NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL NEGERI LIMA MENARA KARYA A. FUADI
Oleh Nur Kholis Hidayah1 A. Syukur Ghazali2 Roekhan2 E-mail:
[email protected] Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5 Malang ABSTRACT: The objective of this research is to describe moral values in the novel of Negeri Lima Menara by A. Fuadi. This research used a qualitative method. The results of this research are the description of moral values in the novel of Negeri Lima Menara, i.e.: (1) the moral value of Deity, (2) individual moral values, and (3) social moral values. All of the values are positive and negative. All of activities which based on spiritual value and social value are positive, and on the contrary, activity based on individual is a negative value. Keywords: the moral value, the novel of Negeri Lima Menara, appreciation of the novel ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan wujud nilai-nilai moral dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian ini adalah deskripsi wujud nilai-nilai moral dalam novel Negeri Lima Menara, yaitu (1) nilai moral ketuhanan, (2) nilai moral individual, dan (3) nilai moral sosial. Ketiga nilai tersebut terdiri atas nilai moral positif dan negatif. Segala tindakan yang didasarkan atas norma-norma agama dan sosial merupakan nilai positif. Adapun perilaku atas kehendak sendiri merupakan nilai moral negatif. Kata Kunci: nilai moral, novel Negeri Lima Menara, apresiasi novel
Nilai merupakan realitas abstrak yang dapat dirasakan dalam diri manusia masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam hidup. Nilai yang bersifat abstrak ini dapat diketahui dari tiga realitas, yaitu pola tingkah laku, pola berpikir, dan sikap-sikap seorang pribadi atau kelompok (Kaswardi (1993:20). Moral menurut Poespoprojo (1986:102) adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang bersifat normatif, yang dapat dikatakan bahwa perbuatan itu baik atau buruk. Adapun Suseno (1987:19) mengemukakan bahwa kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia. Hal ini sejalan dengan 1
Nur Kholis Hidayah adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM). Artikel ini diangkat dari Skripsinya di Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Program Sarjana Universitas Negeri Malang, 2012. 2 A. Syukur Ghazali dan Roekhan adalah Dosen Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
1
pendapat Bertens (2002:143) bahwa nilai moral menyangkut tindakan manusia sebagai manusia. Dengan demikian, nilai moral mencakup pengertian tentang baik buruknya perbuatan manusia berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Karya sastra diciptakan selain untuk memberikan hiburan atau kesenangan, juga menjadi sarana penanaman nilai moral. Keberadaan nilai moral dalam sastra diharapkan mampu memunculkan nilai-nilai positif bagi pembaca, sehingga mereka peka terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan mendorong untuk berperilaku baik. Pemilihan novel Negeri Lima Menara dalam penelitian ini karena di dalamnya sarat dengan nilai-nilai kehidupan. Selain itu, novel ini menampilkan banyak nilai moral mengenai nilai-nilai keteladanan dalam berperilaku sehingga dapat dijadikan panutan atau masukan bagi pembaca. Hal itulah yang mendasari peneliti memilih novel Negeri Lima Menara dan memfokuskan kajian tentang nilai moral dalam penelitian ini. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan wujud nilai-nilai moral dalam novel Negeri Lima Menara, yang meliputi (1) nilai moral ketuhanan, (2) nilai moral individual, dan (3) nilai moral sosial. Nilai moral dalam novel Negeri Lima Menara diharapkan mampu memperkaya pandangan atau wawasan kehidupan pembaca sebagai salah satu unsur yang berhubungan dengan peningkatan nilai kehidupan itu sendiri. Nilai moral yang dideskripsikan terdiri atas nilai moral positif dan negatif. Adapun tolok ukur untuk menentukan nilai moral positif dan negatif didasarkan pada landasan kaidah dasar moral. Landasan kaidah dasar moral menurut Suseno (1987:129) adalah (1) prinsip sikap baik, (2) prinsip keadilan, dan (3) prinsip menghargai diri sendiri. Selanjutnya Suseno (2003:39) mengungkapkan dua kaidah dasar moral yaitu, (1) prinsip kerukunan, dan (2) prinsip hormat. Adapun Zubair (1987:78) mengungkapkan tiga kaidah dasar moral, yaitu (1) kaidah sikap