BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian

sensori :Halusinasi pendengaran Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi 1) Klien dapat membina hubungan saling pe...

160 downloads 967 Views 99KB Size
BAB II KONSEP DASAR

A. Pengertian Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap suatu hal tanpa adanya stimulus. Halusinasi merupakan pengalaman terhadap mendengar suara Tuhan, suara setan dan suara manusia yang berbicara terhadap dirinya, ini serina terjadi pada pasien skizofrenia (Stuart dan sudden, 1991). Halusinasi

merupakan

gangguan

persepsi

dimana

klien

mempersiapkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar, keyakinan tentang halusinasi adalah: sejauh mana pasien itu yakin bahwa halusinasi merupakan kejadian yang benar, umpamanya mengetahui bahwa hal itu tidak benar, ragu-ragu/yakin sekali bahwa hal itu benar adanya (Maramis, 2004). Jadi dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah: dimana seseorang mempersiapkan sesuatu tanpa adanya stimulus/rangsangan dari luar.

B. Jenis jenis halusinasi Jenis-jenis halusinasi menurut Stuart dan Sundeen (2001) meliputi : 1. Halusinasi pendengaran (Akustik) Karakteristik: Mendengar suara-suara/bisikan-bisikan, paling-paling suara orang, suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai katakata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan percakapan lengkap antara

6

dua orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi pikiran yang mendengar dimana klien mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang membahayakan. 2. Halusinasi penglihatan (visual) Karakteristik: Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometri, gambar kartoon, bayangan yang rumit/kompleks, bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti milihat monster. 3. Halusinasi penghidu Karaktristik: Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin atau feses, umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang/dimensi. 4. Halusinasi pendengaran Karakteristik: Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses. 5. Halusinasi perabaan Karakteristik: Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas rasa kesetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain 6. Halusinasi canesthetic Karakteristik: Merasakan fungsi tubuh seperti:aliran darah divena atau diarteri, perencanaan makanan atau pembentukan urine. 7. Halusinasi klinesthetic Karakteristik: Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berhenti

7

C. Fase-Fase halusinasi 1. Fase comforting (ansietas sebagai halusinasi menyenangkan) Klien

mengalami

ansietas

sedang

dan

halusinasi

yang

menyenangkan. klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah, takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan, untuk meredakan ansietas. Individu mengalami bahwa pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kendali kesadaran. Perilaku klien: Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri, respon verbal yang lambat jika sedang asyik. 2. Fase Condemning (ansietas berat halusinasi memberatkan) Pengalaman sensori yang menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang di persiapkan. Klien mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain psikotik ringan. Perilaku klien: Meningkatnya tanda-tanda sistem syaraf otonom akibat ansietas seperti penigkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah. Rentang perhatian menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita. 3. Controling (ansietas berat pengalaman sensori menjadi berkuasa) Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik, klien

8

mungkin mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti psikotik. Perilaku klien: Kemampuan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti kesukaran berhubungan dengan orang lain. Rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit adanya tanda-tanda fisik. Ansietas berat: berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi peraturan. 4. Conquering panik (umumnya menjadi lebur dalam halusinasi) Pengalaman sensori jadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik psikotik berat. Perilaku klien: Perilaku tremor akibat panik, potensi kuat suicida/nomicide aktifitas fisik merefleksikan isi halusinasi seperti perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonia tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks, tidak mampu berespons lebih dari 1 orang (Stuart dan Laraia, 2001).

D. Rentang Respons Neurobiologis Respon perilaku klien dapat diidentifikasikan sepanjang rentang respons yang berhubungan dengan fungsi neurologi. Perilaku yang dapat diamati dan mungkin menunjukkan adanya halusinasi disajikan dalam tabel berikut:

9

Respons adaptif. 1. Pikiran logis

Respon maladaptife 1. Pikiran kadang-

2. persepsi akurat

kadang

3. Emosi koasiaten

Menyimpang

pengalama 4. Perilaku sesuai 5. Hubungan sosial

2. Ilusi 3. Reaksi emosional ber lebihan/kurang 4. Perilaku ganjil (tidak lazim)

1. Gangguan pikiran/waham 2. Haluasi 3. Kesulitan untuk memproses emosi 4. Ketidakteraturan 5. Isolasi sosial

5. Menarik diri Gambar 2.1 Rentang Respon halusinasi (Stuart dan Laraia,2005)

Gejala psikosis dikelompokkan menjadi 5 katagori utama fungsi otak: kognitif, persepsi, emosi, perilaku dan sosialisasi yang saling berhungan, perilaku yang berhubungan dengan masalah proses informasi termasuk pada semua aspek memori, perhatian, bentuk, dan isi bicara, pengambilan keputusan dan isi pikir (waham dan pola pikir primitif). persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari situasi stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui pancaindra. Perilaku berhubungan dengan masalah-masalah persepsi yaitu halusinasi, ilusi, dan depersonalisasi (Stuart, 2002). Perilaku yang berhubungan dengan emosi dapat diekspresikan secara berlebihan (hiperekspresi) atau kurang (hipoekspresi) dengan sikap yang sesuai. Individu yang mengalami skizofrenia mempunyai masalah yang

