BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG LOW BACK PAIN (LBP

Download Low Back Pain (LBP) merupakan keluhan yang sering terjadi di praktek sehari- hari. LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah...

0 downloads 303 Views 220KB Size
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Low Back Pain (LBP) merupakan keluhan yang sering terjadi di praktek seharihari. LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal (inflamasi), maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal dari punggung bawah dapat menjalar pada daerah lain atau sebaliknya. Nyeri yang berasal dari daerah lain akan dirasakan pada punggung bawah (refered pain). Walaupun LBP jarang fatal namun nyeri yang dirasakan menyebabkan penderita mengurangi kemampuan (disabilitas) yaitu keterbatasan fungsional dalam aktifitas sehari-hari dan banyak kehilangan jam produktifitas. LBP bukanlah suatu penyakit, tetapi LBP mengarah pada suatu sindrom klinis dengan manifestasi berupa nyeri dan keluhan tidak nyaman lain (seperti ketegangan atau kekakuan otot) di daerah punggung bawah (Erlich GE, 2003 dan Chiodo A, 2003). Atlas dan Deyo (2001) menggunakan istilah LBP mekanik dan nonmekanik, berdasarkan faktor penyebabnya, yaitu faktor mekanik dan nonmekanik. LBP mekanik mengarah pada LBP yang terjadi pada struktur anatomik punggung bawah normal yang digunakan secara berlebihan (khususnya otot-otot punggung bawah yang digunakan secara berlebihan). Insiden secara keseluruhan pria dan wanita sama tetapi setelah usia 60 tahun wanita lebih banyak oleh karena terjadinya osteoporosis.

Pada penelitian yang

dilakukan oleh studi nyeri (pokdi nyeri) pada 14 rumah sakit pendidikan Indonesia yang dilakukan pada bulan mei menunjukkan jumlah penderita nyeri sebanyak 4456 orang (25% dari total kunjungan), dimana 1598 orang (35,86%) merupakan penderita

1

nyeri kepala dan 819 (18,37% adalah penderita nyeri punggung bawah (Suherman, 2009 dalam Dina, 2010). Berbagai data epidemiologik menjelaskan bahwa terdapat faktor risiko yang mempengaruhi insiden atau prevalensi nyeri punggung bawah (LBP) mekanik. Faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi 2 kelompok utama, yaitu : faktor pekerjaan (okupasional) dan faktor individu (personal) (Sinaki M, 2000 dalam Hadi). Faktor pekerjaan yang sering dihubungkan dengan LBP mekanik adalah pekerjaan yang berhubungan dengan posisi statik yang berkepanjangan, seperti duduk atau berdiri terlalu lama. Pekerja pada industri keramik terutama pada bagian produksi merupakan sektor pekerjaan yang memiliki posisi bekerja yang dapat menimbulkan nyeri punggung bawah. Hal ini terjadi karena sebagian besar pekerjaan dilakukan dengan cara duduk dan membungkuk. Berdasarkan penelitian Rahmat HS (2009) dalam Kishore, yang menunjukkan masalah nyeri punggung bawah yang timbul akibat duduk terlalu lama atau beraktifitasnya dengan duduk terjadi pada orang dewasa sebanyak 60%. Duduk lama dengan posisi salah akan mengakibatkan otot-otot punggung menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya, apabila keadaan ini berkelanjutan akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia nukleus pulpose. Rahmat (2009) dalam Kishore juga mengatakan “Saat manusia duduk beban maksimal lebih berat 6-7 kali dari berdiri. Tulang atlas yang menyangga tengkorak mengalami beban berat. Jika Riding position-nya salah, bagian tulang bawah yakni vertebra lumbal 2-3 (mendekati tulang pinggul) akan terserang nyeri punggung bawah. Jika salah terus, berulang-ulang apalagi ditambah getaran kontinu, akan timbul radang ( artrosis lumbalis) lalu pengapuran tulang bawah dan terjepitnya syaraf tulang bawah. Jika sudah parah terjadi patah tulang atau fraktur”.

