1 PERBEDAAN HASIL BELAJAR DENGAN

Download ABSTRAK- Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa antara kelompok siswa yan...

0 downloads 566 Views 209KB Size
PERBEDAAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULATION GAMES DAN METODE CERAMAH DALAM MATA PELAJARAN PKn PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 GROGOL KABUPATEN KEDIRI DIFFERENCE OF RESULT STUDY BY USING SIMULSTION GAMES METHOD AND SPEECH METHOD ON CIVIC OF THE EIGHTH YEARS STUDENTS OF JUNIOR HIGH SCHOOL 2 GROGOL KEDIRI Premita Sari Octa Elviana Pembimbing:

Dr. H. A. Rosyid Al Atok, M.Pd, M.H Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.Si

Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Email: [email protected]

ABSTRAK- Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa antara kelompok siswa yang diajar dengan metode simulation games dan kelompok siswa yang diajar dengan metode ceramah pada kelas VIII SMP Negeri 2 Grogol Kabupaten Kediri. Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimental Semu dengan menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang dipilih tidak secara acak. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang berarti pada kelas kontrol (kelas VIII F) antara sebelum dan setelah diterapkannya metode ceramah. Selisih antara prestasi belajar awal siswa dengan prestasi belajar akhir siswa hanya 1,59; (2) Terdapat perbedaan hasil belajar yang berarti pada kelas eksperimen (kelas VIII A) antara sebelum dan setelah diterapkannya metode simulation games. Selisih antara prestasi belajar awal siswa dengan prestasi belajar akhir siswa sebesar 5,24; (3) Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan metode simulation games dengan siswa yang diajar dengan metode ceramah. Kata Kunci: hasil belajar, simulation games, ceramah, Pendidikan Kewarganegaraan ABSTRACT- The purpose of this research was to prove there is significant difference between result study on the student using simulation games method and speech method on 8th grade of Junior High School 2 Grogol Kediri. This research was Quasi Experimental with using two groups, that is control group and exsperimental group that wasn’t selected at random The outcome of this research showed that (1) There isn’t difference meaningful result study of control group

1

(VIII F class) between before and after use the speech method. Difference between the pretest and posttest achievement is only 1,59; (2) There is difference meaningful result study of exsperimental group (VIII A class) between before and after use the simulation games method. Difference between the pretest and posttest achievement is 5,24; (3) There is significant difference between result study on the student using simulation games method and speech method on 8th grade of Junior High School 2 Grogol Kediri. Key Words : result study, simulation games, speech, civics education Dalam jalur pendidikan sekolah terdapat mata pelajaran yang wajib ada pada setiap jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan dasar maupun jenjang pendidikan menengah, yakni Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan juga harus ada dalam kumpulan mata kuliah di jenjang pendidikan tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan sangat diperlukan dalam dunia pendidikan Indonesia karena dengan adanya mata pelajaran ini di sekolah, diharapkan dapat membentuk anak-anak bangsa menjadi anak-anak yang beradab. Sebagaimana yang dikemukakan Zamroni yang dikutip oleh Supandi (2010) pendidikan kewarganegaran adalah pendidikan demokrasi yang memiliki tujuan untuk menyiapkan warga masyarakat Indonesia yang dapat berpikir kritis dan bertindak demokratis. Pendidik atau pengajar sangat berperan dalam proses atau kegiatan pembelajaran. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dilaksanakan di sekolah-sekolah sering membuat siswa-siswa merasa bosan untuk mengikutinya. Hal ini disebabkan selain karena mata pelajaran Pendidikan Kewarganegraan merupakan pelajaran hafalan, juga karena materi yang dimuat dalam mata pelajaran ini adalah tentang hal-hal yang ada di lingkungan sekitar. Faktor-faktor ini juga membuat siswa tidak merasa tertantang untuk mempelajarinya karena menganggap hal tersebut adalah hal yang mudah atau malah tidak penting. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas pun cenderung menggunakan metode ceramah. Dalam penggunaan metode ini guru yang berperan aktif dalam pembelajaran karena menyampaikan materi kepada peserta didik, sedangkan siswa cenderung pasif karena hanya menerima informasi dari guru. Melihat fenomena di atas perlu adanya metode pembelajaran yang dapat membuat situasi belajar di kelas menjadi lebih menyenangkan sehingga mampu mengajak siswa

