1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BIOPSI ADALAH

Download jaringan, atau kekerasan saat palpasi. Metode biopsi dapat dilakukan pada semua jaringan tubuh, termasuk jaringan lunak rongga mulut yang t...

0 downloads 747 Views 100KB Size
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Biopsi adalah pengambilan jaringan dari tubuh makhluk hidup untuk mendapatkan spesimen histopatologi dalam upaya membantu menegakkan diagnosis (Melrose dkk., 2007 sit. Avon dan Klieb, 2012). Biopsi merupakan metode penting untuk membantu menegakkan diagnosis lesi yang dicurigai mengalami keganasan, seperti pembesaran jaringan, ulkus yang kronis, kerapuhan jaringan, atau kekerasan saat palpasi. Metode biopsi dapat dilakukan pada semua jaringan tubuh, termasuk jaringan lunak rongga mulut yang terdapat lesi (Avon dan Klieb, 2012). Tindakan biopsi akan menyebabkan luka (Avon dan Klieb, 2012). Luka adalah diskontinuitas jaringan yang disebabkan oleh trauma (Hariani dkk., 2012). Luka pasca biopsi yang tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan dampak negatif yaitu infeksi kronis, produktivitas yang menurun, keluhan dan perasaan tidak nyaman bagi penderita (Granick dan Gamelli, 2007 sit Sabirin dkk., 2013; Hariani dkk., 2012). Proses penyembuhan luka merupakan suatu upaya fisiologis untuk memperbaiki tubuh sebagai respon terhadap jejas (Hariani dkk., 2012; Sabirin dkk., 2013). Proses penyembuhan luka terdiri dari tiga fase yang terjadi saling tumpang tindih yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Pada fase inflamasi terjadi vasokonstriksi, hemostasis, dan infiltrasi sel inflamasi. Pada fase

1

2

proliferasi terjadi angiogenesis, deposisi jaringan kolagen, pembentukan jaringan granulasi, dan migrasi sel epitel. Pada fase remodeling terjadi perombakan jaringan kolagen, maturasi epidermis, dan pengerutan luka (Granick dan Gamelli, 2007 sit Sabirin dkk., 2013). Mukosa bukal rongga mulut dilapisi oleh epitel pipih berlapis nonkeratinisasi. Epitel tersebut berfungsi melapisi dan melindungi jaringan yang ada di bawahnya dari lingkungan luar seperti kekuatan mekanik dari pengunyahan, serta mikroorganisme dan produknya. Epitel pipih berlapis non-keratinisasi terdiri dari sel-sel yang melekat satu sama lain dan diatur dalam sejumlah lapisan yang berbeda, yaitu lapisan basal, lapisan intermediet, dan lapisan superfisial (Gunasegaran, 2010). Pada proses penyembuhan luka mukosa bukal, terjadi epitelisasi pada fase proliferasi. Epitelisasi adalah pelapisan permukaan luka dengan epitel baru yang berasal dari proses proliferasi, migrasi, dan diferensiasi sel keratinosit yang berasal dari tepi luka (Gurtner dkk., 2008 sit Kiwanuka dkk., 2013). Sel keratinosit berproliferasi pada lapisan basal kemudian akan berdiferensiasi dan bermigrasi menuju permukaan tepi luka (Pastar dkk., 2014). Proses proliferasi dan migrasi akan berhenti apabila seluruh permukaan luka sudah tertutup sel epitel (Bisono, 2002). Kodok merupakan salah satu binatang yang banyak ditemukan di Indonesia. Binatang amfibi ini banyak hidup di tempat yang lembab, sawah, dan saluran air. Kodok banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di Indonesia. Ekspor kodok di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1960-an. Kodok banyak

3

dikonsumsi oleh masyarakat sebagai makanan khas Indonesia yang bergizi tinggi, contohnya swike, kodok goreng tepung, pepes kodok, steak, tom yam, dan lainlain. Kulit kodok bisa diproses menjadi kerupuk kulit kodok (Pujaningsih, 2007). Kulit kodok mengandung komponen bioaktif yang bermanfaat dalam dunia kesehatan terutama untuk pengobatan. Komponen bioaktif yang terdapat dalam ekstrak kulit kodok yaitu lipid, protein, steroid, alkaloid, opioid, saponin,bradikinin, thyrotropin-releasing hormone, dan beberapa peptida bioaktif antara lain AH90 (Gomes dkk., 2007; Raghavan dkk., 2010; Meier dkk., 2013; Liu dkk., 2014; Kastin, 2006; Cuthbert, 1973). Ekstrak kulit kodok telah digunakan dalam pengobatan Cina untuk mengobati berbagai penyakit. Tabib di Nagaland, India menggunakan kulit punggung katak untuk menutupi luka pasien (Purna dkk., 1995 sit. Govender dkk., 2012). Ahli bedah di Vietnam berhasil menemukan sarana pengobatan melalui penggunaan kulit kodok dari genus Rana sebagai bahan cangkok kulit pada kasus kehilangan kulit (Le, 1992 sit. Govender dkk., 2012). Penelitian pada luka eksperimental tikus wistar yang dibalut dengan kulit kodok sembuh jauh lebih cepat daripada luka yang dibalut dengan kain kasa (Govender dkk., 2012). Hasil penelitian Liu dkk. (2014) diketahui bahwa kulit kodok genus Rana mengandung peptida AH90 yang mempunyai kemampuan untuk mempercepat penutupan luka eksisi pada hewan coba mencit. Pada penelitian tersebut juga diketahui bahwa peptida AH90 mampu menstimulasi migrasi sel keratinosit, sehingga kemungkinan berperan dalam epitelisasi pada proses penyembuhan luka.

4

B. Rumusan Masalah Berdasar latar belakang, timbul permasalahan bagaimana efek aplikasi topikal gel ekstrak kulit kodok (Fejervarya limnocharis) terhadap epitelisasi pada proses penyembuhan luka pasca biopsi pada mukosa oral tikus wistar?

C. Keaslian Penelitian Penelitian terdahulu tentang pemanfaatan ekstrak kulit kodok genus Rana sebagai obat untuk mempercepat proses penyembuhan luka pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian yang dilakukan oleh Liu dkk. (2014) memberikan hasil bahwa ekstrak peptida dari kulit kodok genus Rana dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Penelitian tersebut meneliti percepatan penyembuhan luka pada kulit mencit galur Balb/c. Penelitian yang dilakukan oleh Raghavan dkk. (2010) memberikan hasil bahwa kandungan lipid pada kulit kodok memiliki potensi farmakologis dan pengobatan untuk menyembuhan luka eksisi pada kulit tikus wistar. Penelitian mengenai efek aplikasi topikal gel ekstrak kulit kodok (Fejervarya limnocharis) terhadap epitelisasi pada proses penyembuhan luka pasca biopsi mukosa oral tikus wistar sejauh penulis ketahui belum pernah dilakukan.

D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek aplikasi topikal gel ekstrak kulit kodok (Fejervarya limnocharis) terhadap epitelisasi pada proses penyembuhan luka pasca biopsi mukosa oral tikus wistar.

5

E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam perkembangan ilmu kedokteran gigi berupa informasi mengenai efek aplikasi topikal gel ekstrak kulit kodok (Fejervarya limnocharis) terhadap epitelisasi pada proses penyembuhan luka pasca biopsi mukosa oral tikus wistar. Selain itu, diharapkan gel ekstrak kulit kodok (Fejervarya limnocharis) dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan obat pada proses penyembuhan luka pasca biopsi mukosa oral.