ANALISIS KEBISINGAN DAN GETARAN MEKANIS DI DALAM

Download Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kebisingan dan Getaran ... Judul Skripsi. : Analisis Kebisingan dan Getaran Meka...

3 downloads 451 Views 2MB Size
ANALISIS KEBISINGAN DAN GETARAN MEKANIS DI DALAM POWER HOUSE PABRIK KELAPA SAWIT PT CONDONG, GARUT, JAWA BARAT

NUR KHIKMAWATI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR SUMBER INFORMASI SERTA BOGORPELIMPAHAN HAK CIPTA* 2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kebisingan dan Getaran Mekanis di dalam Power House Pabrik Kelapa Sawit PT Condong, Garut, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Nur Khikmawati NIM F14090104

ABSTRAK NUR KHIKMAWATI. Analisis Kebisingan dan Getaran Mekanis di dalam Power House Pabik Kelapa Sawit PT Condong, Garut, Jawa Barat. Dibimbing oleh MAD YAMIN.

Power house merupakan stasiun penyedia sumber listrik utama pabrik yang dihasilkan dari generator dan mesin uap. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis tingkat dan pola sebaran kebisingan dan getaran mekanis, menentukan durasi aman maksimum pada area kerja, dan memberikan rekomendasi untuk mengatasi masalah kebisingan dan getaran mekanis tersebut. Pengukuran dilakukan dengan metode grid dan pemetaan pola kebisingan dan getaran dilakukan sesuai dengan kaidah kontur. Hasil pengukuran kebisingan menunjukkan intensitas kebisingan pada power house berkisar 83.36 – 97.32 dB(A) dan intensitas percepatan getaran maksimum yang merambat ke lantai berkisar 0 sampai 0.3 m/s2. Berdasarkan analisis data pengukuran, dapat disimpulkan bahwa daerah power house merupakan daerah dengan tingkat kebisingan yang tinggi. Durasi aman bekerja di dalam power house adalah 3 jam per hari. Oleh karena itu, pekerja disarankan untuk menggunakan pelindung telinga agar bisa bekerja di dalam power house selama 8 jam kerja per hari. Kata kunci: kebisingan, getaran mekanis, power house

ABSTRACT NUR KHIKMAWATI. Analysis of Noise and Mechanical Vibration in Power House Oil Palm Plant PT Condong, Garut, West Java. Supervised by MAD YAMIN. Power house is the main power station plant source that produced from generator and steam engine. The objectives of this study were to analyze the level and distribution pattern of noise and mechanical vibration, determine the maximum safety work duration, and recommend a method to overcome the noise and mechanical vibration. Measurements were performed with using grid method and mapping pattern of noise and vibration was carried out in accordance with the rules of the contour. The results of noise measurements indicated that the intensity of noise in the power house ranged between 83.36 - 97.32 dB (A) and maximum intensity of the vibration acceleration that propagate to the floor ranged from 0 to 0.3 m/s2. Based on the analysis of the measurement data, it can be concluded that the power house area was the area with high noise levels. Safety duration work in power house is 3 hours per day. Therefore, worker was suggested to wear ear protector so that could work in power house for 8 hours per day. Keywords: noise, mechanical vibration, power house

ANALISIS KEBISINGAN DAN GETARAN MEKANIS DI DALAM POWER HOUSE PABRIK KELAPA SAWIT PT CONDONG, GARUT, JAWA BARAT

NUR KHIKMAWATI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Judul Skripsi

: Analisis Kebisingan dan Getaran Mekanis di dalam Power House Pabrik Kelapa Sawit PT Condong, Garut, Jawa Barat

Nama

: Nur Khikmawati

NIM

: F14090104

Disetujui oleh

Ir. Mad Yamin, MT Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr. Ir. Desrial, M.Eng Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi

: Analisis Kebisingan dan Getaran Mekanis di dalam Power Hous e Pabrik Kelapa Sawit PT Condong, Garut, Jawa Barat

Nama

: Nur Khikmawati

NIM

: F14090104

Disetujui oleh

Ir. Mad Yamin, MT

Pembimbing I

TanggaJ Lulus:

-0

~N1

r-lD

!(JM

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga tugas akhir ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2013 ini ialah kebisingan dan getaran mekanis, dengan judul Analisis Kebisingan dan Getaran Mekanis di dalam Power House Pabrik Kelapa Sawit PT Condong, Garut, Jawa Barat. Dengan selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada: 1. Ir. Mad Yamin, MT selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan arahan, ilmu, maupun saran kepada penulis. 2. Dr. Ir. Gatot Pramuhadi, M.Si serta Dr. Ir. Lenny Saulia, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak saran. 3. Bapak Mas’ud dan Ibu Sulastri selaku orang tua penulis serta kakak-kakak tercinta Esti Amboro Lintang, Retno Wulan Widiyanti, dan Hamzah Noor Hasan atas doa, kasih sayang, dan dukungannya. 4. Ir. Ade Mahyar selaku direktur PT Condong Garut yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian di PT Condong Garut. 5. Bapak Sumarno selaku kepala pabrik PKS PT Condong Garut yang telah memberikan bimbingan selama pelaksanaan penelitian. 6. Bapak Undang Kadarisman, SE, Bapak Agus, Ibu Aat Solihat, serta seluruh staf PKS PT Condong Garut yang telah membantu penulis selama pelaksanaan penelitian. 7. Seluruh teman-teman UKM Bola Voli IPB, Julia Theresya, Hesti Yunita, Ditta, Yesinia, Syahrina, Sinta, Sadam, Mas Teguh atas persahabatan yang terjalin dengan indah. 8. Saudara satu bimbingan, Eko, Hasan, Aan, dan Nafis serta teman-teman Orion TEP 46. 9. Saudara-saudara di Wisma Al Barokah khususnya Mba Tami, Mba Uni, Mba Dyah, Mba Dila, Fety, Fitri, Ichma, Anya, dan Amal. Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

Bogor, Februari 2014 Nur Khikmawati

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

3

Mesin Uap dan Generator

3

Kebisingan (Noise)

3

Getaran (Vibration)

6

METODE

10

Waktu dan Tempat Penelitian

10

Alat

10

Subjek Penelitian

11

Metode Penelitian

11

Metode Pengolahan Data

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

15

Kondisi Ruang Power House

15

Analisis Kebisingan

17

Analisis Getaran Mekanis

18

Analisis Keselamatan Kerja berdasarkan Pemaparan Kebisingan

19

Analisis Keselamatan Kerja berdasarkan Pemaparan Getaran

21

Evaluasi Hasil Wawancara

22

Upaya Pengendalian Kebisingan dan Getaran Mekanis

23

SIMPULAN DAN SARAN

24

Simpulan

24

Saran

25

DAFTAR PUSTAKA

25

LAMPIRAN

27

RIWAYAT HIDUP

42

DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7

Standar nilai ambang batas dan lama kerja yang diperkenankan Tingkat reduksi kebisingan berbagai material dengan ketebalan tertentu Pedoman penggunaan APT Reaksi kenyamanan terhadap lingkungan yang bergetar Data operator atau subjek penelitian Waktu yang diijinkan berdasarkan durasi pemaparan kebisingan Data kegiatan operator selama di power house

5 6 6 9 11 21 23

DAFTAR GAMBAR 1 Jenis gangguan kebisingan terhadap tenaga kerja di dalam power house (Turnip 2011) 2 Jenis gangguan getaran terhadap tenaga kerja di dalam power house (Rachman 2010) 3 Generator AC (Summers 2003) 4 Getaran sinusoidal (James 1994) 5 Zona panduan kesehatan, ISO 2631-1, 1997 6 Grafik hubungan percepatan dan frekuensi sumbu-z untuk Performance Exposure Limits(Woodson and Tillman 1992) 7 Sound level meter 8 Vibration meter 9 Sketsa titik-titik pengukuran kebisingan di power house 10 Sistem koordinat tangan (ISO 5349-1986 (E)) 11 Sketsa titik-titik pengukuran getaran di power house 12 Diagram alir rancangan penelitian 13 Layout pabrik kelapa sawit 14 Mesin uap 15 Generator 16 Steam distributor 17 Kontur kebisingan di power house 18 Kontur getaran di power house 19 Daerah operasi sekitar mesin uap 20 Daerah operasi sekitar steam distributor 21 Daerah operasi sekitar tempat istirahat operator

2 2 3 7 8 9 10 10 12 12 13 14 15 15 16 16 17 19 19 20 21

DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8

Data pengukuran tingkat kebisingan di power house Data pengukuran percepatan getaran mekanis pada lantai power house Peta kontur kebisingan 3D Peta kontur getaran 3D Performance exposure limit time Safety exposure limit time Comfort exposure limit time Kuesioner penelitian untuk operator

27 33 34 34 35 36 37 38

1

PENDAHULUAN Latar Belakang Industrialisasi menempati posisi sentral dalam masyarakat Indonesia, dimana barang dan jasa yang dibutuhkan manusia dihasilkan dari sektor industri. Mekanisasi pertanian telah memberikan kontribusi yang besar dengan terciptanya mesin-mesin pertanian sehingga dapat memudahkan dan meringankan pekerjaan manusia yang biasanya dilakukan secara manual. Perkembangan teknologi dalam bidang mekanisasi pertanian terus mengalami peningkatan yang ditandai dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan alat-alat mekanik guna meningkatkan kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan. Power house merupakan stasiun sumber penyediaan listrik utama pabrik yang dihasilkan oleh generator listrik dan mesin uap. Dalam pengoperasiannya, operator seringkali terganggu dengan kebisingan dan getaran yang ditimbulkan oleh mesin itu sendiri. Intensitas kebisingan dan getaran yang melebihi standar aman dapat mengakibatkan gangguan fisik maupun psikologis manusia. Oleh karena itu, perlu diperhatikan agar tingkat kebisingan dan getaran yang dihasilkan dari peralatan maupun mesin-mesin industri tidak melebihi standar aman yang dapat diterima manusia. Upaya pengendalian yang tepat dapat meminimalisir dampak kebisingan dan getaran yang terjadi sehingga kenyamanan dan keselamatan pekerja serta efisiensi dan produktivitas kerja dapat tercapai secara optimal. Upaya pemerintah dalam menangani dampak kebisingan dan getaran mekanis telah dilakukan melalui program K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Sampai saat ini masih terdapat industri yang kurang memperhatikan dampak kebisingan dan getaran yang terjadi di dalam power house. Terkait dengan hal ini, Turnip (2011) dan Rachman (2010) telah melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui keluhan subyektif akibat pemaparan kebisingan dan getaran di dalam power house. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya gangguan kebisingan dan getaran terhadap tenaga kerja seperti yang digambarkan pada Gambar 1 dan Gambar 2. Tingginya intensitas kebisingan dan getaran di dalam power house serta dampak negatif yang ditimbulkan membuat penelitian tentang kebisingan dan getaran di Pabrik Kelapa Sawit PT Condong, Garut, Jawa Barat diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti bagi perusahaan dan pekerja yang bersangkutan. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk memberikan gambaran secara jelas tentang kebisingan dan getaran terkait dengan aspek kesehatan, kenyamanan, dan keamanan pekerja sebagai objek yang paling mendapat pengaruh dari dampak tersebut.