baik, (2) kaidah keadilan, dan (3) kaidah ketuhanan. METODE Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Rancangan yang digunakan adalah rancangan deskriptif karena mendeskripsikan nilai-nilai moral dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi. Hal ini didasarkan pendapat Bogdan dan Taylor (dalam Moleong: 2005:4) yang mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, baik berupa kata-kata tertulis maupun lisan. Data dalam penelitian ini adalah paparan bahasa berupa kutipan novel dalam bentuk dialog antartokoh, penjelasan pengarang, serta komentar tokoh lain yang menunjukkan perilaku, pikiran, dan tindakan tokoh yang mengandung nilainilai moral dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi. Sumber data penelitian ini adalah novel Negeri Lima Menara Karya A. Fuadi cetakan ketujuh yang diterbitkan pada tahun 2010 oleh penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa langkah berikut: (1) mengidentifikasi tokoh, (2) mengidentifikasi alur, (3) mendata kutipan cerita yang menunjukkan perilaku tokoh yang mengandung nilai moral, (4) klasifikasi dan kodifikasi, dan (5) menyimpulkan nilai moral berdasarkan kutipan cerita. Teknik analisis data dalam penelitian ini diadaptasi dari pendapat Miles dan Huberman (1992:16) yang meliputi tiga alur kegiatan yaitu (1) reduksi data,
2
(2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan. Ketiga langkah tersebut dipadukan dengan pendekatan objektif untuk mengkaji nilai-nilai moral dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi. Reduksi data dalam penelitian ini meliputi proses identifikasi, klasifikasi, dan kodifikasi. Pada tahap identifikasi data, peneliti menggunakan pendekatan objektif untuk menemukan data nilai moral dalam novel Negeri Lima Menara. Tahap selanjutnya klasifikasi dan kodifikasi. Pada tahap ini peneliti mengelompokkan data hasil identifikasi ke dalam tiga jenis nilai moral, yaitu (1) nilai moral ketuhanan, (2) nilai moral individual, dan (3) nilai moral sosial. Pemberian kode pada setiap data nilai moral berdasarkan ketiga jenis nilai moral tersebut. Tahap analisis kedua yaitu tahap penyajian data. Tahap ini merupakan kegiatan penyajian data nilai moral ketuhanan, individual, dan sosial ke dalam dua jenis nilai, yaitu nilai moral posistif dan negatif. Adapun tahap analis ketiga adalah simpulan/ verifikasi. Pada tahap ini peneliti menyimpulkan data nilai moral positif dan negatif berdasarkan jenis nilai moral ketuhanan, individual, dan sosial. Selanjutnya, peneliti mengaitkan data nilai moral tersebut dengan enam prinsip kaidah dasar moral yang meliputi (1) prinsip ketuhanan, (2) prinsip sikap baik, (3) prinsip menghargai diri sendiri, (4) prinsip hormat, (5) prinsip kerukunan, dan (6) prinsip keadilan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik pemeriksaan keabsahan data yaitu ketekunan penelaahan dan kecukupan referensial. Ketekunan penelaahan dimaksudkan untuk mengadakan penelaahan secara teliti, rinci, dan berkesinambungan untuk menemukan unsur-unsur yang relevan dengan nilai-nilai moral dalam novel Negeri Lima Menara. Kecukupan referensial dalam penelitian ini meliputi (1) pustaka tentang nilai moral, (2) pustaka tentang ajaran agama, dan (3) pustaka tentang sastra sebagai media penyampaian pesan. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini adalah deskripsi nilai-nilai moral dalam novel Negeri Lima Menara. Nilai moral tersebut meliputi (1) nilai moral ketuhanan, (2) nilai moral individual, dan (3) nilai moral sosial. Nilai Moral Ketuhanan Nilai moral ketuhanan merupakan nilai moral yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan. Nilai moral ketuhanan dalam novel Negeri Lima Menara meliputi nilai moral ketuhanan positif dan nilai moral ketuhanan negatif. Nilai moral ketuhanan positif meliputi (1) ikhlas, (2) tawakkal, dan (3) takwa kepada Allah. Adapun nilai moral ketuhanan negatif meliputi (1) shalat karena takut pada petugas keamanan, (2) tergesa-gesa dalam berdoa, dan (3) berdoa untuk melunakkan hati seseorang. Nilai Moral Individual Nilai moral individual merupakan nilai moral yang menyangkut hubungan manusia dengan kehidupan pribadi atau cara manusia memperlakukan diri sendiri. Nilai moral individual dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi meliputi nilai moral positif dan negatif.