2

Pekerja pada industri keramik merupakan pekerjaan beresiko tinggi dengan gangguan psikologis dan fisikis. Pekerja industri keramik pada bagian produksi selalu bekerja secara statis dimana bekerja dengan duduk dan membungkuk tanpa memperhatikan cara duduk yang benar sehingga menyebabkan low back pain (LBP). Pada pekerja keramik di daeah Dinoyo yang menghabiskan waktunya dengan duduk selama 6 jam dan istirahat selama 1 jam. Pada hasil wawancara awal yang dilakukan pada para pekerja pabrik di daerah Dinoyo sebanyak 10 orang, 5 dari sepuluh orang tersebut mengatakan bahwa mereka sering mengalami nyeri pinggang dan hilang setelah istirahat. Sebagai seorang perawat profesional yang memiliki tanggung jawab dan peran, perawat harus mengupayakan agar nyeri LBP ini tidak sampai pada tindakan operasi dan dapat mengurangi aktifitas ADL pada klien. Perawat dalam hal ini harus melakukan penelitian terkait masalah bagaimana terapi yang baik yang harus dilakukan untuk mencegah hal itu terjadi. Untuk mengatasi LBP, berbagai modalitas terapi menurut Rahim dan Kusmedi (2010) yang dapat digunakan antara lain Inframerah, Ultra Sound (US), Traksi, Hot pack Short Wave Diathermy (SWD), Micro Wafe Diathermy (MWD), IR, Cold pack, kompres dingin dan Massage es, terapi listrik (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), interferensi (IF), terapi manipulasi atau stretching, Massage, terapi latihan (back exercise) : William Flexion Exercise dan McKanzie . Menurut weinsten (1998), di Amerika Serikat, back exercise telah menjadi standar dalam pengelolahan LBP. Back exercise tidak dianjurkan pada kasus LBP mekanik akut, karena dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan, tidak ada bukti yang kuat bahwa back exercise memberikan efek terapeutik pada keadaan akut (Parlevliet T, dkk 2003 dan Malmivaara A, dkk 1995). Terapi McKenzie dinamai sesuai dengan ahli terapi fisik dari New Zealand yang menemukan bahwa ekstensi tulang belakang dapat 3

mengurangi nyeri yang ditimbulakan dari daerah discus intervertebratalis. Secara teori, extensi juga dapat mengurangi discus yang terherniasi dan mengurangi penekanan pada cabang saraf (Knudsen, 2003). Pada penelitian kali ini, Penulis tertarik untuk meneliti perbedaan nyeri LBP dengan pemberian terapi Mckenzie exercise pada pekerja keramik di daerah Dinoyo. 1.2 RUMUSAN MASALAH Rumusalan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah “adakah perbedaan nyeri LBP pekerja pabrik keramik di Dinoyo akibat terapi Mckenzie”. 1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui perbedaan nyeri LBP pada pekerja pabrik keramik di Dinoyo akibat terapi Mckenzie. 1.3.2 Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengidentifikasi skala nyeri LBP sebelum diberikan terapi Mckenzie 2) Mengidentifikasi skala nyeri LBP pada pekerja pabrik di Dinoyo setelah diberikan terapi Mckenzie. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Mengetahui efektifitas terapi Mckenzie terhadap penurunan nyeri LBP mekanik pada pekerja pabrik keramik di Dinoyo. 1.4.2 Bagi Penderita LBP Sebagai masukan bagi penderita untuk mengatasi kejadian nyeri LBP mekanik dengan menggunakan alternatif tekhnik terapi Mckenzie.

4

1.4.3 Bagi Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi keperawatan yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri LBP mekanik /gangguan lain dan dapat juga digunakan sebagai referensi penelitian selanjutnya yang terkait dengan terapi LBP, selain itu juga peran perawat sebagai edukasi dapat menjelaska tentang masalah jenis terapi untuk mengurangi nyeri yang mudah dilakukan dan tidak mengeluarkan biaya yang dapat dilakukan sendiri 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian terkait yang pernah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain yaitu : 1) Hubungan Sikap Kerja Duduk Dengan Tingkat Nyeri Pada Pekerja Laki-Laki Bagian Produksi Di Perusahaan Keramik (Studi Kasus Pada Industri Kerajinan Keramik Di Kecamatan Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara Tahun 2001) oleh Reni Dwi Setyaningsih. Pekerja pada industri keramik terutama pada bagian produksi memeliki potensi untuk terkana nyeri pinggang bawah. Kebanyakan pekerja pada bagian produksi mengeluh nyeri pinggang dengan intensitas nyeri yang beragam. Hal itu dibiasanya terjadi karena kebanyakan waktu bekerjanya dilakukan dengan sikap duduk membungkuk. Kursi kerja yang dipakai adalah dingklik kecil dengan ukuran yang beragam. Dilihat dari norma ergonomi keadaan tersebut merupakan resiko nyeri punggung, karena kondisi duduk seperti itu dengan posisi tulang belakang lumbalis melengkung mengganggu keseimbangan static/kenetic dari pinggang. Bentuk penelitian ini adalah explanatory dengan pendekatan croossectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan perposive sebanyak 32 orang. Dari hasil penelitian didapatkan ada hubungan positif bermakna antara tinggi alas duduk dengan tingkat nyeri pinggang, dengan P=0,018 serta 5

