“TEORI ADALAH SEBUAH ABSTRAKSI YANG MENYATAKAN SECARA LANGSUNG

Download mengembangkan program master keperawatan berbasis kerangka konseptual keperawatan. Artikel tentang teori pertamanya di terbitkan pada tahun...

0 downloads 332 Views 277KB Size
“teori adalah sebuah abstraksi yang menyatakan secara langsung suatu prediksi berdasarkan penelitian. Teori tanpa penelitian dan penelitian tanpa dasar teori tidak akan membangun pengetahuan secara ilmiah untuk sebuah disiplin ilmu” – King (1977) cit Tomey and Alligood (2010).

0

BAB I PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu keperawatan, model konseptual, dan teori merupakan aktivitas berpikir yang tinggi. Model konseptual ini mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok, situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Perawat membuat hipotesis tentang praktik keperawatan dan prinsip yang mendasari praktik keperawatan serta tujuan dan fungsi yang sesuai dengan keperawatan di masyarakat (Potter & Perry, 2006). Konsep dan teori keperawatan telah berkembang sejak jaman Florence Nightingale, seseorang yang mendirikan disiplin keperawatan dan memiliki keyakinan bahwa keperawatan sebagai profesi membutuhkan pengetahuan yang membuatnya berbeda dengan pengetahuan kedokteran (Schuyler, 1992). Model konsep dan teori keperawatan digunakan untuk memberi pengetahuan untuk meningkatkan praktik, menuntun penelitian dan kurikulum, serta mengidentifikasi tujuan praktik keperawatan. Teori keperawatan menuntun perawat

dengan

memberikan tujuan pengkajian, diagnosa keperawatan dan intervensi, landasan dasar berkomunikasi dan autonomi serta akuntabilitas professional (Potter & Perry, 2006). Perkembangan model konsep keperawatan di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perkembangan keperawatan secara global. Dengan jelas dapat diamati bahwa secara berkelanjutan keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan 1

yang pesat, baik dibidang pendidikan maupun di tatanan praktek keperawatan. Pada masa lalu keperawatan dilakukan lebih berdasarkan intuisi dan tradisi sehingga keperawatan dianggap hanya sebagai kiat tanpa komponen ilmiah dan landasan keilmuan yang kokoh,untuk memberikan pemahaman terhadap konsep keperawatan yang mendasari praktek

dalam pemberian asuhan keperawatan

(Asmadi, 2011). Salah satu model keperawatan yang menjadi dasar bagi praktek keperawatan adalah yang dikemukakan oleh Imogene King (1971, 1981, 1987). Model konsep keperawatan yang digunakan oleh King dengan menggunakan pendekatan sistem terbuka dalam hubungan interaksi yang konstan dengan lingkungan. Dalam mencapai hubungan interaksi, King mengemukakan konsep kerjanya yang meliputi adanya sistem personal, sistem interpersonal dan sistem sosial yang saling berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diharapkan. King mengungkapkan bahwa hubungan perawat dan klien merupakan sarana dalam pemberian asuhan keperawatan, dimana proses interpersonal dinamis yang ditampilkan oleh perawat dan klien dipengaruhi satu dengan yang lain, demikian juga oleh sistem asuhan keperawatan yang berlaku. Tujuan perawat adalah memanfaatkan komunikasi untuk membantu klien dalam menciptakan dan mempertahankan adaptasi positif terhadap lingkungan (Potter & Perry, 2006).

BAB II. 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Kredensial dan Latar Belakang Imogene King Imogene M.King dilahirkan pada tanggal 30 Januari 1923 di West Point, Iowa; Imogene King meninggal dunia pada tanggal 24 Desember 2007 di St.Petersburg, Florida; dan dimakamkan di Fort Madison, Iowa (Sieloff & Messmer cit Tomey & Alligood, 2010). Pada awalnya cita-cita Imogene semasa kecil adalah menjadi seorang guru. Akan tetapi demi untuk melarikan diri dari kehidupan di desanya, Ia akhirnya menerima tawaran pamannya untuk melanjutkan pendidikan di sekolah perawat, yang pada awalnya tidak pernah disadari oleh Imogene bahwa keputusan itu menjadi awal baginya menjadi seorang Pioner dan penemu teoriteori keperawatan yang akhirnya dicari dan digunakan oleh banyak orang (Goal Attainment Theory.htm, 2013). Pada tahun 1945, Imogene memperoleh gelar Diploma Keperawatan dari Sekolah Perawat Rumah Sakit St.John, St.Louis, Missouri. Saat bekerja sebagai perawat dengan peran yang sangat beragam, Imogene mengikuti serangkaian pelajaran untuk memperoleh gelar Bachelor atau Sarjana Muda Pendidikan di bidang ilmu keperawatan yang didapatkankannya dari Universitas St.Louis pada tahun 1948; Ia menerima gelar Master Ilmu Keperawatan dari Universitas St.Louis pada tahun 1957. Sejak tahun 1947 hingga tahun 1958, King bekerja sebagai seorang Instruktur keperawatan medical bedah dan menjadi asisten direktur di sekolah perawat rumah sakit St.John. King meneruskan 3

pendidikannya dengan Mildred Montag sebagai ketua disertasinya di fakultas Keguruan, Universitas Columbia, New York, menerima gelar Doktor Pendidikan pada tahun 1961 (Sieloff & Messmer cit Tomey & Alligood, 2010). Sejak tahun 1968 hingga tahun 1972, King menjabat sebagai Direktur Sekolah Perawat di Universitas Ohio State di Columbus. Saat di Ohio State, bukunya, toward a theory for nursing: general concepts of human behavior (1971) dipublikasikan. Diawal karyanya, King menarik kesimpulan: a systematic representation of nursing is required ultimately for developing a science to accompany a century or more of art in the everyday world of nursing” (1971, . 129) – gambaran sistematik keperawatan pada akhirnya diperlukan untuk membangun sebuah ilmu untuk mengiringi jaman atau lebih sebagai seni yang diterapkan setiap harinya dalam dunia keperawatan. Bukunya kemudian mendapatkan penghargaan pada American Journal of Nursing Book pada tahun 1975 (King, 1975a). Sejak tahun 1961 hingga tahun 1966, King menjadi asisten dan asosiat professor

keperawatan

di

Universitas

Loyola,

Chicago,

dimana

Ia

mengembangkan program master keperawatan berbasis kerangka konseptual keperawatan. Artikel tentang teori pertamanya di terbitkan pada tahun 1964 di jurnal ilmu keperawatan dengan teoretikus Dr.Martha Rogers, dari Universitas New York sebagai editor. Antara tahun 1966 dan 1968, King berperan sebagai asisten kepala di Research Grants Branch, divisi keperawatan di Departemen kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan Amerika Serikat dibawah Jessie Scott. Ketika 4

Imogene berada di Washington D.C, artikelnya yang berjudul “a conceptual frame or reference for nursing” dipublikasikan di Nursing Research (1968). Sejak tahun 1968 hingga tahun 1972, Imogene bekerja sebagai Direktur Departemen Keperawatan di Universitas Ohio State. Tahun 1980, King mendapatkan gelar kehormatan PhD dari Universitas Southtern Illinois (Sieloff & Messmer cit Tomey & Alligood, 2010). King kemudian kembali ke Chicago pada tahun 1972 sebagai seorang professor di program sarjana Universitas Loyola. Ia juga bekerja sebagai Koordinator penelitian di Klinik Keperawatan pada Pusat Kesehatan Loyola sejak tahun 1978 hingga 1980. Pada bulan Mei 1998, King menerima gelar Doktor kehormatan dari Universitas Loyola, dimana “koleksi keperawatan”nya disimpan. Sejak tahun 1972 hingga tahun 1975, King anggota komite penasihat pembelaan/pertahanan perempuan sebagai pelayanannya kepada departemen pertahanan Amerika Serikat. Ia juga terpilih sebagai anggota dewan yang bertugas menyusun perundang-undangan selama 4 tahun (1975-1979) di Ward 2, Wood Dale, Illinois, pada tahun 1975 (Sieloff & Messmer cit Tomey & Alligood, 2010). Pada tahun 1980, King ditetapkan sebagai professor di Universitas Florida Selatan, Fakultas Keperawatan, di Tampa, Florida (Houser & Player, 2007). Pada tahun 1981, manuscript buku keduanya, A theory for nursing; systems, concepts, process dipublikasikan. Sebagai tambahan dari buku pertamanya Ia menuliskan lebih banyak bab dan artikel dalam jurnal professional, dan buku ketiga, curticulum and instruction in nursing; conceps and process, dipublikasikan pada 5

tahun 1986. King pensiun pada tahun 1990 dan memperoleh gelar Profesor Emeritus (gelar professor yang pensiun dengan hormat dan diijinkan terus menggunakan gelar profesonya) pada Universitas Florida Selatan dan melanjutkan sebagai dosen tamu. King melanjutkan untuk memberikan pelayanan masyarakat dan untuk membantu perencanaan keperawatan melalui sistem konseptual dan teorinya pada berbagai organisasi pelayanan kesehatan, termasuk Rumah Sakit Tampa (Messmer, 1995). King tidak pernah benar-benar pensiun, dimana Ia selalu ada untuk siswanya, fakultas, dan kolega-koleganya yang menggunakan teorinya dan kadang menjadi “round the clock” untuk mengimplementasikan teorinya di Rumah Sakit Umum Tampa. King juga berperan sebagai dewan penasihat keperawatan, dan dosen tamu di Universitas Tampa. Pada tahun 1948, King bergabung pada American Nurses Association (ANA) sebagai seorang anggota dari Asosiasi Perawat Missouri (MNA-Missouri Nursing Association) dan aktif di Illinois dan Ohio. Setelah kepindahannya ke Tampa, Florida, Ia menjadi anggota yang sangat aktif di FNA (Florida Nursing association) dan FNA district 4, Tampa. King menguasai kantor di berbagai organisasi, termasuk President of the Florida Nurses Foundation, bekerja pada FNA dan dewan FNA district 4 dan seringkali didelegasikan dari FNA untuk menghadiri pertemuan-pertemuan ANA. Pada tahun 1997, King memperoleh medali emas dari Gubernur Chiles untuk perannya memajukan profesi keperawatan di Florida. King dilantik menjadi hall of fame FNA dan ANA pada tahun 2004. Ditahun 1994, King juga dilantik oleh AAN-American Academy of 6