2

Gambar 1 Jenis gangguan kebisingan terhadap tenaga kerja di dalam power house (Turnip 2011)

Gambar 2 Jenis gangguan getaran terhadap tenaga kerja di dalam power house (Rachman 2010)

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis tingkat dan pola sebaran kebisingan dan getaran di dalam power house Pabrik Kelapa Sawit PT. Condong Garut yang diterima operator pada saat generator dan mesin uap beroperasi. 2. Menentukan durasi aman maksimum berada pada area kerja berdasarkan nilai ambang kebisingan dan getaran sesuai dengan standar ketenagakerjaan yang sudah ada. 3. Memberikan rekomendasi dalam mengatasi kebisingan dan getaran mekanis yang melebihi standar sesuai Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-51/MEN/1999

3

TINJAUAN PUSTAKA Mesin Uap dan Generator Mesin uap (steam engine) merupakan pesawat kalor jenis ECE (External Combustion Engines) yang memanfaatkan uap air sebagai zat kerjanya. Pada mesin uap tipe turbin, turbin uap mengubah energi potensial uap menjadi energi mekanis yang langsung merupakan gerakan putaran dari as turbin. Pada mesin uap tipe bolak-balik, mesin uap hanya mengkonversi energi potensial dari uap menjadi energi mekanis berupa gerakan bolak-balik piston menjadi gerakan putaran poros engkol (Zayadi 2013). Generator listrik AC (Gambar 3) atau alternator merupakan penghasil listrik paling penting karena hampir semua tenaga listrik saat ini bekerja pada sumber tegangan AC. Secara umum, medan yang berputar pada generator AC terdiri dari sebuah alternator dan sebuah generator DC kecil yang dirangkai dalam satu unit. Putaran medan magnet adalah salah satu faktor yang sangat penting yang memberi pengaruh besar terhadap tegangan yang timbul oleh arus bolak-balik. Sifat arus listrik yang dihasilkan oleh generator listrik AC adalah bolak - balik dengan bentuk seperti gelombang, amplitudonya bergantung pada kuat medan magnet, jumlah lilitan kawat, dan luas penampang kumparan serta frekuensi gelombangnya sama dengan frekuensi putaran kumparan (Prasetya 2013).

Gambar 3 Generator AC (Summers 2003)

Kebisingan (Noise) Bunyi dikatakan bising apabila mengganggu pembicaraan, membahayakan pendengaran, dan mengurangi efektivitas pekerjaan. Menurut Kepmenaker (1999), kebisingan merupakan semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepmenLH No.48 Tahun 1996).

4 Menurut Buchari (2007) jenis kebisingan menurut pengaruhnya terhadap manusia antara lain: 1. Irritating noise (bising yang mengganggu) merupakan jenis kebisingan dengan intensitas yang terlalu keras, misalnya mendengkur. 2. Masking noise (bising yang menutupi) merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam kebisingan dari sumber bunyi sehingga akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja secara tidak langsung. 3. Damaging / injurious noise (bising yang merusak) merupakan bunyi yang intensitasnya melampaui NAB (Nilai Ambang Batas) sehingga dapat merusak atau menurunkan fungsi pendengaran seseorang. Tujuan dari pengukuran kebisingan adalah untuk memperoleh data intensitas kebisingan di suatu perusahaan dan dapat digunakan untuk mengatasi kebisingan yang terjadi. Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimum tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepmenLH 1996). Untuk menentukan tingkat kebisingan dapat diukur melalui intensitas bunyinya. Ukuran tingkat kebisingan biasanya dinyatakan dalam skala tingkat tekanan suara atau sound pressure level (SPL) yang dapat dihitung dengan persamaan Chanlett (1979): SPL = 20 log (P/Pref) (1) dimana : SPL = tingkat tekanan kebisingan (dB) P = tekanan suara yang bersangkutan (N/m2) Pref = tekanan suara referensi (0.0002 dyne/cm2 = 2 x 10-5 N/m2) Perambatan atau pengurangan tingkat bising dari sumbernya dinyatakan dengan persamaan (Wilson 1989 dalam Santoso 2008): a. Untuk sumber diam : SL1 - SL2 = 20 log (r2/r1) (2) b. Untuk sumber bergerak : SL1 - SL2 = 10 log (r2/r1) (3) dimana: SL1 = intensitas suara sumbu 1 pada jarak r1 SL2 = intensitas suara sumbu 2 pada jarak r2 r1 = jarak ke sumber bising yang pertama r2 = jarak ke sumber bising yang kedua Lama dengar ditentukan oleh beban bising yang merupakan jumlah perbandingan antara waktu dengar pada tingkat bising yang bersangkutan (Sukarmadijaya 1995). Beban bising dihitung dengan persamaan: Beban bising = ∑ (Cn / Tn) < 1 (4) dimana: Cn = lama mendengar pada tingkat bising tertentu Tn = lama mendengar yang diijinkan pada tingkat bersangkutan

5 Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999 tanggal 16 April 1999 menyebutkan bahwa NAB kebisingan di tempat kerja adalah 85 dB(A). Standar nilai ambang batas berdasarkan lama kerja yang diperkenankan berdasarkan Kepmenaker disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Standar nilai ambang batas dan lama kerja yang diperkenankan Batas waktu pemaparan per hari kerja 8 Jam 4 2 1 30 Menit 15 7.5 3.75 1.8 0.94 28.12 Detik 14.06 7.03 3.52 1.76 0.88 0.44 0.22 0.11 Sumber : Kepmenaker (1999)

Intensitas kebisingan (dB) 85 88 91 94 97 100 103 106 109 112 115 118 121 124 127 130 133 135 139

Daily noise dose berhubungan dengan total durasi pemaparan kebisingan dengan tingkat kebisingan yang berbeda dan dapat dihitung dengan rumus: D = 100 dimana D C1, C2, C3 T1, T2, T3

(OSHA 1910.95 App A)

(5)

= Daily noise dose = Total waktu pemaparan pada tingkat kebisingan yang telah ditentukan = Durasi pemaparan dimana pada level tersebut mematuhi daerah ambang bahaya (Tabel 1)

Dampak kebisingan berdasarkan pengaruhnya terhadap kesehatan menurut Mukono (1999) dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Dampak terhadap pendengaran, terdiri dari pergeseran nilai ambang batas sementara (temporary threshold shift) yang bersifat sementara dan non patologis serta pergeseran nilai ambang batas permanen (permanent threshold shift) yang bersifat menetap dan patologis. 2. Dampak terhadap non pendengaran, misalnya penyakit akibat stress, kelelahan, perubahan penampilan, dan gangguan komunikasi.

6 Menurut Peterson (1977) dalam Sartika (2011), pengendalian kebisingan dapat dilakukan dengan beberapa upaya seperti: 1. Pengendalian keteknikan dengan modifikasi peralatan penyebab kebisingan, modifikasi proses, dan modifikasi lingkungan dimana peralatan dan proses tersebut berjalan dengan bahan konstruksi yang tepat. 2. Pengendalian sumber kebisingan dengan substitusi antara mesin, proses, dan material terutama penambahan penggunaan spesifikasi kebisingan pada peralatan dan mesin lama maupun baru. 3. Pengendalian dengan modifikasi lingkungan dengan peredaman getaran, rongga resonansi, dan peredaman suara apabila radiasi kebisingan dari bagianbagian peralatan tidak dapat dikurangi. Berbagai material dengan ketebalan tertentu dapat mereduksi kebisingan hingga tingkat tertentu (Tabel 2). Tabel 2 Tingkat reduksi kebisingan berbagai material dengan ketebalan tertentu Bahan Kaca Baja Kayu lapis/tripleks Beton Fiber gladet Sumber: Sembodo (2004)

Tingkat reduksi kebisingan (dB) 3 mm 5 mm 10 mm 5 – 10 7 – 15 10 – 20 10 – 15 12 – 20 15 – 25 5–9 9 – 12 10 – 15 8 – 12 10 – 18 12 – 20 9 – 15 9 – 14 12 – 25

20 mm 15 – 25 22 – 32 12 – 20 18 – 25 20 – 30

4. Alat Pelindung Telinga (APT) dengan menggunakan sumbat telinga, tutup telinga, dan helmet. Alat tersebut dapat mengurangi tingkat kebisingan sebesar 20 – 50 dB. Pedoman penggunaan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Pedoman penggunaan APT Tingkat bising (dB) < 85 85 – 89 90 – 94 95 – 99 > 100 Sumber: Roestam (2004)

Penggunaan APT Tidak wajib/perlu Optional Wajib Wajib Wajib

Jenis APT Earplug Earplug, earmuff Earmuff Earmuff, helmet Helmet

Getaran (Vibration) Getaran merupakan gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya (Kepmenaker 1999). Pada umumnya, getaran terjadi akibat efek-efek dinamis dan toleransi-toleransi pembuatan, keregangan, kontak-kontak berputar dan bergesek antara elemenelemen mesin serta gaya-gaya yang menimbulkan suatu momen yang tidak seimbang pada bagian-bagian yang berputar. Dalam keadaan beresonansi, benda yang bergetar pada frekuensi yang sama dapat saling mempengaruhi. Osilasi kecil

