ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN ASURANSI KERUGIAN DAN ASURANSI

Download perbandingan tingkat risiko keuangan perusahaan asuransi kerugian dan asuransi ...... Laporan keuangan sebagai alat untuk menilai kinerja k...

0 downloads 403 Views 3MB Size
ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN ASURANSI KERUGIAN DAN ASURANSI JIWA

YUSUF MAULANA

DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Komparatif Risiko Keuangan Asuransi Kerugian dan Asuransi Jiwa adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014

Yusuf Maulana NIM H24100125

ABSTRAK YUSUF MAULANA. Analisis Komparatif Risiko Keuangan Asuransi Kerugian dan Asuransi Jiwa. Dibimbing oleh ALI MUTASOWIFIN. Perusahaan asuransi yang baik harus bisa mengelola risiko keuangan yang dihadapi setiap tahunnya. Dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015, perusahaan asuransi akan berlomba-lomba untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan agar dapat menarik perhatian nasabah dan investor. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui dan menganalisis perbandingan kinerja perusahaan asuransi kerugian dan asuransi jiwa dengan analisis rasio-rasio keuangan; 2) mengetahui perbandingan tingkat risiko keuangan perusahaan asuransi kerugian dan asuransi jiwa dengan metode Altman Z-score. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan asuransi yang memiliki premi bruto di atas 1 triliun menggunakan analisis rasio keuangan dan altman z-score yang diolah menggunakan Microsoft Excel 2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan asuransi kerugian lebih baik dalam mengelola risiko keuangan dibandingkan perusahaan asuransi jiwa, sedangkan perusahaan asuransi jiwa memiliki z-score yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan asuransi kerugian. Kata kunci : altman z-score, asuransi, risiko keuangan

ABSTRACT YUSUF MAULANA. Comparative Analysis of Financial Risk of General Insurance and Life Insurance. Supervised by ALI MUTASOWIFIN. Good insurance companies must be able to manage their financial. With the upcoming of ASEAN Economic Community in 2015, insurance company will have to improve their financial performance in order to attract customers and investors. This research aimed at 1) analyzing the financial risk comparison of the general insurance and life insurance with financial ratios analysis; 2) analyzing comparison of financial risk of general insurance and life insurance with the altman z-score methods. The research is conducted at the insurance company which has a gross premium above Rp. 1 trillion, using financial ratio analysis and altman z-score method, and processed using Microsoft Excel 2013. The result showed that general insurance company is better in managing financial risk than life insurance company, meanwhile life insurance company have a better z-score than general insurance company. Keyword : altman z-score, financial risk, insurance

ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN ASURANSI KERUGIAN DAN ASURANSI JIWA

YUSUF MAULANA

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya tulis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksananakan pada bulan Februari 2014 sampai dengan Mei 2014 ini adalah Analisis Komparatif dengan judul Analisis Komparatif Risiko Keuangan Asuransi Kerugian dan Asuransi Jiwa. Terima kasih penulis kepada Bapak Ali Mutasowifin, S.E, M.Ak selaku pembimbing atas perhatian, dukungan dan saran yang telah diberikannya. Disamping itu, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak drh. Darmansyah dan Ibu Maya Komala selaku orang tua penulis atas doa, dukungan, kasih sayang dan cinta yang luar biasa. Terima kasih kepada owner Ardnesia.com (I Putu Angga Kusumaharta) atas inspirasi hidup yang diberikan kepada penulis. Juga kepada Anak Warkop Bara 4 (Eril, Guntur, Willy, Zulfikar, Angga, Risky, Arbin, Fajar) yang selalu menemani hari-hari penulis selama kuliah dan di warkop, dan kepada Mutasowifin Group (Nofrida, Alvinda, Eka dan Sonia) yang berjuang bersama penulis. Serta kepada semua teman-teman Manajemen 47 atas doa dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014 Yusuf Maulana

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian

5

TINJAUAN PUSTAKA

5

Jenis Kelompok Usaha

5

Laporan Keuangan

6

Analisis Laporan Keuangan

6

Analisis Diskriminan (Altman Z-Score)

8

Penelitian Terdahulu

9

METODE

10

Kerangka Pemikiran Penelitian

10

Lokasi dan Waktu Penelitian

12

Jenis dan Sumber Data

12

Metode Pengolahan Data

12

Variable Penelitian

12

Pengolahan dan Analisis Data

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

13

Risk Based Capital (RBC)

13

Debt Ratio

14

Expenses Ratio

15

Investment to Technical Ratio

16

Liability to Liquid Assets Ratio

17

Return On Assets

18

ii

Return On Equity

19

Analisis Z-Score

20

Implikasi Manajerial

21

SIMPULAN DAN SARAN

21

DAFTAR PUSTAKA

22

vi

DAFTAR TABEL 1. Peningkatan jumlah premi bruto dan produk domestik bruto 2. Nilai premi Asuransi Asia Pasifik 3. Kelompok kondisi keuangan perusahaan berdasarkan Z-score 4. Total Kewajiban dan Total Asset Perusahaan Asuransi 5. Laba bersih perusahaan asuransi 6. Hasil Altman Z"-Score PT Asuransi Jasa Raharja 7. Hasil Altman Z"-Score PT Asuransi AIA

1 2 9 15 18 20 20

DAFTAR GAMBAR 1. Jumlah perusahaan Asuransi tahun 2009-2013 2. Kerangka pemikiran penelitian 3. Hasil perbandingan Risk Based Capital 4. Hasil perbandingan Debt Ratio 5. Hasil perbandingan Expenses Ratio 6. Hasil perbandingan Investment to Technical Ratio 7. Hasil perbandingan Liability to Liquid Assets Ratio 8. Hasil perbandingan Return on Assets Ratio 9. Hasil perbandingan Return on Equity Ratio

3 11 13 14 16 17 18 19 19

DAFTAR LAMPIRAN 1. Laporan keuangan Asuransi Jasa Raharja 2. Laporan keuangan Asuransi AIA

24 30

1

PENDAHULUAN Latar Belakang Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah tangga, seperti menghadapi risiko kematian ataupun menghadapi risiko atas harta benda yang dimiliki. Hal ini disebabkan adanya masa depan yang tidak pasti, sehingga masyarakat memerlukan perusahaan asuransi untuk menanggung ketidakpastian itu. Perkembangan perusahaan asuransi dapat dilihat dari meningkatnya jumlah premi bruto asuransi. Tabel 1 Peningkatan jumlah premi bruto perusahaan Asuransi dan PDB Premi Bruto Produk Domestik Bruto Jumlah/Total Pertumbuhan Jumlah/Total Pertumbuhan Tahun (triliun (%) (triliun (%) rupiah) (a) rupiah) (b) 90.31 16 4 951.36 25 2008 106.45 17 5 613.44 13 2009 125.12 17 6 422.90 14 2010 153.13 22 7 427.10 15 2011 178.07 16 8 241.90 11 2012

Rasio (a/b) 1.82 1.90 1.95 2.06 2.16

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (2013)

