ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH DENGAN

sebuah perusahaan perbankan dapat dilihat dari laporan keuangan bank yang ... Perbedaan dan Persamaan Bank Syariah dengan ... bank syariah dan bank ko...

3 downloads 681 Views 610KB Size
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH DENGAN BANK KONVENSIONAL (STUDI KASUS PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk. DENGAN PT. BANK UOB INDONESIA Tbk. PERIODE 2008-2012) ASTARI C1B010010 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JAMBI

ABSTRAK Penulisan dalam skripsi ini, mengambil topik mengenai perbandingan kinerja keuangan bank syariah dengan bank konvensional. Perkembangan Lembaga perbankan dan semakin pesatnya persaingan antara bank syariah maupun bank konvensional, dalam beberapa tahun terakhir ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai kinerja keuangan kedua jenis bank tersebut dan kemudian dibandingkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara keduanya dan untuk membandingkan mana diantara keduanya yg memiliki kinerja keuangan yang lebih baik. Penelitian ini mengambil objek Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah dan Bank UOB Indonesia sebagai bank konvensional. Informasi yang digunakan untuk mengukur kinerja bank adalah berdasarkan Laporan Publikasi Keuangan Bank periode 2008-2012 menggunakan rasio keuangan yang digunakan terdiri dari Cash Ratio, Reserve Requirement, LDR, Loan to Asset Ratio, BOPO, NPM, ROA,ROE, DER, dan CAR. Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian yaitu dengan menggunakan uji Independent Sample T-Test untuk membandingkan kinerja keuangan dua bank tersebut. Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilakukan, secara keseluruhan dari rasio keuangan yang digunakan memperlihatkan kinerja keuangan yang berfluktuatif. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan 5 jenis rasio yaitu Cash Ratio, Reserve Requirement, LDR, ROE, dan DER menunjukkan kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia lebih baik dibandingkan kinerja keuangan Bank UOB Indonesia sedangkan Loan to Asset Ratio, BOPO,NPM, ROA, CAR menunjukkan kinerja keuangan Bank UOB Indonesia lebih baik dibandingkan kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia. Kemudian dari hasil uji Independent Sample Test menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dengan kinerja keuangan Bank UOB Indonesia dilihat dari Cash Ratio, Reserve Requirement, BOPO, NPM, ROA, DER, CAR. sedangkan dari LDR, Loan to Asset Ratio, ROE menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dengan kinerja keuangan Bank UOB Indonesia. Kata Kunci: Kinerja Keuangan, Bank Muamalat Indonesia, Bank UOB Indonesia.

Page 1

PENDAHULUAN Industri perbankan dapat dikatakan industri yang berkembang pesat pada saat ini. Hal ini dapat dilihat dari besarnya pangsa pasar sektor keuangan yang dimiliki industri perbankan yakni berdasarkan data Biro Riset Info Bank (www.infobanknews.com, diunduh 1 November 2013), industri perbankan menguasai 78% pangsa pasar keuangan di Indonesia, dan sisanya untuk Industri Keuangan Non Bank (IKNB) sebesar 22%. Industri perbankan Indonesia sebenarnya telah mengalami pasang surut, yang dimulai pada tahun 1983, ketika berbagai macam de-regulasi mulai dilakukan pemerintah, kemudian bisnis perbankan berkembang dengan pesat pada kurun waktu 1988-1996. Pada pertengahan tahun 1997 industri perbankan akhirnya terpuruk sebagai imbas dari terjadinya krisis moneter dan krisis ekonomi yang melanda perekonomian Indonesia. Untuk menanggulangi hal tersebut, maka pemerintah mengeluarkan Undang–Undang No 10 Tahun 1998. Dengan adanya Undang-Undang tersebut kemudian dikenal dua sistem perbankan di Indonesia (Dual Banking System), yakni bank yang melakukan usaha secara konvensional (menerapkan bunga) dan bank yang melakukan usaha secara syariah (menerapkan bagi hasil). Selanjutnya dengan dikeluarkan Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, membuat industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhan perbakan syariah secara lebih cepat lagi, akibatnya bank syariah ini muncul sebagai kompetitor bagi bank konvensional. Salah satu bank syariah terbaik di Indonesia yang terus berkembang yaitu Bank Muamalat Indonesia. Tak hanya bank syariah yang terus berprestasi, bank konvensional juga terus berusaha menjadi yang terbaik, salah satunya Bank UOB Indonesia agar tetap dapat bersaing ditengah marak dan berkembangnya bank-bank berbasis syariah. Sebagai salah satu lembaga keuangan, bank perlu menjaga kinerjanya agar dapat beroperasi secara optimal. Menurut Kasmir (2011,hal.281) untuk menilai kondisi keuangan sebuah perusahaan perbankan dapat dilihat dari laporan keuangan bank yang menggambarkan kinerja keuangan bank tersebut. Ukuran kinerja bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan bank yang meliputi Rasio Likuiditas yang terdiri dari Cash Ratio, Reserve Requirement, Loan to Deposit ratio (LDR), Loan to Asset Ratio, kemudian Rasio Rentabilitas yang terdiri dari Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Rasio Beban Operasional (BOPO), dan Net Profit Margin (NPM), dan terakhir Rasio Solvabilitas yang terdiri dari Debt to Equity Ratio (DER), dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Berdasarkan hal yang sudah dipaparkan sebelumnya, dalam penelitian ini penulis tertarik untuk membandingkan kinerja keuangan bank syariah dalam hal ini mengambil objek Bank Muamalat Indonesia dengan bank konvensional dalam hal ini adalah Bank UOB Indonesia yang mana sama-sama merupakan Bank yang berprestasi dan bank yang tidak menjalankan Dual Banking System. Meskipun terdapat beberapa perbedaan antara bank syariah maupun bank konvensional, seperti perbedaan falsafah, konsep pengelolaan dana nasabah, serta kewaiban mengelola zakat maupun adanya dewan pangawas syariah pada bank syariah, namun penulis merasa bahwa juga terdapat persamaan diantara keduanya, seperti yang dinyatakan oleh Amir Machmud dan Rukmana (2009,hal.10) persamaan tersebut terletak pada jenis jasa yang ditawarkan, dalam hal ini kedua jenis bank sama-sama memberikan jasa kepada nasabah di bidang keuangan, seperti tabungan, pinjaman/perkreditan, deposito, dan lain- lain, sehingga menimbulkan sebuah pilihan di masyarakat tentang jenis bank apa yang lebih baik bagi masyarakat. Kemudian persamaan lainnya terletak pada sisi teknis penerimaan uang, Page 2

mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, persyaratan umum pembiayaan, serta fungsi dan manfaat yang diberikan kepada masyarakat, selain itu dar i pelaporan keuangan kedua bank yang dibutuhkan sebagai unsur pembentuk rasio keuangan yang disajikan juga tidak terdapat banyak perbedaan. Sehingga dari uraian diatas penulis berpendapat bahwa kedua bank masih dapat diperbandingkan. Selain itu dengan penghargaan yang diperoleh untuk kedua bank atas kinerja keuangannya yang baik, maka perlu dilakukan pembuktian secara empiris akan hal tersebut, manakah yang terbaik jika dilihat dari segi kinerja keuangannya apakah kinerja keuangan Bank Syariah dalam hal ini adalah Bank Muamalat Indonesia ataukah Bank Konvensional dalam hal ini adalah Bank UOB Indonesia. dan menilai apakah kedua bank mengalami kondisi kinerja keuangan yang sama atau berbeda. Oleh karena itu Peneliti tertarik untuk membahas lebih lanjut dengan melakukan penelitian berjudul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dengan Bank Konvensional” (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. dengan PT. Bank UOB Indonesia Tbk. Periode 20082012) dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui kinerja keuangan bank syariah (PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.) dengan bank konvensional (PT. Bank UOB Indonesia Tbk.) jika dilihat dari Rasio Solvabilitas, Rasio Rentabilitas, dan Rasio Solvabilitas. 2. Untuk mengetahui mana yang lebih baik antara kinerja keuangan bank syariah (PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.) ataukah kinerja keuangan bank konvensional (PT. Bank UOB Indonesia Tbk.). 3. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kinerja keuangan bank syariah (PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.) dengan bank konvensional (PT. Bank UOB Indonesia Tbk.) jika dilihat dari Rasio Likuiditas, Rasio Rentabilitas, dan Rasio Solvabilitas. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Bank Pengeretian perbankan dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Adapun berdasaran Undang–Undang No.10 Tahun 1998 mengenai perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dala m bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan / atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 2.

Jenis Bank Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2007,hal.153) ditinjau dari segi imbalan atau jasa atas penggunaan dana, baik simpanan maupun pinjaman, bank dapat dibedakan menjadi: 1. Bank konvensional, yaitu bank yang dalam aktivitasnya baik penghimpuanan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya, memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu. 2. Bank Syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik menghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil Page 3

3. Prinsip Dasar Operasional Bank Syariah Batasan-batasan bank syariah harus menjalankan kegiatannya berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan yariat Islam. Adapun prinsip-prinsip bank syariah (Muhammad, 2011 hal.89) adalah sebagai berikut : 1. Prinsip Titipan atau Simpanan Murni (Al-Wadiah) Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu: a. Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) Wadiah Yad Al-Amanah adalah akad penitipan barang/uang antara pihak penerima tidak diperkenankan menggunakan barang / uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab akan kerusakan /kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan (Kasmir, 2011 hal.190). b. Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) Wadiah Yad adh-Dhamanah Adalah akad penitipan barang/uang dimana bank sebagai pihak penerima titipan dapat memanfaatkan dana titipan seperti simpanan giro, tabungan, dan deposito berjangka untuk dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat dan negara. (kasmir, 2011 hal.190) 2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing) Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah: a. Al-Mudharabah Al-Mudharabah Akad antara pihak pemilik modal dengan pengelola modal untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan. b. Al-Musyarakah Al-Musyarakah adalah akad kerja sama usaha patungan antara dua pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu jenis usaha yang hala dan produktif. Pendapatan dan keuntungan dibagi sesuai dengan rasio yang telah disepakati sebelumnya. 3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah) Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Implikasinya berupa: a. Murabahah, yaitu kegiatan jual beli barang pada harga pokok dengan tambahan keuntungan yang disepakati dimana bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli, barang diserahkan segera dan pembayaran dilakukan ecara tangguh. b. Salam, yaitu pembelian barang yang diserahkan kemudian hari sedangkan pembayaran dilakukan dimuka. Bank sebagai pembeli dan nasabah sebaga penjual. c. Istishna’, yaitu jual beli seperti akad salam namun pembayarannya dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran. 4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah) Page 4

Al-Ijarah adalah akad sewa menyewa antara bank (Muajir) dengan penyewa (Mustajir). Setelah masa sewa berakhir barang sewaan dikembalikan kepada muajir. Al-ijarah terbagi kepada dua jenis yaitu Ijarah, sewa murni. dan ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa. 5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service) Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk berdasarkan prnsip ini antara lain: a. Al-Wakalah (Amanat) Al-Wakalah adalah penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandate dari satu pihak kepada pihak lain. b. Al-Kafalah (Garansi) Al-Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak keetiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. c. Al- Hawalah (Anjak Piutang) Al- Hawalah adalah pengalihan hutang dari orang lain yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya atau lebih dikenal dengan anjak piutang. d. Ar-Rahn (Gadai) Ar-Rahn adalah kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diteriamnya. e. Al-Qrdh Al-Qrdh adalah pemberin harta kepada pihak lain yang dapat ditagih atau diminta kembali dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. 4.

