BELAJAR DARI BISNIS JAMUR TIRAM

Download 1 Jun 2012 ... BELAJAR DARI BISNIS JAMUR. tirAM. MEMULAI TERJUN DALAM AGRIBISNIS; . Oleh: Berto Mulia Wibawa, SPi, MM. Pemilik Rumah Budiday...

1 downloads 547 Views 3MB Size
Fokus

MEMULAI TERJUN DALAM AGRIBISNIS;

BELAJAR DARI BISNIS JAMUR TIRAM

Oleh: Berto Mulia Wibawa, SPi, MM



Pemilik Rumah Budidaya Jamur Tiram Berto’s Farm Alumni MM MB-IPB

26

Volume 17 No 1 JUNI 2012

Agrimedia

K

etika seseorang berpikir untuk memulai mendirikan usaha di bidang pertanian, barangkali yang pertama terpikirkan oleh seseorang adalah “apakah di era modern ini masih bisa mendatangkan keuntungan yang tinggi?”. Jika saya boleh menjawab maka jawabannya dengan tegas adalah “YA”. Dalam berwirausaha, seorang pengusaha pada awalnya harus memiliki jiwa optimis dan tidak takut akan kegagalan, permasalahannya saat ini adalah sangat banyak calon pengusaha yang justru memiliki jiwa pesimis dan sudah takut gagal terlebih dahulu. Hal ini dimungkinkan karena semakin tinggi pendidikan seseorang umumnya akan semakin berhati-hati dalam merintis bisnisnya, mereka lebih memilih jalur menjadi pekerja yang relatif lebih sedikit resikonya dan memiliki keuntungan tetap. Padahal seharusnya dengan pendidikan yang lebih tinggi, seseorang dapat lebih mengembangkan ideide kreatifnya yang diperoleh di bangku kuliah yang kemudian diaplikasikan di dunia nyata untuk menjadi seorang pengusaha yang memiliki strategi pemasaran yang kreatif dan inovatif. Salah satu bisnis di bidang pertanian yang menurut saya cukup baik untuk pemula bisnis adalah bisnis jamur tiram. Jamur tiram memiliki sifat adaptasi dengan lingkungan yang baik dan tingkat produktivitasnya cukup tinggi. Selain memiliki rasa yang enak, jamur tiram juga bergizi tinggi. Kandungan protein nabati yang dikandungannya mencapai 27%. Presentasi tersebut menunjukkan kandungan protein jamur tiram lebih tinggi dua kali lipat dibandingkan dengan protein di dalam asparagus, kol, dan kentang; empat kali lipat dibandingkan tomat dan wortel; dan enam kali lipat dibandingkan dengan buah jeruk. Jamur ini juga dipercaya mempunyai khasiat obat untuk berbagai penyakit seperti penyakit lever, diabetes, anemia. Selain itu jamur tiram juga bermanfaat sebagai antiviral, antibacterial, antitumor, dan antikanker. Jamur ini juga dipercaya mampu membantu penurunan berat badan karena berserat tinggi dan membantu pencernaan. Dengan kandungan protein yang paling tinggi diantara jenis jamur lainnya ditambah rendahnya nilai lemak, karbohidrat, dan kalori menjadikan jamur tiram sebagai komoditas unggulan yang paling diminati oleh masyarakat karena sangat sehat untuk dikonsumsi. Menurut Cahyana et al. (2001), kandungan gizi beberapa jenis jamur tiram terlihat pada Tabel 1.

Agrimedia

Tabel 1. Kandungan Gizi Beberapa Jenis Jamur Tiram Komposisi Protein Lemak Karbohidrat Serat Abu Kalori

Jamur Jamur Tiram Jamur Shitake Cokelat Tiram Putih (Lentinus (Pleurotus (Pleurotus edodes) cystidiosua) flarida) 17,5% 26,6% 27% 8% 2% 1,6% 70,7% 50,7% 58% 8% 13,3% 11,5% 7% 6,5% 9,3% 392 kkal 300 kkal 265 kkal