Jumlah premi bruto industri asuransi pada tahun 2012 mencapai Rp178.07 triliun, meningkat 16.29% dari angka tahun sebelumnya Rp153.1 triliun. Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan rata- rata premi bruto adalah sekitar 18%. Apabila jumlah premi bruto tersebut dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2012, yaitu sebesar 244 juta jiwa akan diperoleh insurance density sebesar Rp729.813. Ini berarti, secara rata-rata setiap penduduk Indonesia mengeluarkan dana sebesar Rp 729.813 untuk membayar premi asuransi. Sementara itu, kontribusi sektor asuransi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebagaimana dicerminkan oleh rasio antara premi bruto terhadap PDB terus mengalami kenaikan dari 1.82% pada tahun 2008 menjadi 2.16% pada tahun 2012. Perekonomian Indonesia pada tahun 2012, sebagaimana diukur dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB), meningkat dari Rp 7 427.1 triliun di tahun 2011 menjadi Rp 8241.9 triliun di tahun 2012. Pada periode yang sama, untuk industri asuransi, penerimaan premi bruto naik sebesar 15.4% dari Rp153.1 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp178.07 triliun pada tahun 2012. Dengan demikian, rasio antara premi bruto dan PDB mengalami kenaikan pada tahun 2012 dari 2.06% menjadi 2.16%. (OJK 2013). Menurut Webb et al (2002) dalam Rahim (2013), perkembangan ekonomi makro dapat digunakan sebagai predictor variable dalam melakukan analisis permintaan asuransi. Dukungan juga ditunjukkan Kugler dan Ofoghi (2006) dalam Rahim (2013), yang menyatakan bahwa dalam jangka panjang fungsi permintaan asuransi akan dipengaruhi oleh Gross Domestic Product (GDP). Fungsi permintaan industri asuransi dipengaruhi oleh pertumbuhan dan peningkatan Gross Domestic Product (GDP). Pada tahun 2015 nanti, Indonesia akan menghadapi Asean Economic Community. Hal tersebut merupakan peringatan bagi sektor industri asuransi di Indonesia karena pada 2015 nanti

2

akan banyak perusahaan asuransi dari negeri anggota ASEAN akan masuk ke sektor industri asuransi Indonesia untuk meraih nasabah di Indonesia. Tabel 2 Nilai premi Asuransi Asia Pasifik Negara

Forecast 2013 GDP change

Forecast 2013 CPI change

Australia Hong Kong Japan Korea New Zealand Singapore Taiwan

3% 4.50% 1.70% 4% 2.60% 4.50% 4.60%

2.50% 3.30% 0.70% 3% 2.60% 2.50% 1.60%

China India Malaysia Thailand

8.70% 7.50% 5.00% 5.50%

4.00% 6.50% 2.80% 3.30%

Indonesia Phillippines Vietnam

6.70% 5.00% 6.20%

5.00% 4.10% 11.50%

2011 population (millions)

2011 life insurance premium (million USD)

Mature 21.8 45 187 7.1 24 556 126.8 524 668 49 79 161 4.4 1 548 4.9 11 275 23.3 64 133 Developing 1 363.7 134 539 1 232.8 60 442 28.4 9 307 68.6 9 218 Emerging 235.5 9 437 95.4 1 890 88.8 818

2011 non-life insurance premium (million USD)

2011 life insurance penetration (premium % of GDP)

2011 nonlife insurance penetration (premium % of GDP)

43 899 3 293 130 51 223 8 503 8 188 14 283

3.00% 10.10% 8.80% 7.00% 0.90% 4.30% 13.90%

3.00% 1.40% 2.20% 4.60% 5.20% 1.50% 3.10%

87 319 12 187 4 965 6 028

1.80% 3.40% 3.30% 2.70%

1.20% 0.70% 1.80% 1.70%

4 655 991 1 027

1.10% 0.80% 0.70%

0.60% 0.40% 0.90%

Sumber : Earnest & Young (2013)

Berdasarkan Tabel 2, sektor industri asuransi Indonesia berada pada posisi emerging atau baru muncul dan lebih unggul dari Filipina dan Vietnam, akan tetapi Indonesia masih berada di bawah negara yang sektor industri asuransinya yang sudah berkembang yaitu Singapura, Malaysia dan Thailand, sehingga Indonesia harus waspada dengan pemberlakuan ASEAN Economic Community pada tahun 2015. Pada pemberlakuan ASEAN Economic Community, perusahaan asuransi di Indonesia harus mempunyai strategi dalam menghadapi permasalahan tersebut. Dengan datangnya ASEAN Economic Community, perusahaan asuransi di Indonesia mempunyai kekuatan internal berupa jumlah penduduk yang banyak, sehingga dapat diartikan mempunyai nasabah yang banyak. Akan tetapi disamping kekuatan internal, Indonesia juga mempunyai kelemahan internal yaitu masih banyak masyarakat Indonesia yang belum sanggup untuk membayar premi (sulit dijangkau). Peluang-peluang yang didapatkan oleh perusahaan asuransi di Indonesia dengan adanya ASEAN Economic Community adalah pasar perusahaan asuransi di Indonesia akan semakin luas dikarenakan cakupan pasarnya seluas ASEAN dan masih banyak masyarakat Indonesia yang masih belum sadar akn pentingnya asuransi. Ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan asuransi di Indonesia adalah persaingan antara perusahaan asuransi akan semakin ketat, sehingga OJK juga harus mengawasi perusahaan asuransi yang sudah tidak layak dalam pengaturan RBC-nya, dan dapat dicabut izin nya oleh OJK. Karena sektor industri asuransi sangat menjanjikan, banyak perusahaan baru yang masuk ke sektor industri ini, baik perusahaan asuransi kerugian maupun asuransi jiwa. Perusahaan Asuransi Kerugian adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti, sedangkan Perusahaan Asuransi Jiwa adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko

3

yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. (OJK 2013). Dengan bertambahnya perusahaan asuransi ini, OJK sebagai pengawas industri asuransi harus memperketat dalam mengawasi kinerja perusahaan asuransi dalam industri asuransi. Setiap tahunnya, Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan izin baru dan mencabut izin perusahaan asuransi. Dengan adanya izin baru dan pencabutan izin perusahaan menandakan adanya fluktuasi pada jumlah perusahaan asuransi seperti ditunjukkan Gambar 1, terlihat jelas fluktuasi pertumbuhan perusahaan asuransi dalam kurun waktu 6 tahun terakhir dari tahun 2008-2013.

Jumlah Perusahaan Asuransi

Total Pencabutan Izin Total Izin Baru total

Total Pencabutan Izin Total Izin Baru total

2008 5

2009 1

2010 2

2011 3

2012 2

2013 0

0

1

0

0

1

6

144

144

142

139

138

144

Sumber : BPS (2013)

Gambar 1 Jumlah perusahaan asuransi tahun 2008-2013 Dari Gambar grafik 1, sektor perasuransian Indonesia mengalami fluktuasi yang cukup signifikan, dari tahun 2008-2013, OJK telah mencabut 13 perusahaan asuransi dikarenakan perusahaan tersebut tidak bisa memenuhi tingkat solvabilitasnya. Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, perusahaan setiap saat wajib memenuhi tingkat solvabilitas paling sedikit 120% dari modal minimum berbasis risiko. Menurut data biro riset Infobank per 2012 dari 81 perusahaan asuransi kerugian terdapat 40 perusahaan yang Risk Based Capital nya turun, sedangkan perusahaan asuransi jiwa dari 42 perusahaan ada 31 perusahaan yang Risk Based Capital nya turun. Laba bisa turun karena ada perubahan perhitungan cadangan premi dan klaim berdasarkan lamanya umur piutang. Perusahaan asuransi umum yang pasarnya lebih ke korporat lebih rentan karena nilai cadangan klaimnya besar dan dihitung berdasarkan gross claim. (Infobank 2013). Saat ini, OJK sedang mengawasi 85 asuransi kerugian dan 50 asuransi jiwa, sehingga perusahaan asuransi yang masih bertahan harus bisa menjaga tingkat solvabilitas agar tidak dicabut izin usahanya oleh OJK, dengan cara harus bisa mencari nasabah agar tetap menyalurkan preminya kepada perusahaan. Menurut Wijaya (2003) yang dikutip oleh Fitriani (2009) industri asuransi dapat melakukan perbaikan bila industri asuransi tersebut dapat mengukur kinerjanya dengan baik. Selain dapat melakukan perbaikan, pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai target keberhasilan dengan membandingkannya dengan kinerja masa lalu. Kinerja keuangan