3
Nilai moral individual positif meliputi (1) kedisiplinan, (2) kerja keras, (3) kesederhanaan, (4) kebulatan tekad, dan (5) prasangka baik. Adapun nilai moral individual negatif meliputi (1) melanggar disiplin waktu, (2) melanggar disiplin berpakaian, (3) berkeinginan berkenalan dengan santri putri, (4) berkeinginan melihat bioskop, (5) berbohong, (6) melakukan taruhan, (7) iri terhadap orang lain, dan (8) tidak ikhlas. Kedisiplinan merupakan perilaku yang menunjukkan ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. Nilai kedisiplinan meliputi (1) disiplin waktu, (2) disiplin berpakaian, (3) disiplin berbahasa, dan (4) disiplin peraturan. Perilaku bekerja keras merupakan perilaku tidak lekas putus asa atau bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu. Perilaku kerja keras tersebut meliputi (1) bersungguh-sungguh dalam belajar, dan (2) bersungguh-sungguh menjalani hukuman. Nilai kesederhanaan dapat diketahui dari kebiasaan makan dan minum dalam satu wadah. Makan bersama dalam satu piring serta minum seember kopi bersama-sama merupakan wujud dari kesederhanaan kehidupan sehari-hari para santri di PM. Perilaku yang menunjukkan kebulatan tekad adalah mempunyai tekad atau kehendak yang kuat. Perilaku tersebut merupakan implementasi dari man jadda wajada (barang siapa bersungguh-sungguh, maka akan berhasil). Adapun perilaku yang menunjukkan prasangka baik adalah selalu melihat sisi positif dari setiap musibah yang dialami. Nilai Moral Sosial Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat melepaskan diri dari orang lain. Manusia pasti melakukan hubungan dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun bernegara. Hal inilah yang disebut dengan nilai moral sosial. Nilai moral sosial dalam novel Negeri Lima Menara terdiri atas nilai moral sosial positif dan negatif. Nilai moral sosial positif meliputi (1) berbakti kepada kedua orang tua, (2) menghormati guru, (3) persahabatan, (4) persaudaraan, dan (5) keadilan. Adapun nilai moral negatif meliputi (1) berlaku kasar terhadap kedua orang tua, (2) melawan kehendak orang tua, (3) membuat orang tua berduka, dan (4) membantah ucapan orang tua. Wujud dari perilaku berbakti terhadap kedua orang tua meliputi (1) mematuhi perintah orang tua, (2) membalas jasa kedua orang tua yang meninggal dengan cara menghafal Al-Quran, (3) menyambung tali silaturrahmi dengan kerabat orang tua, dan (4) meningkatkan taraf hidup keluarga. Wujud perilaku menghormati guru meliputi (1) tawadhu’ terhadap guru, dan (2) menggunakan sebutan/ panggilan yang mulia terhadap guru. Nilai persahabatan dalam novel Negeri Lima Menara meliputi (1) saling berbagi, (2) setia kawan, (3) menghibur teman yang sedih, dan (4) saling membantu kesulitan teman. Nilai persaudaraan dapat diketahui dari kebiasaan para santri memanggil santri lain dengan panggilan Akhi (saudara). Adapun wujud nilai keadilan adalah bersikap adil terhadap semua orang tanpa melihat status atau kedudukan seseorang.
