1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PASAR TRADISIONAL

Download Sebagai lembaga ekonomi masyarakat, pasar merupakan ekspresi dari hubungan-hubungan sosial. Hal ini ... sosiologi memiliki makna filosofi s...

0 downloads 295 Views 60KB Size
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pasar tradisional selama ini sudah menyatu dan memiliki tempat penting dalam kehidupan masyarakat. Bagi masyarakat, pasar bukan hanya sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli tetapi juga sebagai wadah interaksi sosial dan representasi nilai-nilai tradisional yang ditunjukkan oleh perilaku para aktor-aktor di dalamnya. Dalam pengertian sederhana, Soelarno (1999:297) menjelaskan bahwa pasar adalah tempat fisik terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan pembeli yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu. Sebagai lembaga ekonomi masyarakat, pasar merupakan ekspresi dari hubungan-hubungan sosial. Hal ini disebabkan aktivitas ekonomi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial, yang keberadaannya mengakar dengan kuat dalam hubungan-hubungan sosial kemasyarakatan. Artinya, meskipun tindakan ekonomi yang berlangsung di pasar mengedepankan kalkulasi untung-rugi, tetapi juga merupakan bagian dari konstruksi sosial (Nugroho, 2001:39). Dengan demikian realitas ekonomi yang terkonstruksi di pasar merupakan realitas sosial, yang menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi yang berlangsung di pasar tidak hanya transaksi jual beli semata tetapi juga mendorong berlangsungnya proses interaktif antar individu dan terbangunnya hubungan-hubungan personal yang membentuk “jaringan sosial”, baik secara formal maupun informal. 1

2

Keberadaan institusi pasar merupakan suatu sistem sosial yang di dalamnya melibatkan para pedagang seperti pengecer, pedagang besar dan pedagang perantara yang dihubungkan oleh hubungan-hubungan yang melembaga dan secara simultan lebih bersifat ekonomi dan sosial. Adapun bersifat ekonomi, karena mengaitkan hubungan mereka dengan tersedianya pasokan-pasokan barang dan uang. Sedangkan secara sosial, menghubungkan anggota keluarga, pelanggan, dan klien (Alexander, 1999: 291). Hal yang sama juga diutarakan oleh Paskarina (2007:10) bahwa pasar secara sosiologi memiliki makna filosofi sebagai arena jual beli produk dan juga tempat pertemuan warga untuk berinteraksi sosial atau melakukan diskusi formal atas masalah yang mereka hadapi. Artinya, melalui interaksi yang terjalin antara penjual dan pembeli, pembeli dengan pembeli, atau penjual dengan hubungan sosial yang dalam pada akhirnya akan membuat loyalitas pembeli menjadi tinggi untuk pedagang yang mampu menjalin hubungan sosial yang baik dengan pembelinya. Secara kultural, Kuncoro (2008:49) menjelaskan bahwa pasar tradisional sangatlah penting bagi penerus kebudayaan bangsa untuk melestarikan kebudayaan Indonesia. Sebagai sebuah sistem kebudayaan, pasar tradisional adalah ruang yang menjaga dan menyangga dinamika sosio-kultural masyarakat. Karena pasar tradisional merupakan tempat masyarakat berbagai lapisan memperoleh barangbarang kebutuhan harian dengan harga yang relatif terjangkau. Selain itu, pasar tradisional juga mengajarkan budaya sopan santun, ramah tamah, gotong royong, silaturahmi dan juga rasa kebersamaan. Suasana Indonesia dapat dirasakan dalam

3

sebuah pasar tradisional yaitu nuansa gemeinschaft (kebersamaan) dan kekeluargaan yang begitu melekat didalamnya. Dengan makna filosofi tersebut, keberadaan pasar tradisional menjadi semakin penting di era modern sekarang ini dan tidak dapat dipisahkan dari sistem kehidupan masyarakat Indonesia. Sebagai ruang public (public spare) pasar tradisional pada saat ini identik sebagai daerah perbelanjaan yang kumuh dan kotor dengan sebuah nilai lebih yang cukup penting yaitu interaksi antar penjual dan pembeli dapat berlangsung lebih akrab serta menawar harga suatu produk dapat memberikan kepuasan tertentu. Sistem tawar menawar dalam transaksi jual beli di pasar tradisional membuat suatu hubungan tersendiri antar penjual dan pembeli. Melihat nilai strategik itu, maka pasar tradisional memiliki fungsi sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi kerakyatan. Karakter khas dari pasar tradisional adalah masih berjalan sistem perdagangan dengan memakai pola harga luncur dan tawar menawar untuk mencapai kesepakatan harga. Hal ini diperkuat dengan penelitian Clifford Geertz (dalam George Dalton, 1981:379) tentang pasar di Mojokuto di daerah Jawa Tengah dan Pasar Tabanan di daerah Bali. Geertz mengungkapkan peranan kelas menengah (Middle Class) dalam dunia wiraswasta (entrepreneurs)) dan mencirikan pasar dengan 3 ciri. Pertama dalam pasar terdapat sistem harga luncur (sliding price system). Kedua pembagian kerja yang sangat berkembang menyokong organisasi struktur sosial. Ketiga adanya pemisahan tegas antara ikatan sosial yang ekonomi (Geertz, 1989:44). Mekanisme ini memiliki