4

industri asuransi merupakan hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Oleh karena itu untuk menilai kinerja keuangan, perlu dilibatkan analisa dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif. Penelitian ini menggunakan premi bruto sebagai dasar pertimbangan dalam memilih perusahaan untuk dibandingkan satu sama lain. Premi bruto (Gross Premium) yang digunakan pada penelitian ini adalah di atas Rp. 1 Triliun. Dalam menganalisis perbandingan risiko keuangan antara perusahaan asuransi kerugian dan jiwa dapat menggunakan analisis Altman Z-score, sedangkan untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan asuransi dapat dianalisis dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Hasil analisis ini dapat membantu perusahaan asuransi dalam mengetahui kinerja keuangan mereka agar dapat mengatasi risiko nya sebaik mungkin. Sedangkan untuk analisis risiko keuangan dapat dianalisis menggunakan metode Altman Z-score sebagai bagian dari indikator kinerja perusahaan yang dapat memberikan informasi bagi investor. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, peneliti mengambil judul “ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN ASURANSI KERUGIAN DAN ASURANSI JIWA”

Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana perbandingan kinerja & risiko keuangan perusahaan asuransi jiwa dan asuransi kerugian?

Tujuan Penelitian Dengan berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui dan menganalisis perbandingan kinerja perusahaan asuransi kerugian dan asuransi jiwa dengan analisis rasio-rasio keuangan. 2. Mengetahui perbandingan tingkat risiko keuangan perusahaan asuransi kerugian dan asuransi jiwa dengan metode Altman Z-score.

Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan yang baik di dalam pemahaman teori dan praktik sebagai berikut: 1. Manfaat bagi Masyarakat Pembaca dapat mengetahui perbandingan tingkat risiko keuangan/bisnis asuransi jiwa dan asuransi kerugian. 2. Manfaat bagi Manajemen Perusahaan dapat mengetahui perkembangan kesehatan dan kinerja keuangan perusahaan, sehingga perusahaan dapat melakukan continous inprovement secara bertahap. 3. Manfaat bagi investor Dapat dijadikan pertimbangan dan tambahan informasi dalam pengambilan keputusan berinvestasi.

5

4. Manfaat bagi Otoritas Jasa Keuangan Dapat dijadikan sebagai referensi dalam menyusun regulasi-regulasi yang berlaku

Ruang Lingkup Penelitian Dari rumusan permasalahan diatas yang telah disusun maka ada beberapa hal yang akan dibatasi dalam penelitian ini, antara lain : 1. Perusahaan asuransi kerugian & jiwa yang mempunyai gross premium di atas Rp 1 triliun 2. Laporan keuangan tahun 2009-2013

TINJAUAN PUSTAKA Jenis Kelompok Usaha Secara yuridis keberadaan asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan bukan bank berdasarkan pada Undang-undang Nomor 15 tahun 1952 tentang bursa asuransi dan mulai didirikan dalam tahun 1972 untuk mendorong pengembangan pasar uang dan pasar modal serta membantu permodalan perusahaanperusahaan, terutama golongan ekonomi lemah. Menurut Subagyo et al. (2005), asuransi dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan karakteristiknya, yaitu : 1. Asuransi Kerugian Dalam usaha asuransi kerugian, perusahaan asuransi memberikan jasa ke nasabah (pihak tertanggung) dalam penanggulangan risiko terhadap kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga (pihak penanggung) yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. 2. Asuransi Jiwa Kelompok usaha asuransi jiwa, perusahaan asuransi memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan oleh perusahaan asuransi. 3. Reasuransi Suatu kelompok perusahaan reasuransi ini mempunyai tugas yang sangat penting yaitu, memberika jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi perusahaan asuransi kerugian dan perusahaan asuransi jiwa.

6

Laporan Keuangan Suatu laporan keuangan (financial statement) akan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan, apabila dengan informasi tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang. Dengan mengolah laporan keuangan lebih lanjut, akan diketahui proses perbandingan, evaluasi, dan analisis tren, akan mampu diprediksi apa yang mungkin akan terjadi di masa mendatang, sehingga disinilah laporan keuangan tersebut begitu diperlukan. Semakin baik kualitas laporan keaungan yang disajikan maka akan semakin meyakinkan pihak eksternal dalam melihat kinerja keuangan perusahaan tersebut. (Irham Fahmi, 2011). Sebuah laporan keuangan pada umumnya terdiri atas: 1. Neraca yang menunjukan posisi keuangan-aktiva, utang, dan ekuitas pemegang saham-suatu perusahaan pada jangka waktu tertentu. 2. Laporan Laba-Rugi menyajikan hasil usaha-pendapatan, beban, laba atau rugi bersih dan laba atau rugi persaham. 3. Laporan Ekuitas Pemegang saham merekonsiliasi saldo awal dan akhir semua akun yang ada dalam seksi ekuitas pemegang saham pada neraca. 4. Laporan Arus Kas memberikan informasi tentang arus kas masuk dan keluar dari kegiatan operasi, pendanaan, dan investasi selama suatu periode akuntansi.

Analisis Rasio Keuangan Menurut Munawir (2002) dalam Orianti (2009), analisis rasio keuangan mempunyai beberapa tujuan. Tujuan pertama untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Tujuan kedua untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, yang mencakup baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Tujuan ketiga untuk mengetahui tingkat profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba selama periode tertentu. Tujuan keempat untuk mengetahui stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar cicilan secara teratur kepada pemegang saham tanpa mengalami hambatan. Berikut adalah rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Risk Based Capital (RBC) RBC merupakan rasio perbandingan jumlah tingkat solvabilitas terhadap batas tingkat solvabilitas minimum (BTSM). Menurut Hoyt (2010), Dengan penerapan RBC, yang diubah oleh NAIC (National Association of Insurance Commissioners) diharapkan membantu perusahaan asuransi dalam menetapkan tingkat minimum kecukupan modal berdasarkan risiko kebangkrutan. Persyaratan RBC tidak dimaksudkan untuk digunakan sebagai ukuran kekuatan keuangan secara keseluruhan, tetapi sebagai ambang batas tertentu yang digunakan untuk menentukan apakah kondisi keuangan dalam keadaan sehat. NAIC menyarankan bahwa jika rasio modal disesuaikan dengan modal yang diperlukan, seperti yang didefinisikan oleh rumus RBC, kurang dari 200%, maka perusahaan membutuhkan beberapa tingkat tertentu

7

perhatian regulasi. Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan asuransi dalam mengelola modal minimum berbasis risiko. Pasal 2 KMK Nomor 424/KMK.06/2003 tentang perusahaan asuransi Indonesia menyebutkan bahwa perusahaan asuransi wajib memenuhi tingkat solvabilitas paling sedikit 120% dari modal minimum berbasis risiko. Jika perusahaan memiliki tingkat solvabilitas paling sedikit 100%, maka diberikan kesempatan melakukan penyesuaian dalam jangka waktu tertentu untuk memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas. Risk Based Capital :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑆𝑜𝑙𝑣𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐵𝑇𝑆𝑀

...................................................(1)

