AKUAKULTUR DENGAN SISTEM RESIR

Download kekurangan masing-masing sistem budidaya tersebut. Sistem akuakultur terbuka merupakan sistem yang paling tua dan masih banyak dipakai samp...

0 downloads 382 Views 2MB Size
Oseana, Volume XXXVU, Nomor 3, Tahun 2012: 45 - 50

ISSN 0216-1877

AKUAKULTUR DENGAN SISTEM RESIR Oleh Dwi Eny Djoko Setyono" ABSTRACT AQUACULTURE WITH ARECIRCULATED

WATER SYSTEM. Aquaculture is a large-

scale production of aquatic organism under controlled or semicontrolled condition, but not include the raising or breeding of aquatic flora and fauna as aquarium species, in laboratory experiment, and/or for special personal used. The general basic knowledge of aquaculture includes the management of water as culture medium, facilities that provide and keep the water in a good quality (pump, filtration, and water treatment), culture systems (open, semi-closed, and closed system), and some general biological concepts (diseases, predators, environmental stresses, and pollutant). Business in aquaculture is becoming popular, especially after new development on techniques of sea water treatments which can be constructed and operated on landfar from the sea side. Comprehensive sea water treatments are mostly apllied in on land tanks culture with a closed water system. Good recirculated water system will maximized the used of water resources and minimized the labour cost for cleaning the tanks. Moreover, excelent recirculated water system will provide good quality culture medium (water)for farmed animals to live and grow preferably.

secarabaik dan terkontrol.Penurunan populasi ikan di alam akibattangkap lebih (overharvest) dan penurunan kualitas air karena polusi dan pencemaran perairan juga telah mendorong pengusaha budidaya untuk mengembangkan teknik budidaya pembesaran ikan (termasuk kekerangandan udang) di dalam kolam-kolam di bawah bangunan tertutup (indoor tank systems) (SETYONO,2(07). Sistembudidayadi dalam ruangan tertutup tersebut telah merambah di kota-kotabesar,khususnyauntuk usaha budidaya marikultur. Usaha marikultur semakin populer pada dekade terakhir ini, terutama setelahberhasildikembangkanteknik

PENDAHULUAN Akualrultur adalah kegiatan pemeliharaan biota air pada kondisi yang terkontroI, baiksecara intensifmaupun semiintensif{SETYONO,2004a).Akuakulturyang ada di Indonesia dikenal dengan istilah budidaya air dibedakan menjadi dua, yaitu budidaya air tawar dan budidaya air Iaut (termasuk air payau). Budidaya air Iaut lebih dikenaldenganistilah 'marikultur'. Peningkatan permintaan masyarakat akan makanan (hewan air) yang sehat dengan rasa yang Iezat mendorong pertumbuhanl perkembangan industri budidaya perikanan I)

UPT Loka Pengembangan Bio Industri Laut Mataram, Puslit Oseanografi - LIPl

45

budidaya biota laut di dalam kolam-kolam dengan sistem resirkulasi yang dibangun di darat yang lokasinya jauh dari pantai atau laut. Akuakultur menggunakan air sebagai media kultur, karena itu, pemahaman ten tang kualitas air sebagai media kultur adalah sangat penting (SETYONO, 2004b). Air terdiri dan dua komponen yaitu hidrogen dan oksigen. Air laut mengandung sekitar 3.5% garam dan sisanya (96.5% ) adalah air. Air yang digunakan untuk usaha akuakultur dapat bersumber dari air pennukaan (danan, kolam, sungai) atau air tanah (sumur). Air dan kedua sumber air tersebut mempunyai sifat yang berbeda. Air asin, selain dapat diperoleh dari air perrnukaan (laut), dapat pula diperoleh dengan membuat sumur pada kedalaman tertentu sehingga ditemukan sumber air asin. Penanganan untuk air asin harus dilakukan secara cermat karena sifatnya yang korosif(bereaksi dengan besi dan logam). Kualitas air sebagai media budidaya hams selalu dijaga dan dikontrol kuaJitasnya. Tingkat keasaman air (PH) diupayakan harus selalu pada tingkat netral (PH = 7±1). Salinitas dan temperatur air dikontrol sesuai kebutuhan biota yang dipelihara dan dijaga supaya tetap stabil, tidak terjadi perubahan secara drastis dan ekstrem. Kandungan oksigen terlarut didalam air (DO = dissolved oxygen), harus dijaga >4 mlIl (SETYONO, 20 10). Air yang masuk ke suatu sistem akuakultur harus dijaga kejemihannya dan bebas dari predator. Kotoran dan partikel yang larut dalam air harus dicegah sekecil mungkin. Partikel-partikel yang larut di dalam air (penyebab kekeruhan) harus dibersibkan dengan cara disaring dan diendapkan.