7 dapat memicu frekuensi resonansi dari beberapa bagian struktur dan diperkuat menjadi sumber-sumber kebisingan (noise) dan getaran yang utama (James 1994). Mesin yang ideal akan menimbulkan getaran dengan amplitudo yang kecil karena energi yang dihasilkan seluruhnya diubah menjadi kerja. Kerusakan dan deformasi pada elemen-elemen mesin akan mengubah karakteristik dinamis sistem dan cenderung meningkatkan getaran. Getaran yang terjadi pada benda yang bergerak dapat terjadi karena gaya akibat tumbukan, gaya yang tidak konstan, gaya gesek yang tidak konstan, gaya cairan dan gaya mekanis yang tidak stabil, dan gaya magnetik yang berfluktuasi. Getaran sinusoidal berupa gerakan harmonis sederhana dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Getaran sinusoidal (James 1994) Titik proyeksi penyebab getaran berupa satu garis lurus yang panjangnya menunjukkan amplitudo getaran. Persamaan gerak dari titik hasil proyeksi tersebut adalah: (1) x = A sin (ωt + θ ) Persamaan kecepatan getaran adalah turunan pertama dari persamaan gerak: v = A ω cos (ωt + θ ) (2) Persamaan percepatan getaran adalah turunan kedua dari persamaan gerak: (3) a = A ω2 sin (ωt + θ ) keterangan: x = jarak perpindahan titik (m) A = amplitudo (m) v = kecepatan (m/s) t = waktu (detik) a = percepatan (m/s2) θ = sudut awal (radian) ω = kecepatan sudut (radian/detik) Persamaan total percepatan getaran = (4) keterangan : = percepatan total getaran (m/s2) = percepatan getaran pada sumbu x (m/s2) = percepatan getaran pada sumbu y (m/s2) = percepatan getaran pada sumbu z (m/s2)

8 Whole Body Vibration Whole body vibration merupakan getaran pada seluruh tubuh manusia secara signifikan dapat terjadi pada pengemudi traktor, alat berat, kendaraan offroad, truk, dan bus. Getaran dengan frekuensi 1 – 80 Hz memiliki efek yang kuat pada keseluruhan tubuh manusia. Jenis getaran ini memiliki lebih banyak perluasan variasi dan dampak. Dampak dari getaran ini memberikan efek yang lebih kompleks mulai dari jantung, peredaran darah hingga penurunan daya penglihatan serta konsentrasi. Ketentuan dampak ini tidak jelas, dimana tubuh tidak memiliki satu reseptor pun untuk tenaga ini. Getaran seluruh tubuh ditimbulkan dari permukaan lahan tempat kendaraan beroperasi dan kurangnya absorpsi shock pada suspensi. Getaran dan shock pada kendaraan tersebut bertransmisi pada pengemudinya melalui tempat duduk dan lantai. Hal ini dapat membahayakan sistem rangka (punggung) dan tubuh bagian dalam (sistem pencernaan dan organ reproduksi wanita). Menurut Budiono (2003), pengendalian getaran seluruh tubuh secara teknis dapat dilakukan dengan: - Menggunakan peralatan kerja dengan intensitas getarannya rendah (dilengkapi dengan damping atau peredam). - Memelihara atau merawat peralatan dengan baik dengan mengganti bagian-bagian yang aus atau memberikan pelumasan. - Meletakkan peralatan dengan teratur. - Menggunakan remote control sehingga operator tidak terkena paparan getaran karena pengendalian jarak jauh. Standar internasional ISO 2631-1, 1997 (Gambar 5) mengenai getaran mesin dan guncangan-evaluasi terkait pemaparan getaran seluruh tubuh terhadap manusia. Standar ini menggunakan caution zone untuk mengklasifikasikan letak pemaparan getaran antara penetapan batasan tergantung pada lamanya pemaparan. Standar ini juga memberikan panduan terhadap kenyamanan dan gerakan kesakitan (Tabel 4).

Gambar 5 Zona panduan kesehatan, ISO 2631-1, 1997

9 Tabel 4 Reaksi kenyamanan terhadap lingkungan yang bergetar Getaran aw < 0.315 m/det2 0.315 m/det2 < aw < 0.63 m/det2 0.5 m/det2 < aw < 1 m/det2 0.8 m/det2 < aw < 1.6 m/det2 1.25 m/det2 < aw < 2.5 m/det2 aw > 2 m/det2 Sumber: ISO (1997)

Reaksi Tidak ada keluhan Sedikit tidak menyenangkan Agak tidak menyenangkan Tidak nyaman Sangat tidak nyaman Amat sangat tidak nyaman

Frekuensi getaran dapat menentukan besarnya dampak yang terjadi akibat pemaparan getaran. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 16-7063-2004), NAB getaran yaitu sebesar 4 m/s2. Waktu terpapar (exposure limit) operator pada tempat kerjanya dengan memperhatikan faktor keamanan dan kenyamanan dapat dideterminasikan dengan menggunakan grafik Woodson dan Tillman (1992) seperti yang disajikan pada Gambar 6 dengan menghubungkan percepatan dan frekuensi mesin.

Gambar 6 Grafik hubungan percepatan dan frekuensi sumbu-z untuk perfomance exposure limits (Woodson and Tillman 1992)

10

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dalam power house Pabrik Kelapa Sawit PT. Condong, Garut, Jawa Barat. Penelitian ini telah dilasanakan selama 4 bulan, terhitung dari bulan Agustus sampai Desember 2013.

Alat 1. Sound level meter (Gambar 7) untuk mengukur tingkat kebisingan aktual. Hasil pengukuran diperoleh dengan satuan deciBell (dB).

Gambar 7 Sound level meter

2. Vibration meter (Gambar 8) untuk mengukur tingkat getaran aktual. Hasil pengukuran diperoleh dengan satuan m/s2.

Gambar 8 Vibration meter

11 3. Stopwatch untuk mengukur waktu atau durasi. 4. Meteran yang digunakan untuk mengukur luasan daerah yang diukur kebisingan dan getarannya serta memetakan ruangan. 5. Komputer, kalkulator, alat tulis, dan beberapa perlengkapan yang mendukung untuk pencatatan dan pengolahan data. 6. Perlengkapan dokumentasi untuk media perekam kegiatan dan aktivitas yang dilakukan selama penelitian yang berupa visual dan audio.

Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini terdiri dari dua orang operator yang kegiatannya bersentuhan langsung dan berada di sekitar mesin sebagai data obyektivitas operator. Data subjek penelitian disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Data operator atau subjek penelitian Operator A B

Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki

Umur

Pendidikan

Lama Kerja

45 tahun 24 tahun

Tamat SD Tamat SMA

24 tahun 1 tahun

Metode Penelitian Pengukuran Kebisingan di Lapangan Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan dengan menggunakan sound level meter yang memiliki sensor untuk mengukur tingkat tekanan suara atau bunyi dalam satuan deciBell (dB). Pengambilan data hanya dilakukan pada saat generator beroperasi pada kecepatan putar 755 rpm dengan frekuensi 52 Hz. Pengukuran kebisingan dilakukan di dalam power house dengan mengukur intensitas bunyi sumber kebisingan serta lingkungan di sekitarnya yang terkena dampak dari kebisingan tersebut. Pada saat pengukuran, sound level meter diletakkan setinggi + 120 cm dari lantai untuk memudahkan pembacaan nilai kebisingan yang terukur pada display. Berdasarkan standar SNI 7231 Tahun 2009, sound level meter diletakkan pada ketinggian 120 cm + 10 cm di atas tanah. Tahap pengukuran dilakukan dengan metode grid yaitu dengan memetakan tingkat kebisingan dengan jarak tiap titiknya sejauh 1 meter sehingga membentuk luasan tertentu (Gambar 9). Pengukuran di tiap- tiap titik dilakukan selama 50 detik dengan pembacaan setiap 10 detik. Pemetaan pola kebisingan diperoleh dengan membuat garis-garis yang menghubungkan tingkat kebisingan yang sama sesuai dengan kaidah kontur. Penentuan titik-titik kontur dibuat rapat dan beraturan dengan jarak antar titik sejauh 100 cm x 100 cm agar kontur yang dibuat hasilnya baik. Koordinat X dan Y adalah koordinat posisi dari titik pengukuran, sedangkan koordinat Z adalah nilai ukur kebisingan pada suatu titik pengukuran.

12 Titik pengukuran

Gambar 9 Sketsa titik-titik pengukuran kebisingan di power house

Pengukuran Getaran Mekanis di Lapangan Pengujian getaran mekanis dilakukan dengan vibration meter dengan mengukur percepatan getaran saat generator beroperasi pada kecepatan putaran 755 rpm dan frekuensi 52 Hz. Pengukuran getaran mekanis dilakukan pada sumber getaran dan lantai pada daerah sekitar perambatan getaran yang sering dilalui oleh operator. Pengukuran getaran pada mesin dilakukan pada tiga sumbu yaitu daerah sumbu X, Y, dan Z. Pada pengukuran getaran mekanis pada sumber getaran, sensor dipasang pada ketiga sumbu X, Y, dan Z dengan masing-masing pengukuran dilakukan sebanyak 10 kali dengan durasi waktu 10 detik. Gambar koordinat pengukuran getaran pada mesin dapat dilihat pada Gambar 10. Penentuan sumbu tersebut sesuai dengan ISO 5349. Sumber getaran diasumsikan sama dengan tangan.

Gambar 10 Sistem koordinat tangan (ISO 5349-1986 (E)) Pengukuran getaran mekanis pada lantai dilakukan dengan menempelkan vibration meter pada lantai. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh getaran mekanis mesin yang merambat ke tubuh operator melalui lantai. Sketsa titik-titik pengukuran dapat dilihat pada Gambar 11. Pengukuran tingkat getaran dilakukan pada tiap-tiap titik pengukuran sebanyak 5 kali dengan durasi waktu 10 detik.

13

Gambar 11 Sketsa titik-titik pengukuran getaran pada lantai di power house

Penelitian Pekerja Selain melakukan pengukuran kebisingan dan getaran, dilakukan pula penelitian terhadap pekerja dengan melakukan wawancara dan kuesioner. Penelitian ini berfungsi untuk mengetahui keluhan subyektif yang sering terjadi pada para pekerja dan dampak kondisi lingkungan kerjanya. Data hasil wawancara dan kuesioner digunakan sebagai pembanding dari hasil data pengukuran kebisingan dan getaran mekanis secara langsung di lapangan. Wawancara dan kuesioner diberikan kepada operator yang berada di lingkungan sekitar power house.

