ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ... (DEWI ANGGRAINI) 182 JURNAL KBP

Download Jurnal KBP. Volume 2 – No. 2, Juni 2014. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN. PADA PT. BANK PEMBANGUNAN ...

0 downloads 261 Views 316KB Size
Analisis Laporan Keuangan ... (Dewi Anggraini)

Jurnal KBP Volume 2 – No. 2, Juni 2014 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH SUMATERA BARAT DEWI ANGGRAINI STIE “KBP” Padang ([email protected]) ABSTRAK Alat atau cara yang paling umum digunakan dalam membuat analisis laporan keuangan bank adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Analisis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu mengumpulkan informasi mengenai kinerja keuangan bank menggunakan analisis horizontal, yakni membandingkan rasio keuangan dalam beberapa tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat periode 2008-2012 dilihat dari rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas tergolong baik. Dimana , jika dilihat dari rasio likuiditas, nilai quick ratio berkisar 30,56% - 38,35%, nilai loans to assets ratio berkisar 69,03% - 75,76%, dan loan to deposit ratio berkisar 76,02% - 89,76%. Dilihat dari rasio solvabilitas, terlihat pada primary ratio bank berkisar 8,01% - 10,19%, capital ratio berkisar 11,22% 13,88%, dan capital adequacy ratio berkisar 9,60% - 11,92%. Dan dilihat dari rasio profitabilitas, nilai net profit margin berkisar 64,71% - 75,70%, return on equity capital berkisar 17,78% - 27,03%, dan return on assets yang berkisar 1,91% - 2,44%. Dapat disimpulkan dari hasil analisis rasio keuangan, bahwa kinerja keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan Bank Indonesia dan tergolong bank yang sehat. Kata kunci : Likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan kinerja keuangan.

PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan salah satu bagian dari proses akuntansi secara keseluruhan. Karena secara ringkas, proses akuntansi dapat digambarkan dengan pengidentifikasian, pengukuran data, proses dan pelaporan, penyusunan laporan keuangan, analisis dan interpretasi. Hasil proses akuntansi yang benar akan menghasilkan laporan

keuangan yang benar dan berkualitas. Laporan keuangan yang dihasilkan dapat digunakan sebagai informasi mengenai prestasi dan transaksi masa lalu dan menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pihak pengelola dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk masa yang akan datang dan juga untuk kondisi saat ini. Adapun jenis laporan keuangan bank yaitu Neraca, Perhitungan Rugi

182

Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 182-200

Laba, Laporan Komitmen dan Kontijensi, Laporan Arus Kas, Catatan atas laporan keuangan. Sedangkan pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan antara lain Stock Holder, nasabah, karyawan, pihak manajemen, analis keuangan, pialang (broker), emiten, pasar modal, pakar ekonomi, dinas pajak, badan-badan pemerintah, serikat kerja, peneliti perusahaan, dosen, mahasiswa, dan masyarakat umum. Laporan keuangan disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dengan kinerja yang telah dicapai oleh bank. Kinerja keuangan merupakan gambaran tentang setiap hasil ekonomi yang mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode tertentu melalui aktivitasaktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efesien dan efektif yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan. Dari laporan keuangan dapat dilihat keadaan keuangan bank, pencapaian target-target usaha, peningkatan kinerja bank secara keseluruhan dan keadaan bank pada saat itu. (Syafri 2002:55) Alat atau cara yang paling umum digunakan dalam melihat kinerja keuangan bank adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Dengan membandingkan rasio tertentu beberapa periode pertahun dapat diketahui tingkat kemampuan manajemen suatu bank dalam meningkatkan efisiensi usaha bank tersebut dari tahun ke tahun untuk pencapaian tujuan. Analisis rasio keuangan yang kerap digunakan adalah analisis rasio likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas. Likuiditas penting

183

untuk dipelihara demi jalannya operasional bank secara lancar dan sehat, namun harus diperhatikan upaya untuk menciptakan profit yang tinggi. Posisi likuiditas yang seimbang berarti posisi likuiditas yang tidak berlebihan dan bank setiap saat dapat memenuhi penarikan tabungan ataupun deposito serta mampu memenuhi permintaan kredit yang memungkinkan bank memperoleh profit yang tinggi. Solvabilitas adalah salah satu komponen dana yang penting. Dengan modal yang memadai akan menyebabkan manajemen bank dapat bekerja lebih efisien. Modal bank mempunyai peranan di antaranya sebagai bagian dari sumber likuiditas usaha dan sebagai alat untuk mengukur kepercayaan masyarakat terhadap bank. Rentabilitas atau profitabilitas adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan suatu bank didalam menghasilkan keuntungan baik yang berasal dari kegiatan operasional bank maupun dari hasil non-operasionalnya. Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan (judgemental process). Salah satu tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi perubahanperubahan pokok (turning point), jumlah dan hubungan serta alasan perubahan-perubahan tersebut. Perubahan-perubahan tersebut sering kali merupakan tanda peringatan awal (early warning signal) terjadinya pergeseran yang menuju keberhasilan atau kegagalan suatu bank. Proses penuh pertimbangan ini dapat ditingkatkan melalui pengalaman dan penggunaan alat-alat analisis. Untuk itu diperlukan penganalisaan terhadap laporan keuangan. Sebagai Bank milik Pemerintah Daerah, PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat senantiasa berupaya menjalankan misinya untuk