Nursing menjadi AAN Theory Expert Panel, dan di tahun 2005, Ia dinobatkan sebagai AAN Living Legend (Sieloff & Messmer cit Tomey & Alligood, 2010). Di tahun 1996, King menerima penghargaan Jessie M.Scott pada rapat ANA. King sudah berdebar ketika Jessie Scott ada di rapat tersebut sedang mempresentasikan materinya, dan Ia hadir disana untuk mendengarkan Presiden Clinton menyampaikan ucapan selamat atas perayaan peringatan 100 tahun ANA dan kekagumannya terhadap ibunya yang menjadi perawat anastesi. King menjadi pembicara kunci pada konferensi tahunan ke 37 Isabel Maitland Steard dalam penelitian keperawatan di Fakultas Keguruan, Universitas Columbia pada tahun 2000 (Messmer & Fawcet, 2008; Messme, 2008) dan merasa sangat senang ketika Mildred Montag dating pada presentasinya. King dilantik menjadi dosen fakultas, Hall of Fame Universitas Columbia pada tahun 1999 (Sieloff & Messmer cit Tomey & Alligood, 2010). Grup KING - the King International Nursing Group, dibentuk untuk memfasilitasi penyebaran dan pemanfaatan sistem konseptual King, teori pencapaian tujuan dan teori hubungan. Meskipun setelah grup ini menjadi inaktif, King tetap melakukan diskusi tentang teorinya dengan anggotaanggotanya secara personal. King adalah salah satu STTI (Sigma Theta Tau International) Virginia Henderson Fellows, dan Ia menerima penghargaan STTI Elizabeth Russel Bellford Founders untuk Excellent in Education pada tahun 1989 (Messmer, 2007). King menjadi juru bicara kunci pada dua konferensi teori STTI pada tahun 1992, dan menghadiri berbagai konferensi regional, nasional

7

dan internasional untuk membicarakan aplikasi teorinya (Sieloff & Messmer cit Tomey & Alligood, 2010). King berkomunikasi secara teratur dengan mahasiswa ataupun lulusan mahasiwanya yang mempelajari tentang teori dalam sistem konseptualnya. King bekerja sebagai penasihat untuk Sieloff’s (1996) mengembangkan instrument untuk mngukur kekuatan sebuah grup keperawatandidalam suatu organisasi, instrument Killens (1996) untuk mengukur kepuasan pasien dengan asuhan keperawatan professional dan Frey’s (1995) Seminal work untuk diagnostic pasien dewasa dengan Diabetes tipe I. King juga dikenal sebagai Teoretikus perawat awal berdasarkan publikasinya, toward a theory for nursing (1971), dan a theory for nursing systems, concepts and process (1981), yang telah diterjemahkan kedalam bahasa jepang, spanyol dan jerman. Sebagai tambahan, Imogene menulis banyak sekali artikel tentang teorinya dan menjadi editor pada Nursing science quarterly. King menulis beberapa bab dibeberapa buku lain, seperti Frey & Sieloff’s Advancing King’s Systems Framework and theory of nusing (1995), dan Sieloff and Frey’s Middle Range Theories for nursing practice using King’s conceptual system tahun 2007 (Sieloff & Messmer cit Tomey & Alligood, 2010). Beliau

mendapat

serangan

penyakit

stroke

yang

akhirnya

menyebabkannya meninggal dunia dua hari setelah serangan itu tepat pada tanggal 24 Desember tahun 2007 di St.Petersburg, Florida dan jenasahnya dimakamkan di Fort Madison, Iowa. Sebuah upacara peringatan khusus diadakan pada tanggal 4 Januari 2008 di St.Petersburg, Florida dan upacara pemakaman 8

dilaksanakan pada tanggal 19 Januari 2008 di Fort Madison, Iowa. Di kedua upacara tersebut Dr.Patricia Messmer membacakan penghargaan Nightingale (Nightingale tribute) termasuk sinopsis perjalanan karir Imogene King dan sebuah puisi yang berjudul “Imogene was There”. Tujuh mawar hijau Irlandia menjadi simbol dari tujuh dekade perjalanan karir Imogene dalam pengembangan ilmu keperawatan. Dan untuk menghormati beliau, lentera Nightingale dari University of Pittsburgh, foto kelulusannya di St. John’s School of Nursing, dan beberapa foto lainnya di pajang pada saat upacara peringatan tersebut. Saat ini semua paper dan memorabilia Imogene di simpan di Loyola University in Chicago, Illinois (Goal Attainment Theory.htm, 2013).

2.2. Latar belakang teori Pada Biografi Imogene King yang dipublikasikan oleh salah satu website tentang model konsep King,Goal Attainment Theory.htm, dituliskan bahwa Imogene merasa tertantang oleh filosofi profesornya dengan pertanyaan: “Have you or any other nurses have defined the “Nursing Act?” (apakah kamu atau perawat lainnya telah mendefinisikan tindakan keperawatan?). Ia berusaha mencari jawaban atas pertanyaan tersebut, dan membaca serangkaian pengetahuan dan hasil-hasil penelitian yang menuntunnya pada literatur Systems analysis dan General Systems Theory dan sebab itulah Ia menetapkan pertanyaannya yang lain: a. What is the goal of nursing? (apa tujuan keperawatan?) b. What are the functions of the nurses? (apa saja fungsi perawat?)

9

c. How can nurses continue to expand their knowledge to provide quality care? (bagaimana perawat dapat terus memperluas pengetahuan mereka untuk memberikan perawatan yang berkualitas?) Pertanyaan-pertanyaan inilah yang akhirnya menuntun Imogene mengemukakan “THEORY OF GOAL ATTAINMENT”. Meskipun Imogene mendapatkan banyak sekali penghargaan dan tanda jasa, tetapi Ia menganggap bahwa mengajar adalah prestasi terpenting baginya. Bertahun-tahun setelahnya Ia menikmati menyaksikan siswa-siswa perawatnya menjadi perawat praktisi yang hebat, ada yang menjadi pengajar dan juga peneliti di bidang keperawatan. Semua ini adalah penghargaan terbesar saya dapatkan dari semua siswa saya, kata Imogene seperti yang dikutip oleh Houser & Player (2007, hal.130). King menyatakan dalam bagian pendahuluan Toward a Theory for Nursing bahwa tujuan dari buku tersebut adalah “untuk mengajukan kerangka konseptual referensi bagi ilmu perawatan untuk digunakan oleh para mahasiswa dan pengajar dan juga para peneliti dan praktisi untuk mengidentifikasi dan menganalisis peristiwa-peristiwa dalam situasi- situasi keperawatan spesifik. Dalam buku pertamanya ia mengusulkan mengenai sebuah pendekatan untuk memilih konsep-konsep yang dirasakan menjadi fondasi bagi praktek keperawatan profesional dan menyajikan suatu proses bagi pengembangan konsep-konsep yang megembangkan pengalaman-pengalaman dalam lingkungan fisik, psikologi, dan sosial dalam keperawatan. Dalam suatu konferensi para ahli teori ilmu keperawatan, Ia menyatakan Sistem Teori dari Ilmu tentang perilaku 10

membawa pengembangan “dynamic interacting system”. Ia menjelaskan dalam sistem ini ada tiga level operasi yang berbeda yaitu,

1

Individu-individu

2

Kelompok-kelompok dan 3Masyarakat. Dalam buku keduanya King menyatakan jika tujuan perawatan adalah

memperhatikan

kesehatan

individu-individu

dan

penanganan

kesehatan

kelompok, dan jika seorang menerima premis bahwa manusia merupakan sistem terbuka yang berinteraksi dengan lingkungan, maka kerangka kerja konseptual ilmu perawatan harus diorganisasi untuk menghubungkan ide-ide ini.

2.3. Konsep Mayor dan Definisi “concepts give meaning to our sense perceptions and permit generalizations about person, objects and things” (King, 1995a, p.16 cit Tomey & Alligood, 2010) - konsep memberikan pengertian terhadap persepsi kita dan mengijinkan generalisasi tentang orang, objek dan benda lainnya. 1) Health King mendefinisikan sehat sebagai suatu pengalaman hidup yang dinamis dalam kesejahteraan dan bukan hanya dalam konteks proses didalam tubuh. Tomey and Alligood (2010) mengutip pernyataan King bahwa kesehatan adalah pengalaman hidup dinamis seorang manusia dan bukan hanya dalam konteks proses tubuh. Dia mengakui kemampuan seseorang untuk terus menerus menyesuaikan diri dengan stres internal dan eksternal dengan memaksimalkan sumber daya yang tersedia untuk mencapai potensi maksimal untuk hidup sehari-hari 11

2) Nursing Keperawatan didefinisikan sebagai suatu proses aksi, reaksi dan interaksi oleh perawat dan klien dimana mereka berbagi informasi tentang persepsi mereka dalam situasi keperawatan. 3) Self “Diri adalah gabungan dari pikiran dan perasaan yang merupakan kesadaran seseorang dari eksistensi individunya dan memiliki konsepsi tentang siapa dia dan apa yang dia lakukan. Diri meliputi sistem gagasan, sikap, nilai, dan komitmen. Diri adalah total lingkungan subjektif seseorang yang berpusat dari pengalaman dan signifikansi yang merupakan hal-hal dalam diri seseorang yang juga dipengaruhi oleh orang lain atau hal-hal lain diluar orang tersebut. Diri adalah individu sebagaimana diketahui sebagai individu. Hal inilah yang dapat kita lihat ketika kita berkata, ‘saya’” (Jersild, 1952, p.10 cit Tomey and Alligood, 2010).

