DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN PERAN DIRI SEBAGAI SISWA PADA REMAJA DI SMK PELITA NUSANTARA I SEMARANG Rini Riana Setia Budi 1 Ns. Eny Hidayati, S.Kep. M.Kep2 Abstrak Konsep diri merupakan inti pola kepribadian, konsep ini mempengaruhi berbagai sifat. Salah satu komponen dari konsep diri adalah peran diri. Remaja dengan peran diri yang baik akan dapat menunjukkan prestasinya di sekolah. Remaja dengan peran diri yang rendah akan menjadi remaja yang tersingkirkan dari kelompok masyarakat atau teman sebayanya. Remaja dapat menunjukkan peran diri yang baik jika orang tua memberikan dukungan terhadap tugas perkembangannya. Tujuan penelitian adalah mengetahui dukungan orang tua dengan peran diri sebagai siswa pada remaja di SMK Pelita Nusantara I Semarang. Jenis penelitian adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa SMK Pelita Nusantara I Semarang kelas II sebanyak 120 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah total populasi. Variabel bebas penelitian ini adalah dukungan orang tua dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah peran diri. Analisis data yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian mendapatkan bahwa sebagian besar dukungan keluarga dalam kategori baik (55,0%), sebagian besar peran diri remaja dalam kategori sedang (64,2%), ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan peran diri remaja (p=0,006). Berdasarkan hasil penelitian di atas diharapkan kepada remaja diharapkan dapat menunjukkan perannya di masyarakat dengan cara mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat seperti bergabung dalam karang taruna sehingga remaja mempunyai wadah untuk menyalurkan daya kreativitasnya. Kata Kunci : Dukungan orang tua, Peran diri remaja
PARENTS SUPPORT WITH THE SELF ROLE OF ADOLESCENTS AS A STUDENT AT THE SMK PELITA NUSANTARA I SEMARANG Abstract The self concept was at the core of personality patterns, this concept affects the various properties. One component of the self-concept was the self role. The self role of teens will be able to demonstrate good performance in school. Adolescents with low self role will be marginalized youth of the community or peers. Adolescents may show the self role which was good if the parents provide support to the development task. The research objective was to determine the parental support with adolescent self role as a student in SMK Pelita Nusantara I Semarang. This type of research was a descriptive correlation with cross-sectional approach. Population was all students of SMK Pelita Nusantara I Semarang on class II with amount 120 students. Sampling technique used was total population. Independent variable was parent support and dependent variable was self role of adolescents. Analysis of the data used was Rank Spearman correlation. The study found that the majority of family support in both categories (55.0%), most of the self role of adolescents in the medium category (64.2%), there was a significant correlation between family support with the self role of adolescents (p = 0.006). Based on the above research results were expected to adolescents to demonstrate its role in society by following the activities in the community such as joining the youth so that youth have a place to channel the power of creativity.
Keywords: parental support, self role of adolescent
1
LATAR BELAKANG Remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna dan secara faali alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna
pula.
Perubahan
fisik
ini
akan
memberi
pengaruh
terhada
perkembangan jiwa seorang remaja (Sarwono, 2011). Hanya sedikit anak yang melampaui masa puber tanpa mengembangkan konsep diri yang kurang menyenangkan. Ini juga terjadi pada anak yang sebelumnya memiliki pandangan yang baik tentang diri sendiri dan mempunyai kepercayaan diri yang kuat untuk melaksanakan peran pemimpin dalam kelompok teman – temannya. Ada banyak hal yang menyebabkan perkembangan konsep diri kurang baik selama masa puber, diantanya di sebabkan alasan pribadi dan alasan lingkungan. Hampir semua anak puber mempunyai konsep diri yang tidak realistis mengenai penampilan dan kemampuannya kelak berasal dari masa kanak - kanak pada saat konsep diri ideal terbentuk. Anak mengawasi perubahan tubuhnya dan ketika mengamati prilakunya yang canggung, remaja semakin bertambah kecewa karena apa yang di lihat sangat berbeda dengan apa yang di harapkan. Ini berpengaruh buruk pada konsep dirinya (Sarwono, 2011). Seiring
dengan
masa
perkembangannya
maka
remaja
memiliki
tugas
perkembangan yaitu dituntut untuk mempersiapkan diri dalam memasuki masa tersebut agar remaja dapat memiliki keutuhan pribadi dalam arti yang seluasluasnya. Proses perubahan karena pengalaman dan usia merupakan hal yang terjadi karena dalam proses pematangan kepribadiannya, remaja demi sedikit memumculkan ke permukaan sifat-sifat yang sebenarnya, yang harus berbenturan dengan rangsangan-rangsangan dari luar. Berbagai bentuk benturan antara diri individu remaja dengan rangsangan dari luar ini merupakan bagian dari tugas perkembangan yang harus dijalani oleh remaja sebagai bagian dari lingkungannya (Sarwono, 2011).