2. Debt Ratio (DR) Debt Ratio merupakan rasio total kewajiban perusahaan asuransi terhadap total asset perusahaan asuransi. Rasio ini untuk mengukur berapa bagian dari keseluruhan asset yang dibelanjai oleh kewajiban. Semakin rendah Debt Ratio, semakin baik kondisi perusahaan asuransi, karena perusahaan asuransi hanya memakai sebagian kecil asset perusahaan yang dibiayai dari kewajiban perusahaan. Debt Ratio :

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

.........................................................................................(2)

3. Expenses Ratio (ER) Expense Ratio merupakan rasio perbandingan antara beban usaha suatu perusahaan asuransi terhadap premi bruto perusahaan asuransi. Semakin rendah nilai Expenses Ratio, semakin baik kinerja persuahaan asuransi dalam mengelola investasi yang berkaitan dengan beban usaha perusahaan. Expense Ratio :

𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎 𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖 𝐵𝑟𝑢𝑡𝑜

........................................................................................(3)

4. Liability to Liquid Assets Ratio (LLAR) Liability to Liquid Assets Ratio adalah rasio kewajiban atas asset yang diperkenankan suatu persuahaan asuransi. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi nilai Liability to Liquid Assets Ratio mengartikan adanya indikasi masalah likuiditas dan mempunyai kemungkinan perusahaan dalam kondisi tidak solvent. Batasan standar pada rasio ini adalah 120 persen, jika melebihi standar tersebut maka perusahaan mempunyai masalah dalam likuiditasnya. Liability to Liquid Assets Ratio :

𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑘𝑒𝑛𝑎𝑛𝑘𝑎𝑛

......................................(4)

5. Investment to Technical Ratio (ITR) Investment to Technical Ratio adalah rasio investasi terhadap cadangan teknis ditambah dengan hutang klaim. Invenstment to Technical Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan asuransi dalam membayar kewajibannya kepada pemegang polis jangka panjang. Investment to Technical Ratio mempunyai standar rasionya sebesar 100%, semakin besar dari standarnya semakin baik.

8

Investment to Technical Ratio :

𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝐶𝑎𝑑𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑘𝑛𝑖𝑠+𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑙𝑎𝑖𝑚

.............................(5)

6. Return on Assets (ROA) Return on Assets adalah rasio laba bersih terhadap total asset suatu perusahaan asuransi. Menurut Hanafi dan Halim (2005) yang dikutip oleh Nadjibah (2008), Return on Assets digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam mengahasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total asset yang dimilikinya. Semakin besar nilai ROA menunukan kinerja perusahaan semakin baik, karena return yang diterima semakin besar. Standar yang dikatakan perusahaan dalam kondisi yang baik adalah diatas 2 persen. Return on Assets :

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

......................................................................................(6)

7. Return on Equity (ROE) ROE adalah melihat sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumberdaya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mengasilkan keuntungan dengan memanfaatkan pengelolaan modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan asuransi. Semakin besar nilai ROE, maka kinerja perusahaan asuransi juga semakin baik. Standar nilai ROE yang baik mempunyai nilai diatas 12 persen. Return on Equity :

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

..................................................................................(7)

Analisis Diskriminan (Altman Z-score) Z-Score adalah alat analisis mengunakan persamaan multi varibel yang digunakan oleh Altman, dalam rangka memprediksi tingkat kebangkrutan yang dikeluarkan pada tahun 1968. Altman meremuskan z-score menjadi beberapa bagian yang pertama adalah Z = 1.2X1 + 1.4X2 + 3.3X3 + 0.6X4 + 1.0X5, di mana Z merupakan indeks kebangkrutan, X1 (working capital/total assets), X2 (Retained earning/Total Assets), X3 (EBIT/Total Assets), X4 (Market value of equity/book of value debt), X5 (Sales/Total Assets). Rumusan tersebut mempunyai range kategori yaitu : z > 2.99 perusahaan dikategorikan sehat, 1.81 < z < 2.99, perusahaan dalam kondisi Grey Area, z < 1.81, perusahaan dikategorikan bankrupt. Rumusan pertama ini memiliki keterbatas, yaitu hanya bisa digunakan oleh perusahaan publik dan manufaktur, Sehingga Altman mengeluarkan rumusan yang kedua yaitu Z’ = 0.717X1 + 0.847X2 + 3.107X3 + 0.420X4 + 0.998X5. Z’-score ini mempunyai range kategori yang berbeda dibandingkan dengan z-score yang pertama yaitu z > 2.90, perusahaan dikategorikan sehat, 1.23 < z < 2.90, adalah Grey Area, dan z < 1.23, perusahaan mengalami kebangkrutan. Dalam rumusan kedua ini, Altman mengembangkan untuk perusahaan non publik dengan cara merumuskan kembali rasio yang digunakan. Rumusan yang terakhir dikeluarkan Altman adalah Z” = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4. Z”-score model terakhir mempunyai range kategori berbeda juga, yaitu z” > 2.60, perusahaan dikategorikan sehat, 1.1 < z” < 2.60, perusahaan dalam kondisi Grey Area, z” < 1.1, perusahaan dalam kondisi bankrupt. Pada rumusan terakhir, Altman menghilangkan X5 dengan harapan Industry Effect, dalam pengertian ukuran perusahaan terkait dengan asset atau penjualan dapat dihilangkan (Prihadi 2008).

9

Alat analisis untuk mengukur risiko keuangan dalam penelitian ini menggunakan metode Z”-score dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Z” = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4 .....................................................................(8) Keterangan: Z”

= indeks kebangkrutan

X1

= Working capital / Total Assets

X2

= Retained earning / Total Assets

X3

= EBIT / Total Assets

X4

= Book value of equity / Book value of debt

Hasil rumus telah diklasifikasi menjadi 3 bagian kondisi keuangan perusahaan berdasarkan score yang dijelaskan pada tabel 3. Rumus (8) adalah rumus ke-3 dari model Altman Z-score yang digunakan untuk perusahaan publik dan perusahaan privat yang berasal dari negara berkembang sehingga dapat digunakan perusahaan asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Tabel 3 Kelompok kondisi keuangan perusahaan berdasarkan Z-score Altman Z-Score Kondisi Bangkrut

Grey Area

Tidak Bangkrut

Z-Score

<1.81

1.81 – 2.99

>2.99

Z'-Score

<1.23

1.23 – 2.90

>2.90

Z"-Score

<1.1

1.1 – 2.60

>2.60

Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian pertama oleh Simu dan Yulistyanto (2013) yang melakukan analisis kinerja keuangan antara perusahaan asuransi jiwa nasional dan perusahaan asuransi jiwa patungan. Penelitian ini menggunakan rasio profitabilitas, solvabilitas dan independent sample ttest. Hasil studi empiris menunjukan bahwa RBC dari perusahaan asuransi jiwa patungan lebih baik dari perusahaan asuransi nasional dikarenakan perusahaan asuransi jiwa patungan mendapat dukungan dana yang kuat dari perusahaan induknya di luar negeri.