Metode Pengolahan Data Pembuatan pola sebaran kebisingan dan getaran dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Surfer 8. Data hasil pengukuran tingkat kebisingan dan getaran dirata-ratakan dan dimasukkan ke dalam perangkat lunak Surfer 8 sebagai sumbu z, sedangkan sumbu x dan y sebagai koordinat titik pengukuran. Pola sebaran kebisingan dan getaran tersebut kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan nilai ambang batas kebisingan dan getaran yang telah ditentukan oleh SNI untuk menentukan durasi aman maksimal di area tempat kerja. Penentuan durasi maksimal pemaparan kebisingan dapat diperoleh dengan membandingkan nilai kebisingan yang terukur di lapangan dengan Tabel 1. Penentuan durasi maksimal pemaparan getaran diperoleh dengan menghubungkan nilai percepatan getaran maksimal pada lantai dengan frekuensi dari mesin pada grafik exposure limits time (Gambar 6). Untuk mendapatkan waktu terpapar secara aman (safety exposure limits time), parameter percepatan getaran pada grafik dikalikan dengan 2. Untuk mendapatkan waktu terpapar secara nyaman (comfort exposure limits time), parameter percepatan getaran pada grafik dikalikan dengan 0.315. Diagram alir rancangan penelitian dapat dilihat pada Gambar 12.

14

Mulai

Membuat grid pada power house

Pengukuran kebisingan

Pengukuran percepatan getaran

Pengolahan data kebisingan

Pengolahan data percepatan getaran pada mesin, dudukan mesin, dan lantai

Pembuatan kontur kebisingan

Plotting grafik exposure limits time dan pembuatan kontur getaran

Analisis dan penentuan batas waktu optimal

Alternatif upaya pengendalian

Tidak

Wawancara dan pengisian kuisioner

Analisis dan perbandingan data obyektif dan subyektif

Memenuhi standar Kepmenaker KNAB Ya Selesai

Gambar 12 Diagram alir rancangan penelitian

15

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Ruang Power House Pabrik kelapa sawit PT Condong didirikan pada tahun 1980 dengan luas area berkisar 3.02 ha. Kapasitas pabrik sebesar 20 ton TBS per hari dengan rendemen mencapai 19 – 23%. Produk yang dihasilkan berupa CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). Layout pabrik kelapa kelapa sawit PT Condong selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Layout pabrik kelapa sawit

Di dalam pabrik terdapat power house (rumah daya) sebagai stasiun penyedia sumber listrik dan penyaluran uap yang dibutuhkan selama proses produksi. Di dalam power house terdapat komponen-komponen penting seperti: 1. Steam engine (mesin uap) (Gambar 14) yang memanfaatkan energi potensial uap boiler untuk diubah menjadi energi kinetik sehingga dapat memberikan kerja mekanik untuk memutar poros penggerak generator dan menghasilkan daya. Jenis mesin uap yang dipakai adalah tipe bolak-balik dengan memanfaatkan kerja piston.

Gambar 14 Mesin uap

16 2.

Generator (Gambar 15) merupakan sumber penghasil listrik utama pabrik yang mengubah energi mekanik berupa gerak rotasi menjadi energi listrik untuk kegiatan operasional pabrik. Uap dengan tekanan 16 – 17 kg/cm2 yang dihasilkan oleh boiler masuk ke steam engine untuk menggerakkan piston. Piston akan mengubah gerak translasi menjadi gerak rotasi poros engkol yang dihubungkan dengan poros penggerak generator dengan kecepatan putar mencapai 755 rpm pada frekuensi 52 Hz. Kapasitas listrik yang dihasilkan oleh generator mencapai 555 kVA.

Gambar 15 Generator

3.

4.

5.

Diesel genset atau generator diesel adalah sebuah pesawat yang mengkonversi energi mekanik menjadi energi listrik. Energi mekanik diperoleh melalui sebuah mesin diesel dengan bahan bakar solar. Diesel genset hanya digunakan pada saat keadaan darurat atau untuk menambah pasokan listrik jika penggunaan generator saja tidak mencukupi. Panel kontrol berfungsi untuk memutus dan membagi aliran listrik ke peralatan-peralatan pabrik yang membutuhkan pasokan listrik atau pun sebagai penerangan. Back Pressure Vessel (BPV) atau steam distributor (Gambar 16) adalah bejana uap bertekanan yang digunakan untuk mengumpulkan uap bekas dari mesin uap dengan tekanan 3 kg/cm2 dan mendistribusikannya ke peralatan proses yang membutuhkan uap pemanas.

Gambar 16 Steam distributor

17 Analisis Kebisingan Kebisingan yang timbul di dalam power house bersumber dari generator dan mesin uap saat beroperasi. Telinga sebagai indera pendengar yang sangat penting merupakan organ paling berpengaruh terhadap dampak negatif dari kebisingan. Oleh karena itu, pengukuran dilakukan di sekitar sumber kebisingan dan areal sekitar yang terpapar kebisingan tersebut sehingga dampak negatif dari paparan kebisingan dapat dihindari. Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan sound level meter yang bekerja berdasarkan pada getaran yang timbul akibat sumber bunyi. Alat ini dapat mengukur tingkat kebisingan antara 30 – 130 dB dengan frekuensi 20 – 20,000 Hz. Untuk menganalisis pola sebaran kebisingan maka dibuat dengan metode kontur. Metode ini bermanfaat untuk menentukan gambaran tentang kondisi kebisingan dalam cakupan area. Kebisingan di dalam power house termasuk dalam kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas dengan intensitas bunyi yang relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5 detik berturut-turut. Dari data hasil pengukuran diketahui bahwa tingkat kebisingan yang terjadi di dalam power house berkisar 83 dB sampai 97 dB. Dari peta kontur kebisingan (Gambar 17) dapat diketahui daerah dengan tingkat kebisingan tertinggi terdapat di daerah sekitar mesin uap dan steam distributor dengan intensitas kebisingan mencapai 97 dB. Hal ini dipengaruhi oleh adanya gesekan antara uap panas boiler bertekanan tinggi dengan dinding pipa. Pada saat-saat tertentu, tingkat kebisingan dapat mencapai 105 dB. Hal ini terjadi saat operator membuka katup uap boiler masuk ke steam distributor untuk mempercepat distribusi uap ke sterilizer dan saat pembuangan uap akibat kelebihan beban pada steam distributor. Kontur kebisingan 3 dimensi dapat dilihat pada Lampiran 3.

Gambar 17 Kontur kebisingan di power house

18 Intensitas kebisingan pada mesin uap masih lebih rendah dari daerah steam distributor yaitu berkisar 94 dB. Saat mesin uap beroperasi, piston bergerak dan mentransmisikan energi melalui batang penghubung ke poros engkol dan diteruskan ke poros penggerak generator. Semakin besar tekanan uap yang mendorong piston, semakin cepat putaran poros engkol sehingga gerakan dan gesekan komponen-komponen mesin uap dan generator untuk menghasilkan tenaga secara keseluruhan akan menghasilkan getaran yang lebih besar. Akibatnya, intensitas bunyi yang dihasilkan oleh mesin akan semakin meningkat. Selain itu, kebisingan dapat terjadi karena adanya sambungan elemen mesin yang kurang sempurna dan umur mesin yang sudah lama sehingga terjadi aus. Intensitas bunyi atau kuat lemahnya bunyi ditentukan oleh amplitudo, jarak antara sumber bunyi dengan pendengar, resonansi, dan bidang pemantul. Semakin jauh dari sumber bunyi, semakin lemah bunyi yang terdengar. Pada daerah yang dilingkari warna merah masih menunjukkan intensitas kebisingan yang tinggi. Hal ini disebabkan karena daerah tersebut dekat dengan ruang boiler sehingga terjadi penambahan intensitas bunyi oleh frekuensi yang lebih tinggi. Daerah tempat istirahat operator masih berada pada tingkat kebisingan yang tinggi yaitu berkisar 88 dB. Hal ini sangat berbahaya mengingat tingkat kebisingan tersebut melebihi ambang batas yang diijinkan oleh Kepmenaker yaitu 85 dB dengan waktu batas waktu pemaparan 8 jam/hari.

Analisis Getaran Mekanis Daerah objek pengukuran getaran mekanis hanya di daerah yang sering dilewati oleh operator selama menjalankan aktivitasnya. Pengukuran getaran dilakukan pada sumber getaran, dudukan, dan lantai. Pengukuran getaran pada mesin uap dilakukan pada sumbu x, y, dan z dengan meletakkan sensor pada steam box. Dari tiap-tiap titik pengukuran diperoleh nilai rata-rata percepatan getaran yang kemudian digunakan untuk mengetahui resultan percepatan getaran dari ketiga sumbu tersebut. Besarnya rata-rata percepatan getaran pada sumbu x, y, dan z berturut-turut adalah 14.78 m/s2, 4.76 m/s2, dan 14.24 m/s2. Dari data tersebut diperoleh total percepatan getaran (ahav) dari ketiga sumbu sebesar 21.07 m/s2. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa percepatan getaran pada sumbu x memiliki nilai tertinggi. Hal ini dikarenakan posisi sumbu x tegak lurus putaran poros engkol piston dan sejajar dengan arah gerak bolak-balik piston. Getaran yang terukur pada lantai merupakan hasil rambatan pada jarak tertentu oleh sumber getaran, yaitu piston mesin uap dan kopling generator. Pengukuran getaran pada lantai ruang power house dapat dilihat pada Gambar 18. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa terjadi penurunan tingkat perambatan getaran seiring dengan peningkatan jarak perambatan getaran dari sumber getarannya. Daerah berwarna biru merupakan daerah perambatan getaran tertinggi yang terjadi pada dudukan mesin uap, yaitu sebesar 7.6 m/det2. Sedangkan, percepatan getaran yang sampai ke lantai pada jarak satu meter dari mesin adalah 0.3 m/det2. Hal ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh dudukan mesin yang menyebabkan terjadinya penurunan perambatan getaran mesin terhadap lantai. Kontur getaran 3 dimensi dapat dilihat pada Lampiran 4.

19

Gambar 18 Kontur getaran di power house

Analisis Keselamatan Kerja Berdasarkan Pemaparan Kebisingan Dalam melakukan aktivitasnya, operator sering kali berada pada daerah dengan intensitas kebisingan yang tinggi. Daerah pertama adalah daerah sekitar mesin uap (Gambar 19) saat operator menyalakan dan mematikan mesin uap dan mentransmisi daya mesin uap ke generator agar dapat beroperasi. Waktu yang dibutuhkan untuk menyalakan dan mematikan generator masing-masing sekitar 10 menit dan waktu untuk melakukan transmisi daya mesin uap ke generator berkisar 10 menit. Intensitas kebisingan yang terukur pada daerah ini berkisar 95 dB. Berdasarkan standar Kepmenaker No. 51 Tahun 1999 batas waktu yang diijinkan berada di daerah ini adalah 3 jam (Tabel 1).

