BAB V PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya: 1. Peneliti sangat kesulitan dalam mencari alamat rumah responden subyek penelitian karena hanya mendapatkan identitas subyek penelitian dan alamatnya saja maka harus mencari satu persatu. 2. Jarak rumah satu dengan yang lainnya sangatlah jauh. 3. Waktu yang dilakukan untuk kegiatan wawancara sangatlah terbatas karena informan memiliki kegiatan yang sangat padat sehingga wawancara pun dilakukan dengan terburu-buru. B. Pembahasan Wawancara Mendalam dengan Informan 1. Karakteristik Informan Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah PMO keluarga dari mantan penderita Tuberkulosis Paru di wilayah kerja Puskesmas Kaliwungu yang berjumlah 7 orang PMO. Sedangkan untuk informan crosscheck berjumlah 8 orang yang terdiri dari 7 orang penderita Tuberkulosis yang sudah sembuh dan 1 petugas koordinator Tuberkulosis Paru di Puskesmas Kaliwungu Kabupaten Kendal.
76
77
Sebagian besar subyek penelitian berumur lebih dari 24 tahun, sedangkan subyek penelitian yang paling tua berumur 41 tahun. Umur tersebut menurut Depkes RI tahun 2014 termasuk kategori produktif yaitu antara 15 sampai 64 tahun. 25 Terkait dengan jenjang pendidikan sebagian besar subyek penelitian berpendidikan tamat SMP atau MTS sedangkan sebagian kecil tamat SMK. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sitepu yang menunjukan bahwa pendidikan subyek peneliti yang paling banyak adalah tingkat SMP atau MTS. Tingkat pendidikan sangatlah berpengaruh dalam kemampuan PMO dan penderita untuk menerima informasi tentang penyakit, terutama tentang penyakit TB Paru. Kurangnya informasi tentang penyakit Tuberkulosis paru akan menyebabkan kurangnya dukungan keluarga dan kepatuhan berobat penderita. Hasil wawancara yang peneliti lakukan bahwa rata rata dari subyek
peneliti
hanya
mendapatkan
pengetahuan
tentang
penyakit
Tuberkulosis dari koordinator petugas Tuberkulosis di Puskesmas Kaliwungu itu pun hanya kadang kadang, Dari latar belakang itulah pekerjaan informan sebagian besar adalah ibu rumah tangga dan sebagian kecil karyawan swasta. Sehingga sebagian besar PMO dapat mengawasi penderita setiap harinya dan mengantarkan penderita berobat ke Puskesmas. Sebagian besar subyek penelitian berjenis kelamin perempuan oleh karena itu subyek penelitian lebih teliti dan sabar terhadap penderita, selain itu sebagian besar dari subyek penelitian mempunyai cara untuk memotivasi penderita dengan memberikan hadiah atau memberi iming-iming kepada
78
penderita apabila penderita rutin minum obat. Selain memberikan hadiah, PMO juga memberikan hukuman apabila penderita mangkir minum obat, hasil dari wawancara kepada penderita bahwa dengan cara tersebut memberikan motivasi tersendiri kepada penderita. Terkait dengan hubungan subyek penelitian dengan informan crosscheck (mantan penderita Tuberkulosis Paru) bermacam macam antara lain yaitu sebagai istri, suami, ibu, menantu. Hasil dari peneliti menyatakan bahwa sebagian besar informan crosscheck lebih menurut terhadap suami dan ibunya dalam memberikan penguatan negative. Sebagian besar informan mengatakan bahwa nyaman dengan adanya PMO karena dengan adanya PMO, informan merasa diperhatikan. Maka dari itu dengan adanya PMO, informan sangat termotivasi untuk sembuh 2. Faktor Penguatan a. Dukungan keluarga dalam bentuk penguatan positif Sebagian besar subyek penelitian memiliki cara tersendiri untuk memotivasi penderita supaya penderita rutin minum obat, hasil dari wawancara yang peneliti lakukan bahwa sebagian besar subyek penelitian
memberikan
penguatan
positif
seperti
memberikan
perhatian mengingatkan waktu minum obat dan mengantarkan informan crosscheck (mantan penderita) berobat di Puskesmas. Tujuannya dari subyek penelitian lakukan yaitu supaya informan crosschek (mantan penderita) rutin minum obat dan memberikan motivasi terhadap penderita agar cepat sembuh. Dengan adanya
79
hadiah atau bentuk penguatan yang lain dapat diketahui bahwa informan crosscheck (mantan penderita) lebih termotivasi untuk sembuh. Dengan adanya bentuk perhatian tersebut informan crosscheck merasa di perhatikan. Tetapi sebagian kecil dari subyek penelitian mengatakan tidak perlu adanya iming-iming atau bentuk hadiah lainnya karena menurut sebagian kecil subyek penelitian, informan crosscheck (mantan penderita) sudah mempunyai keinginan yang besar untuk sembuh karena
