ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KARET PADA PT. PERKEBUNAN

penanganan pada saat penyaringan busa dengan baik dan proses penghitungan pembekuan dengan tepat, (d) Faktor Machine: ... pengolahan lateks menjadi ka...

7 downloads 731 Views 500KB Size
Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 90-104

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KARET PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN BATUJAMUS/KERJOARUM KARANGANYAR Isti Khomah, Endang Siti Rahayu, Mohd. Harisudin Magister Agribisnis Program Pascasarjana UNS [email protected] Abstrak Karet berasal dari tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) yang diusahakan perkebunan besar dan rakyat. Indonesia mempunyai potensi besar menjadi produsen utama karet. Karet sebagai bahan baku industri memerlukan sistem jaminan mutu yang baik. Salah satu aktivitas menciptakan kualitas yaitu menerapkan sistem pengendalian kualitas. Pengendalian kualitas dengan alat bantu statistik bermanfaat pula mengawasi tingkat efisiensi. Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas karet PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Batujamus/Kerjoarum, mengetahui faktor-faktor utama yang mempengaruhi kualitas karet, mengetahui proses bisnis, dan mengetahui perbaikan sistem mutu. Metode dasar yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan menggunakan data time series. Data yang diambil adalah data produksi karet RSS bulan Maret 2012-Februari 2013. Berdasarkan hasil penelitian diketahui (1) Kualitas karet RSS yang dihasilkan menurut analisis check sheet belum mencapai standar perusahaan sebesar 94% karena ada 6 bulan yang belum memenuhi standar; (2) Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kualitas karet RSS adalah faktor man, method, material, machine, dan environment; (3) Proses bisnis diketahui bahwa masih banyak titik yang berada di luar batas pengendalian; dan (4) Usulan perbaikan meliputi: (a) Faktor Man: pengecekan dan penggantian bambu yang rusak, pekerja menjaga kebersihan ruang pengasapan dan peralatan, dan menghitung benar saat pengenceran, (b) Faktor Method: melakukan pencucian sampai bersih, segera dilakukan pembalikan sheet, dan melakukan penyaringan busa sampai bersih, (c) Faktor Material: penanganan pada saat penyaringan busa dengan baik dan proses penghitungan pembekuan dengan tepat, (d) Faktor Machine: menjaga kebersihan peralatan dan mesin serta mengecek mesin sebelum bekerja, dan (e) Faktor Environment: Menjaga kebersihan di ruang sortasi dan pengasapan agar kelembaban udara stabil, serta melakukan penyemprotan di ruang sortasi dengan anti jamur. Kata kunci: Pengendalian Kualitas, SQC, Kualitas Karet RSS, PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) PENDAHULUAN

unit pengolahan atau disebut agroindustri

Karet berasal dari tanaman karet (Hevea

(Haris,

brasiliensis Muell. Arg.) yang diusahakan

potensi yang besar untuk menjadi produsen

perkebunan

Sistem

karet. Selain iklim dan lingkungan me-

perkebunan besar dicirikan penggunaan

menuhi syarat bagi pertumbuhan dan per-

teknologi dan manajemen modern serta

kembangan, Indonesia juga mempunyai

besar

dan

rakyat.

2006:5).

Indonesia

mempunyai

mengintegrasikan usaha perkebunan dengan 90

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 90-104

tenaga kerja yang banyak (Abednego,

sekarang ini menurut Nancy (1997:442),

1978:1).

semakin tinggi persaingan antar negara

Memanfaatkan potensi usaha karet

produsen dan tingginya tuntutan konsumen

dan mengatasi masalah dalam pengusahaan

akan mutu produk yang konsisten dan bebas

karet di Indonesia serta melihat adanya

kontaminasi. Melalui peningkatan produk-

kecenderungan

konsumsi

tivitas dan mutu diharapkan dapat me-

karet dunia di masa mendatang merupakan

ningkatkan pendapatan dan daya saing di

peluang dan tantangan Indonesia dalam

pasar

meningkatkan produksi karet alamnya.

permintaan

Menghadapi

negara

meningkat.

produsen, produk ekspor karet harus di-

Salah

meningkatnya

persaingan

antar

dunia,

serta

mampu

konsumen

satu

memenuhi

yang

semakin

aktivitas

dalam

tingkatkan mutunya disesuaikan dengan

menciptakan kualitas sesuai standar yaitu

permintaan konsumen.

menerapkan sistem pengendalian kualitas

Perkembangan ekonomi karet baik

yang tepat, mempunyai tujuan dan tahapan

produksi maupun konsumsi karet relatif

yang jelas, serta memberikan inovasi, dan

terus mengalami peningkatan. Peningkatan

penyelesaian masalah-masalah yang di-

konsumsi karet alam dunia terjadi karena

hadapi oleh perusahaan. Kegiatan pe-

perkembangan industri-industri barang jadi

ngendalian kualitas ini menurut Suparman

karet. Hal ini juga dipengaruhi faktor harga

(2008:20), berupa pengembangan usaha-

karet

usaha yang berkesinambungan bertujuan

yang

Supriadi

terus

(2009:77),

membaik.