Analisis Laporan Keuangan ... (Dewi Anggraini)

membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah di segala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Seiring dengan semakin membaiknya makro ekonomi secara nasional, kinerja keuangan PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat pada akhir tahun 2012 juga menunjukkan suatu perkembangan yang berarti. Hal ini tercermin dari laba setelah pajak meningkat sebesar 14.58% (dari Rp 246,02 miliar pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp 281,90 miliar pada tahun 2012). Total aset bertumbuh sebesar 11,44% (dari Rp 12,90 triliun tahun 2011 meningkat menjadi Rp 14,37 triliun pada tahun 2012), kredit yang diberikan bertumbuh sebesar 18,19% (dari Rp 9,21 triliun tahun 2011 meningkat menjadi Rp 10,89 triliun tahun 2012), dan dana pihak ketiga bertumbuh sebesar 7,68% (Rp 10,05 triliun tahun 2011 menjadi Rp 10,82 triliun tahun 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan pada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat dilihat dari rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas selama periode 20082012”. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UndangUndang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentukbentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa usaha bank selalu berkaitan dengan masalah keuangan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Dengan demikian bank sebagai suatu badan berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) dari dua pihak, yaitu pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang kekurangan dana (defisit unit). Hal ini juga yang menyebabkan lembaga bank disebut sebagai lembaga kepercayaan, artinya pihak yang kelebihan dana mempercayakan sepenuhnya kepada bank untuk mengelola dananya termasuk menyalurkannya kepada pihak yang kekurangan atau memerlukan dana berupa kredit. Wujud kepercayaan tersebut dalam bentuk tidak ikut campurnya pihak surplus ini dalam menentukan pihak defisit mana yang layak dipercaya. Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan, di samping tetap menjaga kepercayaan masyarakat dengan menjamin tingkat likuiditas juga beroperasi secara efektif dan efisien untuk mencapai tingkat rentabilitas yang memadai. Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2008:7), laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Maksudnya bahwa laporan keuangan menunjukkan kondisi perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi). Laporan keuangan terdiri atas proses pencatatan dan pelaporan data

184

Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 182-200

keuangan dalam suatu periode kepada pihak-pihak yang berkepentingan, baik bagi pihak dalam maupun pihak luar perusahaan atau bank tersebut. Pada dasarnya, tujuan utama penyajian laporan keuangan suatu bank adalah untuk memberikan gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam satu periode waktu yang telah berlalu. Menurut Martono (2002:62) tujuan penyusunan laporan keuangan suatu bank secara umum adalah sebagai berikut : a. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban, dan modal bank pada waktu tertentu. b. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu. c. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban, dan modal suatu bank. d. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu periode. Dengan melihat laporan keuangan, maka akan dapat diketahui kondisi keuangan suatu perusahaan/bank, juga dapat menilai kinerja manajemen bank yang bersangkutan sehingga diharapkan dapat menjaga kepercayaan dan meningkatkan transparansi kondisi keuangan kepada publik. Sebagai bahan informasi yang digunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan, menurut Munawir (2010) laporan keuangan berfungsi sebagai berikut : a. Informasi dalam pengambilan keputusan investasi dan pembiayaan laporan keuangan keuangan bertujuan menyediakan informasi yang bermanfaat bagi

185

pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan yang rasional. Oleh karena itu, informasi dapat dipahami oleh pelaku bisnis dan ekonomi yang mencermati informasi yang disajikan dengan seksama. b. Informasi dalam menilai prospek arus kas. Pelaporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat mendukung investor/pemilik dana, kreditur, dan pihak-pihak lain dalam memperkirakan jumlah, saat, dan ketidakpastian dalam penerimaan kas dimasa depan atas deviden, bagi hasil, dan hasil dari penjualan, pelunasan (redemption), dan jatuh tempo dari surat berharga atau pinjaman. Prospek penerimaan kas tersebut sangat tergantung dari kemampuan bank untuk menghasilkan kas guna memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo, kebutuhan operasional, reinvestasi dalam operasi, serta pembayaran deviden. Persepsi investor dan kreditur atas kemampuan bank tersebut akan mempengaruhi harga pasar surat berharga yang bersangkutan. Persepsi investor/ pemilik dana dan kreditur akan memaksimalkan pengembalian dana yang telah mereka tanamkan, akan melakukan penyesuaian terhadap resiko yang mereka persepsikan atas perusa-haan yang bersangkutan. c. Informasi atas sumber daya ekonomi Pelaporan keuntungan bertujuan memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi bank (economic resources), kewajiban bank untuk mengalihkan sumber

Analisis Laporan Keuangan ... (Dewi Anggraini)

daya tersebut kepada entitas lain atau pemilik saham, serta kemungkinan terjadinya transaksi, dan peristiwa yang dapat mempengaruhi perubahan sumber daya tersebut. d. Informasi mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syari’ah, serta informasi mengenai pendapatan dan pengeluaran yang tidak sesuai dengan prinsip syari’ah dan bagaimana pendapatan tersebut diperoleh serta penggunaannya. e. Informasi untuk membantu pihak terkait di dalam menentukan zakat bank atau pihak lainnya. f. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan bank terhadap tanggungjawab amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang rasional, serta informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh pemilik dan pemilik rekening investasi. g. Informasi mengenai pemenuhan fungsi sosial bank, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat. Sifat laporan keuangan menurut Kasmir (2008), antara lain: a. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Karena laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satusatunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. b. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. c. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, bila terdapat

d.

e.

f.

g.

h.

beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas). Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilahistilah teknis, dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. Proses penyusunan laporan keuangan tidak lepas dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula, penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilakukan jika hal ini menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumbersumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antarperusahaan.