Perbedaan dan Pe rsamaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional Menurut Triandaru dan Budisantoso (2007, hal.156) perbedaan yang mendasar antara bank syariah dan bank konvensional antara lain :  Perbedaan falsafah Perbedaan pokok antara bank syariah dan bank konvensional terletak pada landasan falsafah yang dianutnya.bank syariah tidak melaksanakan system bunga dalam seluruh aktivitasnya sedangkan bank konvensional justru kebaliknnya. Untuk menghindari system bunga maka system yang dikembangkan bank syariah adalah jual beli serta kemitraan yang dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil.  Konsep pengelolaan dana nasabah Dalam system bank syariah dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi. Cara titipan dan investasi berbeda dengan deposito pada bank konvensional daimana deposito pada bank konvensional merupakan upaya membungakan uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja nasabah membutuhkan, bank syariah harus dapat memenuhinya. Akibatnya dana titipan menjadi sangat likuid. Dana titipan atau investasi tadi kemudian dimanfaatkan atau disalurkan kedalam transaksi perniagaan yang diperbolehkan pada system syariah. Keuntungan dari pemanfaatan dana nasabah yang disalurkan kedalam berbagai usaha itulah yang akan dibagikan kepada nasabah.  Kewajiabn mengelola zakat Bank syariah diwajibkan menjadi pengelola zakat yaitu dalam arti wajib membayar zakat, menghimpun, mengadministrasikannya. Hal ini merupakan fungsi dan peran yang melekat pada bank syariah untuk memobilisasi dana sosial, sedangkan pada bank konvensional tidak diwajibkan demikian.  Struktur Organisasi Page 5

Dalam struktur organisasi bank syariah, diwajibkan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS). DPS bertugas mengawasi segala aktivitas bank agar selalu sesuai dengan prinsip syariah. Sedangkan persamaan antara kedua sistem perbankan tersebut terletak pada teknis penerimaan uang mekanisme transfer, teknologi komputer, syarat-syarat umum untuk memperoleh kredit, misalnya KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan dan lainnya. 5. Defenisi Kinerja keuangan dan Laporan Keuangan Kinerja keuangan adalah gambaran tentang setiap hasil ekonomi yang mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efesien dan efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan. Untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada laporan keuangan disamping data-data non keuangan lain yang bersifat sabagai penunjang. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam manghasilkan arus kas dari sumber dana yang ada. Menurut Sutrisno (2009, hal.212) kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Laporan keuangan seperti elemen dari berbagai aktiva satu dengan yang lainnya, elemen pasiva satu dengan yang lainnya, elemen aktiva dengan pasiva, elemen neraca dengan elemen laporan rugi/laba, akan diperoleh banyak gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan tersebutlah stakeholders dapat mengetahui kondisi suatu perusahaan dalam periode tertentu dan dengan demikian pengukuran kinerja keuangan dari laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat ukur pertumbuhan kekayaan pemegang saham. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil akhir proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni neraca, dan laporan rugi- laba yang memperlihatkan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan (Sutrisno, 2009,hal.9). METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil masing- masing satu objek bank yang termasuk kedalam bank syariah maupun bank konvensional, dengan studi kasus pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank UOB Indonesia Tbk. B. Jenis Data Guna mendukung penelitian ini, maka jenis data yang digunakan merupakan data sekunder yakni sebagai berikut : 1. Data Kuantitatif, yaitu data yang dapat dihitung atau berupa angka-angka.Dalam hal ini data dari laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank UOB Indonesia 2. Data Kualitatif, yaitu data yang tidak dapat dihitung atau data yang bersifat non angka antara lain, sejarah singkat perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan. Data yang diambil berupa laporan Tahunan (Annual Report) pada PT.Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank UOB Indonesia Tbk, dari periode tahun 2008 - 2012. C. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber antara lain diperoleh diambil melalui beberapa website dari bank yang bersangkutan dan website Bank Page 6

Indonesia. Jenis laporan yang digunakan antara lain Neraca Keuangan, Laporan Laba-Rugi, dan Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum. D. Meode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu :  Studi Pustaka Studi ini dilakukan untuk memperoleh landasan teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, dasar-dasar teoritis ini diperoleh dari literatur- literatur, majalahmajalah ilmiah maupuntu lisan-tulisan lainnya yang berhubungan dengan kinerja keuangan, analisa laporan keuangan dan sejarah perkembangan PT.Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan PT Bank UOB Indonesia Tbk.  Studi Dokumenter Yakni pengumpulan data sekunder yang berupa laporan keuangan tahunan dari periode 2008-2012 dari masing- masing bank yang diperoleh dari website masingmasing bank tersebut yakni www.muamalatbank.com dan www.uob.co.id . E. Ope rasional Variabel Penelitian Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu penelitian ilmiah yang termuat dalam operasionalisasi variabel penelitian. Secara lebih rinci, operasionalisasi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Rasio Likuiditas a. Cash Ratio Cash ratio adalah rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan nasabah pada saat ditarik dengan menggunakan alat-alat likuid yang dimilikinya. (Dendawijaya, 2005 hal.114). Bank yang dikategorikan cukup likuid menurut Bank Indonesia pada surat edaran tersebut memiliki Cash Ratio berkisar antara 15%-20%. Rumus untuk mencari Cash Ratio menurut Dendaijaya, (2005,hal.115) adalah sebagai berikut :

b. Reserve Require ment Reserve Requirement atau lebih dikenal sebagai likuiditas wajib minimum adalah suatu simpanan minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk giro. (Dendaijaya, 2005, hal 115). Standar minimum besarnya Reserve requirement menurut Bank Iindonesia 7.5%. Rumus untuk mencari Reserve Requirement menurut Dendaijaya (2005,hal.115) adalah sebagai berikut :

c. Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) Adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. (Dendawijaya, 2005:116). LDR dikatakan cukup likuid bila berada antara 85%-100%. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6.23/DPNP besarnya LDR dapat dihitung dengan rumus:

Page 7

d. Loan to Asset Ratio Loan to Asset Ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi LAR menandakan tingkat likuiditas semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. (Dendawijaya,2005:117) Rumus untuk mencari Loan to Asset Ratio menurut Dendawijaya (2005,hal.117) adalah sebaga i berikut :

2. Rasio Rentabilitas a. Rasio Biaya Operasional (BOPO) BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional yang diperoleh. (Dendawijaya, 2005:119). BOPO dianggap baik menurut Bank Indonesia bila berada sekitar 94%-96%. Besarnya BOPO menurut Dendaijaya, (2005,hal.119) dapat dihitung dengan rumus:

b. Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin (NPM) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume pendapatan. (Dendawijaya,2005, hal.120). Besarnya NPM menurut Dendawijaya (2005, hal 120) dapat dihitung dengan rumus :

c. Return on Assets (ROA) Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. (Dendawijaya, 2005,hal.118). Standar terbaik ROA menurut Bank Indonesia adalah bila berada lebih dari 1,5% , dan diaktakan cukup baik jika berkisar antara 0,5%-1,25%. Besarnya ROA menurut dapat dihitung dengan rumus :

d. Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) adalah perbandingan Antara laba bersih dan ekuitas (modal sendiri yang dimiliki bank. (Dendawijaya, 2005:119). ROE dikatakan cukup tinggi jika berada antara 5%-12,5%. ROE menurut Dendawijaya (2005,hal.119) dapat dihitung dengan rumus:

3. Rasio Solvabilitas a. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank untuk menutup sebagian atau seluruh hutang- hutangnya dengan dana yang berasal dari modal sendiri (Ekuitas). (Dendawijaya, 2005,ha.121). Semakin besar DER Page 8

menandakan utang perusahaan semakin tinggi. Dengan demikian, makin tinggi rasio utang akan kian rendah keuntungan dan lebih lanjut return (keuntungan) awal saham makin rendah. DER menurut Dendawijaya (2005,hal122) dapat dihitung dengan rumus:

b. Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko (ATMR) seperti kredit, penyertaan surat berharga, dan tagihan pada bank lain sedangkan modal bank yang digunakan yakni terdiri atas modal inti dan modal pelengkap yang dimiliki oleh bank tersebut (Dendawijaya, 2005:121). CAR minimum bagi setiap perbankan nasional menurut Bank Indonesia adalah 8%. CAR menurut Dendawijaya (2005,hal.121) dapat dihitung dengan rumus :

F. Metode Analisis Data Dalam suatu penelitian dapat menggunakan metode analisis sebagai berikut: 1. Deskriptif kuantitatif Yaitu metode yang digunakan untuk mengnalisis data keuangan dengan cara membandingkan laporan laba rugi dan neraca dari tahun ke tahun dan menghitung perubahan yang terjadi. 2. deskripit kualitatif yaitu menginterpretasikan informasi dengan cara melakukan perbandingan antar teori teori atau konsep - konesp yang ada dengan fakta yang terjadi. 3. Analisis Inferensial Yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis data keuangan dengan cara analisis statistik induktif. G. Alat Analisis Data Dalam melakuka penelitian ini, data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan alat analisis sebagai berikut: 1. Analisis Trend Horizontal Analisis Trend Horizontal yaitu alat analisis yang digunakan untuk membandingkan rasio – rasio keuangan Bank Muamalat Indonesia, dan Bank UOB Indonesia, dari tahun ketahun secara keseluruhan (time series). Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja keuangan pada masing – masing bank dari tahun ketahun berikutnya sehungga dapat diketahui tendensi perubahan (fluktuasi) atau perkembangan. Formulasi yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan kinerja bank adalah sebagai berikut : Perkembangan = Keterangan : Ra = Rasio pada tahun yang dianalisis. Rd = Rasio tahun sebelumnya. 2. Analisis Statistik Dalam penelitian ini, data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan alat analisis statisitik sebagai berikut :  Independent Sampel T-Test Page 9

Independent Sampel T-Test digunakan untuk menguji perbandingan dua rata-rata kelompok sampel yang independent dengan tingkat signifikansi 0,05. Semua perhitungan untuk formulasi ini diperoleh dengan menggunakan bantuan dari program SPSS ( Statistic Program For Social Science) versi 17..Adapun tahap yang harus dilakukan untuk melakukan pengujian ini yaitu: 1. Lakukan uji Levene’s (uji Homogenitas). Hal ini digunakan untuk menguji apakah asumsi varians popilasi kedua sampel tersebut sama (Equlas Variances Assumed) ataukan berbeda (Equals not Variances Assumed) dengan melihat nilai levene’s test. Hipotesis untuk pengujian varians :  Ho = Kedua varians populasi adalah sama  Ha = Kedua varians populasi adalah tidak sama. Jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti kedua varians sama, dan jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti varians tidak sama. 2. Jika varians sama, maka signifikansi (2-tailed) yang akan digunakan adalah uji t Equals variances assumed, sedangkan jika berbeda, maka digunakan Equals variances not assumed. 3. Membuat kesimpulan dengan melihat signifikansi t-test untuk menentukan apakah terdapat perbedaan nilai rata-rata secara signifikan atau tidak.  Jika probabilitas signifikansi (2-tailed) > 0,05 maka Ho diterima yang artinya Rasio Likuiditas (Cash Ratio, Reserve Requirement, LDR, dan Loan to Asset Ratio), Rentabilitas (BOPO, NPM, ROA, dan ROE), dan Rasio Solvabilitas (DER, dan CAR) tidak berbeda secara signifikan Antara Bank Muamalat Indonesia sebagai Bank Syariah dengan Bank UOB Indonesia sebagai bank konvensional.  Jika probabilitas signifikansi (2-tailed) < 0,05 maka Ho ditolak yang artinya Rasio Likuiditas (Cash Ratio, Reserve Requirement, LDR, dan Loan to Asset Ratio), Rentabilitas (BOPO, NPM, ROA, dan ROE), dan Rasio Solvabilitas (DER, dan CAR) berbeda secara signifikan Antara Bank Muamalat Indonesia sebagai Bank Syariah dengan Bank UOB Indonesia sebagai bank konvensional. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tabel 1 Perhitungan Rasio Keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk Periode 2008-2012 LDR (%)