Menurut

faktor-faktor

yang

terhadap mutu, ongkos, penampilan, ke-

mempengaruhi harga karet seperti proporsi

amanan, dan keandalan terhadap produk

permintaan produksi, stok, harga minyak

yang dibuat perusahaan.

dunia, harga karet sintetik, dan nilai tukar

Penentuan seberapa besar tingkat

mata uang. Secara umum strategi yang

kerusakan produk yang dapat diterima

perlu ditempuh untuk mempertahankan

perusahaan

eksistensi industri karet adalah melalui

toleransi dari cacat produk yang dihasilkan

upaya peningkatan produktivitas kebun dan

tersebut dapat menggunakan pengendalian

efisiensi usaha.

kualitas dengan menggunakan alat bantu

dengan

menentukan

batas

Karet sebagai bahan baku industri

statistik, yaitu Statistical Quality Control

memerlukan sistem jaminan mutu yang

(SQC). Pengendalian kualitas dengan alat

baik, biasanya penentuan mutu dilakukan

bantu statistik bermanfaat pula mengawasi

berdasarkan uji produk akhir. Padahal di era

tingkat efisiensi. Jadi, dapat digunakan

91

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 90-104

sebagai alat untuk mencegah kerusakan dengan

cara

menolak

dan

menerima

berbagai produk yang dihasilkan, sekaligus sebagai upaya efisiensi.

3. Mengetahui proses bisnis yang dilakukan PTPN

IX

(Persero)

Kebun

Batujamus/Kerjoarum. 4. Mengetahui

perbaikan

(rekomendasi)

sistem mutu yang dilakukan PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus-Kerjoarum

Rumusan Masalah 1.

2.

Apakah produk yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar kualitas yang

METODE PENELITIAN

telah ditetapkan PTPN IX (Persero)

Tempat dan Waktu Penelitian

Kebun Batujamus-Kerjoarum?

Lokasi

Faktor-faktor apa saja yang dapat

Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun

mempengaruhi kualitas karet di PTPN

Batujamus/Kerjoarum Karanganyar. Waktu

IX

penelitian ini selama 1 bulan (18 Februari

(Persero)

Kebun

Batujamus-

di

PT.

Apakah pengendalian kualitas karet yang dilakukan PTPN IX (Persero)

Jenis Penelitian

Kebun

telah

Metode dasar yang digunakan adalah

kerusakan

metode deskriptif analisis menggunakan

berhasil

4.

bertempat

2012 – 18 Maret 2013).

Kerjoarum? 3.

penelitian

Batujamus/Kerjoarum meminimalkan

produk yang dihasilkan?

data

Bagaimana cara menekan terjadinya

Kuncoro (2003:172), analisis merupakan

kerusakan produk karet cacat di PTPN

kegiatan

IX

memisahkan bagian yang relevan dari

(Persero)

Kebun

Batujamus/

Kerjoarum?

berkala

(time

series).

Menurut

mengelompokkan

atau

keseluruhan data mentah untuk dijadikan data yang mudah dikelola sehingga hasilnya dapat ditafsirkan.

Tujuan Penelitian 1.

Mengetahui

kualitas

karet

yang

dihasilkan di PTPN IX (Persero)

Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Kebun Batujamus/Kerjoarum.

Penentuan

2. Mengetahui faktor-faktor utama yang mempengaruhi dihasilkan

kualitas

karet

yang

PTPN IX (Persero) Kebun

Batujamus/Kerjoarum.

lokasi

penelitian

dilakukan

secara sengaja (purposive) yaitu di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Batujamus/Kerjoarum

Kabupaten

Karanganyar. Penentuan secara purposive didasarkan

pada

pertimbangan-per-

92

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 90-104

timbangan tertentu, yaitu bahwa PTPN IX

sheet. Check sheet ini digunakan untuk

(Persero)

mengetahui jumlah cacat produk yang

Kebun

Batujamus/Kerjoarum

merupakan karena mempunyai areal lahan

dihasilkan sehingga dapat

yang paling luas

kualitas karet yang dihasilkan oleh PT.

diantara PTPN IX

(Persero) lainnya.

Perkebunan Kebun

Nusantara

Batujamus

diketahui

IX -

(Persero) Kerjoarum

Karanganyar.

Metode Penentuan Data Penelitian Data utama dalam penelitian ini adalah data

2. Analisis Histogram

yang terkait dengan proses produksi, yaitu

Histogram

ini

berguna

untuk

jumlah produksi karet RSS yang dihasilkan

memudahkan dalam melihat jenis cacat

PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus/

yang paling banyak terjadi sesuai dengan

Kerjoarum selama Bulan Maret 2012–

check sheet. Data produk yang cacat

Februari 2013.

disajikan dalam bentuk grafik balok yang dibagi berdasarkan jenis cacat

Pembatasan Masalah

masing-masing produk sehingga lebih

1. Jenis karet yang diteliti adalah jenis

jelas dalam membacanya.