Laporan keuangan merupakan sarana utama dimana dunia usaha mengkomunikasikan posisi keuangan serta hasil-hasil usaha yang telah dicapainya. Ada empat laporan keuangan pokok yakni neraca, laporan rugi laba, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas. Laporan-laporan ini memberikan info tentang sehatnya keuangan sebuah perusahaan dan

186

Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 182-200

tentang perubahan-perubahan yang berarti dalam sumber daya dan kewajibannya dalam suatu format yang berguna bagi para pengambil keputusan. Menurut Munawir (2010), pihakpihak yang berkepentingan atau pemakai laporan keuangan mencakup 6 (enam) pihak yaitu : 1. Manajemen Manajemen merupakan pihak internal perusahaan yang berkepentingan sehubungan dengan penggunaan laporan keuangan. Laporan keuangan bagi manajemen digunakan sebagai dasar perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan keuangan, operasi dan investasi. Selain itu laporan keuangan bagi manajemen juga digunakan untuk menentukan profitabilitas perusahaan, earning per lembar saham, earning ratio, dan distribusi laba. 2. Investor dan Pemegang Saham Pihak lain yang berkepentingan dengan pemakaian laporan keuangan adalah investor dan pemegang saham. Laporan keuangan bagi pihak-pihak ini dibutuhkan untuk mengetahui kelancaran aktivitas dan profitabilitas perusahaan, dan potensi deviden. Selain itu juga digunakan untuk mengambil keputusan untuk mempertahankan, menjual atau menambah sahamnya. Pada dasarnya keputusan para pemegang saham tidak sebatas pada membeli, mempertahankan atau menjual sahamnya, tetapi juga waktu yang tepat untuk menjual atau membeli saham pada perusahaan yang bersangkutan. 3. Supplier Laporan keuangan tidak hanya dibutuhkan oleh pihak internal perusahaan saja, tetapi juga pihak eksternal yaitu supplier atau pemberi pinjaman. Dalam mengambil keputusan memberikan kredit atau tidak, supplier

187

akan mempertimbangkan likuiditas, profitabilitas dan jumlah hutang dibanding dengan modal. Oleh sebab itu, pihak ini juga membutuhkan laporan keuangan untuk mengetahui informasi-informasi tersebut. 4. Pemerintah Informasi-informasi dalam laporan keuangan perusahaan dibutuhkan pemerintah untuk melakukan beberapa hal sebagai berikut : a. Meningkatkan pendapatan, misalnya penerimaan dari pajak penghasilan, pajak penjualan, pajak pertambahan nilai dan pajak kekayaan. b.Memonitor pelaksanaan kontrakkontrak pemerintah, misalnya penentuan jumlah penggantian dalam kontrak cost-plus basis atau untuk memonitor keuntungan pelaksanaan bisnis pemerintah (BUMN). c.Menentukan tarif, misal tarif listrik dan telpon. d.Menentukan kepatuhan perusahaan terhadap perundang-undangan yang berlaku. 5. Karyawan Karyawan juga merupakan salah satu pihak yang berkepentingan dalam penggunaan laporan keuangan. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat menimbulkan berbagai motivasi. Karyawan berkepentingan terhadap kelansungan usaha dan profitabilitas operasi dimasa mendatang. Hal penting dari laporan keuangan yang umumnya diperhatikan karyawan adalah mengenai penjualan dan laba perusahaan karena berkaitan dengan penentuan bonus dan pembagian keuntungan. 6. Masyarakat Umum Masyarakat umum yang berkepentingan dalam penggunaan laporan keuangan yang dimaksudkan adalah pelanggan atau konsumen. Pihak ini berkepentingan untuk memonitor kelangsungan operasi

Analisis Laporan Keuangan ... (Dewi Anggraini)

perusahaan karena memiliki hubungan jangka panjang. Laporan keuangan perusahaan bagi pihak ini merupakan sumber informasi yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan mengenai kelangsungan perusahaan. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Mengadakan analisis hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan adalah merupakan dasar untuk dapat menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Analisis laporan keuangan adalah merupakan suatu proses untuk membantu memecahkan dan sekaligus menjawab masalah-masalah yang timbul dalam suatu organisasi, baik organisasi perbankan maupun organisasi yang tidak bertujuan memperoleh laba. (Bank Indonesia, ”Analisa Laporan Keuangan Perbankan”, BI, Yogyakarta, 1996, Hal. 1). Adapun tujuan dari analisis laporan keuangan menurut Teguh Pudjumuljono (1999) dapat ditinjau dari berbagai pokok/pihak yang berkepentingan atas laporan tersebut diantaranya sebagai berikut : a. Pimpinan Bank Analisa laporan keuangan oleh pimpinan bank digunakan untuk mengukur apakah bank telah beroperasi secara efektif dan efesien untuk menilai dimana kelemahan dan kekuatan suatu bank, yang mana hal ini akan digunakan untuk menyusun rencana kebijaksanaan operasi pada masa yang akan datang. b. Kreditur

Analisa laporan keuangan oleh kreditur akan digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar hutang-hutang jangka panjangnya. Oleh karena itu dalam analisa laporan keuangan akan lebih banyak dikonsenstrasikan pada ikhtisar rugi dan laba bank. c. Penanam Modal Analisa laporan keuangan oleh penanam modal akan digunakan untuk mengambil keputusan apakah mereka akan menanamkan modalnya pada bank tersebut, menjual saham yang telah dimiliki atau tetap menahannya. d. Pemerintah Analisa laporan keuangan oleh pemerintah akan digunakan untuk menetapkan pajak-pajak, statistik, dan perkembangan perekonomian. e. Karyawan Analisa laporan keuangan oleh karyawan akan digunakan untuk meminta pertimbangan kepada pengurus bank tentang kemungkinan kenaikan gaji, bonus, dan lainnya. f. Pembina/ Pemeriksa Bank Analisa laporan keuangan oleh pembina/pemeriksa akan digunakan untuk membuat rencana pemeriksaan dan sebagai dasar untuk mendiskusikan laporan hasil pemeriksaan. Menurut Kasmir (2008:72), metode analisis laporan keuangan umumnya dibagi kedalam 2 (dua) jenis, yaitu: a. Analisa hanya dibatasi pada tahun yang diperiksa saja tanpa membandingkan dengan tahuntahun sebelumnya. Metode ini umumnya menggunakan analisa rasio, yaitu membandingkan komponen-komponen laporan keuangan tahun yang dianalisa. Metode ini dikenal dengan analisa vertikal. Dalam analisis vertikal, kita hanya membandingkan satu pos