Loan To Asset Ratio (%)

BOPO (%)

NPM (%)

ROA (%)

ROE (%)

DER (%)

CAR (%)

15,17

99,75

79,68

79,52

13,85

2,34

21,61

146,17

10,80

266,54

28,03

80,38

66,79

95,50

2,87

0,40

5,59

190,10

11,10

2010

157,90

23,90

86,34

70,18

87,38

9,05

1,08

9,77

176,39

13,22

2011

228,56

30,44

81,17

66,90

85,66

10,23

1,14

13,24

206,71

11,97

2012

127,79

24,00

92,37

71,88

84,49

11,51

1,16

15,84

330,17

11,57

Tahun

Cash Rasio (%)

Reserve Requirement (%)

2008

159,06

2009

Sumber : Hasil olahan menggunakan Excel

Page 10

Tabel 2 Perhitungan Rasio Keuangan PT. Bank UOB Indonesia Tbk Periode 2008-2012 Tahun

Cash Rasio (%)

Reserve Requirement (%)

LDR (%)

Loan To Asset Ratio (%)

BOPO (%)

NPM (%)

ROA (%)

ROE (%)

DER (%)

CAR (%)

2008

16,96

17,42

90,18

69,17

76,54

14,14

2,20

8,35

451,59

24,86

2009

14,31

14,60

87,91

68,77

70,16

11,51

3,03

7,29

448,97

26,25

2010

16,18

17,36

95,69

70,61

64,77

18,96

3,01

10,22

454,63

22,27

2011

17,35

17,91

90,59

70,35

77,11

17,23

1,95

10,63

639,81

17,61

2012

16,75

17,43

95,57

74,91

73,48

20,82

2,51

12,95

591,85

16,77

Sumber : Hasil olahan menggunakan Excel Tabel 3 Group Statistik Rasio Cash Ratio

Reserve Requirement

187.9700

Std. Deviation 57.40736

Std. Erro r Mean 25.67335

5

16.3100

1.19526

.53454

Bank Muamalat Indonesia

5

24.3080

5.81419

2.60018

Bank UOB Indonesia

5

16.9440

1.32885

.59428

Bank Muamalat Indonesia

5

88.0020

8.13370

3.63750

Bank UOB Indonesia

5

91.9880

3.47811

1.55546

Bank Muamalat Indonesia

5

71.0860

5.27462

2.35888

Bank UOB Indonesia

5

70.7620

2.44445

1.09319

Bank Muamalat Indonesia

5

86.5100

5.81464

2.60038

Bank UOB Indonesia

5

72.4120

5.09225

2.27732

Bank Muamalat Indonesia

5

9.5020

4.11263

1.83922

Bank UOB Indonesia

5

16.5380

3.74064

1.67286

Bank Muamalat Indonesia

5

1.2240

.69934

.31276

Bank UOB Indonesia

5

2.5400

.48104

.21513

Bank Muamalat Indonesia

5

13.2100

6.06992

2.71455

Bank UOB Indonesia

5

9.8880

2.18813

.97856

Bank Muamalat Indonesia

5

209.9080

70.80170

31.66348

Bank UOB Indonesia

5

517.3700

91.48866

40.91497

Bank Muamalat Indonesia

5

11.7320

.94407

.42220

Bank UOB Indonesia

5

21.5520

4.24077

1.89653

Jenis Bank

N

Mean

Bank Muamalat Indonesia

5

Bank UOB Indonesia

LDR

Loan to Asset Ratio

BOPO

NPM

ROA

ROE

DER

CAR

Sumber : Hasil olahan menggunakan SPSS versi 17 Page 11

Tabel 4. Hasil Uji Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of M eans

95% Confidence Interval of the Difference F

Cash Ratio

Reserve Requirement

LDR

Loan to Asset Ratio

BOPO

NPM

ROA

ROE

DER

CAR

Equal variances assumed Equal variances not assumed

24.012

Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed

2.998

Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed

3.975

1.726

.000

.010

.068

2.790

1.719

12.812

Sig. .001

.122

.081

.225

.995

.925

.801

.133

.226

.007

6.685

8

Sig. (2tailed) .000

6.685

4.003

.003

171.66000

25.67891

100.38825

242.93175

2.761

8

.025

7.36400

2.66723

1.21335

13.51465

2.761

4.417

.046

7.36400

2.66723

.22618

14.50182

-1.008

8

.343

-3.98600

3.95612

-13.10882

5.13682

-1.008

5.416

.357

-3.98600

3.95612

-13.92525

5.95325

.125

8

.904

.32400

2.59988

-5.67134

6.31934

.125

5.642

.905

.32400

2.59988

-6.13670

6.78470

4.079

8

.004

14.09800

3.45662

6.12703

22.06897

4.079

7.863

.004

14.09800

3.45662

6.10283

22.09317

-2.830

8

.022

-7.03600

2.48621

-12.76920

-1.30280

-2.830

7.929

.022

-7.03600

2.48621

-12.77813

-1.29387

-3.467

8

.008

-1.31600

.37960

-2.19136

-.44064

-3.467

7.093

.010

-1.31600

.37960

-2.21124

-.42076

1.151

8

.283

3.32200

2.88555

-3.33208

9.97608

1.151

5.022

.301

3.32200

2.88555

-4.08562

10.72962

-5.943

8

.000

-307.46200

51.73597

-426.76537

-188.15863

-5.943

7.526

.000

-307.46200

51.73597

-428.08495

-186.83905

-5.054

8

.001

-9.82000

1.94296

-14.30046

-5.33954

-5.054

4.395

.006

-9.82000

1.94296

-15.02837

-4.61163

t

Df

M ean Difference

Std. Error Difference

Lower

Upper

171.66000

