1 KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PASIEN DAN

Download Antarpribadi Pasien Rawat Inap dan Perawat di Rumah Sakit Setiabudi Medan. ..... diberitahu oleh saudaranya bahwa ada rumah sakit ortopedi ...

0 downloads 492 Views 157KB Size
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PASIEN DAN PERAWAT (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Komunikasi Antarpribadi Pasien Rawat Inap dan Perawat di Rumah Sakit Setiabudi Medan) Gita Ellanda 100922017 ABSTRAK Penelitian ini berjudul: Studi Deskriptif Kualitatif tentang Komunikasi Antarpribadi Pasien Rawat Inap dan Perawat di Rumah Sakit Setiabudi Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien serta alasan mereka memilih Rumah Sakit Setiabudi Medan dan mengetahui komunikasi antarpribadi pasien tersebut dengan perawat. Penelitian ini menggunakan teori komunikasi antarpribadi, komunikasi terapeutik, teori pengurangan ketidakpastian, penetrasi sosial dan pengungkapan diri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, kepustakaan, observasi dan dokumentasi. Informan pada penelitian ini adalah 4 pasien Rumah Sakit Setiabudi Medan dan satu informan tambahan yaitu perawat Rumah Sakit Setiabudi Medan. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian yang diperoleh ialah informan sebagai pasien memiliki karakteristik latar belakang keluarga dan suku yang berbeda, setiap pasien memiliki alasan untuk memilih Rumah Sakit Setiabudi Medan sebagai tempat ia melakukan pengobatan. Kebanyakan dari pasien memiiki alasan bahwa mereka memilih rumah sakit ini dikarenakan saran dari kerabat yang lebih dulu pernah dirawat dan menyatakan rumah sakit ini memiliki pelayanan yang bagus. Komunikasi antarpribadi yang terjalin antara pasien dengan perawat juga sudah cukup baik. Kata kunci : Komunikasi, Komunikasi Antarpribadi, Teori Pengurangan Ketidakpastian, Komunikasi Terapeutik PENDAHULUAN Konteks Masalah Harold D. Lasswell berpendapat bahwa cara yang tepat untuk menjelaskan arti dari komunikasi adalah dengan menjawab beberapa pertanyaan, yang salah satu diantaranya adalah :What In Which Channel? atau dengan saluran apa?saluran yang biasanya disebut media, media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) (Cangara, 2009:19-25) Kegiatan berkomunikasi juga dilakukan antara perawat dan pasien.Bentuk komunikasi yang dilakukan disebut komunikasi antarpribadi.Dalam ilmu kesehatan,komunikasi antarpribadi ini disebut juga dengan Komunikasi Terapeutik. Komunikasi Terapeutik adalah bentuk khusus dari komunikasi yang digunakan dalam pengaturan perawatan kesehatan untuk mendukung, mendidik, dan secara efektif memberi kekuatan dalam mengatasi masalah sulit yang 1