Rubber Smoked Sheet (RSS). 2. Penelitian

ini

terbatas

3. Analisis Peta Kendali p (Control p pada

unit

Chart)

pengolahan lateks menjadi karet RSS

Peta kendali p (peta kendali proporsi

yang berada pada PTPN IX (Persero)

kerusakan)

Kebun Batujamus/Kerjoarum di Pabrik

pengendalian proses secara statistik.

Kerjoarum.

Penggunaan

peta

dikarenakan

pengendalian

3. Data produksi karet yang diambil untuk

sebagai

alat

kendali

untuk

p

ini

kualitas

penelitian selama 1 tahun, yaitu bulan

bersifat atribut, serta data yang diperoleh

Maret 2012 – Februari 2013.

yang dijadikan sampel pengamatan tidak

4.

tetap dan produk yang mengalami

Teknik Analisis Data

kerusakan

1. Analisis Check Sheet

menujukkan perubahan data dari waktu

(cacat).

Peta

kendali

p

Data yang diperoleh dari perusahaan

ke waktu sehingga dengan pencantuman

berupa data produksi karet RSS dan data

batas maksimum dan minimum yang

kerusakan

merupakan batas daerah pengendalian.

produk

yang

kemudian

disajikan dalam bentuk tabel secara rapi dan

terstruktur

menggunakan

check

4. Analisis Pareto Chart

93

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 90-104

Diagram

pareto

Chart)

1. RSS 1: bebas kontaminasi yang tembus

mengidentifikasi,

bandela/ pandang; tidak boleh: ber-

mengurutkan, dan bekerja menyisihkan

bintik/ bergaris, kurang matang, buram/

kerusakan

hangus; kondisi kering, bersih, dan

digunakan

(Pareto

untuk

secara

permanen.

Suatu

gambaran yang dapat dilihat klasifikasi

kekar;

data dari kiri ke kanan menurut tingkat

maksimal sebesar kepala jarum; dan

kegagalan yang paling besar ke paling

bersih, matang, dan warna cerah.

kecil. Dengan diagram pareto ini, maka

2. RSS

tidak

3:

cacat;

bebas

bergelembung

kontaminasi;

tidak

dapat diketahui jenis produk cacat yang

mengandung cacat, lepuh- lepuh, pasir/

paling dominan/terbesar sehingga dapat

benda asing; kondisi kering, bersih, dan

diketahui prioritas perbaikan.

kekar; kondisi diperkenankan kurang

5. Analisis Fishbone Chart

dari

Fishbone Chart adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan sebab dan akibat

yang

pengendalian

berkaitan proses

dengan

statistikal

dipergunakan

untuk

faktor-faktor

penyebab

karakteristik

kualitas

cacat

warna,

gelembung udara kecil, dan noda kecil. 3. RSS

4:

bebas

kontaminasi;

tidak

mengandung: cacat, lepuh- lepuh, pasir/ benda asing; kondisi kering, bersih, dan

menunjukkan

kekar;, kondisi diperkenankan kurang

(sebab)

dan

dari 20%: karat, lengket, cendawan kecil,

yang

gelembung udara, cacat warna, dan

(akibat)

tersebut. Dalam hal ini menggunakan chart

sedikit

dan

disebabkan oleh faktor-faktor penyebab

fishbone

10%:

sehingga

dapat

kelebihan asap 4. Cutting A: produk ini adalah karet yang dihasilkan dari potongan-potongan karet.

menganalisis faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab kerusakan.

Analisis Check Sheet Berdasarkan hasil Analisis Check Sheet

HASIL PENELITIAN

setiap bulannya, maka akan dapat diketahui

PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero)

dalam setahun berproduksi pada bulan

Kebun Batujamus/Kerjoarum merupakan

mana

perusahaan penghasil produk karet, untuk

standar.

yang

dapat

berproduksi

sesuai

hasil produk yang berkualitas baik yang akan diekspor (RSS 1). Berdasarkan kriteria kualitas produk karet RSS, dapat dibedakan sebagai berikut:

94

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 90-104

Tabel 1. Jumlah Produksi Karet RSS Berdasarkan Kualitas (RSS 1) dan Cacat di PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus/ Kerjoarum, Maret 2012-Februari 2013

Bulan

Tahun

Produk Cacat (kg)

Jumlah Produksi Ratarata (kg)

Produk RSS 1 Ratarata (kg)

RSS 1 (%) RSS 3

RSS 4

Cut A

Produk Cacat Ratarata (kg)

Produk Cacat (%) 8.46

Produk Cacat (%)