25.67891

112.44432

230.87568

Sumber : hasil Olahan Menggunakan SPSS B. Pembahasan Cash Ratio Bank Muamalat Indonesia dan Bank UOB Indonesia mengalami fluktuasi, Cash Ratio Pada Bank Muamalat Indonesia dikatakan sangat lkuid karena >20%, sedangkan pada Bank UOB Indonesia dapat dikatakan cukup likuid karena berada pada range 15%-20%, hanya pada tahun 2009 Bank UOB Indonesia dikatakan kurang likuid karena berada <15%. Page 12

Dilihat dari rata-ratanya, Cash ratio Bank Muamalat Indonesia jauh lebih besar dibandingkan pada Bank UOB Indonesia yang artinya kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia lebih baik dibandingkan pada Bank UOB Indonesia dilihat dari Cash Ratio. Reserve Requirement Bank Muamalat Indonesia dan Bank UOB Indonesia juga mengalami fluktuasi, Reserve Requirement Pada Bank Muamalat Indonesia dan Bank UOB Indonesia dikatakan likuid karena berada >7,5%. Dilihat dari rata-ratanya, Reserve Requirement Bank Muamalat Indonesia lebih besar dibandingkan pada Bank UOB Indonesia yang artinya kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia lebih baik dibandingkan pada Bank UOB Indonesia dilihat dari Reserve Requirement. LDR Bank Muamalat Indonesia dan Bank UOB Indonesia juga mengalami fluktuasi, LDR Pada Bank Muamalat Indonesia dan Bank UOB Indonesia dikatakan likuid karena berada <100%. Dilihat dari rata-ratanya, LDR Bank Muamalat Indonesia lebih kecil dibandingkan pada Bank UOB Indonesia yang artinya kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia lebih baik dibandingkan pada Bank UOB Indonesia dilihat dari LDR. Loan to Asset Ratio Bank Muamalat Indonesia dan Bank UOB Indonesia juga mengalami fluktuasi. Dilihat dari rata-ratanya, Loan to Asset pada Bank UOB Indonesia lebih kecil dibandingkan Bank Muamalat Indonesia yang artinya kinerja keuangan Bank UOB Indonesia lebih baik dibandingkan pada Bank Muamalat Indonesia dilihat dari Loan to Asset Ratio. BOPO Bank Muamalat Indonesia sempat mengalami peningkatan pada tahun 2009, namun untuk tahun selanjutnya kian menurun, sedangkan pada Bank UOB Indonesia senderung berfluktuatif. BOPO Bank Muamalat Indonesia dan Bank UOB Indonesia dikatakan sudah efisien karena berada dibawah 96%. Dilihat dari rata-ratanya, BOPO pada Bank UOB Indonesia lebih kecil dibandingkan Bank Muamalat Indonesia yang artinya kinerja keuangan Bank UOB Indonesia lebih baik dibandingkan pada Bank Muamalat Indonesia dilihat dari BOPO. ROA Bank Muamalat Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2009, namun untuk tahun-tahun selanjutnya selalu mengalami peningkatan. Sedangkan pada Bank UOB Indonesia mengalami fluktuasi. ROA Bank Muamalat Indonesia dan Bank UOB Indonesia dikatakan sudah efisien karena berada diatas 0,5%. Dilihat dari rata-ratanya, ROA pada Bank UOB Indonesia lebih besar dibandingkan Bank Muamalat Indonesia yang artinya kinerja keuangan Bank UOB Indonesia lebih baik dibandingkan pada Bank Muamalat Indonesia dilihat dari ROA. ROE Bank Muamalat Indonesia dan Bank UOB Indonesia sama-sama mengalami penurunan pada tahun 2009, namun untuk tahun selanjutnya selalu mengalami peningkatan. ROE Bank Muamalat Indonesia dan Bank UOB Indonesia dikatakan sudah efisien karena berada diatas 5%. Dilihat dari rata-ratanya, ROA pada Bank Muamalat Indonesia lebih besar dibandingkan Bank UOB Indonesia yang artinya kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia lebih baik dibandingkan pada Bank UOB Indonesia dilihat dari ROE. DER Bank Muamalat Indonesia dan Bank UOB Indonesia juga mengalami fluktuasi. Dilihat dari rata-ratanya, DER pada Bank UOB Indonesia lebih besar dibandingkan Bank Muamalat Indonesia yang artinya kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia lebih baik dibandingkan pada Bank UOB Indonesia dilihat dari DER. CAR pada Bank Muamalat Indonesia cenerung mengalami fluktuasi, sedangkan pada Bank UOB Indonesia cenderung mengalami penurunan selama periode 2008-2012. CAR Bank Muamalat Indonesia dan Bank UOB Indonesia sama-sama melebihi batas minimum CAR menurut BI yaitu 85 yang artinya kinerja keuangan kedua bank ini sudah baik. Dilihat dari rata-ratanya, CAR pada Bank UOB Indonesia lebih besar dibandingkan Bank Muamalat Page 13

