1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA

Download berita pada aspek judul, (2) peningkatan kemampuan menulis teks berita pada ... Selama ini penelitian tentang kemampuan menulis berita sisw...

0 downloads 542 Views 102KB Size
1 Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Berita Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Kencong dengan Strategi ATDRAP Anisatul Fauziah1 Sumadi2 Moch. Syahri2 E-mail: [email protected] Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5 Malang 65145

ABSTRACT: The research aimed to describe improving the student ability in news text writing by ATDRAP strategy consist of (1) title aspect, (2) introduction aspect, (3) core aspect, and (4) closing aspect news text. To research using qualitative design. The obtained results consist of (1) improving the student ability in news text writing based on title aspect, (2) improving the student ability in news text writing based on introduction aspect, (3) improving the student ability in news text writing based on core aspect, and (4) improving the student ability in news text writing based on closing aspect. Keywords : writing ability, news text, ATDRAP strategy ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis teks berita dengan strategi ATDRAP yang meliputi (1) aspek judul, (2) aspek pendahuluan, (3) aspek inti, dan (4) aspek penutup. Untuk itu penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif. Hasil penelitian meliputi (1) peningkatan kemampuan menulis teks berita pada aspek judul, (2) peningkatan kemampuan menulis teks berita pada aspek pendahuluan, (3) peningkatan kemampuan menulis teks berita pada aspek inti, dan (4) peningkatan kemampuan menulis teks berita pada aspek penutup. Kata Kunci: kemampuan menulis, teks berita, strategi ATDRAP

Kata teks berita terdiri dari dua kata dasar, yaitu teks dan berita. Kata-kata itu memiliki makna sendiri-sendiri. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hidayat (dalam Sobur, 1996:129-130) yang menyatakan bahwa teks adalah fiksasi atau pelembagaan sebuah peristiwa wacana lisan dalam bentuk tulisan. Berita atau dalam istilah Inggris news berasal dari kata new (baru) yang berarti merujuk pada hal-hal yang baru. Semua hal baru tersebut merupakan bahan informasi yang dapat disampaikan kepada orang lain dalam bentuk berita (news) (Suhandang, 2004:103). Hornby juga menjelaskan bahwa news adalah laporan tentang apa yang terjadi paling mutakhir (sangat baru), baik peristiwanya maupun faktanya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa berita (news) adalah laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian orang banyak. Peristiwa tersebut melibatkan fakta dan data yang ada di alam semesta, yang terjadinya pun aktual dalam arti baru saja atau sedang hangat 1

Anisatul Fauziah adalah mahasiswa Sastra Indonesia Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 2012. 2 Sumadi dan Moch. Syahri adalah dosen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang.

2 dibicarakan orang banyak. Teks berita terdiri atas tiga unsur, yaitu headline (judul berita), lead (teras berita), dan body (kelengkapan atau penjelasan berita) (Suhandang , 2004:115). Dalam penelitian ini, penulisan teks berita diajarkan dengan strategi ATDRAP. Pada hakikatnya strategi ATDRAP menuntut siswa untuk (1) belajar secara alamiah dan belajar dalam konteks kehidupan nyata; (2) mencari, menemukan, dan memilih sendiri topik yang akan ditulis sesuai dengan minat, pengetahuan, dan pengalamannya; (3) mengembangkan, menggali rincian topik berita dengan cara bertanya dan bertanya (pertanyaan yang dikembangkan menggunakan kata bantu tanya); (4) pembelajaran tidak hanya terbatas pada ruang kelas yang dibatasi oleh dinding atau tembok serta lebih memberdayakan potensi siswa dengan kegiatan bekerja kelompok; (5) siswa berkesempatan memburu data pada sumber berita secara langsung; (6) siswa berkesempatan menulis secara langsung mengikuti proses menulis; (7) siswa berkesempatan membaca dan mengoreksi tulisan teman lebih banyak dan berkesempatan merefleksi diri; (8) siswa berkesempatan untuk tampil dan berkomentar di depan kelas; (9) siswa berkesempatan untuk ikut penilaian, baik pada penilaian proses maupun penilaian hasil; dan (10) siswa berkesempatan belajar mulai dari menemukan topik berita, mengembangkan rincian topik dengan bertanya, menulis, dan mengklasifikasikan data tentang rincian topik, dan mengaktualisasikan data tersebut ke dalam bentuk teks berita. Penggunaan strategi ATDRAP diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks berita, serta melatih siswa untuk menjadi pencari berita sesuai dengan tuntutan seorang wartawan. Kemampuan ini diharapkan dapat berpengaruh terhadap ketertarikan siswa untuk belajar Bahasa Indonesia secara mendalam. Hal ini dikarenakan pembelajaran Bahasa Indonesia yang berlangsung selama ini dianggap siswa monoton dan menjenuhkan. Oleh karena itu penggunaan strategi ATDRAP ini diharapkan dapat menumbuhkan minat serta meningkatkan kemampuan siswa dalam hal menulis. Selama ini penelitian tentang kemampuan menulis berita siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kencong Kabupaten Jember belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap kemampuan menulis berita siswa dengan strategi ATDRAP. Pemilihan kelas VIII sebagai tempat penelitian karena rendahnya kreativitas siswa dalam proses belajar, kurangnya buku penunjang pembelajaran, serta sarana dan prasarana yang kurang menunjang. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan (1) kemampuan menulis teks berita siswa pada aspek judul, (2) kemampuan menulis teks berita siswa pada aspek pendahuluan, (3) kemampuan menulis teks berita siswa pada aspek inti, dan (4) kemampuan menulis teks berita siswa pada aspek penutup. METODE Penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis teks berita dengan menggunakan strategi ATDRAP ini merupakan salah satu bentuk penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Wiriatmaja (2005:13-17), PTK dapat dilakukan untuk menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang muncul di dalam kelas. Selain itu, PTK dapat digunakan untuk memperbaiki layanan dan kualitas (mutu) pendidikan. Penelitian