Gambar 19 Daerah operasi sekitar mesin uap

20 Daerah lain yang sering dilalui operator adalah daerah steam distributor (Gambar 20). Aktivitas operator yang dilakukan di daerah ini adalah proses bukatutup katup uap boiler yang terhubung dengan steam distributor dan proses bukatutup katup uap buang steam distributor. Namun, aktivitas ini hanya dilakukan pada saat dibutuhkan saja misalnya saat diperlukan proses perebusan pada sterilizer dan saat terjadi kelebihan beban pada steam distributor. Proses bukatutup katup uap boiler yang terhubung dengan steam distributor dan katup buang steam distributor masing-masing adalah 5 menit. Intensitas kebisingan yang terukur di daerah ini adalah sebesar 97 dB. Berdasarkan standar Kepmenaker No. 51 Tahun 1999 batas waktu yang diijinkan berada di daerah ini adalah sebesar 0.5 jam (Tabel 1).

Gambar 20 Daerah operasi sekitar steam distributor

Daerah tempat istirahat operator (Gambar 21) merupakan daerah yang paling lama ditempati operator karena saat menjalankan pekerjaannya, operator hanya berada di luar ruang power house selama sekitar 20 menit. Daerah tempat istirahat operator hanya berjarak 5 meter dari sumber kebisingan. Jika diasumsikan lamanya waktu kerja adalah 8 jam per hari, maka operator berada di daerah ini selama 7 jam per hari. Intensitas kebisingan yang terukur pada daerah ini berkisar 90 dB. Berdasarkan standar Kepmenaker No. 51 Tahun 1999 batas waktu yang diijinkan berada di daerah ini adalah sebesar 3 jam.

21

Gambar 21 Daerah operasi sekitar tempat istirahat operator Dilihat dari lamanya waktu pemaparan dengan lamanya waktu yang diijinkan, operator masih bisa bekerja secara aman pada daerah mesin uap dan steam distributor karena operator berada pada daerah tersebut lebih cepat dari waktu yang diijinkan. Namun, daerah tempat istirahat merupakan daerah yang paling berbahaya bagi operator karena durasi pemaparan kebisingan melebihi waktu yang diijinkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pengendalian kebisingan untuk mencegah dampak negatif yang dapat mempengaruhi kesehatan operator. Waktu yang diijinkan berdasarkan durasi pemaparan kebisingan pada tiap-tiap daerah operasi operator disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Waktu yang diijinkan berdasarkan durasi pemaparan kebisingan Daerah Mesin uap Steam distributor Tempat istirahat

Durasi pemaparan 30 menit 10 menit 7 jam

Intensitas kebisingan 95 dB 97 dB 90 dB

Waktu yang diijinkan 1 jam 0.5 jam 3 jam

Analisis Keselamatan Kerja Berdasarkan Pemaparan Getaran Pengukuran getaran mekanis hanya dilakukan pada titik-titik tertentu di daerah yang sering dilalui oleh operator yaitu daerah sekitar generator dan mesin uap. Besarnya nilai getaran yang terukur digunakan untuk mengetahui batas waktu maksimum pemaparan getaran berdasarkan SNI 16-7063-2004 yaitu sebesar 4 m/s2. Untuk mengetahui batas waktu maksimal pemaparan getaran secara aman dan kontinyu dapat dilihat pada Gambar 6 yaitu dengan menghubungkan nilai maksimum percepatan getaran pada lantai dengan nilai frekuensi mesin. Berdasarkan data, nilai maksimum percepatan getaran yang merambat dari mesin

22 ke lantai sebesar 0.3 m/s2. Batas waktu permaparan getaran yang diijinkan pada operator adalah 8 jam kerja per hari (Lampiran 3). Batas waktu pemaparan getaran secara aman pada operator adalah 8 jam kerja per hari (Lampiran 4). Batas waktu pemaran getaran secara nyaman pada operator adalah 1.5 jam kerja per hari (Lampiran 5). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa daerah tempat operasi operator masih berada pada daerah aman dari dampak negatif pemaparan getaran.

Evaluasi Hasil Wawancara Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan secara langsung oleh kebisingan dan getaran mekanis di power house, maka dilakukan pembagian kuisioner kepada dua operator yang setiap harinya bekerja di tempat tersebut. Berdasarkan hasil kuisioner, salah seorang operator mengalami gangguan pendengaran akibat kebisingan dan salah seorang lainnya tidak mengalaminya. Namun, kedua operator mengalami gangguan komunikasi sehingga operator harus berteriak di dalam ruangan ketika berbicara dengan lawan bicara pada jarak lebih dari satu meter. Gangguan komunikasi yang terjadi biasanya disebabkan oleh masking effect (bising yang menutupi pendengaran yang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Namun, meskipun mengalami gangguan pendengaran, operator tidak melakukan tindakan penyembuhan apa pun. Salah satu operator mengaku bahwa dirinya mengalami gangguan pendengaran berupa kurang dengar sementara dan penurunan pendengaran akibat pemaparan kebisingan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa operator tersebut berada pada lingkungan kebisingan yang tinggi selama 8 jam per hari dalam kurun waktu 24 tahun. Menurut McCornick dan Sanders (1970), gangguan pendengaran akibat kebisigan kontinyu yang menyebabkan terjadinya penurunan pendengaran sementara dapat sembuh setelah istirahat beberapa jam atau hari. Kurang dengar sementara ini merupakan fenomena fisiologis dan disebut sebagai perubahan kurang dengar sementara (temporary threshold shift). Namun demikian, apabila pemaparan kebisingannya lebih lama atau intensitasnya lebih besar, maka daya penyembuhan akan terus menurun dan akan mengalami ketulian. Keadaan ini disebut sebagai ketulian akibat bising (noise induced hearing loss) atau perubahan ambang dengar permanen (permanent threshold shift). Berdasarkan hasil wawancara mengenai getaran mekanis, kedua operator merasakan adanya faktor getaran mekanis yang terjadi. Salah seorang operator mengatakan bahwa faktor getaran mekanis yang timbul tidak mempengaruhi aktivitasnya, sedangkan salah seorang operator lain mengatakan sebaliknya. Operator dengan lama kerja jauh lebih lama merasakan gangguan yang terjadi akibat pemaparan getaran mekanis. Meskipun tingkat rambatan getarannya kecil, operator sering kali merasakan kesemutan di daerah sekitar telapak kaki walaupun operator sering menggunakan alas kaki berupa sepatu. Berdasarkan perbandingan kedua hasil wawancara tersebut terbukti bahwa pemaparan getaran pada kurun waktu yang lama akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan. Hasil wawancara mengenai kegiatan operator selama di dalam power house disajikan pada Tabel 7.

23 Tabel 7 Data kegiatan operator selama di power house Waktu 07.00 – 07.45 07.45 – 09.30 09.30 – 10.00 10.00 – 15.00

15.00 – 15.10

Jenis kegiatan Mengecek komponen-komponen mesin uap, steam distributor, dan genset sebelum penerimaan uap boiler masuk. Memanaskan mesin uap dan mengontrol pendistribusian uap pemanas ke sterilizer. Distribusi daya dari mesin uap ke generator hingga frekuensi 52 Hz dan pendistribusian listrik ke peralatan pabrik. Melakukan pengecekan panel kontrol dan performa mesin uap dan generator (setiap 1 jam sekali) meliputi: - tekanan uap masuk dan uap keluar mesin uap - suhu uap masuk dan suhu uap keluar mesin uap - indikator pelumasan, temperatur, dan frekuensi mesin Mematikan mesin uap dan generator dengan: - mematikan saklar pada panel kontrol untuk menghentikan pendistribusian listrik ke mesin-mesin pabrik. - membuka kran pembuangan uap pada steam distributor - menutup kran pemasukan uap boiler pada mesin uap

Upaya Pengendalian Kebisingan dan Getaran Mekanis Dampak negatif kebisingan yang dapat menyebabkan gangguan fisik maupun psikologis manusia menjadi suatu masalah yang serius hampir di semua negara industri. Manajemen pengendalian kebisingan dinilai merupakan alternatif yang paling tepat digunakan untuk mengurangi tingkat kebisingan pada tingkat yang diinginkan. Hal ini sesuai dengan rujukan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja. Namun demikian, manajemen pengendalian kebisingan tersebut tidak boleh bertentangan dengan prinsip dasar perancangan pabrik yaitu faktor kelayakan ekonomi, faktor keamanan (safety), kemudahan operasi, dan kemudahan pemeliharaan (maintenance). Beberapa upaya untuk mencegah dampak negatif kebisingan yaitu dengan pengendalian secara teknis (engineering control) dan pengendalian secara administratif. Pengendalian secara teknis pada power house dapat dilakukan dengan melakukan perawatan mesin (maintenance) secara berkala, memasang bahan penyerap bunyi (absorber) pada dinding ruangan, dan menghindari kebisingan. Perawatan mesin-mesin dapat dilakukan dengan mengganti semua komponen mesin yang sudah tidak layak pakai, mengencangkan komponen yang sudah longgar, dan memberi pelumasan pada komponen yang stasioner. Upaya menghindari kebisingan dapat dilakukan dengan mendesain tempat istirahat operator jauh dari sumber bising karena daerah tempat istirahat operator merupakan daerah dengan tingkat kebisingan yang tinggi yaitu mencapai 90 dB. Pengendalian secara administratif di dalam power house dilakukan dengan mengurangi waktu pemaparan kebisingan dengan cara pengaturan waktu kerja dan istirahat. Dalam pengaturan waktu kerja, apabila pekerja telah berada pada batas waktu maksimum di lingkungan kerja bising, maka pekerja tersebut dianjurkan

