11 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN

Download mempengaruhi minat wisatawan untuk berkunjung kembali ke destinasi tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor moti...

1 downloads 717 Views 405KB Size
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Penelitian yang berkaitan dengan motivasi wisatawan berkunjung ke suatu daya tarik wisata sudah cukup banyak dilakukan. Secara garis besar penelitianpenelitian tersebut lebih banyak mengkaji mengenai motivasi wisatawan berkunjung ke suatu daya tarik wisata serta faktor yang mempengaruhi kunjungan tersebut. Beberapa penelitian mengenai motivasi wisatawan dalam melakukan kunjungan diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2011) tentang motivasi wisatawan mancanegara, penelitian Putra (2014) tentang analisis faktor yang mempengaruhi motivasi wisatawan, serta penelitian Sayangbatti dan Baiquni (2013) tentang motivasi dan persepi wisatawan. Sebagai bahan kajian dari penelitian ini maka dapat dijelaskan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya seperti penelitian oleh Pertiwi (2011). Secara umum penelitian ini mengkaji mengenai apa yang menjadi motivasi wisatawan mancanegara melakukan kegiatan wisata di Sumatera Barat. Hasil dari penelitian ini menunjukan bawah motivasi wisatawan mancanegara melakukan kegiatan wisata di Sumatra Barat dipengaruhi oleh dua motif yakni motif internal dan motif eksternal, motif internalnya adalah dikarenakan hobi dari wisatawan tersebut melakukan perjalanan wisata, sedangkan motif eksternalnya adalah ingin mengetahui makanan khas daerah atau kuliner lokal, menemukan budaya yang unik, dan harga paket wisata yang terjangkau.

11

12

Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2014). Penelitian ini menitik beratkan pada faktor yang menarik wisatawan berkunjung ke taman rekreasi pantai Kartini. Faktor-faktor tersebut antara lain : aksesebilitas, fasilitas wisata, jarak dari pusat kota dan ketersedian angkutan umum. Dari hasil penelitan didapatkan bahwa faktor yang dominan menjadi penarik wisatawan untuk berkunjung ke taman rekreasi pantai Kartini adalah jaraknya yang dekat dari pusat kota sehingga memudahkan wisatawan untuk mengunjungi taman rekreasi tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Sayangbatti dan Baiquni (2013). Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui motivasi dan persepsi wisatawan terhadap destinasi wisata kota Batu serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat wisatawan untuk berkunjung kembali ke destinasi tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor motivasi wisatawan dan persepsi tentang daya tarik berpengaruh secara signifikan terhadap variable terikat yaitu minat kunjungan kembali ke Kota Wisata Batu. Sehingga semakin tinggi motivasi dan persepsi wisatawan semakin tinggi juga minat wisatawan untuk melakukan kunjungan kembali ke Kota Wisata Batu. Penelitian lain yang juga membahas mengenai motivasi wisatawan diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Wong et al (2013) dengan judul “A study on Traveler Expectation, Motivation and Attitude”. Penelitian yang dilakukan oleh Vuuren et al (2011) yang berjudul “Travel Motivation and Behaviour of Tourist to South African resort”. Selain penelitian tentang motivasi wisatawan, penelitian tentang study tour belum banyak dilakukan, beberapa

13

diantaranya yaitu : penelitian Sakurai (2012) “enhanching global capabilities via study tour : a japanese perspective” dan penelitian oleh Weaver et al (2010) “An international business study tour: A student perspective”. Penelitian yang dilakukan oleh Wong et al (2013) yang dilakukan di Hong Kong dengan menjadikan 137 wisatawan Hongkong yang melakukan perjalanan keluar negeri sebagai sampel penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara harapan, sikap dan motivasi wisatawan hongkong. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang sangat kuat dari faktor motivasi terhadap sikap dibandingkan dengan harapan wisatawan. Penelitian yang dilakukan oleh Vuuren et al (2011) yang mengambil lokasi di south African Resort. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perilaku wisatawan dan lebih spesifik lagi mengenai motivasi wisatawan yang mengunjungi resort tersebut. Dari hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa motivasi utama wisatawan adalah untuk beristirahat dan relaksasi, memperkaya dan mempelajari pengalaman baru, berpartisipasi dalam aktivitas rekreasi dan keinginan pribadi dan pengalaman sosial. Penelitain yang berkaitan dengan study tour dilakukan oleh Sakurai (2012). Penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan study tour dapat memberikan pemahaman mengenai dunia baru diluar sekolah dan memberikan manfaat kepada siswa khususnya siswa Jepang mengenai budaya pada suatu negara yang dikunjungi serta menjalin iteraksi sosial bersama masyarakat lokal. Selanjutnya penelitian oleh Weaver et al (2010) dimana penelitian ini lebih menekankan study tour pada bidang bisnis ekonomi. Penelitian ini menunjukan bahwa siswa yang mengikuti study tour dapat menambah

