ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA AIR

Download 2. Permasalahan. Industri air minum depot isi ulang (AMDIU) merupakan industri pengolahan air minum ... Jurnal Industri Kecil Menengah (MPI...

0 downloads 464 Views 115KB Size
ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA AIR MINUM DEPOT ISI ULANG DENGAN SISTEM REVERSE OSMOSIS (STUDI KASUS : CV. CANDRABALI, TANGERANG) 1

2

Purwadi , Soewarno T. Soekarto dan Illah Sailah

2

Abstract Reverse osmosis (RO) system is a system that capable in generating pure water at the purity level of 99.99%. The superiority of this system is pure water with high level oxygen contained therein that could strengthen cells and organs of the body, also increasing the body resistance and healing system. The objectives of this study are as follows : (1) To study the feasibility of ozonisation purify system; (2) To analyze financial feasibility at the side of production, marketing and mixed marketing as well as operational management. The method used in this study is a case study with descriptive analysis (quantitative or qualitative). Data analyzing and processing were carried out by Microsoft Excel application, performed in tabulation form. The investment capital which is required for AMDIU based RO system scope business is for the amount of Rp. 153.300.000,-, while for AMDIU based ozonisation system required the amount of capital for Rp. 99.700.000,-. Financial feasibility criteria for AMDIU based RO system has PBP value (2.42 years), BEP (38.330 galon), NPV obtained for 4 years is Rp. 11.218.921,60, B/C ratio (1.09) and IRR (17.91%). The selling price decreasing of AMDIU based RO system technology is 10% and production cost increasing will remain reasonable to be efforted, while at AMDIU based ozonisation technology system the 10% decreasing of selling price makes business unworthed to be executed. The other alternatives of policy for AMDIU business development are : (1) Increase distribution net productivity effort with material or industry product supplier company in order to increase selling; (2) To be really pay attention on quality and product continuity (3) To increase cooperation with banking institution and to take benefit from capitalization facilities in order to strengthen investment capital and working capital.

PENDAHULUAN 1. Latar belakang Air minum harus bersih dan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mengandung bahan tersuspensi atau kekeruhan. Air minum juga harus tampak menarik dan menyenangkan untuk diminum. Standar untuk air minum telah ditentukan oleh World Health Organization dalam Wiriya (1996), baik untuk Eropa maupun internasional. Saat ini banyak sekali dijual air mineral dari berbagai merek, baik yang berukuran gelas, botol maupun galon dan kecenderungan pada tahun terakhir banyak orang mengkonsumsi air minum hasil isi ulang (refill). Perusahaan air minum (PAM) merupakan sumber air dalam sistem penjernihan yang digunakan dalam isi ulang yang menggunakan sistem filterisasi dan ozonisasi (O 3 ). Sistem ozonisasi adalah menambahkan suatu zat kimia yang dalam batas tertentu dapat membunuh mikroba yang ada di dalam air tersebut. Sistem tersebut tidak dapat menapis bahanbahan pencemar di dalamnya, sehingga kandungan substansi-substansi mineral yang tidak dikehendaki, seperti kapur, magnesium, besi dan sebagainya, secara organoleptik rasa dari air tersebut tawar. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan dan kemasan ikut disanitasi, sehingga produk yang dihasilkan lebih terjamin, selama tidak ada kebocoran di kemasan. Ozon merupakan bahan sanitasi air yang efektif disamping sangat aman (Sidharta, 2003). 2. Permasalahan Industri air minum depot isi ulang (AMDIU) merupakan industri pengolahan air minum dengan penjernihan baik ozonisasi, filterisasi ultraviolet (UV) maupun reverse osmosis (RO) (Sidharta, 2003). Salah satu jenis pengolahan yang banyak digunakan dalam AMDIU adalah 1 2