r=0,417, dan terdapat hubungan negatif bermakna antara lebar alas duduk dengan tingkat nyeri pinggang, dengan nilai p=0,037 serta r=0,370, sedangkan panjang alas duduk dengan tingkat nyeri pinggang tidak ada hubungan yang bermakna dengan nilai p=0,889 dan r=o,026. Disarankan agar pihak perusahaan menyiapkan saran kerja yang nyaman sesuai dengan norma ergonomi sehingga pekerja merasa aman dan nyaman dan tidak ada keluhan nyeri. 2) Efektivitas Terapi William Flexion Exercise terhadap Low Back Pain Pada SPG Di Matahari Pasar Besar Kota malang oleh Nur Melisa. Penelitian ini merupakan penelitian pre experimental tanpa kelompok kontrol dengan pendekatan One Group Pretes-Postes Desain. Populasi dari penelitian ini adalah SPG yang bekerja di Matahari Pasar Besar kota Malang sebanyak 200 orang. Sampel yang digunakan sebanyak 30 orang dengan pengambilan sampel menggunakan tekhnik Purposive Sampling. Pengujian data menggunakan uji T (T test) atau uji beda dua mean, yaitu uji dua mean dependen dengan taraf nyata 0,05 untuk membandingkan data sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Hasil peneliatan menjelaskan bahwa terdapat penurunan intensitas nyeri pre dan post, terdapat peningkatan tingkat mobilitas lumbal pre dan post, serta terdapat peningkatan tingkat aktivitas fungsional pre dan post pemberian terapi william flexion exercice. Sehingga didapatkan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan intensitas nyeri, mobilitas lumbal, dan aktifitas fungsional kasus LBP mekanik pada SPG di Matahari pasar Besar sebelum dan setelah diberikan terapi william flexion exercise, yang berarti bahwa terapi william flexion exercise efektif terhadap intensitas nyeri, mobilitas lumbal, dan aktifitas fungsional kasus LBP mekanik pada SPG di Matahari pasar Besar. 6

3) Hubungan Beban Kerja Dengan Kejadian Nyeri Pinggang Pada Buruh Angkut Di Stasiun Kereta Api Stasiun oleh Selviana Herawati. Penelitian ini merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat yang fokus perhatiannya pada masyarakat pekerja baik sektor formal maupun yang berada pada sektor informal. Setiap pekerjaan merupakan beban pekerjaan bagi pekerja. Beban kerja ataupun frekuensi kerja mempengaruhi adanya kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Penelitian ini mengungkap tentang hubungan beban kerja dengan nyeri pinggang pada buruh angkut di stasiun kereta api Semarang. Penelitian ini menggunakan explanatory research (penelitian penjelasan). Dalam penelitian ini menggunakan metode survey, yaitu survey penelitian analitik yang menjelaskan tentang suatu keadaan dengan pendekatan croos sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 32 orang dan jumlah sampel 20 orang dengan pengambilan sampel menggunakan perposive sampel. Berdasarkan penelitian ini didapatkan hubungan yang signifikan antara berat beban dengan nyeri pinggang bawah. Saran dalam penelitian

bagi

tenaga

kerja

dalam

mengangkat

beban

sebaiknya

menggunakan alat bantu dan mengurangi frekuensi dalam mengangkat beban. Pihak yang bertanggung jawab pada tenaga kerja sebaiknya membuat pembagian kerja atau shift untuk tenaga kerja. 4) Pengaruh Postur Dan Posisi Tubuh Terhadap Timbulnya Nyeri Punggung Bawah oleh Putri Perdani (2010). Penelitian ini adalah kasus-kontrol dengan matching variabel usia dan jenis kelamin. Sampel dalam penelitian ini adalah penderita nyeri punggung bawah . Penelitian dilakukan di bagian Saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang selama bulan Maret sampai akhir Juni 2010, sampel yang digunakan sebanyak 50 orang. Pengumpulan sampel dilakukan dengan 7

instrumen kuesioner. Pengolahan data dilakukan secara deskriptif dalam bentuk tabel, dilakukan uji Chisquare, rasio odds, dan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terdapat hubungan antara postur dan posisi tubuh dengan timbulnya nyeri punggung bawah. 5) Hubungan Sikap Kerja Berdiri Dengan Nyeri Punggung Bawah dan Nyeri Tungkai Di Toko Pelangi Pusat Belitar oleh Sri Milda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sikap kerja berdiri dengan nyeri pinggang dan nyeri tungkai bawah pada sales promation girls (SPG) di Toko Pelangi Pusat Blitar, dengan jmlah sampel sebanyak 20 responden. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional dan uji statistik menggunakan stastik non parametik, fisher’s exacct test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap kerja berdiri dengan keluhan nyeri punggng dan nyeri tungkai. Saran bagi perusahaan sebaiknya menyiapkan tempat duduk menggunakan sandaran agar ada pengurangan nyeri pinggang ataupun nyeri tungkai dan lebih memperhatikan kesehatan kerja pekerjanya adar lebih produktif dalam bekerja terutama pada keluhan otot-otot skeletal 1.6 Batasan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti memberi batasan pada 1. Pekerja pabrik keramik yang memiliki jam kerja selama 6-8 jam perhari dan waktu istirahat selama 1 jam yang bekerja di pabrik keramik dinoyo. 2. Pekerja pabrik keramik yang bekerja dengan cara duduk yang lama dengan posisi yang salah. 3. Pekerja keramik yang memiliki Keluhan LBP ≥ 7 hari dan ≤ 8 minggu. 4. Terapi Mckenzie sebagai terapi penurunan nyeri LBP 8