BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Nyeri Kepala Nyeri diartikan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang melibatkan emosi dengan atau tanpa kerusakan jaringan(Sembulingam, 2006). Menurut Oxford Concise Medical Dictionary, nyeri adalah sensasi tidak menyenangkan yang bervariasi dari nyeri yang ringan hingga ke nyeri yang berat. Nyeri ini adalah respons terhadap impuls dari nervus perifer dari jaringan yang rusak atau berpotensi rusak(Burton, 2007). Otak sendiri adalah tidak sensitif terhadap nyeri dan bisa dipotong atau dibakar tanpa apa-apapun dirasakan(Matthews, 1975). Sensasi nyeri dapat dijelaskan dengan banyak cara. Antaranya nyeri yang tajam, pricking, dull-ache, shooting, cutting dan stabbing. Nyeri dapat dibagi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut adalah nyeri jangka pendek dengan penyebab yang mudah diidentifikasi. Biasanya nyeri ini terlokalisasi di area yang kecil sebelum menyebar ke area sekitarnya. Nyeri kronik adalah nyeri intermitten atau konstan yang berlanjutan untuk jangka waktu yang panjang. Nyeri ini biasanya sukar ditangani dan memerlukan penanganan yang professional. Meskipun nyeri ini tidak menyenangkan,ia berfungsi sebagai petanda awal kemungkinan adanya masalah atau penyakit pada tubuh kita(Sembulingam, 2006). Nyeri kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bagian tubuh di wilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri atau bisa dikatakan nyeri atau
Universitas Sumatera Utara
diskomfortasi antara orbital dan oksiput yang berawalan dari
pain –sensitive
structure(Victor, 2002). Dorland’s Pocket Medical Dictionary (2004) menyatakan bahwa nyeri kepala adalah nyeri di kepala yang ditandai dengan nyeri unilateral dan bilateral disertai dengan flushing dan mata dan hidung yang berair..
2.2. Etiologi Nyeri Kepala Nyeri kepala dapat dibagi kepada tiga kelompok berdasarkan onsetnya iaitu nyeri kepala akut, subakut dan kronik. Nyeri kepala akut ini biasanya disebabkan oleh subarachnoid haemorrhage, penyakit-penyakit serebrovaskular, meningitis atau encephalitis dan juga ocular disease. Selain itu, nyeri kepala ini juga bisa timbul disebabkan kejang, lumbar punksi dan karena hipertensi ensefalopati. Bagi nyeri kepala subakut, nyerinya biasa timbul karena giant cell arteritis, massa intrakranial, neuralgia trigeminal, neuralgia glossofaringeal dan hipertensi. Nyeri kronik timbul karena migren, nyeri kepala klaster, nyeri kepala tipetegang, cervical spine disease, sinusitis dan dental disease.(Greenberg,2002). Dalam buku Disease of the Nervous System , dinyatakan bahwa nyeri kepala juga disebabkan oleh penyakit pada tulang kranium, neuritis dan neuralgia, irritasi meningeal, lesi di intracranial, trauma dan penurunan tekanan intracranial. Selain itu cough headache dan psychogenic headache juga dapat menimbulkan nyeri kepala(1969). Nyeri kepala sering menyertai OSA(Obstructive Sleep Apnea); dibandingkan dengan gangguan tidur yang lain, sefalgia lebih sering terjadi pada gangguan tidur OSA(Cermin Dunia kedokteran, 2009).
2.3. Klasifikasi Nyeri Kepala
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan klasifikasi IHS (International Headache Society) Edisi 2 dari yang terbaru tahun 2004, nyeri kepala terdiri atas migren, nyeri kepala tipe-tegang, nyeri kepala klaster dan other trigeminal-autonomic cephalalgias, dan other primary headaches.
