ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

Download Accepted: February 25, 2017. Online Published: February 28, 2017. ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA. DALAM PEMECAHAN MASALAH ...

0 downloads 454 Views 646KB Size
DOI:10.20961/paedagogia.v20i1.16600 Hal. 78-87 Vol. 20 No. 1,Februari Tahun 2017 p-ISSN 0126-4109; e-ISSN 2549-6670

Jurnal Penelitian Pendidikan, http://jurnal.uns.ac.id/paedagogia

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Yaumil Sitta Achir, Budi Usodo, Rubono Setiawan* Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta Abstract: This research aims at describing the students‘ ability in mathematical communication to solve the material Linear Equation System of Two Variables (SPLDV). This is a descriptive qualitative research. The research subjects are the students of class VIII State Junior High Sechool 16 (SMP Negeri 16) Surakarta. The data were analyzed with data the reduction technique, data presentation, and conclusion. The data were validated with time triangulation. The result shows that: 1) the students‘ ability in mathematical communication with with Filed Dependent (FD) model could account for the situation, but could not present the problems; could present mathematics entirely, but could not solve the problems, could not get solutions, and could not interpret the solution. The FD students were in 1-2 level (in low-mid category); 2) the Field Independent (FI) students‘ mathematical communication could account for the situation, could present the problems; could present mathematics entirely and separately , could use concept and strategy, could solve the problems, could get solutions, and could interpret the solution. The FI students were in 3-4 level (in high-very high category). Key words: Field Dependent, Field Independent, mathematical communication Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan dan mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa pemecahan masalah materi SPLDV. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 16 Surakarta. Analisis data dilakukan dengan teknik reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Validitas data menggunakan teknik triangulasi waktu. Hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) Kemampuan komunikasi matematis siswa gaya Field Dependent (FD) mampu menjelaskan situasi, tidak mampu menyajikan permasalahan, mampu merepresentasikan matematika secara utuh, belum mampu memecahkan masalah, tidak mampu mendapatkan solusi, dan tidak mampu menafsirkan solusi. Siswa FD berada pada level 1-2 (kategori rendah-sedang); (2) Kemampuan komunikasi matematis siswa gaya Field Independent (FI) mampu menjelaskan situasi, mampu menyajikan permasalahan, mampu merepresentasi matematika secara utuh dan terpisah, mampu menggunakan konsep dan strategi, mampu *Alamat korespondensi: Jalan Ir. Sutami 36 A. FKIP. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

78

e-mail: [email protected]

Received: January 20, 2017

Accepted: February 25, 2017

Online Published: February 28, 2017

memecahkan masalah, mampu mendapatkan solusi, dan mampu menafsirkan solusi. Siswa FI berada pada level 3-4 (kategori tinggi-sangat tinggi). Kata kunci: field dependent, field independent, komunikasi matematis

PENDAHULUAN

merupakan fokus dalam pembelajaran matematika. dalam setiap kesempatan,

Dalam kehidupan sehari-hari,

pembelajaran matematika hendaknya

seseorang tidak terlepas dari suatu

dimulai dengan pengenalan masalah

komunikasi. Komunikasi dapat berlang-

yang sesuai dengan situasi (contextual

sung antar individu, kelompok, sosial,

problem). Sistem Persamaan Linear

dan lain sebagainya. Komunikasi adalah

Dua Variabel (SPLDV) merupakan sa-

pertukaran verbal dari pemikiran dan

lah

gagasan. Dengan kata lain, komunikasi

menyajikan masalah sesuai situasi yang

merupakan penyampaian pesan secara

ada (contextual problem), yaitu perma-

lisan maupun tulisan. Pada kegiatan

salahan

belajar mengajar, kemampuan komu-

dengan kehidupan sehari-hari. Melalui

nikasi sangat dibutuhkan dalam men-

soal cerita yang mengangkat permasala-

capai

salah

han sehari-hari ini, siswa dituntut untuk

satunya dalam pembelajaran matemat-

mengomunikasikan bahasa sehari-hari

ika sebagaimana yang termuat dalam

ke dalam bahasa matematika dan

Peraturan

No.

menafsirkan hasil perhitungan yang dil-

506/C/PP/2004 tanggal 11 November

akukan sesuai permasalahan yang diberi

2004 tentang Penilaian Perkembangan

untuk memperoleh suatu pemecahan

Anak Didik Sekolah Menengah Pertama

(Desmita.2009).