Alumni PS MPI, SPs IPB Staf Pengajar PS MPI, SPs IPB

52 pengolahan dengan ozonisasi. Lain halnya dengan CV. Candrabali, jenis pengolahan yang digunakan adalah dengan penjernihan sistem RO. Dalam pengembangan usahanya, CV. Candrabali perlu mengkaji kelayakan teknis finansial yang berguna untuk memahami prinsip-prinsip biaya secara luas dalam konteks pengolahan air minumnya. Maka dari itu, permasalahan pada kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Bagaimana aspek teknis yang digunakan dalam menghasilkan air minum dengan sistem penjernihan ozonisasi dibandingkan dengan sistem RO ? b. Bagaimana kelayakan finansial dari sudut produksi, pemasaran dan manajemen operasional ? 3. Tujuan a. Mengetahui kelayakan aspek teknis yang diperoleh dari sistem penjernihan ozonisasi dibandingkan dengan sistem RO dalam menghasilkan air minum. b. Menganalisa kelayakan finansial dari sudut produksi, pemasaran dan manajemen operasional METODOLOGI 1. Lokasi dan Waktu Kajian dilakukan di CV. Candrabali, Tangerang, yang menggunakan AMDIU sistem ozonisasi dan sistem RO. 2. Metode Kerja Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif terhadap kelayakan teknis finansial usaha produk air hasil penjernihan dengan sistem RO di Kota Tangerang. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, meliputi tahap transfer, editing, pengolahan dan interprestasi data secara deskriptif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui aspek pasar, aspek manajemen dan aspek teknis. Aspek pasar meliputi pemasaran dan daya serap pasar, sedangkan aspek teknis meliputi teknologi, kuantitas dan kualitas tenaga teknis serta faktor non-ekonomis. Aspek manajemen meliputi bentuk usaha, wewenang dan tanggung jawab, spesifikasi tenaga kerja dan kebutuhan biaya gaji dan upah tenaga kerja. Aspek analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui aspek kelayakan finansial usaha produk air hasil penjernihan dengan sistem RO pada CV. Candrabali dengan analisis kelayakan investasi yang didasarkan pada lima kriteria seperti Pay Back Period (PBP), Net Benefit/Cost (B/C), Break Event Point (BEP), Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR) (Sutojo, 1993). Sedangkan secara kualitatif digunakan faktor matriks SWOT (Rangkuti, 1999) untuk menyusun strategi perusahaan berdasarkan peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan 4 sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S - O, strategi W O, strategi W - T, dan strategi S – T. Untuk mengetahui alternatif strategi yang paling efektif, diberikan bobot oleh pihak pemilik usaha AMDIU dengan skala 1 - 5 (yang ada, yaitu : 1 = Sangat tidak penting; 2 = Tidak penting; 3 = sedang; 4 = penting; dan 5 = Sangat penting). Selanjutnya diberikan ranking berdasarkan nilai terbesar pada alternatif strategi yang ada. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Produksi Secara umum dapat dijabarkan perbedaan antara air minum dalam kemasan (AMDK), AMDIU sistem RO dan sistem ozonisasi atas parameter ijin usaha hingga harga per galon (Tabel 1). Penyediaan air murni dengan sistem RO meliputi bahan baku air, sarana dan peralatan, proses produksi, pengendalian mutu produk dan sistem pemasaran. Penyediaan air murni dengan sistem RO dapat dirinci sebagai berikut : a. Sarana produksi b. Peralatan produksi c. Proses produksi air d. Pengawasan mutu produk Jurnal Industri Kecil Menengah (MPI) Vol. I No. 1 Februari 2006

53 Tabel 1. Perbedaan antara AMDK, AMDIU sistem RO dan sistem Ozonisasi Parameter

AMDK*

AMDIU sistem RO** Depkes PDAM ≤ 1710 lt/hari 2700 galon/bulan

Ijin Usaha Depkes, Deperindag Sumber air Mata Air Kapasitas produksi > 5000 lt/hari Rataan omzet 2500 galon/bulan penjualan Harga per galon Rp. 5.000 Rp. 4.000 Sumber : * PT. Agritech GLOBAL CEMERLANG, IPB. Bogor ** CV. Candrabali, Tangerang, *** CV. Tirtajaya, Tangerang

AMDIU sistem Ozonisasi*** Depkes PDAM ≤ 1050 lt/hari 2100 galon/bulan Rp. 3.000

Untuk memperoleh air minum yang siap konsumsi, CV. Candrabali melakukan kegiatan persiapan galon, sterilisasi galon, membilas galon. Pengisian air minum dilakukan pada alat RO, kemudian setelah penuh galon itu beri tutup dan segel yang menyatakan air minum siap konsumsi. Kapasitas produksi per hari untuk satu alat sistem RO adalah 20 galon per hari dikalikan enam unit, maka kapasitas produksi 120 galon per hari. Sedangkan alat dengan sistem ozonisasi (1 paket) adalah 90 galon per hari. Tabel 2. Kandungan AMDIU dengan sistem RO dan ozonisasi No. Kriteria uji Satuan 1 Bau 2 Rasa 3 Warna PtCo 4 pH 5 Kekeruhan NTU 6 Kesadahan Mg/l 7 Zat yang terlarut Mg/l 8 Zat organik Mg/l 9 Nitrat Mg/l 10 Nitrit Mg/l 11 Amonium Mg/l 12 Sulfat Mg/l 13 Klorida Mg/l 14 Fluorida Mg/l 15 Sianida Mg/l 16 Besi Mg/l 17 Mangan Mg/l 18 Klor bebas Mg/l 19 Cemaran timbal Mg/l 20 Cemaran tembaga Mg/l 21 Cemaran Mg/l 22 Cemaran raksa Mg/l 23 Cemaran arsenik Mg/l Sumber : Sucofindo*, Depkes RI**, 2004.