2.3.1. Migren Migren adalah gangguan periodik yang ditandai oleh nyeri kepala unilateral dan kadang kadang bilateral yang dapat disertai muntah dan gangguan visual. Kondisi ini sering terjadi, lebih dari 10%
populasi mengalami setidaknya satu serangan
migren dalam hidupnya. Migren dapat terjadi pada semua umur, tetapi umumnya onset terjadi saat remaja atau usia dua puluhan dengan wanita lebih sering. Terdapat riwayat migren dalam keluarga pada sebahagian besar pasien. 1.Migren dengan aura Pasien mengalami gejala prodromal yang tidak jelas beberapa jam sebelum serangan seperti mengantuk, perubahan mood dan rasa lapar. Serangan klasik dimulai dengan aura. Gejala visual meliputi pandangan gelap yang berupa kilasan gelap yang cepat. Aura umumnya membaik setelah 15 hingga 20 menit, dimana setelah itu timbul nyeri kepala. Nyeri terasa seperti ditusuk- tusuk dan lebih berat jika batuk, mengejan atau membungkuk. Nyeri kepala terjadi selama beberapa jam, umumnya antara 4 hingga 72 jam. Pasien lebih suka berbaring di ruangan yang gelap dan tidur. Gejala yang menyertai adalah fotofobia, mual, muntah, pucat dan dieresis. 2.Migren tanpa aura
Universitas Sumatera Utara
Pasien mungkin mengalami gejala prodromal yang tidak jelas. Nyeri kepala dapat terjadi saat bangun tidur dan gejala yang lain sama dengan migren tipe klasik(Ginsberg,2005).
2.3.2. Nyeri Kepala Klaster Sindrom ini berbeda dengan migren, walaupun sama-sama ditandai oleh nyeri kepala unilateral, dan dapat terjadi bersamaan. Mekanisme histaminergik dan humoral diperkirakan mendasari gejala otonom yang terjadi bersamaan dengan nyeri kepala ini. Pasien biasanya laki-laki, onset usia 20 hingga 60 tahun. Pasien merasakan serangan nyeri hebat di sekitar satu mata(selalu pada sisi yang sama) selama 20 hingga 120 menit, dapat berulang beberapa kali dalam sehari, dan sering membangunkan pasien lebih dari satu kali dalam semalam. Alkohol juga dapat mencetuskan serangan. Pola ini berlangsung selama berhari-hari, berminggu-minggu bahkan bulanan kemudian bebas serangan selam berhari-hari, berminggu-minggu, bulan bahkan tahunan. Tidak seperti migren, pasien nyeri kepala klaster seringkali gelisah selama serangan dan tampak kemerahan(Fauci,2008). 2.3.3. Nyeri Kepala Tipe-Tegang Nyeri kepala ini merupakan kondisi yang sering terjadi dengan penyebab belum diketahui, walaupun telah diterima bahawa kontraksi otot kepala dan leher merupakan mekanisme penyebab nyeri. Kontraksi otot dapat dipicu oleh faktor-faktor psikogenik yaitu ansietas atau depresi atau oleh penyakit lokal pada kepala dan leher Pasien umumnya pasien akan mengalami nyeri kepala yang sehari-hari yang dapat menetap selama beberapa bulan atau tahun. Nyeri dapat memburuk pada sore hari dan umumnya tidak responsif terhadap obat-obatan analgesik sederhana. Nyeri
Universitas Sumatera Utara
kepala ini juga besifat bervariasi. Nyeri kepala bervariasi adalah nyeri yang dimulai dari nyeri tumpul di berbagai tempat hingga sensasi tekanan yang menyeluruh sampai perasaan kepala diikat ketat. Selain kadang ada mual, tidak ada gejala penyerta lainnya dan pemeriksaan neurologis adalah normal(Kaufman, 1985).