24 istirahat dengan meninggalkan tempat kerja beberapa menit dan kemudian melanjutkan kembali pekerjaannya. Cara lain dapat dilakukan dengan melakukan pembagian shift kerja dan pemberian jadwal cuti kerja. Hal lain yang dapat dilakukan untuk mengendalikan kebisingan di power house adalah dengan menggunakan Alat Pelindung Telinga (APT) dan pengaturan jadwal kerja. Hal ini dikarenakan durasi pemaparan kebisingan, khususnya di tempat istirahat operator, melebihi batas waktu yang diijinkan serta masih terdapat pekerja yang tidak menggunakan APT di tempat kerja. Fungsi dari APT adalah untuk mereduksi intensitas kebisingan yang mencapai alat pendengaran. Efektivitas penurunan intensitas kebisingan dari APT tergantung pada jenis, cara pemakaian, dan keteraturan penggunaannya. Menurut jenisnya, APT dibagi menjadi tiga yaitu sumbat telinga (earplug), tutup telinga (earmuff), dan helmet. Sumbat telinga dapat mereduksi bising hingga 8 – 30 dB, tutup telinga mereduksi 25 – 40 dB, dan helmet mereduksi 40 – 50 dB. APT dan pengaturan jadwal kerja dengan memperhatikan lama pemaparan kebisingan diharapkan dapat menurunkan dampak negatif kebisingan. Namun, cara terbaik dalam pengendalian kebisingan sebenarnya bukan dari penggunaan APT, melainkan dengan pengendalian secara teknis pada sumber kebisingannya. Pengendalian getaran mekanis tidak kalah pentingnya dengan pengendalian kebisingan di tempat kerja meskipun tingkat getarannya kecil. Pengendalian getaran mekanis di dalam power house dapat dilakukan dengan cara rutin melakukan perawatan pada komponen mesin yang mudah aus seperti bearing dan menggantinya apabila sudah tidak layak pakai. Selain itu, dapat pula dilakukan pemasangan bahan peredam getaran pada mesin. Cara sederhana yang bisa dilakukan guna mengurangi dampak negatif dari getaran mekanis adalah dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa alas kaki dan sarung tangan. Pihak perusahaan hendaknya menyediakan APD kepada seluruh karyawan, khususnya karyawan yang bekerja pada lingkungan kebisingan dan getaran yang tinggi serta mewajibkan tiap-tiap pekerja untuk memakainya. Di sisi lain, para karyawan juga harus mempunyai kesadaran untuk menggunakan dan memelihara APD agar resiko dari dampak negatif kebisingan dan getaran dapat dihindari.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil analisis pengukuran kebisingan di dalam power house memiliki tingkat intensitas kebisingan berkisar 83.36 dB(A) – 97.32 dB(A). Hasil analisis pengukuran percepatan getaran memiliki tingkat percepatan getaran maksimum yang merambat pada dudukan mesin berkisar 7.6 m/s2, sedangkan tingkat percepatan getaran maksimum yang merambat ke lantai berksiar 0.3 m/s2. Batas waktu aman berada di dalam power house menurut Kepmenaker adalah 3 jam kerja per hari. Namun, penggunaan APT berupa earplug maupun earmuff dapat mereduksi tingkat kebisingan sampai NAB 85 dB sehingga operator dapat bekerja secara aman selama 8 jam kerja per hari. Pengendalian kebisingan dan getaran

25 mekanis dapat dilakukan dengan pengendalian secara teknis, pengendalian secara administratif, dan penggunaan alat pelindung diri.

Saran 1. Perlunya dilakukan pemasangan bahan peredam kebisingan dan getaran untuk mereduksi intensitas kebisingan dan getaran. 2. Operator disarankan untuk menggunakan dan merawat alat pelindung diri seperti earmuff, earplug, helmet, sarung tangan, ataupun sepatu. 3. Hendaknya pihak perusahaan melakukan pengawasan terhadap penggunaan alat pelindung diri kepada para pekerjanya.

DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Moh. Arskadius. 2007. Pemodelan Peredam Getaran pada Traktor Roda Dua dengan Jaringan Syaraf Tiruan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Buchari. 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program [internet]. [diunduh 2013 Okt 6]. Tersedia pada: http://www.library.usu.ac.id/ download/ft/07002749.pdf. Budiono, Sugeng. 2003. Bunga Rampai Higiene Perusahaan Ergonomi (HIPERKES) dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Semarang (ID): Univ Diponegoro. Chanlett. 1979. Environment Protection. 2nd ed. New York (US): McGraw-Hill. [ISO] International Organization for Standardization. 1997. Mechanical Vibration and Shock: Evaluation of Human Exposure to Whole-Body Vibration. Part 1: General requirements. ISO 2361-1. Geneva (US): ISO. James, M. L., G. M. Smith, J. C. Wolford, and P. W. Whaley. 1994. Vibration of Mechanical and Structural Systems: with Microcomputer Applications. 2nd ed. New York (US): Harper Collins Coll. McCormick, E. J., Mark S. Sanders. 1970. Human Factor in Engineering and Design. New York (US): McGraw-Hill. [Menlh] Menteri Negara Lingkungan Hidup. 1996. Baku Tingkat Kebisingan Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia [internet]. [diunduh 2013 Jan 19]. Tersedia pada: http://www.menlh.go.id/Peraturan/ KEPMENLH/KEPMEN48-1996.pdf. [Menaker] Menteri Tenaga Kerja. 1999. Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia [internet]. [diunduh 2013 Jan 19]. Tersedia pada: http://www.iipsonline.com/KepMenaker1999.pdf.

26 [Mentrans] Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2011. Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. [internet]. [diunduh 2013 Jan 19]. Tersedia pada: http://betterwork.org/in-labourguide/wpcontent/uploads/ PERMENA.pdf. Mukono. 1999. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya (ID): Airlangga Univ Pr. [OSHA] Occupational Safety & Health Administration. Computation of Employee Noise Exposure [internet]. [diunduh 2013 Okt 7]. Tersedia pada: https://www.osha.gov/pls/oshaweb/owadisp.show_document?p_table=STA NDARDS&p_id=9736 Peggy Tillman, Wesley E. Woodson, and Barry Tillman. 1992. Human Factors Design Handbook. 2nd ed. New York (US): McGraw-Hill. Prasetya, Heru D. 2013. Generator AC dan DC [internet]. [diunduh 2013 Oktober 4]. Tersedia pada: http://scribd.com/doc/2474227/Fisika-AC-dan-DC. Rachman, Ali. 2010. Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Pabrik Gula [internet]. [diunduh 2013 Desember 17]. Tersedia pada http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17929/3/Chapter%20II.pdf. Roestam, Ambar W. 2004. Program Konservasi Pendengaran di Tempat Kerja. Cermin Dunia Kedokteran. 144: 29-34. Santoso, Budi. 2008. Analisis Kebisingan pada Proses Produksi Gula pada Stasiun Masakan, Putaran, dan Power House di PG Bungamayang, Lampung [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sartika, Dewi. 2011. Analisis Kebisingan pada Proses Pengolahan Teh Hitam di Ruang Penggilingan, Pengeringan, dan Sortasi di PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas, Cisarua, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sembodo, J. 2004. Evaluasi Tingkat Kebisingan di Industri terhadap Kenyamanan dan Kesehatan Pekerja (Studi Kasus di PT. XYZ) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sukarmadijaya, Harun. 1995. Kebisingan. Proyek Pengembangan Pusat Studi Lingkungan. Bogor (ID): PPLH – IPB. Summers, Wilford I. 2002. American Electricians’ Handbook. 14h ed. New York (US): McGraw-Hill. Turnip, Megawati S. 2011. Keluhan Subyektif Akibat Terpapar Bising pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT Torganda Perkebunan Rantau Kasai Provinsi Riau Tahun 2011 [internet]. [diunduh 2013 Desember 17]. Tersedia pada: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31189/3/Chapter% 20III -VI.pdf Zayadi, Moh. Hasyim. 2013. Mesin Tenaga Uap [internet]. [diunduh 2013 Oktober 4]. Tersedia pada: http://www.scribd.com/doc/58790012/MESINTENAGA-UAP

27

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data pengukuran tingkat kebisingan di power house Intensitas kebisingan (dB) Titik Pengukuran Ulangan 1 2 3 4 5 0 0 90.4 89.6 90.8 90.1 89.8 0 1 90.2 90.2 89.4 89.5 89.7 0 2 89.8 88.8 89.1 88.2 88.3 0 3 88.2 88.7 87.6 87.8 88.0 0 4 87.1 87.4 86.8 87.5 86.6 0 5 87.2 87.0 86.3 86.9 87.1 0 6 86.8 87.1 87.3 86.4 86.7 0 7 86.1 86.4 86.1 86.5 86.6 0 8 86.2 86.0 86.3 86.4 87.5 0 9 86.8 86.1 87.3 86.3 86.7 0 10 86.6 86.1 86.2 85.7 85.7 0 11 85.9 85.5 86.2 85.6 86.1 0 12 86.1 85.8 85.9 86.3 86.4 0 13 85.8 85.7 85.9 85.5 85.7 0 14 85.9 86.9 86.3 86.6 87.0 0 15 86.9 87.1 86.6 86.7 86.5 0 16 87.4 86.8 86.7 87.3 87.1 0 17 87.7 88.2 87.8 88.5 88.1 0 18 88.6 87.6 87.7 88.2 88.9 1 0 91.6 90.8 91.3 91.2 91.4 1 1 90.9 92.0 89.8 91.3 90.2 1 2 90.4 89.6 90.8 90.2 89.2 1 3 89.4 89.6 89.8 90.2 89.9 1 4 88.5 88.9 88.4 88.4 88.3 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 1 10 1 11 1 12 85.6 85.6 85.3 85.0 85.2 1 13 85.7 85.7 85.7 85.9 85.0 1 14 87.3 87.0 85.9 85.4 85.5 1 15 86.6 86.8 87.0 87.5 88.2 1 16 87.8 87.8 87.1 87.0 86.3 1 17 89.0 88.2 88.8 88.4 87.6 1 18 89.8 88.9 88.7 88.2 88.8 2 0 90.9 91.0 91.0 91.4 91.7 2 1 90.8 90.6 91.1 91.2 91.0

Ratarata (dB) 90.14 89.80 88.84 88.06 87.08 86.90 86.86 86.34 86.48 86.64 86.06 85.86 86.10 85.72 86.54 86.76 87.06 88.06 88.20 91.26 90.84 90.04 89.78 88.50 88.46 88.41 87.85 87.25 86.81 86.54 86.23 85.34 85.60 86.22 87.22 87.20 88.40 88.88 91.20 90.94