Sistem RO* Tdk berbau Normal 2,5 6,58 0 9,70 20 0 0,001 0,001 0,04 0,94 0 0,02 0,01 0,04 0,02 0,02 0,01 0,03 0,005 0,001

Ozonisasi** Tdk berbau Normal 5 6,60 0-5 64,0 0 0,29 0 0 12,87 0.06 0 -

2. Pemasaran dan Daya Serap Pasar Dalam analisis pasar dan pemasaran untuk produk AMIDU adalah mengetahui potensi pasar produk tersebut, sehingga dapat dirumuskan strategi pemasarannya. Industri pengolahan air minum isi ulang mempunyai prospek bagus. Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan Kota Tangerang terhadap air minum yang semakin meningkat tiap tahunnya (Tabel 3). Pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui daya serap pasar dengan konsumsi rataan masyarakat terhadap air minum. Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi dari 2,1 - 2,8 l per hari (Supriyatin, 2004). Mengingat tidak semua golongan masyarakat dapat mengapresiasikan kelebihankelebihan air minum dengan RO, maka tempat penjualan yang sesuai adalah agen di perumahan-perumahan menengah ke atas, konsumen yang memiliki kesadaran akan kesehatan air minum yang tinggi, peka akan isu lingkungan dan bersedia membayar mahal.

Jurnal Industri Kecil Menengah (MPI) Vol. I No. 1 Februari 2006

54 Tabel 3. Kebutuhan air minum untuk wilayah Kota Tangerang Tahun

Jumlah (liter)

Perkembangan (%)

1998

2.570.236

-

1999

2.661.848

3,44

2000

2.754.666

3,36

2001

2.843.874

3,13

2002

2.975.368

4,42

Sumber : PDAM Tangerang, 2003. 3. Kelayakan Usaha Biaya investasi yang diperlukan untuk usaha AMDIU sistem RO membutuhkan modal tetap Rp. 153.300.000,-. Sedangkan biaya investasi AMDIU dengan sistem ozonisasi Rp. 99.700.000,-. Biaya investasi meliputi biaya pembelian tanah, biaya pembuatan bangunan, ijin usaha, instalasi air dan listrik, serta pembelian kendaraan. Rinciannya dapat dilihat pada Tabel 4. Modal kerja atau biaya produksi adalah modal yang diperlukan agar unit usaha AMDIU dapat berjalan sebagaimana mestinya. Biaya produksi digolongkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Beberapa komponen biaya yang digolongkan ke dalam biaya tetap meliputi biaya untuk keperluan gaji karyawan, biaya perawatan biaya transportasi dan biaya administrasi. Komponen biaya produksi per bulan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 4. Komponen modal tetap usaha AMDIU RO dan ozonisasi AMDIU RO Uraian

Jumlah (unit)

Ijin Usaha Tanah

Biaya (Rp)

%

Jumlah (unit)

Biaya (Rp)

Umur Ekonomis

%

0,98

1.500.000

1,5

25.000.000

16,31

15.000.000

15,0

22,81

15.000.000

10

15,0

1

Mobil

1

40.000.000

1

Total

Umur Ekonomis

1.500.00

Bangunan Mesin Reverse Instalasi Listrik Instalasi air Alat cuci galon Galon

AMDIU Ozonisasi

35.000.000

23,48

1

18.000.000

5

18,0

5

26,09

1

40.000.000

5

40,1

2.000.000

3

1,30

1

1.500.000

3

1,50

1

2.000.000

3

1,30

1

1.500.000

3

1,50

1

1.000.000

3

0,65

-

-

-

10.800.000

3

7,05

400

3

7,22

6

600

36.000.000

10 5

153.300.000

100

7.200.000 99.700.000

100

4. Hasil Penjualan Aliran kas masuk usaha AMDIU hanya berasal penjualan air minum tidak terdapat sumbersumber pendapatan lain. Dalam hal ini, jasa pencucian galon dianggap merupakan pelayanan yang diberikan oleh CV. Candrabali. Harga yang diberikan oleh CV. Candrabali untuk setiap galon air Rp. 4.000,-. Dalam sehari secara rataan unit usaha ini mampu menjual 110 galon atau sekitar 3.300 galon setiap bulannya, sehingga perkiraan pendapataan per bulan Rp. 13.200.000,-. Secara rinci pendapatan usaha per bulan dari usaha AMDIU dengan sistem RO maupun ozonisasi dapat dilihat pada Tabel 6.