14

pengetahuan mereka baik secara akademik maupun profesional melalui bertemu dengan pakar dalam bidang bisnis internasional, mampu mengaplikasikan pelajaran yang didapat disekolah sebelumnya pada dunia nyata dan melihat secara langsung relevansi berbagai disiplin ilmu bisnis pada lingkungan global. Secara umum, dua kajian tentang study tour diatas menunjukkan manfaat dari kegiatan study tour baik bagi siswa maupun sekolah. Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Mahika (2011) yang berlokasi di Rumania. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan seseorang melakukan perjalanan dalam rangka mengetahui perubahan tren dalam motivasi wisatawan melakukan perjalanan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa setelah melakukan proses analisis terhadap perubahan motivasi wisatawan ditemukan

bahwa

jumlah

kunjungan

wisatawan

mengalami

penurunan

dikarenakan aktivitas yang tidak menarik lagi. Maka dari itu perlu strategi-strategi khusus sebagai upaya meningkatkan pariwisata di Rumania. Kajian-kajian yang telah dilakukan sebelumya oleh para peneliti diatas secara garis besar menyajikan faktor faktor yang mempengaruhi motivasi wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata. Sebagian besar menunjukan adanya faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi motivasi wisatawan melakukan kunjungan. Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama sama mengkaji mengenai motivasi wisatawan. Sedangkan perbedaan mendasar dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah faktor motivasi yang menjadi kajian dalam penelitian ini yaitu faktor motivasi fisik, motivasi budaya, motivasi sosial dan motivasi fantasi.

15

2.2 Konsep 2.2.1 Wisatawan Nusantara Wisatawan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dunia pariwisata. Wisatawan sangat beragam dilihat dari sudut pandang usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tujuan melakukan perjalanan wisata, semuanya mempunyai keinginan dan juga harapan yang berbeda. Menurut Undang-Undang No 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, wisatawan adalah setiap orang yang melakukan kegiatan pariwisata. Batasan tersebut dapat berlaku bagi wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara akan tetapi tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.. Sedangkan menurut Cohen (1972) dalam Pitana dan Gayatri (2005) wisatawan dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat familiarisasi dari daerah yang akan dikunjungi serta tingkat pengorganisasian dari perjalanan wisatanya. Wisatawan dibedakan menjadi empat seperti berikut : 1. Drifter Wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang sama sekali belum diketahuinya dan bepergian dalam jumlah kecil. 2. Explorer Wisatawan

yang

melakukan

perjalanan

dengan

mengatur

perjalanannya sendiri, dan tidak mau mengikuti jalan-jalan wisata yang sudah umum melainkan mencari hal yang tidak umum ( off the beaten track ). Wisatawan seperti ini bersedia memanfaatkan fasilitas dengan standar lokal dan tingkat interaksinya dengan masyarakat lokal juga tinggi.

16

3. Individual Mass Tourist Wisatawan yang menyerahkan pengaturan perjalanannya kepada agen perjalanan wisata dan mengunjungi daerah tujuan wisata yang sudah terkenal. 4. Organised-Mass Tourist Wisatawan yang hanya mengunjungi daerah tujuan wisata yang sudah dikenal dengan fasilitas seperti yang dapat ditemui di tempat tinggalnya dan perjalanannya selalu dipandu oleh pemandu wisata. Wisatawan seperti ini sangat terkungkung oleh apa yang disebut sebagai invironmental bubble. Wisatawan dapat dibedakan lagi menjadi: 1. Wisatawan Mancanegara (Internasional) adalah orang yang melakukan perjalanan wisata diluar negerinya. 2. Wisatawan Nasional (Domestic) adalah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan di wilayah Indonesia di luar tempatnya berdomisili, dalam jangka waktu sekurang-kurangya 24 jam atau menginap kecuali kegiatan yang mendatangkan nafkah ditempat yang dikunjungi Menurut Leiper (1990) dalam Pitana (2009), wisatawan domestik adalah orang yang melakukan perjalanan keluar dari tempat tinggal kesehariannya untuk mengunjungi daerah lain yang memiliki jarak lebih dari 40 km dan masih berada di dalam negerannya sendiri dengan waktu perjalanan lebih dari satu malam dan kurang dari tiga bulan.