2
Adanya tugas-tugas perkembangan bagi remaja tersebut dapat membuat remaja merasakan beban dalam kehidupannya. Sebagaimana dinyatakan oleh Sofia (2009) bahwa pertumbuhan fisik masa remaja akan diikuti oleh adanya gejolak dan permasalahan baik secara medis maupun psikososial. Gejolak dan permasalahan ini dapat disebabkan oleh kondisi remaja yang sedang mencari jati diri terhadap norma-norma baru yang berlaku di dalam lingkungannya. Remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan peran barunya tersebut dapat membuat dirinya labil dan emosional bahkan dapat membuat frustasi dan depresi hingga berperilaku yang merugikan baik bagi diri sendiri maupun orang lain (Sofia, 2009). Berkaitan dengan hal di atas maka untuk menghindarkan remaja agar tidak mengalami frustasi dan depresi dalam memikul tugas perkembangannya maka sangat diperlukan peran dan bantuan dari orangtua. Remaja yang sedang menjalankan tugas perkembangannya sangat membutuhkan rasa aman, rasa kasih sayang serta kebutuhan akan harga diri. Pemenuhan kkebutuhan remaja inilah yang mampu mengantarkan anaknya menjadi remaja yang siap dan mantap dalam menghadapi masa depannya yang hal ini tidak terlepas dari peran orang tua (Sarwono, 2011). Peran orang tua dalam hal ini dapat berupa bentuk pola asuh yang diterapkan. Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif maupun positif. Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dengan anak dalam berinteraksi, serta berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Dalam pengasuhannya, memerlukan sejumlah kemampuan interpersonal dan mempunyai tuntutan emosional yang besar (Monks, dkk, 2007). Orang tua sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak. Bentuk pola asuh yang biasa diterapkan oleh orang tua ada tiga macam yaitu demokratis, otoriter dan permisif
3
(Amalia, 2006). Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Pola asuh otoriter sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti dan pola asuh permisif atau pemanja biasanya meberikan pengawasan yang sangat longgar. Bentuk pola asuh yang diterapkan ini menjadi sarana belajar bagi anak di rumah (Amalia, 2006). Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara pola asuh orangtua dengan tingkat depresi pada remaja di SMK 10 Nopember Semarang”. METODE PENELITIAN Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif korelasi untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat (Nursalam, 2008). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan belah lintang (Cross Sectional), dimana variabel sebab yaitu dukungan orang tua dan variabel akibat yaitu peran diri remaja diukur dalam waktu yang bersamaan dan sesaat (Notoatmodjo, 2010). Analisis data menggunakan uji Rank Spearman.
HASIL PENELITIAN Dukungan orang tua dalam penelitian ini ditemukan dalam 2 bentuk dukungan yaitu sedang dan baik. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan orang tua kepada remaja di SMK Pelita Nusantara I Semarang Dukungan orang tua
N
%
Sedang
54
45,0
Baik
66
55,0
Jumlah
120
100
4
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar dukungan orang tua dalam kategori baik yaitu sebanyak 66 orang (55,0%) dan yang kategori sedang sebanyak 54 orang (45,0%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran diri remaja di SMK Pelita Nusantara I Semarang. Peran diri remaja
N
%
Sedang
77
64,2
Baik
43
35,8
Jumlah
120
100
Hasil penelitian diketahui bahwa hanya 35,8% peran diri remaja dalam kategori baik. Grafik 1 Hubungan dukungan orang tua dengan peran diri remaja di SMK Pelita Nusantara I Semarang 80
70
Peran diri remaja
60
50
40 50
60
Dukungan keluarga
70
80
90
100
r = 0,251 p=0,006
Berdasarkan diagram scater plot dapat diketahui bahwa kemiringan garis linier bergerak dari bawah ke atas yang menunjukkan adanya hubungan yang positif antara kedua variabel. Artinya apabila dukungan orang tua meningkat maka peran diri remaga juga akan meningkat. Berdasarkan nilai korelasi sebesar 0,251 tersebut menunjukkan hubungan yang lemah.
5
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar dukungan orang tua dalam kategori baik yaitu sebanyak 55,0%. Selebihnya ditemukan dukungan orang tua dalam kategori sedang. Keluarga yang memberikan dukungan yang baik ini dapat ditunjukkan dengan orang tua memberikan perhatian dan berbagai kemudahan bagi remaja untuk mengembangkan diri. Dukungan orang tua sebenarnya dapat berupa dukungan informasional yaitu memberikan pengertian kepada remaja untuk mengembangkan diri dan berperan aktif dalam kehidupan sosialnya termasuk di dalam kelas.
Sebagaimana dinyatakan oleh Friedman (2008) bahwa orang tua berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang
pemberian
saran,
sugesti,
informasi
yang
dapat
digunakan
mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.