4
PEMBAHASAN Nilai Moral Ketuhanan Nilai moral ketuhanan dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi meliputi nilai moral ketuhanan positif dan nilai moral ketuhanan negatif. Segala tindakan yang didasarkan atas ibadah kepada Allah merupakan nilai positif. Adapun tindakan yang didasarkan atas sesuatu selain Allah, termasuk di dalamnya perilaku atas kehendak sendiri, merupakan nilai moral ketuhanan negatif. Nilai moral ketuhanan positif meliputi (1) ikhlas, (2) tawakkal, dan (3) takwa kepada Allah. Perilaku ikhlas ditunjukkan dengan perilaku tanpa mengharap imbalan apapun kecuali mengharap ridho dari Allah. Sikap ikhlas para tokoh dalam novel Negeri Lima Menara merupakan implementasi dari perintah Allah dalam surat (Al-Dzariyat :56). Keyakinan bahwa manusia diciptakan hanya untuk mengabdi kepada Allah, menjadikan para ustad di PM ikhlas menjadi khalis (mengajar hanya karena ibadah kepada Allah) tanpa mengharap imbalan gaji sedikitpun. Wujud perilaku takwa tercermin melalui tokoh Aku (Alif) yang selalu berdoa dan mengerjakan shalat tahajjud. Tindakan tokoh Alif menjalin hubungan dengan Tuhannya dengan cara beribadah, berdoa, dan mengerjakan shalat tahajjud merupakan tindakan yang menerapkan salah satu prinsip dasar moral, yaitu prinsip ketuhanan. Dalam prinsip ketuhanan disebutkan bahwa tindak susila pada hakikatnya adalah melaksanakan dan menjalankan diri sebagai ciptaan Tuhan supaya semakin lama semakin mendekat kepada Tuhan (Zubair, 1987:78). Menurut Poespoprodjo (1986:126) manusia adalah makhluk ciptaan (contingent) yang mempunyai kewajiban untuk menyembah dan taat kepada Tuhan. Perilaku beribadah dan berdoa yang dilakukan tokoh Alif dan Sahibul Menara dalam novel Negeri Lima Menara merupakan wujud dari perilaku taat kepada Tuhan. Nilai moral ketuhanan negatif meliputi (1) shalat karena takut kepada petugas keamanan, (2) tergesa-gesa dalam berdoa, dan (3) berdoa untuk melunakkan hati seseorang. Shalat yang dikerjakan bukan karena Allah termasuk nilai moral negatif. Perilaku tersebut tercermin melalui tokoh Aku (Alif) yang mengerjakan shalat karena takut dengan petugas keamanan bernama Tyson, tidak didasarkan pada kewajiban ibadah kepada Allah. Perilaku tergesa-gesa dalam berdoa tercermin melalui tindakan tokoh Alif yang selalu mengeluh terhadap doanya. Alif tidak menyadari bahwa dengan mengeluh dan tergesa-gesa dalam berdoa justru akan membuat doanya tidak dikabulkan. Hal ini sejalan dengan hadis riwayat Bukhari-Muslim yang menjelaskan ancaman terhadap sikap seseorang yang menganggap lambatnya dikabulkannya doa. Allah akan mengabulkan doa setiap hamba-Nya selama di dalam doa tersebut tidak terdapat keburukan. Tindakan tokoh Dulmajid berdoa untuk melunakkan hati Ustad Toriq merupakan nilai negatif karena di dalam doa tersebut terdapat keburukan. Hadis riwayat Muslim menjelaskan bahwa hendaknya seorang muslim berdoa dalam hal kebaikan dan tidak berdoa yang mengandung keburukan dan dosa.