4

potensi yang tak ternilai bagi terbangunnya perasaan saling mempercayai (trust), saling menghormati sampai pada perasaan empati pada sesama. Selanjutnya Geertz (1989) menjelaskan bahwa: “Hubungan antara para pedagang dan antara pedagang dengan langganan bersifat sangat spesifik: ikatan-ikatan komersil sama sekali dipisahkan dari ikatan-ikatan sosial persahabatan, ketetanggaan, bahkan kekerabatan adalah satu hal, perdagangan adalah hal lain, dan pendekatan pada kegiatan ekonomi terlepas dari hubungan pribadi, penuh perhitungan dan rasionalistis yang kadang-kadang dianggap sebagai ciri khas masyarakat yang telah maju perekonomiannya.”

Pasar berdasarkan fungsi ekonomisnya merupakan tempat jual beli barang dan jasa. Namun dalam penelitian Karimuddin Hasybullah (dalam Alfian, 1977:173) yang dilakukan di luar Jawa mengenai pasar mingguan Uroe Gantoe di Aceh Besar mengungkapkan bahwa selain kegiatan jual beli, pasar juga memiliki fungsi rekreasi, pertemuan sosial hasil pertukaran informasi dan pemerintahan. Fungsi sosial tersebut memungkinkan ratusan pedagang kecil secara langsung memberikan nafkah kepada keluarga pelaku pasar tradisional. Fungsi pasar tradisional tersebut secara alami telah terbentuk komunitas dari berbagai kelompok sosial. Komunitas yang telah lama terbangun dan terbentuk atas berbagai unsur mulai dari pedagang, penarik becak, kuli angkut, pedagang kaki lima, pedagang oprokan hingga pemasok (supplier) dan juga konsumen. Komunitas ini tidak bisa dengan semena-mena dicerai berai karena setiap unsur dalam komunitas ini memiliki sumbangsih sendiri bagi kehidupan pasar. Karena kesemua aktor-aktor tersebut menggantungkan hidup dari pasar.

5

Di balik itu, tenaga kerja yang tergolong dalam sektor informal pulalah yang mendominasi jaringan distribusi dari penghasil produk lokal kepada penjajanya di perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa pasar bukan saja menjadi sumber penghidupan bagi para pedagangnya, namun juga lebih banyak lagi orang-orang yang terlibat dalam mendukung kegiatan pasar ini seperti kegiatan jasa transportasi, barang dan orang, perparkiran dan keamanan. Saat ini tidak sedikit pedagang pasar tradisional yang biasa berjualan dengan cara diutangkan. Akibatnya penjual terjerat utang oleh rentenir yang berkeliaran mencari mangsa di pasar tradisional. Mereka selalu dan sangat tergantung dalam hal penyediaan modal kepada “bank keliling”, yang konon bunga banknya lebih dari 20% 1. Perilaku berhutang tidak hanya bagi sebagian pedagang di pasar yang sematamata untuk tujuan memperoleh modal dan mencari keuntungan tetapi mereka menjalin hubungan dengan mengukuhi kekerabatan dan kebersamaan sebagai hal yang utama. Keberadaan pasar tradisional merupakan salah satu sumber kekayaan daerah sekaligus perekat hubungan sosial dalam masyarakat. Sebagai aset daerah, pasar tradisional dengan pengelolaan secara efektif akan mampu menyumbang pemasukan bagi pendapatan asli daerah yang bersangkutan. Sebagaimana penelitian Novita (2002) menunjukkan bahwa pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi yang mendorong dan memperlancar kegiatan yang bersifat ekonomi bagi masyarakat, disamping itu