17

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, wisatawan domestik adalah orang yang melakukan perjalanan di negaranya sendiri yang bertujuan untuk rekreasi dan bukan untuk mencari nafkah. Dalam penelitian ini yang dimaksud wisatawan domestik adalah siswa SMK N 4 Denpasar yang melakukan study tour ke Pulau Jawa. 2.2.2 Study tour Study tour merupakan kegiatan pembelajaran di luar kelas yang bertujuan untuk mempelajari proses yang sebenarnya terjadi di lapangan secara langsung. Tour ini diadakan karena kebutuhan siswa untuk mendapatkan pengalaman secara langsung. Hal tersebut diadakan karena tidak mungkin menghadirkan setiap peristiwa ke dalam kelas untuk dipelajari dan diamati. Study tour telah digunakan oleh berbagai institusi pendidikan di seluruh dunia untuk menyiapkan siswanya dengan pengalaman pembelajaran di luar kelas dan untuk mengasah kemampuan akademik siswa tersebut. Miao (2006) menjelaskan bahwa study tour merupakan sebuah aktivitas pembelajaran dan penelitian melalui kunjungan ke satu atau lebih daerah tujuan wisata dimana daerah tujuan tersebut merupakan subjek dari pembelajaran. Lebih lanjut Yoeti (2006 : 115) study tour juga sering diistilahkan sebagai dharmawisata yaitu perjalanan yang dilakukan oleh pelajar, mahasiswa dengan tujuan utama untuk melihat lebih dekat sambil mempelajari objek wisata yang dikunjungi. Sedangakan menurut Mulyasa (2005) menjelaskan bahwa study tour merupakan suatu perjalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah.

18

Menurut beberapa penjelasan mengenai study tour diatas dapat diartikan bahwa study tour merupakan suatu perjalanan yang dilakukan didasarkan pada aktivitas pembelajaran dan penelitian pada suatu daya tarik tertentu. Sedangkan terkait dengan penelitian ini study tour adalah perjalanan siswa SMKN 4 Denpasar ke daerah tujuan wisata untuk proses pembelajaran mengenai daya tarik wisata yang dikunjungi. 2.2.4

Motivasi Siswa Motivasi telah mengacu pada kebutuhan serta keinginan seseorang terkait

kebutuhan psikologis maupun biologis, termasuk kekuatan integral yang mengeliliginya secara langsung dan menyatu terhadap pelilaku dan aktivitas seseorang (Dann, 1981). Motivasi wisata sangat erat kaitannya dengan keunggulan kompetitif dari destinasi yang menjadi tujuan perjalanan wisata (Mohammad, 2010) Menurut Sudirman (2001) motivasi adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut bertidak melakukan sesuatu tanpa disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar dia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Lebih lanjut Uno (2007) menjelaskan motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya; hasrat dan minat; dorongan dan kebutuhan; harapan dan cita-cita; penghargaan dan penghormatan. Siswa merupakan pelajar yang duduk dimeja belajar setara sekolah dasar, sekolah menengah pertama (SMP) maupun sekolah menengah atas (SMA). Siswa-

19

siswa tersebut belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan untuk mencapai pemahaman ilmu yang telah didapat dunia pendidikan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Secara lebih luas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud motivasi siswa adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang siswa untuk melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu selama mengikuti kegiatan study tour. Dalam penelitian ini yang dikaji adalah motivasi siswa SMKN 4 Denpasar dalam mengikuti kegiatan study tour ke Pulau Jawa. 2.3 Landasan Teori 2.3.1 Destinasi Pariwisata Untuk menjawab setiap permasalahan yang diuji, perlu ditentukan teori yang dianggap mampu dan dapat menjelaskan permasalahan yang diteliti dari beberapa ahli terkait. Teori pertama yang digunakan adalah teori destinasi pariwisata. Definisi pariwisata menurut UNWTO (1995) dalam Pitana (2009) pariwisata adalah kegiatan dari manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuannya di luar lingkungan keseharianya dalam waktu tidak lebih dari 1 tahun berturut turut dengan tujuan untuk memanfaatkan waktu luang, bisnis dan tujuan lainya. Dalam Undang–Undang Republik Indonesia No 9 Tahun 2010 mendefinisikan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusaha objek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang

20

terkait pada bidang tersebut. Berdasarkan pada beberapa definisi pariwisata tersebut, menurut Yoety (1985) ada empat faktor yang menjadi dasar dari setiap pengetian pariwisata tersebut, yakni yang pertama kegiatan pariwisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, lebih dari 24 jam dan kurang dari 1 tahun, kedua, kegiatan perjalanan ini dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain yang merupakan tempat di luar kesehariannya, ketiga, perjalanan tersebut berkaitan dengan kegiatan rekreasi atau bertamasya apapun bentuknya dan keempat perjalanan tersebut dilakukan bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi hanya sebagai konsumen semata. Menurut Cooper (2005 : 12-13), pariwsiata dipandang sebagai suatu sistem dan melihatnya dalam sisi permintaan dan penawaran (supply and demand). Dalam kegiatan pariwisata, destinasi pariwisata merupakan bentuk yang kompleks dari sebuah produk dan jasa pariwisata. Berdasarkan hal tersebut, suatu destinasi pariwisata terdiri dari beberapa komponen yang berbaur yang sering disebut dengan destination mix. Ada 4 komponen yang perlu diperhatikan sebagai syarat dalam suatu destinasi pariwsata yang dikenal dengan istilah 4A, yakni, pertama attraction (daya tarik wisata). Komponen pertama ini merupakan komponen terpenting dalam sistem pariwisata karena komponen ini yang menjadi motivasi wisatawan untuk mengunjungi destinasi pariwisata. Kedua aminities (fasilitas pendukung), merupakan komponen pendukung seperti fasilitas penginapan atau akomodasi, tempat makanan dan minuman, pusat perbelanjaan, fasilitas olahraga dan hiburan serta fasilitas lainya. Ketiga access (transportasi) merupakan komponen penunjang wisatawan dalam mobilitas menuju destinasi

21

pariwisata maupun ketika berada di dalam destinasi pariwsaita, tidak hanya sekedar transportasi secara fisik tetapi lebih luas mencakup mengenai infrastruktur, sarana, operasional dan juga kebijakan pemerintah mengenai transportasi. Keempat ancillary service (pelayanan kelembaagaan) merupakan komponen pendukung yang menyedaikan layanan untuk kebutuhan wisatawan termasuk pemandu wisata, agensi iklan, konsultan, penyediaan jasa pendidikan dan pelatihan, serta berkoordinasi dengan badan pariwisata setempat. Cooper (2005). Agar suatu daya tarik wisata diminati oleh wisatawan, daya tarik wisata tersebut harus memiliki tiga kriteria, yakni : something to see (harus ada sesuatu yang dapat dilihat atau tontonan), something to do (harus ada aktivitas yang dapat dilakukan) dan something to buy (sesuatu yang dapat dibeli) (Yoeti, 1985: 164). 2.3.2 Teori Motivasi Teori kedua yang digunakan adalah teori motivasi. Motivasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam studi tentang wisatawan dan pariwisata, karena motivasi merupakan trigger dari proses perjalanan wisata, walaupun motivasi ini seringkali tidak disadari oleh wisatawan itu sendiri. Kajian mengenai motivasi wisatawan mengalami pergeseran dan memandang motivasi sebagai proses singkat untuk melihat perilaku perjalanan wisata, ke arah yang lebih menekankan bagaimana motivasi mempengaruhi kebutuhan psikologis dan rencana jangka panjang seseorang (Pitana, 2005). Kajian mengenai motivasi wisatawan mengalami pergeseran dari memandang motivasi sebagai proses singkat untuk melihat perilaku perjalanan wisata, ke arah yang lebih menekankan bagaimana motivasi mempengaruhi

22

kebutuhan psikologis dan rencana jangka panjang seseorang, dengan melihat bahwa motif intrinsik seperti self acualization sebagai komponen yang sangat penting Cohen (1984). Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal. Dari berbagai motivasi yang mendorong perjalanan, McIntosh et al (2000) mengatakan bahwa motivasi-motivasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar sebagai berikut: 1. Physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis), antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan. Berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai, dan sebagainya. 2. Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi, dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya (monument bersejarah). 3. Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat sosial), seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang di anggap mendatangkan gengsi (nilai pretise), melakukan ziarah, pelarian dari situasi-situasi yang membosankan. 4. Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain seseorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan. Keputusan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh kuatnya faktor-faktor pendorong (push factors) dan faktor-faktor penarik (pull

23

factors). Faktor pendorong dan penarik ini tidak lain merupakan faktor internal dan eksternal yang memotivasi wisatawan untuk mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan. Faktor pendorong umumnya bersifat sosial-psikologis, atau merupakan person-spesific motivation, sedangkan faktor penarik merupakan destination-spesific atributes (Richardson dan Fluker, 2004). Dengan adanya faktor pendorong, maka seseorang ingin melakukan perjalanan wisata, tetapi belum jelas daerah mana yang akan dituju. Berbagai faktor penarik yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata akan menyebabkan orang tersebut memilih daerah tujuan wisata tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Menurut Ryan (dalam Kusumarini 2007), faktor pendorong bagi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata seperti di bawah ini. 1. Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari. 2. Relaxation. Keinginan untuk rekuperasi/penyegaran, yang juga berhubungan dengan motivasi untuk escape di atas. 3. Play. Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainan yang merupakan permunculan kembali dari sifat kekanak-kanakan dan melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius.