5
Nilai Moral Individual Nilai moral individual dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi meliputi nilai moral individual positif dan nilai moral individual negatif. Nilai moral individual positif meliputi (1) kedisiplinan, (2) kerja keras, (3) kesederhanaan, (4) kebulatan tekad, dan (5) prasangka baik. Adapun nilai moral individual negatif meliputi (1) melanggar disiplin waktu, (2) melanggar disiplin berpakaian, (3) berkeinginan berkenalan dengan santri putri, (4) berkeinginan melihat bioskop, (5) berbohong, (6) melakukan taruhan, (7) iri terhadap orang lain, dan (8) tidak ikhlas. Sistem pendidikan di PM selalu menanamkan nilai-nilai kedisiplinan terhadap para santri. Waktu shalat ditunjukkan dengan bunyi lonceng, waktu mandi diwujudkan dengan kebiasaan antri agar semua santri mampu menghargai hak santri lain dalam menggunakan fasilitas kamar mandi. Waktu makan pun dibiasakan untuk antri dan membawa peralatan masing-masing. Perilaku disiplin para tokoh dalam novel Negeri Lima Menara merupakan perilaku yang menunjukkan usaha mengembangkan diri sendiri untuk selalu menaati peraturan, dan tidak membiarkan diri mendapat hukuman karena melanggar peraturan. Perilaku tersebut sesuai dengan prinsip menghargai diri sendiri yang menyebutkan bahwa manusia wajib untuk selalu memperlakukan diri sendiri sebagai sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri. Manusia adalah person, pusat berpengertian, dan berkehendak sebagai makhluk berakal budi (Suseno, 1987:133). Tokoh Aku dan Sahibul Menara berusaha menghargai diri sendiri dengan berkehendak untuk selalu mematuhi peraturan yang berlaku di PM. Kedisiplinan mereka terhadap qanun (aturan disiplin PM) seperti disiplin waktu, disiplin berpakain, disiplin berbahasa, dan disiplin peraturan merupakan wujud usaha mereka memperlakukan diri sebagai sesuatu yang bernilai dan berkehendak. Perilaku kerja keras tercermin melalui perilaku tokoh Alif bersungguhsungguh dalam belajar dan menjalani hukuman. Kesungguhan tokoh Alif dalam belajar merupakan perilaku yang menunjukkan sikap menghargai diri sendiri. Dia belajar dan berusaha di atas rata-rata usaha orang lain untuk menemukan dan mengembangkan bakat dalam dirinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Suseno (1987:134) bahwa manusia wajib mengembangkan diri dan tidak menyia-nyiakan bakat dan kemampuan yang dipercayakan kepada manusia. Kesungguhan tokoh Alif menjalani hukuman merupakan perilaku yang menunjukkan sikap baik terhadap apa yang dijalani. Dia telah berusaha bersikap positif ketika mendapat hukuman dari KP. Tindakan tokoh Alif merupakan penerapan salah satu kaidah dasar moral yaitu prinsip sikap baik. Menurut Suseno (1987:131) sikap yang dituntut dari seseorang sebagai dasar dalam hubungan dengan siapa saja adalah sikap yang positif dan baik. Wujud nilai kesederhanaan dalam novel Negeri Lima Menara adalah kebiasaan makan dan minum dalam satu wadah. Kebiasaan tersebut merupakan salah satu sunnah Nabi berdasarkan hadis riwayat At Tirmidzi yang menjelaskan anjuran makan berjamaah dan keutamaannya. Nilai kesederhanaan ini merupakan perbuatan baik, karena bisa menghilangkan perbedaan status sosial para santri. Hal tersebut sejalan dengan prinsip sikap baik yang menyebutkan bahwa kebaikan meliputi tindakan keberanian, kontrol diri, ketenangan, kemauan bersahabat,
6