sakit
itu
membosankan
dan
1
diantaranya
bahkan
memisahkan peralatan makanan dan minuman agar tidak digabung dengan peralatan makan dan minuman dengan keluarga yang lainnya karena informan crosscheck mengetahui bahwa dengan memisahkan peralatan makanan dan minuman merupakan salah satu cara mencegah tertularnya anggota keluarga yang lain dan dapat menghilangkan rantai penularan walaupun peralatan makanan dicuci menggunakan sabun tetapi kuman masih menempel. Menurut hasil penelitian dari Nurlita Hendiani dkk yang berjudul Hubungan antara presepsi dukungan keluarga sebagai PMO dan efikasi diri penderita Tuberkulosis Paru di BKPM Semarang mengatakan bahwa rata-rata penderita TB menunjukan presepsi dukungan keluarga sebagai PMO yang positif bahwa penderita TB memiliki presepsi positif terhadap dukungan keluarga berkaitan dengan kondisi tersebut terdapat beberapa fakta dilapangan yang
80
dapat menjelaskan kodisi presepsi dukungan keluarga sebagai PMO berada pada kategori positif.26 b. Dukungan keluarga dalam bentuk penguatan negatif Sebagian besar subyek peneliti memberikan penguatan negatif kepada penderita seperti memberikan hukuman dan tidak menuruti apa yang diinginkan oleh penderita apabila penderita tidak rutin minum obat, tujuan diberikan hukuman yaitu supaya penderita jera terhadap adanya hukuman dan itu cara yang diberikan PMO terhadap penderita agar rutin minum obat. Cara yang digunakan subyek peneliti untuk memotivasi informan dengan memberikan hukuman atau mengancam ternyata berhasil karena informan berhasil sembuh tepat waktu dan masa pengobatannya tepat 6 bulan. Informan juga mengatakan bahwa adanya hukuman atau ancaman dari subyek peneliti yaitu memiliki tujuan supaya informan cepat sembuh. 3. Kepatuhan Minum Obat Hasil dari wawancara yang peneliti lakukan dapat diketahui bahwa sebagian besar dari subyek peneliti mengatakan informan crosscheck (mantan penderita) sembuh tepat waktu atau sesuai dengan masa pengobatan yaitu 6 bulan. Karena subyek peneliti selalu mengingatkan waktu untuk minum obat bahkan subyek peneliti selalu menanyakan perkembangan informan crosscheck (mantan penderita) ketika subyek peneliti mengantar berobat ke Puskesmas Kaliwungu.
81
Menurut hasil penelitian dari Juwita R.H yang berjudul Peran PMO dalam pencegahan penularan TB Paru di Wilayah kerja Puskesmas remaja samarinda mengatakan bahwa keluarga telah berperan sebagai PMO dengan baik yang membantu kedisiplinan Penderita TB Paru dalam menelan obat. Semua penderita TB Paru diawasi dalam mengkonsumsi obat oleh keluarganya. Peran keluarga sebagai PMO sangat baik karena dapat mengurangi resiko kegagalan dalam pengobatan dan membantu meningkatkan semangat dan kepercayaan diri penderita untuk dapat sembuh. Pasien yang memiliki kinerja PMO baik memiliki kemungkinan untuk teratur berobat 5,23 kali lebih besar dibandingkan pasien yang memiliki kinerja PMO buruk, dan secara statistik hubungan tersebut signifikan. Kinerja PMO berhubungan dengan keteraturan berobat pasien TB Paru.27 Menurut hasil penelitian dari Dewi Kartikasari yang berjudul hubungan peran keluarga sebagai pengawas minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB Paru di Puskesmas Kedungwuni
II
Kabupaten
Pekalongan
mengatakan
bahwa
ada
hubungan yang kuat antara peran keluarga sebagai pengawas minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB Paru.28 Berbagai faktor dapat mendukung ketaatan pasien dalam program pengobatan, salah satunya adalah dukungan dari keluarga. Menurut Smet dukungan sosial dalam hal ini yang dimaksud adalah keluarga dapat membantu meningkatkan ketaatan pasien, para professional
82
kesehatan yang dapat menyakinkan keluarga pasien untuk menunjang peningkatan kesehatan pasien. Secara umum orang-orang yang menerima penghiburan, perhatian dari seseorang atau kelompok biasanya lebih mudah mengikuti nasihat dukungan sosial.29 Dari hasil wawancara dengan petugas informan crosscheck dari koordinator Tuberkulosis Paru di Puskesmas Kaliwungu mengatakan tidak ada training khusus untuk PMO maupun penderita, namun terkadang hanya diberitahu tentang penyakit Tuberkulosis Paru seperti pengertian, cara pencegahan, pengobatan, Sehingga PMO kurang mengetahui tentang cara penguatan untuk penderita, untuk itu petugas Puskesmas perlu menambahkan materi tentang cara penguatan yang diberikan PMO kepada penderita.