berhubungan dengan kesehatan (Elizabeth, 2007:200) Menurut Nasir (2009: 32) Komunikasi antarpribadi pasien dan perawat dimulai dari pertama bertemu pasien dengan perawat yang disebut tahap pra interaksi, perkenalan, orientasi, tahap kerja dan terminasi. Pada tahap pra interaksiperawat menggali potensi dirinya, menampilkan penampilan yang rapi dan berusaha tidak mencampurkan masalah pribadinya ketika bertemu dengan pasien.Pra interaksi ini juga saat-saat dimana pasien merasakan ketakutan dan kecemasan ketika pertama kali bertemu dengan perawat karena merasa bertemu dengan orang asing dan tidak tahu harus berkata dan berbuat apa dan itu sering terjadi kepada kebanyakan pasien. Dalam hal ini penampilan perawat juga mempengaruhi kecemasan yang dihadapi pasien seperti yang diungkapkan Nasir (2009:169) bagaimana penampilan perawat bisa mengurangi kecemasan pasien. Perkenalan juga proses yang penting dimana pasien dan perawat mulai mengembangkan rasa percaya. Rasa percaya pasien kepada perawat sangat tergantung bagaimana perawat memperkenalkan diri dan dengan sikap yang baik dan ramah melakukan pendekatan dengan pasien. Berdasarkan pra penelitian yang peneliti lakukan banyak perawat yang tidak memperkenalkan nama saat pertama bertemu dengan pasien, sehingga pasien tidak mengingat nama perawat tersebut walaupun sudah beberapa hari di rumah sakit. Setelah tahap perkenalan dan mulai tahap orientasi dimana pasien menceritakan keluhan kepada perawat kemudian tahap kerja yang tentunya di tahap ini banyak dilakukan komunikasi antarpribadi dan interaksi pasien kepada perawat hingga tahap terminasi atau keluarnya pasien dari rumah sakit. Yayasan Perlindungan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPPKI) melaporkan selama kurun waktu 1998 – 2012 pihaknya menerima sekitar 700 pengaduan masyarakat soal buruknya pelayanan kesehatan (NHNews.com, 2013).Memang masyarakat dewasa ini lebih kritis untuk memilih pelayanan mana yang akan mereka gunakan di antara rumah sakit yang bertebaran di tanah air kita. Ironisnya, meskipun jumlah rumah sakit menjamur tidak pula menambah mutu sehingga masyarakat akhirnya berobat keluar negeri. Setiap tahun, tak kurang dari 600 ribu pasien Indonesia berobat keluar negeri dengan tujuan Singapura, Malaysia, Tiongkok, India, Australia, Jerman dan Amerika Serikat. Kunci dari permasalahan itu sebenarnya adalah rendahnya moral dan etika tim kesehatan dan buruknya perawat mendapatkan sorotan sebagai pelakunya. Hal ini beralasan karena perawatlah yang paling banyak bersentuhan langsung dengan pasien. (http:www.myopera.com) Tahun 2013, diadakan satu test keperawatan di Surabaya dimana perawat yang lolos test tersebut akan dikirim dan dipekerjakan ke luar negeri, berupa test kecakapan antarpersonal, disamping kemampuan teknis dalam bidang keperawatan, Nyatanya banyak perawat yang tidak lolos hanya karena tidak tahu bagaimana berempati kepada pasiennya. Agen tersebut tidak mau mengirimkan perawat yang tidak bisa tersenyum dan beramah tamah kepada pasiennya apalagi memiliki rasa empati yang rendah (http:www.kesehatan kompasiana.com) Fokus Masalah Fokus masalah merupakan permasalahan yang sentral yang menjadi perhatian penelitian dan dicari jawabannya dalam penelitian.Adapun fokus 2

masalah yang akan diteliti sebagai berikut: “Bagaimana Komunikasi Antarpribadi antara Pasien Rawat Inap dan Perawat di Rumah Sakit Setiabudi Medan?”. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui komunikasi antarpribadi yang dilakukan pasien rawat inap dengan perawat Rumah Sakit Setiabudi Medan. 2. Untuk mengetahui komunikasi terapetik perawat dengan pasien Rumah Sakit Setiabudi Medan. 3. Untuk mengetahui alasan pasien rawat inap memilih Rumah Sakit Setiabudi Medan. Manfaat Penelitian 1. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berguna dalam memperkaya khasanah penelitian Ilmu Komunikasi. 2. Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti dan bisa dijadikan sebagai bahanpembelajaran. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan mahasiswa FISIP USU jurusan Ilmu komunikasi khususnya mengenai Komunikasi Antarpribadi. 3. Secara praktis, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi yang dapat menjadi bahan perbandingan dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang. KAJIAN PUSTAKA Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication) Komunikasi antarpribadi adalah suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus-menerus. Komunikasi antarpribadi merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Dalam buku Komunikasi Antarpribadi, Alo Liliweri mengutip pendapat Joseph A Devito (Liliweri, 1991:13) yang mengemukakan suatu komunikasi antar pribadi mengandung ciri-ciri : a. Keterbukaan (Openess), yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antar pribadi. b. Empati (Empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain. c. Dukungan (Supportiveness), yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. d. Rasa positif (Positiveness), seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. e. Kesetaraan atau kesamaan (Equality), yaitu pengakuan secara diam- diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Komunikasi Terapeutik Komunikasi interpersonal yang disebut juga komunikasi Terapeutik, merupakan komunikasi yang dilakukan secara sadar, bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien 3