Indonesia yang artinya kinerja keuangan Bank UOB Indonesia lebih baik dibandingkan pada Bank Muamalat Indonesia dilihat dari CAR. Berdasarkan tabel 3, Jika dilihat berdasarkan rasio likuiditas, secara umum memperlihatkan kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia lebih baik dibandingkan Bank UOB Indonesia, yang artinya Bank Muamalat Indonesia lebih llikuid dalam arti memiliki kemampuan yang lebih besar dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dibandingkan Bank UOB Indonesia. Adapun jika dilihat berdasarkan rasio rentabilitas, secara umum memperlihatkan kinerja keuangan Bank UOB Indonesia lebih baik dibandingkan Bank Muamalat Indonesia, yang artinya Bank UOB Indonesia lebih efisien da n menghasilkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan Bank Muamalat Indonesia. Rasio rentabilitas pada Bank Muamalat Indonesia yang lebih rendah dibandingkan pada Bank UOB Indonesia ini salah satunya juga dipengaruhi oleh besarnya rasio likuiditas yang dimiliki Bank Muamalat Indonesia, dimana semakin tinggi rasio likuiditas semakin baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, namun berdampak pada keuntungan yang diperoleh, karena banyak dana yang tersimpan dan tidak produktif sehingga bank semakin tidak efisien. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan dari segi rasio rentabilitas Bank UOB Indonesia memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan pada Bank Muamalat Indonesia selain itu juga dipengaruhi oleh perbedaan sistem yang digunakan, dimana Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah menjalankan sistem bagi hasil sedangkan pada Bank UOB Indonesia sebagai bank konvensional menjalankan sistem bunga namun dilihat dari perkembangannya secara umum memperlihatkan Bank Muamalat Indonesia yang menjalankan sistem bagi hasil mengalami laju perkembangan yang lebih besar dan cenderung bernilai positif dibandingkan pada Bank UOB Indonesia sedangkan pada Bank UOB Indonesia meskipun memperlihatkan hasil yang lebih besar, namun menunjukkan laju perkembangan yang cenderung berfuktuatif, yang menandakan Bank UOB Indonesia kurang mampu mempertahankan kinerja keuangannya. Apabila dilihat berdasarkan rasio solvabilitas, Bank Muamalat Indonesia memiliki kinerja keuangan lebih baik dibandingkan Bank UOB Indonesia berdasrkan rasio DER, sedangkan jika dilihat daari CAR, Bank UOB Indonesia memiliki kinerja keuangan yang lebih baik. Jika dilihat secara umum menunjukkan kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia lebih baik dibandingkan Bank UOB Indonesia jika dilihat da ri rasio solvabilitas, yang artinya Bank Muamalat Indonesia memiliki kemampuan yang lebh besar dalam memenuhi kewajibannya dibandingkan Bank UOB Indonesia. Hal ini dikarenakan Bank Muamalat memiliki DER yang jauh lebih rendah dibandingkan pada Bank UOB Indonesia atau dapat dikatakan nilai DER pada Bank UOB Indonesia sangat tinggi, sedangkan dari CAR, walaupun CAR Bank Muamalat Indonesia lebih rendah dibandingkan Bank UOB Indonesia namun tetap dikatakan memiliki kinerja keuangan yang baik karena diatas standar minimum CAR yang ditetapkan Bank Indonesia. Dengan demikian pada penelitian ini menerima Ho1 dan menolak Ha1 yang artinya secara keseluruhan dapat dikatakan Bank Muamalat Indonesia sebagai Bank Syariah memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan Bank UOB Indonesia sebagai bank Konvensional. Berdasrkan hasil penelitian dengan Independent Sample T-Test pada tabel 4, yang bertujuan melihat ada tidaknya persamaan karakteristik yang diwakili oleh variabel penelitian anatara bank syariah dan bank konvensional dapat diamati dari nilai probabilitas dari tingkat signifikansi <0,05 maka dapat diperoleh hasil dari nilai signifikansi 2-tailed Cash Ratio, reserve Requirement, BOPO, NPM, ROA, DER, dan CAR dengan signifikansi masing– Page 14