188

Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 182-200

dengan pos yang lain dalam satu laporan keuangan dan hanya meliputi satu periode laporan keuangan. b. Menganalisa kegiatan dua atau beberapa tahun operasional bank. Metode lebih mengarah kepada analisa yang lebih mendalam atas fluktuasi data keuangan dalam beberapa tahun. Metode ini dikenal dengan analisis horizontal. Dalam analisis horizontal yang disbandingkan adalah laporan keuangan untuk beberapa periode. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis horizontal, yakni membandingkan rasio keuangan dalam beberapa tahun. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relation ship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu bank. Sedangkan menurut Syafaruddin (1993:108), rasio dapat dihitung berdasarkan laporan keuangan yang telah tersedia, terdiri dari : a. Neraca (balance sheet) yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada suatu saat. b. Rugi/laba (income statement) merupakan laporan operasi perusahaan selama periode tertentu. Kinerja Keuangan Menurut Bambang Rianto (1998:253), kinerja keuangan adalah suatu kegiatan untuk melakukan pelaporan keuangan menurut standar keuangan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Munawir (2010,30), kinerja keuangan merupakan

189

satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisis terhadap rasio keuangan. Pihak yang berkepentingan sangat memerlukan hasil dari pengukuran kinerja keuangan untuk dapat melihat kondisi perusahaan dan tingkat keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Dalam menilai kinerja keuangan yang menggunakan analisis rasio keuangan, perlu diketahui standar rasio keuangan yang ada. Dengan adanya standar rasio keuangan, perusahaan dapat menentukan apakah kinerja keuangannya baik atau tidak. Menurut Munawir (2010,31), pengukuran kinerja keuangan perusahaan mempunyai beberapa tujuan, diantaranya : 1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipeuhi kewajiban pada saat ditagih. 2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. 3. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas dan rentabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu yang dibandingkan dengan penggunaan asset atau ekuitas secara produktif. 4. Untuk mengetahui tingkat aktivitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan mempertahankan usahanya agar tetap stabil , yang diukur dari kemampuan perusahaan dalam membayar pokok utang dan beban bunga

Analisis Laporan Keuangan ... (Dewi Anggraini)

tepat waktu, serta pembayaran deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami kesulitan atau krisis keuangan. Alat atau cara yang paling umum digunakan dalam melihat dan menilai kinerja keuangan bank adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Rasio keuangan bank yang sering digunakan terdiri dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas/rentabilitas. Análisis rasio yang digunakan adalah (Kasmir, 2008): (1) Analisis Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang segera harus dibayar. Untuk dapat memenuhi kewajibannya maka perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk membayar yang berupa aktiva-aktiva lancar yang jumlahnya jauh lebih besar dari jumlah kewajiban yang harus segera dipenuhi berupa hutang lancar. Likuiditas sebagai rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek penting diketahui karena berkaitan dengan kemampuannya membayar hutang jangka panjang. Perusahaan yang tidak mampu membayar hutang jangka pendek pada umumnya juga tidak mampu membayar hutang jangka panjang. Meskipun perusahaan mampu memperoleh laba, namun apabila tidak mampu membayar hutang jangka pendeknya akan mengalami kebangkrutan. Kemampuan perusahaan membayar hutang jangka pendek dapat diketahui dengan memahami sifat dari masing-masing unsur aktiva lancar. Hal ini disebabkan hutang jangka pendek

perusahaan akan dibayar dengan aktiva lancarnya (Munawir, 2010). Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo. Analisis rasio likuiditas yang digunakan adalah: 1. Quick Ratio (QR) = Cash Assets/Total Deposit Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya terhadap para deposan (pemilik simpanan giro, tabungan dan deposito) dengan harta yang paling likuid yang dimiliki oleh suatu bank. Semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi likuiditasnya, tetapi tidak boleh terlalu besar karena menunjukkan banyaknya asset yang tidak tersalurkan sehingga terjadi kelebihan likuiditas. 2. Loans To Asssets Ratio = Total Loans / Total Assets Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan para debiturnya dengan asset bank yang tersedia. Semakin tinggi rasio yang ada akan menunjukkan semakin rendahnya tingkat likuiditas bank yang bersangkutan. 3. Loan to Deposit Ratio (LDR) = Total Loan / (Total Deposit + Equity Capital) Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah

190

Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 182-200

yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin rendah tingkat likuiditasnya. (2) Analisis Solvabilitas Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang (Martono, 2002:83). Perusahaan dikatakan solvabel apabila memiliki aktiva yang cukup untuk membayar hutang jangka panjang. Sementara perusahaan yang tidak memiliki aktiva yang cukup untuk membayar hutang jangka panjang disebut sebagai perusahaan yang unsolvable. Solvabilitas perusahaan berhubungan dengan laba yang dilaporkan sebagai hasil dari proses akuntansi dasar waktu (accruals accounting basis). Meskipun laba yang dilaporkan tidak sama dengan kas yang tersedia untuk jangka pendek, namun biaya dan pendapatan merupakan transaksi yang bermuara pada kas. Oleh sebab itu, laba merupakan faktor penting dalam untuk menentukan kemampuan membayar kewajiban jangka panjang. Rasio ini digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menaikkan tingkat solvabilitas adalah dengan jalan menambah modal sendiri, apakah itu dari kantong sendiri atau pihak luar. Analisis rasio solvabilitas yang digunakan adalah: 1. Primary Ratio = Equity Capital / Total Asset Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana penurunan yang terjadi dalam total asset yang masih dapat ditutupi oleh equity capital yang tersedia. Sehingga rasio ini berguna untuk memberi

191

indikasi untuk mengukur apakah permodalan yang ada telah memadai. Rumus dikatakan sebagai primary rasio karena setiap asset mengandung suatu resiko kerugian dan setiap kerugian akan mengakibatkan pengurangan terhadap capital dan apakah capital ini mampu untuk menampung kerugian-kerugian tersebut. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka semakin baik permodalan bank tersebut. 2. Capital Ratio (CR) = Equity Capital/Total Loans Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan dalam menutupi kemungkinan kegagalan yang ada dalam proses permodalan kredit. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik permodalan bank tersebut. 3. Capital Adequacy Ratio (CAR) = Equity Capital - Fixed Assets/ (Total Loan+Securities) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan untuk menutupi kemungkinan kerugian atas kredit yang diberikan beserta kerugian pada investasi dan surat-surat berharga. Semakin tinggi CAR semakin baik bank tersebut. (3) Analisis Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibanding dengan modal yang digunakan. Dalam suatu perusahaan profitabilitas penting karena tingkat profitabilitas mencerminkan kemampuan modal suatu perusahaan dapat menghasilkan keuntungan/laba. Maka dengan demikian tingkat profitabilitas yang tinggi dapat merupakan pencerminan efisiensi yang tinggi pula.