tujuan

pembelajaran,

Dirjen

Dikdasmen

satu

materi

sederhana

matematika

yang

yang

berkaitan

(SMP) bahwa aspek penilaian matemat-

Berdasarkan hasil observasi

ika dalam rapor dikelompokkan menjadi

peneliti di kelas VIII B dan VIII D SMP

tiga aspek, yaitu: (1) pemahaman kon-

N 16 Surakarta pada semester ganjil ta-

sep, (2) penalaran dan komunikasi, serta

hun ajaran 2015/2016 dan wawancara

(3) pemecahan masalah. Latar belakang

dengan guru pengampu matematika ke-

pada lampiran dokumen Standar Isi

las tersebut, diperoleh informasi secara

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006

umum bahwa kemampuan komunikasi

bahwa pendekatan pemecahan masalah

matematika peserta didik kelas VIII

Yaumil Sitta Achir. dkk. Analisis kemampuan komunikasi

.........

79

SMP N 16 Surakarta masih rendah.

puan komunikasi matematis siswa ditin-

Berikut hasil observasi yang diperoleh:

jau dari gaya kognitif di SMP Negeri 16

(1) Sebagian besar peserta didik tidak

Surakarta dalam memecahkan masalah

menuliskan apa yang diketahui dan

pada materi Sistem Persamaan Linear

ditanyakan,

Dua Variabel (SPLDV). Adapun tujuan

serta

matematikakan

tidak

masalah

memodelkontekstual

dari

penelitian

ini

adalah

untuk

yang ada, (2) Sebagian besar peserta

mendeskripsikan tingkat kemampuan

didik tidak menjelaskan konsep dan

komunikasi matematis secara tertulis

strategi yang mereka gunakan dalam

siswa yang memiliki gaya kognitif FD

pemecahan masalah, (3) Sebagian besar

dan FI kelas VIII SMP Negeri 16 Sura-

siswa tidak menafsirkan solusi masalah

karta dalam pemecahan masalah ma-

matematika yang ia peroleh kembali ke

tematika pada materi Sistem Persamaan

dalam masalah kontekstual.

Linear Dua Variabel (SPLDV)

Kemampuan komunikasi matematis pun berkaitan dengan gaya kognitif. Hal ini dikarenakan gaya kognitif

METODE PENELITIAN Penelitian

ini

merupakan

berpengaruh terhadap pemrosesan in-

penelitian kualitatif dengan pendekatan

formasi dalam otak siswa sehingga akan

penelitian yaitu metode deskriptif kuali-

terjadi perbedaan penyampaian ide-ide

tatif mengenai komunikasi matematis

matematis siswa pada masing-masing

siswa dalam pemecahan masalah ma-

gaya kognitif. Setiap individu memiliki

tematika pada materi sistem persamaan

gaya kognitif yang berbeda-beda tidak

linear dua variabel Sistem Persamaan

terkecuali bagi siswa. Ada banyak tipe

Dua variabel (SPLDV) ditinjau dari ga-

kognitif, salah satu tipe yang sering

ya kognitif. Penelitian ini dilaksanakan

digunakan adalah gaya kognitif menurut

di kelas VIII B SMP N 16 Surakarta

Witkin et.al yaitu gaya kognitif Field

tahun ajaran 2015/2016.

Independent (FI) dan gaya kognitif

Data dalam penelitian ini berupa

Field Dependent (FD) (Widaningrum,

data kemampuan komunikasi matematis

K.2014).

secara tertulis siswa dengan sumber da-

Dari hal-hal yang telah diuraikan

ta utama yaitu data hasil pekerjaan

di atas, muncul pemikiran untuk men-

siswa dalam memecahkan masalah ma-

gadakan penelitian mengenai kemam-

tematika SPLDV. Subjek penelitian da-

80

Jilid 20, Nomor 1, bulan Februari 2017, halaman 78-87

lam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII

cahan masalah I dan tes pemecahan

B SMP N 16 Surakarta Tahun Ajaran

masalah II. Apabila data dari hasil tes

2015/2016 yang dipilih berdasarkan

pemecahan

hasil pengkategorian gaya kognitif dan

pemecahan masalah II terjadi keco-

kemampuan

kemudian

cokan, maka data dari subjek penelitian

dipilih subjek penelitian menggunakan

tersebut dapat digunakan sehingga dapat

purposive sampling untuk dilakukan

ditarik simpulan.