Cut A

RSS 3

RSS 4

Maret

2012

7389.03

6754.77

91.54

390.03

185.9

58.32

5.21

2.45

0.8

634.26

April

2012

7602.13

6882.7

90.55

395.5

256.13

67.8

5.23

3.34

0.88

719.43

9.45

Mei

2012

8598.94

7742.32

89.94

437.42

353.58

65.61

5.14

4.12

0.8

856.61

10.06

Juni

2012

8366.33

7782.5

93.09

316.4

210.93

56.5

3.76

2.47

0.68

583.83

6.91

Juli

2012

7046.1

6685.26

94.79

171.32

123.94

65.61

2.47

1.81

0.93

360.87

5.21

Agustus

2012

4199.23

4013.32

95.80

87.48

72.9

25.52

1.97

1.67

0.56

185.9

4.20

September

2012

3845.43

3657.1

95.14

97.93

67.8

22.6

2.48

1.7

0.68

188.33

4.86

Oktober

2012

3878.45

3677.97

94.88

102.06

72.9

25.52

2.53

1.94

0.65

200.48

5.12

November

2012

4919.27

4606.63

93.7

161.97

113

37.67

3.23

2.27

0.79

312.64

6.30

Desember

2012

6171.26

5861.45

95.1

160.39

94.77

54.65

2.48

1.43

0.9

309.81

4.90

Januari

2013

5814.03

5547.94

95.68

145.81

83.84

36.45

2.37

1.35

0.6

266.09

4.32

Februari Total

2013

6521.25

6105.89

93.69

237.32

137.68

40.36

3.69

1.98

0.64

415.36

6.31

74351.45

69317.85

1123.9

2703.63

1773.37

556.61

40.56

26.53

8.91

5033.61

76.1

6195.95

5776.49

93.66

225.30

147.78

46.38

3.38

2.21

0.74

419.47

6.34

Rata-rata

Sumber: Analisis Data, 2013 (Lampiran 1) Berdasarkan Tabel jumlah

produksi

November, dan Februari 2013. Jumlah

mencapai target perusahaan pada bulan Juli,

produksi karet cacat tertinggi bulan Mei

Agustus, September, Oktober, Desember,

2012 sebesar 10,06%. Sedangkan bulan

dan Januari. Jumlah produksi yang tertinggi

Agustus merupakan jumlah produksi karet

pada

cacat terendah sebesar 4,20%.

Agustus

RSS

sebesar

1

terjadi pada bulan Maret, April, Mei, Juni,

yang

bulan

karet

1. diketahui

95,80%.

Sedangkan pada bulan Mei merupakan

Selama satu tahun diketahui bahwa

jumlah produksi karet RSS 1 yang terendah

rata-rata produksi karet jenis RSS 1 sebesar

sebesar 89,94%.

93,66%. Sedangkan karet yang termasuk

Jumlah produksi karet setiap harinya

golongan cacat sebesar 6,34%. Hal ini

masih ditemukan karet yang kembali ke

berarti

bahwa

produksi

karet

RSS

ruang asap untuk dilakukan pengolahan

perusahaan selama satu tahun belum dapat

ulang. Selain itu, jumlah produksi karet

memenuhi standar kualitas perusahaan,

RSS 1 dan juga produk cacat juga

yaitu 94% karena dalam satu tahun masih

cenderung mengalami penurunan. Namun,

ada enam bulan yang belum dapat mencapai

pada bulan Februari 2013 diketahui bahwa

standar perusahaan, yaitu bulan Maret,

jumlah produk cacat dari bulan Januari

April, Mei, Juni, November 2012, dan

semakin meningkat. Jumlah produk cacat

Februari 2013.

95

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 90-104

Analisis Histogram Berdasarkan Analisis Check Sheet dapat dibuatkan Diagram Histogram sehingga lebih mudah untuk membacanya

Gambar 2. Histogram Jenis Karet RSS Cacat, Maret 2012 - Februari 2013 Analisis Peta Kendali p (Control p Chart) Berdasarkan perhitungan batas kendali dengan bantuan Program SPSS 18 dapat

tidak

beraturan

disebabkan

karena

banyaknya produk cacat yang

Peta Kendali p selama Produksi Maret 2012 – Februari 2013

Gambar 3. Peta Kendali p Produk Cacat, Maret 2012 – Februari 2013

dihasilkan Control p Chart sebagai berikut. Berdasarkan

Gambar

dihasilkan. Hal ini menunjukkan

bahwa pengendalian kualitas untuk produk

diatas

karet RSS 1 yang sesuai dengan standar

menunjukkan bahwa produksi karet RSS

masih mengalami banyak penyimpangan.

selama satu tahun mulai Maret 2012 sampai

Penyimpangan yang terjadi ke luar batas

Februari 2013 berada di luar batas kendali.

kendali karena produk yang dihasilkan

Pola titik-titik dalam Peta Kendali p ini

setiap harinya masih dalam jumlah yang

berfluktuasi dan tidak beraturan. Terdapat

banyak

75 titik yang berada dalam batas kendali

dibawah

dan 290 titik berada dalam luar batas

penyimpangan

ini

kendali. Perubahan titik-titik yang secara

permasalahan

pada

dari

produk

standar

yang

RSS

dihasilkan

1.

dikarenakan proses

Adanya adanya produksi

mendadak ke luar batas dari garis pusat dan 96

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 90-104

sehingga menghasilkan produk cacat yang

apa yang pertama akan dipecahkan untuk

melebihi standar perusahaan.