1

Sumber: http://file.upi.edu/Direktori/Fpbs/Jur._Pend._Bahasa_Daerah/196307261990011Dede_Kosasih/Pdf/Artikel/1 Pasar_Tradisional.pdf

6

juga mampu memberikan peran yang maksimal terhadap penciptaan kesempatan kerja. Lebih lanjut penelitian ini melihat begitu pentingnya peran pasar tersebut, maka perlu dikaji mengenai keragaan dari pasar tradisional dalam menampung barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dan juga berbagai aspek yang mempengaruhi keberhasilan para pedagang tradisional tersebut. Dengan keberhasilan pedagang akan mendorong kepada peningkatan laba Dinas Pasar yang dapat menunjang pembiayaan pembangunan daerah melalui PAD yang pada akhirnya mendorong kepada pengembangan wilayah Kabupaten Deli Serdang. Seiring dengan perkembangan zaman, perubahan sosial ekonomi yang terjadi dalam masyarakat menyebabkan pasar tradisional perlu diremajakan kembali. Tetapi banyak pihak yang memiliki kepentingan berbeda sehingga menyebabkan terjadinya konflik dalam pengelolaan pasar tradisional. Sebagaimana penelitian Chatra (2007) mengungkapkan ada enam kelompok (stakeholder) yang terlibat konflik yaitu kelompok pemilik tanah yang bersaing, kelompok pemilik aset (perangkat adat), fasilitator (Pemkab Padang Pariaman), kontraktor, pengambil manfaat fasilitas (pedagang dan koperasi pedagang pasar/Koppas) dan terakhir pengguna fasilitas (pembeli). Semua stakeholders menyetujui pasar nagari Lubuk Alung diremajakan, namun hal itu tidak mudah dilakukan karena adanya saling kait antara masalah itu. Padahal pasar berpotensi besar terlihat dari jumlah pengunjung dan uang beredar. Berlarut-larutnya masalah dalam perangkat adat Lubuk Alung, konflik tanah, politik daerah dan sumber anggaran proyek mengakibatkan peremajaan pasar nagari Lubuk Alung ini tertunda. Hal ini menyebabkan eksistensi pasar tradisional mulai goyah

7

yang disebabkan permasalahan eksternal dan internal yang membelenggu pasar tradisional. Pasar tradisional sebagai pasar rakyat merupakan salah satu indikator paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah, termasuk di Sumatera Barat. Sumatera Barat merupakan provinsi yang memiliki banyak pasar, hal ini dikarenakan kebiasaan orang Sumatera Barat adalah berdagang. Keberadaan pasar di Sumatera Barat sangat penting artinya bagi perkembangan perekonomian masyarakat, karena pasar mampu menampung hasil produksi petani dan mampu memenuhi segala kebutuhan sehari-hari masyarakat. Kota Padang khususnya merupakan kota yang memiliki perkembangan pasar yang cukup pesat. Salah satunya adalah Pasar Raya Inpres Padang yang dikelola oleh pemerintah daerah. Pasar Raya Inpres Padang merupakan pasar induk yang menjadi salah satu sumber PAD Kota Padang. Pasar ini terletak di pusat kawasan Kota Padang 2

2

dengan luas tanah 57.967 m , luas bangunan 45.157 m . Kota Padang berpenduduk + 880.000 orang yang dilayani oleh satu pasar regional yaitu Pasar Raya dan sembilan belas pasar lokal tersebar mengikuti sebaran konsentrasi penduduk. Oleh karena itu, Pasar Raya Inpres Padang merupakan jantung perekonomian Kota Padang sebagai tempat transaksi ekonomi dan interaksi budaya. Eksistensinya sangat urgen dalam pemenuhan berbagai macam kebutuhan hidup, tidak hanya bagi masyarakat yang berdomisili di kawasan Kota Padang, tetapi juga bagi masyarakat Sumatera Barat pada umumnya.