wawancara

awal

siswa,

berbasis

tugas.

masalah

I

dengan

tes

Pada

Prosedur yang digunakan dalam

penelitian ini didapatkan 2 subjek

penelitian ini adalah melalui 4 tahap

dengan kategori FD dan 2 subjek

menurut Moleong,(2012) yaitu: tahap

dengan kategori FI.

pralapangan; tahap pekerjaan lapangan

Pengumpulan

data

dalam

dimana

pada

tahap

gaya

peneliti

penelitian ini dilakukan dengan metode

melakukan

tes dan wawancara, yaitu (1) dilakukan

menganalisis tes gaya kognitif, menen-

tes gaya kognitif untuk mengkategori-

tukan subjek wawancara, melakukan

kan siswa ke dalam gaya kognitif FI

wawancara dan validasi data; tahap ana-

atau FD; (2) melihat kemampuan awal

lisis data dimana pada tahap ini peneliti

siswa berdasarkan hasil ujian matemat-

melakukan reduksi data, menyajikan

ika tengah semester ganjil; (3) memilih

data, serta menarik kesimpulan; dan

subjek untuk dilakukan wawancara ber-

tahap penyusunan laporan penelitian

basis tugas dengan teknik purposive

tes

ini

kognitif,

.

sampling. Instrumen

utama

dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan

penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sedangkan

instrumen

bantu

dalam

penelitian ini berupa hasil tes gaya kognitif dan wawancara berbasis tugas. Untuk menguji keabsahan suatu data digunakan teknik validasi data yaitu triangulasi waktu. Dalam penelitian ini, triangulasi

waktu

digunakan

untuk

membandingkan data hasil tes peme-

lompokkan

haya

hasil

penge-

kognitif,

mencari

subjek dengan kemampuan awal yang setara, serta konsultasi pada guru mata pelajaran matematika SMP N 16 Surakarta,

proses

penentuan

subjek

penelitian selanjutnya diambil beberapa siswa dengan teknik purposive sampling, sehingga didapatkan 4 siswa yang

Yaumil Sitta Achir. dkk. Analisis kemampuan komunikasi

.........

81

dijadikan subjek penelitian, 2 dian-

2. Tidak mampu menyajikan permasa-

taranya memiliki gaya kognitif FD dan

lahan ke dalam model matematika

2 lainnya memiliki gaya kognitif FI.

dengan tepat. Berikut merupakan

Data yang diperoleh selanjutnya

penjelasan siswa terkait hal tersebut:

dipaparkan, triangulasi, dan dianalisis berdasarkan indikator ketercapaian kemampuan komunikasi matematis. Dari rangkaian prosedut tersebut di atas, didapat tiap subjek memiliki

Gambar 2

tingkat kemampuan komunikasi matematis yang berbeda. Subjek 1 FD

3. Mampu menggunakan representasi

hanya mencapai level 1 yaitu masuk

matematika dari informasi yang

dalam kategori rendah, subjek 2 FD

tersaji secara utuh. Berikut merupa-

mencapai level 2 yaitu kategori sedang,

kan penjelasan siswa terkait hal ter-

subjek 1 FI mencapai level 3 yaitu kate-

sebut:

gori tinggi, dan subjek 2 FI mencapai level 4 yaitu kategori sangat tinggi. Dari hasil kedua subjek kategori gaya kognitif FD tersebut, diperoleh kesamaan

karakteristik

dari

kedua

subjek FD yaitu :

Gambar 3

1. Mampu menjelaskan situasi/ permasalahan dengan menyatakan hal-hal

4. Tidak mampu mendapatkan solusi

yang diketahui dan ditanyakan.

akhir dari hasil pekerjaannya. Beri-

Berikut merupakan penjelasan siswa

kut merupakan penjelasan siswa

terkait hal tersebut:

terkait hal tersebut:

Gambar 4 Gambar 1 82

Jilid 20, Nomor 1, bulan Februari 2017, halaman 78-87

5. Tidak mampu menafsirkan solusi

Dari hasil kedua subjek kategori

matematika yang ia peroleh. Berikut

gaya kognitif FI tersebut, diperoleh

merupakan penjelasan siswa terkait

kesamaan karakteristik dari dua subjek

hal tersebut:

FI yaitu : 1. Mampu menyatakan hal-hal yang diketahui dan dinyatakan dari permasalahan secara tepat. Berikut merupakan penjelasan siswa terkait Gambar 5

hal tersebut:

Hasil analisis pada siswa FD sesuai dengan teori Witkin yang menyatakan bahwa gaya kognitif FD memiliki karakteristik sebagai berikut: kesulitan memproses informasi, cenderung hanya menerima informasi yang diberikan dan

Gambar 6

tidak mampu mengorganisasi kembali, persepsi kuat ketika dimanipulasi sesuai

2. Mampu membuat pemodelan ma-

konteksnya namun lemah ketika terjadi

tematika. Berikut merupakan pen-

perubahan konteks, sulit fokus pada satu

jelasan siswa terkait hal tersebut:

aspek cenderung mengikuti tujuan yang sudah ada, menganalisis pola menjadi bagian-bagian yang berbeda, serta memandang objek secara global dan menyatu dengan lingkungan sekitar. Selain itu, siswa dengan gaya kognitif

Gambar 7

FD berorientasi sosial sehingga tampak

3. Mampu merepresentasikan informa-

baik hati, ramah, bijaksana, baik budi

si yang utuh maupun yang terpisah

dan penuh kasih saying terhadap indi-

dari informasi pada masalah ke da-

vidu lain serta mengutamakan motivasi

lam model matematika dengan te-

eksternal dan berpikir secara global

pat. Berikut merupakan penjelasan

(Witkin,dkk.,1977).

siswa terkait hal tersebut:

Yaumil Sitta Achir. dkk. Analisis kemampuan komunikasi

.........

83

6. Mampu mendapatkan solusi yang Gambar 8

tepat dari hasil pekerjaannya. Berikut merupakan penjelasan siswa

4. Mampu menggunakan konsep dan

terkait hal tersebut:

strategi yang ia pilih. Berikut merupakan penjelasan siswa terkait hal tersebut:

Gambar 11 7. Mampu menafsirkan solusi matematika yang diperoleh kembali ke permasalahan kontekstual. Berikut Gambar 9

merupakan penjelasan siswa terkait hal tersebut:

5. Mampu

melaksanakan

langkah-

langkah komputasi dalam pemecahan

masalah

secara

tepat

dan

Gambar 12

sistematis. Berikut merupakan penjelasan siswa terkait hal tersebut:

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori Witkin yang menyatakan bahwa gaya kognitif FI memiliki karakteristik sebagai berikut: berpikir secara analitis dan mampu memproses informasi, mampu mengorganisasi objek yang belum terorganisir dan mereorganisasi objek yang sudah terorganisir, ser-

Gambar 10

ta dapat menganalisis untuk memisahkan objek dari lingkungan sekitar

84

Jilid 20, Nomor 1, bulan Februari 2017, halaman 78-87

sehingga persepsi tidak terpengaruh jika

ditanyakan;

terjadi perubahan konteks dan menun-

menyajikan permasalahan ke dalam

jukkan bagian-bagian terpisah dari pola

model matematika dengan tepat; (c)

keseluruhan dan mampu menganalisis

Mampu

pola

matematika dari informasi yang tersaji

ke

dalam

komponen-

(b)

Tidak

menggunakan

utuh;

(d)

mampu

representasi

komponennya. Selain itu, siswa dengan

secara

Belum

mampu

gaya kognitif FI berorientasi imperson-

melaksanakan langkah-langkah peme-

al, mengutamakan motivasi internal,

cahan masalah dengan tuntas; (e)Tidak

lebih terpengaruh oleh penguatan inter-

mampu mendapatkan solusi akhir dari

nal, memandang objek terdiri dari bagi-

hasil pekerjaannya; (f)Tidak mampu

an-bagian diskrit dan terpisah dari ling-

menafsirkan solusi matematika yang ia

kungan (Witkin,dkk.,1977).

peroleh

Dengan demikian, gaya kognitif

Kemampuan siswa dengan ga-

mempengaruhi cara seseorang untuk

ya kognitif FD berada pada rentang

memproses informasi seperti ketika

level 1-2, hal ini menunjukkan bahwa

mengomunikasikan ide/ gagasan dalam

siswa

pemecahan masalah.