Jurnal Industri Kecil Menengah (MPI) Vol. I No. 1 Februari 2006

55 Harga yang diberikan oleh usaha AMDIU untuk sistem ozonisasi pada setiap galon air adalah Rp. 3.000,-. Dalam sehari, secara rataan unit usaha ini mampu menjual 85 galon atau sekitar 2.250 galon setiap bulannya, sehingga perkiraan pendapatan per bulan Rp. 7.650.000,-. Tabel 5. Komponen biaya operasional per bulan AMDIU RO dan Ozonisasi Jenis Biaya A. Biaya Tetap Gaji karyawan Manager Marketing Produksi Admin Biaya perawatan Biaya transportasi Biaya administrasi Jumlah (A) B. Biaya Variabel Air PAM Biaya Telepon Biaya Listrik Tutup galon Segel galon Bahan sterilisasi Tisue pembersih Biaya Perawatan mobil Jumlah (B) Total Biaya Produksi (A+B)

Satuan

Jumlah

orang orang orang orang

1 1 1 1

Liter

Pcs Pcs Liter Pcs

3.300 3.300 1 3.300

RO Biaya (Rp)

%

1.000.000 650.000 650.000 800.000 150.000 70.000 50.000 3.370.000

18,58 12,08 12,08 14,86 2,79 1,30 0,93 62,61

80.000 100.000 100.000 660.000 247.500 15.000 660.000

1,49 1,86 1,86 12,26 4,60 0,28 12,26

150000

2,79

2.012.500

37,39

5.382.500

100

Ozonisasi Biaya Jumlah (Rp)

1 1

%

650.000 21,48 500.000 16,52 80.000 2,64 200.000 6,61 50.000 1,65 1.480.000 48,91

2.550 2.550 1 2.550

80.000 2,64 60.000 1,98 80.000 2,64 510.000 16,85 191.250 6,32 15.000 0,50 510.000 16,85 100.000

3,30

1.546.250 51.09 3.026.250

100

Tabel 6. Hasil Penjualan AMDIU per bulan Uraian AMDIU RO

Jumlah Galon 3.300

Harga jual (Rp) 4.000

2.250

3.000

AMDIU Ozonisasi

Total Penjualan (Rp) 13.200.000 7.650.000

Total pendapatan usaha AMDIU sistem RO, satu tahun pertama akan menghasilkan pendapatan Rp. 158.400.000, selanjutnya diasumsikan pada tahun ke-2 sampai tahun ke-4 pendapatannya adalah sama tidak mengalami peningkatan penjualan, sehingga total aliran masuk pendapatan usaha selama empat tahun adalah Rp. 633.600.000,-. Sedangkan, total pendapatan usaha AMDIU sistem ozonisasi, satu tahun pertama akan menghasilkan pendapatan Rp. 91.800.000,- selanjutnya diasumsikan pada tahun ke-2 sampai tahun ke-4 pendapatan adalah sama tidak mengalami peningkatan penjualan, sehingga total aliran masuk pendapatan usaha selama empat tahun adalah Rp. 367.200.000,-. 5. Analisa Kelayakan Finansial Data yang digunakan dalam analisa kelayakan adalah data pendapatan bersih, yang diperoleh dengan cara mengurangkan arus kas masuk dengan arus kas keluar. Setelah diperoleh pendapatan bersih dari usaha AMDIU, dilakukan pendiskontoan terhadap pendapatan bersih tersebut sebagai pendekatan adanya nilai uang terhadap waktu. Tingkat diskonto yang digunakan adalah 12% sebagai rataan suku bunga deposito bank umum pada saat kajian. Hasil perhitungan (PBP), NPV, B/C ratio, dan IRR dapat di lihat pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7, usaha AMDIU RO mempunyai nilai PBP 2,42 tahun, artinya perusahaan tersebut mampu mengembalikan investasinya dari modal awal selama dua tahun empat bulan. Nilai BEP yang diperoleh dalam galon, karena produk yang usahakan oleh CV. Candrabali adalah air minum dalam satuan kemasan galon. Nilai BEP yang diperoleh adalah 38.330 galon, artinya jika usaha air minum isi ulang ini dapat menghasilkan penjualan sebanyak 38.330 galon, maka usaha ini baru dapat mencapai titik impas.

Jurnal Industri Kecil Menengah (MPI) Vol. I No. 1 Februari 2006

56 Tabel 7. Hasil analisis finansial usaha AMDIU RO dan ozonisasi Uraian

PBP (tahun)

NPV (Rp)

B/C ratio

BEP (Galon)

IRR (%)