tertutup. Masiog-masing sistem mempunyai sifat kbusus yang berbeda, dengan kelebihan dan kekurangannya. Pad a tulisan ini dirangkumkan kernbali kelebihan dan kekurangan masing-masing sistem budidaya tersebut. Sistem akuakultur terbuka merupakan sistem yang paling tua dan masih banyak dipakai sampai saat ini. Pada sistem ini biota ditempatkan di alam terbuka seperti teluk dan danau. Arus air yang mengalir secara alami akan membawa oksigen ke lokasi budidaya, mengangkut dan membuang kotoran keluar dari lokasi budidaya, bahkan juga membawa makanan ke tempat dim ana biota dipelihara. Kelebihan sistem ini yaitu rendah biaya investasi, pemeliharaan, dan manajemen. Sedangkan kekurangan pada sistem ini mencakup munculnya masalah akibat predator dan pencurian, serta laju pertumbuban yang bervariasi sebingga produk yang dipanen tidak seragam (ukuran dan kualitas). Sistem akuakultur semi terbuka merupakan sistem yang sangat populer, karena sumberdaya air untuk budidaya diambil (dipompa) dari danau, teluk, sumur, atau surnber lain di alam. Air dipompa dan dialirkan ke suatu tempat yang dibangun khusus untuk memelihara biota air (kolam, tambak, parit), air tersebut dipakai sekali jalan (single pass) maupun digunakan berulang kali (recirculated). Keuntungan pada sistem semi terbuka ini antara lain: bisa lebih mengontrol pertumbuhan biota yang dipelihara, produksi per unit area lebih tinggi, perturnbuhan biota lebih sera gam, dapat mengontrol sistem pengairan (suhu, kecepatan arus, dan aerasi), pencurian dapat dibatasi, dan dapat mengontrol adanya predator dan penyakit. Namun demikian, kelemahan dari sistem ini adalah biaya investasi dan pemeliharaan lebib mahal, perlu adanya penanganan dan peogawasan yang lebih komplek, kemungkinan mudab terserang penyakit dan stres akibat biota dipelihara pada

SJSTEM BUDIDAYA Tidak ada dua fasilitas budidaya air atau akuakultur yang dioperasikan dengan cara yang sarna (SETYONO, 2004b). Secara umum sistem budidaya biota air dikelompokan menjadi tiga, yaitu: sistem terbuka, semi terbuka, dan

46

terbuka dan di saluran-saluran air (parit), dengan volume air yang sama, pada sistem resirkulasi dapat dipelihara biota air dengan kepadatan lebih tinggi. Bahkan volume air yang digunakan pada sistem resirkulasi tidak berkurang, penarnbahan air baru banya dilakukan apabila terjadi penguapan dan perernbesan keluar kolam budidaya. Selain itu, kualitas air dapat ditingkatkan dengan sistem penyaringan (filterisasi) baik menggunakan filter mekanik maupun filter biologi (biofilter), ozonisasi, dan radiasi dengan cahaya ultra violet (UV) untuk membunuh mikro organisme pengganggu. Penerapan sistem resirkulasi pada akuakultur, khususnya pada budidaya ikan, kini semakin meningkat. Teknik ini sangat populer karena kondisi Iingkungan budidaya dapat dirancang dan dikontrol secara akurat sesuai dengan kebutuhan biota budidaya, misaJnya budidaya ikan lele, kakap putih, kakap merah, kerapu, belut laut (eels) dan lobster. Budidaya dengan sistem resirkulasi tidak memerlukan lahan yang luas, dan menggunakan volume sumberdaya air yang tidak terlalu banyak seperti pada teknik budidaya lainnya. Sistem resirkulasi memerlukan biaya peralatan dan biaya operasional yang tinggi, oleb karen a itu, teknik ini banyak diadopsi dan diterapkan pada budidaya biota air bernilai ekonomis mahal, dan biasanya untuk tujuan pasar luar negeri (ekspor). Biaya produksi per satuan volume produk biasanya menurun dengan peningkatan skala usaha. Pada prinsipnya akuakultur dengan sistem resirkulasi adalah sangat sederhana, namun demikian perlu diperhatikan bahwa sistem ini memerlukan sumberdaya manusia yang berpengalaman, mulai dari kegiatan konstruksi (pembangunan) bingga proses produksi (teknik budidaya).