10

berhubungan dengan hipoekspresi diantaranya : tidak enak dipandang, membingungkan, sulit diatasi dan sulit di pahami oleh orang lain. Perilaku yang berhubungan dengan gerakan diantaranya gerakan mata abnormal, menyeringai, langkah yang tidak normal, apraksia dan ekoprasia. Perubahan perilaku meliputi agresi/agitasi, perilaku stereotip, impulsif dan afolisi. Perilaku yang berhubungan dengan sosialisasi diantaranya menarik diri, harga diri rendah, tidak tertarik dengan aktivitas rekreasi dan perubahan kualitas hidup (Stuart, 2002).

E. Etiologi 1. Faktor Predisposisi Menurut Stuart dan Sundeen (1991) faktor predisposisi meliputi: a. Biologis Abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologis yang maladaptif yang baru mulai dipahami termasuk hal-hal berikut:  Penelitian pencitraan otak yang sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak yang luas dalam perkembangan skizofrenia.  Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. hasil penelitian sangat menunjukkan hal-hal berikut ini:  Dopamine neurotransmitter yang berlebihan.  Ketidakseimbangan antara dopamine dan neurotransmitter lain.

11

 Masalah-masalah pada sistem reseptor dopamine keluarga dengan kembar identik yang dibesarkan secara terpisah mempunyai angka kejadian yang lebih tinggi pada skizofrenia. b. Psikologis. Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologi yang maladaptif belum didukung oleh penelitian, sayangnya teori psikologi terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini. Sehingga menimnulkan kurangnya rasa percaya diri keluarga terhadap kesehatan jiwa profesional. c. Sosial Budaya. Perpisahan traumatik individu dengan benda atau yang sangat berarti serta perilaku mengasumsi penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positip dalam interaksi dengan lingkungan. d. Organik. Gangguan orientasi realitas muncul kelainan organik yang bisa disebabkan infeksi, racun, trauma atau zat-zat substansi yang abnormal serta gangguan metabolik masuk didalamnya. 2. Faktor Presipitasi. Menurut Stuart dan Sudden (1991) faktor presipitasi halusinasi adalah sebagai berikut: a. Biologis. Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurologis yang maladaptif termasuk.

12

1) Gangguan dalam peraturan umpan balik otak yang mengatur proses informasi. 2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan secara selektif menanggapi rangsangan. b. Stres lingkungan. Secara biologis menerapkan ambang terhadap toleransi stres yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku. c. Pemicu Gejala. Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku individu.

F. Manifestasi Klinik. Menurut

Towsend

(1998)

karakteristik

perilaku

yang

dapat

ditunjukkan klien dan kondisi halusinasi berupa: 1. Data Subyektif Klien mendengar suara atau bunyi tanpa stimulus nyata, melihat gambaran tanpa stimulus yang nyata, mencium bau tanpa stimulus yang nyata, merasa makan sepatu, merasa ada sesuatu pada kulitnya, takut terhadap suara atau bunyi yang didengarnya, ingin memukul dan melempar barang.

13

2. Data Obyektif. Klien berbicara, senyum dan tertawa sendiri, pembicaraan kacau dan kadang tidak masuk akal, tidak dapat membedakan hal yang nyata dan yang tidak nyata, menarik diri dan menghindar dari orang lain, disorientasi, tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi menurun, perasaan curiga, takut, gelisah, bingung, ekspresi muka tegang, muka merah dan pucat, tidak mampu melakukan aktifitas mandiri dan kurang bisa mengontrol diri, menunjukkan perilaku, merusak diri dan lingkungan.

G. Penyebab. Menurut Keliat (1998) mekanisme dari klien dengan menarik diri yaitu: berdiam diri dan tidak ingin berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain, dia juga akan melepaskan dari perhatian orang lain, preokupasi dan pikirannya sendiri yang akhirnya menimbulkan halusinasi.

H. Akibat terjadinya masalah. Menurut Keliat (1998) mekanisme resiko mencerai diri, orang lain dan lingkungan yaitu klien dengan halusinasi terjadi perkembangan non realita kemudian akan timbul suatu rangsangan terhadap psikologi klien untuk melakukan perilaku maladaptif.