AMDIU RO

2,42

46.669.358,12

1,16

38.330

27,26

AMDIU Ozonisasi

2,84

11.218.921,60

1,09

33.240

17,91

Nilai NPV yang dihasilkan dari usaha AMDIU RO dengan umur usaha selama empat tahun adalah Rp. 46.669.358,12, artinya perusahaan selama menjalankan usahanya mendapatkan keuntungan Rp. 46.669.358,12 setelah dikurangi modal awal. Hasil perhitungan B/C ratio usaha AMDIU diperoleh nilai 1,16 artinya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan 1 satuan akan menghasilkan tingkat pendapatan 1,16 satuan. Untuk penilaian IRR, dihasilkan nilai 27,26%, nilai tersebut lebih tinggi, jika dibandingkan dengan suku bunga deposito bank umum (12%) pada saat kajian, sehingga usaha air minum isi ulang ini dengan teknologi RO layak dilaksanakan. Berdasarkan Tabel 7, usaha AMDIU dengan sistem ozonisasi tersebut mempunyai nilai PBP 2,84 tahun, artinya perusahaan tersebut mampu mengembalikan investasinya dari modal awal selama dua tahun delapan bulan. Nilai BEP yang diperoleh adalah 33.240 galon, artinya jika usaha air minum isi ulang ini dapat menghasilkan penjualan 33.240 galon, maka usaha ini baru mencapai titik impas. Nilai NPV yang dihasilkan dari usaha AMDIU sistem ozonisasi, dengan umur usaha selama empat tahun adalah Rp. 11.218.921,60, artinya perusahaan selama menjalankan usahanya menghasilkan pendapatan Rp. 11.218.921,60 setelah dikurangi modal awal. Hasil perhitungan B/C ratio usaha ini diperoleh nilai 1,09, artinya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan 1 satuan akan menghasilkan tingkat pendapatan 1,09 satuan. Untuk penilaian IRR, dihasilkan nilai 12,49%. Nilai tersebut lebih tinggi, jika dibandingkan dengan suku bunga deposito bank umum (12%) pada saat kajian, sehingga usaha air minum isi ulang dengan sistem ozonisasi layak dilaksanakan. Berdasarkan ukuran-ukuran kriteria kelayakan baik, yang menggunakan sistem RO maupun ozonisasi layak untuk diusahakan dari segi investasi. Namun demikian, dari ukuran teknis, sistem RO memiliki ukuran jauh lebih baik dibanding sistem ozonisasi. Hal ini didasarkan pada sistem RO memiliki standarisasi air minum yang lebih baik. Sebagai ilustrasi, kandungan besi (0,04 mg/l) lebih kecil dibandingkan dengan teknologi Ozonisasi (0,06 mg/l). 6. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman a. Kekuatan 1) Mutu produk baik Produk yang dihasilkan mempunyai mutu yang baik dan dapat bersaing di pasaran, hal ini dapat dilihat dari produk yang dihasilkan sudah memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh badan standarisasi nasional melalui Sucofindo terhadap analisa hasil uji laboratorium. Selain itu, tidak adanya keluhan dari pihak konsumen tentang mutu air. 2) Tenaga kerja setempat Tenaga kerja yang ada di lingkungan masyarakat sekitar industri pengolahan air minum merupakan sisi positif bagi kedua belah pihak, yaitu pihak pemilik AMDIU merasa diuntungkan dengan mempekerjakan tenaga kerja murah dan di pihak masyarakat setempat diuntungkan dengan diberikannya kesempatan untuk menjadi pekerja di industri pengolahan tersebut. 3) Kapasitas produksi yang relatif cukup besar Dibandingkan dengan AMDIU sejenis di lingkungan Cipondoh, AMDIU sistem RO memiliki kapasitas produksi cukup besar. Saat ini, AMDIU mempunyai kapasitas produksi terpasang rataan 110 galon/hari. Hal tersebut masih sangat memungkinkan untuk dilakukan penambahan volume produksi, tetapi dengan tetap memperhatikan permintaan pasar. b. Kelemahan 1) Produksi belum optimal Pemanfaatan kapasitas produksi terpasang belum dapat dilakukan dengan baik, karena penggunaan mesin RO belum optimal, sehingga industri sering tidak dapat memenuhi permintaan pasar.

