BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Persalinan 1.1 Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plesenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir (Bobak, 2005). 1.2 Fisiologi Persalinan...

49 downloads 794 Views 106KB Size
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Persalinan 1.1 Pengertian Persalinan Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar janin dan placenta dari dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal adalah persalinan dengan presentasi verteks, aterm, selesai dalam tempo 4-24 jam, dan tidak melibatkan bantuan artifisial maupun komplikasi (Forrer, 2001). Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006). Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila tidak dikelolah dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat, 2008). Persalinan adalah fungsi seorang wanita, dengan fungsi ini produksi konesepsi (janin, air ketuban, plasenta dan selaput ketuban) dilepaskan dan dikeluarkan dari uterus melalui vagina kedunia luar (Oxorn, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plesenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir (Bobak, 2005). 1.2 Fisiologi Persalinan Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan prematur atau postmatur),

mempunyai omset yang spontan (tidak di

induksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partus presipitatus atau partus lama ), mempunyai janin (tunggal) dengan persentasi verteks (puncak kepala ) dan oksiput pada bagian anterior pelvis, terlaksana tanpa bantuan artifisial (seperti forseps), tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat), mencakup kelahiran plasenta yang normal (Forrer, 2001). Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos miometrium yang relatif tenang yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin sampai dengan kehamilan aterm. Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas kontraksi secara terkoordinasi, diselingi dengan suatu periode relaksasi, dan mencapai puncaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur menghilang pada periode postpartum. Mekanisme regulasi yang mengatur aktivitas kontraksi miometrium selama kehamilan, persalinan, dan kelahiran (Prawirohardjo, 2008). 1.3 Faktor Persalinan Faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan adalah power yang merupakan kontraksi dan retraksi otot-otot rahim plus kerja otot-otot volunter dari ibu yaitu kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu mengejan,passage merupakan bagian tulang panggul,

servik, vagina dan dasar panggul

Universitas Sumatera Utara

(Displacement) dan passenger terutama janin (secara khusus bagian kepala janin) plus plasenta, selaput dan cairan ketuban / amnion (Forrer, 2001). 1.4 Kala Persalinan Persalinan dibagi dalam empat kala yaitu kala pertama dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm), proses ini terbagi dalam dua fase yaitu fase laten (8 jam) servik membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) servik membuka dari 3 cm sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif. Kala dua dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Kala tiga dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Dan kala empat dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum (Prawirohardjo, 2006). Persalinan terdiri atas empat kala yaitu kala pertama berlangsung dari awal gejala sampai servik berdilatasi sempurna (10 cm). Termasuk awal fase laten, di mana kontraksi masih tak teratur atau sangat lemah ; fase aktif, di mana kontraksi menjadi lebih sering, lebih lama, dan lebih kuat ; dan fase transisi yang singkat, yang terjadi tepat sebelum dilatasi dan pendataran sempurna. Lamanya kala pertama rata-rata 6 sampai 18 jam pada primipara dan 2 sampai 10 jam pada multipara. Kala dua diawali dengan dilatasi sempurna servik dan diakhiri dengan kelahiran bayi. Kontraksi pada kala ini biasanya sangat kuat. Pada multipara kala dua berakhir sekitar 20 menit dan pada primipara menghabiskan waktu sampai 2 jam untuk bayi melewati serviks yang berdilatasi dan jalan lahir. Kala tiga diawali dengan keluarnya bayi dan uterus dan diakhiri dengan keluarnya plasenta, proses ini biasanya berakhir beberapa menit baik pada multipara maupun primipara. Kala

Universitas Sumatera Utara

empat diawali dengan keluarnya plasenta dan berakhir ketika uterus tidak relaksasi lagi, kala empat lebih panjang pada multipara dari pada primipara, biasanya dari 4 sampai 12 jam (Hamilton, 1995). 1.5 Tanda-Tanda Mulainya Persalinan Tanda-tanda mulainya persalinan adalah Lightening yaitu terbenamnya kepala janin kedalam rongga panggul karena berkurangnya tempat didalam uterus dan sedikit melebatnya simfisis. Sering buang air kecil yang disebabkan oleh tekanan kepala janin pada kendung kemih. Kontraksi Brakton-Hicks pada saat uterus yang teregang dan mudah dirangsang yang dapat menimbulkan distenfensi dinding abdomen sehingga dinding abdomen menjadi lebih tipis dan kulit menjadi lebih peka terhadap rangsangan (Forrer, 2001). Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus. Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (Mochtar M.ph, 1992). 1.6 Sebab-Sebab yang Menimbulkan Persalinan Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain faktor-faktor humoral, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi.