28 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

90.4 90.1 91.0 90.6 90.1 90.0 89.1 87.8 87.6 86.4 86.0 86.0 86.7 85.9 85.6 85.6 85.7 91.7 92.1 91.6 92.4

90.9 90.5 90.5 90.8 90.2 89.4 89.3 87.7 87.8 87.3 85.9 86.2 86.2 85.8 85.5 85.9 85.9 91.2 91.5 91.4 92.1

90.8 90.8 90.7 91.1 89.4 90.2 88.2 87.7 87.9 86.4 86.8 86.6 86.4 85.6 85.4 85.5 85.2 92.1 91.7 92.7 91.8

90.3 90.9 91.2 90.0 90.4 89.7 87.6 87.8 88.8 86.9 86.8 86.6 85.9 85.7 85.7 85.5 85.7 91.5 91.8 91.6 91.4

90.4 90.4 90.3 90.4 89.7 89.9 88.5 87.2 87.7 86.2 86.7 86.4 85.7 85.5 85.9 85.8 85.7 92.4 91.6 90.6 91.5

91.4 91.1

91.4 90.6

91.8 90.3

92.3 91.1

91.8 90.5

90.0 90.6 89.3 89.0 88.7 88.3 87.8 87.8 86.8 86.4 85.8 91.9 92.5 91.1 92.6

89.8 90.2 89.0 88.5 89.0 88.5 87 87.2 87.3 86.5 85.8 92.2 91.7 92.9 92.5

90.1 90.3 89.8 89.4 88.6 88.7 87.4 87.3 86.9 86.5 85.7 91.7 91.8 92.4 93.0

90.7 90.1 90.2 88.9 88.3 88.3 87.6 87.1 86.7 86.3 85.7 91.1 91.7 93.6 92.9

90.5 89.9 90.2 89.2 88.8 88.6 87 87.6 87.0 86.5 85.8 91.5 91.7 93.2 92.3

92.3 91.0

92.4 91.3

92.5 91.5

92.8 91.5

92.6 90.7

91.1 90.4 89.6 89.2

91.3 90.5 89.9 88.6

91.5 90.8 89.2 88.9

91.5 90.1 89.1 88.9

91.5 90.0 89.5 88.7

90.56 90.54 90.74 90.58 89.96 89.84 88.54 87.64 87.96 86.64 86.44 86.36 86.18 85.70 85.62 85.66 85.64 91.78 91.74 91.58 91.84 91.25 91.74 90.72 90.49 90.22 90.22 89.70 89.00 88.68 88.48 87.36 87.40 86.94 86.44 85.76 91.68 91.88 92.64 92.66 93.51 92.52 91.20 91.85 91.38 90.36 89.46 88.86

29 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7 7

12 13 14 15 16 17 18 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 0 1 2

87.8 87.1 86.1

88.3 87.6 86.7

87.5 87.5 86.4

88.2 86.6 86.6

88.8 87.3 86.4

93.0 93.2 93.8 93.2

92.4 93.1 93.9 94.1

93.6 93.5 94.3 93.0

92.7 93.8 93.8 93.5

92.9 93.3 93.7 93.3

93.3 92.7

93.6 92.7

93.9 92.8

94.2 92.5

94.0 92.4

92.4 92.0 90.6 89.4 88.8 88.5 88.1 86.0 85.2 84.3 83.8 94.5 93.2 93.3 94.5

91.8 92.1 91.3 89.5 88.3 88.9 88.1 86.6 85.6 84.7 83.5 93.1 94.2 93.8 93.5

91.7 91.6 91.2 90.8 89.1 88.4 87.2 86.4 85.2 85.4 84.2 93.4 93.5 94.2 94.7

92.2 91.5 90.8 89.3 89.2 88.0 87.6 86.1 85.1 86.0 83.6 93.7 93.8 93.7 93.8

92.2 91.9 90.5 90.6 89.5 88.3 87.9 86.7 86.5 84.5 83.3 94.1 93.3 94.1 94.5

94.2 93.7

94.5 93.8

94.4 94.1

94.3 94.5

95.1 93.2

92.5 91.6 90.6 89.3 88.5 88.3 87.4 86.3 85.5 84.6 83.9 94.2 94.0 95.3

91.4 91.0 90.2 89.0 88.7 88.4 87.7 86.3 86.1 85.2 83.5 93.5 95.3 94.1

92.6 91.6 90.7 88.9 88.9 88.4 87.6 85.8 85.6 84.2 83.6 93.9 94.5 94.5

91.4 91.6 90.3 90.5 88.6 88.8 87.4 86.1 86.5 84.3 83.9 94.2 94.3 95.2

92.3 91.3 90.3 90.2 89.4 88.7 88.2 85.6 85.4 84.8 83.7 95.5 94.8 95.0

88.12 87.22 86.44 86.21 85.87 85.66 85.25 92.92 93.38 93.90 93.42 94.11 93.80 92.62 92.84 92.06 91.82 90.88 89.92 88.98 88.42 87.78 86.36 85.52 84.98 83.68 93.76 93.60 93.82 94.20 94.47 94.50 93.86 93.28 92.04 91.42 90.42 89.58 88.82 88.52 87.66 86.02 85.82 84.62 83.72 94.26 94.58 94.82

30 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

95.7

95.2

95.8

94.7

95.8

95.3 95.1

96.4 95.2

95.2 94.6

95.8 94.7

95.5 94.9

92.3 91.4 90.3 89.1 88.2 87.8 88.3

92.5 91.6 90.5 89.5 88.7 88.4 87.6

91.6 91.4 90.2 89.3 88.8 87.9 88.2

92.8 91.8 90.2 89.2 88.8 88.6 88.0

91.7 91.6 90.7 90.6 89.3 88.5 87.4

94.5 95.7 95.3 95.5

94.3 94.4 95.6 95.7

95.2 95.5 94.9 96.1

95.5 96.2 96.2 96.1

95.6 96.4 96.7 95.9

95.6 94.9

95.6 95.7

95.4 95.9

96.3 94.6

95.5 94.8

93.3 92.0 92.5 91.0 89.3 87.1 85.8 86.3 85.9 84.9 84.8 95.6 95.2 95.7 96.6 97.1 96.4 95.8 94.6 93.5 92.7 91.2 90.9 90.1

93.4 93.0 91.4 90.7 89.6 87.5 85.8 86.4 85.5 84.8 84.7 94.5 95.8 96.3 96.1 97.6 96.3 95.7 95.2 93.3 92.5 91.9 90.3 89.2

93.7 92.0 91.6 91.4 89.2 88.4 86.7 85.7 85.8 84.9 84.3 95.8 95.4 96.5 96.4 96.8 97.1 95.5 94.5 92.9 92.7 91.7 90.8 89.6

93.4 92.0 92.3 90.9 88.9 87.7 86.5 86.1 85.0 84.8 84.7 94.9 95.1 96.9 96.8 96.4 96.5 96.0 95.1 93.1 92.3 91.3 90.4 89.1

93.5 92.0 92.1 90.8 89.3 89.2 86.4 85.4 85.0 84.7 84.9 94.8 95.6 96.3 97.0 97.3 96.1 95.9 94.7 92.5 93.2 91.7 90.4 89.3

95.44 95.58 95.64 94.90 93.75 92.18 91.56 90.38 89.54 88.76 88.24 87.90 86.56 85.20 84.52 83.63 95.02 95.64 95.74 95.86 95.91 95.68 95.18 94.63 93.46 92.20 91.98 90.96 89.26 87.98 86.24 85.98 85.44 84.82 84.68 95.12 95.42 96.34 96.58 97.04 96.48 95.78 94.82 93.06 92.68 91.56 90.56 89.46

31 9 9 9 9 9 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 12 12 12 12

13 14 15 16 17 18 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 0 1 2 3

87.7 87.8 85.4 85.2 83.9 83.8 95.1 95.2 95.7 96.8 97.3 96.1 95.2 94.8 93.5 92.8 91.6 89.9 88.3 87.6 85.6 85.5 85.4 84.5 83.5

87.2 86.5 85.4 84.6 84.9 84.5 95.4 96.1 96.8 97.5 96.9 96.2 95.7 94.7 92.9 93.1 92.2 89.8 89.0 88.2 86.5 85.6 85.0 84.2 82.7

87.8 86.8 85.6 84.1 84.1 84.1 97.2 95.5 97.1 97.2 96.8 96.3 95.8 95.1 93.7 92.4 92.0 90.6 88.9 88.1 86.7 85.3 85.7 84.6 83.3

88.2 86.6 85.7 84.8 84.3 83.6 94.8 95.4 95.9 97.7 97.2 96.4 95.1 94.3 93.4 92.7 92.0 90.3 90.5 87.8 86.2 86.2 85.4 85.3 84.1

87.5 86.5 85.5 85.0 84.5 84.3 94.9 97.0 96.4 97.4 97.3 96.1 95.5 95.2 93.9 92.5 92.0 91.0 90.2 87.5 87.3 86.0 85.3 86.1 83.2

94.9 95.9 96.1

95.1 96.2 95.7

93.4 96.4 97.2

94.4 95.5 95.8

94.7 95.3 96.7

92.8 91.6 89.9 89.7 88.9 88.8 85.4 85.6 85.2 84.9 85.1

92.0 92.1 90.1 89.9 88.8 87.6 85.5 85.2 85.6 85.2 85.2

92.4 91.6 90.5 90.3 88.5 87.3 85.1 85.3 85.8 85.3 84.7

92.8 91.0 90.5 89.2 88.4 88.5 85.7 85.5 85.3 84.9 85.4

92.7 91.5 90.3 89.3 89.2 87.2 90.1 85.6 86.0 85.1 84.2

93.7 94.6 95.2

94.4 94.0 95.2

93.4 95.3 94.4

94.4 93.6 95.2

94.5 93.8 95.7

87.68 86.84 85.52 84.74 84.34 84.06 95.48 95.84 96.38 97.32 97.10 96.22 95.46 94.82 93.48 92.70 91.96 90.32 89.38 87.84 86.46 85.72 85.36 84.94 83.36 94.46 94.50 95.86 96.30 96.71 95.83 94.82 94.37 92.54 91.56 90.26 89.68 88.76 87.88 86.36 85.44 85.58 85.08 84.92 94.12 94.08 94.26 95.14

