yang diteliti. Karakteristik 103 responden yang diteliti didapatkan bahwa rata-rata umur siswa MTs. Al-Sa’adah adalah 13,17 tahun, sedangkan nilai minimum-maksimumnya adalah 11-15 tahun. Lebih dari 50% responden berjenis kelamin laki-laki 53,4%. Anak umur 11 sampai 15 tahun menurut Piaget masuk dalam fase operasi formal. Fase operasional formal, dimana anak mempunyai tahap kemampuan karakteristik beradaptasi dan fleksibel dengan lingkungannya dan berfikir pola yang abstrak menggunakan tanda atau simbol

dan menggambarkan

kesimpulan yang logis. Jenis kelamin laki-laki yang memiliki tingkat pengetahuan tentang demam tifoid yang sedang sebesar 52,7% sedangkan perempuan sebesar 62,5%, hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang demam tifoid perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Penelitian Hayati (2009) mendapatkan data bahwa tingkat pengetahuan perempuan 15% sedangkan lakilaki 14,81%, selain itu penelitian Lingustina (2000) menunjukkan bahwa responden perempuan yang tingkat pengetahuannya baik sebesar 25,8% dan laki-laki 25,6%. Hal ini tidak sesuai dengan yang dikatakan oleh Az-Zamakhsyari (467-538 H) yang menyatakan bahwa laki-laki lebih unggul daripada perempuan, keunggulan itu meliputi akal (al-‘aql) tetapi seiring dengan perkembangan zaman, kini realitas budaya telah memperlihatkan semakin banyak perempuan yang memiliki kemempuan intelektual dan kecerdasan (Muhammad, 2007).

6.3 Sumber Informasi

100

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa siswa lebih banyak mendapatkan informasi dari televisi yaitu sebesar 49,51%, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Sugandi (2009) dimana televisi menempati urutan tertinggi (81,8%) media yang di gunakan oleh anak usia sekolah daripada media informasi dari cetak maupun elektronik lainnya. Kondisi ini dapat disebabkan oleh perkembangan zaman dan kemajuan tekhnologi di era globalisasi, banyak jenis tekhnologi informasi yang ada mulai dari media cetak seperti koran maupun media elektronik seperti televisi, radio, dan internet juga

tidak menutup

kemungkinann mendapat informasi dari tempat kesehatan seperti puskesmas atau tempat lainnya. Hal tersebut juga sesuai dengan fungsi dari media massa yaitu untuk menyampaikan informasi, sebagai pendidik, menghibur dan mempengaruhi (Rahmat, 2003). Berdasarkan data yang ada, siswa MTs Al-Sa’adah menyatakan bahwa teknologi informasi dominant yang digunakan oleh responden adalah televisi, dimana 70,6% dari siswa yang mendapatkan sumber informasi dari televisi dan mempunyai tingkat pengetahuan demam tifoid yang sedang. Siswa juga sulit mendapatkan sumber informasi mengenai demam tifoid yaitu sebesar 65,05%. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh minimnya acara edukasi, seperi yang dikemukakan Seto Mulyadi bahwa “ .....tayangan unsur pendidikan tak sampai 1%”. Hal tersebut sesuai dengan penelitian dari Pujianti (2003) yang mengungkapkan bahwa pengaruh media televisi edukasi berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa SLTP sebesar 72,5% dibandingkan dengan media pembelajaran kontemporer. Televisi merupakan media informasi yang baik digunakan karena informasi masuk melalui indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga) yang menyerap sebagian besar pengetahuan manusia (Notoadmodjo, 2007).

6.4 Tingkat Pengetahuan

101

Penilaian tingkat pengetahuan responden dilakukan berdasarkan kemampuan siswa dalam menjawab 26 pertanyaan mengenai demam tifoid termasuk gambaran umum (pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala juga cara penularan) dan cara pencegahan demam tifoid. Hasil pengolahan data melalui perangkat lunak komputer menunjukkan bahwa responden memiliki tingkat pengetahuan yang bervariasi tentang demam tifoid yaitu 47,72% mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah, 57,28% mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang dan tidak ada yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh Astuti (2006) dimana tingkat pengetahuan Ibu tentang penyakit demam tifoid umumnya sedang. Dimana dari 58 responden yang diteliti terdapat 10,94% yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi, 76,82% sedang dan 12,24% rendah.