3 ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kencong yang beralamat di Jalan Raya Kencong Kecamatan Kencong Kabupaten Jember. Data dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh peneliti, mulai dari data awal penelitian, skor siswa siklus 1, dan skor siswa siklus 2. Data awal adalah skor hasil tulisan teks berita siswa sebelum diberi tindakan, yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah sebagai dasar menyusun rencana tindakan. Data siklus 1 adalah skor hasil tulisan teks berita siswa setelah diberi tindakan 1, yang akan digunakan untuk mengidentifikasi masalah sebagai dasar menyusun rencana tindakan 2. Data siklus 2 adalah skor hasil tulisan teks berita siswa setelah diberi tindakan 2, yang akan digunakan untuk menyimpulkan peningkatan hasil pembelajaran siswa dengan menggunakan strategi ATDRAP. Skor hasil penulisan siswa ini meliputi (1) skor yang diperoleh siswa dari hasil penulisan judul teks berita; (2) skor yang diperoleh siswa dari hasil penulisan pendahuluan teks berita; (3) skor yang diperoleh siswa dari hasil penulisan inti teks berita; dan (4) skor yang diperoleh siswa dari hasil penulisan penutup teks berita. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumen. Sedangkan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan pedoman penskoran hasil menulis teks berita siswa dengan menggunakan strategi ATDRAP. Pemberian skor hasil penulisan teks berita siswa menggunakan empat aspek, yaitu judul, pendahuluan, inti dan penutup yang sesuai dengan indikator yang harus dikuasai oleh siswa untuk mencapai kompetensi menulis teks berita. Kemudian berdasarkan penskoran hasil menulis berita maka nilai siswa dibagi menjadi empat aspek yang dihitung sesuai dengan rumus berikut ini. Dari nilai yang diperoleh, siswa dikatakan mampu apabila nilai yang diperoleh dapat mencapai standar keberhasilan minimal dengan mengacu pada pedoman standar keberhasilan yang telah ditentukan. Pedoman standar keberhasilan minimal yang harus dicapai siswa didasarkan pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) matapelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Kencong yakni 75. Siswa dikatakan berhasil jika memperoleh nilai 75 atau lebih. Apabila hasil penilaian menulis teks berita dengan strategi ATDRAP adalah 75100, maka siswa tersebut dikatakan mampu menulis teks berita dengan baik dan strategi ATDRAP yang digunakan dapat dinyatakan berhasil. Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis teks berita dapat dilihat dari perbandingan nilai pretes siswa (teks berita sebelum menggunakan ATDR AP) dengan nilai siklus 1 dan nilai siklus 2 (teks berita setelah menggunakan ATDRAP). Jika diperoleh hasil bahwa nilai siswa pada siklus 2 lebih baik daripada nilai siklus 1, dan nilai siklus 1 lebih baik dari nilai pretes, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa mengalami peningkatan. HASIL Paparan data penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu (1) paparan data studi pendahuluan, (2) paparan data siklus 1 dan (3) paparan data siklus 2. Pertama, studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kendala yang dihadapi siswa dalam pembelajaran menulis teks berita. Berdasarkan observasi, ada beberapa masalah dalam proses pembelajaran di kelas VIII SMP Negeri 2 Kencong, yaitu (1) rendahnya kreativitas siswa dalam proses belajar, (2) kurangnya buku