2

untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Salah satunya adalah metode pembelajaran simulasi. Sudjana (2013: 77) mengatakan bahwa ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Selama ceramah itu berlangsung dalam kegiatan pembelajaran guru bisa menggunakan alat-alat bantu seperti gambar-gambar bagan agar uraiannya lebih jelas. Tetapi metode utama dalam perhubungan guru dengan murid-murid adalah berbicara. (Suryosubroto, 2009: 165-166) mengatakan bahwa prosedur pelaksanaan metode ceramah dapat diikuti langkahlangkah sebagai berikut: (1) Guru mempersiapkan alat-alat peraga dan alat-alat lain, sebelum pelajaran dimulai; (2) Mengajukan pertanyaan sebagai bahan apersepsi, guru mengungkap pelajaran yang lalu; (3) Guru berceramah (mengadakan uraian-uraian, keterangan-keterangan) mengenai bahan pokok. Disini pihak murid hanya mendengarkan baik-baik; (4) Mengontrol pemahaman murid dengan pertanyaan-pertanyaan, dan sebagainya; (5) Mencatat ikhtisar pelajaran, gambar-gambar, supaya dipelajari di rumah. Wahab (2009: 108) mengungkapkan bahwa metode pembelajaran simulasi adalah strategi yang meminta siapa saja ikut terlibat didalamnya untuk menganggap dirinya sebagai orang lain, guna mempelajari bagaimana orang lain tersebut bertindak dan merasakan sesuatu hal. (Romlah, 2006: 121) mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan simulation games, dapat diikuti langkah-langkah sebagai berikut: (1) Menentukan peserta yang terlibat dalam permainan simulasi, dimana terdiri dari fasilitator, penulis, pemain, pemegang peran, penonton; (2) Menyediakan alat permainan beserta kelengkapannya; (3) Fasilitator menjelaskan tujuan permainan. Yang menjadi fasilitator adalah konselor, guru, atau wali kelas; (4) Menentukan pemain, pemegang peran, dan penulis; (5) Menjelaskan aturan permainan; (6) Bermain dan berdiskusi; (7) Menyimpulkan hasil diskusi setelah seluruh permainan selesai dan menyelesaikan masalah-masalah yang belum diselesaikan pada saat itu; (8) Menutup permainan. Proses pembelajaran dilaksanakan bagi peserta didik bertujuan agar peserta didik memperoleh hasil belajar yang baik. Hasil belajar yang maksimal dapat dikatakan sebagai prestasi belajar. Hasil usaha atau hasil belajar ini dapat bersifat sementara atau pun menetap. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

3

Mulyana (2012) keberhasilan belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Guru sangat berperan penting dalam pencapaian keberhasilan belajar ini, dimana penerapan metode pembelajaran yang tepat diharapkan mampu mendorong siswa untuk mencapai keberhasilan belajar.

METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah Eksperimental Semu (QuasiExperimental). Rancangan penelitian Quasi-Expermental memiliki beberapa desain dan penelitian ini menggunakan desain The Nonequivalent Control Group Design. Berdasarkan desain di atas, Emzir (2012: 102) menjelaskan prosedur penelitiannya sebagai berikut: (1) Memilih dua kelompok yang bertindak sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut dipilih secara purposive sample; (2) Kedua kelompok yang ada diberi pretest; (3) Kelompok eksperimen diberikan perlakuan, sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan; (4) Kedua kelompok yang ada diberi posttest. Sugiyono (2013: 80) mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Arikunto (2010: 174) mengatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Grogol Kabupaten Kediri. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dan siswa kelas VIII F SMP Negeri 2 Grogol Kabupaten Kediri. Kelas VIII F berlaku sebagai kelas kontrol dan kelas VIII A berlaku sebagai kelas eksperimen. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran. Instrumen perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus dan RPP. Sedangkan Instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah tes tulis yang disusun dalam bentuk test objektif, yaitu pilihan ganda dengan jumlah 50 butir soal. Sebelum nantinya digunakan dalam penelitian sesungguhnya, instrumen penelitian ini akan diujicobakan terlebih dahulu kepada