2.4. Fisiologi Nyeri Nyeri adalah mekanisme protektif yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesadaran bahwa telah atau akan terjadi kerusakan jaringan. Terdapat tiga kategori reseptor nyeri: nosiseptor mekanis yang merespon terhadap kerusakan mekanis; nosiseptor termal yang berespon terhadap suhu yang berlebihan; dan nosiseptor polimodal yang berespon terhadap semua jenis rangsangan yang merusak, termasuk iritasi zat kimia yang dikeluarkan dari jaringan yang cedera. Semua nosiseptor dapat disensitisasi oleh adanya prostaglandin. Prostaglandin ini sangat meningkatkan respons reseptor terhadap rangsangan yang mengganggu. Impuls nyeri yang berasal dari nosiseptor disalurkan ke sistem saraf pusat melalui salah satu dari dua jenis serat aferen. Sinyal-sinyal yang berasal dari nosiseptor mekanis dan termal disalurkan melalui serat A-delta yang berukuran besar dan bermielin dengan kecepatan sampai 30 meter per detik ( jalur nyeri cepat). Impuls dari nosiseptor polimodal diangkut oleh serat C yang kecil dan tidak bermielin dengan kecepatan 12 meter per detik. Nyeri biasanya dipersepsikan mula- mula sebagai sensasi tertusuk yang tajam dan singkat yang mudah ditentukan lokalisasinya. Perasaan ini diikuti oleh sensasi nyeri tumpul yang lokalisasinya tidak jelas dan menetap lebih lama dan menimbulkan rasa tidak enak. Jalur nyeri lambat ini diaktifkan aleh zat- zat kimia, terutama bradikinin, suatu zat yang dalam keadaan normal inaktif dan diaktifkan oleh enzim- enzim yang dikeluarkan oleh jaringan yang rusak. Serat-serat aferen primer bersinaps dengan neuron ordo kedua di tanduk dorsal korda spinalis. Salah satu neurotransmitter yang dikeluarkan dari ujung-ujung
Universitas Sumatera Utara
aferen nyeri ini adalah substansi P, yang diperkirakan khas untuk serat- serat nyeri. Jalur nyeri asendens memiliki tujuan yang belum dipahami dengan jelas di korteks somatosensorik, talamus dan formasio retikularis. Peran korteks dalam persepsi nyeri belum jelas, walaupun korteks penting paling tidak dalam penentuan lokalisasi nyeri. Nyeri masih dapat dirasakan walaupun korteks tidak ada, mungkin pada tingkat talamus. Formatio retikularis meningkatkan derajat kewaspadaan yang berkaitan dengan rangsangan yang menggangu. Hubungan- hubungan antara talamus dengan formatio retikularis ke hipotalamus dan sistem limbik menghasilkan respons emosi dan perilaku yang menyertai pengalaman yang menimbulkan nyeri(Sherwood, 1996)
2.5. Patofisiologi Nyeri Kepala Pada nyeri kepala, sensitisasi terdapat di nosiseptor meningeal dan neuron trigeminal sentral. Fenomena pengurangan nilai ambang dari kulit dan kutaneous allodynia didapat pada penderita yang mendapat serangan migren dan nyeri kepala kronik lain yang disangkakan sebagai refleksi pemberatan respons dari neuron trigeminal sentral. Innervasi sensoris sensoris pembuluh darah intrakranial sebahagian besar berasal dari ganglion terminal dan di dalam serabut sensoris tersebut mengandung neuropeptida dimana jumlah dan peranannya yang paling besar adalah CGRP (Calcitonin Gene Related Peptide), kemudian diikuti oleh SP(substance P), NKA(Neurokinin A), pituitary adenylate cyclase activating peptide (PACAP), nitric oxide (NO), molekul prostaglandin E2 (PGE2), bradikinin, serotonin (5-TH) dan edenosin triphosphat (ATP), mengaktivasi atau mensensitisasi nosiseptor. Khusus untuk nyeri kepala klaster dan chronic paroxysmal headache ada lagi pelepasan VIP(vasoactive intestine peptide) yang berperanan dalam timbulnya gejala nasal congestion dan rhinorrhea.
Universitas Sumatera Utara
Marker pain sensing nerves lain yang berperan dalam proses nyeri adalah opiod dynorphin, sensory neuron-specific sodium channel, purinergic reseptors (P2X3), isolectin B4 (IB4), neuropeptide Y, galanin dan artemin reseptor. Sistem ascending dan descending pain pathway yang berperan dalam transmisi dan modulasi nyeri terletak dibatang otak. Batang otak memainkan peranan yang paling penting sebagai pembawa impuls nosiseptif dan juga sebagai modulator impuls tersebut. Modulasi transmisi sensoris sebagian besar berpusat di batang otak (misalnya periaquaductal grey matter, locus coeruleus, nucleus raphe magnus dan formation reticularis), ia mengatur integrasi nyeri, emosi dan respons otonomik yang melibatkan respons konvergensi kerja dari korteks somatosensorik, hipotalamus, anterior cyngulate cortex dan struktur system limbik yang lainnya. Dengan demikian batang otak disebut juga sebagai generator dan modulator sefalgia. Stimuli electrod, atau deposisi zat besi ferum yang berlebihan pada periaquaduct grey (PAG) matter pada midbrain dapat mencetuskan timbulnya nyeri kepala seperti migren. Pada penelitian MRI (Magnetic Resonance Imaging) terhadap keterlibatan batang otak pada penderita migren, CDH (Chronic Daily Headahe) dan sampel kontrol yang non sefalgi, didapat bukti adanya peninggian deposisi ferum di PAG pada penderita migren dan CDH dibandingkan dengan control. Patofisiologi CDH belum diketahui dengan jelas. Pada CDH justru yang paling berperan adalah proses sensitisasi sentral. Keterlibatan aktivasi reseptor NMDA (N- metal-D-Aspertat), produksi NO dan supersensitivitas akan menaikan produksi neuropeptide sensoris yang bertahan lama. Kenaikan nitrit likuor serebrospinal ternyata bersamaan dengan kenaikan kadar cGMP (cytoplasmic Guanosine Mono phosphate) di likuor. Reseptor opiod didownregulasi oleh penggunaan konsumsi opiod analgetik yang cenderung menaik setiap harinya. Pada saat serangan akut migren, terjadi disregulasi dari sistem opiod endogen, akan tetapi dengan adanya analgesic overused maka terjadi desensitisasi yang berperan dalam perubahan dari migren menjadi CHD.