14

I. Mekanisme koping. Menurut Keliat (1998) perilaku yang mewakili untuk menanggulangi diri sendiri dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologik. 1. Retensi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas, hanya mampu sedikit energi yang tertinggal untuk aktivitas hidup sehari-hari sehingga klien menjadi malas beraktivitas. 2. Proteksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda. 3. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal. 4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami.

J. Masalah Keperawatan. Menurut Keliat (2005) adapun masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi adalah: 1. Perubahan persepsi sensori:halusinasi. 2. Resiko tinggi perilaku kekerasan 3. Isolasi sosial 4. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

15

K. Pohon Masalah. Resiko perilaku kekerasan

Perubahan sensori persepsi Halusinasi

Core Problem

Isolasi sosial

Gangguan konsep diri :Harga diri rendah

L.

Diagnosa keperawatan 1. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran. 2. Resiko perilaku kekerasan 3. Isolasi sosial

16

M. Perencanaan Keperawatan No

Diagnosa

Tujuan

Kriteria Evaluasi

Intervensi

Keperawatan 1

Perubahan persepsi

Klien dapat berinteraksi dengan

sensori :Halusinasi

orang lain sehingga tidak terjadi

pendengaran

halusinasi 1)

Klien dapat membina

Wajah klien cerah, tersenyum, klien

hubungan saling percaya .

mau berkenalan, ada kontak mata,

baik verbal maupun non

klien bersedia menceritakan

verbal

perasaannya.

a) Sapa klien dengan ramah

b) Perkenalkn diri dengan sopan c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan kesukaan klien d) Jelaskan tujuan pertemuan e) Jujur dan menepati janji f)

Tunjukkan rasa empati, menerima dan perhatian dasar klien.

2)

Klien dapat menyebutkan

Klien dapat menyebutkan menarik

penyebab menarik diri

diri berasal dari diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri b) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan

17

17

perasaan menarik diri c) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul d) Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaannya. Klien dapat menyebutkan 3)

anfaat hubungan dengan orang

keuntungan berhubungan dengan

lain dan kerugian tidak

orang lain

berhubungan dengan orang lain

a) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain b) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain c) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang

18

18

lain d) Beri reinforcement positif tentang kemampuan mengungkapkan perasaan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain e) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain f)

Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

g) Beri reinforcement positif tentang kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

4)

Klien melaksanakan

Klien dapat mendemonstrasikan

a) Kaji pengetahuan klien

19

19

hubungan secara bertahap

hubungan sosial secara bertahap

tentang manfaat

antara klien-perawat : klien-

berhubungan denganorang

perawat-perawat lain:klien-perawat-

lain dan kerugian tidak

perawat-lain-klien-lain:klien-

berhubungan dengan orang

perawat-keluarga/ kelompok

lain

masyarakat

b) Mendorong dan membantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap : 1.Klien – perawat 2. Klien –perawat – perawat lain 3.Klien – perawat – peawat lain – klien lain 4.Klien – perawat –keluarga /kelompok masyarakat c) Memberi reinforcement terhadap keberhasilan yang sudah dicapai d) Membantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain e) Mendiskusikan jadwal harian

20

20

yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu f)

Memotifikasi klien untuk mengikuti kegiatan harian

g) Beri reinforcement positif tentang kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain 5)

Klien dapat mengungkapkan perasaan dengan orang lain

Klien dapat mengungkapkan

a) Mendorong klien untuk

perasaan berhubungan dengan orang

mengungkapkan perasaanya

lain untuk diri sendiri

setelah berhubungan dengan orang lain. b) Mendiskusiskan bersama klien tentang perasaanya manfaat berhubungan dengan orang lain. c) Beri reinforcement positif tentang kemanpuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungandengan orang

21

21

lain.

6)

Klien dapat berdayakan sistem

Keluarga dapat menjelaskan

pendukung atau keluarga

perasaannya, menjelaskan cara

a) Bina hubungan saling percaya

perawat klien menarik diri dan

 Salam dan perkenalkan diri

berpartisipasi dalam perawatan

 sampaikan tujuan

klien menarik diri

 Eksplorasi perasaan keluarga b) Diskusikan dengan anggota keluarga yang lain tentang  Perilaku menarik diri  Penyebab perilaku menarik diri  Akibat perilaku menarik diri jika perilaku menarik diri tidak di hadapi c) Mendorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien untuk berkomuniksi dengan orang lain d) Anjurkan kepada keluarga secara rutin dan bergantian untuk menjenguk klien minimal 1x seminggu

22

22

e) Memberi reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai keluarga

2

Resiko perilaku

Klien dapat mengontrol perilaku

Bina hubungan saling percaya

kekerasan

kekerasan

dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

1.