10

METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus meningkat mendorong masyarakat Indonesia untuk mengasuransikan risiko mereka ke perusahaan asuransi yang mereka percayai. Hal tersebut diimbangi dengan banyak muncul perusahaan asuransi di Indonesia. Semakin banyak konsumen di perusahaan asuransi, akan berpotensi menarik investor untuk mengivestasikan asetnya di perusahaan asuransi. Hidup berdampingan dengan sebuah risiko adalah sesuatu hal yang merugikan. Semakin banyaknya risiko seperti bencana alam, kerugian material, meninggal dunia, pihak asuransi akan terus mengganti kerugian nasabahnya. Kerugian material yang terus menerus dan tidak dapat diselesaikan, akan mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan pada kondisi financial distress. Kondisi keuangan perusahaan asuransi dapat dilihat pada laporan keuangan tahunan perusahaan. Dengan analisis rasio-rasio keuangan pada laporan keuangan dapat menganalisis kondisi keuangan mereka. Penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan perusahaan asuransi yang pada periode 2009-2013, agar penelitian lebih baru menggunakan laporan keuangan 5 tahun terakhir, serta premi bruto di atas 1 triliun, karena laporan keuangan 1 triliun keatas lebih banyak ditemukan pada website perusahaan asuransi, sehingga data dapat diambil. Rasio keuangan yang digunakan adalah Risk Based Capital, Debt Ratio, Expenses Ratio, Liability to Liquid Asset Ratio, Investment to Technical Ratio, Return on Asset, dan Return on Equity. Metode yang digunakan untuk menganalisis perbandingan kondisi keuangan dua perusahaan asuransi adalah Altman z-score. Metode Analasis Diskriminan (Altman z-score) mengelompokkan kondisi keuangan perusahan menjadi tiga bagian berdasarkan range skor setelah dihitung, yaitu pada kondisi Z>2.60 perusahaan dalam kondisi sehat, Z=1.1-2.60 perusahaan dalam kondisi grey area atau kondisi sehat dan financial distress dan Z<1.1 perusahaan dalam kondisi financial distress. Analisis ini dilakukan agar perusahaan asuransi dapat mengetahui kondisi keuangannya, sehingga apabila perusahaan asuransi diprediksi dalam kondisi financial distress diharapkan perusahaan dapat mempersiapkan diri dan melakukan pencegahan agar tidak mengalami kebangkrutan. Kerangka penelitian ini tergambar pada gambar 2.

11

Kerangka Pemikiran Perusahaan Asuransi

Kerugian

Jiwa

Laporan Keuangan

Neraca

Laba Rugi

Analisis Rasio Keuangan: Solvabilitas : 1. RBC 2. DR Efektivitas : 3. ER 4. LLAR 5. ITR Profitabilitas : 6. ROA 7. ROE Kinerja Keuangan

Metode Z”-Score

Risiko Keuangan

Rekomendasi Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian

12

Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada 2 perusahaan asuransi yang memiliki pendapatan premi bruto di atas Rp. 1 triliun pada periode 2009-2013. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari 2014 hingga Mei 2014.

Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan asuransi kerugian dan asuransi jiwa pada periode 2009-2013 serta buku pustaka lainnya yang mendukung penelitian.

Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data menggunakan purposive sampling atau sampel bertujuan dengan menggunakan kriteria tertentu dalam pemilihan sampel. Kriteria tersebut yaitu: 1. Memiliki data laporan keuangan perusahaan yang lengkap pada periode 20092013 2. Laporan keuangan perusahaan dalam bentuk rupiah Penelitian ini menggunakan 2 perusahaan asuransi sebagai sampel penelitian, yang terdiri dari 1 perusahaan asuransi kerugian dan 1 perusahaan asuransi jiwa. Kedua perusahaan tersebut dibandingkan satu sama lain dengan batasan premi bruto 1 triliun ke atas. Setelah itu, dianalisis dengan metode Z-score dan analisis rasio keuangan. Perusahaan asuransi kerugian yang diteliti adalah PT.Jasa Raharja, sedangkan perusahaan asuransi jiwa dengan premi bruto yang sama yang dipilih adalah PT. Asuransi AIA.

Variabel Penelitian Variabel penelitian yang digunakan adalah menggunakan indeks kebangkrutan sebagai variabel dependen dan variabel X1 (working capital/total assets), X2 (retained earning/total assets), X3 (EBIT/total assets) dan X4 (book value of quity/book value of debt) sebagai variabel independen.

Pengolahan dan Analisis Data Pengolahaan data dilakukan secara manual menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2013. Pengolahan data dilakukan terhadap data kuntitatif dan data kualitatif. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis perbandingan rasio dan kinerja dari perusahaan asuransi yang diteliti dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan Z-score, sedangkan pengolahan data kualitatif dilakukan dengan cara metode deskriptif sebagai contohnya pemilihan sampel perusahaan asuransi.

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Risk Based Capital (RBC) Risk Based Capital (RBC) adalah rasio perbandingan jumlah tingkat solvabilitas terhadap Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM). Kementerian Keuangan telah mengeluarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tentang kesehatan keuangan usaha asuransi dan usaha reasuransi sehingga OJK telah menetapkan batas dari Risk Based Capital yaitu minimum 120% untuk seluruh perusahaan asuransi. Jika di bawah 120% maka perizinan usaha asuransi akan dicabut oleh OJK. Batas minimum nilai RBC ini juga berlaku pada PT Asuransi AIA Indonesia dan PT Jasa Raharja yang menjadi objek penelitian. Nilai RBC akan diperbandingkan antara satu sama lainnya untuk melihat kemampuan perusahaan dalam mengelola pemenuhan kewajiban dengan mengetahui besarnya kebutuhan modal perusahaan sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapi perusahaan dalam mengelola kekayaan dan kewajibannya. Gambar menjelaskan hasil RBC PT Asuransi AIA dan PT Jasa Raharja dari tahun 20092013.

PERSEN (%)

NILAI RBC ASURANSI AIA DAN JASA RAHARJA 1.200 1.000 800 600 400 200 0

2009

2010

2011

2012

2013

Jasa Raharja (Kerugian)

560

622

574

606

672

AIA (Jiwa)

379

505

687

635

972

Gambar 3 Hasil perbandingan nilai RBC Asuransi AIA, Jasa Raharja periode 20092013 Pada gambar 3 terlihat jelas bahwa kedua perusahaan asuransi mempunyai nilai RBC di atas 120%. Ini menandakan bahwa jika dilihat dari sudut RBC, kedua perusahaan asuransi mempunyai tingkat solvabilitas yang baik, yang artinya kedua perusahaan tersebut mampu mengelola modal minimum mereka agar tidak terjadi pencabutan izin oleh OJK. Pada tahun 2009-2010, nilai RBC PT Asuransi Jasa Raharja mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan PT Asuransi AIA, sedangkan pada 2011-2013 nilai RBC PT Asuransi AIA mempunyai nilai RBC yang lebih tinggi dibandingkan RBC PT Asuransi Jasa Raharja. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat diartikan bahwa PT Asuransi Jasa Raharja cenderung stabil pada posisinya, sedangkan PT Asuransi AIA mengalami fluktuasi yang cenderung naik, sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa RBC PT Asuransi AIA lebih baik dari PT Asuransi Jasa Raharja meskipun kedua perusahaan dikategorikan perusahaan asuransi yang sehat.

14

Terjadinya naik turun RBC pada kedua perusahaan asuransi dikarenakan adanya fluktuasi pada jumlah kekayaan yang diperkenankan dan kewajiban sebagai pembentuk dari jumlah tingkat solvabilitas. Karena jumlah kekayaaan yang diperkenankan dan kewajiban merupakan pengurangan dalam perhitungan jumlah solvabiltas sehingga ini mempengaruhi besar naik atau turunnya RBC, serta besar kecilnya Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) juga mempengaruhi besar atau kecilnya RBC.