4 penunjang pembelajaran, (3) sarana dan prasarana yang kurang menunjang, dan (4) siswa kurang memiliki kreativitas dalam penulisan teks berita. Pembelajaran menulis yang berlangsung selama ini masih bersifat konvensional. Pembelajaran diawali dengan pemberian materi pada siswa kemudian siswa langsung disuruh mengerjakan tugas. Kedua, pelaksanaan tindakan dilakukan dua kali pertemuan dengan guru kelas VIII, masing-masing pertemuan selama dua jam pelajaran (2 x 40 menit). Pada pertemuan pertama berisi kegiatan tahap A dan T saja, yaitu tahap amati dan tanyakan. Pertemuan kedua berisi kegiatan tahap D, RA, dan P, yaitu tahap mendatakan, mendraftkan dan memublikasikan. Kegiatan amati didahului dengan pemahaman konsep tentang berita untuk membangkitkan skemata siswa tentang berita. Pembangkitan skemata siswa tentang berita dilakukan dengan tanya jawab. Tahap tanyakan dilakukan setelah siswa memilih atau menetapkan topik yang dijadikan berita, guru mengarahkan siswa untuk menyusun daftar pertanyaan secara berkelompok. Daftar pertanyaan yang disusun disesuaikan dengan topik yang dijadikan bahan berita. Pada tahap mendraftkan, siswa mulai menulis teras berita dan tubuh berita. Setelah siswa selesai menulis berita, kegiatan yang dilakukan selanjutnya adalah memublikasikan. Hasil pembelajaran siklus menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan menulis berita siswa kelas VIII masih rendah (48,80), sedangkan KKM yang ditetapkan sekolah tersebut adalah 75. Dengan demikian, rata-rata kelas VIII untuk kompetensi menulis berita masih belum berhasil. Kegiatan refleksi kegiatan pada siklus 1, dapat ditarik kesimpulan: (1) belum berhasilnya peningkatan kemampuan menulis teks berita disebabkan siswa masih belum memahami strategi ATDRAP. Hal ini terbukti, topik yang dipilih siswa kurang faktual, aktual, dan menarik; (2) pada tahap menyusun pertanyaan, ada beberapa kelompok kurang mampu dalam menggali informasi yang diperlukan. Oleh karena itu, siswa harus cepat dalam menyusun daftar pertanyaan agar memenuhi kelengkapan isi berita; (3) pada tahap memburu data, ada beberapa kelompok (individu) lupa mendatakan hasil wawancara secara langsung. Oleh karena itu, pertanyaan yang sudah dirumuskan siswa segera ditanyakan agar tidak terpaku pada kegiatan wawancara; (4) Pada tahap mendraftkan, tubuh berita yang ditulis siswa kurang lengkap, idenya kurang dikembangkan, dan susunan kalimatnya kurang efektif. Hal ini diduga disebabkan guru perlu mengintensifkan bimbingan individual atau secara berkelompok; (5) Siswa kebanyakan tidak aktif merespon dan belum berani tampil di depan kelas. Oleh karena itu, guru perlu memberikan kebebasan pada siswa; (6) Siswa masih kesulitan dalam mengembangkan data yang diperoleh menjadi berita secara utuh. Hal ini diduga disebabkan siswa tidak terbiasa menulis. Ketiga, pelaksanaan tindakan siklus 2 dilakukan tiga kali pertemuan, masing-masing pertemuan selama dua jam pelajaran (2 x 40 menit). Perencanaan pembelajaran ini disusun berdasarkan hasil refleksi menulis teks berita yang dihadapi siswa pada pelaksanaan tindakan siklus 1. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), dan lembar observasi yang sudah diperbaiki setelah siklus 1 dilaksanakan. Hasil tindakan siklus 2 menunjukkan bahwa ratarata kemampuan menulis berita siswa kelas VIII sudah ada peningkatan (76,77), sedangkan KKM di sekolah tersebut adalah 75. Dengan demikian, rata-rata kelas

