1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PEMBANGUNAN

Download Pembangunan sub sektor tanaman pangan di Indonesia perlu digalakkan karena merupakan bagian dari simbol ... Tanaman sorgum merupakan salah ...

0 downloads 456 Views 176KB Size
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pembangunan sub sektor tanaman pangan di Indonesia perlu digalakkan karena merupakan bagian dari simbol pembangunan pertanian nasional yang meliputi padi dan palawija. Pengembangan tanaman serealia selain padi dan jagung perlu didorong untuk menunjang pengembangan diversifikasi pangan sebagai bahan alternatif untuk memenuhi kebutuhan akan pangan non beras. Komoditas pangan non beras penting untuk dibudidayakan dan dikembangkan dalam mendukung ketahanan pangan (food security) masyarakat Indonesia. Salah satu komoditas pangan non beras yang potensial untuk dikembangkan adalah tanaman sorgum. Tanaman sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang berpotensi sebagai sumber pangan alternatif yang mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan secara komersial di Indonesia, karena didukung oleh kondisi agroekologis dan ketersediaan lahan yang cukup luas (Anonim, 2007). Sorgum merupakan tanaman alternatif yang dapat digunakan sebagai substitusi gandum. Meskipun tidak sepenuhnya dapat mengganti gandum, tetapi tanaman ini dapat menurunkan impor gandum dari negara lain. Seperti yang diketahui bahwa volume dan nilai impor gandum terus meningkat baik dari segi nilai maupun volume. Sepanjang tahun 2012, impor biji gandum mencapai 6,3 juta ton dengan nilai US$ 2,3 miliar. Secara global sorgum merupakan tanaman pangan penting di mana posisinya berada di peringkat ke-5 setelah gandum, padi, jagung dan barley. Sorgum telah dibudidayakan di banyak negara dan sekitar 80% areal pertanaman berada di wilayah Afrika dan Asia. Produsen sorgum dunia didominasi oleh Amerika Serikat, India, Nigeria, China, Mexico, Sudan dan Argentina (ICRISAT/FAO, 1996). Sebagai bahan pangan, kandungan gizi sorgum bersaing dengan beras dan jagung, bahkan kandungan protein, kalsium dan vitamin B1 sorgum lebih tinggi daripada beras dan jagung (DEPKES RI, 1992). Atas dasar fakta tersebut maka sorgum diharapkan dapat membantu mengatasi masalah pangan dan gizi masyarakat, terutama di daerahdaerah marginal yang rawan pangan.

1

Sorgum juga sangat potensial untuk diangkat menjadi komoditas agroindustri karena mempunyai beberapa keunggulan seperti dapat tumbuh di lahan kering dan sawah pada musim kering/kemarau, resiko kegagalan kecil dan pembiayaan (input) usahataninya relatif rendah. Selain budidaya yang mudah, sorgum juga mempunyai manfaat yang sangat luas antara lain untuk pakan ternak, bahan baku industri makanan dan minuman, bahan baku untuk media jamur merang (mushroom), industri alkohol, bahan baku etanol dan sebagainya (Anonim, 2007). Tanaman sorgum sebenarnya telah lama dikenal oleh petani Indonesia khususnya di Jawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT), tetapi budidaya dan pengembangannya masih sangat terbatas dan tradisional. Hal ini dikarenakan masih sedikitnya daerah yang memanfaatkan tanaman sorgum sebagai bahan pangan. Di Jawa sorgum dikenal dengan nama canthel dan umumnya ditanam di lahan tegalan sebagai tanaman sela. Sorgum memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sejalan dengan upaya peningkatan produktivitas lahan marginal karena sorgum memiliki daya adaptasi yang luas dan memerlukan jumlah air yang relatif sedikit dalam pertumbuhannya (Toure dan Weltzien cit. Human, 2011). Salah satu daerah yang melakukan pengembangan tanaman sorgum yakni Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun 2013 melalui kegiatan optimalisasi lahan tanaman sorgum, Kabupaten Bantul mengembangkan tanaman sorgum seluas 400 Ha dengan dukungan dana bantuan sosial yang disalurkan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Tahun Anggaran 2013. Areanya meliputi Kecamatan Pajangan, Imogiri, Sedayu, Pleret, Bambanglipuro, Dlingo, Srandakan, dan Kecamatan Pundong. Lahan pengembangan sorgum yang paling luas berada di Kecamatan Srandakan. Program pengembangan sorgum yang digalakkan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul juga sebagai terobosan diversifikasi pangan yang bekerjasama dengan PT. Sari yang merupakan tim pengembangan sorgum yang bersedia menampung produksi sorgum milik petani. Teknologi budidaya sorgum mempunyai potensi dan prospek yang sangat potensial untuk dikembangkan khususnya di Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul yang memiliki lahan-lahan marginal. Teknologi budidaya sorgum masih merupakan hal baru dan dipandang memiliki multifungsi karena selain menunjang ketahanan pangan dan mengurangi impor gandum, semua bagian

2

tanaman dapat bermanfaat. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui pengembangan tanaman sorgum dan tingkat adopsi teknologi budidaya sorgum yang pada akhirnya berpengaruh pada pengembangan sorgum di daerah tersebut.

B. Perumusan Masalah Tanaman sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang berpotensi sebagai sumber pangan alternatif yang mempunyai prospek sangat baik untuk dikembangkan secara komersial di Indonesia, namun pengembangan tanaman ini belum sebaik tanaman padi dan jagung, budidaya dan pengembangannya masih sangat terbatas. Hal ini dikarenakan masih sedikitnya daerah yang memanfaatkan tanaman sorgum sebagai bahan pangan. Sorgum sulit untuk dikembangkan sebagai sumber bahan pangan hanya karena masalah selera, pilihan, rasa, dan penyimpanannya sebagai bahan pangan yang dianggap mudah rusak. Pengembangan tanaman sorgum secara intensif merupakan hal yang baru di Desa

Poncosari,

Kecamatan

Srandakan,

Kabupaten

Bantul.

Pemerintah

menggalakkan budidaya tanaman sorgum selama beberapa tahun terakhir sebagai upaya untuk menunjang pengembangan program diversifikasi pangan. Dalam pengembangannya, petani mengalami beberapa masalah terkait dengan aspek teknologi budidaya sorgum. Hal ini dikhawatirkan dapat berimbas pada kecepatan pengembangan tanaman sorgum. Berdasarkan keadaan ini maka dapat diambil perumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pengembangan tanaman sorgum di Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul? 2. Bagaimana tingkat adopsi teknologi budidaya sorgum di Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat adopsi teknologi budidaya sorgum di Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul? 4. Bagaimana pengaruh tingkat adopsi teknologi dan faktor-faktor lain terhadap pengembangan sorgum di Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul?

3

C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang berjudul “Adopsi Teknologi Budidaya Sorgum di Desa Poncosari Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul”, yaitu: 1. Mengidentifikasi pengembangan tanaman sorgum di Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. 2. Mengetahui tingkat adopsi teknologi budidaya sorgum di Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. 3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi teknologi budidaya sorgum di Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. 4. Mengetahui pengaruh tingkat adopsi teknologi dan faktor-faktor lain terhadap pengembangan sorgum di Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul.

D. Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan terkait dengan pengembangan tanaman sorgum. 2. Bagi petani dan masyarakat, sebagai tambahan informasi dan bahan pertimbangan dalam pengembangan tanaman sorgum. 3. Bagi peneliti, sebagai sarana mengembangkan pola pikir, menyumbangkan ilmu pengetahuan, dan sebagai pemenuhan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian Strata 1 (S1) di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

4