kesetiaan, keceriaan, kerendahan hati, kesederhanaan, dan keramahan (Solomon, 1984:96). Perilaku yang menunjukkan kebulatan tekad tercermin melalui tokoh Alif. Kehendak yang kuat untuk menggapai cita-cita menuntut ilmu sampai negara Amerika merupakan perilaku menghargai diri sendiri. Sebagai makhluk yang berakal budi, dia mempunyai potensi berupa bakat dan kemampuan yang perlu dikembangkan. Hal ini sejalan dengan prinsip menghargai diri sendiri yang mengatakan bahwa manusia wajib untuk memperlakukan diri sebagai sesuatu yang bernilai, pusat berpengertian dan berkehendak (Suseno, 1987:133). Perilaku yang menunjukkan prasangka baik diketahui melalui tokoh Said yang selalu berfikir positif terhadap apa yang sedang dihadapi di PM. Dia berusaha agar segala tindakan yang dilakukan bisa berdampak baik bagi dirinya dan juga orang lain di sekitarnya. Perilaku tersebut sejalan dengan prinsip sikap baik yang menuntut sikap dasar seseorang dalam hubungan dengan siapa saja adalah sikap yang positif dan baik. Manusia harus mengusahakan akibat baik dan mencegah akibat buruk dari tindakannya terhadap orang lain (Suseno, 1987:131). Nilai moral individual negatif dalam novel Negeri Lima Menara meliputi (1) melanggar disiplin waktu, (2) melanggar disiplin berpakaian, (3) berkeinginan berkenalan dengan santri putri, (4) berkeinginan melihat bioskop, (5) berbohong, (6) melakukan taruhan, (7) iri terhadap orang lain, dan (8) tidak ikhlas. Tindakan tersebut termasuk nilai moral negatif karena selain melanggar aturan disiplin PM (qanun) juga tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Salah satu peraturan dalam Qanun adalah melarang santri berkenalan dengan santri putri, dan juga tidak diperbolehkan menonton bioskop. Di samping itu, dalam Al-Quran telah dijelaskan mengenai pedoman pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim dalam Surat (An-Nur:30). Perilaku berbohong yang dilakukan tokoh Alif juga termasuk nilai moral negatif karena bertentangan dengan norma agama. Dalam Al-Quran telah dijelaskan larangan berbohong atau berdusta dalam Surat (Qaaf:18). Berdasarkan pendapat Poedjawijatna (1982:78) menyebutkan bahwa bohong adalah mengatakan (dengan cara bagaimanapun juga) sesuatu yang tidak sesuai dengan keyakinannya. Bohong merupakan pemerkosaan terhadap hak manusia karena setiap ucapan yang tidak sesuai dengan hal sebenarnya adalah dusta, dan itu termasuk tindakan buruk. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa perilaku bohong yang dilakukan tokoh Alif merupakan nilai moral negatif karena merupakan tindakan buruk dan tidak sesuai dengan norma agama. Nilai Moral Sosial Nilai moral sosial dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi meliputi nilai moral sosial positif dan nilai moral sosial negatif. Nilai moral sosial positif meliputi (1) berbakti kepada kedua orang tua, (2) menghormati guru, (3) persahabatan, (4) persaudaraan, dan (5) keadilan. Nilai moral sosial negatif meliputi (1) berlaku kasar terhadap kedua orang tua, (2) melawan kehendak orang tua, (3) membuat orang tua berduka, dan (4) membantah ucapan orang tua. Perilaku berbakti kepada kedua orang tua tercermin melalui tokoh Alif, Baso, dan Dulmajid. Tindakan mereka merupakan implementasi dari perintah Allah, yaitu Birrul Walidain (berbakti kepada kedua orang tua). Dalam surat (AlAnkabut:8) disebutkan kewajiban seorang anak untuk selalu berbuat baik kepada
7