2.4. Penggunaan Bukti Empiris (Use of Empirical Evidence) King (1971) berbicara tentang konsep sebagai “ide-ide atau gagasangagasan abstrak yang memberikan pengertian terhadap persepsi rasa kita, mengijinkan generalisasi, dan cenderung tersimpan dalam ingatan kita untuk kemudian dapat di ingat dan digunakan di lain waktu dalam situasi yang baru dan berbeda. King (1984) mendefinisikan teori sebagai serangkaian konsep, yang bila didefinisikan akan saling terkait dan dapat diobservasi dalam dunia praktik keperawatan. Teori berfungsi untuk membangun pengetahuan ilmiah untuk keperawatan. King memberikan kriteria untuk mengevaluasi teori yang berfokus

12

pada apakah temuan penelitian telah dilaporkan untuk memverifikasi konsep atau menguji dasar teori yang disajikan dan hal itu berguna dalam menambah pemahaman seseorang tentang dunia dan disiplin keperawatan (Sieloff & Messmer cit Tomey & Alligood, 2010). King mengidentifikasi minimal dua metode untuk membangun teori, sebagai berikut: penelitian, dan

1)

Teori dapat dikembangkan dan kemudian diuji dalam

2)

Penelitian dapat memberikan data dimana teori dapat

dikembangkan. King (1978) berpendapat bahwa: “di dunia saat ini, membangun pengetahuan untuk profesi yang

kompleks seperti keperawatan harus

mempertimbangkan dua strategi ini” (Sieloff & Messmer cit Tomey & Alligood, 2010). King mengutip banyak studi penelitian dalam bukunya, terutama mengenai pengembangan konsepnya. Dalam sistem personal, King meneliti penelitian yang berhubungan dengan persepsi oleh Allport (1955), Kelley dan Hammond (1964), Ittleson dan Cantril (1954), dan lain-lain. dalam mengembangkan definisinya tentang ruang, King menggunakan studi dari Sommer (1969) dan Ardrey (1966) dan mencatat hasil penelitian Minckley (1968). Sedangkan untuk konsep waktu, dia mengakui hasil karya Orme (1969). Dalam sistem interpersonal, king menyajikan teori dan model komunikasi yang dikutip dari studi Watzlawick, Beavin dan Jackson (1967) dan Krieger (1975), Orlando (1961) dan Diers dan Schmidt (1977) untuk informasi tentang interaksi. King juga mencatat Dewey dan Bentley (1949) teori tentang pengetahuan, yang membahas tindakan diri (self

13

action), interaksi, dan transaksi dalam mengetahui dan diketahui, dan hasil karya Kuhn (1975) tentang transaksi (Sieloff & Messmer cit Tomey & Alligood, 2010). Mengomentari penelitian yang ada pada waktu itu, khususnya riset operasional

mengenai perawatan pasien, King (1975b) mencatat bahwa

"...kebanyakan studi telah berpusat pada aspek teknis perawatan pasien dan sistem kesehatan dan bukan pada aspek pasien langsung... beberapa masalah telah menyatakan bahwa mulailah dengan apa yang menjadi tuntutan kondisi pasien atau apa yang pasien inginkan”. Dalam bukunya tahun 1981, king menjelaskan lebih lanjut bahwa "beberapa formulasi teoritis tentang hubungan interpersonal dan proses keperawatan telah dijelaskan dalam situasi keperawatan, mengutip studi oleh Peplau (1952), Orlando (1961), Peterson dan Zderad (1976) dan Yura dan Walsh (1978) untuk mendukung ide-idenya pada proses transaksional dalam teori pencapaian tujuannya (Sieloff & Messmer cit Tomey & Alligood, 2010).

2.4.1. Pengembangan Sistem Konseptual Dalam persiapan bukunya 1971, King mengajukan pertanyaan berikut: 1. apa tujuan keperawatan? 2. apa saja fungsi perawat? 3. bagaimana perawat dapat terus memperluas pengetahuan mereka untuk memberikan perawatan yang berkualitas?

14

Sebagai hasil dari review 20 tahun Literatur Keperawatan (sebelum 1971), King mengidentifikasi beberapa konsep yang digunakan oleh perawat untuk menggambarkan keperawatan. Gambar 1 dibawah ini menunjukkan sistem konseptual yang memberikan suatu pendekatan sistem belajar secara keseluruhan dan bukan hanya bagian yang terisolasi dari sistem dan didesain untuk menjelaskan secara keseluruhan di mana perawat diharapkan dapat berfungsi. Gbr.1 dynamic conceptual Systems

(Sumber: Tomey & Alligood, 2010)

15

King menggunakan pendekatan sistem dalam pengembangan sistem konseptual dan middle range theory goal attainment. King mengungkapkan bahwa satu-satunya cara untuk mempelajari bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungan adalah dengan merancang sebuah kerangka konseptual dari variabelvariabel yang saling tergantung dan variable-variabel yang saling terkait dengan konsep. King percaya bahwa kerangka kerjanya berbeda dari skema konseptual lainnya dimana fokus perhatiannya yaitu tidak memisahkan antara manusia dan lingkungannya

tetapi dengan bagaimana manusia bertransaksi di beberapa

lingkungan yang berbeda. Kesadaran tentang dinamika yang kompleks dari perilaku manusia dalam situasi keperawatan mendorong perumusan kerangka kerja konseptual yang mewakili sistem personal, interpersonal, dan sosial sebagai domain dalam keperawatan. Individu ada didalam sistem personal, dan king memberikan contoh keseluruhan sistem sebagai pasien atau perawat. King percaya bahwa perlu untuk memahami konsep citra tubuh, pertumbuhan dan perkembangan, persepsi, diri, ruang, dan waktu untuk memahami diri individu sebagai seorang manusia. Sistem interpersonal terbentuk ketika terdapat dua atau lebih individu berinteraksi, yang kemudian membentuk diad (dua orang) atau triad (tiga orang). Interaksi antara seorang perawat dan pasien adalah salah satu jenis sistem interpersonal. Demikian juga dengan keluarga, ketika keluarga bertindak sebagai sebuah kelompok kecil, maka keluarga juga dapat dianggap sistem interpersonal. Pemahaman tentang sistem interpersonal membutuhkan pemahaman tentang konsep-konsep komunikasi, interaksi, peran, stres, dan transaksi. 16

Sistem interaksi komprehensif terdiri dari kelompok-kelompok yang membentuk masyarakat dan disebut sebagai sistem sosial. Agama, pendidikan, dan kesehatan adalah contoh dari sistem sosial. Pengaruh perilaku di sebuah keluarga besar pada pertumbuhan dan perkembangan individu dalam masyarakat adalah contoh lain dari pengaruh sistem sosial. Dalam sistem sosial, konsep otoritas, pengambilan keputusan, organisasi, kekuasaan dan status sangat penting untuk memahami sistem. Konsep dalam kerangka kerja King tersebut mengorganisir ukuran dan merepresentasikan pengetahuan penting untuk memahami tentang interaksi diantara tiga sistem. Konsep ditempatkan dalam sistem personal terutama terkait dengan individu, sedangkan konsep ditempatkan dalam sistem interpersonal karena menekankan interaksi antara dua orang atau lebih. Konsep ditempatkan dalam sistem sosial karena konsep tersebut menyediakan pengetahuan bagi perawat untuk berfungsi dalam sistem yang lebih besar. Bagaimanapun juga, King secara jelas telah mengidentifikasi bahwa konsep dalam kerangka kerja tidak terbatas pada hanya satu sistem interaksi dinamis tetapi melalui keseluruhan dari tiga sistem tersebut.

2.4.2 King’s Middle Range Theory of Goal Attainment Pada tahun 1981, King menurunkan teori Goal Attainment sebagai salah satu teori Middle Range. Pertanyaan yang memotivasi King untuk membangun teori ini adalah “what is the nature of nursing?” – apakah yang menjadi ciri dasar keperawatan?. Jawaban King adalah: cirri keperawatan adalah suatu cara 17

bagaimana seorang perawat dalam menjalankan perannya melakukan dengan dan bagi individu yang pada akhirnya membedakan profesi keperawatan dari profesi kesehatan lainnya. King menggunakan kriteria berikut untuk mengembangkan teori: 1. apa asumsi-asumsi filosofis? 2. adalah konsep telah diidentifikasi dan didefinisikan secara jelas? 3. Apakah konsep berhubungan dengan pernyataan dan model yang proporsional? 4. apakah teori menimbulkan pertanyaan untuk kemudian menjadi jawaban, atau hipotesis yang akan diuji dalam penelitian dan menghasilkan ilmu pengetahuan dan menegaskan teori?

18

Gambar 2.2 a process of human interactions that lead to transactions; a model of transaction

(Sumber: Tomey & Alligood, 2010)

Proses interaksi manusia menjadi dasar untuk merancang model transaksi yang menggambarkan pengetahuan teoritis yang digunakan oleh perawat untuk membantu individu dan kelompok mencapai tujuan. King menyatakan bahwa penetapan tujuan bersama antara perawat dan klien didasarkan pada persepsi yang dimiliki oleh perawat dan klien tentang gangguan atau masalah yang dialami pasien dan mereka akan saling berbagi dimana setiap fungsi untuk membantu klien mencapai tujuan harus diidentifikasi. Selain itu perawat juga dapat pasien berinteraksi dengan anggota

19

keluarga ketika pasien tidak dapat secara verbal berpartisipasi dalam penetapan tujuan. Untuk menguji teorinya, King (1981) melakukan penelitian dan mengidentifikasi bahwa studinya berbeda dari studi sebelumnya, dalam hal ini bahwa teorinya menggambarkan proses interaksi antara perawat dan pasien yang mengarah pada pencapaian tujuan. Penelitian King menggambarkan sebuah proses yang mengarah ke pencapaian tujuan dan mempelajari bagaimana perawat dan pasien berinteraksi dan apakah perawat melakukan transaksi. King menggunakan metode observasi nonpartisipan untuk mengumpulkan informasi tentang interaksi perawat dan pasien di unit perawatan pasien di rumah sakit. Pasien dan perawat secara sukarela berpartisipasi dalam penelitian ini. King kemudian melatih mahasiswa pascasarjana tentang teknik observasi nonpartisipan sebelum mengumpulkan data. King meneliti beberapa interaksi dan mencatat perilaku verbal dan nonverbal sebagai data mentah. King juga mengembangkan tujuan yang berorientasi pada catatan keperawatan dimana perawat dapat menggunakan untuk menentukan apakah mereka melakukan transaksi yang mengarah ke pencapaian tujuan.