Analisis Laporan Keuangan ... (Dewi Anggraini)

Analisis Profitabilitas yang digunakan adalah: 1. Net Profit Margin = Net Income / Operating Income Analisis ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasional pokok. Semakin tinggi rasio.semakin baik hasil yang ditunjukkan. 2. Return On Equity Capital = Net Income / Equity Capital Analisis ini sangat berguna bagi para pemegang saham untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola capital yang tersedia untuk mendapatkan Net Income. Kenaikan Return On Equity biasanya diikuti juga dengan kenaikan saham-saham bank yang bersangkutan di pasar.

3. Return On Total Assets = Net Income / Total Assets Analisis ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh maupun menaikkan pendapatannya dari total aktiva yang dimilikinya. Semakin tinggi tingkat rasio ini maka semakin profitable bank tersebut. Hasil penilaian kinerja bank biasanya dilakukan secara kuantatif, selanjutnya peringkat tingkat kesehatan bank dapat dilihat dari tabel berikut ini apa bank tersebut dikatakan sehat, kurang sehat atau mungkin tidak sehat menurut standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Tabel 2.1 Nilai Standar Rasio Tingkat Kesehatan Bank Indonesia Rasio Likuiditas - Quick Ratio - Loans To Assets Ratio - Loan to Deposit Ratio (LDR)

Solvabilitas - Primary Ratio - Capital Ratio - Capital Adequacy Ratio Profitabilitas - Net Profit Margin - Return On Equity Capital - Return On Total Assets

Nilai Standar BI 15%-20% Historis ≤ 94,75%(Sehat) >94,75%- ≤ 98,50%(Cukup Sehat) > 98,50% - ≤ 102,25%(Kurang Sehat) > 102,25% (Tidak Sehat) 3%-6% 10%-20% 8% > 10% 15% ≥ 1,215% (Sehat) ≥ 0,999% -< 1,215% (Cukup Sehat) ≥ 0,765% -<0,999% (Kurang Sehat) < 0,765% (Tidak Sehat)

Sumber : Taswan, 2006

192

Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 182-200

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (description research), dimana penelitian dimulai dengan mengamati objek yang akan diteliti, mengumpulkan informasi tentang hasil kinerja keuangan PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat periode 2008-2012. Objek Penelitian Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat. PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat dengan call name “ Bank Nagari” merupakan salah satu bank yang badan usahanya dimiliki oleh pemerintah daerah Sumatera Barat. Bank ini terletak di Jalan Pemuda No. 21 - Padang.

Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio keuangan (financial ratio analysis). Analisis rasio keuangan berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan/bank. Analisis ini didasarkan pada data yang bersifat kuantitatif yaitu data berupa angkaangka yang terdapat pada laporan keuangan PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat. Analisis rasio keuangan yang digunakan adalah likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain: 1. Data yang dikumpul ditabulasikan sesuai variabel-variabel pengukuran. Data-data yang terkumpul pada laporan keuangan PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat, yaitu :

Tabel 3.1 Data Keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat Periode 2008-2012 (dalam jutaan rupiah)

PERIODE KETERANGAN

2008

2009

2010

2011

Cash assets

1,828,181.00

2,236,896.00

3,232,912.00

3,651,122.00

3,306,607.00

Total deposits

5,349,116.00

6,737,987.00

8,429,299.00

10,046,714.00

10,818,555.00

Total loans

5,000,320.00

5,910,685.00

7,115,543.00

9,211,945.00

10,887,750.00

Total assets

6,810,697.00

8,138,693.00

10,307,541.00

12,895,244.00

14,370,423.00

693,923.00

749,497.00

931,351.00

1,033,320.00

1,311,877.00

98,010.00

115,263.00

151,914.00

172,360.00

266,148.00

190,639.00

212,772.00

338,023.00

328,299.00

372,383.00

Equity Fixed assets Operating income

2012

Net income 123,354.00 144,385.00 251,758.00 246,023.00 281,900.00 Sumber: Laporan Neraca, Laba/Rugi dan Laporan Tahunan PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat per 2008-2012

193

Analisis Laporan Keuangan ... (Dewi Anggraini)

2. Menghitung variabel-variabel yang digunakan dalam perbandingan kinerja keuangan bank, meliputi: a. Analisis Likuiditas - Quick Ratio = Cash Assets / Total Deposit x 100% - Loans To Assets Ratio = Total Loans / Total Assets x 100% - Loan To Deposit Ratio = Total Loan / (Total Deposit + Equity Capital) x 100% b. Analisis Solvabilitas - Primary Ratio = Equity Capital / Total Asset x 100% - Capital Ratio = Equity Capital / Total Loans x 100% - Capital Adequacy Ratio = Equity Capital - Fixed Assets / (Total Loan + Securities) x 100% c. Analisis Profitabilitas - Net Profit Margin = Net Income / Operating Income - Return On Equity Capital = Net Income / Equity Capital - Return On Total Assets = Net income / Total Assets 3. Melakukan analisis internal dengan cara membandingkan rasio-rasio keuangan PT. Bank Pembangunan