Klien dapat membina

-

hubungan saling percaya.

Ekspresi wajah

a)

bersahabat,menunjukkan

ramah baik verbal

rasa senang,klien mau

maupun non verbal.

menyebutkan nama, ada

b)

kontak mata, klien mau duduk berdampingan

-

Sapa klien dengan

Perkenalkan diri dengan sopan.

c)

Tanyakan nama lengkap

dengan perawat, klien mau

klien dan nama

mengutarakan masalah-

panggilan kesukaan

masalah yang terjadi

klien.

Perkenalkan diri dengan

d)

jelaskan tujuan pertemuan.

sopan.. e)

jujur dan menepati janji.

f)

Tunjukkan sikap empati,menerima klien apa adanya.

g)

Beri perhatian pada

23

23

klien dan perhatian dasar klien klien.

2.

Klien dapat mengenal halusinasinya.

a) Klien dapat menyebutkan

a)

Adanya kontak sering

stressor,frekuensi timbulnya

dan singkat secara

halusinasi,isi,dan respon.

bertahap.

b) Klien dapat mengungkapkan

b)

Observasi tingkah laku

perasaan terhadap

klien berkaitan dengan

halusinasinya.

halusinasinya,bicara dan tertawa tanpa stimulus,memandang ke kiri dan kanan (seolah-olah ada teman bicara). c)

Bantu klien mengenali halusinasinya.



jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apa ada suara yang didengar



Jika klien mengatakan ada, lanjutkan apa yang dikatakan

24

24



Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara-suara itu namun perawat sendiri itu tidak mendengarnya (dengan nada sahabat tanpa menuduh dan menghakimi )



Katakan bahwa perawat akan membantu klien.

d)

Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan halusinasi,waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam, jika sendiri / jengkel / sedih

3.

Klien dapat mengontrol halusinasinya

a)

Klien dapat menyebutkan

a)

Identitas bersama klien

tindakan yang biasanya

cara tindakan yang

dilakukan untuk

dilakukan jika terjadi

25

25

b)

c)

mengendalikan halusinasinya

halusinasi (tidur,

Klien dapat menyebutkan cara

marah, menyibukkan

baru

diri dan lain-lain

Klien memilih cara mengatasi

b)

Diskusi manfaat yang

halusinasi seperti yang telah

dilakukan klien dan

didiskusikan dengan klien

beri pujian kepada klien c)

Diskusikan cara lain untuk memutus atau mengontrol timbulnya halusinasi.



Katakan “saya tidak mau mendengar kamu “ (pada saat halusinasi terjadi )



Menemui orang lain (perawat, teman, dan anggota keluarga)



Untuk bercakap-cakap atau mengatakanhlusinasi yang didengar



Membuat jadwalkegiatan sehari-

26

26

hari agar halusinasi tidak sempat muncul 

Meminta keluarga atau perawat menyapa jika tampak bicara sendiri

d)

Bantu klien memilih dan melatih cara

e)

memutus halusinasi secara bertahap

f)

Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil

g)

Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulus persepsi

4.

Klien dapat dukungan dari

a)

keluarga dalam mengontrol halusinasinya

b)

Klien dapat membina

a)

Anjurkan klien untuk

hubungan dengan perawat

memberi tahu keluarga

Keluerga dapat menyebutkan

jika mengalami

27

27

pengertian, tanda dan tindakan untuk mengendalikan

halusinasi b)

halusinasinya

Diskusikan dengan keluarga saat berkunjung / pada saat kunjungan

c)

Gejala halusinasi yang dialami oleh klien

d)

Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutuskan halusinasi

e)

Cara merawat keluarga yang halusinasi rumah, beri kegiata jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama

f)

Beri reinforcement waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan, halusinasi tidak dapat terkontrol dan resiko mencederai orang lain.

28

28

5.