menghilangkan kerusakan dan memperbaiki

Permasalahan

yang

ada

di

operasi pada produksi selanjutnya.

perusahaan ini disebabkan oleh variasi-

Berdasarkan

Diargam

Pareto

variasi penyebab khusus tersebut meliputi

produksi selama satu tahun dari Maret 2012

faktor pekerja, bahan baku, mesin, metode



cara kerja, dan lingkungan. Oleh sebab itu,

permasalahan dominan cacat yang terjadi

masih diperlukan analisis lebih lanjut

dari setiap bulannya adalah permasalahan

mengapa terjadi penyimpangan yang sudah

noda kecil dan gelembung pada karet RSS

terlihat pada peta kendali p di atas.

3. Oleh karena itu, permasalahan paling

Selanjutnya faktor-faktor penyebab khusus

dominan yaitu kerusakan noda kecil dan

ini akan dianalisis dengan menggunakan

gelembung pada RSS 3. Jadi perbaikan

diagram sebab-akibat untuk mengetahui

terlebih

penyebab

permasalahan noda kecil dan gelembung

dari

penyimpangan/kerusakan

dari produk tersebut. Dengan demikian,

Februari

2013

dahulu

diketahui

dilakukan,

bahwa

yaitu

pada produk RSS 3.

akan dapat diketahui apa saja permasalahan yang menyebabkan produksi belum dapat

Analisis

terkendali.

(Fishbone Chart)

Diagram

Sebab

Akibat

Alat bantu untuk mencari penyebab Analisis Diagram Pareto

adanya

Diagram Pareto adalah sebuah diagram

diagram sebab akibat (Fishbone Chart)

yang digunakan untuk mengidentifikasi,

yang mengaitkan penyebabnya dengan

mengurutkan, dan menunjukkan masalah

faktor-faktor

Method

yang

menggunakan

mempengaruhinya.

Man Pembalikan sheet tidak segera dilakukan

Pencucian sheet kurang bersih

Lateks mengalami goncangan selama perjalanan

Material

permasalahan

Kelalaian dalam mengganti bambu di ruang pengasapan Respon pekerja dalam menjaga kebersihan ruang pengasapan dan peralatan

Permasalahan Noda dan Gelembung Kecil

Cuaca dan suhu yang kurang mendukung

Environment

Gambar 4. Fishbone Chart untuk Permasalahan Sebab Akibat untuk Permasalahan Noda dan Gelembung Kecil

97

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 90-104

a. Man (Pekerja)

dengan air yang mengalir sehingga

1) Kelalaian

pekerja

dalam

hal

penggantian bambu Pekerja

di

ruang

seharusnya

setiap

pengasapan

sisa-sisa

serum

tertinggal

di

tersebut

lembaran.

tidak Metode

pencucian yang perlu diperhatikan

hari

harus

yakni

bambu

yang

mengalir. Akibat pencucian yang

digunakan untuk menjemur sheet.

kurang bersih ini nantinya akan

Setiap bambu mempunyai tingkat

menyebabkan lembaran mudah kena

kekuatan yang berbeda dalam hal

jamur. Pekerja dalam bagian ini harus

ketahanan. Bambu yang sudah tidak

melihat

layak dipakai ini nantinya akan

lembaran yang dicuci sudah bersih

menjadikan sheet yang dijemur akan

dan

dikenai jamur.

dilakukan secara berulang-ulang agar

mengecek

2) Respon

setiap

pekerja

dalam

menjaga

kebersihan

dengan

benar

air

bersih

apakah

sebaiknya

yang

lembaran-

pencucian

ini

lembaran-lembaran karet benar-benar terjamin kebersihannya.

Selain kebersihan dari diri pekerja,

2) Pembalikan lembaran (sheet) yang

kebersihan ruang pengasapan dan

tidak segera dibalik

peralatan sehari-hari yang digunakan

Pembalikan sheet dilakukan pada hari

harus terbebas dari kotoran agar tidak

ke-2

menghambat

pengolahan.

Terkadang pembalikan sheet ini tidak

Sebelum peralatan digunakan untuk

segera dilakukan oleh para pekerja

proses pengolahan, maka peralatan

dikarenakan sheet yang masih panas

sebaiknya

dahulu

sehingga terjadinya kondensasi uap

dibersihkan agar sisa-sisa bahan yang

air di dalam ruangan dan mengenai

diolah

sheet

proses

harus

terlebih

sebelumnya

tidak

ikut

pada

saat

pengasapan.

tersebut. Hal inilah yang

tercampur. Hal ini nantinya juga akan

menyebabkan sheet terkena noda-

mempengaruhi

noda kecil (cendawan). Maka, dalam

kualitas

lembaran

karet yang dihasilkan. b. Method (Instruksi Kerja) 1) Pencucian lembaran (sheet) yang

metode kerja di ruang pengasapan perlu

adanya

perlakuan

penekanan

tindakan

kurang bersih

lembaran-lembaran

Pencucian lembaran yang dihasilkan

segera pada hari ke-2.