(Wijaya, dkk, 1996:53). Komunikasi terapeutik tidak dapat berlangsung dengan sendirinya, tetapi harus direncanakan, dipertimbangkan dan dilaksanakan secara profesional. Menurut Arwani (2002 : 52) terdapat tiga hal mendasar yang memberi ciriciri komunikasi terapeutik yaitu : a. Keikhlasan (genuinesness) b. Empati (emphaty) c. Kehangatan (warmth) Komunikasi terapeutik dalam pelaksanaannya melalui beberapa tahapan yang meliputi pra-interaksi, orientasi, kerja dan terminasi (Mahmud, 2009:107). Teori Pengurangan Ketidakpastian ( Uncertainty Reduction Theory) Teori yang pertama kali dikembangkan oleh Berger dan Calabrese pada tahun 1975 ini adalah menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi ketidakpastian antara orang-orang yang baru saling mengenal yang terlibat dalam percakapan. Teori pengurangan ketidakpastian membahas proses dasar bagaimana kita memperoleh pengetahuan mengenai orang lain melalui interaksi komunikasi (Morissan, 2010). Menurut Berger, orang mengalami periode yang sulit ketika menerima ketidakpastian sehingga orang cenderung membuat perkiraan terhadap perilaku orang lain, dan karenanya ia akan termotivasi untuk mencari informasi mengenai orang lain. Upaya untuk mengurang ketidakpastian merupakan salah satu dimensi penting dalam upaya membangun hubungan (relationship) dengan orang lain. (Morissan 2010:87) Aksioma Teori Pengurangan Ketidakpastian (Richard West, 2009:179) a. Aksioma 1: Dengan adanya tingkat ketidakpastian yang tinggi pada permulaan fase awal, ketika jumlah komunikasi verbal antara dua orang asing meningkat, tingkat ketidakpastian dalam suatu hubungan akan menurun. b. Aksioma 2: Ketika ekspresi non verbal meningkat, tingkat ketidakpastian menurun dalam interaksi awal. Selain itu, penurunan tingkat ketidakpastian akan menyebabkan peningkatan ekspresi non verbal. c. Aksioma3: Tingkat ketidakpastian yang tinggi menyebabkan meningkatnya perilaku pencarian informasi dan ketika tingkat ketidakpastian menurun, perilaku pencarian informasi juga menurun. d. Aksioma 4: Tingkat ketidakpastian yang tinggi dalam sebuah hubungan menyebabkan penurunan tingkat keintiman dari isi komunikasi. e. Aksioma 5: Ketidakpastian yang tingkat tinggi menghasilkan tingkat resiprositas yang tinggi. Tingkat ketidakpastian yang rendah menghasilkan tingkat resiprositas yang rendah pula f. Aksioma 6: Kemiripan diantara orang akan mengurangi ketidakpastian, sementara ketidakmiripan akan meningkatkan ketidakpastian. g. Aksioma 7: Peningkatan tingkat ketidakpastian akan menghasilkan penurunan dalam kesukaan, penurunan dalam ketidakpastian menghasilkan peningkatan dalam kesukaan. h. Aksioma 8: Ketidakpastian berhubungan secara dengan interaksi dalam jaringan sosial. Makin orang berinteraksi dengan teman dan anggota keluarga dari mitra hubungan mereka, makin sedikit ketidakpastian yang mereka alami. 4