24

4. Strengthening Family Bonds. Ingin mempererat hubungan kekerabatan, khususnya dalam konteks VFR

(Visiting

Friends

and

Relations).

Keakraban

hubungan

kekerabatan ini juga terjadi di antara anggota keluarga yang melakukan perjalanan bersama-sama, karena kebersamaan sangat sulit diperoleh dalam suasana kerja sehari-hari di negara industri. 5. Prestige. Untuk menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk meningkatkan status atau derajat sosial. Bagi berbagai masyarakat, perjalanan keluar merupakan salah satu bentuk inisiasi. 6. Social Interacion. Untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat atau dengan masyarakat lokal yang dikunjungi. 7. Romance. Keinginan untuk bertemu denngan orang-orang yang bisa memberikan suasana romantis atau untuk memenuhi kebutuhan seksual, khususnya dalam pariwisata seks. 8. Educational Opportunity. Keinginan untuk melihat sesuatu yang baru, mempelajari orang lain atau daerah lain, atau mengetahui kebudayaan etnis lain. Ini merupakan pendorong yang dominan di dalam pariwisata.

25

9. Self-Fulfilment. Keinginan untuk menemukan diri sendiri (self-discovery), karena diri sendiri biasanya bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru. 10. Wish-Fulfilment. Keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi yang lama dicitacitakan, sampai mengorbankan diri dengan cara berhemat agar bisa melakukan perjalanan. Hal ini juga sangat jelas dalam perjalanan wisata religius, sebagai bagian dari keinginan tau dorongan yang kuat dari dalam diri. 2.4

Model Penelitian Penelitian ini diawali dari fenomena study tour yang menjadi tren

dikalangan sekolah-sekolah baik tingkat dasar, menengah maupun tingkat atas ke luar daerah. Selain sebagai aktivitas untuk melepas kesibukan sehari hari di sekolah, kegiatan ini juga bertujuan untuk mempelajari dan meneliti daerah yang menjadi tujuan. SMK Negeri 4 Denpasar yang merupakan salah satu sekolah yang menjadikan study tour sebagai agenda tahunanya memberikan ruang pada siswanya untuk mengeksplorasi kemampuan dirinya dalam memahami suat fenomena yang terjadi dilapangan secara langsung. Keunikan dan daya tarik yang ditawarkan daerah tujuan wisata yang menjadi tujuan dari kegiatan study tour tersebut menjadi motivasi tersendiri bagi siswa untuk mengikuti kegiatan ini. Berdasarkan fenomena di atas penelitian ini dikembangkan menjadi tiga formulasi permasalahan yang akan diteliti menggunakan teknik campuran antara

26

teknik kualitatif dan kuantitatif. Data dari hasil penelian ini akan diolah dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Selama kegiatan penelitian, proses pengumpulan data dilakukan dengan teknik porposive sampling, sedangakan teknik pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara, kuestioner/angket, dokumentasi dan studi kepustakaan. Permasalahan yang ada dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan dua teori yaitu teori pariwisata untuk menjawab rumusan masalah pertama yaitu dipilih Pulau Jawa sebagai tujuan study tour SMKN 4 Denpasar dan teori motivasi untuk menjawab rumusan masalah kedua yaitu tingkat motivasi siswa SMK Pariwisata Denpasar mengikuti study tour ke Pulau Jawa dan masalah ketiga yaitu faktor – faktor yang menjadi motivasi siswa SMK Pariwisata Denpasar mengikuti study tour ke Pulau Jawa. Setelah mendapatkan hasil penelitain, selanjutnya peneliti menarik kesimpulan yang nantinya digunakan sebagai bahan rekomendasi terhadap permasalahan yang ada dilapangan. Landasan pemikiran tersebut dituangkan pada Gambar 2.1

27

SMK N 4 Denpasar

Motivasi Siswa

Study tour

Masalah : Konsep : 1. Konsep Wisatawan Domestik 2. Konsep Study tour 3. Konsep Motivasi siswa

1. Dipilihnya Pulau Jawa sebagai tujuan study tour 2. Tingkat motivasi siswa mengikuti study tour ke Pulau Jawa 3. Faktor yang menjadi motivasi siswa mengikuti study tour ke Pulau Jawa

Hasil Penelitian

Rekomendasi Gambar 2.1 : Model Penelitian

Teori 1. Teori Destinasi Pariwisata 2. Teori motivasi