Dukungan lain yang tidak kalah penting sebenarnya adalah dukungan instrumental yaitu penyediaan fasilitas yang dapat mendukung bagi remaja untuk mengembangkan diri. Keluarga memfasilitasi dengan memberikan kesempatan pendidikan serta fasilitas lain yang dapat mendukung kemampuan remaja untuk beraktifitas.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar peran diri remaja dalam kategori sedang yaitu sebanyak 64,2%. Peran diri yang sedang ini sebenarnya menunjukkan bahwa kemampuan remaja untuk menunjukkan kemampuan atau potensi yang ada pada dirinya belum di terekspoitasi semua, atau dapat juga remaja terkesan masih malu untuk menunjukkan kemampuan atau memang bahkan dari pihak orang tua yang kurang memberikan kesempatan kepada remaja.
6
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu didalam kelompok sosialnya. Peran memberikan sarana untuk berperan serta dalam kehidupan sosial dan merupakan cara untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang. Individu dikatakan mempunyai konsep diri yang baik berkaitan dengan peran adalah adanya kemampuan untuk berperan aktif dalam lingkungan, sekaligus menunjukkan bahwa keberadaannya sangat diperlukan oleh lingkungan (Suliswati dkk, 2005).
Peran diri remaja adalah sikap, perilaku dan tindakan yang dilakukan oleh remaja sesuai dengan kedudukannya didalam masyarakat atau lingkungan sosialnya. Remaja yang memiliki peran diri yang baik tentunya akan mampu berperan aktif didalam lingkungannya dengan mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki (Gufron dan Risnawati, 2010). Peran diri remaja ini berkaitan dengan kepercayaan diri remaja tersebut. Kepercayaan diri sendiri merupakan aspek kepribadian yang penting bagi remaja. Tanpa adanya kepercayaan diri yang tinggi akan banyak menimbulkan masalah pada diri remaja, karena kepercayaan diri yang tinggi maka remaja akan mampu mengaktualisasikan segala potensi yang ada pada dirinya, yang salah satunya dengan berperan aktif di dalam lingkungan sosial (Gufron dan Risnawati, 2010).
Berdasarkan analisis korelasi Rank Spearman didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,251 dengan nilai p sebesar 0,006 (P< 0,05), sehingga dapat dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara dukungan orang tua dengan peran diri remaja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik dukungan yang diberikan oleh orang tua maka semakin baik pula peran diri yang ditunjukkan oleh remaja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmadi (2010) yang meneliti tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan konsep diri pada remaja putri yang mengalami pubertas di Madrasah Aliyah Futuhiyah
7
Desa Penggaron Lor Kecamatan Genuk Semarang. Konsep diri dalam penelitian ini termasuk didalamnya adalah tentang peran diri.
Dukungan orang tua memberi pengaruh terhadap perkembangan psikologis dan perkembangan sosial pada remaja. Melalui dukungan keluarga yang baik maka dapat membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri pada remaja, sejak awal sebaiknya anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya baik kekurangan maupun kelebihannya agar ia mampu mengendalikan dirinya sehingga dapat bereaksi secara wajar dan normative dalam proses perkembangannya (Sochib, 2008).
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah pada proses pengumpulan data dengan kuesioner memungkinkan responden menjawab pertanyaan dengan tidak jujur atau tidak memahami pertanyaan yang dimaksud sehingga hasilnya kurang mewakili secara kualitatif. Penelitian ini juga menemukan kendala yaitu terjadi keengganan pada siswa untuk menjadi responden namun setelah diberikan penjelasan akhirnya bersedia dan mau berpartisipasi dalam penelitian ini. . PENUTUP Beradasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa sebagian besar dukungan orang tua dalam kategori baik yaitu sebanyak 55,0%. Sebagian besar jenis kelamin responden adalah perempuan yaitu sebanyak 76,7%. Ada hubungan yang bermakna antara dukungan orang tua dengan peran diri remaja di SMK Pelita Nusantara I Semarang. Remaja diharapkan dapat menunjukkan perannya di masyarakat dengan cara mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat seperti bergabung dalam karang taruna sehingga remaja mempunyai wadah untuk menyalurkan daya kreativitasnya.
8
Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi bagi ilmu keperawatan jiwa khususnya berkaitan dengan dukungan keluarga untuk meningkatkan peran diri remaja. Sebaiknya orang tua memberikan dorongan semangat serta memberikan fasilitas yang menunjang sehingga remaja dapat menunjukkan peran dirinya dengan baik. 1
Rini Riana Setia Budi : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang 2. Ns. Eny Hidayati, S.Kep. M.Kep: Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa
Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
KEPUSTAKAAN Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Friedman, M., (2008). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktek. Jakarta : EGC Gufron, N. & Risnawati, R. (2010). Teori-teori psikologi. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Mongks, K.N. dan Haditomo, SR. (2007). Psikologi perkembangan : pengantar dalam berbagai bagiannya. Yohyakarta : Gadjah Mada university Press. Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan :Pedoman skripsi, tesis dan instrument penelitian keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Sarwono, S.W. (2011). Psikologi remaja. Edisi revisi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Scohib M. (2008). Pola Asuh Orang Tua. Jakarta : Rineka Cipta. Suliswati dkk. (2007). Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : Prehalindo.