Daerah Sumatera Barat dari tahun ketahun secara keseluruhan (time series) serta membandingkan kinerja tersebut dengan nilai standar BI. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja keuangan pada bank dari tahun ketahun dan dapat mengetahui apakah bank memiliki kinerja keuangan yang baik dan dikategorikan bank sehat menurut standar BI. 4. Melakukan analisis eksternal dengan cara membandingkan rasio keuangan PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat pada periode yang sama. Rasio keuangan pada bank digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai kinerja keuangan bank tersebut. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan rasio keuangan PT. Bank Pembagunan Daerah Sumatera Barat meliputi likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas selama periode 2008-2012 dapat ditunjukkan dan dianalisis sebagai berikut :

194

Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 182-200

Tabel 4.1 Perhitungan Rasio Keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat per 2008-2012 (dalam %) PERIODE KETERANGAN

2008

2009

2010

2011

2012

38,35

36,34

30,56

ANALISIS LIKUIDITAS Quick ratio

34,18

33,20

Loans to asset ratio

73.42

72.62

69.03

71.44

75.76

Loan to deposit ratio

82.75

78.94

76.02

83.14

89.76

Primary ratio

10.19

9.21

9.04

8.01

9.13

Capital ratio

13.88

12.68

13.09

11.22

12.05

Capital adequacy ratio

11.92

10.73

10.95

9.35

9.60

Net profit margin

64.71

67.86

74.48

74.94

75.70

Return on equity

17.78

19.26

27.03

23.81

21.49

Return on asset

1.81

1.77

2.44

1.91

1.96

ANALISIS SOLVABILITAS

ANALISIS PROFITABILITAS

Sumber : Hasil Pengolahan Berdasarkan data yang diolah dari laporan keuangan neraca, laporan rugi laba dan laporan tahunan PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat Rasio Likuiditas a. Quick Ratio Pada tahun 2008 quick ratio sebesar 34,18%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp.0,34,-. Sedangkan pada tahun 2009 quick ratio turun menjadi 33,20%, menunjukkan bahwa setiap Rp.1,dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp.0,33-. Pada tahun 2010 quick ratio mengalami kenaikan menjadi 38,35%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp.0,38,-. Pada tahun 2011 quick ratio sebesar 36,34%, menunjukkan bahwa setiap Rp 1,dari deposit dijamin oleh cash assets

195

untuk periode 2008-2012, maka hasil rasio keuangan dapat dijelaskan sebagai berikut : sebesar Rp.0,36,-. Pada tahun 2012, quick ratio mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 30,56%, ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp 0,30,-. Dari uraian diatas, dilihat bahwa nilai rata-rata quick ratio PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat dari tahun 2008 sampai 2012 berada diatas standar yang ditetapkan oleh BI. Hal ini disebabkan oleh terlalu tingginya aset kas bank dibandingkan dengan penghimpunan dana pihak ketiga. Terlalu tingginya aset kas pada bank, akan menyebabkan banyaknya dana yang idle (meng

Analisis Laporan Keuangan ... (Dewi Anggraini)

anggur), hal ini akan menimbulkan pengorbanan tingkat bunga yang tinggi. b. Loans To Assets Ratio Pada tahun 2008 loans to assets ratio sebesar 73,42%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- dari asset yang tersedia mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp.0,73,-. Pada tahun 2009 loans to assets ratio mengalami penurunan menjadi 72,62%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- dari asset yang tersedia mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp.0,73,-. Tahun 2010 loans to assets ratio kembali mengalami penurunan menjadi 69,03%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- dari asset yang tersedia mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar c. Loan To Deposit Ratio Pada tahun 2008 Loan to Deposit Ratio sebesar 82,75%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- yang diterima oleh bank disalurkan kembali melalui pinjaman sebesar Rp.0,83,-. Pada tahun 2009 Loan to Deposit Ratio mengalami penurunan menjadi 78,94%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- yang diterima oleh bank disalurkan kembali melalui pinjaman sebesar Rp.0,79. Sedangkan pada tahun 2010, Loan to Deposit Ratio 76,02%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- yang diterima oleh bank disalurkan kembali melalui pinjaman sebesar Rp.0,76. Pada tahun 2011, Loan to Deposit Ratio mengalami peningkatan menjadi 83,14%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- yang diterima oleh bank disalurkan kembali melalui pinjaman sebesar Rp.0,83,-. Dan tahun 2012, menunjukkan Loan to Deposit Ratio yang paling tinggi yaitu 89,76%, menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- yang diterima oleh bank disalurkan kembali melalui pinjaman sebesar Rp 0,90,-.

Rp.0,69,-. Pada tahun 2011 loans to assets ratio meningkat menjadi 71,44%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- dari asset yang tersedia mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp.0,71,-. Tahun 2012 loans to assets ratio naik lagi menjadi 75,76%, menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari asset yang tersedia mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp 0,75,-. Nilai loans to assets ratio yang pada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat, menunjukkan bahwa bank mampu untuk memenuhi permintaan kredit atau pembiayaan dari nasabah dengan asset yang tersedia. Semakin tinggi rasio menunjukkan semakin rendahnya tingkat likuiditas bank. Ditinjau dari Loan to Deposit Ratio menunjukkan bahwa tingkat likuiditas Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat tergolong sehat, karena tidak melewati standar yang ditetapkan oleh BI yaitu <94,75% (sehat). Semakin tinggi rasio semakin rendah tingkat likuiditasnya. Berdasarkan uraian diatas, dapat terlihat bahwa kinerja keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat selama periode 2008-2012 dari rasio likuiditasnya tergolong sudah cukup baik. Walaupun dilihat dari nilai quick ratio, berada diatas standar yang ditetapkan Bank Indonesia. Hal ini disebabkan oleh terlalu tingginya aset kas bank dibandingkan dengan penghimpunan dana pihak ketiga. Sementara untuk nilai loans to assets ratio dan loan to deposit ratio, sudah memenuhi standar Bank Indonesia. Ini mencerminkan bahwa bank mampu dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