2.5. Asumsi Mayor Terkait Paradigma Keperawatan Asumsi mayor Model Konseptual yang dikemukakan oleh King terkait dengan metaparadigma dalam keperawatan adalah: 2.5.1 Manusia (Human being /person) Manusia adalah makluk sosial yang memiliki rasionalitas dan kesadaran. Manusia memiliki kemampuan untuk membuat pilihan, memilih 20

alternatif tindakan, dan mampu mencatat sejarah melalui bahasa dan simbol mereka sendiri, unik, holistik dan memiliki perbedaan kebutuhan, keinginan dan tujuan. Perbedaan ini didasari dari fakta bahwa manusia sebagai makluk yang dinamis memiliki persepsi terhadap obyek-obyek, orang-orang dan kejadian-kejadian yang mempengaruhi perilakunya, interaksi sosial dan kesehatan (King, 1971 cit Williams 2001). Manusia dikatakan sebagai sebuah sistem terbuka yang secara konstan berinteraksi dengan lingkungannya. Istilah “sistem terbuka” menunjukkan bahwa setiap sistem atau unit mempunyai batas yang memisahkan komponen-komponen internal dari pembatas yang ada. Menurut King, kebutuhan manusia memiliki 3 kebutuhan dasar: a) Kebutuhan terhadap informasi kesehatan yang dapat diakses dan digunakan ketika diperlukan b) Kebutuhan perawatan yang dicari untuk mencegah penyakit c) Kebutuhan perawatan ketika manusia tidak mampu menolong dirinya sendiri atau kebutuhan akan perawatan pada saat sakit atau keadaan tidak berdaya

2.5.2 Kesehatan (health) Kesehatan adalah suatu keadaan yang menyeluruh dan fungsional (menjadi manusia yang sosial, memiliki kesadaran, rasional, reaktif, merasakan, mengontrol, memiliki tujuan, aksi-orientasi dan berorientasi pada waktu). Adanya gangguan atau kekacauan pada keadaan holistik dan fungsional ini menyebabkan sakit. King mendefinisikan sehat sebagai suatu pengalaman hidup yang dinamis dalam kesejahteraan dan 21

bukan hanya dalam konteks proses didalam tubuh. King mendefinisikan kesehatan (George 1995, seperti dikutip dalam Añonuevo et.al. 2005) sebagai "pengalaman hidup dinamis seorang manusia" dan bukan hanya dalam konteks proses tubuh. Dia mengakui kemampuan seseorang untuk "terus menerus menyesuaikan diri dengan stres internal dan eksternal" dengan memaksimalkan sumber daya yang tersedia untuk mencapai "potensi maksimal untuk hidup sehari-hari". Atau dengan kata lain King mengatakan bahwa kesehatan melibatkan pengalaman hidup dinamis manusia, yang berarti penyesuaian terus menerus terhadap stressor dalam lingkungan internal dan eksternal melalui penggunaan optimal dari sumber daya seseorang untuk mencapai potensi maksimal untuk hidup sehari-hari. 2.5.3 Lingkungan (Environment) Lingkungan adalah latar belakang untuk interaksi manusia yang melibatkan: a) Lingkungan internal: mengubah energi untuk memungkinkan orang untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan eksternal terus menerus. b) Lingkungan eksternal: melibatkan organisasi formal dan informal. Perawat merupakan bagian dari lingkungan pasien. 2.5.4 keperawatan (Nursing) Keperawatan didefinisikan sebagai Suatu proses aksi, reaksi dan interaksi oleh perawat dan klien dimana mereka berbagi informasi tentang persepsi mereka dalam situasi keperawatan. Sebuah proses interaksi manusia 22

antara perawat dan klien dimana setiap masing-masing merasakan yang lain dan situasi, dan melalui komunikasi, mereka menetapkan tujuan, mengeksplorasi cara, dan menyetujui sarana untuk mencapai tujuan. 2.6 Bentuk Logis Teori King Di kerangka konseptual yang dipublikasikan pada tahun 1968, king mengidentifikasi empat konsep sebagai inti dari manusia yaitu: 1. Kesehatan 2. Hubungan interpersonal 3. Persepsi 4. Sistem sosial Individu sebagai sistem terbuka dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan dari luar. Kerangka konsep terdiri dari beberapa elemen dari situasi konkret King percaya bahwa empat ide-ide universal nya (sistem sosial, kesehatan, persepsi, relation). Sistem interpersonal yang relevan dalam setiap situasi keperawatan. kemudian ia mengidentifikasi bahwa pendekatan personal untuk sintesis pengetahuan bagi keperawatan adalah untuk menggunakan data dan informasi yang tersedia dari: (1) penelitian di keperawatan dan bidang terkait (2) 25 tahun dalam praktek aktif, mengajar dan penelitian, semua pengetahuan yang tersedia, kerangka teori, relevan untuk keperawatan. Pada tahun 1978 ia menunjukkan bahwa pengembangan teori terdiri dari penalaran induktif dan deduktif, dengan tujuan utama teori ini menjadi generasi pengetahuan melalui penelitian. King (1981) kemudian mulai mengembangkan lebih lanjut sistem konseptual dan mengusulkan pencapaian tujuan untuk menggambarkan 23

sifat interaksi klien dan perawat yang mengarah pada pencapaian tujuan sebagai berikut, dimana perawat berinteraksi dengan klien untuk saling menetapkan tujuan, dan untuk mengeksplorasi dan menyepakati cara-cara untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan didasarkan pada assesment perawat tentang masalah dan gangguan kesehatan pasien, persepsi tentang masalah dan berbagi informasi untuk menuju pencapaian tujuan. Dalam publikasinya tahun 1981, King berbicara tentang sedikit dikotomi antara kesehatan dan penyakit, mengacu

pada penyakit atau

gangguan tubuh. King memberikan hubungan sistem yang lebih terbuka antara manusia dan lingkungan. Dia juga merevisi terminologinya, menggunakan penyesuaian dalam manfaat dari adaptasi, manusia dan individu. Teori pencapaian tujuan mengatur elemen dalam proses interaksi perawat klien yang sampai tujuan tercapai. King tahun 1971 menyatakan bahwa perawat harus dapat mengasumsikan peran dan tanggung jawab yang diharapkan dari pasien, penemuan pengetahuan harus disebarkan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan dalam praktek. Data deskriptif yang dikumpulkan secara sistematis memberikan isyarat untuk menghasilkan hipotesis untuk penelitian perilaku manusia dalam keperawatan. Selama konferensi teori keperawatan tahun 1978 King menunjukkan bahwa jika perawat mengajarkan proses ini, mereka bisa mulai memprediksi hasil. Kemudian tahun 1981 ia menambahkan teori ini harus berfungsi sebagai standart praktek yang berhubungan dengan interaksi perawat-pasien-keluarga.

2.7 Penerimaan oleh Keperawatan 24

2.7.1 Praktek Hubungan dalam praktek sangatlah jelas karena profesi keperawatan merupakan satu fungsi interaksi antara individu, grup, dan lingkungan. Dia menyatakan teori ”Karena ini abstrak, tidak dapat diterapkan secara langsung pada praktek keperewatan atau program-program yang konkret dalam ilmu perawatan”. Pada saat data empiris dapat teridentifikasi, terdefinisikan dan tergambarkan, maka teori ini berguna dan dapat diaplikasikan dalam situasi-situasi yang nyata. Teori ini dan GORN (The Goal Oriented Nursing Record) berguna dalam praktek perawat untuk menyediakan rencana-rencana individual dan perawatan pada saat menyemangati partisipasi aktif dari klien dalam fase membuat keputusan. GORN merupakan satu pendekatan dalam keefektifan dokumen perawatan keperawatan. 2.7.2 Pendidikan Kerangka berpikir King telah di gunakan di Ohio State University bagi design kurikulum progam keperawatan dan di tampilkan dai University of Texas

Houston.

mengembangkan

Konsep-konsep kerangka

King

berpikir.

sangatlah Berguna

berguna

dalam

dalam

pendidikan

keperawatan, praktek keperawatan, dan menjabarkan hipotesa bagi penelitian. Menyediakan alat-alat sistematis sebagai pandangan profesi perawat, pengorganisasian tubuh, pengetahuan keperawatan dan penjelasan keperawatan sebagai disiplin ilmu. 2.7.3 Penelitian

25

Penelitian dapat dibuat dan diadakan untuk menerapkan sistem ini di unit rumah sakit, di perawatan dirumah sakit, diperawatan rumah. Sistem informasi ini

dapat dibuat untuk semua populasi pasien, untuk masa

sekarang dan masa yang akan datang, komputerisasi dalam merekam sistem perawatan kesehatan.