Universitas Sumatera Utara
Adanya inflamasi steril pada nyeri kepala ditandai dengan pelepasan kaskade zat substansi dari perbagai sel. Makrofag melepaskan sitokin IL1 (Interleukin 1), IL6 dan TNF (Tumor Necrotizing Factor) dan NGF (Nerve Growth Factor). Mast sel melepasi/mengasingkan metabolit histamin, serotonin, prostaglandin dan asam arachidonik dengan kemampuan melakukan sensitisasi terminal sel saraf. Pada saat proses inflamasi, terjadi proses upregulasi beberapa reseptor dan peptida(Sjahrir, 2004).
2.6. Penatalaksanaan Nyeri Kepala Bagi migren, pasien akan merasa lebih nyaman berbaring di ruangan gelap dan tidur. Analgesik sederhana seperti parasetamol atau aspirin diberikan dengan kombinasi antiemetic. Episode yang tidak responsive dengan terapi di atas dapat diberikan ergotamin, suatu vasokonstriktor poten atau sumatriptan, agonis reseptor selektif 5-HT yang dapat diberikan subkutan, intranasal atau oral. Kedua obat tersebut memiliki kelemahan. Alkaloid ergot dapat menimbulkan keracunan akut dengan gejala muntah, nyeri dan kelemahan otot(Katzung,1998) Terapi bagi nyeri kepala klaster meliputi penggunaan ergotamin , sumatriptan atau kortikosteroid selama 2 minggu dengan dosis diturunkan bertahap. Terapi jangka panjang untuk pencegahan rekurensi meliputi penggunaan metisergid,verapamil atau pizotifen. Litium dapat membantu jika nyeri menjadi kronik tetapi kadarnya dalam darah harus dipantau(Tripathi,2003). Terapi biasanya tidak memuaskan untuk nyeri kepala tipe tegang. Beberapa pasien mungkin merasa lebih baik jika diyakinkan tidak ada penyakit dasar, tetapi hal ini kurang membantu jika pola perilaku telah menjadi selama beberapa bulan atau tahunan. Terutama jika kemungkinan besar didasari oleh keadaan psikogenik, maka terapi trisiklik atau komponen lain selama 3-6 bulan dapat membantu(Syarif,2007).
Universitas Sumatera Utara
Pasien yang lain mungkin merasa lebih baik dengan bantuan ahli fisioterapi(Brain dan Walton, 1969).
2.7. Kesehatan Mental dan Kehidupan Kerja Tempat kerja adalah salah satu lingkungan kunci yang mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Dunia pekerjaan sedang mengalami perubahan yang cukup banyak. Teleworking, peningkatan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dan perluasan sektor jasa adalah beberapa contoh perubahan pola kerja. Semua perubahan dalam kehidupan kerja merupakan tantangan baru untuk kesehatan mental dan kesejahteraan.