Universitas Sumatera Utara

a. Teori penuruman hormon : 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun. b. Teori plasenta menjadi tua : menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim. c. Teori distensi rahim : rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskhemia otot-otot rahim, sehingga menganggu sirkulasi uteroplasenter. d. Teori iritasi mekanik : dibelakang serviks terletak ganglion servikale, bila ganglion ini digeser dan ditekan oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus. e. Induksi partus :dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus (Mochtar M.ph, 1992). 1.7 Mekanisme Persalinan Mekanisme persalinan dibagi atas tujuh bagian yaitu engagement merupakan apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul. Penurunan merupakan gerakan bagian presentasi melewati panggul. Fleksi merupakan segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul. Putaran paksi dalam adalah pintu atas panggul ibu memiliki bidang paling luas pada diameter transversanya. Ekstensi merupakan saat kepala janin

Universitas Sumatera Utara

mencapai perinium, kepala akan defleksi kearah anterior oleh perinium. Restitusi dan putaran paksi luar merupakan setelah kepala lahir, bayi berputar hingga mencapai posisi yang sama dengan saat ia memasuki pintu atas panggul. Ekspulsi merupakan setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke arah simfisis pubis (Bobak, 2005). 2. Dukun Bayi 2.1 Pengertian Dukun bayi Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat yang pada umumnya wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional. Dan dukun bayi merupakan sosok yang sangat dipercaya dikalangan masyarakat, memberikan pelayanan khususnya bagi ibu hamil sampai dengan nifas secara sabar (Meilani dkk, 2009). 2.2 Faktor - Faktor Penyebab Pertolongan Persalinan oleh Dukun a. Faktor geografis, di daerah dengan kondisi geografis dan transportasi yang sulit meski sudah ditangani oleh bidan, namun jika dalam proses memerlukan

pertolongan

darurat

maka

kondisi

tersebut

akan

memperlambat ibu yang akan melahirkan mencapai fasilitas kesehatan (Nurhayati, 2008) b. Masih langkahnya tenaga medis didaerah-daerah pedalaman, sekarang dukun dikota semakin berkurang meskipun sebetulnya belum punah sama sekali bahkan di sebagian besar kabupaten dukun beranak masih eksis dan dominan (Suara Merdeka 2003 dalam Dian, 2009).

Universitas Sumatera Utara

c. Kultur budaya masyarakat kita terutama di pedesaan masih lebih percaya kepada dukun beranak dari pada bidan apalagi dokter. Dengan sikap budaya dan kebanyakan masyarakat di pedesaan tetap memilih dukun beranak sebagai penolong persalinan meskipun dengan resiko sangat tinggi (Suara Merdeka 2003 dalam Dian, 2009). d. Faktor

ekonomi,

bahwa

sekitar

65%

dari

seluruh

masyarakat

menggunakan dukun beranak walaupun biaya merupakan alasan yang menentukan pilihan masyarakat dan mereka lebih memilih layanan yang diberikan oleh dukun. Sementara 35% sisanya menggunakan layanan kesehatan seperti bidan didesa, puskesmas dan pustu (Suara Merdeka 2003 dalam Dian, 2009). e. Dukungan keluarga, bila terjadi keterlambatan dalam merujuk dan membawa ibu ke fasilitas kesehatan yang memadai maka akan membahayakan jiwa ibu dan bayinya (Nurhayati, 2008). 2.3 Dampak Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Non Kesehatan (dukun) Menurut sinyalemen Dinas Kesehatan tahun 2000 Angka Kesehatan ibu cendrung tinggi akibat pertolongan persalinan. Kasus kematian ibu saat melahirkan tetap tinggi, pertolongan gawat darurat bila terjadi kasus perdarahan atau infeksi yang diderita ibu yang melahirkan tidak dapat dilakukan. Selain itu pertolongan persalinan oleh dukun sering menimbulkan kasus persalinan diantaranya kepala bayi sudah lahir tetapi badannya belum keluar, atau partus macet itu disebabkan karena memijat dukun bayi tersebut kurang profesional dan hanya berdasarkan pada pengalaman, sementara mutu pelayanan dukun berbeda dengan defenisi standar

medis seperti dengan praktek yang tidak steril

Universitas Sumatera Utara

(memotong tali pusat dengan sebilah bambu). Riwayat kasus kematian ibu dan janin dalam penelitian ini menggambarkan apa yang terjadi jika dukun beranak gagal mengetahui tanda bahaya dalam masa kehamilan dan persalinan serta rujukan yang terlambat dan kecacatan janin pun bisa terjadi dari kurangnya pengetahuan dukun beranak akan tanda-tanda bahaya kehamilan (Suara Merdeka 2003 dalam Dian, 2009). 2.4 Perawatan Persalinan oleh Dukun Bayi Perawatan persalinan juga dapat dilakukan oleh dukun bayi antara lain mengenali tanda-tanda persalinan, memanfaatkan / menggunakan dukun kit dengan baik, menolong persalinan dengan aman, mengenal kelainan persalinan, merawat tali pusat dengan baik, merujuk semua kasus kelainan persalinan, membuat laporan mengenai persalinan yang ditolong (Meilani dkk, 2009).

Universitas Sumatera Utara