8

Letak Pasar Raya Inpres Padang sangat strategis karena terletak di pusat kawasan perkotaan yang mempunyai kedudukan yang strategis dalam wilayah Kota Padang dengan fungsi dan peran antara lain sebagai aktivitas transaksi ekonomi perdagangan, simpul jaringan transportasi yang mudah dicapai di Kota Padang, konsentrasi aktivitas penduduk terbesar serta konsentrasi pusat pelayanan terbesar seperti pendidikan dan kesehatan. Pasar Raya Inpres Padang termasuk dalam kategori pasar tradisional dengan ditempati kurang lebih 2.524 pedagang yang menjual beraneka ragam komoditas meliputi sayur mayur, daging, peralatan rumah tangga, makanan, pakaian dan lain sebagainya membuat pasar tersebut selalu ramai oleh pengunjung. Keberadaan Pasar Raya Inpres Padang masih tetap bertahan di tengah-tengah masyarakat yang terus berkembang. Hal ini disebabkan karena para pedagang memiliki jaringan sosial informal yang kuat dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Selain itu, masyarakat Kota Padang masih memiliki budaya untuk tetap berkunjung dan berbelanja ke Pasar Raya Padang. Sekarang ini kondisi Pasar Raya Inpres Padang memiliki daerah parkir yang ruwet, jalanan yang becek terutama di blok sayur dan ikan terasa kurang nyaman. Hal ini terjadi karena Pasar Raya Inpres Padang mengalami kerusakan bangunan dan fasilitas lainnya yang disebabkan musibah gempa pada tanggal 30 September 2009 yang menggoncang Kota Padang. Menurut Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Sumbar sekitar 1000 toko/ruko hancur, terbanyak di Pasar Raya Padang 784 toko. Selebihnya menyebar di pasar-pasar satelit dan kawasan pertokoan di Kota Padang.

9

Tapi bagaimanapun juga pasar ini merupakan alternatif bahkan menjadi tujuan utama masyarakat Kota Padang dalam berbelanja kebutuhan pokoknya. Pembeli dan pelanggan tetap yang sering mengunjungi serta berbelanja di pasar ini adalah ibu rumah tangga, pedagang keliling dan pemilik toko kecil yang dikenal dengan istilah “lapau”. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penelitian ini penting dilakukan karena jaringan sosial berperan penting bagi eksistensi pedagang pasar tradisional di zaman era modern sekarang ini. Oleh sebab itu tanpa adanya jaringan di dalamnya, suatu perdagangan tidak akan bisa bertahan dalam menghadapi persaingan yang dihadapi oleh pedagang itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah Pasar tradisional merupakan salah satu wujud budaya lokal dan ekonomi rakyat yang dapat menjadi wahana efektif untuk melestarikan kebudayaan. Interaksi sosial di dalam pasar tradisional sangat terlihat, hal ini dapat dibuktikan dari tata cara penjualan (sistem tawar menawar) sampai dengan ragam latar belakang suku dan ras didalam kehidupan pasar tradisional. Pasar Raya Inpres Padang telah menjadi jantung perekonomian masyarakat Kota Padang dan sekitarnya. Meskipun tersedia pasar alternatif lainnya seperti pusat perbelanjaan mall, pasar swalayan dan lain-lain, namun secara historis keberadaan Pasar Raya Padang memiliki arti dan peran penting dalam geliat perekonomian Kota Bingkuang sampai saat ini. Arti dan peran penting tersebut dibuktikan dengan

10

keberadaan pembeli dan pedagang di Pasar Raya Padang yang menggantungkan keberlangsungan hidupnya melalui aktivitas perdagangan dalam kurun waktu relatif lama. Dalam melakukan aktivitas ekonominya para pedagang Pasar Raya Inpres Padang memiliki hubungan dengan berbagai aktor seperti pemasok barang, rekanan sesama pedagang, pembeli dan langganan. Dengan adanya hubungan yang terjadi antara pedagang dengan aktor-aktor yang terlibat maka disini akan terdapat suatu jaringan sosial yang dibentuk melalui hubungan sosial yang dikaitkan dengan ikatan kepercayaan dan tetap dipertahankan oleh pedagang untuk mendapatkan modal, memperoleh barang bahkan barang sampai ke pembeli. Berdasarkan latar belakang ini, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Jaringan Sosial Pedagang Pasar Raya Inpres Padang Dalam Mempertahankan Eksistensinya”.

1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang telah dijelaskan maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana jaringan sosial yang terbentuk di antara pedagang Pasar Raya Inpres dengan pihak lain yang terlibat di Kota Padang.

11

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan sosiologi, khususnya pada bidang kajian Sosiologi Ekonomi yaitu jaringan sosial pedagang Pasar Raya Inpres di Kota Padang.

1.4.2 Kegunaan Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan rekomendasi sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah daerah, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan pengelolaan dan pengembangan pasar tradisional di masa depan. 2. Bagi masyarakat dan sektor swasta, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan motivasi untuk memberikan kontribusi dalam meningkatkan dan memajukan Pasar Raya Inpres di Kota Padang.