PENCEGAHAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO ARIESA NURFAHMI NIM. 11002095 Subject : Pencegahan, Postpartum Blues, Ibu Nifas Description : Postpartum blues atau gangguan mental pasca melahirkan seringkali terabaikan dan tidak ditangani dengan baik, saat ini banyak pencegahan postpartum blues yang jarang sekali diterapkan dengan baik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pencegahan postpartum blues pada ibu nifas. Jenis penelitian adalah deskriptif dan desain penelitian adalah survei. Variabel dalam penelitian ini merupakan pencegahan postpartum blues pada ibu nifas. Populasi yaitu 63 ibu postpartum dengan sampel sebanyak 32 responden. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling tipe consecutive sampling. Lokasi penelitian ini di RSUD DR. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 12-24 Mei 2014. Dilakukan pengolahan data editing, coding, scoring, tabulating. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata responden tidak melakukan pencegahan post partum blues sebanyak 21 responden (65,7%) Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden hanya diam di rumah sakit dan tidak berusaha mencari informasi tentang depresi setelah melahirkan, atau mengenai faktor-faktor pemicu dan tidak melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah, merawat tanaman dan pekerjaan rumah tangga lain karena ibu belum pulang dari rumah sakit. Rata-rata ibu nifas tidak melakukan pencegahan postpartum blues dengan baik. Disarankan tenaga kesehatan dapat lebih aktif dalam memberikan penyuluhan kesehatan khususnya pada ibu tentang cara mencegah terjadinya postpartum blues dengan benar pada saat ANC. ABSTRACT Postpartum blues or post birth mental disorders are often overlooked and not treated properly, many prevention of postpartum blues was rarely implemented well. This study was conducted to determine the prevention of postpartum blues at postpartum mothers. This type of research was descriptive and the research design was survey. The variable in this study was the prevention of postpartum blues at postpartum mothers. The population was 63 postpartum mothers with a sample of 32
1
respondents. The sampling technique that was used in this study was nonprobability sampling with consecutive sampling. The location of this study in Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto public hospital. The data was collected using a questionnaire. This study was conducted on 12 to 24 May 2014. The data will be processed by editing, coding, scoring, tabulating. The results showed the average respondent does nothing to prevent post partum blues were 21 respondents (65.7%). The results showed that most respondents only silence in the hospital and didn’t try to find information about depression after childbirth, or the triggering factors and didn’t do household such as cooking, cleaning, gardening and other household because the mother didn’t get back from the hospital. Average postpartum women didn’t take good prevention of postpartum blues. It was advised to the health workers to be more active in providing health education, especially for the mother about how to prevent the occurrence of postpartum blues correctly at the time of the antenatal care. Keywords: Prevention, Postpartum Blues, Postpartum Mothers Contributor
: 1. Nur Saidah, M.Kes 2. Dhonna Anggreni, SKM Date : 30 Mei 2014 Type Material : Laporan Penelitian Permanen link : Right : Open document Summary : LATAR BELAKANG Postpartum blues atau gangguan mental pasca-salin seringkali terabaikan dan tidak ditangani dengan baik. Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan. Mereka merasakan ada suatu hal yang salah namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui apa yang sedang terjadi. Para ibu yang mengalami postpartum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya (Yeyeh, 2010: 378). Post Partum Blues dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan, tetapi bila tidak ditatalaksanai dengan baik dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca salin yang mempunyai dampak lebih buruk terutama dalam hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anaknya (Yuliantari, 2013). Perubahan fisik dan emosional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Beberapa hal dalam pencegahan postpartum blues jarang sekali diterapkan dengan baik, seringkali ibu hanya mendapatkan saran untuk beristirahat atau tidur lebih banyak, tidak gelisah, minum obat dan mulai merasa gembira menyambut bayinya. Padahal para ibu tesebut sangat membutuhkan dukungan psikologis yang harus dipenuhi. Beberapa penyesuaian tersebut dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian
2
wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala (Mirza, 2008). Prevalensi terjadinya postpartum blues di Asia pada tahun 2008, antara 3,5% hingga 63,3% dimana Malaysia dan Pakistan menjadi peringkat yang terendah dan tertinggi. Postpartum blues sudah dikenal sejak jaman Hipokrates, kejadian ini relatif jarang. Postpartum blues merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan dibidang obstetri, meskipun angka kejadiannya 1-4 per 1000 kelahiran, (Stone dan Menken, 2008). Angka kejadian postpartum blues di Indonesia pada tahun 2009 cukup tinggi, yaitu antara 50%-70% dari ibu primipara pasca persalinan dan sebagian diantaranya adalah ibu melahirkan pada usia < 20 tahun, mereka merasa khawatir dengan keadaannya sehingga perlu dilakukan perawatan dan dukungan sosial yang tepat. Kejadian depresi pasca persalinan di Jawa Timur pada tahun 2009 dianggap sebagai suatu yang riskan dialami oleh ibu. Hal ini dapat dibuktikan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh dr. Irnawati Sp.Kj, sebagian besar responden mengalami gejala postpartum blues pada usia 2025 tahun sebesar 58% dan 27% terjadi pada wanita postpartum dengan usia <20 tahun, hal ini dikarenakan ibu yang kurang siap fisik maupun psikis dalam merawat bayi, sehingga mampu mencetuskan gejala postpartum blues (Sylvia, 2012). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto pada tanggal 4 Maret 2014 kepada 6 ibu nifas dengan metode wawancara, didapatkan bahwa 4 ibu (66,7%) kurang menerapkan strategi pencegahan postpartum blues, yaitu tidak mengikuti kelas senam hamil, tidak melakukan olahraga ± 15 menit setiap hari, kurang tidur dan makan tidak teratur. Sedangkan 2 ibu (33,3%) telah menerapkan strategi pencegahan postpartum blues dengan baik. Post Partum Blues sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan. Puncak dari postpartum blues ini 3-5 hari setelah melahirkan dan berlangsung dari beberapa hari sampai 2 minggu. Keadaan ini dikatakan umum maka diharapkan tidak dianggap sebagai suatu penyakit. Postpartum blues tidak mengganggu kemampuan seorang wanita untuk merawat bayinya sehingga ibu dengan postpartum blues bisa merawat bayinya (Yuliantari, 2013). Faktor yang menyebabkan terjadinya postpartum blues bisa terjadi dari dalam dan luar individu, misalnya ibu belum siap menghadapi persalinan, adanya perubahan hormon, payudara membengkak, ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan ganguan pada emosional seperti payudara bengkak dan nyeri, rasa mulas, ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional yang kompleks, faktor umur dan paritas, pengalaman dalam proses persalinan dan kehamilan (Yeyeh, 2010: 377). Berbagai upaya untuk mencegah terjadinya postpartum blues antara lain: persiapan diri yang baik, olahraga dan nutrisi yang cukup, support mental dan lingkungan sekitar, ungkapkan apa yang dirasakan, mencari informasi tentang depresi post partum, menghindari perubahan hidup yang drastic, melakukan pekerjaan rumah tangga (Yeyeh, 2010: 379-380). Bidan sebagai tenaga kesehatan lebih giat lagi dalam memberikan penyuluhan dan penjelasan kepada kepala keluarga pentingnya dukungan suami
3
pada ibu postpartum, karena dengan dukungan suami psikologi ibu akan lebih baik dalam menghadapi masalah. Serta memberikan asuhan kebidanan pada klien dengan melibatkan keluarga dengan cara konseling atau penyuluhan (IBI, 2006). Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pencegahan postpartum blues pada ibu nifas di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto”. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Rancang bangun penelitian dalam penelitian ini adalah survei. Variabel dalam penelitian ini merupakan pencegahan postpartum blues pada ibu nifas. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu postpartum di RSUD DR. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto pada bulan Mei 2014 yaitu sebanyak 63 ibu postpartum dengan sampel sebanyak 32 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah nonprobability sampling tipe purposive sampling. Penelitian dilaksanakan di RSUD DR. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto pada tanggal 12-24 Mei 2014. Teknik pengumpulan data, bersumber dari data primer yang di peroleh langsung dan di catat untuk pertama kalinya oleh peneliti. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner. HASILDAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata responden berusia 20-35 tahun sebanyak 19 responden (59,4%), sebagian kecil responden berpendidikan SMP sebanyak 14 responden (43,8%), sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 26 responden (81,3%), sebagian kecil responden memiliki 2-3 anak sebanyak 16 responden (50%), rata-rata responden memilih jenis persalinan SC sebanyak 19 responden (59,4%), rata-rata responden tidak melakukan pencegahan post partum blues sebanyak 21 responden (65,7%), seperti memberitahukan jika mempunyai masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu kepada pasangan, orang terdekat atau kepada tenaga kesehatan dan ibu hanya diam di rumah sakit dan tidak berusaha mencari informasi tentang depresi setelah melahirkan, atau mengenai faktor-faktor pemicu, sehingga dapat mengantisifikasi atau mencari bantuan jika menghadapi kondisi tersebut. Postpartum blues merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan kecemasan, labilitas perasaan dan depresi pada ibu. Strategi yang dapat dilakukan untuk mencegah post partum blues, antara lain: persiapan diri yang baik, olahraga dan nutrisi yang cukup, support Mental dan lingkungan sekitar, ungkapkan apa yang dirasakan, mencari informasi tentang Postpartum Blues, menghindari perubahan hidup yang drastis, melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah, merawat tanaman dan pekerjaan rumah tangga yang lain (Rukiyah, 2010: 379-380). Responden yang tidak melakukan pencegahan post partum blues disebabkan karena responden melahirkan anak pertama menyebabkan ibu tidak mengatahui cara untuk mengatasi post partum blues dan dampak dari post partum blues. Responden yang melakukan pencegahan terhadap postpartum blues kebanyakan yang didampingi oleh suami saat persalinan. Sehingga mereka mengganggap bahwa apapun yang terjadi nanti pasti ada suami yang selalu mendukung apa yang dilakukan ibu dan selalu siap membantu jika ibu mengalami kesulitan.
4
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden hanya diam di rumah sakit dan tidak berusaha mencari informasi tentang depresi setelah melahirkan, atau mengenai faktor-faktor pemicu, sehingga dapat mengantisifikasi atau mencari bantuan jika menghadapi kondisi tersebut yaitu dengan nilai jumlah kuesioner 87. Salah cara untuk mencegah postpartum blues adalah mencari informasi tentang postpartum blues. Pelajari diri sendiri dan mencari informasi mengenai Postpartum Blues, sehingga ibu sadar terhadap kondisinya saat ini. Apabila terjadi, maka ibu akan segera mendapatkan bantuan secepatnya. Informasi tentang depresi postpartum yang kita berikan akan sangat bermanfaat sehingga ibu mengetahui faktor-faktor pemicu sehingga dapat mengantisifikasi atau mencari bantuan jika menghadapi kondisi tersebut. Ibu juga harus mempelajari keadaan dirinya keadaan dirinya sehingga ketika sadar terhadap kondisi ini akan segera mendapatkan bantuan secepatnya. Bergabung dengan orang yang pernah mengalami depresi postpartum dapat membantu ibu memperoleh informasi terhadap gejala dan hal nyata yang dialami (Suherni, 2009: 96). Sebagian besar responden hanya diam di rumah sakit dan tidak berusaha mencari informasi tentang depresi setelah melahirkan, hal ini disebabkan karena responden yang baru menjalani proses persalinan sehingga kondisi tubuhnya belum fit untuk melakukan aktivitas atau berjalan untuk mencari informasi di luar, maka ibu hanya bisa berbaring di tempat tidur dan hanya mengandalkan informasi yang diperolehnya dari tenaga kesehatan atau bidan. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka, dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden tidak melakukan pencegahan post partum blues sebanyak 21 responden (65,7%). REKOMENDASI 1. Bagi Ibu Postpartum Diharapkan ibu dapat lebih aktif dalam mencari informasi tentang cara untuk mencegah terjadinya postpartum blues dengan benar, sehingga ibu dapat mengerti dan dapat mengaplikasikannya. 2. Bagi Profesi Kebidanan Diharapkan dapat lebih aktif dalam memberikan penyuluhan kesehatan khususnya pada ibu tentang cara untuk mencegah terjadinya postpartum blues dengan benar. 3. Bagi Institusi Pendidikan Instutusi dapat menjadikan data penelitian ini sebagai data dasar dalam sumber kepustakaan dan bacaan khususnya tentang cara untuk mencegah terjadinya postpartum blues dengan benar. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan konsep atau melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi postpartum blues pada ibu nifas, seperti umur, pendidikan, pekerjaan, mitos atau budaya.
5
Alamat Korespondensi : - Alamat rumah : Jl. Singodjoyo Desa Klanting Kabupaten Lumajang - Email :
[email protected] - No. HP : 085746040040
Kecamatan
Sikodono
6