Penetrasi Sosial Asumsi Teori Penetrasi Sosial (West&Turner, 2008 : 197) 1. Hubungan-hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim. Hubungan komunikasi antara orang dimulai pada tahapan superficial dan bergerak pada sebuah kontinum menuju tahapan yang lebih intim. Perbincangan awal seseorang yang mungkin terlihat tidak penting, tetapi lama kelamaan sejalan dengan waktu hubungan ini mempunyai kesempatan untuk menjadi lebih intim. 2. Secara umum, perkembangan hubungan sistematis dapat diprediksi. Asumsi kedua dari teori penetrasi sosial, berhubungan dengan prediktabilitas. Secara khusus para teoritikus berpendapat bahwa hubungan-hubungan berkembang secara sistematis dan dapat diprediksi. 3. Perkembangan hubungan mencakup depenetrasi (penarikan diri) dan disolusi. Asumsi ketiga menyatakan bahwa hubungan dapat menjadi berantakan, atau menarik diri dan kenunduran ini dapat menyebabkan terjadinya disolusi hubungan. 4. Pembukaan diri (self-disclosure) adalah inti dari perkembangan hubungan. Menurut Altman dan Taylor, hubungan yang tidak intim bergerak menuju hubungan yang intim karena adanya keterbukaan diri. Membuka diri dapat membuat hubungan yang tadinya tidak terlalu akrab menjadi akrab. Pengungkapan Diri Sidney Jourard (1971) menandai sehat atau tidaknya komunikasi interpersonal dengan melihat keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi (http://asepjagoanmuda.blogspot.com). Pengungkapan diri menurut Jourard memiliki tiga dimensi, yaitu dimensi keluasan (breadth), kedalaman (depth) dan target atau sasaran pengungkapan diri. dimensi keluasan mengacu pada cakupan materi yang diungkap dan semua materi tersebut dijabarkan dalam enam kategori informansi tentang diri sendiri, yaitu sikap dan pendapat, rasa dan minat, pekerjaan atau kulia, uang, kepribadian dan tubuh. Dimensi kedalaman pengungkapan diri mengacu pada empat tingkat pengungkapan diri yaitu : tidak pernah bercerita kepada orang lain tentang aspek dirim berbicara secara umum, bercerita secara penuh dan sangat mendetail, dan berbohong atau salah mengartikan aspek diri sendiri, sehingga yang diberikan kepada orang lain berupa gambaran diri yang salah. Joseph Lufh & Harrington Ingham (Cangara, 2004) memperkenalkan sebuah konsep yang bernama “Johari Window” sebuah kaca jendela yang terdiri atas empat bagian yaitu Open Area, Blind Area, Hidden Area, dan Unknown Area METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif yang bertujuan menjelaskan fenomena dengan sedalam – dalamnya melalui pengumpulan data sedalam – dalamnya.Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas.

5

Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah hubungan komunikasi antarpribadi pasien Rawat Inap dengan perawat di RS Setiabudi Medan. Subjek Penelitian Metode ataupun cara peneliti dalam memperoleh subjek penelitian dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Purposive sampling dalam (Sugiyono, 2012:85) yakni teknik penentuan informan dengan pertimbangan tertentu. Purposive sampling memilih informan dengan cara memberi kriteriakriteria tertentu yang menjadikan ukuran seseorang layak menjadi informan dalam penelitian ini.Adapun kriteria informan yaitu : a. Pasien rawat inap lebih dari dua hari di RS. Setiabudi Medan. b. Berusia > 17 tahun. Teknik Pengumpulan Data a. Penelitian kepustakaan (Library Research) Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang mendukung penelitian melalui buku-buku, jurnal, internet dan lainnya yang sesuai dengan masalah yang dibahas. b. Penelitian lapangan Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data di lapangan. Dalam hal ini peneliti berencana melakukan teknik observasi dan wawancara mendalam terhadap subjek penelitian (informan). Teknik Analisis Data 1. Reduksi Data 2. Penyajian Data 3. Kesimpulan HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap empat informan. Empat informan pasien Rumah Sakit Setiabudi Medan sedangkan satu informan sebagai informan tambahan yaitu perawat Rumah Sakit Setiabudi Medan. Lokasi penelitian diadakan di Rumah Sakit Setiabudi yang beralamat di jalan mesjid No.3 Tanjung Rejo Medan. Rumah sakit ini berdiri 4 Juli 2010 didirikan atas prakarsa dr.Otman Siregar, SpOT dan dr. Chairiandi Siregar, SpOT. Tingginya tingkat kecelakaan menjadi latar belakang didirikannya rumah sakit ini Konsep awal berdirinya rumah sakit ini dikhususkan untuk kasus-kasus spesialis bedah tulang.Seiring berjalannya waktu, rumah sakit ini berkembang menjadi rumah sakit khusus bedah dan sampai saat ini selain menangani pasien dengan kasus bedah tulang juga menangani pasien dengan kasus bedah digestive (bedah perut), bedah anak, bedah syaraf, bedah plastik dan kecantikan. PEMBAHASAN Setiap informan yang peneliti amati memiliki karakteristik yang berbeda dan berbeda juga komunikasi antar pribadi yang terjalin kepada perawat. Berdasarkan analisis peneliti setelah wawancara, peneliti membuat bahasan yang 6