5 VIII untuk kompetensi menulis berita sudah berhasil dan mencapai KKM yang ditetapkan sekolah. Kegiatan refleksi pada siklus 2, dapat ditarik kesimpulan: (1) sudah berhasilnya peningkatan menulis teks berita disebabkan siswa sudah dapat memahami strategi ATDRAP. Hal ini terbukti topik yang dipilih siswa faktual, aktual, dan menarik; (2) siswa sudah dapat menyusun pertanyaan dengan cukup bervariasi dan mampu menggali rincian topik lebih detail. Hal ini terbukti kualitas pertanyaan yang dihasilkan siswa sudah meningkat dari siklus 1; (3) kegiatan memburu berita langsung pada sumber berita dilakukan oleh siswa dengan antusias. Hal ini terbukti siswa tampak aktif dan kreatif melakukan wawancara dan mendatakan hasil wawancara; (4) siswa mampu menulis teras berita yang lebih variatif. Hal ini terbukti isinya lengkap, dan bahasanya jelas dan singkat; (5) pada tahap mendraftkan, tubuh berita yang ditulis siswa lengkap, idenya sudah dikembangkan, susunan kalimatnya efektif, penuangan gagasan semakin runtut dan kalimat yang digunakan semakin efektif. Hal ini diduga disebabkan guru sudah mengintensifkan bimbingan individual atau secara berkelompok. (6) pada tahap publikasi, siswa sudah aktif merespon dan berani tampil di depan kelas. Hal ini diduga disebabkan guru sudah memberi kebebasan pada siswa. Sesuai dengan rumusan masalah temuan penelitian dibagi menjadi empat, yaitu (1) peningkatan kemampuan menulis berita pada aspek judul, (2) peningkatan kemampuan menulis berita pada aspek pendahuluan, (3) peningkatan kemampuan menulis berita pada aspek inti, dan (4) peningkatan kemampuan menulis berita pada aspek penutup. Pertama, temuan penelitian siklus 1 dan siklus 2 menunjukkan ada keberhasilan dalam peningkatan kemampuan menulis berita siswa berdasarkan aspek judul. Peningkatan tersebut dapat diketahui dari aspek isi dan bahasa. Temuan hasil penelitian kemampuan siswa menulis teks berita dari aspek isi dipilah berdasarkan aspek ketepatan, kemenarikan, kefaktualan, dan kejelasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari aspek ketepatan isi, sebanyak 19 orang siswa mampu menulis judul dengan tepat (34,61%). Pada aspek kemenarikan isi, sebanyak 12 orang siswa mampu menulis judul dengan menarik (21,73%). Pada aspek kefaktualan isi, sebanyak 16 orang siswa mampu menulis judul dengan aktual (33,33%). Pada aspek kejelasan isi, sebanyak 24 orang siswa mampu menulis judul dengan jelas (40,74%). Temuan hasil penelitian kemampuan siswa menulis teks berita aspek bahasa dipilah berdasarkan aspek ejaan, tanda baca, diksi, dan keefektifan frasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari aspek ejaan bahasa, sebanyak 15 orang siswa mampu menulis judul dengan ejaan yang sesuai EYD (45,83%). Pada aspek tanda baca, sebanyak 16 orang siswa mampu menulis judul dengan tanda baca yang benar (44,83%). Pada aspek diksi, sebanyak 18 orang siswa mampu menulis judul dengan diksi yang tepat (40,00%). Pada aspek keefektifan frasa, sebanyak 24 orang siswa mampu menulis judul dengan efektif (51,85%). Kedua, temuan penelitian siklus 1 dan siklus 2 menunjukkan keberhasilan peningkatan kemampuan menulis berita siswa berdasarkan aspek pendahuluan yang dipilah berdasarkan aspek isi dan bahasa setelah diberikan tindakan dengan strategi ATDRAP. Temuan hasil penelitian kemampuan siswa menulis teks berita dari aspek isi dipilah berdasarkan aspek kejelasan, kelengkapan, dan ketepatan penyusunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari aspek kejelasan, sebanyak 24 orang siswa mampu menulis pendahuluan dengan jelas (19,23%). Pada aspek

6 kelengkapan, sebanyak 18 orang siswa mampu menulis pendahuluan dengan lengkap (29,16%). Pada aspek ketepatan penyusunan, sebanyak 14 orang siswa menyusun pendahuluan berdasarkan salah satu pola pembuatan lead (39,13%). Temuan hasil penelitian kemampuan siswa menulis teks berita dari aspek bahasa dipilah berdasarkan aspek ejaan, tanda baca, diksi, dan keefektifan kalimat. Berdasarkan aspek ejaan, sebanyak 16 orang siswa mampu menulis pendahuluan dengan ejaan yang sesuai EYD (45,45%). Pada aspek tanda baca, sebanyak 16 orang siswa menulis pendahuluan dengan tanda baca yang sesuai dengan EYD (39,13%). Pada aspek diksi, sebanyak 19 orang siswa mampu menulis pendahuluan dengan diksi yang tepat (38,46%). Pada aspek keefektifan kalimat, sebanyak 25 orang siswa mampu menulis pendahuluan dengan kalimat yang efektif (45,83%). Ketiga, temuan penelitian siklus 1 dan siklus 2 menunjukkan keberhasilan peningkatan kemampuan menulis berita siswa berdasarkan aspek inti yang dipilah berdasarkan aspek isi dan bahasa setelah diberikan tindakan dengan strategi ATDRAP. Temuan hasil penelitian kemampuan siswa menulis teks berita dari aspek isi dipilah berdasarkan aspek keruntutan, kejelasan, dan kepaduan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari aspek keruntutan, sebanyak 20 orang siswa mampu menulis inti berita dengan runtut (41,37%). Pada aspek kejelasan, sebanyak 16 orang siswa mampu menulis inti berita dengan jelas (33,33%). Pada aspek kepaduan, sebanyak 20 orang siswa mampu menulis inti berita dengan padu (41,37%). Temuan hasil penelitian kemampuan siswa menulis inti berita dari aspek bahasa dipilah berdasarkan aspek ejaan, tanda baca, diksi, keefektifan kalimat, dan ketepatan penyusunan paragraf. Pada aspek ejaan, sebanyak 18 orang siswa mampu menulis inti berita dengan ejaan yang sesuai EYD (52,00%). Pada aspek tanda baca, sebanyak 21 orang siswa mampu menulis inti berita sesuai tanda baca yang benar (42,30%). Pada aspek diksi, sebanyak 23 orang siswa mampu menulis inti berita dengan diksi yang tepat (38,46%). Pada aspek keefektifan kalimat, sebanyak 29 orang siswa mampu menulis inti berita dengan kalimat yang efektif (48,27%). Pada aspek ketepatan penyusunan paragraf, sebanyak 29 orang siswa mampu menyusun paragraf dengan tepat (55,17%). Keempat, temuan penelitian siklus 1 dan siklus 2 menunjukkan keberhasilan dalam peningkatan kemampuan menulis berita siswa berdasarkan aspek penutup yang dipilah berdasarkan aspek isi dan bahasa setelah diberikan tindakan dengan strategi ATDRAP. Temuan hasil penelitian kemampuan siswa menulis teks berita dari aspek isi dipilah berdasarkan aspek kesesuaian, kepaduan, dan ketepatan penyusunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berhasilnya peningkatan menulis penutup berita pada aspek kesesuaian, sebanyak 18 orang siswa mampu menulis penutup berita sesuai dengan inti berita (17,76%). Pada aspek kepaduan, sebanyak 10 orang siswa mampu menulis penutup berita dengan padu (11,62%). Pada aspek ketepatan penyusunan, sebanyak 28 orang siswa mampu menulis penutup berita dengan tepat (48,78%). Temuan hasil penelitian kemampuan siswa menulis penutup berita dari aspek bahasa dipilah berdasarkan aspek ejaan, tanda baca, diksi, keefektifan kalimat, dan ketepatan penyusunan paragraf. Pada aspek ejaan, sebanyak 6 orang siswa mampu menulis penutup berita berdasarkan ejaan yang sesuai EYD (34,57%). Pada aspek tanda baca, sebanyak 6 orang siswa mampu menulis penutup berita dengan tanda baca yang benar (33,64%). Pada aspek diksi, sebanyak 8 orang siswa mampu menulis