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan dipengaruhi oleh fasilitas. Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan (Lestari, 2002). Salah satu contoh fasilitas adalah media, kemungkinan persamaan penelitian ini karena kurangnya responden mendapatkan sumber informasi (media) yang berhubungan dengan demam tifoid.

102

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 7.1.1

Karakteristik responden siswa MTs. Al-Sa’adah, adalah: Mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki 53,4%, rata-rata umurnya adalah 13,17 tahun, sumber informasi yang di gunakan televisi 49,51% dan sulit mendapatkan informasi mengenai demam tifoid 65,05%.

7.1.2

Tingkat Pengetahuan Siswa MTs. Al-Sa’adah Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa tingkat pengetahuan siswa MTs. AlSa’adah Pondok Jaya terhadap demam tifoid adalah sedang yaitu sebesar 57,3%.

7.1.3

Tingkat Pengetahuan siswa MTs. Al-Sa’adah tentang gambaran umum dan cara pencegahan demam tifoid Hasil penelitian mendapatkan data bahwa presentase siswa MTs Al-Sa’adah yang terbesar mempunyai tingkat pengetahuan gambaran umum demam tifoid yang sedang sebesar 69,9% dan siswa MTs Al-Sa’adah yang terbesar mempunyai tingkat pengetahuan cara pencegahan demam tifoid yang rendah yaitu sebesar 80,58%.

7.1.4

Tingkat Pengetahuan siswa MTs. Al-Sa’adah berdasarkan jenis kelamin dan sumber informasi. Hasil penelitian mendapatkan data bahwa responden yang berjenis kelamin lakilaki yang mempunyai tingkat pengetahuan sedang sebesar 52,7% sedangkan perempuan sebesar 62,5%. Sebagian besar responden memilih televisi sebagai sumber informasi sebesar 49,51%, sedangkan 70,6% dari siswa yang memilih sumber informasi televisi mempunyai tingkat pengetahuan sedang dan responden

103

yang mendapatkan kemudahan informasi sebesar 34,95% yang sebagian besarnya (67,6%) mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang.

. 7.2 Saran Setelah melakukan penelitian, peneliti merekomendasikan beberapa hal yaitu : 7.2.1

Bagi Peneliti Lain

7.2.1.1 Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan desain penelitian yang lebih mendalam, misalnya deskriptif korelasi yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan siswa terhadap pencegahan demam tifoid. 7.2.1.2 Penelitian selanjutnya diharapkan perbanyak variabel penelitian untuk mendapatkan perbandingan dan hubungan. Variabel juga dapat dikembangkan agar dapat menghasilkan teori dan konsep baru.

7.2.2 Bagi Pelayanan Kesehatan Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, terlihat bahwa tingkat pengetahuan siswa Mts.Al-Sa’adah Pondok Jaya terhadap demam tifoid tergolong sedang dan sumber informasi yang digunakan sebagian besar adalah televisi. Oleh karena itu peneliti menyarankan ditampilkannya iklan layanan masyarakat tentang kesehatan, terutama tentang demam tifoid pada jam anak sekolah menonton televisi agar dapat menambah pengetahuan mengenai demam tifoid.

7.2.3

Bagi Siswa

Siswa disarankan untuk menambahkan pengetahuan tentang demam tifoid dari berbagai sumber yang ada.

7.2.4

Bagi Sekolah MTs Al-Sa’adah

Pengembangan kurikulum pendidikan kesehatan perlu untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang demam tifoid, peran serta guru sangat diharapkan dalam 104

memberikan informasi yang diperlukan siswa tentang demam tifoid, dan juga meningkatkan sarana dan prasarana yang ada di sekolah seperti toilet dan diadakannya tempat untuk cuci tangan agar dapat memutus mata rantai demam tifoid.

105

DAFTAR PUSTAKA

Algerina. Tifoid Pada Anak. Jakarta : Elex Media Komputindo. 2008 Anies. Manajemen Berbasis Lingkungan. Jakarta : Elex Media Komputindo. 2008 Astuti, Dian Wahyu. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Demam Tifoid pada Anak. Dari http://adln.fkm.unair.ac.id/gdl diakses tanggal 22 Oktober 2009. 2006 Bloom. Domain of Learning dalam Van Hoozer, et al. The Teaching Process Theory and Practice Nursing. USA : Appleton Century Corfts. 1986 Brunner dan Suddart. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2001 Chandra, Budiman. Pengantar kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC. 2007 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3. Jakarta : Balai Pustaka. 2003 Departemen Kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia 2002. Departemen kesehatan Indonesia: Jakarta. 2002 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Dasar (RISKESDAS) 2007. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008 Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat. Standarisasi Makanan. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001 Hidayat,

Aziz

Alimun.