masing sebesar 0,003, 0,025, 0,004, 0,022, 0,008, 0,000, 0,006 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 signifikan antara kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dengan Bank UOB Indonesia. Jika dilihat dari, LDR, Loan to Asset Ratio, dan ROE nilai signifikansi masing- masing sebesar 3,975, 0,904, dan 0,283 lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Bank Muamalat Indonesia dan Bank UOB Indonesia. Beradasarkan tabel 4 tersebut juga dapat dinyatakan 2 dari 4 rasio likuiditas menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah dan Bank UOB Indonesia sebagai bank konvensional jika dilihat dari LDR, dan Loan to Asset Ratio sedangkan 2 rasio likuiditas lainnya yaitu Cash Ratio, dan Reserve Requirement memperlihatkan terdapat perbedaan yang signifikian antara kinerja keuangan bank Muamalat Indonesia dengan kinerja keuangan Bank UOB Indonesia. Jika dilihat dari rasio rentabilitasnya dapat dikatakan secara umum terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua bank, dimana 3 dari rasio rentabilitas yaitu BOPO, NPM, dan ROA menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua bank tersebut, dan 1 jenis rasio rentabilitas lainnya yaitu ROE menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua bank. Jika dilihat dari rasio Solvabilitasnya dapat dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank UOB Indonesia, dimana kedua jenis rasio yang tergolong kedalam rasio solvabilitas yaitu DER, dan CAR menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua bank tersebut. Dengan demikian, jika dilihat 10 rasio keuangan bank yang digunakan dimana dari 7 rasio (Cash Ratio, Reserve Requirement, BOPO, NPM, ROA, DER, dan CAR) menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dibandingkan Bank UOB Indonesia, dan 3 rasio lainnya (LDR, Loan to Asset Ratio dan ROE) menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dibandingkan Bank UOB Indonesia, dengan demikian secara keseluruhan dapat dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah dibandingkan Bank UOB Indonesia sebagai bank konvensional, yang berarti Ho2 ditolak dan Ha2 diterima. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis data yang mengacu pada masalah dan tujuan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan penelitian ialah sebagai berikut : 1. Baik bank syariah (Bank Muamalat Indonesia) maupun bank konvensional (Bank UOB Indonesia) sama-sama mengalami kinerja keuangan yang cenderung berfluktuatif jika dilihat dari kelompok Rasio Likuiditas, Rentabilitas dan Solvabilitas, namun kinerja keuangannya masih tergolong cukup baik karena secara umum dari seluruh rasio tersebut tidak melewati batas yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. 2. Bank Muamalat Indonesia dapat dikatakan memiliki kinerja keuangan lebih baik dibandingkan dengan Bank UOB Indonesia jika dilihat dari rasio likuiditas, sedangkan Bank UOB Indonesia dapat dikatakan memiliki kinerja keuangan lebih baik jika dilihat dari rasio rentabilitas dan jika dilihat dari Rasio Solvabilitas Bank Muamalat Indonesia dapat dikatakan memiliki kinerja keuangan lebih baik dibandingkan dengan Bank UOB Indonesia, sehingga dapat dinyatakan secara umum Page 15

kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia lebih baik dibandingkan dengan k inerja keuangan Bank UOB Indonesia. 3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah dengan kinerja keuangan Bank UOB Indonesia sebagai Bank Konvensional dilihat dari Cash Ratio, Reserve Requirement, BOPO, NPM, ROA, DER, dan CAR, sedangakn dilihat dari 3 rasio lainnya yaitu LDR, Loan to Asset Ratio, dan ROE menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dengan kinerja keuangan Bank UOB Indonesia. 6.2 Saran Dari hasil kesimpulan dalam penelitian ini, penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Bank Syariah dalam hal ini adalah Bank Muamalat Indonesia disarankan untuk dapat meningkatkan dan memperbaiki kinerja keuangannya terutama dari rasio rentabilitasnya. 2. Bagi Bank Konvensional dalam hal ini adalah Bank UOB Indonesia disarankan untuk dapat meningkatkan dan memperbaiki kinerja keuangannya terutama dari rasio likuiditasnya. 3. Bagi Investor disarankan dapat berinvestasi pada Bank Syariah (Bank Muamalat Indonesia) karena mampu menghasilkan keuntungan yang lebih besar dengan memanfaatkan modal dari investor. 4. Penelitian ini tidak menyertakan rasio Kewajiban Bersih Call Money dan Long term Debt to Equity Ratio, oleh karena itu disarankan bagi peneliti berikutnya dapat menyertakan rasio ini dan dapat menggunakan lebih banyak rasio lainnya berdasarkan literatur lain. Selain itu, sebaiknya peneliti yang akan datang juga memperbanyak sampel yang digunakan, agar hasilnya lebih tergeneralisasi. DAFTAR PUSTAKA Adrian, S. 2009. Perbankan Syariah; Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum. Ghalia Indonesia. Jakarta. Amir,M dan Rukmana. 2009. Bank Syariah: Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia. Erlangga. Bandung. Anonim, 2011. Laporan Tahunan PT Bank UOB Buana Tahun 2010. Jakarta: www.uob.co.id. Anonim, 2011. Laporan Tahunan PT Bank Muamalat Indonesia Tahun 2010. Jakarta: www.muamalatbank.com. Anonim, 2013. Laporan Tahunan PT Bank UOB Buana Tahun 2012. Jakarta: www.uob.co.id. Anonim, 2013. Laporan Tahunan PT Bank Muamalat Indonesia Tahun 2012. Jakarta: www.muamalatbank.com. Bank Indonesia.2004. Surat Edaran Bank Indonesia No.6.23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. Jakarta: www.bi.go.id. Duwi Priyatno. 2011. Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS. Andi. Yogyakarta.

Page 16

Infobanknews.com, 2013. Belum Seimbang, Sistem Keuangan Nasional Masih Rawan. http://www.infobanknews.com/2013/11/belum-seimbang-sistem-keuangan- nasionalmasih-rawan/ diunduh 1 Npvember 2013. Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi. Rajagrafindo Persada. Jakarta. Kasmir. 2011. Manajemen Perbankan. Edisi Revisi. Rajagrafindo Persada. Jakarta. Lukman Dendawijaya. 2005. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Ghalia Indonesia. Jakarta. Martono dan Agus, H. 2008. Manajemen Keuangan. Ekonisia. Yogyakarta. Muhammad.2011. Manajemen Bank Syari’ah. Edisi Revisi Kedua. UPP-STIM YKPN. Yogyakarta. Munawir .2007. Analisa Laporan Keuangan Edisi Keempat. Cetakan Pertama. Liberty. Yogyakarta.. Sigit Triandaru. dan Totok Budisantoso. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan lain. Salemba Empat. Jakarta. Suad Husnan. 2009. Dasar – Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Keempat. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke-16. Alfabeta.Bandung. Sutrisno. 2009. Manajemn Keuangan (Teori, Konsep, dan Aplikasi).Cetakan Ketujuh. Ekosiana. Yogyakarta

Page 17