2.8 Pengembangan Lebih Lanjut Selama

bertahun-tahun

king

menunjukkan

secara

konsisten

keyakinannya pada kebutuhan untuk pengujian lebih lanjut mengenai teori pencapaian tujuan. King mengatakan profesi yang mempunyai misi utama pemberian layanan sosial memerlukan penelitian berkelanjutan untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat diaplikasikan untuk meningkatkan praktek. Kerangka kerja sistem konseptual yang telah disintesis dari unsurunsur dasar dalam keperawatan akan dapat bertahan sampai duapuluh satu abad walaupun ada perubahan profesional dan sosial. Pada tahun 1995, Fawcet dan Whall mengidentifikasi lima bidang utama di mana pengembangan lebih lanjut dari karya King dapat membantu: 1. Konsep lingkungan akan memperoleh manfaat dari definisi tambahan dan klarifikasi 2. Pandangan King tentang penyakit, kesehatan, dan kesejahteraan akan memperoleh manfaat dari penjelasan dan pembahasan tambahan 3. Middle range theory lebih implicit. fawcett meneliti perkembangan Middle range theory dalam sistem konseptual King, dan membuat rekomendasi berikut:

26

a. Kredibilitas sistem konseptual King dapat lebih diperkuat melalui meta-analisis atau review integratif lain dari hasil yang diperoleh dari uji empiris b. Penelitian metateoretis hubungan

antara

tambahan diperlukan untuk

konsep-konsep

dalam

sistem

merinci personal,

interpersonal, dan sosial c. Pengujian empiris yang berkelanjutan masih diperlukan d. Instrumen penelitian tambahan perlu dikembangkan

untuk

mengukur middle range theory. Kegunaan instrumen tersebut kemudian perlu dievaluasi dalam hal kegunaan mereka untuk praktek. 4. hubungan di masa depan antara sistem konseptual King dan middle range theory lainnya yang ada harus terus dilanjutkan dengan cara memastikan kesesuaian antara sistem konseptual dan middle range theory lainnya 5. Pengujian empiris untuk teori pencapaian tujuan harus dilanjutkan dan dikembangkan dalam sistem konseptual King ataupun middle range theory lainnya 2.9 Tinjauan Kritis (critique) 2.9.1 Kesederhanaan (Simplicity) Definisi yang dikemukakan oleh King jelas dan terkonsep yang berasal dari literatur penelitian yang ada pada saat itu dan dipublikasi. Teori Goal Attainment menyajikan sepuluh konsep mayor , yang disadur dari literatur penelitian dan membuat teori ini terlihat kompleks akan tetapi konsep-konsep tersebut dapat dengan mudah dipahami kecuali konsep diri

27

Beberapa definisi konsep dasar kurang jelas. konsep stres yang kurang jelas karena dalam teori ini, stres memiliki konsekuensi positif dan menyarankan perawat untuk menghilangkan stressor yang berasal dari lingkungan rumah sakit. King menyatakan bahwa definisinya sangat jelas dan diturunkan secara konseptual dari identifikasi karakteristik. King memberikan kritik dan memberikan contoh aplikasi pengetahuan dalam konsep keperawatan, namun contoh itu bukanlah definisi konsep. 2.9.2

Keumuman (generality) Dari goal attainment telah di kritisi karena memiliki area aplikasi yang terbatas dalam bidang keperawatan, dimana pasien tidak dpat berinterksi secara kompeten dengan perawat. King merespon kritik tersebut bahwa 70% komunikasi yang terjadi antara perawat dan pasien adalah non verbal. Konsep goal attainment ini dapat diaplikasikan oleh perawat dengan pengetahuan komunikasi yang baik. King meyakini bahwa kritik yang disampaikan ditujukan pada setiap orang, kejadian dan situasi yang

2.9.3

kemunkinannya kecil sekali. Kesesuaian Empiris King mengumpulkan data empiris tentang proses interaksi perawatpasien yang mengacu pada pencapaian tujuan. Penelitian deskriptif dilaksanakan untuk mengidentifikasi karakteristik transaksi dan bagaimana perawat ber transaksi dengan pasien. Contoh dari 17 responden yang mencapai tujuannya hanya 12 responden (70 %). King meyakini bahwa jika mahasiswa perawat telah memahami proses transactual dalam goal attainment theory dan digunakan dalam praktek keperawatan maka

28

pencapaian tujuan dapat diukur dan efektivitas asuhan keperawatan dapat di 2.9.4

demonstrasikan. Konsekuensi-konsekuensi yang diperoleh Goal attainment theory berfokus pada semua aspek dalam proses keperawatan: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. King meykini bhwa perawat harus mengkaji untuk menentukan tujuan bersama, merencnakan alternatif tindakan untuk mencapai tujuan, dan mengevaluasi apakah tujuan sudah tercapai. King memperbaharui teori keperawatan, ” menyediakan teori yang sesuai pilihan, alternatif, partisipasi individu dalam pengambilan keputusan dan khususnya menyetujui kriteria hasil asuhan keperawatan. Agar suatu teori bermanfaat dalam praktek keperawatan, teori tersebut harus fokus minimalnya terhadap satu aspek proses perawatan. Teori king memfokuskan kepada fase-fase perencanaan dan implementasi dalam proses perawatan. Perawat dan pasien (dyad interact) saling memikirkan pencapaian tujuan, meneliti sarana-sarana untuk mencapai tujuan bertransaksi dan meraih tujuan.

29

BAB III APLIKASI TEORI Dalam tatanan praktik keperawatan, model keperawatan merupakan suatu pemahaman terhadap konsep dan diharapkan dapat diaplikasikan kedalam tatanan praktik keperawatan. Meskipun dalam Teori King masih bersifat cukup luas, kelompok mencoba mengaplikasikan teori dalam sebuah studi kasus. Berikut ini adalah penerapan teori dan model keperawatan dari Imogene King pada Asuhan Keperawatan pasien dengan Lokal Osteosarkoma Pre Amputasi. 3.1

Studi Kasus Tn. S, umur 26 tahun, agama Islam, sudah menikah, dirawat di Ruang Seruni RS SEHAT , masuk tanggal 24-01-2013, dengan diagnose Lokal Osteosarkoma pada kaki kiri, klien merasakan nyeri di kaki kiri di bawah lutut sejak + 3 bulan sebelum masuk RS nyeri pada kakinya awalnya hanya nyeri ringan yang menurut klien mungkin disebabkan oleh benturan bola pada waktu main sepak bola . Klien tidak menghiraukan nyeri di kaki kirinya karena klien sibuk bekerja sebagai pemain sepak bola serta sibuk dengan latihan-latihan untuk menyambut berbagai pertandingan sepak bola. Klien memiliki 3 orang anak yang masih sekolah. Klien adalah tulang punggung keluarga sehingga klien sibuk bekerja sebagai pemain sepak bola untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Tanpa disadari adanya benjolan

30

di kaki kiri klien semakin lama semakin besar dan nyeri kaki yang dirasakan semakin berat Pada saat pengkajian klien dengan diagnosa medis rencana amputasi kaki kiri indikasi osteosarkoma, menurut pasien keluarganya tidak ada yang menderita seperti yang dialami klien tapi neneknya dulu meninggal karena kanker juga. Selama ini klien jarang periksa ke dokter karena klien adalah tulang punggung keluarga sehingga klien sibuk bekerja. Setelah klien memeriksakan diri ke dokter klien didiagnosa osteosarkoma. Pasien mengeluh merasakan nyeri di bawah lutut kaki kiri dan terdapat benjolan di bawah lutut kaki kiri. Pada saat pengkajian tanggal 04-02-2013 pukul 08.30.

Keadaan

umum

pasien

tampak

menahan

nyeri,

kesadaran

composmentis, adanya benjolan di bawah lutut pada kaki kiri , terpasang infus Potacol 8 jam/kolf (15 tetes/menit) pada tangan kiri, klien bedrest. Hasil observasi tanda – tanda vital: TD : 150/90 mmHg, S : 37 0 C, N : 92 x/mnt, HR : 92 x/mnt, P : 18 x/mnt. Hasil Rontgen Thorax : Tidak tampak kelainan. Hasil Foto pada kaki : terdapat masa di tibia sinistra Dokter telah memberikan informasi tentang penyakit bahwa pasien telah ditegakkan diagnose medis Lokal Osteosarkoma serta tindakan yang akan diberikan kepada tuan S adalah amputasi untuk menghindari metastase sel kanker. Keluarga dan Tn S beranggapan bahwa penyakitnya dapat disembuhkan dengan minum obat-obatan dapat menyembuhkan sepenuhnya seperti sedia kala benjolan yang ada di kaki kiri dianggap hanya bisul biasa yang nantinya akan sembuh sendiri. Disini Ns. W berusaha menjelasan tentang rencana tindakan yang dilakukan, tujun serta hasil yang dicapai dalam perawatan Tn.S untuk jangka panjang. Tn. S masih memikirkan tentang kondisi kesehatannya dimasa depan, Tn. S sangat terpukul dengan kondisi penyakitnya dia tidak rela jika dia harus kehilangan salah satu kakinya. Tn. S menganggap dia dapat menghidupi keluarganya adalah dari kakinya karena dengan kaki tersebut Tn. S dapat 31

bermain bola dengan sangat baik dan dalam pertandingan sepak bola Tn. S lah yang sering mencetak gol selain itu Tn. S juga pusing dan galau memikirkan biaya pengobatan untuk dirinya, serta apakah nanti mampu melakukan aktifitas dan jika dia harus kehilangan kakinya dia harus bekerja dimana dan bagaimana dengan nasib anak-anaknya dan bagaimana nasib masa depan keluarganya. 3.2

Penyelesaian kasus Berdasarkan studi kasus diatas penerapan teori dan model keperawatan menurut Imogene King terdiri dari : 3.2.1

Sistem personal Tn. S sangat terpukul dengan kondisi penyakitnya dia tidak rela jika dia harus kehilangan salah satu kakinya. Tn. S menganggap dia dapat menghidupi keluarganya adalah dari kakinya

karena dengan kaki

tersebut Tn. S dapat bermain bola dengan sangat baik dan dalam pertandingan sepak bola Tn. S lah yang sering mencetak gol selain itu Tn. S sedih memikirkan biaya pengobatan untuk dirinya, serta apakah nanti mampu melakukan aktifitas dan jika dia harus kehilangan kakinya dia harus bekerja dimana dan bagaimana dengan nasib anakanaknya dan bagaimana nasib masa depan keluarganya 3.2.2