Jurnal Industri Kecil Menengah (MPI) Vol. I No. 1 Februari 2006

57 2) Keterbatasan modal Faktor modal merupakan faktor yang berpengaruh dalam proses produksi AMDIU. Seluruh kegiatan produksi yang dilakukan sarat dengan biaya, maka sudah dipastikan untuk memproduksi air minum sehat dengan jumlah banyak diperlukan modal tidak sedikit. Kurangnya modal bagi AMDIU dapat menjadi sumber kelemahan, yang pada akhirnya berdampak pada terbatasnya kemampuan AMDIU untuk meningkatkan kapasitas produksi. 3) Biaya produksi yang semakin tinggi Biaya produksi yang tinggi disebabkan oleh volume produksi masih sedikit pada kapasitas yang besar, sehingga biaya per satuan produk menjadi tinggi. Faktor lain yang memicu semakin tingginya biaya produksi adalah naiknya harga bahan baku dan biaya tenaga kerja. 4) Pemasaran yang belum optimal Kegiatan pemasaran lebih banyak pada kegiatan penjualan, sedangkan komponen lain yang ada dalam bauran pemasaran (marketing mix), yaitu penetapan harga dan promosi belum dioptimalkan untuk meraih pangsa pasar yang masih luas. Secara mutu, produk air minum dengan sistem RO yang dihasilkan sudah memiliki standarisasi yang teruji dari Sucofindo dan ISO 14000. 5) Kemampuan manajerial masih masih belum profesional Kemampuan manajerial yang dimiliki oleh pengusaha belum tergali hampir dikatakan tidak ada. Sebagian besar dari AMDIU ini menggunakan sistem usaha keluarga dalam pengelolaannya. Keputusan-keputusan manajerial ditentukan oleh satu orang, yaitu pemilik modal sekaligus pengelola. c. Peluang 1) Meningkatnya permintaan Disamping disebabkan oleh pertumbuhan penduduk, peningkatan permintaan air minum sehat disebabkan oleh pencemaran lingkungan yang parah, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Jabotabek). Hal ini yang telah memicu berkembangnya industri AMDIU semakin meningkat. 2) Meningkatnya konsumsi Peningkatan konsumsi air minum sehat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Pada saat ini, konsumsi masyarakat terhadap air minum sehat semakin tinggi. Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi dari 2,1 - 2,8 l per hari (Supriyatin, 2004). 3) Pola konsumsi masyarakat yang berubah Pola konsumsi berubah, karena masyarakat pada saat ini sudah berpikir tentang keutamaan kesehatan dibandingkan harga yang harus dibayar. Kecenderungan ini akan terus meningkat seiring dengan peningkatan tingkat pendidikan masyarakat. Dengan demikian, prospek air minum sehat ini cukup menjanjikan. 4) Hubungan baik dengan pemasok Selama ini AMDIU selalu menjaga hubungan baik dengan pihak pemasok bahan baku (PAM), maupun dengan pihak penyedia air bersih (dari pegunungan). Hubungan baik dijaga dengan cara menciptakan kondisi bisnis yang saling menguntungkan kedua belah pihak. d. Ancaman 1) Ketersediaan Bahan Baku Ketersediaan air bersih di wilayah Tangerang dan sekitarnya untuk saat ini masih dapat memenuhi AMDIU, tetapi dengan semakin berkurangnya wilayah yang terbebas dari pencemaran telah mengakibatkan perlunya ketersedian bahan baku yang mencukupi. 2) Adanya produk pengganti Walaupun tidak menjadi ancaman yang serius, produk pengganti air minum seperti air minum bersoda, maupun air minum dalam kemasan dapat menjadi ancaman produk AMDIU. 3) Pesaing dari Industri Besar Disamping menghadapi persaingan dengan industri kecil lainnya di satu daerah dengan segmen pasar yang sama, industri ini harus bersaing dengan pesaing besar yang berasal dari daerah lain yang lebih maju dalam teknologi maupun pangsa pasar. Salah satu pesaing yang perlu menjadi perhatian adalah industri air minum dalam kemasan.