7 penutup berita dengan diksi yang tepat (34,97%). Pada aspek keefektifan kalimat, sebanyak 23 orang siswa mampu menulis penutup berita dengan kalimat yang efektif (23,35%). Pada aspek ketepatan penyusunan paragraf, sebanyak 8 orang siswa mampu menulis penutup berita dengan paragraf yang tepat (0,8%). PEMBAHASAN Berkaitan dengan paparan dan temuan penelitian, dapat dikemukakan pembahasan sebagai berikut. Pertama, pada kegiatan menulis judul ada empat aspek yang harus diperhatikan, yang meliputi aspek (1) ketepatan, (2) kemenarikan, (3) kefaktualan, dan (4) kejelasan. Judul hendaknya dibuat semenarik mungkin agar mampu menggugah pembaca untuk membaca berita seutuhnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Chaer (2010:80) yang menyatakan bahwa sebuah judul akan menarik perhatian dan menggugah orang untuk membacanya kalau menggunakan kata-kata yang punya daya “greget” atau “menggigit” daripada kata-kata yang biasa. Berdasarkan pelaksanaan tindakan dari siklus 1 ke siklus 2, penulisan teks berita pada aspek kemenarikan judul mengalami peningkatan (21,73%). Hal ini disebabkan siswa mampu menulis judul berita yang menarik perhatian orang banyak. Menurut Chaer (2010:24), judul berita hanya harus berkenaan dengan fakta-fakta yang ada dalam berita. Isi judul berita yang ditulis seharusnya logis, masuk akal, atau dapat diterima menurut logika. Pada siklus 2 rata-rata nilai siswa pada aspek kefaktualan judul meningkat (33,33%). Hal ini disebabkan siswa tidak hanya menonjolkan dari segi “menarik” bagi pembaca, tetapi siswa sudah mampu menulis judul yang berkenaan dengan fakta-fakta yang ada. Judul harus dinyatakan secara jelas. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Chaer (2010:23) yang menyatakan bahwa judul berita juga tidak boleh memberi makna ganda (ambigu) pada isi berita. Berdasarkan pelaksanaan tindakan siklus 1 dan siklus 2 penulisan teks berita pada aspek kejelasan judul mengalami peningkatan (40,74%). Hal ini disebabkan siswa mampu menulis judul dengan jelas. Aspek selanjutnya yang diperhatikan dalam kegiatan menulis judul berita adalah bahasa. Pada siklus 1 kemampuan siswa pada aspek bahasa masih perlu untuk ditingkatkan. Siswa cenderung kurang memperhatikan pengunaan ejaan dan tanda baca pada judul berita yang ditulis. Berdasarkan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) (2000:6), pemakaian huruf kapital untuk judul di awal kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Berbeda dengan siklus 1, kemampun siswa pada aspek ejaan di siklus 2 mengalami peningkatan (45,83%). Hal ini disebabkan pada setiap awal kata di judul, siswa sudah menggunakan huruf besar atau kapital. Pada saat menulis judul berita diperlukan pilihan kata atau diksi yang tepat. Pilihan kata biasanya digunakan untuk menyelaraskan ide atau gagasan kepada orang lain untuk menghindari kesalahpahaman. Pada siklus 1 kemampuan menggunakan bahasa siswa pada aspek pilihan kata masih perlu ditingkatkan. Pada siklus 2 kemampuan siswa pada aspek pilihan kata sudah mengalami peningkatan (40,00%). Hal ini disebabkan sebagian besar siswa sudah menggunakan pilihan kata yang tepat. Judul berita lazimnya ditulis dalam bentuk frasa. Sebuah frasa dapat dikatakan efektif apabila sesuai dengan struktur frasa yang baik, ejaannya benar dan dapat menimbulkan pemahaman pada diri pembaca. Jika yang disampaikan