2.7.1. Efek Kerja terhadap Kesehatan Mental Efek kerja terhadap kesehatan mental sangat kompleks. Di satu sisi, pekerjaan merupakan sumber kepuasan pribadi dan prestasi, kontak interpersonal dan keamanan finansial, dan ini semua merupakan prasyarat untuk kesehatan mental yang baik. Kurangnya pekerjaan atau pengangguran, di sisi lain, dapat memiliki efek negatif pada kesejahteraan mental kita. Mereka yang menjadi pengangguran adalah dua kali lebih mungkin untuk mengalami peningkatan gejala depresi dan didiagnosis dengan depresi klinis sebagai orang-orang yang tetap aktif bekerja(Matthews, 1975). Bila pekerjaan tidak terorganisir dengan baik dan ketika risiko di tempat kerja belum ditangani dengan baik, pekerjaan juga dapat memiliki efek negatif pada kesehatan mental kita dan kesejahteraan. Pekerjaan berhubungan dengan stres karena apabila seseorang dihadapkan dengan tuntutan pekerjaan dan tekanan yang tidak cocok dengan pengetahuan dan keterampilannya, kemampuan mereka untuk mengatasinya menjadi persoalan. Stres yang berkaitan bahaya dapat ditemukan dalam isi pekerjaan, beban kerja dan kecepatan kerja, organisasi waktu kerja, tingkat partisipasi dan kontrol dalam pengambilan keputusan. Sebagian besar penyebab stres bergantung pada cara
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan dirancang dan cara organisasi dikelola. Stres juga dapat disebabkan oleh gaji , peran individu dalam organisasi, hubungan interpersonal, budaya organisasi dan tumpang tindih antara kerja di rumah dan kantor. Stres mempengaruhi orang yang berbeda dengan cara yang berbeda. Hal ini dapat menyebabkan kekerasan di tempat kerja atau perilaku adiktif (merokok, alkohol dan narkoba, perjudian) dan meningkatnya bilangan cuti sakit yang diambil.
2.7.2. Masalah Kesehatan akibat Kerja Satu survei dilakukan pada tahun 2000 di 15 Negara Anggota Uni Eropa (UE) menemukan bahwa lebih dari setengah dari 160 juta pekerja dilaporkan bekerja pada kecepatan yang sangat tinggi (56%) atau tenggat waktu ketat (60%) untuk setidaknya satu seperempat waktu mereka. Stres terkait dengan pekerjaan ini cenderung untuk berkontribusi pada masalah kesehatan yang dilaporkan oleh para pekerja: 15% dari penduduk yang bekerja di Uni Eropa pada tahun 2000 mengeluh sakit kepala, 23% dari leher dan nyeri bahu, 23% dari kelelahan, stres 28% dan 33% dari sakit punggung. Di Austria, 1.2 juta pekerja dilaporkan menderita stres kerja yang terkait dengan tekanan waktu. Di Jerman, 98% dari pekerja menyatakan bahwa stres dan tekanan pekerjaan meningkat dalam beberapa tahun terakhir dan 85% lagi menyatakan waktu bekerja meningkat. Di Spanyol, 32% dari pekerja menggambarkan pekerjaan mereka sebagai stres. Di Swedia dilaporkan 40% melewatkan istirahat makan siang(WHO, 2005). . 2.8.Jenis Pekerjaan Yang Paling Banyak Menimbulkan Nyeri Kepala Menurut WHO, terdapat lapan pekerjaan yang paling banyak menimbulkan stres yang seterusnya dapat menyebabkan nyeri kepala. Pekerjaan-pekerjaan tersebut adalah pengontrol lalu lintas udara, polisi, juruterbang, dokter, perawat, pemadam kebakaran,
paramedik
dan guru.
Artikel 2009
Jobs Rated
Report
dari
CareerCast.com melaporkan bahwa pemadam kebakaran merupakan pekerjaan yang
Universitas Sumatera Utara
paling banyak menimbulkan nyeri kepala karena jam kerja mereka sering tidak teratur dan berjaga sepanjang malam untuk menangani kasus emergensi yang dapat timbul bila-bila masa. Selain itu, pemadam kebakaran juga terdedah kepada inhalasi asap dan kecelakaan yang serius saat bertugas. Ini diikuti dengan pekerjaan senior cooperate eksekutif yang membutuhkan pengetahuan yang terperinci tentang keuangan, ekonomi dan perkembangan teknologi.Senior eksekutif ini diharapkan untuk unggul dalam berbagai bidang sekaligus. Seterusnya adalah pekerjaan sopir taxi, dokter bedah, polisi dan agen real estate.
Universitas Sumatera Utara