32 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

96.1 96.3 94.8 92.8 92.8 92.8 91.0 89.4 88.9

95.2 95.7 95.1 93.7 91.7 92.1 91.2 89.5 88.2

95.3 94.9 94.3 93.4 92.1 91.6 90.4 90.8 88.4

96.2 95.8 94.7 93.6 91.2 91.7 90.9 89.3 88.5

94.9 95.5 94.6 93.9 92.7 91.7 90.3 90.6 88.1

95.54 95.64 94.70 93.48 92.10 91.98 90.76 89.92 88.42 87.53 86.21 85.37 84.66 83.94 83.39

33

Lampiran 2 Data pengukuran percepatan getaran mekanis pada lantai power house Getaran (m/s2) Sumbu x 0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

S

1

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.1

0.1

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

u

2

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.1

0.2

0.2

0.1

0.1

0.0

0.0

0.0

m

3

0.0

0.0

0.0

0.0

0.1

0.2

0.3

0.3

0.3

0.2

0.0

0.0

0.0

b

4

0.0

0.0

0.0

0.1

3.2

4.5

5.1

6.8

7.6

0.3

0.1

0.0

0.0

u

5

0.0

0.0

0.0

0.0

0.1

0.2

0.3

0.3

0.3

0.2

0.1

0.0

0.0

6

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.1

0.2

0.2

0.1

0.1

0.0

0.0

0.0

7

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

8

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

y

33

34 Lampiran 3 Peta kontur kebisingan 3D

Lampiran 4 Peta kontur getaran 3D

35 Lampiran 5 Performance exposure limit time

Penggunaan grafik sesuai dengan pedoman Woodson dan Tillman (1992)

36 Lampiran 6 Safety exposure limit time

Penggunaan grafik sesuai dengan pedoman Woodson dan Tillman (1992)

37 Lampiran 7 Comfort exposure limit time

Penggunaan grafik sesuai dengan pedoman Woodson dan Tillman (1992)

38 Lampiran 8 Kuesioner penelitian untuk operator

KUESIONER PENELITIAN Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini merupakan bagian penelitian dari bahan penyusunan skripsi mengenai ANALISIS KEBISINGAN DAN GETARAN MEKANIS DI DALAM POWER HOUSE PABRIK KELAPA SAWIT PT CONDONG, GARUT, JAWA BARAT. Untuk itu, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara menjawab pertanyaan dengan singkat dan benar. Bila ada pertanyaan yang tidak Bapak/Ibu/Saudara pahami, tanyakan kepada saya. I. IDENTITAS DIRI 1. Nama 2. Umur 3. Jenis kelamin 4. Pendidikan

5. Jabatan kerja 6. Lama kerja

: : : (…) Laki-laki (…) Perempuan : (1) Baca Tulis (4) Tamat SMU (2) Tamat SD (5) Tamat Akademi (3) Tamat SMP (6) Tamat Perguruan Tinggi : Bagian: : (...) tahun. (...) bulan. (...)minggu

II. LINGKUNGAN KERJA 1. Berapa lama Bapak/Ibu/Saudara bekerja? a. 8 jam sehari b. < 8 jam sehari, yaitu…. c. > 8 jam sehari, yaitu…. 2. Ada berapa pembagian (shift) kerja dalam sehari? a. 3 kali b. 2 kali c. tidak ada 3. Apakah ada waktu istirahat kerja? a. ada b. tidak ada 4. Apakah pada waktu istirahat, aktivitas pekerjaan seluruhnya berhenti? a.ya b. tidak 5. Bila tidak. bagaimana cara mengatur pekerjaan tersebut? a. istirahat dan bergantian dengan teman b. lain-lain, sebutkan……. 6. Apakah ada waktu libur pada bagian Bapak/Ibu/Saudara bekerja? a. ada b. tidak 7. Bila ada, berapa lama? a. 1 hari/minggu d. 2 hari/minggu b. 1 hari/ 2 minggu e. lainnya. sebutkan……… c. 1 hari/bulan 8. Adakah pengaruh kebisingan pada bagian Bapak/Ibu/Saudara? a. ada b. tidak ada 9. Bila ada kebisingan, apakah kebisingan tersebut menganggu pembicaraan antara pekerja yang satu dengan pekerja lainnya sehingga cara berbicara harus berteriak dengan lawan bicara pada jarak > 1 meter? a. ya b. tidak

39 10. Pernahkah Bapak/Ibu/Saudara diberi penjelasan tentang kegunaan alat pelindung telinga? a. pernah b. tidak pernah 11. Pernahkah Bapak/Ibu/Saudara diberi penjelasan tentang cara menggunakan alat pelindung telinga? a. pernah b. tidak pernah 12. Pernahkah Bapak/Ibu/Saudara diberi penjelasan tentang cara memilih alat pelindung telinga? a. pernah b. tidak pernah 13. Siapa yang memberi penjelasan tentang kegunaan alat pelindung telinga, cara menggunakan, dan memelihara alat pelindung telinga? a. tenaga kesehatan c. tim khusus b. manajer d. Lain-lain. sebutkan................ 14. Apakah perusahaan menyediakan alat pelindung telinga? a. ya b. tidak 15. Apakah alat pelindung telinga yang diberikan sudah mencukupi dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang ada? a. ya b. tidak 16. Apakah ada pengawasan tentang menggunakan alat pelindung telinga oleh perusahaan? a. ya b. tidak 17. Adakah pengaruh getaran mekanis yang dirasakan? a. ya b. tidak 18. Bila ada. apakah gataran tersebut mengganggu aktivitas Bapak/Ibu/Saudara? a. ya b. tidak 19. Pernahkah diberi penjelasan tentang pentingnya penggunaan alas kaki? a. ya b. tidak 20. Apakah perusahaan menyediakan alas kaki khusus untuk dipakai pekerjanya? a. ya b. tidak

III. PERILAKU AKIBAT KEBISINGAN 1. Apakah Bapak/Ibu/Saudara menggunakan APT (Alat Pelindung Telinga) sewaktu bekerja di tempat dengan kebisingan yang tinggi? a. ya b. tidak 2. Bila ya, sebutkan jenis alat pelindung telinga tersebut : a. kapas d. helmet b. sumbat telinga e. lain-lain, sebutkan…… c. tutup telinga 3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara selalu memakainya di tempat Bapak/Ibu/Saudara bekerja? a. ya b. tidak c. jarang 4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara merasa nyaman menggunakannya? a. ya b. tidak, karena………….

40 5. Bila memakai alat pelindung telinga, apakah alat tersebut merupakan alat pelindung telinga yang digunakan oleh perusahaan? a. ya b. tidak 6. Sebutkan alasan Bapak/Ibu/Saudara tidak memakai alat pelindung telinga perusahaan? a. APT yang disediakan terasa sakit/gatal apabila digunakan b. APT yang disediakan telah hilang c. APT yang telah disediakan telah hilang d. tidak mendapat APT dari perusahaan 7. Apabila belum menggunakan APT, sebutkan alasannya: a. belum diperiksa persahaan b. lain-lain. sebutkan…….. 8. Pernahkah Bapak/Ibu/Saudara mengalami gangguan pendengaran? b. tidak pernah a. pernah 9. Bila pernah, apa jenis gangguannya: a. berdengung atau berdesis d. berdengung dan kurang dengar sementara b. kurang dengar sementara e. a.b. dan c benar f. lainnya……. c. tidak bisa mendengar 10. Apa yang dirasakan Bapak/Ibu/Saudara terhadap gangguan tersebut? a. susah berkomunikasi d. susah berkonsentrasi e. lainnya…….................. b. tidak nyaman c. gangguan penurunan prestasi 11. Selain itu, keluhan apalagi dari dampak kebisingan yang dirasakan oleh Bapak/Ibu/Saudara? a. mudah lelah d. cepat marah b. sulit tidur e. mudah tersinggung c. pusing f. penurunan pendengaran 12. Apabila Bapak/Ibu/Saudara mengalami gangguan akibat kebisingan, tindakan apa yang akan Bapak/Ibu/Saudara lakukan? a. tidak berbuat apa-apa b. meminta saran ke teman-teman satu kerja dan atasan c. pergi ke dokter perusahaan untuk berobat d. tidak bekerja

IV. PERILAKU AKIBAT GETARAN MEKANIS 1. Apakah Bapak/Ibu/Saudara menggunakan alas kaki sewaktu bekerja di tempat yang getarannya tinggi? 2. Bila Ya, sebutkan jenis alas kaki tersebut! 3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara selalu memakainya? 4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara merasa nyaman menggunakannya? 5. Sebutkan alasan tidak memakai alas kaki! 6. Pernahkah merasakan gangguan pada pergelangan kaki? 7. Bila pernah, jenis gangguannya adalah a. cepat lelah c. sering kesemutan b. terasa nyeri d. lain-lain, sebutkan......................................

41 8. Apa yang dirasakan gangguan tersebut? a. sulit bergerak c. susah berkonsentrasi b. tidak nyaman karena sakit d. gangguan lainnya, sebutkan ................ 9. Apabila mengalami gangguan akibat getaran, tindakan apa yang akan dilakukan? a. tidak berbuat apa-apa b. meminta saran ke teman-teman kerja dan atasan c. pergi ke dokter untuk berobat d. lain-lain, sebutkan ......................................... 10. Apakah perlu diadakan pemeriksaan kesehatan kepada seluruh pekerja secara berkala? a. perlu b. tidak

42

RIWAYAT HIDUP Nur Khikmawati, lahir di Tegal pada tanggal 22 November 1991 dari ayah Mas’ud dan ibu Sulastri, S.Pd, sebagai putri ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menamatkan SMA pada tahun 2009 dari SMA Negeri 1 Slawi, Tegal dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknik Pertanian yang sekarang berganti nama menjadi Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi. Pada tahun 2009 – 2010, penulis aktif di Organisasi Mahasiswa Daerah Ikatan Mahasiswa Tegal. Pada tahun 2009 – 2013, penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Bulutangkis. Pada tahun 2009 – 2014, penulis juga aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Bola Voli. Penulis juga telah melakukan kegiatan praktik lapangan pada tahun 2012 di PG Pangka, Tegal dengan judul “Mempelajari Aspek Keteknikan Pertanian pada Proses Produksi Gula PT Perkebunan Nusantara IX PG Pangka, Tegal”. Sebagai salah satu syarat menjadi Sarjana Teknologi Pertanian, penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kebisingan dan Getaran Mekanis di dalam Power House Pabrik Kelapa Sawit PT Condong, Garut, Jawa Barat.