Sistem Interpersonal Ns. W memberikan support kepada Tn. S bahwa penyakit yang dideritanya adalah ujian dari Tuhan untuk meningkatkan derajat Iman. Dan apabila seseorang menderita penyakit dan dia sabar maka penyakit yang diderita akan mengurangi dosa. Ns. W juga memberi penjelasan tentang penyakit yang diderita Tn.S, tindakan serta pengobatan yang akan dijalani Tn.S. Ns. W (perawat), Tn.S dan keluarga bersama-sama menentukan tujuan pengobatan dan tindakan apa saja yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut

32

sehingga Tn.S

dan keluarga dapat berperan aktif secara langsung

dalam proses penatalaksanaan penyakit serta perawatannya. Karena peran Tn. S juga sebagai kepala rumah tangga dan tulang punggung keluarga maka perlu diberikan pilihan alternative tindakan yang bisa dilakukan. 3.3.3

Sistem Sosial. Dalam mencapai tujuan penanganan penyakit Tn.S, memerlukan tindakan amputasi, sehingga Tn. S juga memerlukan dukungan ekonomi/biaya, dalam hal ini pasien memiliki asuransi menanggung biaya operasi dan biaya perawatan, sehingga hal tersebut mampu mengatasi masalah untuk sementara namun perlu difikirkan untuk jangka panjang agar memiliki sumber pembiayaan lain dalam melanjutkan program therapinya erta memikirkan bagaimana Tn. S harus menghidupi keluarganya serta bagaimana Tn. S harus membiayai sekolah anak-anaknya.Untuk itu Tn.X dan keluarga memiliki rencana untuk memanfaatkan sumber pembiayaan dari asuransi persepakbolaan tempat dia bermain sepak bola serta mengajukan permohonan solusi bagi Tn. S agar Tn S tetap bisa bekerja di persepakbolaan tersebut agar mempunyai

penghasilan

dan

bisa

menghidupi

keluarga

dan

menyekolahkan anak-anaknya. Karena teori ini masih bersifat abstrak, tidak dapat diterapkan secara langsung pada praktek keperawatan atau program-program yang kongkret dalam ilmu perawatan. Jadi harus diterjemahkan dengan mengidentifikasi data empiris, terdefinisikan dan tergambarkan, maka teori ini berguna dan dapat diaplikasikan dalam situasi-situasi yang nyata. Peran perawat terhadap sistem sosial ini perawat memberikan informasi dan pendidikan kesehatan kepada klien mengenai proses tindakan amputasi. Serta memberikan penjelasan mengenai rencana pembuatan kaki palsu sehingga klien dan keluarga berhasil mengambil keputusan untuk setuju dilakukan

33

tindakan amputasi. Selain itu perawat juga memberikan pendidikan kesehatan mengenai sumber-sumber biaya yang bisa dimanfaatkan klien. 3.3 Fokus data untuk mendefinisikan masalah. 3.3.1

Masalah fisik Keadaan

umum

pasien

tampak

menahan

nyeri,

kesadaran

composmentis, adanya benjolan di bawah lutut pada kaki kiri , terpasang infus Potacol 8 jam/kolf (15 tetes/menit) pada tangan kiri, klien bedrest. Hasil observasi tanda – tanda vital: TD : 150/90 mmHg, S : 37 0 C, N : 92 x/mnt, HR : 92 x/mnt, P : 18 x/mnt.

3.3.2

Masalah Psikologis,Fungsi Peran dan Pengetahuan Keluarga

dan Tn

S

beranggapan

bahwa

penyakitnya

dapat

disembuhkan dengan minum obat-obatan dapat menyembuhkan sepenuhnya seperti sedia kala benjolan yang ada di kaki kiri dianggap hanya bisul biasa yang nantinya akan sembuh sendiri. Tn. S sangat terpukul dengan kondisi penyakitnya dia tidak rela jika dia harus kehilangan salah satu kakinya. Tn. S menganggap dia dapat menghidupi keluarganya adalah dari kakinya

karena dengan kaki

tersebut Tn. S dapat bermain bola dengan sangat baik dan dalam pertandingan sepak bola Tn. S lah yang sering mencetak gol selain itu Tn. S sedih memikirkan biaya pengobatan untuk dirinya, serta apakah nanti mampu melakukan aktifitas dan jika dia harus kehilangan kakinya dia harus bekerja dimana dan bagaimana dengan nasib anakanaknya dan bagaimana nasib masa depan keluarganya B. Diagnosa Keperawatan Dari pengkajian di atas maka masalah keperawatan yang ditemukan yaitu : 34

1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit lokal osteosarkoma 2. Perubahan fungsi peran b.d keterbatasan kemampuan fisik,peningkatan ketergantungan terhadap orang lain. 3.

Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

C. Intervensi Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit lokal osteosarkoma Tujuan: Pasien tidak mengalami nyeri atau penurunan nyeri sampai tingkat yang dapat diterima klien Kriteria Hasil : 1. Skala nyeri 0 2. Tekanan Darah : 120/80 mmHg 3. Pasien mengatakan nyeri bisa ditoleransi 4. Nadi : 80-100 x/mnt, RR : 18-24 x/mnt Intervensi 1. Berikan tindakan kenyamanan : massage, posisi yang nyaman 2. Berikan dan ajarkan teknik distraksi pada klien 3. Bantu melakukan rentang gerak dan dorong ambulasi dini, hindari posisi duduk lama 4. Monitor adanya kekuatan otot abdomen dan nyeri tekan 5. Kolaborasi pemberian obat penurun / penghilang nyeri sesuai dengan indikasi (analgetik) 2.

Perubahan fungsi peran b.d keterbatasan kemampuan fisik,peningkatan ketergantungan terhadap orang lain. Tujuan : Klien mampu beradaptasi serta dapat meningkatkan rasa percaya diri terhadap perannya

35

Kriteria Hasil : Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit , perubahan gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan. Intervensi a. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan R/Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi kesalahan konsep dan menghadapinya langsung. b. Diskusikan arti dari perubahan terhadap peran dikeluarga dan memastikan bagaimana pandangan hidup sehari-hari R/ Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhidan menetukan intervensinya c. Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana menerima keterbatasan R/Isyarat verbal dan non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor dan bagaimana pasien memandang dirinya sendiri d. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan dan ketergantungan R/bermusuhan umum terjadi dan kita mengakui e. Perhatikan perilaku menarik diri ,menyangkal R/Metode koping maladaptive , membutuhkan intervensi lanjut/ dukungan psikologis f. Susun batasan pada perilaku maladaftif, bantu pasien identifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping R/Membantu

pasien

mempertahankan

control

diri,yang

dapat

meningkatkan harga diri g. Ikutsertakan pasien dalam perencanaan perawatan dan jadwal aktifitas R/Menigkatkan perasaan kompetensi ,harga diri, mendorong kemandirian h. Berikan bantuan positif bila perlu R/Memnungkingkan pasien senang terhadap dirinya sendiri,meningkatkan rasa percaya diri

36

3. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan : Klien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya. Kriteria : Klien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya. Klien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh. Intervensi: a.

Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit gagal ginjal kronik dan Hipertensi. R./ Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.

b.

Kaji latar belakang pendidikan pasien. R./ Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.

c.

Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti. R./ Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.

d.

Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya. R./ Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.

e.

Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada / memungkinkan). R./ Gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.

37

C. Implementasi Tindakan keperawatan yang diberikan berfokus pada masalah yaitu : memberikan support kepada Tn. S bahwa penyakit yang dideritanya adalah ujian dari Tuhan untuk meningkatkan derajat Iman. Dan apabila seseorang menderita penyakit dan dia sabar maka penyakit yang diderita akan mengurangi dosa. Ns. W juga memberi penjelasan tentang penyakit yang diderita Tn.S, tindakan serta pengobatan yang akan dijalani Tn.S. Memberikan pendidikan kesehatan tentang tujuan rencana amputasi yaitu untuk mencegah metastase atau penyebaran sel kanker agar sel kanker tidak menyebar ke bagian tubuh yang lain. D. Evaluasi Diagnosa 1: Setelah melakukan tindakan yang berhubungan dengan masalah klien mengatakan nyeri masih ada dan sudah sedikit berkurang Diagnosa 2: Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit , perubahan gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan Diagnosa 3: 1). Klien

mengetahui

tentang

proses

penyakit,

diet,

perawatan

dan

pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya. 2). Klien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.

38

NASKAH SKENARIO Aplikasi Teori Imogene King Di Ruang rawat inap laki-laki jam 7.30 pagi SCENE I ( Dokter, perawat,pasien dan keluarga) Aplikasi Teori Imogene King Sistem Personal Dokter

: Selamat siang Tn. Susilo

Pasien dan keluarga

: Siang dok.

Perawat

: Bagaimana keadaannya hari ini?

Pasien

: semalam ndak bisa tidur dok,kaki saya ini semakin nyeri?

Dokter

: Baik Pak, setelah kemarin dilakukan pemeriksaan laboratorium dan foto rontgen ternyata bapak mengalami lokal osteosarkoma.

Ny.Betty

: Terus bagaimana dok?maksudnya apa itu lokal os.? Apa tadi?

Dokter

: lokal..osteosakmoma?

Tn. Susilo

: Iya dok kaki saya ini semakin nyeri, dan benjolan di kaki saya koq semakin membesar ya?

Dokter

: Jadi begini, dari hasil pemeriksaan laboratorium dan foto kemarin didapatkan hasil bahwa bapak mengalami kanker tulang pada lutut kiri bapak. Tindakan yang bisa dilakukan

39

pada kaki bapak adalah kaki bapak sebelah kiri dilakukan tindakan amputasi. Pasien dan Ny. B sangat terkejut dan saling memandang Pasien

: (dengan wajah tampak sangat terkejut dan tegang) Apa?

Dokter

: Sebenarnya saya juga berat hati pak menyampaikan hal ini. Tapi hal ini harus dilakukan agar sel kanker tidak menyebar ke bagian tubuh yang lain. ..

Pasien

: (terdiammm dan tampak syock...)kenapa harus amputasi?

Perawat

: Bapak yang sabar ya... mungkin ini ujian pak...