kedua orang tua, selama keduanya tidak membawa kepada kekufuran. Adapun Wujud bakti terhadap kedua orang tua yang telah meninggal adalah dengan cara menghafal Al-Quran. Dalam hal ini, tercermin melalui tokoh Baso. Dia berharap orang tuanya mendapatkan jubah kemuliaan, serta keselamatan di akhirat dengan berkah Al-Quran. Tindakan tokoh Alif, Baso dan Dulmajid merupakan wujud dari sikap baik seorang anak terhadap kedua orang tua. Mereka berusaha berbuat baik kepada kedua orang tua, baik semasa hidup maupun ketika kedua orang tua telah meninggal. Perilaku tersebut sesuai dengan prinsip sikap baik yang menuntut kesadaran agar seseorang hendaknya mengusahakan akibat baik dan mencegah akibat buruk dari tindakannya terhadap orang lain (Suseno, 1987:131). Sikap tawadhu’ para tokoh dalam novel Negeri Lima Menara merupakan implementasi dari perintah Al-Quran dan Hadis yang menjelaskan pentingnya sifat hormat dan tawadhu’ terhadap guru. Panggilan almukarom, beliau, dan antum merupakan cermin perilaku murid yang ingin menghormati dan memuliakan gurunya. Perilaku hormat terhadap guru sejalan dengan prinsip hormat. Prinsip ini mengatakan bahwa setiap orang dalam cara bicara dan membawa diri harus selalu menunjukkan sikap hormat terhadap orang lain, sesuai dengan derajat dan kedudukannya (Suseno, 2003:60). Dalam hal ini, guru mempunyai derajat dan kedudukan yang lebih tinggi daripada murid. Oleh karena itu, kewajiban seorang murid adalah menghormati dan patuh terhadap guru. Bersikap tawadhu’ serta mempunyai tata cara berbicara terhadap guru menunjukkan sikap hormat seorang murid sesuai dengan derajat dan kedudukan seorang guru. Kemauan bersahabat yang ditunjukkan tokoh Sahibul Menara merupakan cerminan dari perilaku sikap baik. Solomon (1984:96) mengatakan bahwa kebaikan meliputi tindakan keberanian, kontrol diri, ketenangan, kemauan bersahabat, kesetiaan, keceriaan, kerendahan hati, kesederhanaan, dan keramahan. Menghibur teman yang sedih serta membantu kesulitan yang dialami teman dalam novel Negeri Lima Menara juga termasuk penerapan dari prinsip sikap baik. Menurut Zubair (1987:72) manusia pada dasarnya kecuali ada alasan khusus harus bersikap baik terhadap apa saja. Secara ideal kaidah sikap baik hanya menghasilkan akibat baik dan sama sekali tidak menghasilkan akibat buruk. Nilai persaudaraan diwujudkan melalui kebiasaan para santri memanggil santri lain dengan panggilan Akhi (saudara). Panggilan Akhi merupakan panggilan khusus bagi orang muslim sebagai implementasi dari perintah agama (surat AlHujurat:10) untuk saling bersaudara dan berbuat baik terhadap sesama muslim. Dalam budaya Jawa, bersaudara berarti hidup rukun. Menurut Suseno (2003:39) rukun adalah keadaan ideal yang diharapkan dapat dipertahankan dalam semua hubungan sosial. Perilaku hidup rukun dalam novel Negeri Lima Menara ditunjukkan dengan cara menganggap semua teman santri sebagai saudara, dan selalu hidup rukun serta saling menyayangi. Wujud nilai keadilan dalam novel Negeri Lima Menara adalah bersikap adil terhadap semua orang tanpa melihat status atau kedudukan seseorang. Tindakan tokoh Amak dan hukuman terhadap tokoh Said sesuai dengan prinsip keadilan karena telah memberikan perlakuan yang sama terhadap semua orang tanpa membedakan status maupun jabatan seseorang. Suseno (1987:132) mengungkapkan bahwa prinsip keadilan mewajibkan manusia untuk memberi
8
perlakuan yang sama terhadap semua orang lain yang berada dalam situasi dan kondisi yang sama serta untuk menghormati hak-hak orang lain. Tokoh Amak memberikan hukuman secara adil dengan tidak membedakan status murid yang dihukum meskipun murid tersebut adalah anaknya sendiri. Tokoh Said yang menjabat sebagai kepala keamanan pusat juga mendapat hukuman yang sesuai tanpa memandang jabatan yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan pendapat Poedjawijatna (1982:63) yang menyebutkan bahwa keadilan mewajibkan manusia memberi pada orang lain apa yang telah menjadi haknya. Dalam Islam diajarkan untuk selalu berbuat baik kepada kedua orang tua dan tidak diperbolehkan untuk membentak atau berkata kasar terhadap mereka. Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa:"Keridhaan Allah ada pada keridhaan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan kedua orang tua (HR. Muslim). Hadis ini menjelaskan bahwa keridhaan dan kemurkaan Allah bergantung pada keridhaan dan kemurkaan kedua orang tua. Oleh karena itu, merupakan suatu dosa besar jika seorang anak berani membantah atau berlaku kasar terhadap kedua orang tua. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi adalah novel yang bertemakan pembangunan jiwa islami, yaitu jiwa kerja keras, jujur, dan taat kepada agama, meskipun tidak di bawah pengawasan orang lain. Dengan semboyan man jadda wajada, para tokoh dalam novel berusaha keras berjuang untuk membangun diri melawan kemalasan, pengaruh teman, serta keterbatasan lingkungan. Nilai moral dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi meliputi (1) nilai moral ketuhanan, (2) nilai moral individual, dan (3) nilai moral sosial. Nilai moral ketuhanan dilandasi oleh ajaran Islam yang menjelaskan bahwa manusia diciptakan untuk mengabdi dan menyembah Allah. Nilai moral individual memberikan pesan bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semua atas izin Allah dan usaha manusia. Nilai moral sosial memberikan gambaran bahwa kombinasi patuh kepada kedua orang tua, hormat terhadap guru, dan usaha pantang menyerah adalah kunci sukses yang tidak terlawankan. Sebaliknya, perilaku membantah serta menyakiti kedua orang tua adalah perilaku berdosa karena menjadi salah satu penyebab kemurkaan Allah. Saran Pemanfaatan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini dapat disarankan kepada pembaca, peneliti selanjutnya, dan penyusun bahan ajar. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan akan menambah referensi tentang nilai kehidupan yang mampu memperkaya pandangan atau wawasan kehidupan sebagai salah satu unsur yang berhubungan dengan peningkatan nilai kehidupan itu sendiri. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dengan kajian nilai moral dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi ini dapat menginspirasi penelitian lanjutan yang sejenis, misalnya representasi pendidikan pesantren dalam novel Negeri Lima Menara, atau ideologi pengarang dalam novel Negeri Lima Menara. Bagi penyusun bahan ajar, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi pendidikan karakter.
9
DAFTAR RUJUKAN Bertens, K. 2002. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Fuadi, A. 2010. Negeri Lima Menara. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Kaswardi (Ed.). 1993. Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Miles, M. B. & Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohendi. Jakarta: UI Press. Moleong, L. J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Poespoprodjo, W. 1986. Filsafat Moral: Kesusilaan dalam Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Karya. Poedjawijatna. 1982. Etika: Filsafat Tingkah Laku. Jakarta: PT. Bina Aksara Solomon, R. C. 1984. Etika: Suatu Pengantar. Terjemahan Andre Karo-karo. 1987. Jakarta: Erlangga. Suseno, F. M. 1987. Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius. Suseno, F. M. 2003. Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Zubair, A. C. 1987. Kuliah Etika. Jakarta: Rajawali Press.
10
Artikel oleh Nur Kholis Hidayah ini telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan. Malang, 30 Juli 2012 Penguji
Prof. Dr. Maryaeni, M.Pd. NIP 19591010 198601 1 003
Malang, 30 Juli 2012 Pembimbing I
Prof. Dr. H. A. Syukur Ghazali, M.Pd. NIP 19501222 197603 1 008
Malang, 30 Juli 2012 Pembimbing II
Dr. Roekhan, M.Pd. NIP 19610504 198701 1 001
11