4

siswa (selain sampel) yang telah memperoleh materi yang akan diajarkan, yaitu kelas IX C dengan jumlah 32 siswa. Untuk mengetahui kualitas butir soal objektif yang digunakan maka dilakukan uji yang meliputi validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya beda. Terdapat dua pengujian validitas soal objektif, yaitu validitas isi dan validitas butir soal. Dalam uji validitas isi yang bertindak sebagai validator adalah 1 dosen Hukum dan Kewarganegaraan dan 1 guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII A dan kelas VIII F SMP Negeri 2 Grogol Kabupaten Kediri. Data yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian berupa data kuantitatif, yakni skor dari pengukuran hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Data hasil belajar siswa dikumpulkan melalui pretest dan posttest. Dalam data kuantitatif teknik analisis datanya menggunakan metode statistik yang sudah tersedia. Semua data yang telah diperoleh di awal maupun akhir pertemuan sebelum dianalisis dengan uji hipotesis, maka dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varian. Data yang akan diuji adalah data pretest, posttest, dan gain score.

HASIL ANALISIS Deskripsi Data Kelas Uji Coba Instrumen Berdasarkan hasil penelitian terhadap prestasi belajar siswa dapat diketahui bahwa kelas IX C memiliki nilai tertinggi 100, nilai terendah 40, ratarata hitung 70,19, dan standar deviasi sebesar 24,10. Diketahui bahwa jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai sangat kurang sebanyak 16 siswa dengan presentase 50%. Jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai baik sebanyak 8 siswa dengan presentase 25%. Sedangkan jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai sangat baik sebanyak 8 siswa dengan presentase 25%. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dilakukan uji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya beda pada kelas IX C.

Hasil Uji Kualitas Butir Soal Objektif Berdasarkan hasil uji validitas isi dari dosen Hukum dan Kewarganegaraan menunjukkan bahwa pada penilaian pertama dan kedua masih banyak butir soal

5

yang tidak sesuai dengan KD. Sedangkan pada penilaian yang ketiga menunjukkan bahwa terdapat 17 butir soal yang masuk kualifikasi 2 karena tidak sesuai KD, 18 butir soal masuk kualifikasi 3 karena bahasa kurang bisa dipahami, 15 butir soal masuk kualifikasi 4 karena sesuai materi dan bahasa mudah dipahami. Sedangkan berdasarkan hasil uji validitas isi dari guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII A dan kelas VIII F SMP Negeri 2 Grogol Kabupaten Kediri menunjukkan bahwa terdapat 3 butir soal yang masuk Kualifikasi 3 karena susunan kalimat kurang tepat, 47 butir soal masuk kualifikasi 4 karena sesuai materi dan bahasa mudah dipahami. Berdasarkan hasil yang telah diuraikan tersebut, peneliti melakukan perbaikan sehingga seluruh butir soal masuk dalam kualifikasi 4. Berdasarkan hasil uji validitas butir soal menunjukkan bahwa koefisien validitas butir soal pada nomor 10 menunjukkan nilai 0,166. Koefisien validitas butir soal pada nomor 28 menunjukkan nilai 0,139. Sedangkan koefisien validitas butir soal pada nomor 48 menunjukkan nilai 0,114. Nilai koefisien validitas butir soal pada ketiga butir soal di atas menunjukkan bahwa validitas ketiga butir soal tersebut sangat rendah. Berdasarkan hasil penelitian di atas dilakukan uji validitas kedua dan menunjukkan bahwa seluruh butir soal memiliki koefisien validitas sedang. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan peneliti di kelas IX C SMP Negeri 2 Grogol Kabupaten Kediri dan setelah data tersebut diuji reliabilitasnya diperoleh nilai koefisien reliabilitas soal uji coba adalah 0,954. Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa derajat reliabilitas soal uji coba sangat tinggi. Hal ini juga menunjukkan bahwa soal yang digunakan untuk penelitian adalah instrumen yang baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data. Setelah dilakukan uji taraf kesukaran, berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa butir soal yang memiliki kategori sukar sebanyak 3 buah dengan presentase 6%. Butir soal yang memiliki kategori sedang sebanyak 21 buah dengan presentase 42%. Butir soal yang memiliki kategori mudah sebanyak 26 buah dengan presentase 52%. Setelah dilakukan uji daya beda, berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa butir soal yang memiliki kategori cukup sebanyak 24

6

buah dengan presentase 48%. Butir soal yang memiliki kategori baik sebanyak 25 buah dengan presentase 50%. Butir soal yang memiliki kategori sangat baik sebanyak 1 buah dengan presentase 2%.