Dokter

: Benar bapak harus sabar.. Alhamdulillah sel kanker pada tulang bapak belum menyebar. Hanya terlokalisir di tulang kaki bapak...

Ny B

: Apa tidak ada cara lain dok, misalnya kemoterapi begitu?

Dokter

: Begini buk memang untuk penanganan kanker ada tindakan namanya kemoterapi dimana tujuan kemoterapi adalah membunuh sel sel kanker. Namun tindakan kemo biasanya kita berikan apabila sel-sel kanker masih belum mengalami keganasan dan masih stadium awal atau pertengahan. Nah kanker yang ada di tulang kaki pak Susilo ini sudah stadium akhir sehingga tidak bisa jika hanya dengan kemoterapi. Dan untuk mencegah agar sel kanker ini tidak menyebar ke bagian yang lain maka tindakan yang bisa kami lakukan adalah dengan melakukan amputasi...

Pasien

: Kalo kaki saya diamputasi, bagimana dengan profesi saya sebagai pemain bola dok, bagaimana dengan keluarga saya, bagaimana sekolah anak-anak saya.....?Ya.. Allah kenapa bisa seperti ini?rasanya saya belum bisa berfikir..... (wajah tampak sedih dan cemas)

Ny B

: sabar pak... Ibu sedih kalo melihat bapak sedih...

Pasien

: Saya tidak tidak rela jika saya harus kehilangan salah satu kaki saya. Saya dapat menghidupi keluarga saya ya dengan kaki saya karena dengan kaki ini saya dapat bermain bola 40

dengan sangat baik dan dalam pertandingan sepak bola saya lah yang sering mencetak gol. Klo saya hanya satu kaki mana mungkin saya bisa bekerja seperti dulu.... Perawat

:Saya yakin pak susilo ini orang yang sabar dan kuat.. dalam kondisi seperti ini bapak memikirkan keluarga. Ini menunjukkan bapak memiliki rasa tanggung jawab yang sangat besar terhadap keluarga.. kita harus sabar dan terus berdoa semoga Allah memberikan kemudahan terhadap masalah yang kita hadapi.. begitu ya pak bu....

Pasien

: Trus bagaimana biaya selama saya dirawat di sini, belum biaya pengobatan, belum biaya amputasi.....(Wajah menerawang..)

Ny B

: mungkin kami butuh waktu untuk berfikir dok, sus...!?

Dokter

: baiklah kalo begitu... silahkan diskusi dulu dengan keluarga untuk mengambil keputusan,enaknya gimana. Nanti baru kita tentukan tindakan selanjutnya, begitu ya pak?

Perawat

: Sekali lagi.. sabar ya pak. Terus berdoa agar diberikan jalan keluar yang terbaik.

Pasien Tn.S

: iya sus.

Nyonya B

: Iya dok terimakasih

Perawat

: Mari Pak, Bu

Scene II (Perawat/Ns. W, Ny.B dan Tn. S) Aplikasi Teori Imogene King Sistem Interpersonal

Ns.W

: Selamat pagi pak Sus. Bagaimana kondisinya pagi ini? Semalam bisa istirahat?

Pasien : Pagi Sus..semalam saya sering terbangun sus, rasanya tidur tidak bisa tenang Ny.B

:, silakan Sus..

41

Ns.W

: Iya Bu, maaf mengganggu

Ny.B

: Gak apa-apa Sus,ada apa ya?

Ns.W

: Saya mau melakukan pemeriksaan, tekanan darah, suhu dan nadi bapak bu.

Pasien : silakan Sus Perawat melakukan pemeriksaan vital sign. Ns.W : Hasil tekanan darah bapak masih cukup tinggi, 130/90. Suhu 36,7°C Nadi 90x/mnt, bagimana dengan makannya Pak? Pasien : saya tidak nafsu makan sus...saya masih memikirkan apa yang disampaikan oleh dokter kemarin... Ny B : suami saya masih shock mungkin sus... karena profesi suami saya adalah seorang pemain bola. Kalo suami saya harus kehilangan kaki suami saya tidak bisa main bola lagi. Apalagi suami saya ini sudah termasuk senior disana... Ns. W : Pada dasarnya semua tindakan medis yang kita rencanakan adalah demi kebaikan pasien pak, sekarang saya tanya pak susilo ingin sembuh kan? Pasien : ya tentu sus, saya ingin sembuh.. Ns. : Tujuan Bapak dan ibu ke Rumah sakit semata-mata ingin sembuh kan ya... kalo bapak dan keluarga ingin sembuh maka insyaAllah kami akan membantu. Namun kami hanya bisa membantu apabila bapak dan keluarga bersedia. Namun jika bapak dan keluarga tidak bersedia kami juga tidak bisa berbuat banyak. Nah untuk kondisi bapak ini terdiagnosis asteosarkoma atau kanker tulang. Untuk mencegah agar sel kanker ini tidak menyebar ke bagian tubuh yang lain maka tindakan yang kami rencanakan adalah membuang sel kanker melalui tindakan amputasi.. Pasien : begitu ya sus... Ns.W : Oh ya bu, pihak Club sepak bola dimana bapak bermain bola apa sudah tahu bu? Ny.P

: belum sus...

Ns. W : Mungkin nanti pihak club bisa segera dihubungi ya bu, untuk memberi tahu kondisi pak sus sekarang, sekalian untuk mengkonfirmasi mengenai asuransi bantuan keseharan yang mungkin disediakan oleh pihak club. Sehingga harapannya bisa meringankan biaya.

42

Ny B : iya sus, nanti mungkin anak saya menghubungi ke kantornya Ns. W : Sebenarnya tindakan amputasi yang direncanakan ini sampai pada lutut ibu bapak.. sehingga masih ada harapan bapak bisa berjalan seperti dulu dengan menggunakan alat bantu jalan seperti kaki palsu begitu.. Tn. S : oh begitu ya sus.... Ns. W : iya jadi bapak jangan pernah berputus asa. Yakinlah insyaAllah ada jalan keluar Pasien : Kalo biayanya bagaimana sus. Pasti mahal ya sus?Wah bagaimana ya, apalagi saya hanya bekerja sendiri, anak-2 masih sekolah juga..? Ns.W : Ibu dan Bapak, tenang ya, semua pasti ada jalan untuk mengatasinya, ketabahan, serta doa akan membuka jalan untuk semua itu. Untuk masalah biaya kalau pastinya sih perlu konfirmasi ke bagian bedah, Bapak menggunakan Asuransi Kesehatan kan?...begini saja, saya sarankan Bapak mencari informasi tentang tanggungan biaya kesehatan dari asuransi Bapak.. Pasien : Iya sus. Ns. W : Ya, pak.. nah selama dirawat disini, yang harus bapak perhatikan adalah pengaturan makan bapak bapak harus makan agar kondisi bapak tetap baik.. Pasien dan Ny.B

: terimakasih banyak ya sus,atas informasinya..

Anak Tn. S, Nn. U mencari informasi keperusahaan tempat bekerja, tentang jumlah tanggungan biaya yang diberikan oleh asuransi perusahaan. Dan tanggungan tersebut berupa biaya operasi serta biaya perawatan semua ditanggung Asuransi dari Club sepak bola.

SCENE III ( Ny N (Ketua Club sepak bola tempat Tn. S bermain Bola), Ny B, Nn. U dan Pasien) Aplikasi Teori Imogene King Sistem Interpersonal Nn. U : Bu, tadi saya sudah ke kantor bapak, sy bersama Ny. N bu pak.. Ny. N : Selamat pagi pak sus, bagaimana kondisinya. Mohon maaf klo saya selaku perwakilan tim baru kesini. Kami tidak tahu kalo bapak dirawat disini. Tn. S : Iya bu Nin?bagaimana kabarnya tim bu?

43

Ny. N : baik pak, Anak bapak sudah cerita banyak ke saya mengenai kondisi bapak.. kami turut prihatin pak. Bapak yang sabar ya.... Ny. B : iya Bu, terima kasih banyak... Tn. S : Mohon maaf bu kalo saya harus seperti ini, mungkin saya sudah tidak bisa membantu tim lagi... Ny. N : Kata siapa bapak tidak bisa membantu tim? Tn. S : maksud ibu? Ny. N : Begini pas sus, kami sudah diskusi dengan tim. Kami tetap membutuhkan bantuan bapak untuk tim kita. Karena loyalitas dan dedikasi bapak yang sangat tinggi kepada kami selama ini maka kami memutuskan untuk meminta bapak memberikan arahan dan latihan kepada tim kita dalam artian kami mengharapkan bapak menjadi pelatih tim kami. jadi bapak tidak boleh berkecil hati. Pas Sus bersedia kan? selain itu biaya operasi dan perawatan akan kami bantu. Ny. B dan Pasien

: Alhamdulillah..

Pasien : saya bersedia bu... Ny. B : akhirnya ada jalan keluar yang baik ya pak.. Nn. U : alhamdulilllah semua ini karena doa dan kesabaran bapak selama ini. Sehingga Allah memberikan kemudahan terhadap masalah kita... Pasien : iya, terima kasih ya Allah.... SCENE IV ( Ns.E, Ny.P, Pasien, ) Aplikasi Teori Imogene King Sistem Sosial Ns.A : Selamat siang, Pak, Bu? Bagaimana keadaannya pagi ini? Pasien : Eh Iya suster, selamat pagi, kondisi saya lebih baik, meskipun kaki saya terasa nyeri. Ny.B : Iya suster, Bapak semalam tidurnya sedikit agak nyenyak, gak terbangun Ns.A : Bagus kalau begitu, yang penting sesuai dengan saran kami,istirahat cukup dan berusaha berfikir yang positif. Pak hari ini saya akan memeriksa tekanan darah, Nadi dan suhu bapak Pasien : Iya suster, silahkan...