memiliki

Hasil penelitian ini didukung

dengan

gaya

kemampuan

kognitif

FD

komunikasi

matematis tertulis termasuk dalam kate-

oleh penelitian Pratiwi (2013) yang me-

gori rendah-sedang.

nyimpulkan siswa dengan gaya kognitif

Kemampuan

komunikasi

FI lebih baik daripada siswa dengan ga-

matematis siswa dengan gaya kognitif

ya kognitif FD dalam kemampuan

FI sebagai berikut : (a) Mampu men-

komunikasi matematis dan pemecahan

jelaskan situasi/ permasalahan dengan

masalah.

menyatakan hal-hal yang diketahui dan dinyatakan dari permasalahan secara

KESIMPULAN

tepat; (b) Mampu menyajikan permasalahan ke dalam model matematika

Kemampuan komunikasi matematis siswa dengan gaya kognitif FD sebagai berikut: (a) Mampu menjelaskan

situasi/

permasalahan

dengan

menyatakan hal-hal yang diketahui dan

dengan tepat; (c) Mampu menggunakan representasi matematika dari informasi yang tersaji secara utuh maupun yang terpisah dari informasi pada masalah ke dalam model matematika dengan tepat;

Yaumil Sitta Achir. dkk. Analisis kemampuan komunikasi

.........

85

(d) Mampu menggunakan konsep dan

dengan gaya kognitif FI agar lebih

strategi yang ia pilih; (f) Mampu

dibimbing

melaksanakan langkah-langkah kom-

argumen saat mengomunikasikan ide

putasi dalam pemecahan masalah secara

matematis secara tertulis; (b) Guru

tepat

matematika

dan

sistematis;

(g)

Mampu

dalam

mengembangkan

hendaknya

memberikan

mendapatkan solusi yang tepat dari

evaluasi pembelajaran berupa tes uraian

hasil

Mampu

dengan memberikan pertanyaan berupa

menafsirkan solusi matematika yang

poin-poin yang membimbing siswa un-

diperoleh kembali ke permasalahan

tuk mengomunikasikan ide-ide matema-

kontekstual.

tisnya secara tertulis sehingga siswa

pekerjaannya;

(h)

Kemampuan siswa dengan

tidak hanya berorientasi kepada hasil;

gaya kognitif FI berada pada rentang

(c)Bagi peneliti lain yang ingin meneliti

level 3-4, hal ini menunjukkan bahwa

hal yang sejenis dengan penelitian ini

siswa dengan gaya kognitif FI memiliki

dapat meneliti kemampuan komunikasi

kemampuan komunikasi matematis ter-

matematis siswa FI secara lisan. Hal ini

tulis termasuk dalam kategori tinggi-

diharapkan dapat memberikan penge-

sangat tinggi.

tahuan tentang deskripsi kemampuan

Berdasarkan

simpulan

siswa FI dalam memberikan argu-

hasil penelitian di atas dapat dikemuka-

menttasi secara lisan, apakah siswa FI

kan saran sebagai berikut: (a) Guru

dapat memberikan argumentasi secara

matematika hendaknya lebih mem-

lisan lebih lengkap dan jelas dibanding

bimbing siswa FD dalam meng-analisis

argumentasi secara tertulis-nya atau tid-

informasi yang tersaji pada soal dalam

ak.

mengomunikasikan

ide-ide

matema-

tisnya secara tertulis, sedangkan siswa DAFTAR PUSTAKA Depdiknas .2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta : Depdiknas. Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

86

Jilid 20, Nomor 1, bulan Februari 2017, halaman 78-87

Moleong, L.J. (2012). Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Widaningrum, K. (2014). Analisis Kemampuan Siswa dalam Mengkomunikasikan Pemecahan Masalah Non Rutin pada Materi Segiempat ditinjau dari Adversity Quotient (AQ). Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Witkin, H.A., Moore, C.A., Goodenough, D.R., dan Cox, P. W. (1977). Fielddependent and Field-independent Cognitive Style and their Educational Implications. Review of educational Research 47. Pp. 1-64.

Yaumil Sitta Achir. dkk. Analisis kemampuan komunikasi

.........

87