Deskripsi Data Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Setelah kualitas butir soal objektif diketahui instrumen dapat diterapkan pada kelas kontrol (kelas VIII F) dan kelas eksperimen (kelas VIII A) sehinggga dapat diketahui prestasi belajar awal, prestasi belajar akhir, dan gain score pada kedua kelas. Berdasarkan hasil penelitian terhadap prestasi belajar awal siswa dapat diketahui bahwa kelas kontrol (kelas VIII F) memiliki nilai tertinggi 86, nilai terendah 56, rata-rata hitung 74,71, dan standar deviasi sebesar 6,17. Diketahui bahwa jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai sangat kurang sebanyak 2 siswa dengan presentase 5,88%. Jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai kurang sebanyak 16 siswa dengan presentase 47,06%. cukup sebanyak 14 siswa dengan presentase 41,18%. Jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai baik sebanyak 2 siswa dengan presentase 5,88%. Berdasarkan hasil penelitian terhadap prestasi belajar awal siswa dapat diketahui bahwa kelas eksperimen (kelas VIII A) memiliki nilai tertinggi 86, nilai terendah 54 rata-rata hitung 73,76, dan standar deviasi sebesar 7,06. Diketahui bahwa jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai sangat kurang sebanyak 2 siswa dengan presentase 5,88%. Jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai kurang sebanyak 18 siswa dengan presentase 52,94%. Jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai cukup sebanyak 11 siswa dengan presentase 32,35%. Jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai baik sebanyak 3 siswa dengan presentase 8,82%. Berdasarkan hasil penelitian terhadap prestasi belajar akhir siswa dapat diketahui bahwa kelas kontrol (kelas VIII F) memiliki nilai tertinggi 86, nilai terendah 68, rata-rata hitung 76,29, dan standar deviasi sebesar 5,49. Diketahui bahwa jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai kurang sebanyak 15 siswa dengan presentase 44,12%. Jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai cukup sebanyak 14 siswa dengan presentase 41,18%. Jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai baik sebanyak 5 siswa dengan presentase 14,71%.

7

Berdasarkan hasil penelitian terhadap prestasi belajar akhir siswa dapat diketahui bahwa kelas eksperimen (kelas VIII A) memiliki nilai tertinggi 88, nilai terendah 72 rata-rata hitung 79, dan standar deviasi sebesar 5,26. diketahui bahwa jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai kurang sebanyak 10 siswa dengan presentase 29,41%. Jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai cukup sebanyak 15 siswa dengan presentase 44,12%. Jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai baik sebanyak 9 siswa dengan presentase 26,47%. Berdasarkan hasil penelitian terhadap gain score dapat diketahui bahwa kelas kontrol (kelas VIII F) memiliki gain score maksimal 12, gain score minimal -4, rata-rata hitung 1,59, dan standar deviasi sebesar 3,47. Sedangkan kelas eksperimen (kelas VIII A) memiliki gain score maksimal 18, gain score minimal -2, rata-rata hitung 5,24, dan standar deviasi sebesar 4,46.

Hasil Uji Prasyarat Analisis Berdasarkan hasil penelitian prestasi belajar awal siswa baik kelas kontrol (kelas VIII F) maupun kelas eksperimen (kelas VIII A) dapat diketahui bahwa data pretest berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan pada kelas kontrol nilai Kolmogorof-Smirnov memiliki tingkat signifikansi 0,149 dan pada kelas eksperimen nilai Kolmogorof-Smirnov memiliki tingkat signifikansi 0,172 yang berarti kedua kelas memiliki Asymp.Sig. > 0,05. Begitu pula pada data posttest, berdasarkan hasil penelitian prestasi belajar akhir siswa baik kelas kontrol (kelas VIII F) maupun kelas eksperimen (kelas VIII A) dapat diketahui bahwa data posttest berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan pada kelas kontrol nilai Kolmogorof-Smirnov memiliki tingkat signifikansi 0,113 dan pada kelas eksperimen nilai Kolmogorof-Smirnov memiliki tingkat signifikansi 0,177 yang berarti kedua kelas memiliki Asymp.Sig. > 0,05. Berbeda dengan data gain score, berdasarkan hasil penelitian terhadap gain score diketahui bahwa data gain score dari kelas kontrol (kelas VIII F) berdistribusi tidak normal, sedangkan data gain score dari kelas eksperimen berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan bahwa pada kelas kontrol nilai Kolmogorof-Smirnov memiliki tingkat signifikansi 0,001 yang berarti memiliki Asymp.Sig. < 0,05. Pada kelas eksperimen (kelas VIII A) nilai