setelah proses giling harus dicuci

untuk

pembalikan karet

dengan

c. Material (Bahan Baku)

98

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 90-104

1) Bahan baku lateks yang mengalami

para pekerja pada bagian selanjutnya

goncangan

juga waspada dan paham apa yang harus

Lateks yang dikirim dari Afdelling yang jaraknya jauh dari pabrik pengolahan ini

dilakukan nantinya. d. Environment (Lingkungan)

juga mempengaruhi kualitas dari lateks

1) Cuaca dan suhu yang kadang kurang

itu sendiri. Lateks yang seperti ini banyak

berbusa

dalam

Pada pertengahan Bulan Februari terjadi

pengolahannya harus perlu tenaga ekstra

hujan deras dan inilah yang menyebabkan

untuk menyaring busa-busa tersebut.

kelembaban

Akibat dari teragulasinya bahan baku

pengasapan maupun ruang sortasi. Akibat

lateks

dapat

dari kelembaban udara ini timbul adanya

gelembung-

bercak/noda kecil seperti jamur/cendawan.

dengan

menyebabkan

sehingga

mendukung

cepat

yang

terjadinya

yang

dilakukan

berlebih

di

ruang

gelembung udara dalam tiap sheet. Jadi,

Perlu

pencegahan

untuk

sebaiknya petugas penerimaan bahan

berkembangbiaknya

cendawan

seperti

baku memberikan informasi kepada

menyemprot dengan anti-jamur pada ruang

petugas bagian pengolahan selanjutnya

bagian sortasi.

tentang kondisi bahan baku tersebut agar Man

Method Penyaringan busa kurang bersih

Pekerja kurang telit dalam proses pembekuan lateks Permasalahan Banyaknya Gelembung Peralatan dan mesin kurang settingan dan kurang bersih

Lateks mengalami goncangan dalam perjalanan

Material

Gambar

5.

Machine

Fishbone

Permasalahan

Sebab

Chart Akibat

untuk untuk

Permasalahan Banyaknya Gelembung a. Man (Pekerja)

penanganan. Pekerja yang bekerja

 Pekerja kurang teliti dalam hal proses

pada masing-masing bagian proses

pembekuan lateks

pengolahan harus paham mengenai

Kualitas lateks yang diproses/diolah

apa dan bagaiman proses mengolahan

selama

ini

yang akan dikerjakan dalam masing-

dalam

masing bagian pengolahan. Pada saat

proses

membutuhkan

pengolahan ketelitian

99

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 90-104

pembekuan,

kualitas

lateks

yang

 Bahan baku lateks yang mengalami

berasal dari Afdelling yang jauh

goncangan

berbeda penanganannya dengan yang

Lateks yang dikirim dari Afdelling

dekat pabrik. Lateks yang berasal dari

yang jauh dari pabrik pengolahan ini

Afdelling yang jauh lebih segera

juga mempengaruhi

menggumpal sehingga menyebabkan

lateks itu sendiri. Lateks yang seperti

banyaknya gelembung udara pada

ini

setiap sheet yang dihasilkan. Pada

sehingga dalam pengolahannya harus

kondisi bahan baku lateks seperti ini

perlu tenaga ekstra untuk menyaring

sebaiknya

busa-busa

pekerja

pada

bagian

mengandung

kualitas dari

banyak

tersebut.

berbusa

Akibat

dari

penerimaan bahan baku memberikan

teragulasinya

informasi kepada pekerja di bagian

dengan

selanjutnya agar para pekerja pada

menyebabkan terjadinya gelembung-

bagian pembekuan dapat lebih teliti

gelembung udara dalam tiap sheet.

dalam melakukan mengukur tingkat

Jadi, sebaiknya petugas penerimaan

keenceran dan koagulannya.

bahan baku memberikan informasi

b. Method (Instruksi Kerja)

bahan

cepat

baku yang

lateks dapat

kepada petugas bagian pengolahan

 Penyaringan busa yang kurang bersih

selanjutnya tentang kondisi bahan

Lateks yang berasal dari Afdelling

baku tersebut agar para pekerja pada

yang

pabrik

bagian selanjutnya juga waspada dan

pengolahan harus segera ditangani

paham apa yang harus dilakukan

dengan teliti karena mempengaruhi

nantinya.

jaraknya

kualitas

dari

jauh

lateks

dari

itu

sendiri.