8 kurang mendapat respon yang baik, maka frasa pada judul berita yang digunakan tersebut dapat dikatakan tidak efektif. Kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa pada aspek keefektifan frasa siklus 1 masih perlu untuk ditingkatkan. Pada umumnya siswa belum memperhatikan frasa pada judul berita yang mereka tulis dapat dikatakan efektif atau tidak. Berbeda dengan siklus 1, kemampuan siswa pada aspek keefektifan frasa pada siklus 2 mengalami peningkatan (51,85%). Hal ini disebabkan sebagian besar siswa sudah dapat menulis judul dengan memperhatikan keefektifan frasa. Kedua, pada aspek pendahuluan atau teras berita disusun berdasarkan data hasil wawancara yang telah didatakan pada tahap awal menulis. Teras berita dianalisis dari teknik pengembangannya dan kelengkapan isinya. Dalam menulis berita pada pendahuluan ada tiga aspek yang harus diperhatikan, yang meliputi aspek (1) kejelasan, (2) kelengkapan, dan (3) ketepatan penyusunan. Pendahuluan dikatakan jelas jika menggambarkan isi berita pada tubuh berita. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suhandang (2004:121) yang menyatakan bahwa untuk itu pula lead harus bisa melukiskan peristiwanya sesingkat mungkin, dalam arti semua fakta utama dari peristiwa yang diberitakannya dapat memenuhi rasa penasaran (ingin tahu) pembaca atau pendengar dan penotonnya. Jika pada siklus 1 beberapa siswa masih belum jelas dalam menulis pendahuluan, maka pada siklus 2 sebagian besar siswa sudah dapat menulis pendahuluan berita dengan jelas (19,23%). Hal ini disebabkan siswa sudah mampu menulis pendahuluan dengan jelas. Kelengkapan merupakan aspek dalam kegiatan menulis pendahuluan. Pada tahap ini, siswa diberikan kebebasan mengembangkan teras berita dengan lengkap sesuai idenya masing-masing sebagaimana pendapat Chaer (2010:140) yang menyatakan bahwa fakta-fakta yang sudah terkumpul, baik dalam catatan dikertas maupun dalam bentuk rekaman, harus diolah, disajikan menjadi naskah berita yang akan dicetak atau dimuat dalam surat kabar atau majalah. Berdasarkan pelaksanaan tindakan siklus 1 dan siklus 2, penulisan pendahuluan pada aspek kelengkapan sudah meningkat (29,16%). Hal ini terbukti, siswa mampu menulis pendahuluan dengan lengkap. Ketepatan teras berita yang baik, setidaknya disusun salah satu pola pembuatan lead. Berdasarkan pelaksanaan tindakan siklus 1 dan siklus 2, penulisan teks berita pada aspek ketepatan pendahuluan sudah meningkat (39,13%). Hal ini disebabkan siswa mampu menulis pendahuluan dengan tepat. Aspek selanjutnya yang diperhatikan dalam kegiatan menulis pendahuluan berita adalah aspek bahasa. Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus 1 dan 2 dapat diketahui bahwa kemampuan siswa pada ejaan dan tanda baca mengalami peningkatan. Pada siklus 2 rata-rata nilai siswa pada aspek ejaan meningkat (45,45%) dan rata-rata nilai siswa pada aspek tanda baca meningkat (39,13%). Pada saat menulis pendahuluan berita diperlukan pilihan kata atau diksi yang tepat. Pilihan kata merupakan salah satu unsur dasar bahasa yang sangat penting dalam penulisan pendahuluan berita. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Keraf (1990:24) yang menyatakan bahwa pilihan kata mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Pada siklus 1 kemampuan menggunakan bahasa