196

Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 182-200

Rasio Solvabilitas a. Primary Ratio Pada tahun 2008 primary ratio sebesar 10,19% hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- dari aset yang dijamin oleh equity capital sebesar Rp.0,10,-. Sedangkan primary ratio pada tahun 2009 menjadi 9,21%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- dari aset yang dijamin oleh equity capital sebesar Rp.0,09,-. Pada tahun 2010 primary ratio turun menjadi 9,04%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,dari aset yang dijamin oleh equity capital sebesar Rp.0,09,-. Pada tahun 2011 primary ratio kembali mengalami penurunan menjadi 8,01%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- dari aset yang dijamin oleh equity capital sebesar Rp.0,08,-. Dan tahun 2012 primary ratio naik menjadi 9,13%, hal ini menunjukkan setiap Rp 1,- dari asset yang dijamin oleh equity capital sebesar Rp 0,09,-. Rata-rata nilai primary ratio PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat tidak berada dibawah standar yang ditetapkan BI. Nilai primary ratio yang tinggi menunjukkan bahwa bank tersebut cukup mampu menutup setiap penurunan total asset yang dimilikinya dengan modal yang tersedia sehingga tingkat solvabilitasnya tergolong cukup baik. Ini menunjukkan bahwa bank bisa mengelola keuangan baik kas keluar maupun biaya dan pendapatan dapat terkendali. Semakin tinggi rasio semakin baik permodalan bank. b. Capital Ratio Pada tahun 2008 terlihat bahwa capital ratio sebesar 13,88%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- dari pembiayaan dijamin oleh equity capital sebesar Rp.0,13,-. Sedangkan capital ratio pada tahun 2009 turun menjadi 12,68%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- dari pembiayaan dijamin

197

oleh equity capital sebesar Rp.0,13,-. Pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 13,09%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- dari pembiayaan dijamin oleh equity capital sebesar Rp.0,13, Tahun 2011 capital ratio turun menjadi 11,22%, ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- dari pembiayaan dijamin oleh equity capital sebesar Rp 0,11,. Dan pada tahun 2012 capital ratio menjadi 12,05%, menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari pembiayaan dijamin oleh equity capital sebesar Rp 0,12,. Nilai rata-rata capital ratio pada Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat dilihat dari standar ketentuan BI tergolong baik, karena rasionya berada di antara standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Semakin tinggi capital ratio maka tingkat solvabilitas bank tersebut semakin baik. c. Capital Adequacy Ratio Pada tahun 2008 capital adequacy ratio sebesar 11,92%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- dari pembiayaan dijamin oleh modal sebesar Rp.0,11. Sedangkan pada tahun 2009 capital adequacy ratio mengalami penurunan menjadi 10,73%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- dari pembiayaan dijamin oleh modal sebesar Rp.0,10,Pada tahun 2010 capital adequacy ratio menjadi 10,95%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- dari pembiayaan dan securities dijamin oleh modal sebesar Rp.0,10,-. Tahun 2011 dan 2012 capital adequacy ratio kembali menurun menjadi 9,35% dan 9,60%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- dari pembiayaan dan securities dijamin oleh modal sebesar Rp.0,09,dan Rp 0,09,-. Capital adequacy ratio yang semakin tinggi mencerminkan bahwa permodalan semakin baik karena modal dapat digunakan untuk menjamin

Analisis Laporan Keuangan ... (Dewi Anggraini)

pemberian pembiayaan. Nilai capital adequacy ratio pada Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat masih tergolong baik karena sudah melewati ketentuan standar BI. Nilai capital adequacy ratio dikatakan rendah apabila kurang dari nilai capital adequacy ratio yang ditentukan oleh standar Bank Indonesia yakni sebesar 8%. Semakin tinggi nilai capital adequacy ratio, maka solvabilitas semakin baik. Dari rasio solvabilitas menunjukkan bahwa kinerja keuangan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat selama periode 2008-2012 tergolong baik. Nilai primary ratio, capital ratio dan capital adequacy ratio pada Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat rata-rata juga memenuhi ketentuan standar BI sehingga tergolong bank yang sehat. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun tersebut permodalan dalam bank cukup baik sehingga bank mampu menutup kemungkinan terjadinya kegagalan dalam pembiayaannya. Hal ini mencerminkan bahwa bank cukup mampu memenuhi kewajiban jangka panjangnya sehingga tergolong sebagai bank pemerintah daerah yang solvabel. Rasio Profitabilitas / Rentabilitas a. Net Profit Margin Pada tahun 2008 terlihat net profit margin sebesar 64,71%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- dari operating income mampu menghasilkan net income sebesar Rp.0,65,-. Pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 67,86%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- dari operating income mampu menghasilkan net income sebesar Rp.0,68,-. Sedangkan tahun 2010,2011,2012 net profit margin terus mengalami kenaikan menjadi 74,48%, 74,94% dan 75,70%, hal ini

menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- dari operating income mampu menghasilkan net income sebesar Rp.0,74,-, Rp 0,75,- dan Rp 0,76,-. Nilai net profit margin yang terus mengalami kenaikan setiap tahunnya mencerminkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih dari kegiatan usaha pokok bank cukup baik. Dapat dilihat dari nilai net profit margin selama periode 2008-2012 tergolong baik dan dikategorikan bank yang sehat karena nilai net profit margin pada PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat diatas standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu > 10%. Semakin tinggi rasio maka semakin baik hasil yang ditunjukkan. b. Return On Equity Capital Pada tahun 2008 nilai return on equity capital sebesar 17,78%, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp.1,dari modal mampu menghasilkan laba sebesar Rp.0,18,-. Sedangkan pada tahun 2009 return on equity capital naik menjadi 19,26% yang berarti bahwa setiap Rp.1,- dari modal mampu menghasilkan laba sebesar Rp.0,19,-. Tahun 2010 return on equity capital naik menjadi 27,03%, yang berarti bahwa setiap Rp.1,- dari modal mampu menghasilkan laba sebesar Rp.0,27,-. Tahun 2011 dan 2012 return on equity capital mengalami penurunan menjadi 23,81% dan 21,49%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- dari modal mampu menghasilkan laba sebesar Rp.0,23,- dan Rp 0,21,-. PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat dilihat dari return on equity capital tergolong sehat karena tidak berada dibawah standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 15%. Nilai return on equity capital yang tinggi menunjukkan bahwa bank tersebut mampu menghasilkan laba