Jurnal Industri Kecil Menengah (MPI) Vol. I No. 1 Februari 2006

58 Formulasi kebijakan kualitatif pada Tabel 8 dapat dirumuskan sebagai berikut : 1) Strategi S-O (kombinasi S 1 - S 3 dengan O 1 - O 3 ) Strategi ini didapatkan dengan memanfaatkan dan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki oleh AMDIU untuk mengambil atau memanfaatkan peluang yang ada, yaitu : a) Meningkatkan produktivitas untuk meningkatkan laba. b) Memanfaatkan potensi pasar yang masih besar, dengan memaksimalkan sumber daya yang ada. c) Meningkatkan skala usaha dengan memperkuat permodalan. d) Memperluas jaringan pemasaran dengan bekerjasama dengan pemasok berbahan baku air bersih 2) Strategi S-T (kombinasi S 1 - S 3 dengan T 1 - T 4 ) Strategi ini didapatkan dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki industri AMDIU dalam mengantisipasi ancaman yang ada, yaitu : a) Melakukan pengembangan dan perluasan pasar untuk meningkatkan pemasaran produknya b) Meningkatkan dan menjaga mutu produk yang dihasilkan untuk meningkatkan loyalitas pelanggan c) Meningkatkan kerjasama dan kemitraan yang saling menguntungkan dengan pemasok dan industri sejenis. 3) Strategi W-O (kombinasi W 1 - W 4 dengan O 1 - O 3 ) Strategi ini didapatkan dengan usaha menekan atau meminimalisasi kelemahan yang dimiliki industri AMDIU untuk memanfaatkan peluang yang ada saat ini, yaitu : a) Memanfaatkan lembaga perbankan untuk meningkatkan modal dan mengembangkan usaha. b) Menekan biaya produksi dengan meningkatkan efisiensi, terutama dalam pengadaan bahan baku untuk meningkatkan perolehan laba. c) Meningkatkan kerjasama dengan lembaga pemasaran guna mencari peluang pasar baru. d) Strategi untuk mempertahankan mutu adalah dengan pengendalian bahan baku dan pengawasan mutu produksi secara konsisten. 4) Strategi W-T (kombinasi W 1 -W 4 dengan T 1 -T 4 ) Strategi ini didapatkan melalui usaha meminimalisasi kelemahan yang dimiliki industri AMDIU untuk mengantisipasi ancaman atau untuk menghadapi kemungkinan ancaman yang ada dari lingkungan eksternal AMDIU, yaitu : a) Meningkatkan teknologi produksi dan mutu dengan standar mutu yang diinginkan oleh pasar. b) Memanfaatkan lembaga permodalan sebagai penunjang kegiatan industri. c) Mengembangkan sistem distribusi. Pemilihan alternatif strategi tersebut dilakukan dengan cara memberikan bobot pada setiap unsur SWOT yang telah diidentifikasi sesuai dengan tingkat kepentingannya. Tingkat kepentingan dari unsur SWOT diberi bobot 1, 2, 3, 4 dan 5 (Tabel 9). Setelah pembobotan terhadap unsur-unsur SWOT dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan nilai kepentingan dari setiap alternatif strategi yang diperoleh dalam analisis SWOT berdasarkan jumlah akumulasi keterkaitan antar unsur SWOT yang menghasilkan strategi tersebut (Tabel 10). Selanjutnya dari hasil penjumlahan itu, masingmasing alternatif strategi diberi peringkat (rangking) yang merupakan urutan strategi terbaik berdasarkan kondisi perusahaan saat ini. Alternatif strategi yang terpilih untuk diimplementasikan diambil dari lima rangking tertinggi, yaitu rangking 1, 2, 3, 4 dan 5. Berdasarkan analisis tersebut, strategi yang paling efektif dilakukan oleh perusahaan adalah meningkatkan teknologi produksi dan mutu produk (skor 26), memperluas jaringan pemasaran (skor 22), memaksimalkan tenaga kerja (skor 20), mempertahankan dan menjaga produk yang dihasilkan (skor 19), serta meningkatkan kerjasama dengan pemasok dan industri sejenis (skor 18). Kelima strategi tersebut dapat dilaksanakan secara bersamaan, karena saling mendukung satu dengan yang lainnya.

Jurnal Industri Kecil Menengah (MPI) Vol. I No. 1 Februari 2006

59 Tabel 8. Matriks Analisis SWOT Faktor internal

Faktor Eksternal PELUANG (O) O1. Meningkatnya permintaan O2. Meningkatnya konsumsi O3. Pola konsumsi masyarakat berubah

KEKUATAN (S) S1. Mutu produk baik S2. Tenaga kerja setempat S3. Kapasitas produksi relatif cukup besar Strategi SO 1. Meningkatkan produktivitas (O1,O2; S1,S2) 2. Memaksimalkan sumber daya yang ada (O1,O2; S1,S2) 3. Memperkuat permodalan (O1 ; S2,S3) 4. Memperluas jaringan pemasaran (O1,O2,O3 ; S3)

KELEMAHAN (W) W1. Produksi belum optimal W2. Keterbatasan modal W3. Biaya poduksi semakin tinggi W4. Pemasaran belum optimal Strategi WO 1. Memanfaatkan jasa perbankan untuk pengembangan usaha (O1,O2 ; W2,W3) 2. Meningkatkan efisiensi pengadaan bahan baku (O1,O2 ; W1,W3) 3. Meningkatkan pemasaran guna mendapatkan laba (O3 ; W1,W4)

ANCAMAN (T) T1. Ketersediaan bahan baku T2. Nilai tukar rupiah fluktuatif T3. Adanya produk pengganti T4. Pesaing dari industri besar

Strategi ST Strategi WT 1. Melakukan perluasan pasar 1. Meningkatkan teknologi melalui diversifikasi produk produksi dan mutu produk (kemasan kecil) (T1,T3,T4 ; (T1,T3,T4 ; W1,W3,W4) S1) 2. Memanfaatkan lembaga 2. Mempertahankan dan permodalan alternatif menjaga mutu produk yang (T2,T3;W1,W2,W3) dihasilkan (T1 ; S1,S2) 3. Mengembangkan sistem 3. Meningkatkan kerjasama distribusi (T4;W4) dengan pemasok dan industri sejenis (T1,T2 ; S1,S3) Keterangan : - (Oi ; Si) atau (Oi ; Wi) atau (Ti ; Si) atau (Ti ; Wi) menunjukkan kombinasi lingkungan eksternal dengan internal dalam menghasilkan pilihan strategi - i = 1,2,……..n