Metode

Penelitian

Keperawatan

dan

Tekhnik

Analisa

Data. Jakarta : Salemba Medika. 2008

Husni, Ipin ZA. Jumlah Penduduk Laki-laki lebih banyak dari Perempuan. Dari

http://kbi.gemari.or.id/beritadetail.php?id=4247 diakses tanggal 25 Oktober 2009. 2005

106

Jahja dan Irvan. Menilai Tanggung Jawab Sosial Televisi. Jakarta : Suara Pemuda. 2006

Kalbefarma. Resiko kesehatan anak terhadap makanan jajanan. Dari http : //www.majalahfarmasia.com/news.php? BID 23 diakse tanggal pada 30 April 2009. 2002

Kusnoputro, Haryoto.

Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Universitas Indonesia Fakultas

Kesehatan Masyarakat. 2000 Lestari, Suci. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS di Sekolah Menengah Atas (SMA) 3 Bogor. Laporan Penelitian FIK-Universitas Indonesia Depok. 2002 Lingustina. Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja ”Gaul” Blok M Jakarta Selatan. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok. 2000 Mawar Hayati. Pengaruh Peer Edukasi Tentang Jajanan Sehat Terhadap Perilaku Jajanan Anak Usia Sekolah Di Lhokseumawe Aceh . Tesis Depok : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2009 Mubarak, Wahit Iqbal dkk. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : Sagung Seto. 2006 Mulyadi,

Seto.

Sinetron

Bahayakan

Anak.

Dari

http://202.146.5.33/kompas-

cetak/0801/15/humaniora/4166849.htm dikutip pada 12 Oktober 2009. 2007 Muhammad, KH. Husein. Fiqih Perempuan. Yogyakarta : LKiS Pelangi Aksara. 2007 Nasrudin. Penyakit Infeksi di Indonesia. Surabaya : Airlangga Univercity Press. 2007 Noer, Syaifullah. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC. 2005 Notoadmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Eka Cipta. 2007 Nugrahini, Kartika. Hubungan Kondisi Sanitasi Rumah dengan Kejadian Demam Tifoid pada Pasien

Rawat

Inap

di

RSUD

Brebes.

Dari

107

http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=1452 dikutip pada 22 Oktober 2009. 2002 Perry dan Potter. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC. 2005 Pratiwi.

Demam Tifoid Terhadap upaya Tindakan Prefentive Terjadinya Demam Tifoid Pada

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter dan Mahasiswa Fakultas Hukum Angkatan 2002 Universitas Jember. Dari http: //diglib.unej.ac.id/go.php. diakses tanggal 20 April 2009. 2008 Pujianti.

Pengaruh Media televisi edukasi dengan Belajar Kontemporer. Dari http :

//diglib.unair.ac.id/go diakses pada 12 September 2009. 2003 Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Persada. 2005 Rampengan. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta : EGC. 1997 Rosto, Elizabeth. Pathophysiology Incredibly Eazly. Philladelphia : Lippincott Williams & Wilkins. 2008. Santosa, dkk. Faktor Resiko Kejadian Demam Tifoid Di Kabupaten Purworejo. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat. Vol 22 hal 180. 2006 Santrock, John. W. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga. 2007 Setiadi.

Konsep dan Penulisan Riset keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

2007

Slamet, Juli Soemirat. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. 2004 Sugandi, Dusi. Mendampingi Anak Menonton Televisi. Dari http://newspaper.pikiranrakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=85909 diakses tanggal 22 Oktober 2009. 2009 Sulastri. Tatalaksana Demam Tifoid pada anak. Penyusun standarisasi penyakit pencernaan. Jakarta : Ditjen PPM-PL Republik Indonesia.2001

108

WHO.

Penyakit Bawaan Makanan. Jakarta : EGC. 1997

Winnarny, Anny.

Hubungan antara kebiasaan jajan dengan status kesehatan SMP.

Laporan penelitian. Fakultas Ilmu Keperawatan Depok. 2007 .

109

110