8

Kolmogorof-Smirnov memiliki tingkat signifikansi 0,051 yang berarti memiliki Asymp.Sig. > 0,05. Berdasarkan hasil penelitian prestasi belajar awal siswa baik kelas kontrol (kelas VIII F) maupun kelas eksperimen (kelas VIII A) dapat diketahui bahwa nilai Levene Statistic sebesar 1,033 dan nilai Sig sebesar 0,329. Berdasarkan hasil penelitian prestasi belajar akhir siswa baik kelas kontrol (kelas VIII F) maupun kelas eksperimen (kelas VIII A) dapat diketahui bahwa nilai Levene Statistic sebesar 0,014 dan nilai Sig sebesar 0,905. Berdasarkan hasil penelitian gain score siswa baik kelas kontrol (kelas VIII F) maupun kelas eksperimen (kelas VIII A) dapat diketahui bahwa nilai Levene Statistic sebesar 1,238 dan nilai Sig sebesar 0,270. Berdasarkan data pretest, posttest, dan gain score memiliki hasil Asymp.Sig. > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data pretest, posttest, dan gain score pada kelas kontrol dan kelas eksperimen tesebut homogen.

Hasil Uji Hipotesis Setelah uji prasyarat analisis dilakukan, langkah selanjutnya adalah uji hipotesis. Berdasarkan hasil penelitian prestasi belajar awal siswa baik kelas kontrol (kelas VIII F) maupun kelas eksperimen (kelas VIII A) dapat diketahui bahwa nilai Sig 0,560 yang berarti Sig.> 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa, ratarata prestasi belajar awal siswa, baik yang menggunakan metode ceramah (kelas VIII F) maupun siswa yang menggunakan metode simulation games (kelas VIII A) memiliki rata-rata sampel yang tidak berbeda. Berbeda dengan data posttest, Berdasarkan hasil penelitian prestasi belajar akhir siswa baik kelas kontrol (kelas VIII F) maupun kelas eksperimen (kelas VIII A) dapat diketahui bahwa nilai Sig 0,042 yang berarti Sig.< 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa, rata-rata kemampuan akhir siswa, baik yang menggunakan metode ceramah (kelas VIII F) maupun siswa yang menggunakan metode simulation games (kelas VIII A) memiliki ratarata sampel yang berbeda. Hasil ini sejalan dengan data gain score, Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh nilai Asymp.Sig. 0,001 yang berarti Asymp.Sig. < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa, rata-rata gain score siswa, baik yang menggunakan metode ceramah (kelas VIII F) maupun siswa yang menggunakan

9

metode simulation games (kelas VIII A) memiliki rata-rata gain score yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian pada kelas kontrol (kelas VIII F) diperoleh bahwa db = 34-1 = 33 sehingga t(α,db) = t(0,025,33) = 2,042 dan thitung sebesar -1,165 yang berarti -2,042 < -1,165. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara prestasi belajar siswa sebelum dan setelah diterapkan metode ceramah pada kelas kontrol. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian pada kelas ekperimen (kelas VIII A) diperoleh bahwa db = 34-1 = 33 sehingga t(α,db) = t(0,025,33) = 2,042 dan thitung sebesar -6,805 yang berarti -2,042 > -6,805. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara prestasi belajar siswa sebelum dan setelah diterapkan metode simulation games pada kelas eksperimen.

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, kelas IX C memiliki nilai rata-rata 70. Nilai rata-rata ini diambil dari hasil belajar siswa kelas IX C yang terakhir setelah sebelumnya mengikuti tes uji coba sebanyak tiga kali. Nilai rata-rata tersebut masih tergolong belum maksimal mengingat nilai KKM mata pelajaran Pendidikan Kewaraganegaraan adalah 75. Belum maksimalnya nilai rata-rata siswa kelas IX C disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu tidak adanya kesiapan siswa kelas IX C untuk mengikuti tes uji coba karena peneliti melakukan tes uji coba tersebut tanpa adanya kesepakatan dengan siswa kelas IX C. Hal ini sesuai dengan Suyono dan Hariyanto (2011: 126) yang menyatakan bahwa salah satu unsur dalam proses belajar adalah kesiapan. Selain itu tidak adanya balikan dan penguatan dari guru mengenai hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal ini sesuai dengan Dimyati dan Mudjiono (2009: 48-49) yang menyatakan bahwa siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Siswa juga terdorong untuk belajar lebih giat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang buruk. Berdasarkan perhitungan dua sampel pretest dan posttest pada kelas kontrol (kelas VIII F) diperoleh bahwa nilai rata-rata pada pretest dan posttest tidak terdapat perbedaan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu hasil belajar yang diperoleh siswa bersifat isidental dan adanya gangguan dalam