Debt Ratio Debt Ratio digunakan oleh perusahaan asuransi untuk mengetahui seberapa besar asset yang dibelanjai kewajiban, sehingga semakin rendah persentase dari Debt Ratio perusahaan maka semakin baik kondisi perusahaan asuransi. Perhitungan Debt Ratio terdiri dari total kewajiban perusahaan asuransi terhadap total asset perusahaan asuransi. Pada Gambar 4 terlihat bahwa Debt Ratio terendah dimiliki oleh PT Asuransi Jasa Raharja sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa PT Asuransi Jasa Raharja memiliki Debt Ratio yang lebih rendah dibandingkan PT Asuransi AIA. Perbandingan yang berbeda pada Debt Ratio antar dua perusahaan asuransi disebabkan oleh perbedaan pada total asset dan total kewajiban kedua perusahaan asuransi. Pada PT Asuransi Jasa Raharja, perbandingan antara total kewajiban dengan total asset tiap tahunnya memiliki jenjang yang cukup besar sehingga membuat persentase nilai Debt Ratio menjadi kecil, sedangkan pada PT Asuransi AIA, perbandingan total kewajiban dan total assetnya memiliki jenjang yang kecil sehingga membuat persentase nilai Debt Ratio menjadi besar. Tabel 4 menjelaskan perbandingan antara total kewajiban dan total asset di setiap perusahaan asuransi.

PERSEN (%)

NILAI DEBT RATIO ASURANSI AIA DAN JASA RAHARJA 100 80 60 40 20 0

2009

2010

2011

2012

2013

Jasa Raharja (Kerugian)

39

36

35

27

26

AIA (Jiwa)

85

82

80

76

79

Gambar 4 Hasil perbandingan nilai Debt Ratio Asuransi AIA dan Jasa Raharja periode 2009-2013

15

Tabel 4 Total Kewajiban dan Asset Asuransi AIA dan Jasa Raharja Periode 2009-2013 Perusahaan Tahun Total Asset (Juta) Total Kewajiban Asuransi (Juta) 2009 4 290 226 1 690 738 Asuransi Jasa Raharja (Umum) 2010 5 670 056 2 059 567 2011 6 804 352 2 377 918 2012 7 425 335 1 985 337 2013 8 430 121 2 213 863 2009 15 831 366 13 473 044 Asuransi AIA (Jiwa) 2010 20 118 013 16 540 275 2011 22 723 759 18 193 862 2012 26 007 048 19 862 217 2013 27 617 278 21 856 637

Expenses Ratio Expenses Ratio adalah perbandingan antara beban usaha dengan premi bruto dari perusahaan asuransi dalam satu tahun. Expenses Ratio menunjukan seberapa banyak pengeluaran perusahaan dalam menjalankan investasinya. Expenses Ratio yang efisien adalah bernilai rendah. Jika nilai dari Expense Ratio tinggi maka perusahaan asuransi kurang efisien dalam pengelolaan investasinya. Pada Gambar 4 terlihat bahwa kedua perusahaan asuransi mempunyai nilai yang rendah, sehingga kedua perusahaan mempunyai predikat yang baik dalam Expenses Ratio nya. Akan tetapi, jika membandingankan Expenses Ratio antara PT Asuransi Jasa Raharja dan PT Asuransi AIA, pada tahun 2009, PT Asuransi AIA lebih unggul daripada PT Asuransi Jasa Raharja dengan nilai rasio 15 dan 16 persen. Pada tahun 2010, PT Asuransi Jasa Raharja mempunyai nilai yang lebiih baik dari PT Asuransi AIA, yaitu 17 dan 19 persen. Pada tahun 2011, PT Asuransi AIA mempunyai nilai yang lebih baik dari PT Asuransi Jasa Raharja yaitu 17 dan 19, dan pada tahun 2012 PT Asuransi AIA lebih baik dengan nilai 18 dan 19, tetapi pada tahun 2013, PT Asuransi Jasa Raharja mempunyai nilai rasio yang lebih baik dibandingkan PT Asuransi AIA, yaitu 20 dan 22. PT Asuransi Jasa Raharja lebih baik dalam rata rata 5 tahun terakhirnya, yaitu sebesar 18,169 sedangkan PT Asuransi AIA mempunyai rata-rata 5 tahun terakhirnya sebesar 18,173. Kedua perusahaan mempunyai rata-rata yang rendah pada 5 tahun terakhirnya, sehingga kedua perusahaan asuransi bisa disimpulkan mempunyai Expenses Ratio yang baik.

16

PERSEN (%)

NILAI EXPENSES RATIO ASURANSI AIA DAN JASA RAHARJA 25 20 15 10 5 0

2009

2010

2011

2012

2013

Jasa Raharja (Kerugian)

16

17

19

19

20

AIA (Jiwa)

15

19

17

18

22

Gambar 5 Hasil perbandingan nilai Expenses Ratio Asuransi AIA dan Jasa Raharja periode 2009-2013

Investment to Technical Ratio Investment to Technical Ratio adalah rasio perbandingan antara investasi terhadap cadangan teknis ditambah hutang klaim. Investment to Technical Ratio digunakan untuk kemampuan perusahaan asuransi dalam membayar kewajibannya kepada pemegang polis jangka panjang. Perhitungan Investment to Technical Ratio menunjukan bahwa PT Asuransi Jasa Raharja lebih baik dari PT Asuransi AIA. Pada Gambar 6 terlihat bahwa Investment to Technical Ratio yang dimiliki oleh PT Asuransi AIA cukup stabil pada 5 tahun terakhirnya. Pada tahun 2009, PT Asuransi AIA memiliki nilai 110, pada tahun 2010 memiliki nilai rasio sebesar 117, pada tahun 2011 memiliki nilai sebesar 122, pada tahun 2012 perusahaan Asuransi AIA memiliki nilai yang lebih besar yaitu 129, dan pada tahun 2013 PT asuransi AIA mengalami penurunan nilai rasio menjadi 127. Berbeda dengan PT Asuransi Jasa Raharja yang memiliki nilai yang lebih besar, pada atahun 2009 PT Asuransi Jasa Raharja memiliki nilai rasio sebesar 303, pada tahun 2010 nilai rasio naik menjadi 352, pada tahun 2011 nilai rasio turun menjadi 287, pada tahun 2012 nilai rasio kembali terun menjadi 285, dan pada tahun 2013, nilai rasio pada perusahaan Asuransi AIA melonjak tinggi yaitu sebesar 404.

17

Nilai Investment to Technical Ratio Asuransi AIA dan Jasa Raharja Persen (%)

500 400 300 200 100 0

2009

2010

2011

2012

2013

Jasa Raharja (Kerugian)

303

352

287

285

404

AIA (Jiwa)

110

117

122

129

127

Gambar 6 Hasil perbandingan nilai Investment to Technical Ratio Asuransi AIA dan Jasa Raharja periode 2009-2013 Liability to Liquid Assets Ratio Kewajiban yang baik dalam perusahaan dapat dilihat dari nilai Liability to Liquid Assets Ratio nya. Rasio ini merupakan proporsi dari kewajiban perusahaan atas aset yang diperkenankan pada perusahaan asuransi yang menggambarkan perusahaan dalam mengelola likuiditas perusahaan asuransi. Semakin tinggi rasio ini dapat diindikasikan perusahaan mengalami masalah likuiditas. Seperti yang dapat dilihat pada gambar 7, nilai LTLA terendah dimiliki oleh PT Asuransi Jasa Raharja yang meandakan bahwa kinerja keuangan PT Asuransi Jasa Raharja lebih baik dibandingkan dengan PT Asuransi AIA. Jika dibandingkan nilai LTLA kedua perusahaan asuransi, PT Asuransi Jasa Raharja memiliki nilai yang terus menurun dari 5 tahun terakhir. Pada tahun 2009, PT Asuransi Jasa Raharja memiliki nilai sebesar 36%, pada tahun 2010 memiliki nilai 36%, pada tahun 2011 memilik nilai 32%, pada tahun 2012 memiliki nilai 26%, dan pada tahun 2013 memiliki nilai 26%. Pada PT Asuransi AIA memiliki nilai yang terus menurun pada 4 tahun terkahir tetapi pada tahun terakhir mengalami peningkatan nilai LTLA. Pada tahun 2009, PT Asuransi AIA memiliki nilai 86%, pada tahun 2010 memiliki nilai 77%, pada tahun 2011 memiliki nilai 70%, pada tahun 2012 memiliki nilai 66%, akan tetapi pada tahun 2013 PT Asuransi AIA mengalami kenaikan nilai menjadi 69%.