9 siswa pada aspek pilihan kata masih perlu untuk ditingkatkan. Pada siklus 2 kemampuan siswa pada aspek pilihan kata sudah meningkat (38,46%). Kalimat yang benar dan jelas akan dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. Kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa pada aspek keefektifan kalimat siklus 1 masih perlu untuk ditingkatkan. Hal ini terbukti, pada umumnya siswa belum memerhatikan kalimat yang mereka tulis dapat dikatakan efektif atau tidak. Pada siklus 2 ratarata nilai siswa pada aspek keefektifan kalimat meningkat (40,74%). Hal ini disebabkan sebagian besar siswa sudah dapat menulis pendahuluan dengan memerhatikan keefektifan kalimat. Penyusunan paragraf dikatakan tepat, jika paragraf dalam teks berita memiliki kesatuan gagasan dan kepaduan dengan paragraf yang lain. Sesuai dengan pendapat Parera (1988:43), yang dimaksud dengan kesepadanan ialah kemaksimalan struktur bahasa mendukung gagasan dan ide yang dikandung. Kesatuan dalam komposisi ialah kesatuan antara penataan kalimat dan penalaran seorang penulis. Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus 1 dan 2 dapat diketahui bahwa kemampuan siswa pada ketepatan penyusunan paragraf mengalami peningkatan sebesar (45,83%). Hal ini disebabkan siswa mampu menyusun paragraf dengan tepat. Ketiga, inti berita ditulis berdasarkan teras berita yang telah dikembangkan sebelumnya. Pada siklus 1, inti berita dikembangkan siswa berdasarkan teras berita. Selain itu, dalam tubuh berita yang dikembangkan siswa, masih terdapat kesalahan-kesalahan, baik dari segi struktur kalimat maupun ejaan dan tanda baca. Jika dilihat dari sudut gramatikal, tulisan siswa pada tahap ini masih ada yang rancu. Meskipun demikian, secara pragmatis kalimat-kalimat yang dihasilkan siswa sudah dapat dipahami dan tidak sampai mengaburkan makna. Pada inti berita ada tiga aspek yang harus diperhatikan, yang meliputi aspek (1) keruntutan, (2) kejelasan, dan (3) kepaduan. Pada siklus 1 kemampuan siswa pada aspek keruntutan sudah baik, tetapi masih perlu untuk ditingkatkan. Jika pada aspek siklus 1 beberapa siswa sudah menulis inti berita dengan runtut, maka pada siklus 2 sebagian besar siswa sudah dapat menulis inti berita lebih runtut. Berdasarkan pelaksanaan tindakan siklus 1 dan siklus 2, penulisan berita pada aspek keruntutan mengalami peningkatan (41,37%). Hal ini disebabkan siswa mampu menulis inti berita dengan runtut. Menurut Keraf (2004:84), kepaduan yang baik terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat itu baik, wajar dan mudah dipahami tanpa kesulitan. Pembaca dengan mudah mengikuti pikiran penulis, tanpa merasa ada sesuatu yang menghambat atau semacam jurang yang memisahkan sebuah kalimat dan kalimat lainnya. Berdasarkan pelaksanaan tindakan siklus 1 dan siklus 2, penulisan inti berita pada aspek kepaduan isi yang dirangkai dengan penanda bahasa yang jelas meningkat (41,37 %). Hal ini disebabkan siswa sudah mampu menulis inti berita dengan padu. Suatu gagasan yang disampaikan secara lisan atau tatap muka lebih mudah dipahami daripada secara tertulis. Hal ini disebabkan, dalam bahasa lisan faktor gerak-gerik, mimik, intonasi, irama, jeda serta unsur-unsur nonbahasa lainnya ikut memperlancar. Unsur-unsur nonbahasa tersebut tidak terdapat dalam bahasa tulis. Ketiadaan itu menyulitkan komunikasi dan memberikan peluang untuk kesalahpahaman. Disinilah ejaan dan tanda baca berperan sampai batas-batas

10 tertentu, menggantikan beberapa unsur nonbahasa yang diperlukan untuk memperjelas gagasan yang ingin disampaikan. Pada siklus 2, kemampuan siswa pada aspek ejaan dan tanda baca sudah meningkat. Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus 1 dan 2, penulisan ejaan mengalami peningkatan (52%) dan rata-rata nilai siswa pada aspek tanda baca meningkat (42,30%). Hal ini terbukti, pada saat mengawali sebuah kalimat, siswa sudah menggunakan huruf besar atau kapital, begitu juga pada saat menuliskan nama tokoh dan tempat. Pada saat menulis inti berita diperlukan pilihan kata atau diksi yang tepat sesuai dengan konteks topik berita yang diangkat. Hal ini diperkuat oleh pendapat Keraf (1990:87) yang menyatakan bahwa ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. Berdasarkan pelaksanaan tindakan siklus 1 dan siklus 2, penulisan berita pada aspek pilihan kata meningkat (38,46%). Hal ini disebabkan siswa mampu menulis inti berita dengan menggunakan pilihan kata yang tepat. Sebuah kalimat dalam inti berita haruslah memiliki kesatuan gagasan, kehemataan kata, kesejajaran penggunaan bahasa agar kalimat yang ditulis dapat memberi informasi kepada pembaca secara tepat seperti yang diharapkan oleh penulis. Pada umumnya siswa belum memperhatikan kalimat yang mereka tulis dapat dikatakan efektif atau tidak. Berbeda dengan siklus 1, kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa pada aspek keefektifan kalimat di siklus 2 mengalami peningkatan (48,27%). Hal ini disebabkan sebagian besar siswa sudah dapat menulis inti berita dengan memperhatikan keefektifan kalimat. Penyusunan paragraf dikatakan tepat, jika paragraf dalam teks berita memiliki kesatuan gagasan dan kepaduan dengan paragraf yang lain. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Akhadiah (1988:143) yang menyatakan bahwa kemampuan menerapkan Ejaan Yang Disempurnakan, memilih kata yang tepat, membuat kalimat yang efektif, belum sepenuhnya menjamin seseorang mampu menulis. Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus 1 dan 2 dapat diketahui bahwa kemampuan siswa pada ketepatan penyusunan paragraf meningkat (55,17%). Hal ini disebabkan siswa sudah mampu menyusun paragraf pada inti berita dengan tepat. Keempat, berdasarkan pelaksanaan tindakan siklus 1 dan siklus 2, penulisan penutup berita pada aspek kesesuaian isi berita mengalami peningkatan (17,76%). Siswa sudah mampu menulis penutup berita yang sesuai dengan isi berita.Kepaduan isi merupakan salah satu unsur dalam menulis penutup berita. Antarkalimat pada penutup berita dihubungkan dengan kata sambung yang tepat dan harus ada keseimbangan antara gagasan dengan struktur bahasa yang dipergunakan. Berdasarkan pelaksanaan tindakan siklus 1 dan siklus 2, penulisan penutup berita pada aspek kepaduan isi yang dirangkai dengan penanda bahasa yang jelas mengalami peningkatan (11,62 %). Hal ini disebabkan siswa mampu menulis penutup berita dengan padu. Penyusunan penutup berita dikatakan tepat, jika penutup dalam teks berita memiliki tingkat kepentingan paling kecil. Berdasarkan pelaksanaan tindakan siklus 2 dapat diketahui bahwa kemampuan siswa pada ketepatan penutup berita meningkat (48,78%). Hal ini disebabkan siswa sudah mampu mendahulukan hal-