Klien dapat memanfaatkan

a)

obat dengan baik

b)

Klien dan keluarga dapat

Diskusikan dengan

menyebutkan manfaat dan

klien dan keluarga

efek samping obat

tentang dosis,

Klien dapat

frekuensi, dan manfaat

mendemonstrasikan

obat

penggunaan obat yang benar c)

a)

b)

Anjurkan klien minta

Klien dapat informasi efek

obat sendiri pada

samping obat

perawat dan merasakan manfaatnya c)

Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat, efek samping obat yang dirasakan

d)

Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi

e)

Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

3

Kerusakan interaksi

klien dapat berhubungan dengan

a)Bina hubungan saling percaya

sosial

orang lain secara optimal

dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik

29

29

1)

Klien dapat membina hubungan saling percaya

 Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal  Perkenalkan diri dengan sopan  Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien  Jelaskan tujuan pertemuan  Jujur dan menepati janji  Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya  Beri perhatian pada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

30

30

a)

Diskusikan kemampuan dan aspek positf yang

2)

Klien dapat mengidentifikasi

Klien dapat mengidentifikasikan

dimiliki klien

kemampuan dan aspek yang

kemampuan dan aspek yang positif

b) Setiap bertemu klien

dimiliki

keluarga,lingkungan yang dimiliki

dihindarkan dari

klien

penilaian negatif c)

Utamakan memberi pujian yang realistik

Diskusikan dengan klien

3)

Kien dapat menilai

Klien menilai kemampuan yang

kemampuan yang masih dapat

dapat digunakan

digunakan selama sakit

kemampuan yang digunakan a)

Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapt

4)

Klien dapat merencanakan

Klien dapat membuat rencana

dilakukan setiap hari

kegiatan yang sesuai dengan

kegiatan harian

sesuai kemampuan  Kegiatan mandiri

kemampuan yang dimiliki

 Kegiatan dengan bantuan sebagian  Kegiatan yang membutuhkan bantuan total b)

Tingkatkan kegiatan

31

31

yang sesuai dengan toleransi kondisi klien c)

Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

a)

Beri kesempatan pada klien untuk mencoba

5)

Klien dapat melakukan

Klien melakukan kegiatan sesuai

kegiatan yang telah

kegiatan sesuai kondisi sakit

kondisi sakit dan kemampuannya

direncanakan

dan kemampuannya

b)

Beri pujian atas keberhasilan klien

c)

Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6)

Klien dapat memanfaatkan

Klien dapat memanfaatkan sistem

sistem pendukung yang ada

pendukung yang ada di keluarga

a)

Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah

b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat

32

32

c)

Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

33

33

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

1. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran. SP1p: 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien 2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien. 3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien 4. Mengidentifikasi frekwensi halisinasi pasien. 5. mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi. 6. Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi. 7. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan menghardik 8. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal harian. SP II p: 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelunnya. 2. Melatih cara kontrol halusinasi dengan berbincang dengan orang lain. 3. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian. SP III p: 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya. 2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan kegiatan ( yang bisa dilakukan pasien ). 3. Membimbing pasien memasukkanjadwal kegiatan harian. SP IV p: 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.

34

2. Menjelaskan cara kontrol halusinasi dengan teratur minum obat (prinsip 5 benar minum obat ) 3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Keluarga Sp I k: 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien. 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami pasien beserta proses terjadinya 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi Sp II k : 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan halusinasi. 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien halusinasi. Sp III k: 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat ( discharge planning ) 2.

Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

2. Resiko mencederai diri sendiri,orang lain dan lingkungan. Pasien SP1p: a. Mengidentifikasi penyebab PK

35

b. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK c. Mengidentifikasi PK yang dilakuikan d. Mengidentifikasi akibat PK e. Mengajarkan cara mengontrol PK f. Melatih pasien cara control PK fisik 1 ( nafas dalam ) g. Membimbing pasien mamasukkan dalam jadwal kegiatan harian SP II p: a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya. b. Melatih pasien cara kontrol PK fisik II (memukul bantal /kasur /konversi energi). c. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian. SP III p: a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya. b. Melatih pasien cara kontrol PK secara verbal (meminta,menolak dan mengungkapkan marah secara baik) c. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian.

SP IV p: a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya b. Melatih pasien cara kontrol PK secara spiritual (berdo’a,berwudhu,sholat) c. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian

36

Sp I k: a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien b. Menjelaskan pengertian PK,tanda dan gejala,serta proses terjadinya PK c. Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK Sp II k : a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan PK b. Melatih keluargamelakukan cara merawat langsung kepada pasien PK Sp III k: a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning) b. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

3. Isolasi sosial : Menarik diri. Sp Ip: a. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien b. Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain c. Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain d. Melatih pasien berkenalan dengan satu orang e. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian

37

Sp IIp: a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya b. Melatih pasien berkenalan dengan dua orang atau lebih c. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian Sp IIIp: a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya b. Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok c. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian Sp Ik: a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien b. Menjelaskan pengertian,tanda dan gejala isolasi sosial yang di alami pasien beserta proses terjadinya c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial Sp IIk: a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi sosial b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial Sp IIIk: a. Membantu keluarga membuat jadwal dalam aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning) b. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

38