dikaitkan dengan tujuan penelitian sebagai berikut : Pada Informan pertama pria bernama S.T berusia 31 tahun merupakan seorang karyawan. Pria bersuku Batak ini menjalani operasi pemasangan pen pada kakinya dan sudah menjalani rawat inap selama 4 hari di rumah sakit Setiabudi. Ia belum pernah menjalani rawat inap di rumah sakit lain sebelumnya. Perkenalan ia dengan perawat menurutnya terjadi pada hari pertama ia masuk ke rumah sakit ini. Menurut S.T pada saat ia datang ia bertemu dengan perawat yang telah menunggu di lantai bawah rumah sakit tersebut. Setelah ia dipindahkan ke ruang atas atau ruangan rawat inap, ia bertemu dengan perawat lainnya yang terlihat seperti perawat senior. Beliau juga menuturkan perawat menyambutnya dengan penampilan yang rapi dan ramah. Perawat juga menyebut namanya, mengucapkan salam dan banyak bertanya mengenai keluhan yang dirasakan S.T. Menurut pria lulusan salah satu SLTA di Medan ini, ia sering berbicara dan berbincang dengan perawat, terutama perawat yang lebih senior bernama M. Semua perawat dirasakannya bersikap baik dan tidak membeda-bedakan walaupun ia berada di ruangan rawat inap kelas III. Informan kedua bernama Z berusia 56 tahun. Seorang Ibu Rumah tangga yang menderita kanker payudara. Ibu bersuku Minang yang paling pendiam diantara informan lainnya ini mengaku cukup mengenal perawat-perawat yang sudah 3 hari ini berkomunikasi dengannya.Ia bahkan mempunyai perawat favorit bernama perawat A, menurutnya perawat ini sopan, ramah dan lembut, sehingga ia tidak terlalu merasakan sakit jika disuntik oleh perawat A. Awal ia bertemu dengan perawat ia disambut dengan dua orang perawat, satu orang perempuan dan satu laki-laki, informan ini menuturkan perawat mengucapkan salam dan menanyakan keluhan dan rasa sakit yang dirasakan informan Z. Ibu ini juga mengaku hanya sering berbicara kepada dua perawat saja yaitu perawat A yang sering menanyainya diluar masalah kesehatan, karena perawat yang lain hanya menanyakan apa yang dia butuhkan atau seperlunya saja Informan ketiga yang diwawancara ialah Ibu N. Ibu yang suka bercanda ini sangat ramah dan terbuka dalam menjawab pertanyaan peneliti.Ia terkena penyakit osteoarthritis yaitu cairan yang menipis pada sendi lututnya sehingga membuat tulang pada lututnya bergesekan sehingga menimbulkan rasa sakit. Ibu berusia 49 tahun yang bertubuh berisi ini kemudian menuruti saran saudaranya untuk melakukan pengobatan di rumah sakit ini.Ia menuturkan awal ia datang kerumah sakit ini ia bertemu dengan dua orang perawat perempuan dan mengantarkannya keruang rawat inap, setelah masuk ke ruangan rawat inap perawat mengucapkan salam, memperkenalkan nama dan menanyakan keluhan yang dirasakan informan Z dan menanyakan singkat mengenai penyakit beliau. Selama ia disini Ibu N banyak mengenal perawat yang melayaninya. Ibu N pun menyebutkan nama-nama perawat yang ia ingat selama dirawat disini sebanyak tujuh orang, yaitu M, D, T, A, R, H dan L. Sedangkan yang lain ia tidak begitu ingat namanya. ibu yang sangat ramah dan penuh canda tawa ini sangat bersahabat, Ibu N menuturkan ia sering bertukar pikiran dengan perawat. Perawat juga sering bertanya kepadanya, diluar masalah kesehatannya.Begitu juga beliau, sering menanyakan kembali mengenai perawat yang diajaknya berbicara.Seperti dengan perawat R yang ternyata rumahnya berdekatan dengan tempat tinggal ibu 7