kepadatan tinggi dan adanya penumpukan sisa pakan. Sistem akuakultur tertutup merupakan sistem budidaya yang hampir tidak atau hanya sedikit melakukan penggantian air. Air yang

digunakan pada sistem ini mengalami penangan khusus untuk mempertahankan agar kualitasnya selalu terjaga baik dan memenuhi syarat untuk budidaya. Kelebihan sistem akuakultur tertutup yaitu memudahkan pembudidaya untuk mengontrol kondisi akuakultur secara menyeluruh meliputi kualitas air, pemberian pakan, dan pencegahan penyakit. Pada sistem ini tidak ada predator dan parasit yang masuk ke dalam sistem akuakultur. Biota dapat dipelihara dengan densitas yang tinggi, tumbuh dengan cepat dan seragam. Pemilihan lokasi akuakultur dengan sistem tertutup inijuga lebihmudah. Namun demikian sistem akuakultur tertutup ini mempunyai kekurangan, antara lain: biaya investasi sangat mabal, memerlukan fasilitas untuk penanganan kualitas air (water treatment) yang sangat baik, biaya untuk listrik dan sistem pemompaan menjadi sangat tinggi, memerlukan tenaga kerja dan manajer yang berpengalaman, sistem harus dapat dikontrol secara baik, dan jika terjadi kontaminasi (penyakit dan polusi) akan oepat menyebar ke seluruh sistem dan akibatnya akan fatal. Sistem akuakultur tertutup mendasari pemikiran dan upaya untuk menciptakan teknik budidaya dengan sistem resirkulasi. Sistem ini sekarang banyak diadopsi dan dikembangkan untuk memelihara biota laut bemilai eksotis dan mahal, terutama dipraktekan pada akuakultur skala komersial untuk tujuan ekspor. SISfEMRESIRKULASI PADA AKUAKIJInJR Akuakultur dengan sistem resirkulasi merupakan suatu teknik budidaya biota air yang Wlik(SETYONO, 2011). Dibandingkan dengan sistem tradisional yaitu memelihara biota air (ikan, kekerangan, udang, dll) di dalam kolam

PRINSlP DASAR SlSTEM RFSIRKULASl Sistem resirkulasi mengefisienkan penggunaan lahan untuk memelihara biota air (ikan, kekerangan, udang, dll) dengan kepadatan

47

tinggi, sehingga menghasilkan produk per unit area yang tinggi pula. Sistem ini memerlukan penanganan atau manajemen tingkat tinggi, baik penanganan biota yang dipelihara, peralatan budidaya, maupun kualitas air sebagai media budidaya. Akuakultur dengan sistem resirkulasi merupakan pengembangan dari sistem akuakultur tertutup, mencakup sistem perkolaman untuk memelibara biota budidaya, sistem penyaringan (filterisasi) untuk mengbilangkan partikel-partikel yang larut dalam air, dan sistem manajemen kualitas air untuk menjaga dan menstabilkan kualitas air pada

Gambar 1.

kondisi prima sesuai dengan kebutuban biota yang dipelibara. Pada akuakultur dengan sistem resirkulasi, biota budidaya ditempatkan di dalam kolam-kolam pemeliharaan, dan air dialirkan masuk dan keluar kolam-kolam pemelibaraan secara kontinu. Air bersih dipompa dan dialirkan ke kolam-kolam pemeliharaan, air kotor keluar dari kolam-kolam pemeliharaan melalui filter biologi dan filter mekanik, kemudian air yang sudab difilter dipompa kembali ke kolam-kolam pemelibaraan (Gambar I). Untuk menjaga kestabilan kualitas air, disarankan untuk selalu menambahkan air baru ke dalam sistem resirkulasi sebanyak5-10% volume setiap hari.

KoIam pemeliharaan abalon eli 'UPT LPBIL Mataram L1PIdengan sistem resirkuJasi menggunakan filter mekanik koral dan pasir.

-

KOMPONENSISfEMRESIRKULASI Akuakultur dengan sistem resirkulasi memerlukan beberapa komponen utama yang diperlukan untuk menjaga agar sistem tersebut dapat berfungsi secara baik dan aman.