Banyaknya busa pada lateks yang

d. Machine (Mesin)  Peralatan dan mesin yang kurang

akan diolah ini sehingga perlu metode

settingan dan kurang bersih

kerja pada saat penyaringan yang

Peralatan dan mesin sebelum dan

lebih teliti. Akibat dari ini timbul

sesudah digunakan proses produksi

gelembungan udara yang banyak di

harus kembali dicek dan dibersihkan

setiap helai lembaran karet yang

dengan baik. Peralatan yang kurang

dihasilkan.

bersih ini nantinya dapat menghambat proses pengolahan. Selain itu, mesin

c. Material (Bahan Baku)

harus dilakukan pengontrolan dengan settingan yang benar sebelum proses

100

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 90-104

pengolahan peralatan

dimulai. ini

Pembersihan

seharusnya

lembaran. Adanya kondisi seperti itu

dengan

yang tidak beraturan sehingga di

yang

lembaran itu ada kondisi yang baik

mengalir agar benar-benar tidak ada

yang dapat dipotong/digunting pada

sisa kotoran yang menempel pada

bagian yang rusak. Bagian yang rusak

peralatan yang kemudian hari akan

ini

digunakan.

potangan karet yang masih baik ini

menggunakan

air

Permasalahan

bersih

pada

jenis

dibuang

dikumpulkan

dan

sisa

dalam

potongan-

bak

cutting

produk Cutting A ini secara otomatis

sehingga terkumpul pula jenis karet

ada karena dalam permasalahan jenis

cutting A.

produk RSS 3 dan 4 ada per-

Secara

keseluruhan

per-

masalahan. Pada produk jenis RSS 3

masalahan yang ada dalam produk

mapun RSS 4 banyak yang terkena

RSS 3, RSS 4, dan Cutting A ini

noda

dapat dilihat pada fishbone chart

kecil

maupun

adanya

gelembung udara pada setiap helai

berikut ini: Man

Method

Respon pekerja dalam menjaga Kelalaian dalam mengganti kebersihan ruang pengasapan dan bambu pada ruang pengasapan Pembalikan sheet tidak peralatan segera dilakukan Pekerja kurang teliti pada proses pembekuan lateks Pencucian sheet kurang bersih

Penyaringan busa kurang bersih

Lateks mengalami goncangan selama perjalanan

Permasalahan Adanya Gelembung dan Noda Kecil

Peralatan dan mesin kurang settingan dan kurang bersih

Material

Machine

Peralatan dan mesin kurang settingan dan kurang bersih

Environment

Gambar 6. Fishbone Chart untuk Permasalahan Sebab Akibat untuk Permasalahan Adanya Gelembung dan Noda Kecil Solusi atas permasalahan ini lebih Pabrik sehingga mengandung banyak busa, ditekankan pada prosedur kerja yang jelas

perlu penggantian mesin yang sudah tua

bagi pekerja di setiap bagian pengolahan

dengan yang baru agar proses produksi juga

meliputi: bagaimana cara pekerja bersikap

dapat berjalan dengan lancar dan perlu

dan

menjaga

men-settting mesin sesuai dengan aturannya

kebersihan diri dan peralatan, metode kerja

agar dihasilkan ketebalan sheet yang sama,

yang jelas khususnya untuk bahan baku

serta

lateks yang kurang baik misalnya lateks

mengkondisikan agar tetap stabil dan jika

yang berasal dari Afdeling yang jauh dari

perlu penyemprotan anti jamur segera

bertindak

dalam

hal

untuk

lingkungan

dengan

101

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 90-104

dilakukan

agar

jamur

tidak

segera

berkembang biak.

peralatan, metode kerja yang jelas khususnya untuk bahan baku lateks yang kurang baik misalnya lateks yang berasal dari Afdeling yang jauh dari Pabrik,

KESIMPULAN Kesimpulan

yang

dapat

diambil

dari

perlu penggantian mesin yang sudah tua

penelitian ini adalah sebagai berikut:

dengan yang baru agar proses produksi

1. Kualitas karet jenis RSS menurut check

juga dapat berjalan dengan lancar dan

sheet jumlah produk

RSS 1 dalam

perlu men-settting mesin sesuai dengan

setahun ini masih terdapat 6 bulan yang

aturannya agar dihasilkan ketebalan

tergolong belum dapat memenuhi target

sheet yang sama, serta untuk lingkungan

perusahaan (94%).

dengan mengkondisikan agar tetap stabil

2. Permasalahan

paling

dominan

yang

dan jika perlu penyemprotan anti jamur

mempengaruhi kualitas karet jenis RSS

segera dilakukan agar jamur tidak segera

adalah jenis RSS 3. Faktor-faktor utama

berkembang biak.

yang mempengaruhi kualitas karet RSS adalah faktor man, methode, material,

Saran

machine, dan environment.

1. Hendaknya

mendokumentasikan

3. Proses bisnis yang dilakukan PTPN IX

kegiatan setiap proses produksi yang

(Persero) Kebun Batujamus-Kerjoarum

dilakukan pada setiap masing-masing

dengan

Chart

bagian pengolahan sehingga dapat di-

diketahui bahwa masih banyak titik yang

evaluasi setiap kegiatan dan dapat

berada di luar pengendalian dalam

dilakukan tindakan perbaikan untuk

produksi

proses produksi selanjutnya.

analisis

setiap

Control

p

bulannya

yang

disebabkan oleh permasalahan dominan

2. Memberikan

pengarahan

dan

jenis RSS 3. Apabila produksi RSS 3 ini

pengawasan kepada pekerja di setiap

dapat ditekan dan dijadikan kualitas RSS

masing-masing bagian pengolahan agar

1, maka perusahaan akan lebih untung

dapat memberikan hasil dengan kualitas

dan efisien.

yang baik.