Menurut data BPS tahun 2010, untuk komoditas jamur total produksi pada tahun 2005 adalah sebesar 30.854 ton dan mengalami peningkatan sekitar 24,67% pada tahun 2009 menjadi 38.465 ton. Peningkatan total produksi jamur tersebut memperlihatkan bahwa jamur merupakan tanaman sayuran yang potensial untuk dikembangkan. Budidaya jamur tiram putih tersebar pada berbagai daerah di wilayah Indonesia. Terdapat empat provinsi di Pulau Jawa yang menjadi sentra produksi jamur tiram putih. Produksi terbanyak berada pada Provinsi Jawa Timur, diikuti oleh Jawa Barat, Jawa Tengah, dan D.I. Yogyakarta. Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Hortikultura (2009), luas panen dan produksi jamur tiram di pulau Jawa pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Luas Panen dan Produksi Jamur Tiram di Pulau Jawa Provinsi Jawa Barat Jawa Tengah D.I Yogyakarta Jawa Timur

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

291,79

7.306,75

15,23

1.838,93

5,86

651,32

385,09

28.557,05

Bisnis jamur tiram merupakan bisnis yang sangat menguntungkan karena memiliki biaya operasional yang terbilang rendah dan potensi hama yang minim. Sebagai gambaran, 1 baglog jamur tiram dengan harga Rp 2000 – Rp 2500 dapat menghasilkan 0,7-0,8 kg jamur tiram selama masa panen 3 bulan. Saat ini harga pasaran jamur tiram di Bogor adalah Rp 10.000 -12.000 per kg nya, jadi jika kita ambil patokan minimum yaitu Rp 10.000 maka dari uang modal Rp 2000 akan menjadi Rp 8000 selama 3 bulan. Terkait dengan biaya operasional, bisnis jamur tiram bukanlah bisnis yang Volume 17 No 1 JUNI 2012

27

Fokus

membutuhkan pupuk ataupun pestisida seperti halnya komoditas lain. Untuk merawat baglog jamur tiram hanya tinggal menyemprotkan air saja selama 3 kali dalam 1 hari dan menjaga kebersihan sekitar rumah produksi jamur agar hama yang biasanya berupa ulat tidak mudah masuk. Bisnis ini juga tidak membutuhkan lahan yang luas seperti padi atau sayuran lainnya, sudah banyak orang yang menjalankan bisnis jamur tiram di halaman rumahnya. Minat masyarakat untuk mengkonsumsi jamur terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir sehingga permintaan terhadap jamur tiram putih tentunya juga semakin meningkat. Oleh karena itu tidak mengherankan jika berapapun jumlah jamur yang diproduksi oleh petani selalu habis terserap oleh pasar, baik pasar tradisional maupun modern. Menurut Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia (2009), permintaan akan jamur tiram nasional mengalami kenaikan 20-25% per tahun. Jika kita berbicara pendapatan kasar, maka bisnis ini merupakan bisnis yang “menggiurkan” untuk pemula bisnis yang takut gagal dalam usahanya. Jika berasumsi harga baglog adalah Rp 2000 dan harga jamur tiram ketika dijual ke pasar adalah sebesar Rp 10.000 kemudian menggunakan lahan 10x10 m2 dengan kapasitas 8000 baglog, maka secara matematis omzet yang akan didapatkan dengan perhitungan 1 baglog menghasilkan 0,8 kg jamur tiram adalah Rp 64.000.000 yang merupakan pendapatan kotor per 3 bulan masa produksi jamur tiram. Terkait dengan biaya operasional, dalam skala 8.000 baglog maka pegawai yang dibutuhkan hanya berkisar 3-4 orang saja, untuk perawatannya pun tidak memerlukan perlakuan khusus apapun yang memerlukan biaya yang mahal.

Gambar 1. Jamur Tiram Tidak Mengenal Musim dan Dapat Produksi Kapan Saja Dengan demikian dapat diketahui bahwa keunggulan bisnis jamur tiram sangat banyak dan perlu diperhatikan sebagai peluang usaha yang menggiurkan, terutama bagi pemula bisnis yang cenderung menginginkan bisnis dengan resiko yang rendah namun menginginkan keuntungan yang tinggi. Jamur tiram memiliki harga jual yang relatif mahal di pasaran, masa produksi yang singkat, permintaan yang selalu tinggi, dan selalu laku di pasaran. Bisnis jamur tiram juga tidak bergantung pada musim dan tidak memerlukan lahan yang sangat luas, bisnis ini cocok dilakukan baik skala kecil maupun besar atau bahkan sebagai usaha sampingan keluarga. Kondisi bisnis jamur tiram saat ini boleh dibilang belum dalam kategori oversupply di setiap wilayah di Indonesia, permintaan akan jamur tiram terbilang tinggi karena rasa dan aroma jamur tiram yang lezat dan disukai oleh seluruh kalangan. Belum lagi