-

(a) Komponeo Utama Komponen utama merupakan komponen yang digunakan dan terlibat langsung di daIam sistem resirkulasi, meliputi: sistem aerasi sebagi pemasok oksigen ke dalam kolom air,

48

filter mekanik untuk menyaring partikelpartikel yang larut di dalam air, filter biologi menggunakan bakteri (Nitrosomonas dan Nitrobacter) yang dapat merubah amoniak (NH.) menjadi nitrit (NO; ) kemudian menjadi nitrat (NO). Nitrat bersifat kurang berbahaya daripada nitrit. Nitrat yang ada didalam air olen bakteri Pseudomonas pada kondisi tanpa oksigen, (anaerobic) dapat dirubah menjadi gas nitrogen yang kemudian akan menguap

-

keluar dari air (BARNABE, 1990;lANDAU,

-

-

-

-

1992;Pll..LAY, 1990,1996). Sistem sterilisasi air untuk membunuh milaoorganisme pathogen, parasit, dan bakteri, misaJnya penggunaan gas ozon (OJ dan eabaya ultra violet (UV). Pengatur temperatur (heater/cooler) untuk menstabilkan temperatur air sesuai dengan kebutuhan biota yang dipelihara. Pengatur peneahayaan, berguna untuk meostirnulasi tingkah laku makan, misalnya cahaya diredupkan untuk merangsang ikan aktifrnakan pada senja dan fajar, dan cahaya dimatikan pada saat pemberian pakan untuk biota yang aktif makan pada Malam hari (noctumal). Kolam atau bak pemeliharaan Pompa air dan pipa jaringan pemasok air (inlet)

(b) K~en

-

KEUNTUNGAN SISfEM RESlRKULASI Ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh pada usaha akuakultur dengan menggunakan sistem resirku1asi, aotara lain: (1) dapat memaksimalkao penggunaan sumberdaya air dan laban, (2) hampir seeara penub dapat mengontrol kondisi lingkungan untuk memaksimalkan pertumbuhan biota budidaya sepanjang tahun, (3) fleksibel di dalam memilih Iokasi dan peralatan budidaya, (4) pemanenan hasil dapat dilakukan secara mudab dan arnan, (5) pengontrolan bama dan penyakit dapat dilakukan secara eepat dan efektif, (6) dapat dipasang sistem biofiler secara efektif untukmenjaga kestabilan kualitas air (Gambar 2).

Penunjang

Komponen penunjang meliputi peralatan dan bahan yang tidak terlibat langsung dalam sistem resirkulasi, misalnya: - gedung atau bangunan budidaya, - rurnah pompa air dan pompa udara (blower),

Gambar 2.

surnber energi listrik, generator sebagai pemasok cadaogan energi listrik, gudangpakan,dan ruang peralatan,

Bak pemelibaraan biola laut di UPT LPBIL Mataram LIP1dengan sistem resirlrulasi menggunakan bakteriofiltrasi dengan media limbah sekam padi

49

DAFTAR PUSfAKA Mengetabui

dan memabami

BARNABE, G 1990. Aquaculture- Voll. Ellis Horwood, New York. 528 pp. LANDAU, M. 1992. Introduction to aquaculture. John Wiley & Sons, Inc. New York. 440pp. PILLAY, T.V.R. 1990. Aquaculture: Principles and Practice. Fisbing News (Books), London. 575 pp. PILLAY, T.V.R. 1996. Aquaculture and the Environment, Fishing News (Books), London. 189 pp. SETYONO, D.E.D. 2004a. Mengenal sumberdaya kekerangan. Makalah dipresentasikan pada Program

konsep

dasar akuakultur yang mencakup aspek kualitas air, sistem pemompaan, penanganan air, sistem budidaya, dan beberapa konsep biologi yang bckcrja dalam suatu sistem akuakultur, pembudidaya akan bisa mempunyai peluang keberhasilan yang lebih besar dalam memelibara biota air. Penggunaan sistem resirkulasi yang baik akan menghemat penggunaan sumberdaya air dan tenaga kerja, serta menciptakan media budidaya (air) pada kondisi prima untuk kehidupan dan pertumbuban biota yang dibudidayakan.

Pelatlhan

Nelayan di Kabupaten

Asahati, tanggal2 Desember 2004. SETYONO, D.E.D. 2004b. Pengetahuan dasar akuakultur. Oseana,29 (1): 27-32. SETYONO, D.E.D. 2007. Prospek usaha budidaya kekerangan di Indonesia.

Oseana,32 (I): 33-38. SETYONO, D.E.D. 2010. Abalon: Teknologi Pembenihan.lSOJ Jakarta. 114 hal. SETYONO, D.E.D. 201 J. Teknikproduksi benih abalon tropis. Oseana.36(3): 11-22

50