18

NILAI LIABILITY TO LIQUID ASSETS RATIO ASURANSI JASA RAHARJA DAN AIA Persen

100% 80% 60% 40% 20% 0%

2009

2010

2011

2012

2013

Jasa Raharja

36%

36%

32%

26%

26%

AIA

86%

77%

70%

66%

69%

Tahun

Gambar 7 Hasil perbandingan nilai Liability to Liquid Assets Ratio Asuransi Jasa Raharja dan AIA periode 2009-2013

Return on Assets Return on Assets merupakan rasio perbandingan antara laba bersih dengan total aset perusahaan asuransi yang menggambarkan perusahaan dalam menghasilkan laba atas aset yang dikelola dalam kegiatas operasional perusahaan asuransi. Semakin tinggi nilai rasio ROA, maka semakin baik produktivitas aset dalam memperoleh keuntungan bersih. Dapat dilihat pada gambar 8, nilai ROA yang baik dimiliki oleh PT Asuransi Jasa Raharja yang menandakan bahwa PT Asuransi Jasa Raharja lebih baik dalam ROA nya dibandingkan PT Asuransi AIA. Meskipun ROA PT Jasa Raharja mengalami penurunan pada tahun 2009-2011, naik pada tahun 2012, dan turun kembali pada tahun 2013, nilai ROA yang dihasilkan oleh PT Asuransi Jasa Raharja lebih besar dibandingkan dengan PT Asuransi AIA, dikarenakan masing-masing perusahaan mengalami fluktuasi laba bersih yang cukup signifikan. Pada tabel terlihat bahwa laba bersih PT Asuransi Jasa Raharja dan Asuransi AIA mengalami naik dan turun dari tahun ke tahun sehingga mempengaruhi nilai ROA. Tabel 5 Laba bersih PT Asuransi Jasa Raharja dan PT Asuransi AIA Laba Bersih (Rp 2009 2010 2011 2012 Juta) Jasa Raharja 923 675 1 114 973 1 296 007 1 694 618 AIA

373 663

1 413 260

1 113 585

1 031 185

2013 1 437 604 -1 038 307

19

NILAI ROA ASURANSI AIA DAN JASA RAHARJA PERSEN (%)

25 20 15 10 5 0 -5 -10

2009

2010

2011

2012

2013

Jasa Raharja (Kerugian)

22

20

19

23

17

AIA (Jiwa)

2

7

5

4

-4

Gambar 8 Hasil perbandingan ROA Asuransi AIA dan Jasa Raharja periode 2009-2013

Return on Equity Return on Equity merupakan rasio perbandingan laba bersih dengan total ekuitas perusahaan asuransi. Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan asuransi dalam mengelola ekuitas untuk mendapatkan laba bersih. Semakin besar nilai Return on Equity perusahaan asuransi, maka semakin bagus kinerja perusahaan asuransi. Pada gambar 9, pada tahun 2009-2013 PT Asuransi Jasa Raharja mempunyai nilai ROE yang cukup stabil dibandingkan PT Asuransi AIA, yang mempunyai nilai ROE sangat fluktuatif. Ini dikarenakan adanya pertambahan dan berkurangnya laba bersih pada setiap perusahaan asuransi yang terlihat pada tabel. ROE yang dimiliki PT Asuransi Jasa Raharja lebih baik dibandingkan dengan PT Asuransi AIA, karena nilai ROE PT Asuransi Jasa Raharja tidak memiliki nilai negatif dalam ROE-nya. Ini menandakan bahwa perusahaan belum mempunyai kemampuan modal yang cukup untuk menghasilakan laba bersih. Meskipun kedua perusahaan asuransi mempunyai total ekuitas yang besar, nilai ROE untuk kedua perusahaan asuransi cukup kecil.

NILAI ROE ASURANSI JASA RAHARJA DAN AIA PERSEN (%)

50 40 30 20 10 0 -10 -20 -30

2009

2010

2011

2012

2013

Jasa Raharja (Kerugian)

36

31

29

31

23

AIA (Jiwa)

19

41

25

18

-22

Gambar 9 Hasil perbandingan ROE Asuransi Jasa Raharja dan AIA periode 2009-2013

20

Analisis Z-Score Metode Altman Z-Score sering digunakan untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan yang berkaitan dengan pengukuran risiko keuangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Z”-Score. Tabel 6 dan 7 menunjukkan hasil Z-Score kedua perusahaan. Pada tabel dapat dilihat bahwa pada tahun 2009, PT Asuransi Jasa Raharja masih tergolong dalam kategori grey area yang dapat diartikan harus memperhatikan risiko keuangan perusahaan agar tidak bangkrut. Pada tahun 2010-2011, PT Asuransi Jasa Raharja berhasil meningkatkan kategori risiko keuangan menjadi tidak bangkrut, yang artinya perusahaan PT Asuransi Jasa Raharja tidak mempunyai risiko keuangan yang parah pada tahun 2010-2011. Pada tahun 2012-2013, PT Asuransi Jasa Raharja kembali turun performa kategori risiko keuangan perusahaan nya menjadi grey area pada tahun 2012-2013, yang menandakan risiko keuangan perusahaan cukup membahayakan perusahaan untuk menuju kebangkrutan dan dapat membahayakan keberlangsungan perusahaan asuransi. Dengan mempunyai aset total yang tinggi, PT Asuransi Jasa Raharja mempunyai working capital yang rendah, sehingga perusahaan kurang hati-hati dalam mengelola working capital atas total aset ini karena adanya pengaruh aset lancar dan kewajiban lancarnya yang berfluktuasi dari tahun ke tahun. Berbeda dengan PT Asuransi AIA, pada tahun 2009-2012 mempunyai status risiko keuangan tidak bangkrut. Ini dikarenakan total aset lancar perusahaan dapat menutup total kewajiban lancar perusahaan. Ditambah lagi, PT Asuransi AIA mempunyai EBIT yang cukup stabil dan naik dari tahun ke tahun sehingga dapat mengurangi risiko keuangan perusahaan. Tabel 6 Hasil pengukuran risiko keuangan PT Asuransi Jasa Raharja dengan metode Altman Z”-Score Tahun Nilai Z-Score Kategori 2009 2.12 Grey Area 2010 3.26 Tidak Bangkrut 2011 3.54 Tidak Bangkrut 2012 2.41 Grey Area 2013 2.35 Grey Area Tabel 7 Hasil pengukuran risiko keuangan PT Asuransi AIA dengan metode Altman Z”Score Tahun Nilai Z-Score Kategori 2009 7.60 Tidak Bangkrut 2010 5.56 Tidak Bangkrut 2011 4.66 Tidak Bangkrut 2012 4.22 Tidak Bangkrut 2013 5.50 Tidak Bangkrut Perusahaan asuransi dapat dikatakan sehat jika perusahaan asuransi tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik serta risiko keuangan yang baik. Sebaliknya,