Tabel 9. Tingkat kepentingan unsur SWOT pada CV. Candrabali pada tahun 2005 Unsur SWOT Strengths (S) S1. Mutu produk baik S2. Tenaga kerja setempat S3. Kapasitas produksi yang besar Weaknesses (W) W1. Produksi belum optimal W2. Keterbatasan modal W3. Biaya produksi yang semakin tinggi W4. Pemasaran belum optimal Opportunities (O) O1. Meningkatnya permintaan O2. Meningkatnya konsumsi masyarakat O3. Pola konsumsi yang berubah Threats (T) T1. Ketersediaan bahan baku T2. Nilai tukar rupiah yang fluktuatif T3. Adanya produk pengganti T4. Banyaknya pesaing Keterangan : 1 = Sangat tidak penting 2 = Tidak penting 4 = Penting 5 = Sangat penting

Kepentingan 5 3 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 3 4 3 = Sedang

Jurnal Industri Kecil Menengah (MPI) Vol. I No. 1 Februari 2006

60 Tabel 10. Penentuan alternatif strategi terbaik pada CV. Candrabali pada tahun 2005 Alternatif Strategi Strategi S-O 1. Meningkatkan produktivitas 2. Memaksimalkan tenaga kerja 3. Memperkuat permodalan 4. Memperluas jaringan pemasaran Strategi W-O 1. Memanfaatkan jasa perbankan untuk pengembangan usaha 2. Meningkatkan efisiensi bahan baku 3. Meningkatkan pemasaran guna mendapatkan laba Strategi S-T 1. Meningkatkan perluasan pasar melalui diversifikasi produk (kemasan kecil) 2. Mempertahankan dan menjaga mutu produk yang dihasilkan Alternatif Strategi 3. Meningkatkan kerjasama dengan pemasok dan industri sejenis Strategi W-T 1. Meningkatkan teknologi produksi dan mutu produk 2. Memanfaatkan lembaga permodalan alternatif 3. Mengembangkan sistem distribusi

Keterkaitan

Kepentingan

Ranking

(O1,O2,S1,S2) (O1,O2,O3,S1,S2) (O1,S2,S3) (O1,O2,O3,S2,S3)

17 20 12 22

6 3 11 2

(O1,W2,W3)

13

10

(O1,W1,W3) (O3,W1,W4)

14 15

9 8

(T1,T3,T4,S1)

16

7

(T1,T3,T4,S1,S2)

19

4

Kepentingan 18

Ranking 5

(T1,T2,T3,W1,W3, W4) (T2,W2,W3)

26

1

14

9

(T4,W4)

9

12

Keterkaitan (T1,T2,S1,S3)

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. b.

Secara umum, kelayakan teknis penjernihan sistem RO memiliki tingkat keamanan yang tinggi dalam memproduksi air minum sehat. Berdasarkan analisis kelayakan finansial, modal investasi yang diperlukan untuk jenis usaha AMDIU dengan sistem RO membutuhkan modal Rp. 153.300.000,-. Sedangkan untuk AMDIU dengan sistem non RO membutuhkan modal Rp. 99.700.000,-. Berdasarkan kriteria kelayakan finansial kedua sistem tersebut layak diusahakan, ditunjukkan dengan nilai PBP (2,42 tahun), BEP (38.330 galon), NPV Rp. 46.669.358,12., B/C ratio (1,16) dan IRR (27,26%) pada usaha AMDIU sistem RO. Sedangkan usaha AMDIU sistem non RO mempunyai nilai PBP (2,84 tahun), BEP (33.240 galon), NPV Rp. 11.218.921,60, B/C ratio (1,09) dan IRR (17,91%).

2. Saran a. b. c.

Upaya memperoleh laba maksimum dalam penjualan air isi ulang ini, produsen perlu memperhatikan mutu air, pasar sasaran dan efisiensi biaya dalam produksi. Pengembangan distribusi atau tempat diarahkan melalui pengembangan agen dan distributor khususnya AMDIU dengan sistem ozonisasi. Selain memperhatikan aspek mutu dan harga untuk dapat mengikuti persaingan usaha AMDIU pihak manajemen juga perlu memperhatikan peningkatan mutu layanan yang diberikan.

Jurnal Industri Kecil Menengah (MPI) Vol. I No. 1 Februari 2006

61 DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2004. Kriteria Uji Air Minum Dalam Kemasan dan Air Isi Ulang Sistem Ozonisasi. PDAM Tangerang. 2003. Company Profile. Tangerang. Rangkuti, F. 1999. Analisa SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Utama, Jakarta.

PT. Gramedia Pustaka

Sidharta, W. 2003. Mengamankan Air Isi Ulang. Kompas, Jakarta. Sucofindo. 2004. Kriteria Uji Air Minum dalam Kemasan dan Air Isi Ulang Sistem RO. Supriyatin. 2004. Sehat : Keamanan air minum isi ulang. http//groups.or.id/pipermail/kb/2004Januari/000227.hmtl. Sutojo. 1993. Studi Kelayakan Proyek. PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Wiriya, S. 1996. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Alumni, Bandung.

Jurnal Industri Kecil Menengah (MPI) Vol. I No. 1 Februari 2006