Jika dibandingkan dengan bisnis yang harga per kg nya sejenis, misalnya budidaya ikan lele yang memiliki harga jual ke pasar dari pembudidaya Rp 10.000, maka akan terlihat betapa rendahnya biaya operasional budidaya jamur tiram. Bisnis ikan lele memerlukan biaya operasional yang tinggi dari segi vaksinasi, suplemen, dan pakan, sedangkan bisnis jamur tiram hanya memerlukan air dalam operasionalnya. Dengan demikian semakin jelas bahwa bisnis jamur tiram tidak membutuhkan biaya pakan, obat-obatan, dan pupuk serta hanya membutuhkan tenaga kerja yang sedikit Gambar 2. Budidaya Jamur Tidak Membutuhkan Lahan yang sehingga hasil bisa maksimal. Terlalu Luas, Cocok untuk Usaha Sampingan Keluarga 28

Volume 17 No 1 JUNI 2012

Agrimedia

khasiat dan manfaat jamur tiram yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dan memiliki kandungan vitamin yang tinggi dan baik untuk kesehatan. Berdasarkan pengalaman dalam menjalani usaha budidaya jamur tiram, potensi pasar jamur tiram masih sangat potensial. Hal ini terlihat dari selalu kurangnya supply jamur tiram di pasaran, jamur tiram yang dijual selalu lebih cepat habis terjual daripada jenis sayuran lainnya. Oleh karena itu wajar jika jamur tiram juga memiliki harga yang relatif lebih mahal daripada jenis sayuran lain pada umumnya. Saat ini di Indonesia sebagian besar pasokan jamur tiram masih didominasi oleh sektor Usaha Kecil Menengah (UKM), walaupun begitu sektor UKM ini masih sangat Gambar 3. Bisnis Jamur Tiram: Sederhana Namun Menggiurkan ! dapat diandalkan untuk memenuhi permintaan budidaya jamur tiram nasional. yang disukai oleh banyak orang menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan petani saat ini karena Di sebagian besar wilayah di Indonesia, para petani nantinya dapat menjual jamur tiram dengan nilai jual masih banyak memasarkan jamur tiram putih dalam yang sangat mahal. bentuk segar saja, padahal dalam pemasarannya tentu dengan mengolah jamur tiram putih menjadi produk Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam dunia pemasaran, olahan (value added) akan lebih dapat mendatangkan sangat banyak pihak yang bisa menghambat distribusi keuntungan yang lebih tinggi. Beberapa produk olahan jamur tiram. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah yang dapat dibuat dari jamur tiram yang memiliki nilai dikuasainya pasar segar jamur tiram oleh tengkulak, jual tinggi misalnya abon jamur, nugget jamur, steak mereka bisa mempermainkan harga pasar dengan jamur, kripik jamur, jelly, bahkan jamur tiram pun bisa mengatur jumlah pasokan jamur pada suatu wilayah, dibuat sebagai es krim. Jika perilaku pengusaha ataupun tentunya yang dirugikan dengan kasus ini adalah petani jamur tiram putih sudah beralih ke dalam produk konsumen dan petani jamur tiram. Dengan menjual olahan, maka diyakini kesejahteraan para pengusaha produk value added maka dengan begitu para petani jamur tiram putih akan meningkat. tidak perlu khawatir dalam memasarkan produknya, Berdasarkan pengamatan terhadap beberapa pengusaha jamur olahan seperti abon jamur, dari bahan baku 1kg jamur tiram seharga Rp 10.000 ketika diolah menjadi abon jamur dengan biaya produksi dan proses yang relatif mudah maka dapat menjual per 100 gr abon seharga Rp 15.000 – Rp 20.000, artinya harga 1 kg jamur tiram tidak lagi seharga Rp.10.000 tetapi sudah menjadi Rp 150.000 – Rp 200.000, tentunya keuntungan yang diperoleh jelas sangat lebih tinggi daripada sebatas menjual jamur segar saja. Menyikapi hal tersebut maka sudah jelas jika sebaiknya para petani dan pengusaha jamur tiram sebaiknya lebih beralih kepada produk jamur tiram olahan, mengikuti pelatihan-pelatihan membuat produk olahan jamur tiram dan melakukan inovasi-inovasi baru dengan produk, kemasan, dan rasa