10

menggali hasil belajar yang telah tersimpan dikarenakan penerimaan, pengolahan, dan penyimpanan pesan yang kurang baik. Hal ini sesuai dengan Dimyati dan Mudjiono (2009: 243) yang menyatakan bahwa bila proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman tidak baik, maka siswa dapat berprestasi kurang atau gagal. Berdasarkan perhitungan dua sampel pretest dan posttest pada kelas eksperimen (kelas VIII A) diperoleh bahwa nilai rata-rata pada pretest dan posttest terdapat perbedaan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu hasil belajar yang diperoleh siswa tahan lama diingat dan mengendap dalam pikirannya sehingga cukup mempengaruhi perilaku siswa tersebut dan siswa mampu menggali hasil belajar yang telah tersimpan dengan baik. Hal ini sesuai dengan Dimyati dan Mudjiono (2009: 243) yang menyatakan bahwa kemampuan berprestasi terpengaruh oleh proses-proses penerimaan, pengaktifan, prapengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. Jika proses-proses tersebut baik, maka siswa mampu berprestasi dengan baik.

PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Eksperimental Semu yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: (1) Hasil belajar siswa kelas VIII F yang diajari dengan menggunakan metode ceramah menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang berarti antara sebelum dan setelah diterapkannya metode ceramah. Selisih antara prestasi belajar awal siswa dengan prestasi belajar akhir siswa hanya 1,59; (2) Hasil belajar siswa kelas VIII A yang diajari dengan menggunakan metode simulation games menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang berarti antara sebelum dan setelah diterapkannya metode simulation games. Selisih antara prestasi belajar awal siswa dengan prestasi belajar akhir siswa sebesar 5,24; (3) Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan metode simulation games dengan siswa yang diajar dengan metode ceramah.

11

Saran Berdasarkan hasil penelitian Eksperimental Semu yang dilakukan, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: (1) Bagi pengajar yaitu: Pertama, diharapkan mampu menerapkan metode pembelajaran ceramah dan metode pembelajaran simulation games dengan baik dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sehingga dapat mengantarkan pada kualitas pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan dan siswa dapat memperoleh hasil belajar yang selalu mengalami peningkatan. Kedua, mempersiapkan dengan matang sebelum menerapkan metode pembelajaran ceramah dan metode pembelajaran simulation games, sehingga guru harus bisa menentukan atau memilih topik yang bisa diterapkan dengan metode tersebut dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal; (2) Bagi peserta didik yaitu: Pertama, diharapkan tidak ramai ketika mengikuti proses pembelajaran, khususnya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Kedua, bisa lebih berani mengungkapkan pendapatnya, kritis dalam bertanya, serta aktif berdiskusi dalam kelompoknya dengan atau tanpa menerapkan metode pembelajaran ceramah dan metode pembelajaran simulation games; (3) Bagi peneliti selanjutnya yaitu: Pertama, diharapkan dapat menggunakan skripsi ini dengan baik sebagai bahan acuan atau pembanding dalam penelitian yang serumpun dengan penelitian ini. Kedua, dapat melakukan penelitian pada sekolahsekolah yang lebih tinggi tingkatannya.

DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Mulyana, Aina. 2012. Pengertian Hasil Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Online), http://ainamulyana.blogspot.com/2012/01/pengertian-hasil-belajardan-faktor.html, diakses tanggal 3 Mei 2013). Romlah, Tatiek. 2006. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang.

12

Sudjana, Nana. 2013. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Supandi, Dody. 2010. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan, (Online), (http://dodisupandiblog.blogspot.com/2010/05/pengertian-pendidikankewarganegaraan.html, diakses tanggal 3 Mei 2013). Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta. Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Wahab, Abdul Azis. 2009. Metode dan Model-model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alfabeta.

13