44

Ns. A : permisi ya pak.. (sambil meletakkan nursing kit). Sepertinya pak Susilo tampak lebih sumringah hari ini.... Pasien : Oh ya sus. anak saya kemarin sudah ke kantor perusahaan saya, dari pihak club kemarin datang menjenguk saya dan menyampaikan asuransi perusahaan menanggung biaya operasi dan biaya perawatan, dan pihak club juga akan tetap meminta saya menjadi bagian dari club sepakbola sebagai pelatih sus? Ny.P : Iya Sus, suster setelah kaki suami saya diamputasi, alat yang bisa membantu suami saya berjalan seperti dulu ya kira-kira bagaimana ya sus? Ns.A : emm... (sambil berfikir), menurut sepengetahuan saya. Alat yang nantinya bisa digunakan Tn. S mungkin kaki palsu yang berfungsi menggantikan fungsi lutut bapak. Tapi selanjutnya coba nanti kami tanyakan ke bagian rehab ya pak. Sehingga nanti dengan alat itu bapak bisa berjalan meskipun ya nanti tidak seperti kaki kita. Tapi itu bisa membantu... Pasien : Iya sus, saya juga berfikir begitu. Bagaimana Bu? Ny.B : Iya pak saya juga berharap demikian... Pasien : Ya sudah Sus, saya dan istri memutuskan untuk setuju dengan tindakan amputasi pada kaki kiri saya, kira-kira kapan ya rencana operasinya. Untuk pembuatan kaki palsu kira-kira mahal ndak sus ? Ns. A : Memang untuk pembuatan kaki palsu biayanya memang mahal. Tapi bapak bisa memanfaatkan Jamkesmas. Bapak sudah punya Jamkesmas? Pasien : Saya belum punya Jamkesmas sus. Nanti saya akan coba mengurus Jamkesmas. Ns.A : Ya sudah pak, Nanti klo bapak butuh bantuan mengenai pengurusan Jamkesmas akan saya bantu. Mengenai persetujuan bapak untuk dilakukan amputasi Nanti saya akan sampaikan ke dokter, karena amprahan jadwal sudah dimasukkan ke bagian bedah namun karena belum ada keputusan keluarga, dari pihak dokter bedah juga tidak berani melakukan tindakan, tapi akan kami upayakan untuk segera. Jadi kalau Ibu dan Bapak sudah setuju, ada formulir yang harus ditandatangani sebagai bukti bahwa kami sudah menjelaskan dan bapak menyetujuinya dan paham akan apa yang menjadi keputusan Bapak untuk menjalani operasi amputasi. Pasien : Iya Sus, saya nanti diberi tahu saja kapan jadwal operasinya.

45

Ns.A : tentu Pak, (sambil merapikan kembali nursing kit). Kalau begitu saya mau melanjutkan tugas saya Pak, nanti kalau perlu bantuan, silakan menghubungi ke Nurse station, terimakasih Selamat Pagi Ny.B dan Pasien

: Iy sus, kami juga sangat berterimakasih atas bantuannya.

BAB IV ANALISIS KELOMPOK

Dalam model ( Goal Atainment ) ini, interaksi antara perawat dan pasien merupakan salah satu unsur intinya. King menempatkan interaksi ini dan teori realisasi tujuan yang sangat berkaitan erat, dalam sebuah pendekatan sistem terbuka. Dalam teori King, terdapat tiga sistem interaktif yang penting bagi keperawatan. Sistem-sistem tersebut adalah sistem personal, Interpersonal dan sosial. Teori Realisasi Tujuan ( Goal Atainment ) berkaitan dengan ketiga sistem yang telah dijelaskan diatas, namun penekanan diberikan pada sistem Interpersonal . Unsur inti teori realisasi diambil dari sistem ini. Hal ini berdasarkan pada sistem interpersonal terdapat aliran komunikasi, interaksi dan transaksi yang kontinu antar individu, yang semuanya ditujukan pada realisasi tujuan. Dalam Teori King, menetukan dan mencapai tujuan dengan persepsi, komunikasi, interaksi dan transaksi merupakan hal yang sangat penting dalam keperawatan. Setelah pasien dan perawat berhubungan, penting bagi mereka untuk mengungkapkan dan memeriksa persepsinya. Bersama-sama mereka dapat mencoba menentukan tujuan melalui komunikasi dan interaksi. Perawat berhubungan dengan pasien sebagai manusia, dan penentuan tujuan juga dapat dilihat sebagai proses penelitian yang terdapat dua or ang yang ingin memberikan arah pada pemulihan atau

46

rumatan kesehatan pasien, sehingga dia dapat berfungsi kembali sesuai dengan peran yang diinginkan. Jika interaksi ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan , maka interaksi ini disebut transaksi.( King,1964) Didalam analisis hubungan dalam praktek sangatlah jelas karena profesi keperawatan merupakan satu fungsi interaksi antara individu, grup, dan lingkungan. King menyatakan tentang teori ”Karena ini abstrak, tidak dapat diterapkan secara langsung pada praktek keperewatan atau program-program yang konkret dalam ilmu perawatan”. Pada saat data empiris dapat teridentifikasi, terdefinisikan dan tergambarkan, maka teori ini berguna dan dapat diaplikasikan dalam situasi-situasi yang nyata Namun didalam menterjamahkan teori ini kelompok mengimplementasikan kedalam suatu analisa kasus yang dimodifikasi sesuai dengan penyusunan proses keperawatan sperti yang digambarkan dalam Studi kasus Asuhan Keperawatan pasien Tn S dengan lokal osteosarkoma tibia sinistra pre amputasi. Dimana dalam kasus tersebut ,penekanan dari sistem interpersonal sangat nyata dapat kita lihat, sistem interpersonal yang terdiri dari dua atau 3 kelompok kecil terdiri dari keluarga,pasien dan perawat , memahami masing-masing peran, terjadi proses komunikasi tentang penyakit yang diderita oleh Tn.S, rencana tindakan keperawatan dan medis, merusmuskan untuk rencana tindakan amputasi

secara bersama-sama dengan

bantuan informasi serta dukungan dari perawat. Pasien,keluarga dan perawat melakukan transaksi untuk mencapai tujuan, agar pasien mampu hidup secara optimal dengan mengambil keputusan untuk melakukan amputasi meskipun melalui beberapa pertimbangan. Pada fase pengkajian, teori goal attainment melihat dari sistem personal mengkaji tentang pengumpulan data kondisi fisik, pengetahuan dan fungsi peran yang mengalami gangguan. Kondisi fisik yang dialami, mulai keluhan merasakan nyeri di kaki kiri di bawah lutut sejak + 3 bulan sebelum masuk RS nyeri pada kakinya awalnya hanya nyeri ringan yang menurut klien mungkin disebabkan oleh benturan bola pada waktu main sepak bola yang menunjukkan gangguan secara fisik. Untuk fungsi peran,

47

Tn.S merasakan funsi perannya berubah ketika dia dinyatakan sakit (lokal osteosarkoma) dan harus diamputasi sehingga dia harus kehilangan kaki kirinya selamanya, karena sebagai pemain sepak bola handal serta sebagai kepala keluarga yang menanggung seluruh anggota keluarganya tidak dapat dia laksanakan seperti pada kondisi sebelumnya. Untuk aspek pengetahuan, Tn.S dan keluarga masih memiliki keterbatasan pengetahuan tentang penyakit, rencana tindakan dan perawatan, karena belumpernah terpapar informasi tersebut, serta hal ini adalah pengalaman untuk pertamakalinya. Pada fase perencanaan dan implementasi, teori goal attainment menekankan pada penerapan sistem interpersonal yang sudah diuraikan didepan. Dengan adanya gangguan atau masalah

kesehatan tersebut.

Dengan bimbingan perawat, pasien dan keluarga merencanakan tindakan yang harus mereka ambil, dengan mempertimbangkan banyak hal, seperti aspek peran, perawatan selanjutnya, serta aspek pembiayaan. Interaksi inilah merupakan penekanan dalam pemberian perawatan dengan teori goal attainment. Evaluasi dalam proses keperawatan berdasarkan teori goal attainment merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Tindakan-tindakan yang terencana, setelah tidakan lengkap dilaksanakan, perawat harus mengevaluasi keberhasilannya. Evaluasi pada teori ini dapat dilihat dari, adanya transaksi yang menghasilkan kepoutusan untuk melakukan amputasi pada Tn. S mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan serta perawatan selanjutnya, serta mengembalikan peran Tn.S dalam keluarga. Teori ini cukup luas namun hampir semua asuhan keperawatan akan melalui tahapan-tahapan seperti yang diuraikan oleh Imogene King dalam Teori Of Goal Attainment.

48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1

Kesimpulan Konsep teori Imogene King menempatkan interaksi ini dan teori realisasi tujuan

yang sangat berkaitan erat, dalam sebuah pendekatan sistem terbuka. Dalam teori King, terdapat tiga sistem interaktif yang penting bagi keperawatan. Sistem-sistem tersebut adalah sistem personal, Interpersonal dan sosial. Dalam Teori King, menetukan dan mencapai tujuan dengan persepsi, komunikasi, interaksi dan transaksi merupakan hal yang sangat penting dalam keperawatan. Perawatan (Nursing), merupakan perilaku yang dapat diobservasi yang ditemukan dalam sistem perawatan kesehatan masyarakat. Tujuan perawatan ”menolong individu mempertahankan kesehatannya sehingga mereka dapat berfungsi dalam peran-peran mereka. Keperawatan di pandang sebagai proses interpersonal aksi, reaksi, interaksi dan transaksi. 5.2

Saran 5.2.1 Karena masih bersifat abstrak sehingga tidak dapat diterapkan secara langsung pada praktek keperewatan atau program-program yang konkret dalam

ilmu

perawatan,

maka

teori

ini

harus

teridentifikasi,

terdefinisikan dan tergambarkan,agar dapat diaplikasikan dalam situasi-

49

situasi yang nyata.Pemahaman terhadap teori ini sangat penting karena seluruh proses keperawatan hampir melaui proses ini, untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan terhadap pasien. 5.2.2 Sebagai uji coba untuk pelaksanaan asuhan keperawatan dengan menggunakan teori Imogene King.

50