4. Solusi lebih ditekankan pada prosedur

3. Diharapkan para pekerja di setiap bagian

kerja yang jelas bagi pekerja di setiap

pengolahan sebelum bekerja melakukan

bagian pengolahan meliputi: bagaimana

pengecekan pada setiap bagian masing-

cara pekerja bersikap dan bertindak

masing..

dalam hal menjaga kebersihan diri dan

102

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 90-104

Sebaiknya apabila musim penghujan, untuk mengantisipasi penyemprotan

3.

Material

segera dilakukan

anti-jamur

pada

ruang

sortasi.

a. Bahan baku

a. Penanganan pada saat

lateks yang

penyaringan busa dengan

mengalami

baik dan pada proses

goncangan di

pembekuan harus

perjalanan akibat

dihitung dengan tepat

dari Afdelling jauh 4.

Machine

a. Peralatan dan

a. Menjaga kebersihan

mesin yang

peralatan dan mesin dan

kurang setting-an

selalu mengecek mesik

dan kurang bersih

sebelum bekerja

Environm

a.

a.

ent

uaca dan suhu

enjaga kebersihan di

yang kadang

ruang sortasi dan ruang

kurang

pengasapan agar

mendukung

kelembaban udara yang

Rekomendasi (Usulan Perbaikan) Sistem Mutu Perusahaan Tabel

2.

Usulan

Perbaikan

untuk

Permasalahan Noda Kecil dan Banyaknya

5.

Gelembung No.

Faktor

Masalah yang

yang

terjadi

Tindakan Perbaikan

terjadi tidak menurun b. Melakukan

diamati 1.

2.

Man

Method

penyemprotan di ruang

a. Kelalaian

a. Pengecekan dan

pekerja dalam hal

penggantian bambu yang

penggantian

sudah rusak (tidak layak)

bambu di ruang

dengan yang baru dan

pengasapan yang

tidak menunggu untuk

tidak layak

penggantian secara

b. Respon

serentak

pekerja dalam

b. Pekerja menjaga

menjaga

kebersihan ruang

Pengolahan Karet Dewasa ini di

kebersihan ruang

pengasapan dan peralatan

Indonesia.

pengasapan dan

yang digunakan

peralatan

c. Menghitung dengan

Pengendalian

c. Pekerja

benar pada saat

Karet yang Bekerja Sama dengan

kurang teliti

pengenceran dan berapa

dalam hal

jam seharusnya lateks

Direktorat

pembekuan lateks

harus dibekukan

Departemen Pertanian. Bogor: 28-30

a. Pencucian

a. Melakukan pencucian

lembaran (sheet)

berulang kali sampai

karet yang kurang

benar-benar bersih

bersih

dengan air bersih dan

b. Pembalikan

mengalir

Strategis Sistem Agroindustri Crumb

lembaran (sheet)

b. Pada saat karet

Rubber.

karet yang tidak

masuk ruang pengasapan

segera dilakukan

yang hari kedua untuk segera dilakukan pembalikan dengan

c. Penyaringan

serentak agar tidak terjadi

busa yang kurang

kondensasi di ruang

bersih pada saat

pengasapan.

akan dilakukan

c. Melakukan

pembekuan

penyaringan busa sampai benar-benar bersih

sortasi dengan anti jamur

DAFTAR PUSTAKA

Abednego, J. G. 1978. Situasi Industri

Pertemuan Mutu

Teknis

Bahan

Jendral

Olah

Perkebunan

Juni 1978. Haris, U. 2006. Rekayasa Model Aliansi

Disertasi

Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor. Kuncoro, M. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga. Jakarta. Nancy, C. 1997. Peran Komoditas Karet Alam

dalam

Perkonomian

Mendukung

Nasional

selama 103

Agribusiness Review

ISSN. 2354-8320

Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 90-104

Pembangunan

Jangka

Panjang

I

(1969-1993). Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia Volume XLV Nomor 3 Hal. 441-456, September 1997.

Lembaga

Penyelidikan

Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi

Universitas

Indonesia.

Jakarta. Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1995. Metode

Penelitian

Revisi.

Survey

Lembaga

Edisi

Penelitian,

Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Jakarta. Suparman, L. 2008. Penerapan Metoda Gugus Kendali Mutu dalam Mengurangi Tingkat

Kecacatan

pada

Produk

Hausing. Profitabilitas: Jurnal Ilmiah Pendidikan

Ekonomi

Akuntansi

Volume 2 Nomor 3 Januari 2008. Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP Unpas. Bandung. Supriadi, M. 2009. Implementasi Model Peremajaan Program

Partisipatif Revitalisasi

dalam

Perkebunan

Karet. Warta Perkaretan 28(1):76-86. Pusat Penelitian Karet. Bogor.

104