Agrimedia

mereka bisa tidak lagi bergantung pada tengkulak dan dapat dengan bebas menjual produk kreasinya sendiri. Dengan menambahkan label kemasan yang menarik, tentunya konsumen akan tidak ragu untuk membeli dengan harga yang sedikit lebih mahal daripada produk yang tanpa label. Hal ini diyakini dapat menjawab berbagai permasalahan baik pemasaran maupun distribusi produk-produk raw material bukan hanya pada jamur tiram saja. Akan sangat baik jika seorang pengusaha membudidayakan sendiri jamur tiram segar sebagai bahan baku produk olahannya karena tidak membutuhkan keterampilan ataupun sumberdaya yang banyak, kemudian memproduksi produk olahannya yang bahan bakunya bersumber pada hasil budidayanya.

Volume 17 17 No No 11 JUNI JUNI 2012 2012 Volume

29 29

Fokus

Hal terakhir yang perlu diperhatikan dalam usaha budidaya jamur maupun produk olahannya adalah bagaimana perencanaan strategi pemasaran produk tersebut. Sebagus-bagusnya kualitas jamur segar ataupun seenak-enaknya produk olahan jamur tiram putih tanpa pemasaran strategik maka tentunya akan menjadi sia-sia. Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah menentukan pasar, dalam hal ini petani atau pengusaha harus menganalisis bagaimana potensi pasar yang ada, penting untuk diketahui adalah respons masyarakat terhadap produk yang ditawarkan, untuk menentukan pasar dapat dilakukan riset pasar dalam skala kecil untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya perilaku konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Langkah selanjutnya adalah memperhatikan kualitas produk, usahakan lebih baik dari pesaing, biasanya kualitas produk akan terlihat dari desain kemasan maupun label yang dicantumkan pada produk. Walaupun jamur tiram yang dijual adalah dalam bentuk segar, tidak ada salahnya mempercantik kemasan jamur dengan menggunakan styrofoam putih agar dapat terlihat lebih bersih dan sertakan label rumah produksi agar dapat dengan mudah dikenal oleh konsumen. Pelabelan berfungsi sebagai identitas produk yang dapat membedakan dari pesaing, selain itu dapat membangun komunikasi antar rumah produksi dan konsumennya. Suatu produk akan terlihat konsisten dan menarik apabila persediaannya selalu ada dan mudah didapat, oleh karena itu kestabilan stok jamur tiram baik dalam bentuk segar maupun olahan harus

dijaga agar selalu dapat memenuhi permintaan konsumen. Waktu panen produksi jamur tiram perlu diatur sesuai dengan musim, produksi bahan baku diperbanyak disaat musim permintaan sedang tinggi dan sebaliknya. Dengan begitu kerugian kelebihan bahan baku dapat diminimalisir dengan menganalisis musim dimana permintaan sedang tinggi dan musim dimana permintaan sedang rendah, oleh karena itu penjadwalan panen sangat penting untuk diperhatikan demi kelangsungan usaha yang berkelanjutan. Langkah terakhir yang bisa ditempuh untuk memajukan usaha budidaya jamur tiram adalah relasi, salah satu yang terpenting dalam bisnis yaitu mitra, klien, koneksi, dan bagaimana memperoleh banyak mitra dalam suatu bisnis. Para pengusaha ataupun petani jamur tiram sebaiknya aktif secara rutin mengadakan diskusi-diskusi untuk membahas perkembangan usaha yang sedang dijalani, selain itu dengan memaksimalkan jaringan asosiasi pengusaha jamur tiram akan dapat memperkenalkan kita kepada pebisnis lain yang juga berkaitan dengan jamur tiram. Diskusi dalam forum-forum internet bersama komunitas juga menjadi cara yang sedang populer saat ini, disana para pengusaha bisa bertukar pemikiran dan sharing mengenai permasalahan dan peluang usaha yang dapat ditempuh.

Referensi [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Perkembangan Persentase Konsumsi Sayuran per Kapita di Indonesia Periode 2003-2009. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Cahyana, Y. A., Muchroji dan M. Bakrun., 2001. Jamur Tiram. Penebar Swadaya, Jakarta. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2009. Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2009. Direktorat Jenderal Hortikultura, Jakarta. Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia. 2009. Kunci Utama Keberhasilan Budidaya Jamur. http:// www.agrina-online.com. [Juni 2011].

Gambar 4. Desain Penyimpanan Baglog 30

Volume 17 No 1 JUNI 2012

Agrimedia