21

perusahaan asuransi yang tidak sehat jika perusahaan tersebut memiliki kinerja keuangan yang buruk dan risiko keuangan yang buruk. Penelitian ini menemukan beberapa fakta menarik. Ada perusahaan asuransi yang memiliki RBC yang sangat tinggi di atas yang dipersyaratkan, yang berarti memiliki modal yang kuat, tetapi ternyata memiliki risiko keuangan yang tinggi. Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan implikasi manajerial bagaimana kinerja & risiko keuangan asuransi kerugian (PT Jasa Raharja) dan asuransi jiwa (PT Asuransi AIA), diperoleh hasil bahwa kinerja keuangan asuransi kerugian lebih baik daripada kinerja keuangan asuransi jiwa, sedangkan pada risiko keuangan, asuransi jiwa lebih baik daripada asuransi kerugian. Meninjau hal tersebut, hal yang harus di terapkan oleh PT Asuransi Jasa Raharja adalah memperbaiki risiko keuangan dan mempertahankan kinerja keuangannya, dan pada PT Asuransi AIA, hal yang harus dilakukan adalah memperbaiki kinerja keuangannya dan mempertahankan risiko keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan asuransi yang baik merupakan hal yang dibentuk berdasarkan rasio-rasio keuangan yang sehat, yaitu memiliki Risk Based Capital diatas 120%, Debt Ratio yang rendah, Expenses Ratio yang rendah, Liability to Liquid Asset Ratio dibawah 120%, Investment to Technical Ratio diatas 100%, Return on Asset diatas 2% dan Return on Equity diatas 12%. Sedangkan pada risiko keuangan yang sehat jika indikator dari z”score menunjukan perusahaan tidak bangkrut. Dengan adanya penetapan standar kinerja dan risiko keuangan tersebut, PT Asuransi Jasa Raharja dan PT Asuransi AIA seharusnya bisa mempertahankan kinerja dan risiko keuangan yang baik dengan memperhatikan penetapan standar tersebut, misalnya seperti Risk Based Capital, perusahaan asuransi diharapkan dapat memperbesar asset yang diperkenankan dan menekan nilai BTSM agar nilai rasio Risk Based Capital dapat diatas 120% sesuai ketetapan OJK. Sedangkan pada risiko keuangan, perusahaan asuransi harus memperhatikan working capital, total asset, total kewajiban, EBIT, laba ditahan dan total ekuitas agar dapat mempertahankan risiko keuangan yang sehat. Manajemen perusahaan asuransi tidak boleh terpaku pada indikator kinerja saja, misalnya perusahaan asuransi mencapai RBC yang besar, karena seperti ditemukan pada penelitian ini, perusahaan dengan RBC jauh di atas persyaratan pun dapat memiliki risiko keuangan yang tinggi menuju kebangkrutan (grey area).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan perbandingan kinerja dan risiko keuangan antara perusahaan asuransi kerugian (PT Asuransi Jasa Raharja) dan perusahaan asuransi jiwa (PT Asuransi AIA) diperoleh kesimpulan sebagai berikut : a. Analisis rasio keuangan yang dilakukan terhadap kedua perusahaan asuransi didapat bahwa kinerja keuangan PT Asuransi Jasa Raharja lebih baik dibandingkan dengan PT Asuransi AIA. b. Dengan analisis Z”-Score, didapatkan bahwa PT Asuransi AIA mempunyai risiko keuangan yang lebih rendah dibandingkan dengan PT Asuransi Jasa Raharja.

22

Saran Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil analisis, hasil penelitian serta kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : a. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya dapat menambahkan objek sample yang lebih luas dari berbagai kelas ragam asset, perusahaan terbuka dan tertutup. b. Peneliti selanjutnya perlu mengkaji kemungkinan indikator baru yang lebih sesuai untuk perusahaan jasa seperti asuransi, karena seperti ditemukan pada penelitian ini, perusahaan dengan RBC jauh di atas persyaratan pun dapat memiliki risiko keuangan yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Data Jumlah Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Penunjang Asuransi. Jakarta (ID): BPS [EY] Earnest & Young. 2013. Global Insurance Outlook 2013. New York City (USA): Earnest & Young Fahmi, I. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta (ID): Alfabeta Fitriani, A. 2009. Tinjauan empiris terhadap kinerja industri Asuransi yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. XV No.2 September 2009: 103-119. Hoyt, R E. 2010. Managerial Discretion and the Impact of Risk-Based Capital Requirements on Property-Liability Insurer Reserving Practices. Journal of Insurance Regulation: 207-228 [IB] Infobank. 2013. Rating asuransi 2013. Jakarta (ID): PT Infoarta Pratama. Kuswadi. 2006. Memahami Rasio Rasio Keuangan Bagi Orang Awam. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo. Nadjibah. 2008. Analisis pengaruh Asset Growth, Size, Cash Ratio dan Return on Asset terhadap Deviden Payout Ratio. [tesis]. Semarang (ID). Universitas Diponegoro. [OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2013. Statistik 2012 Perasuransiaan. Jakarta (ID): Otoritas Jasa Keuangan. Orianti, Y. 2009. Laporan keuangan sebagai alat untuk menilai kinerja keuangan. Jurnal Ekonomi Bisnis. tahun 14, No.3, November 2009. [PA]

Perusahaan Asuransi. 2003. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Perusahaan Asuransi. Jakarta (ID): Kementerian Keuangan.

Prihadi T. 2009. Deteksi Cepat Kondisi Keuangan: 7 Analisis Rasio Keuangan. Jakarta (ID): Penerbit PPM.

23

Rahim, H. 2013. Optimisme pertumbuhan asuransi Indonesia; proyeksi perkembangan lima tahun (2014-2018). Jurnal Asuransi Dan Manajemen Risiko. Vol 1, Nomor 2, September 2013. Simu N, Yulistyanto A. 2013. Analisis komparasi keuangan perusahaan Asuransi Jiwa Nasional dan Perusahaan Asuransi Jiwa Patungan. Jakarta (ID): Perbanas Institute. Subagyo. 2005. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Yogyakarta (ID): Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

24

Lampiran 1 Laporan Keuangan Asuransi Umum

25

Lanjutan Lampiran 1

26

Lanjutan Lampiran 1

27

Lanjutan Lampiran 1

28

Lanjutan Lampiran 1

29

Lanjutan Lampiran 1

30

Lampiran 2 Laporan Keuangan Asuransi Jiwa

31

Lanjutan Lampiran 2

32

Lanjutan Lampiran 2

33

Lanjutan Lampiran 2

34

Lanjutan Lampiran 2

35

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 15 September 1992 dari ayah Darmansyah daan ibu Maya Komala. Penulis ada anak kedua dari keluarga Darmansyah. Tahun 1998 Penulis lulus dari TK Akbar Surabaya. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SD Menanggal 601 Surabaya, pada tahun yang sama penulis memasuki Sekolah Menengah Pertama Islam Al-Azhar BSD. Tahun 2010 penulis lulus juga dari SMA Negeri 3 Tangerang Selatan dan kemudian penulis lolos masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM) IPB pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi internal kampus dan eksternal. Pada internal kampus, penulis aktif sebagai anggota Leadership and Entrepreneurship School tahun 2010, staff finance Centre of Management tahun 2011/2012 serta menjabat sebagai Direktur Finance Centre of Management pada tahun 2012/2013. Penulis juga aktif dalam berbagai kompetisi internal kampus. Penghargaan tersebut antara lain Juara 2 Cilapop IPB Art Contest (2013).