11 hal yang sangat penting kemudian diikuti oleh hal-hal penting, dan diakhiri oleh hal-hal yang kurang penting. Pada siklus 1 kemampuan siswa pada aspek bahasa masih perlu untuk ditingkatkan. Hal ini disebabkan siswa tidak dapat menggunakan ejaan dan tanda baca pada penutup berita dengan baik. Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus 1 dan siklus 2, penulisan penutup berita pada aspek ejaan sudah meningkat (34,57) dan aspek tanda baca meningkat (33,64%). Pada siklus 2 kemampuan siswa pada aspek pilihan kata sudah mengalami peningkatan (34,97%). Kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa pada aspek keefektifan kalimat siklus 2 sudah meningkat (23,35%). Hal ini disebabkan karena pada umumnya siswa sudah bisa membedakan kalimat yang mereka tulis dapat dikatakan efektif atau tidak. PENUTUP Simpulan Berdasarkan penjelasan trsebut dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan strategi ATDRAP, kemampuan menulis siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kencong mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terjadi pada tiap aspek. Pertama, berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada aspek judul, tingkat keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan menulis teks berita siswa sangat baik. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan yang cukup bagus, mulai tahap studi pendahuluan, siklus 1, sampai dengan siklus 2. Pada siklus 1 rata-rata keberhasilan siswa mencapai 12,37, sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi 20,56. Ini menandakan bahwa terjadi peningkatan sebesar 39,83% pada saat dilakukan pembelajaran dengan strategi ATDRAP. Kedua, berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, kemampuan menulis teks berita pada aspek pendahuluan mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan yang cukup baik, mulai dari tahap studi pendahuluan, siklus 1, sampai dengan siklus 2. Pada siklus 1 rata-rata keberhasilan siswa mencapai 12,54, sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi 19,94. Ini menandakan bahwa terjadi peningkatan sebesar 37,11% pada saat dilakukan pembelajaran dengan strategi ATDRAP. Ketiga, berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, kemampuan menulis teks berita pada aspek inti mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan yang cukup baik, mulai dari tahap studi pendahuluan, siklus 1, sampai dengan siklus 2. Pada siklus 1 rata-rata keberhasilan siswa mencapai 12,37, sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi 20,44. Ini menandakan bahwa terjadi peningkatan sebesar 39,48% pada saat dilakukan pembelajaran dengan strategi ATDRAP. Keempat, berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, kemampuan menulis teks berita pada aspek penutup mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan yang cukup baik, mulai dari tahap studi pendahuluan, siklus 1, sampai dengan siklus 2. Pada siklus 1 rata-rata keberhasilan siswa mencapai 9,57, sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi 13,06. Ini menandakan bahwa terjadi peningkatan sebesar 26,72% pada saat dilakukan pembelajaran dengan strategi ATDRAP.

12 Saran Pertama, saran kepada guru Bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian ini telah diperoleh data bahwa penggunaan strategi ATDRAP mampu meningkatkan kemampuan menulis teks berita siswa. Oleh karena itu, disarankan kepada guru untuk menggunakan strategi tersebut dalam pembelajaran, terutama pada pembelajaran menulis berita. Guru juga dapat menerapkan hasil penemuan ini sebagai inovasi pembelajaran Bahasa Indonesia yang lebih bervariasi dan tidak membosankan bagi siswa. Kedua, saran kepada peneliti lain. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah acuan keberhasilan dalam pembelajaran menulis teks berita. Selain itu, peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan penelitian sejenis dengan menggunakan strategi penelitian yang lain. Tujuannya adalah agar didapat hasil penelitian yang lebih baik dari penelitian ini.

Daftar Rujukan Akhadiah, S., Arsjad, M. & Ridwan, S. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Chaer, Abdul. 2010. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka Cipta. Keraf, Gorys. 1990. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. Keraf, Gorys. 2004. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Jakarta: Nusa Indah. Parera, Jos Daniel. 1988. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga. Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suhandang, Kustadi. 2004. Pengantar Jurnalistik. Bandung: Nuansa. Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM Press. Wiriatmaja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.