N. S merupakan informan keempat yang diwawancara. Informan S berumur 25 tahun ini merupakan pasien terlama yang mendapatkan perawatan rawat inap, karena ini ketiga kalinya ia melakukan operasi di Rumah Sakit Setiabudi Medan. Pria yang berasal dari Medan dan kerja di Kota Palembang ini mengalami kecelakaan di Palembang beberapa tahun yang lalu sehingga tulang pada pahanya patah.Ia kemudian dibawa ke salah satu rumah sakit di Palembang dan mendapatkan perawatan. Ternyata kakinya bukan membaik, justru terjadi pembengkakan sehingga semakin susah berjalan. Pria berdarah Jawa ini kemudian diberitahu oleh saudaranya bahwa ada rumah sakit ortopedi yang bagus di Medan .Operasi pertama yang ia lakukan di Rumah Sakit Setiabudi Medan ini pada bulan Juni dan operasi keduanya pada bulan September. Sedangkan pada saat ini merupakan operasi ketiganya.Sehingga pria ini sangat banyak mengenal perawat di rumah sakit ini. Menurutnya, komunikasi yang dilakukan perawat terhadapnya sangat baik, lebih baik dari rumah sakit lain yang ia pernah rasakan. S mengatakan awal ia datang untuk melakukan operasi ketiganya, ia disambut oleh perawat H dan perawat I yang memang sudah kenal sejak awal ia operasi pertama kali di rumah sakit tersebut. Setelah masuk ke ruangan rawat inap perawat tersebut menanyakan perkembangan kakinya dan menanyakan apakah informan ini rajin melakukan terapi dirumah. S merasa sangat dekat hubungannya dengan perawat karena sering bertemu.Ia juga menyebutkan nama-nama perawat yang ia ingat. S menyebutkan lima nama perawat dengan ciri-cirinya. Ia menuturkan sering berbicara dengan perawat, terkadang perawat menanyakan soal kerjaannya, keluarganya, ia pun balik bertanya mengenai diri si perawat sampai terkadang membahas masalah apa saja yang sedang menjadi berita di televisi. Tetapi menurutnya, Ia paling sering berkomunikasi dengan perawat B, mungkin karena sesama laki-laki dan sudah mengenal sejak ia operasi pertama kali di rumah sakit ini. Bahkan sampai diluar rumah sakit ia tetap menjalin baik hubungan itu melalui telepon. Ia juga menuturkan perawat-perawat di Rumah Sakit Setiabudi Medan sangat ramah, bahkan tidak ada yang bersifat buruk atau kasar dalam berkomunikasi dengan pasien. Informan kelima yang peneliti wawancara adalah informan tambahan yaitu perawat senior Rumah Sakit Setiabudi Medan.Peneliti melakukan wawancara di ruang perawat dan perawat yang lain menyambut dengan sangat ramah dan terbuka. Ia bekerja sejak awal berdirinya rumah sakit ini, sehingga ia termasuk perawat senior. Meskipun begitu, ia tidak keberatan untuk selalu berdiskusi dengan perawat lainnya terutama dengan perawat baru untuk memberikan pelayanan yang terbaik.Sebelum bekerja di rumah sakit ini, M bekerja di salah satu rumah sakit swasta lain. Sudah lebih 10 tahun ia bekerja menjadi seorang perawat. Menurutnya, menjadi perawat merupakan cita citanya sejak awal, sehingga setelah lulus SMA ia pun melanjutkan ke sekolah khusus keperawatan. Perawat M yang berdarah Batak ini sangat mengerti bahwa komunikasi perawat sangat penting dalam pelayanan di rumah sakit dimulai dari masuknya pasien ke rumah sakit ini dan bertemu dengan perawat.Pada awal pertemuan ini perawat mempersiapkan diri dengan terlebih dahulu membaca status dan riwayat 8