198

Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 182-200

dengan menggunakan modal yang dimilikinya. c. Return On Total Assets Return on total asset pada tahun 2008 sebesar 1,81%, berarti bahwa setiap Rp.1,- dari aset menghasilkan laba sebesar Rp.0,018,-. Pada tahun 2009 return on total assetsl sebesar 1,77%, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp.1,- dari aset mampu menghasilkan laba sebesar Rp.0,017,-. Tahun 2010 return on total assets naik menjadi 2,44%, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp.1,dari aset mampu menghasilkan laba sebesar Rp.0,02,-. Sedangkan tahun 2011 dan 2012 return on total assets turun menjadi 1,91% dan 1,96%, menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- dari asset mampu menghasilkan laba sebesar Rp 0,019 dan Rp 0,019,-. Dilihat dari nilai Return on total capital, PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat tergolong sehat karena nilai Return on total capital nya lebih dari standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu ≥ 1,215% (Sehat). Berdasarkan analisis rasio-rasio profitabilitas tersebut dapat diketahui bahwa kinerja keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat selama periode 2008-2012 tergolong baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan cukup tingginya nilai rasio-rasio profitabilitas yang diperoleh pada tahun tersebut. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Sehubungan dengan temuan penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kinerja keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat ditinjau dari rasio likuiditas selama periode 2008 – 2012 tergolong baik, jika dilihat dari nilai

199

quick ratio, loans to assets ratio dan loan to deposit ratio, sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Meskipun nilai rata-rata quick ratio PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera berada diatas standar yang ditetapkan oleh BI. Dimana nilai quick ratio berkisar 30,56% 38,35%. Untuk nilai loans to assets ratio berkisar 69,03% - 75,76%, dan loan to deposit ratio berkisar 76,02% - 89,76% Ini menunjukkan bahwa bank mampu dalam memenuhi kewajiban (hutang) jangka pendeknya. 2. Kinerja keuangan PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat ditinjau dari rasio solvabilitas selama periode 2008-2012 terlihat baik. Hal ini terlihat pada primary ratio bank berkisar 8,01% 10,19%, capital ratio berkisar 11,22% - 13,88%, dan capital adequacy ratio berkisar 9,60% 11,92%, sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Ini menunjukkan bahwa bank memiliki aktiva yang cukup untuk membayar hutang jangka panjangnya. 3. Kinerja keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat ditinjau dari rasio profitabilitas selama periode 20082012 terlihat bank yang profitabel. Hal ini terlihat pada nilai net profit margin pada PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat berkisar 64,71% - 75,70%, return on equity capital berkisar 17,78% - 27,03%, dan return on assets yang berkisar 1,91% - 2,44%, sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Ini menunjukkan bahwa bank mampu menghasilkan laba dibanding dengan modal yang digunakan.

Analisis Laporan Keuangan ... (Dewi Anggraini)

Implikasi Penelitian 1. PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat agar lebih meningkatkan penghimpunan dana pihak ketiganya dalam bentuk tabungan, giro, deposito sesuai dengan peningkatan cash assetnya, agar dapat mencapai keseimbangan posisi likuiditas , agar tidak terjadi dana yang idle (menganggur). Karena banyaknya dana yang menganggur, akan menimbulkan pengorbanan tingkat bunga yang tinggi. 2. Diharapkan bagi manajemen PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat, hasil penelitian ini dapat dijadikan tolak ukur untuk menilai apakah pengelolaan bank telah sesuai dengan azas-azas perbankan yang sehat dan ketentuan-ketentuan yang berlaku. 3. Penelitian ini merupakan studi kasus yang hanya meneliti satu perusahaan tentang analisis laporan keuangan dalam menilai kinerja keuangan PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang terkait dengan penelitian ini sebaiknya membandingkan kinerja keuangan beberapa perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA Indonesia, 1996, ”Analisa Laporan Keuangan Perbankan”, BI, Yogyakarta. Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim, 2003, ”Analisis Laporan Bank

Keuangan”, AMP-YKPN, Yogyakarta. Kasmir, 2008, ”Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, PT. Raja Grafindo Persada,Jakarta. Martono,2002, ” Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Etanisia, Jakarta. Munawir, 2010, ” Analisa Laporan Keuangan”, Liberty, Yogyakarta. Niki Lukviarman, 2006, ” DasarDasar Manajemen Keuangan”, Andalas University Press, Padang. Rianto, Bambang, 1998, ”Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan”, BPFE-UGM, Yogyakarta. Sartono, Agus, 2000, ”Manajemen Keuangan”, BPFE, Yogyakarta. Sri Susilo, Sigit Triandaru, Totok Budi Santoso, 1999, ”Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Salemba Empat, Yogyakarta. Syafri, 2002, ”Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Syafaruddin, 1993, ”Manajemen Keuangan”, Badan Peneliti Fakultas Ekonomi, Yogyakarta. Republik Indonesia,1998, ”UndangUndang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan”, Jakarta, Sekretariat Negara Taswan, 2006, “ Manajemen Perbankan Konsep Teknik & Aplikasi Banking Risk Assesment”, UUP STIM YKPN, Yogyakarta. Teguh Pudjumuljono, 1999, ”Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan”, Djambatan, Jakarta.

200