kesehatan pasien dan memperhatikan penampilan perawat. PENUTUP Kesimpulan Karakteristik pasien yang melakukan pengobatan di Rumah Sakit Setiabudi berbeda-beda baik dari segi suku, pendidikan, pekerjaan. Suku dari keempat pasien yaitu, dua orang bersuku batak, satu orang bersuku minang dan satu orang bersuku jawa. Dalam hal pekerjaan, dua dari empat orang pasien sebagai ibu rumah tangga dan dua lagi sebagai karyawan. Satu dari empat informan pasien mengaku lebih mengenal perawat karena sering melakukan pengobatan di Rumah Sakit Setiabudi. Peneliti menarik kesimpulan semakin lama pasien melakukan perawatan semakin ia mengenal dan merasa terbuka dengan perawat Komunikasi antarpribadi pasien dan perawat juga sudah cukup baik terjalin di Rumah Sakit Setiabudi terlihat dari pernyataan pasien yang merasa puas akan komunikasi dan pelayanan dari perawat. Keempat pasien yaitu ST, Z, N dan S merasakan komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat dimulai dari tahap pra-interaksi, perkenalan, orientasi, tahap kerja sampai terminasi. Perawat melakukan komunikasi dengan pasien sembari melakukan ekspresi non verbal yang membuat pasien nyaman. Hanya saja kekurangan masih dirasakan pasien pada saat perkenalan ketika perawat tidak memperkenalkan namanya. Tiga pasien yaitu ST, N dan S memilih melakukan pengobatan di Rumah Sakit Setiabudi Medan karena saran dari kerabat, sedangkan satu pasien yaitu Z dirawat di rumah sakit ini karena saran dari dokter, yang membuktikan bahwa keempat pasien tidak memilih rumah sakit yang berdekatan dengan tempat tinggalnya. Saran 1. Saran penelitian, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang membutuhkan wawasan yang luas untuk bisa mendapatkan kajian yang mendalam. Untuk itu, disarankan kepada peneliti-peneliti lain agar memperbanyak bahan wacana yang berkaitan dengan objek analisisnya demi tercapainya kedalaman penelitian 2. Saran dalam kegiatan akademis, agar penelitian selanjutnya dengan kajian yang sama dapat menggunakan kerangka analisis yang berbeda, misalnya menggunakan analisis wacana kritis sehingga tercipta keragaman dalam penelitian. 3. Saran dalam kaitan praktis, pelaksanaan komunikasi antarpribadi pasien dengan perawat telah terlaksana hampir sempurna, hanya kurang pada saat pengenalan nama oleh perawat dan masih ada salah satu perawat yang bersikap kurang menyenangkan. Untuk itu, penulis sarankan agar tetap mempertahankan dan meningkatkan kualitas agar komunikasi dapat berjalan semakin baik.

9

DAFTAR PUSTAKA Arwani. 2002. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Cangara, Hafied. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Rajawali Perss Elizabeth C. Arnold, Kathleen Underman Boggs. 2007. Interpersonal Relationships : Professional Elsevier Inc Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi, Yogyakarta : Penerbit Pustaka Belajar Morissan. 2010. Psikologi Komunikasi. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia Nasir, Abdul. 2009. Komunikasi dalam keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta West, Richard & Lynn H. Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, Buku 1.Jakarta : Penerbit Salemba Humanika Wijaya, dkk. 1996. Komunikasi Terapeutik, Bandung : Akademi Kesehatan Gigi Depkes RI Myopera.com/miftakhul13/blog/2013/03/02perawat-indonesia-letscaring http://asepjagoanmuda.blogspot.com http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/11/04/dokter-dan-perawat-galaksiapa-mau-505673.html

10